BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur termasuk ke dalam wilayah
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang selalu meluap airnya pada waktu musim hujan. Kabupaten Lamongan memiliki kawasan dengan ketinggian muka tanah lebih rendah dari daerah sekitarnya dan lebih rendah dari ketinggian Sungai Bengawan Solo (Muntalim, 2011). Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab kawasan tersebut menjadi tergenang banjir tiap musim penghujan, sehingga menyulitkan aktivitas sehari-hari masyarakat setempat. Kawasan ini disebut Bengawan Jero (Bonorowo) yang meliputi dataran banjir Sungai Bengawan Solo yang menempati 50,17% atau lebih kurang 90.984 ha dari luas wilayah Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur (Muntalim, 2011). Bengawan Jero (Bonorowo) merupakan daerah hamparan wilayah yang berada pada 8 kecamatan yaitu Kecamatan Glagah, Kecamatan Karangbinangun, Kecamatan Turi, Kecamatan Kalitengah, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Laren, Kecamatan Maduran dan Kecamatan Sekaran. Bonorowo merupakan istilah dalam Bahasa Jawa yaitu gabungan dari 2 (dua) kata beno yang artinya banjir dan rowo yang berarti rawa (Notohadiprawiro,1980 dalam Gitoasmoro, 1999). Pada waktu musim hujan Bonorowo merupakan rawa (swamp atau marsh), tetapi pada waktu musim kemarau rawa tersebut airnya surut dan lahannya menjadi pecah-pecah kering. Bonorowo mengalami perendaman berkala setiap tahun dan lamanya perendaman beragam. Kedelapan kecamatan tersebut berada di Kabupaten Lamongan bagian tengah yang selalu tergenang banjir akibat luapan sungai Bengawan Solo dengan frekuensi dan lama genangan lebih besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Lamongan.
1
Masyarakat banyak beranggapan bahwa lahan Bonorowo di Kabupaten Lamongan merupakan daerah subur. Kondisi ini seperti dikemukakan oleh Gitoasmoro (1999) yaitu masyarakat banyak menetap dan menggantungkan hidupnya dari hasil pengelolaan lahan sedangkan secara fisik tidak memenuhi syarat sebagai tempat hunian atau permukiman. Keadaan tersebut yang menyebabkan genangan Bonorowo di Kabupaten Lamongan berpengaruh terhadap permukiman penduduk setempat dan aktivitasnya. Apabila dilihat dari topografisnya beberapa kecamatan di wilayah bagian tengah utara merupakan dataran, sehingga akan tergenang apabila terjadi luapan/banjir dari sungai Bengawan Solo. Pengkajian masalah dataran banjir Bonorowo ini dilakukan berdasarkan sudut pandang hubungan manusia dan kelingkungan (human ecology). Kajian dalam sudut pandang hubungan manusia dan kelingkungan menunjukkan bahwa bagaimana manusia berusaha melakukan strategi penghidupan di dataran Bonorowo yang merupakan bentuk lahan dataran banjir. Bentuk lahan ini memiliki topografi datar dan secara periodik selalu tergenang banjir yang disebabkan oleh luapan sungai di sekitarnya atau dari akumulasi aliran permukaan bebas maupun hujan lokal (Dibyosaputro S, 2009). Kajian ini mencakup bagaimana masyarakat di dataran banjir Bonorowo semakin memahami strategi penghidupan yang sangat mempengaruhi kehidupannya dan tetap menjaga kelestarian lingkungan. 1.2
Permasalahan Penelitian Permasalahan yang digali pada penelitian ini adalah bagaimana masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah dataran banjir Bonorowo atau lahan marginal dapat bertahan hidup. Masyarakat di dataran banjir Bonorowo dengan sumberdaya yang ada yaitu modal alam, modal sosial, modal ekonomi dan modal manusia berharap dapat mengatasi kerentanan yang dihadapi dalam penghidupannya.
