BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1
Pendahuluan Untuk mencapai tujuan penelitian diperlukan berbagai tahapan yang harus
dilaksanakan secara cermat dan sistematis. Tahapan yang akan dilaksanakan pada bab ini membahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan, variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data yang akan digunakan. Sedangkan untuk kerangka pemikiran serta hipotesa telah penulis jelaskan dalam bab 2.7. 3.2
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan
kerangka pemikiran yang dirumuskan, serta untuk menguji hipotesa tersebut di atas, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu: e. Apa saja peristiwa risiko yang berpengaruh terhadap penentuan pengambilan keputusan kontrak lump sum pada proyek undefinitive design. f. Bagaimana dampak peristiwa risiko yang dominan tersebut pada kontrak lump sum dengan proyek undefinitive design. 3.3
Metode Penelitian Untuk menyelesaikan penelitian ini, diperlukan metode penelitian yang
sesuai. Pendekatan penelitian yang kita pilih tergantung pada jenis informasi yang kita perlukan, sedangkan metode penelitian yang kita pakai tergantung pada caracara yang kita pilih untuk mengumpulkan informasi tersebut. Penetapan strategi penelitian dipilih sesuai dengan informasi yang diperlukan dan rumusan masalah yang ada. Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data yang berguna untuk tujuan serta kegunaan tertentu. Menurut Robert K. Yin (2009, p.8), strategi/metode penelitian perlu mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu: jenis pertanyaan (research question) yang digunakan, apakah sejaman (contemporary) atau merupakan historical events [71]. Strategi/metode penelitian tersebut berdasarkan pendekatan pengumpulan data dan pertanyaan penelitian seperti pada Tabel 3.1. 51 Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
Universitas Indonesia
52 Tabel 3.1 Strategi Penelitian Untuk Masing-Masing Situasi
Strategi Eksperimen Survai Analisis Arsip Sejarah Studi Kasus
Bentuk pertanyaan Penelitian Bagaimana, mengapa Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar Siapa, apa, dimana, berapa banyak, berapa besar Bagaimana, mengapa Bagaimana, mengapa
Kendali terhadap peristiwa yang diteliti
Fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan/baru diselesaikan
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya / Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Sumber : Robert K.Yin, 2009
Mengacu pada strategi penelitian yang dibuat oleh Yin seperti pada Tabel 3.1 di atas, untuk menjawab pertanyaan pertama di atas maka strategi penelitian yang dipilih adalah dengan melakukan survai. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan kedua pendekatan studi kasus, setelah diketahui faktor-faktor risiko utama dalam penentuan penggunaan kontrak lump sum. 3.4
Skema Metode Penelitian Berdasarkan penjelasan dalam sub bab 3.3 di atas, metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survai dan studi kasus, sub bab ini akan menjelaskan lebih detail tentang ketiga metode tersebut 3.4.1 Proses Penelitian Survai Pendekatan penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang pertama adalah metode survai. Dalam survai, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Umumnya, pengertian survai dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sample atas populasi untuk mewakili seluruh populasi (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989, p.3) [72]. Berdasarkan kajian literatur pada bab 2, mengenai risiko Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
53 pemakaian kontrak lump sum pada desain yang tidak jelas (un-definitive design) mempunyai dampak yang cukup besar terhadap kinerja biaya suatu proyek, sehingga membutuhkan adanya penentuan peristiwa-peristiwa risiko yang mungkin terjadi dalam pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sum untuk menjalankan proyek tersebut. Pendekatan survai ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan pertama, yaitu: apa saja peristiwa-peristiwa risiko yang digunakan sebagai ukuran dalam penentuan pengambilan keputusan kontrak lump sum untuk menghasilkan penawaran yang wajar dan kompetitif. Metode penelitian ini dibagi dalam dua tahap sebagai berikut: a. Melakukan survai kuesioner kepada pakar/ahli untuk variabel-variabel yang berpengaruh terhadap parameter-parameter yang digunakan sebagai ukuran dalam pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sum. Kuesioner yang digunakan pada tahap pertama/awal menggunakan model kuesioner terbuka yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai kehendak dan keadaan (Riduwan, 2006, p.99) [73]. Pada tahap awal/pertama variabel hasil literatur secara umum dibawa ke pakar/ahli untuk diverifikasi, klarifikasi dan validasi dengan pertanyaan apakah Bapak/Ibu setuju, variabel dibawah ini merupakan peristiwa risiko dalam pengambilan keputusan dalam penggunaan kontrak lump sum?. Kemudian pakar diminta untuk
mengisikan
kolom
komentar/tanggapan/perbaikan/masukan
yang
