BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Film adalah gambar yang bergerak. Film merupakan bentuk dominan dari
komunikasi massa visual dibelahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya (Elvinaro, Komala, Karlinah, 2007:143). Film telah menjadi industri bisnis yang menguntungkan. Meskipun kenyataannya adalah bentuk karya seni, kadangkadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri. Di Amerika dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya. Amerika Serikat merupakan industri perfilman dunia. Menurut data dari sumber books.google, pendapatan devisa Amerika dari film setiap tahunnya 80 miliar USD yang mempekerjakan jutaan pekerja. Surplus eksplor film 13,6 miliar USD. Di sanalah para aktor, sutradara maupun crew (awak) film mencari peruntungan dan mengharap mendapatkan keuntungan. Film-film yang dihasilkan oleh Amerika selalu menjadi box office dunia, masyarakat Amerika pun menjadikan film sebagai salah satu media hiburan. Selain menjadikan film sebagai media hiburan, Amerika banyak memproduksi film yang mengandung unsur propaganda. Seperti dikutip oleh Ragile dalam media online kompasiana.com: “Amerika pasti gagal menjalankan kebijakan luar negeri bila tanpa dukungan propaganda lewat layar lebar (film). Sebut saja sebagai contoh adalah produk Hollywood berikut ini: film berjudul “Black Hawk Dawn”, “Zero Dark Thirty”, “ARGO”. Film diperalat sebagai propaganda sudah lazim sejak abad 20. Dalam perkara ini Hollywood bergandengan tangan bareng Department of Defence, CIA, agen pemerintah, dan sarana modern lainnya”
1
Film Amerika sering digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut tujuan sosial atau nasional. Tidak hanya itu, Amerika pernah membuat film yang bertemakan pemimpin yang dikenal sebagai seorang diktaktor. Seperti yang dikutip dari media online Tempo.co yaitu film The Dictator, Team America: World Police dan The Interview. Film The Dictator menceritakan tentang pemimpin-pemimpin Timur Tengah yang kejam dalam memimpin, seperti Sadam Hussein dan Muamar Gadaffi, film ini diproduksi pada tahun 2012. Selanjutnya film Team America: World Police, film ini menceritakan tentang presiden dari Korea Utara yaitu, Kim Jong-il. Kim Jong-il diceritakan layaknya penjahat yang berada pada film-film James Bond. Pada tahun 2014, Amerika kembali membuat film tentang negara Korea Utara, film yang disutradarai oleh Seath Rogen ini berjudul The Interview. The Interview menceritakan tentang dua orang pembawa acara dari Amerika yang berhasil mewawancarai seorang kepala negara yang berasal dari Korea Utara yaitu, Kim Jong-un. Kim digambarkan sebagai presiden yang bertindak semaunya dengan kepemimpinannya yang arogan. Dengan kepemimpinan seperti itu, Kim Jong-un memperlakukan orang di sekitarnya secara sesuka hati. Namun bila orang tersebut mengikuti kehendak Kim, maka Kim akan memperlakukan orang tersebut secara baik karena Kim sangat suka mempunyai ‘hamba nan setia’. Gaya Kim dalam berkomunikasi dengan orang disekitarnya bersifat mengendalikan, ditandai dengan adanya satu kehendak untuk membatasi, memaksa, mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Diperlihatkan Kim sangat lihai mengambil hati orang lain dan cerdas dalam hal memanipulasi, sehingga orang tersebut tidak akan menyangka maksud dibalik kebaikan Kim Jong-un. Dari ketiga film tersebut, film The Interview lah yang paling kontroversial, karena mengangkat cerita tentang kepala negara yang masih menjabat dan sangat diagung-agungkan oleh Korea Utara. Korea Utara menentang keras dan mengkritik film The Interview karena dianggap sebagai penghinaan terhadap kedaulatan negara serta kepemimpinan seorang Kim Jong-un. Korea Utara mengirimkan surat kepada PBB (Persatuan
2