2
Selanjutnya disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kerentanan penghidupan yang dihadapi masyarakat yang tinggal di dataran banjir Bonorowo berdasarkan karakteristik genangannya? 2. Bagaimana hubungan
kepemilikan
aset
atau
modal
pada karakteristik
penghidupan masyarakat di dataran banjir genangan Bonorowo? 3. Bagaimana strategi penghidupan yang diadopsi masyarakat di dataran banjir genangan Bonorowo? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengeksplorasi dan menganalisis kerentanan penghidupan di dataran banjir Bonorowo berdasarkan karakteristik genangannya 2. Menganalisis hubungan kepemilikan aset/modal dengan pilihan strategi penghidupan pada karakteristik penghidupan masyarakat di dataran banjir Bonorowo 3. Menganalisis dan menemukan strategi penghidupan yang diadopsi oleh masyarakat Bonorowo 1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan tentang bentuk kerentanan yang dialami oleh masyarakat di daerah dataran banjir dan bagaimana strategi penghidupan masyakat di kawasan tersebut. Temuan dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi pemerintah daerah yang memiliki kawasan lahan marginal/rawa genangan/lahan basah dalam hal pengelolaan kawasan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut.
3
1.5
Keaslian Penelitian Penelitian yang mempelajari tentang strategi penghidupan masyarakat dalam
pengelolaan lahan Bonorowo sejauh pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian sejenis pernah dilakukan sebelumnya namun memiliki permasalahan, tujuan, lokasi, atau metode yang berbeda dengan penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi rujukan untuk penelitian ini disajikan pada Lampiran 1. Dari beberapa peneliti yang terkait dengan persamaan ataupun perbedaan topik yang diteliti oleh penulis, maka dapat diringkas seperti tersebut di bawah ini: Gunawan (1997) meneliti tentang “Adaptasi Ekologi Penduduk Pegunungan dalam Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya Air di Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri, Jawa Tengah”. Hasil penelitian adalah upaya penduduk dalam melakukan adaptasi ekologi konservasi dan pemanfaatan sumber air guna mencukupi kebutuhan air minum meliputi Penampungan Air Hujan (PAH) dan telaga-telaga. Metode Penelitian yang digunakan adalah Interpretasi foto udara dan survei. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis keruangan untuk menjelaskan distribusi keruangan upaya-upaya konservasi air yang dilakukan oleh penduduk daerah penelitian. Analisis temporal digunakan untuk menjelaskan perubahan dalam upaya-upaya konservasi air yang telah dilakukan oleh penduduk daerah penelitian dan analisis ekologi dan lingkungan untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan lingkungan dalam menyiasati kondisi lingkungan sekitarnya melalui pendekatan ekologis. Terdapat kesamaan antara penelitian yang dilakukan Gunawan (1997) dengan penelitian ini yaitu dalam hal adaptasi dengan lingkungannya. Pada penelitian di atas masyarakat mengalami kerentanan masalah air, sehingga masyarakat berupaya untuk tetap bertahan hidup untuk mencari strategi penghidupan yang lebih baik dalam hal ini membuat penampungan air hujan (PAH) dan telaga-telaga. Kesamaannya dengan penelitian ini adalah bahwa masyarakat yang bermukim di daerah Bonorowo Kabupaten Lamongan juga mengalami kerentanan dalam penghidupan, sehingga
4
berupaya untuk tetap bertahan hidup untuk mencari strategi penghidupan yang lebih baik yaitu mencoba mengoptimalkan sumberdaya yang ada. Perbedaannya adalah cara memandang terhadap masalah bahwa pada penelitian di atas dilakukan pada lahan marginal yang kekurangan air, sedangkan penelitian ini di daerah yang surplus air pada musim hujan dan termasuk lahan marginal. Gitoasmoro (1999) menjelaskan dalam penelitiannya tentang perilaku petani dalam mengelola lahan Bonorowo. Perilaku petani dalam pengelolaan lahan Bonorowo dipengaruhi oleh karakteristik dan kualitas lahan. Perilaku pengelolaan lahan oleh petani di daerah Bonorowo beragam menurut satuan bentuk lahan dan tipe pemanfaatannya. Petani di daerah tersebut memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam dengan jenis tanamannya adalah jagung dan padi sawah. Selain bercocok tanam, petani juga memanfaatkan lahan untuk memelihara ikan di tambak. Metode yang digunakan adalah pendekatan spasial berdasarkan satuan bentuk lahan, metode random sampling dipilih untuk responden petani, studi pustaka, instansional, survei dan metode matching untuk analisis kesesuaian lahan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Gitoasmoro (1999) adalah fokus kajian. Penelitian Gitoasmoro (1999) fokus mengkaji perilaku petani dan pemanfaatan lahan oleh petani saja, sedangkan fokus kajian penelitian ini adalah strategi penghidupan masyarakat yang tinggal di dataran Bonorowo. Menurut Tahir (1999) yang mengkaji pengembangan pertambakan di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan dilakukan untuk mengetahui pola usahatani dan teknologi budidaya tambak yang dapat dikembangkan di wilayah studi, sehingga sumberdaya yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari, serta untuk mengetahui tingkat kelayakan per unit lahan yang diusahakan pada masing-masing pola usahatani tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70,24% dari luapan genangan air dapat dikonversi untuk tambak. Luasan tersebut hanya sekitar 4.050,15 hektar yang layak untuk penumbuhan pakan alami. Hasil analisis menunjukkan bahwa luas tambak yang layak secara ekologi dan ekonomi sebesar 64,6%, dengan pola usahatani monokultur bandeng dan polikultur udang-bandeng 5
dengan tingkat kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) dan pengembangan tambak ini dapat menyerap tenaga kerja per musim tanam. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan secara ekologi, maka daerah yang layak untuk usaha budidaya perikanan adalah pantai (tambak). Perbedaannya bahwa penelitian di atas di daerah pesisir dengan memanfaatkan hutan bakau yang kemudian dijadikan tambak. Pada penelitian ini di lakukan di daerah yang tergenang secara alami bukan karena pemanfaatan hutan bakau. Kesamaan dengan penelitian ini adalah pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak. Menurut Suprapto (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Diversifikasi Lahan Marginal di Kecamatan Gerokgak, Buleleng” mengupas tentang berbagai masukan
teknologi
untuk
meningkatkan
produktivitas
lahan
marginal,
mendeskripsikan bahwa lahan marginal mempunyai keterbatasan seperti sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang tidak baik, serta topografi lahan yang kurang mendukung dalam usahatani. Untuk meningkatkan produktivitas lahan kering di Kecamatan Gerokgak, Buleleng, ada beberapa cara yang perlu dilakukan seperti pemakaian varietas tanaman unggul berumur genjah, penerapan pola tanam yang sesuai dengan curahan hujan, perbaikan teknik budidaya tanaman, serta usaha konservasi lahan sehingga kelestarian lahan dapat dijaga. Penelitian Suprapto (2000), terdapat persamaan dengan penelitian ini yaitu meneliti tentang lahan marginal. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian yang dilakukan Suprapto (2000), berfokus pada usaha untuk meningkatkan produktivitas lahan kering/marginal yaitu dengan memberi masukan teknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan marginal, antara lain dengan penerapan pola tanam yang sesuai, ataupun perbaikan teknik budidaya tanaman, sedangkan penelitian ini berfokus bagaimana caranya dapat bertahan hidup dengan cara apapun misalnya dengan usaha perikanan tambak udang vanami. Regmi dkk. (2004), dengan penelitiannya “Improving The Livelihoods of The Poor And Marginalized in Nepal Through Leasehold Forestry”, menjelaskan bahwa penelitiannya adalah untuk mengidentifikasi dan memahami kendala institusional 6