Bangsa-Bangsa) dimana dalam surat tersebut tertulis bahwa alur cerita The Interview telah menghina pemimpin tertinggi mereka. Selain itu, muncul kelompok yang menamakan dirinya Guardian of Pearce yang menentang film The Interview dirilis. Kelompok ini meretas Sony Pitcures dan menyampaikan teror yang berisi ancaman peristiwa 11 September akan terulang kembali jika Sony tetap merilis film The Interview. Film yang mendapatkan rating 6,8 versi Internet Movie Database (IMDb) ini pun tidak jadi dirilis pada Natal tahun 2014. Kelompok yang diyakini sebagai kelompok simpatisan Korea Utara telah membuat Sony Pitcures rugi sebesar 1,2 trilliun rupiah. Sedangkan tanggapan dari pembelot Korea Utara, film The Interview dikutuk bukan karena pelecehan terhadap kepemimpinan Kim Jong-un melainkan karena merasa terhina dengan gaya komedi Amerika dimana lelucon yang ditampilkan tidak realistis dan aksen yang menyebabkan salah terjemahan. Negara China yang merupakan sekutu Korea Utara ikut memberikan komentarnya terhadap film The Interview. Di sebutkan bahwa China tidak menyetujui serangan teror dan ancaman, namun China mengkritik keras terhadap film tersebut. Media online Kompasiana.com pernah mengulas beberapa alasan Korea Utara sakit hati dengan film The Interview, alasan tersebut berupa: Kim Jong-un diperlihatkan sebagai pemimpin yang membiarkan anak-anak mati kelaparan dan menelantarkan serta menyengsarakan warganya. Kim Jong-un tidak mempunyai lubang anus. Pengawal Kim Jong-un adalah eksekutor yang membunuh banyak nyawa tak berdosa. Kim Jong-un fans fanatik Katy Perry dan gemar bermain basket dimana kedua hal tersebut erat kaitannya dengan negara Amerika Serikat. Kehidupan Kim Jong-un yang suka berpesta, hidup mewah dan mempunyai banyak wanita seksi.
3
Kepemimpinan Kim yang di pertuhankan oleh 24 juta rakyatnya dijadikan bahan olok-olokkan. Kim digambarkan sangat arogan memimpin anak buahnya yang menganggap tidak bisa menjalankan amanat ayahnya tidak pantas mendapatkan kemanusiaan. Kim sangat ahli memanipulasi dilihat dari gambar toko makanan yang palsu Kim tidak ada bedanya dengan Ayah dan Kakeknya, semua bawahan dan kaki tangannya tidak menyetujui tindakan Kim, namun mereka takut dengan ‘kepemimpinannya’. Kim ‘direndahkan’ dan ‘dipermalukan’ melalui wawancara yang dilakukan. Dilihat dari beberapa tanggapan diatas, film The Interview merupakan sebuah film yang menimbulkan pro-kontra dari adegan-adegannya. Selain itu, The Interview mengandung pesan tentang kepemimpinan seorang presiden Kim Jongun. Makna pesan tentang kepemimpinan Kim Jong-un tersajikan dan tergambarkan cukup jelas melalui pesan verbal dan non verbal seperti dialog para pemain, gestur, mimik wajah dan lain-lain. Film tidak selalu membawa pesan yang tergambarkan dalam realitas yang ingin disampaikan secara umum dari isi film, karena film dapat dilihat sebagai media dari alat kelompok yang tidak dominan. Film sebagai media massa bisa dicurigai mengandung prasangka atau propaganda yang menjadi alat untuk mengontrol publik, maka dari itu penulis mencurigai film The Interview ini. Film mempunyai makna dan pesan dalam setiap tandanya dan akan sangat menarik untuk dicari makna dalam setiap tanda tersebut. Terutama bagaimana tanda-tanda tersebut merepresentasikan kepemimpinan Kim Jong-un. Dalam film tanda-tanda tersebut berupa gambar dan suara, tanda tersebut adalah sebuah gambaran
tentang
sesuatu.
Untuk
mengetahui
makna
tersebut
penulis
menggunakan metode analisis semiotika. Semiotika merupakan ilmu tentang tanda. Menurut John Fiske, semiotika mempunyai tiga bidang studi utama:
4
pertama, tanda itu sendiri. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya. Kedua, kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. Ketiga, kebudayaan tempat tanda dan kode bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri (Vera, 2014:34). Dalam hal ini, model semiotika yang digunakan adalah John Fiske. Semiotika John Fiske dikenal dengan teori kode-kode televisi John Fiske. Pada teori ini tanda-tanda yang dianalisis dibagi ke dalam level realitas, representasi dan ideologi. Kode-kode televisi ini sangat relevan dengan penelitian semiotika terhadap film. Kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi saling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. John Fiske berpandangan bahwa hal apapun yang ditampilkan di televisi dan film merupakan suatu realitas sosial. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti film The Interview untuk mengetahui bagaimana tanda, makna dan pesan kepemimpinan Kim Jong-un yang dibangun dalam film The Interview menggunakan codes of television John Fiske, dimana tanda-tanda yang dianalisis dibagi ke dalam level realitas, representasi dan ideologi. Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Mengungkap Makna Kepemimpinan Kim Jong-un dalam Film The Interview (Studi Analisis Semiotika John Fiske dalam Film The Interview)”.