Program Kehutanan di Nepal, yaitu dengan mengidentifikasi seberapa jauh peluang untuk lebih meningkatkan manfaat bagi masyarakat miskin pedesaan yang berasal dari hutan di Nepal. Studi tersebut berfokus pada bagaimana memperbaiki lembagalembaga kehutanan dalam mendukung masyarakat miskin dan menunjukkan bahwa ada keterbatasan kelembagaan dalam meningkatkan strategi penghidupan masyarakat miskin. Hal ini dapat dilakukan dengan: 1. meningkatkan kesadaran masyarakat melalui ilustrasi poster di tempat-tempat atau kantor yang sering dikunjungi oleh masyarakat miskin; 2. peningkatan kesadaran tentang hak dan tanggung jawab; 3. perubahan dalam beberapa desain program untuk mencakup sebanyak-banyaknya masyarakat miskin. Memperbaiki penghidupan masyarakat miskin dengan mereformasi institusiinstitusi pengelolaan kehutanan yang bertujuan memperbaiki strategi penghidupan masyarakat miskin (mengurangi kemiskinan) dan secara khusus mereformasi lembaga yang ada. Alasan terpenting adalah selalu terjadi kesenjangan dalam aset strategi penghidupan di antara individu, keluarga, lokasi geografis, bakat dan keterampilan, aset alam, dan sebagainya. Reformasi dimulai pada pelaksanaan program kelompok masyarakat di Nepal yang melibatkan stakeholder dengan instansi bersangkutan. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah masyarakat di daerah penelitian di atas (Nepal) berada di lokasi hutan dan merupakan lahan marginal, sedangkan masyarakat di daerah penelitian ini di lokasi daerah yang selalu tergenang dan tidak ada hutan, termasuk lahan marginal. Elasha (2005) mengembangkan metode penelitian berdasarkan pada konsep penghidupan berkelanjutan yang diterapkan di Sudan. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengevaluasi kinerja mata pencaharian yang berkelanjutan dan langkahlangkah pengelolaan lingkungan untuk ketahanan terhadap iklim terkait dengan guncangan. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengurangi kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim di masa depan. Penilaian strategi penghidupan berkelanjutan dimaksudkan untuk menghasilkan suatu pemahaman terhadap peran 7
dan dampak dari peningkatan dan pengamanan strategi penghidupan masyarakat lokal. Hal tersebut bergantung pada berbagai metode pengumpulan data, kombinasi indikator kualitatif dan kuantitatif untuk berbagai penerapan model atau kerangka penghidupan yang berkelanjutan. Hasil utama menunjukkan bahwa kerangka kerja dapat dijadikan alat yang berguna dalam memahami dampak dari tindakan strategi penghidupan yang berkelanjutan dalam meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap tekanan iklim terutama kekeringan pada penduduk lokal. Perbedaan penelitian Elasha (2005), dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian yang dilakukan Elasha (2005) bertumpu
pada
tindakan
strategi
penghidupan
yang
berkelanjutan
dalam
meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap tekanan iklim terutama kekeringan pada penduduk lokal, sedangkan pada penelitian ini adalah mengkaji tindakan strategi penghidupan yang berkelanjutan dalam meningkatkan ketahanan pangan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berusaha mengurangi kerentanan terhadap perubahan dan fluktuasi iklim terutama adanya genangan air Bonorowo. Thanh (2005), dalam penelitiannya “Livelihood Diversification and RuralUrban Linkages in Vietnam’s Red River Delta”, mengatakan bahwa masyarakat delta Sungai Merah di Vietnam dalam mengatasi kemiskinan mengembangkan kerajinan tangan yang berasal dari rotan. Lahan pertanian dan peternakannya diserahkan ke orang lain untuk mengurusnya, karena usaha kerajinan tangan lebih menguntungkan. Strategi penghidupan berkembang dari sektor pertanian dan peternakan beralih ke sektor industri kerajinan rumah tangga. Perbedaan dengan penelitian di atas adalah bahwa daerah penelitian ini masyarakatnya masih bertumpu pada sektor pertanian dan pertambakan/perikanan meskipun dengan fluktuasi waktu tertentu menunggu air genangan surut. Brislin (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Amhara Credit And Savings Institutions: Ethiopia”, mengatakan bahwa wilayah Amhara yang terletak di bagian utara Ethiopia adalah negara bagian terpadat ketiga di Afrika, memiliki sejarah politik yang panjang, kekeringan berulang dan mayoritas penduduk hidup dalam kemiskinan, di sisi lain merupakan negara bagian yang memiliki potensi 8
sumber daya yang cukup baik untuk pengembangan pertanian, keanekaragaman hayati, sumberdaya air dan mineral. Amhara meliputi area seluas 170.752 km2, dan memiliki populasi sekitar 18 juta orang (sekitar seperempat dari populasi nasional). Sekitar 85% dari populasi tinggal di wilayah perdesaan, meskipun lebih padat penduduknya dibandingkan negara-negara lain di Ethiopia.Tingkat kemiskinan di Amhara adalah yang tertinggi di negara ini seperti yang dilaporkan tahun 1999/2000. Proporsi penduduk Amhara yang benar-benar miskin adalah 42%. Sebagian besar penduduk di Amhara tinggal di daerah perdesaan yang kondisinya sulit, karena kebanyakan sangat bergantung pada pertanian dan dihadapkan dengan pengaruh kondisi iklim. Sarana telekomunikasi, infrastruktur, transportasi, dan pelayanan kesehatan sudah tersedia tetapi tidak mencukupi dan sulit diakses. Hal ini tidak hanya menciptakan masalah untuk pengiriman jasa keuangan, tetapi juga untuk promosi pengembangan usaha dan penyediaan
layanan
yang
diperlukan
seperti
kesehatan,
pendidikan
dan
telekomunikasi. Tantangan yang dihadapi rumah tangga perdesaan Ethiopia adalah mengupayakan pengembangan yang diarahkan membawa perubahan ekonomi dan meningkatkan tingkat pendapatan rumah tangga. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah di daerah penelitian ini hampir semua sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan komunikasi dapat diakses. Menurut Sumanto (2007) yang meneliti tentang “Strategi Bertahan Hidup, Keberdayaan dan Tingkat Partisipasi Petani Lahan Marginal dalam Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi di Kabupaten Blora”, bahwa pembangunan pertanian di lahan marginal pada umumnya masih tertinggal dan kurang mendapat prioritas oleh pemerintah. Pertanian lahan persawahan tampak cenderung sudah jenuh dengan ditandainya produktivitas lahan yang semakin menurun dan pemerintah mulai banyak melirik pada lahan non sawah, yaitu pada lahan kering maupun lahan basah di antaranya Bonorowo.
9
Ciri utama lahan marginal adalah sebagian besar usaha pertanian dilakukan secara tradisional dan bersifat subsisten yang artinya suatu sistem bertani dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarganya. Dalam kondisi yang demikian, keberadaan komunitas petani inilah yang biasanya menjadi kantongkantong wilayah kemiskinan. Kemiskinan biasanya terkait dengan dimensi kerentanan, kelemahan fisik, tingkat isolasi dan ketidakberdayaan. Perbedaan dengan penelitian di atas adalah bahwa obyek penelitian ini lahan Bonorowo yang merupakan lahan basah karena selalu tergenang air dalam waktu relatif lama. Masyarakat Bonorowo lebih berfokus bagaimana dapat bertahan hidup pada lahan marginal tersebut, sedangkan kesamaannya yaitu daerah penelitian pada lahan marginal. Penelitian tentang strategi penghidupan juga telah dilakukan oleh Tim BAPPEDA
Lombok
Timur
(2008).
Tujuannya
adalah
mengkaji
tentang
pemberdayaan petani miskin di lahan marginal di Kecamatan Wanasaba. Pelaksanaan kegiatan pendampingan/pemberdayaan petani miskin di lahan marginal bertujuan untuk mendorong penuh partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lahan kering yang berkelanjutan dan bertanggung jawab ke arah peningkatan sistem sosial dan ekonomi yang berpihak kepada alam/lingkungan dan memberikan pendampingan dan penguatan terhadap organisasi/kelompok tani menuju perubahan yang lebih baik secara sosial dan ekonomi. Hasil dari penelitian tersebut adalah masyarakat Kecamatan Wanasaba di Kabupaten Lombok Timur mempunyai strategi penghidupan sebagai petani dengan berusaha meningkatkan penghasilan mereka melalui pembentukan kelompok tani. Kelompok tani yang sudah terbentuk ini memiliki anggota yang berkisar dari 20 sampai dengan 470 orang. Keberadaan kelompok tersebut seringkali hanya dibentuk untuk memenuhi persyaratan mendapatkan proyek atau bantuan pemerintah. Pola ketergantungan petani terhadap pemerintah dan pihak pemodal sangat terasa sekali dalam proses pembentukan kelompok atau kerja konkrit kelompok tani di daerah tersebut. 10