5
1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah “Bagaimana makna kepemimpinan Kim Jong-un dalam film The Interview?”. Untuk mengetahui lebih rinci permasalahan yang ingin di identifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana
makna
kepemimpinan
Kim
Jong-un
yang
dibangun pada level realitas (gesture, ekspresi,kostum) di dalam film The Interview? 2. Bagaimana
makna
kepemimpinan
Kim
Jong-un
yang
dibangun pada level representasi (kamera, setting, dialog, karakter)di dalam film The Interview? 3. Bagaimana ideologi yang dibangun di dalam film The Interview? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari dan mengetahui “Bagaimana makna kepemimpinan Kim Jong-un dalam film The Interview ?”. Dalam penelitian ini ditetapkan beberapa tujuan untuk memfokuskan informasi yang harus dihasilkan untuk menjawab permasalahan. Adapun tujuan penelitian, yaitu: 1.
Untuk mengetahui makna kepemimpinan yang dibangun lewat level realitas (gesture , kostum, ekspresi) di dalam film The Interview.
2.
Untuk mengetahui makna kepemimpinan yang dibangun lewat level representasi (kamera, setting, dialog, karakter) di dalam film The Interview.
3.
Untuk mengetahui ideologi yang dibangun di dalam film The Interview.
6
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi dan contoh penggunaan metode analisis semiotika, khususnya semiotika John Fiske untuk mengkaji konstruksi realitas sosial dalam film. Selain itu, penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan atau tambahan baru untuk pengembangan Ilmu Komunikasi mengenai analisis dan mengkaji lebih dalam makna dari tanda-tanda yang terdapat dalam film. 1.4.2 Aspek Praktis Penelitian ini berguna untuk penelitian selanjutnya yang membahas tentang kepemimpinan seorang tokoh dalam film.
1.5 Tahapan Penelitian Dalam melakukan penelitian kualitatif, penulis melakukan beberapa tahapan yang sistematis dan menyusun secara terstruktur. Penulis menjadikan film The Interview sebagai objek penelitian untuk menganalisis bagaimana makna kepemimpinan Kim Jong-un. Selanjutnya, penulis mencari teori-teori dan literatur yang
relevan
untuk
mendukung
penelitian
sehingga
penelitian
dapat
dipertanggungjawabkan. Penulis mencari teori komunikasi yang berhubungan dengan analisis semiotika untuk menganalisis makna yang terkandung dalam sebuah film. Setelah melakukan penelitian, penulis akan mendapatkan hasil tentang bagaimana makna kepemimpinan Kim Jong-dalam film The Interview.
7
Gambar 1.1 Tahapan Penelitian
Mencari Ide
Pengumpulan Data
Data Primer
Data Sekunder
(Film The Interview)
Studi Kepustakaan
( Menonton Film The Interview
Mencari Teori yang Berhubungan dengan Penelitian
Analisis Film
Hasil Akhir Penelitian
Sumber: Olahan Penulis
8
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tidak memerlukan tempat penelitian tertentu, karena penelitian menggunakan analisis semiotik yang berfokus pada media elektronik (film). 1.6.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dibuat oleh peneliti yang digambarkan pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Waktu Penelitian Tahapan
Bulan
No. Januari 1.
Persiapan awal menonton film The Interview dan berita yang terkait film tersebut serta pencarian bahan yang terkait penelitian untuk pengerjaan BAB 1
2.
Pengumpulan teori sebagai kajian pustaka. Metodologi penelitian Hasil penelitian dan pembahasan Kesimpulan dan saran
3. 4.
5
Febuari
Maret
April
Mei
Juni July
9
Halaman ini sengaja dikosongkan
10