Perbedaan peneliti ini dengan penelitian BAPEDDA Lombok Timur adalah penelitian tersebut melaksanakan strategi penghidupan yang berbeda yaitu ketergantungan petani terhadap pemerintah dan pihak pemodal meskipun mereka juga hidup di lahan marginal yaitu dilakukan di daerah yang kekurangan air, sedangkan penelitian ini merupakan daerah surplus air pada musim hujan sehingga menimbulkan genangan. Kesamaan dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian di atas dilakukan pada lahan marginal yang menimbulkan kerentanan pada masyarakat setempat. Eriksen dkk. (2008) mengadakan penelitian tentang dampak konflik dan kekerasan pada kerentanan rumah tangga terhadap stres disebabkan iklim di Kenya. Konflik dan stres karena iklim adalah dua masalah penting yang dihadapi oleh populasi di Afrika. Sementara sumber konflik dan kekerasan banyak terjadi di daerah kering Afrika Timur, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan sistematis tentang pengaruhnya terhadap kehidupan rumah tangga dan dalam kapasitas tertentu bagaimana cara mengatasi kekeringan dan tekanan karena iklim. Stres karena iklim lazim dan banyak terjadi di Sub-Sahara Afrika Timur. Stres karena iklim ini berlangsung dari tahun ke tahun, ketidakpastian variabilitas musiman, curah hujan dan kejadian ekstrim seperti kekeringan dan banjir bandang selalu melanda. Perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa kerentanan yang terjadi di daerah penelitian di atas (Afrika Timur) disebabkan adanya kekeringan dan konflik, sedangkan dalam penelitian ini kerentanan terjadi karena adanya genangan air. Suatu penelitian yang telah dilakukan oleh Yuwono (2009) dalam penelitiannya “Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marginal” mengatakan bahwa lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu. Dalam hal ini lahan pantai termasuk lahan yang mempunyai kegunaan terbatas/marginal. Beberapa kegiatan/usaha yang dilakukan untuk membangun kesuburan tanah di lahan pasir pantai antara lain: 11
1. penanaman pohon pada zona terdekat dengan pantai (sempadan laut) perlu dilaksanakan sepanjang kawasan pantai (0-200 m), 2. penggunaan pupuk organik yang diolah dengan bahan mineral lempung menjadi bentuk organo-mineral, 3. penggunaan arang yang diperoleh dari konversi biomassa di wilayah sekitar melalui proses pembakaran tanpa oksigen (pirolisis), 4. penggunaan pupuk cair organik (olahan kotoran binatang) untuk jenis tanaman buah dan sayur. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian yang telah dilakukan oleh Yuwono (2009) di lahan pantai, dalam hal ini secara teknis dibutuhkan cara bagaimana memperlakukan lahan pantai/lahan marginal berupa lahan pasir yang kurang produktif menjadi produktif, misalnya dengan penanaman pohon pada zona terdekat dengan pantai (sempadan laut) perlu dilaksanakan sepanjang kawasan pantai (0-200 m) dan pupuk organik yang diberikan pada lahan pasir untuk dapat bertahan dalam waktu 10-15 tahun. Dalam penelitian ini lahan marginal berupa genangan air Bonorowo, sehingga yang diperlukan adalah bagaimana strategi penghidupan harus dilakukan oleh masyarakat Bonorowo agar tetap bertahan hidup pada lahan marginal/ Bonorowo tersebut. Studi yang telah dilakukan oleh Himbawan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Penyebab Tetap Bermukimnya Masyarakat di Kawasan Rawan Banjir Kelurahan Tanjung Agung Kota Bengkulu” menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan seseorang tetap menetap di daerah kawasan rawan bencana banjir pada Kelurahan Tanjung Agung Kota Bengkulu adalah lebih bersifat deskriptif dengan pendekatan positivistik. Metode yang digunakan adalah campuran (mix method), yaitu suatu metode yang mengkombinasikan dua teknik pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif ke dalam metodologi sebuah penelitian tunggal. Daerah penelitian berada ditepi hilir sungai merupakan langganan banjir setiap tahunnya bahkan frekuensi banjir bisa dua sampai tiga kali dalam setahun 12
dengan ketinggian genangan bisa mencapai satu setengah meter dari muka tanah. Namun demikian dengan seringnya kejadian banjir tidak serta merta membuat masyarakat meninggalkan tempat tinggalnya bahkan masyarakat tetap bermukim di lokasi yang rawan banjir, walaupun sudah pernah ada tawaran program pemerintah untuk memindahkan atau merelokasi permukiman masyarakat ke lokasi yang lebih aman bebas dari banjir. Teknik analisis dengan metode kuantitatif pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik statistik deskriptif yang bersifat uraian atau penjelasan dengan membuat tabel atau grafik, mengelompokkan serta menganalisa data berdasarkan pada hasil jawaban kuesioner yang diperoleh. Sedangkan teknik analisis dengan metode kualitatif menggunakan teknik pengamatan dan wawancara dengan informan terpilih sebagai sumber imformasi. Menurut Himbawan (2010) bahwa faktor penyebab yang menentukan seseorang tetap bermukim di Kelurahan Tanjung Agung Kota Bengkulu yang rawan bahaya banjir yaitu banyaknya responden yang telah bermukim cukup lama secara turun-temurun, kemudian adanya upaya responden untuk mengantisipasi banjir, baik dengan cara menimbun, membuat rumah panggung, maupun membuat rumah bertingkat. Selanjutnya yang menjadi alasan tetap bermukimnya responden dilokasi rawan banjir adalah adanya kerabat yang masih berada dalam satu lokasi yang sama dengan responden dan yang terakhir adalah jenis atau bentuk rumah yang dimiliki responden terutama responden yang memiliki rumah berbentuk panggung dan bertingkat tidak sama sekali berkeinginan untuk pindah Menurut Miah dkk. (2010) dalam penelitiannya telah meneliti tentang kerawanan pangan pada rumah tangga miskin di Bangladesh. Pada waktu itu keadaan sangat memburuk karena terjadi kenaikan harga makanan dari biji-bijian, sehingga menyebabkan guncangan. Kebanyakan rumah tangga miskin mengurangi konsumsi makan/diet, tak jarang mengkonsumsi makanan berkualitas rendah. Strategi penghidupan yang dapat dilakukan rumah tangga miskin antara lain strategi keuangan, yaitu dengan meminjam uang kepada pihak-pihak pemberi pinjaman, 13
strategi kerja misalnya melakukan kerja apapun di kota dan strategi lainnya. Orangorang yang kurang beruntung selalu mengikuti strategi tertentu dalam mengatasi kemiskinan, karena pendapatan yang cukup rendah dan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah daerah penelitian ini kerawanan pangan bukan satu-satunya sumber kerentanan, tetapi yang menjadi sumber kerentanan adalah karena daerahnya merupakan daerah banjir yang menggenang dalam kurun waktu relatif lama. Menurut The United Nations Development Programme (UNDP) (2010), dalam penelitiannya tentang “Assessing The Impacts of Climate Change on Community-Based Sustainable Use of Forest Resourcesin The Caribbean”, mengatakan bahwa Karibia adalah salah satu daerah yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, terutama karena ukuran dari pulau-pulaunya kecil dan sangat tergantung pada sumber daya alam untuk pembangunan ekonominya. Penelitian dalam sepuluh negara yang berpartisipasi dalam UNDP (2010) PBB Program Pembangunan Karibia yaitu Persemakmuran Dominika, Grenada, Guyana, Jamaika, St Kitts dan Nevis, Saint Lucia, St Vincent dan Grenadines, Trinidad dan Tobago. UNDP (2010) berusaha untuk mengidentifikasi strategi penghidupan masyarakat berbasis kehutanan akibat perubahan iklim. Perubahan iklim menunjukkan bahwa hutan dan kegiatan strategi penghidupan yang terkait, mengakibatkan dampak negatif yang memerlukan rekomendasi bagi pembuat kebijakan untuk meningkatkan dukungan alokasi sumberdaya dalam membantu masyarakat hutan beradaptasi dan melakukan mitigasi terhadap perubahan iklim. Obyek penelitian di atas adalah masyarakatnya masih bertumpu pada sektor kehutanan, sedangkan pada penelitian ini obyek penelitian adalah strategi penghidupan di lahan tergenang (Bonorowo). Kesimpulan umum analisis penelitian terdahulu: Beberapa kajian penelitian terdahulu yang dirujuk, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
14
1. Semua penelitian berfokus pada petani atau masyarakat di lahan marginal yang mengalami
kerentanan
dan
berusaha meningkatkan
produktivitas
lahan
kering/marginal. 2. Pada umumnya kerentanan yang dihadapi adalah kekeringan karena pengaruh musim. 3. Kebanyakan pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak di daerah pesisir dengan memanfaatkan hutan bakau dijadikan tambak. 4. Ketahanan pangan merupakan isu utama, terkait dengan perubahan musim. Kesimpulan khusus analisis penelitian terdahulu: Kekurangan dari beberapa penelitian terdahulu adalah tidak menganalisis strategi masyarakat di lahan marginal tersebut dapat bertahan hidup. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini: 1. Penelitian dilakukan di lahan marginal yaitu lahan Bonorowo di Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur 2. Mengeksplorasi dan menganalisis konteks kerentanan penghidupan di lahan Bonorowo 3. Menganalisis dan menemukan hubungan kepemilikan aset/modal dengan pilihan strategi penghidupan di lahan Bonorowo 4. Menganalisis dan menemukan strategi penghidupan masyarakat di lahan Bonorowo 1.6. Batasan Istilah Penelitian a. Strategi Penghidupan adalah kegiatan mengatur atau merencanakan dengan cermat dalam merespon perubahan dalam kehidupan untuk memperoleh target atau sasaran yang diinginkan dalam kehidupan yang dijalani.
15
b. Aktivitas Strategi Penghidupan Rumah Tangga adalah kegiatan rumah tangga yang dilakukan dengan mengkombinasikan aset-aset penghidupan yang dimiliki atau dapat diakses dalam rangka meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, resiliensi penghidupan, ketahanan pangan, dan menjamin keberlangsungan sumber daya alam untuk generasi selanjutnya. c. Kerentanan adalah suatu keadaan penurunan ketahanan akibat pengaruh eksternal yang mengancam kehidupan, mata pencaharian, sumber daya alam, infrastruktur, produktivitas ekonomi, dan kesejahteraan. Kerentanan juga merupakan kondisi lingkungan eksternal wilayah tempat tinggal suatu masyarakat yang dipengaruhi oleh shocks, trends, dan permasalahan seasonality dan memberikan pengaruh bagi kondisi aset penghidupan (Ali Yansyah, 2015). Kerentanan dalam penelitian ini merupakan hasil penjumlahan skor tingkat kerentanan sosial, ekonomi, kelembagaan dan lingkungan. d. Kerentanan Sosial adalah merupakan penurunan ketahanan akibat adanya kesenjangan dalam kondisi sosial kemasyarakatan. e. Kerentanan Ekonomi adalah penurunan ketahanan akibat adanya situasi perekonomian yang tidak stabil sehingga belum mampu mencukupi kebutuhan hidup. f. Kerentanan Lingkungan adalah merupakan kondisi lingkungan yang menurun ketahanannya karena kurangnya daya dukung dan tingginya intensitas bencana yang terjadi, dalam hal ini penyebabnya adalah lahan pertanian yang tergenang. g. Rumah Tangga (RT) adalah unit sosial terkecil bagian dari komunitas yang berbagi tempat tinggal atau tungku yang sama dan secara bersama-sama berupaya melakukan strategi penghidupan untuk keberlanjutan penghidupan rumah tangganya. 16
h. Umur adalah lama seseorang hidup sejak dilahirkan hingga survei dilakukan satuan dalam tahun. i. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang ditamatkan seseorang. j. Ikatan Sosial adalah keeratan hubungan kemasyarakatan di wilayah penelitian yang dilihat dari partisipasi terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. k. Mata Pencaharian/ Pekerjaan Utama adalah kegiatan utama sehari-hari yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan, misalnya; Pegawai, Petani, Wiraswasta. l. Mata Pencaharian/ Pekerjaan Sampingan Merupakan kegiatan sehari-hari untuk menambah penghasilan di luar penghasilan dari pekerjaan utama, misalnya; Petambak, Penjahit, serabutan dan sebagainya.
17