menyatakan persepsi pakar mengenai parameter-parameter yang digunakan sebagai pertimbangan pemakaian kontrak lump sum. Pakar bisa menambahkan atau mengurangi parameter-parameter tersebut. Data hasil dari pakar kemudian diolah dengan menggunakan metode Delphi, sehingga variabel yang dihasilkan merupakan variabel risiko dalam penetapan penggunaan kontrak lump sum pada proyek un-definitive design. b. Berdasarkan variabel hasil verifikasi, klarifikasi dan validasi ke pakar dilanjutkan kuesioner tahap dua kepada responden/stakeholder untuk mengetahui persepsi responden/stakeholder terhadap parameter-parameter risiko terbesar yang berpengaruh pada saat penerapan kontrak lump sum pada proyek dengan dengan gambar, spesifikasi dan data yang terbatastersebut. Model kuesioner kedua ini disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
54 responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya/ persepsinya dengan cara memberi tanda silang (x) atau tanda checklist (√) (Riduwan, 2006, p.100) [74]. Survai tahap kedua ini dilakukan terhadap responden yang terlibat pada pelaksanaan proyek PLTU dengan client dari Cina yang mempunyai pengalaman minimal 5 tahun dalam menangani proyek dengan un-definitive design yang menggunakan kontrak lump sum. Data dari responden/stakeholder kemudian dianalisa dengan uji validitas dan reliabilitas, analisa diskriptif, Uji U Mann-Whitney, uji KruskalWallis, analisa AHP, analisa level risiko dan korelasi non parametris. Hasil analisa dan pembahasan diakhiri dengan penarikan dan penyusunan prioritas faktor-faktor risiko yang berpengaruh dalam penentuan pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sum pada proyek un-definitive design. c. Setelah analisa AHP dan analisa risiko dilakukan akan diperoleh prioritas faktor-faktor, selanjutnya melakukan kuesioner kepada pakar/ahli untuk memvalidasi hasil penelitian, sekaligus untuk mengetahui tindakan terhadap faktor-faktor risiko utama. d. Kuesioner tahap keempat sebagai studi kasus untuk memvalidasi ke proyek yang sedang berjalan, yaitu melalui wawancara/kuesioner kepada Project Manager dan Operational Director. Konsep dasar alur penelitian untuk menjawab RQ1, dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
55
Identifikasi Masalah Penetapan tujuan dan maksud
Pengumpulan data II Stakeholders Uji U Mann Whitney dan Kruskall-Wallis
Studi Literatur
Uji Validitas & Reliabilitas
Kuesioner Tahap I
Pengumpulan data I Pakar (Validasi)
Analisa statistik Variabel Dominan Kuesioner Tahap III (Validasi pakar & Literatur)
Analisa deskriptif
Respon Planning
Analisa statistik Variabel Laten
Rekomendasi tindakan koreksi & pencegahan
Analisa data tahap I (Methode Delphi)
AHP
Kuisioner Tahap II
Analisa Level Risiko
Gambar 3.1 Proses Penelitian RQ.1 Sumber : Hasil Olahan
3.4.2
Proses Penelitian Studi Kasus Pendekatan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua
adalah metode studi kasus, seperti halnya strategi-strategi penelitian lainnya, metode studi kasus merupakan suatu cara penelitian terhadap masalah empiris dengan mengikuti rangkaian prosedur yang telah dispesifikasikan sebelumnya (Robert K. Yin, 2009, p.18) [75]. Pada tahapan ini merupakan pengembangan dari penelitian survai. Peneliti berusaha membuat analisa berapa besar dampak dari pengambilan keputusan atas penggunaan kontrak lump sum pada proyek dengan gambar, spesifikasi dan data yang terbatas. Hal ini ditinjau terhadap kinerja biaya dalam proyek X pada perusahaan PT. Y dengan mempertimbangkan semua risiko yang terjadi selama masa konstruksi. Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
56 Hasil dari analisa rekomendasi tindakan koreksi dan pencegahan pada penyebab hasil survai yang paling dominan pada pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sum, kemudian dilakukan pengumpulan data dalam studi kasus dengan memvalidasi kepada proyek yang sedang berlangsung, melalui wawancara terstruktur yang telah tersusun dalam kuesioner. Wawancara merupakan sumber informasi yang esensial bagi studi kasus. Pada tahap akhir penelitian ini, akan diperoleh hasil pengolahan dan analisa data. Dari hasil tersebut kemudian dibuat kesimpulan yang akan menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari keterangan tersebut di atas bisa dibuat konsep dasar alur penelitian dalam menjawab RQ.2 dapat dilihat pada gambar 3.2. sebagai berikut:
Validasi Proyek (Wawancara / kuesioner IV)
Rekomendasi tindakan koreksi dan pencegahan
Data Collecting IV
Kesimpulan Gambar 3.2 Proses Penelitian RQ.2 Sumber : Hasil Olahan
3.5
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut lalu ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009, p.38-42) [76]. Selanjutnya Sugiyono (2009) menyebutkan bahwa berdasarkan Hatch dan Farhady (1981) secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang punya variasi antara satu orang atau satu obyek dengan yang lainnya. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, Sugiyono (2009) menyimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
57 dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Menurut Sugiyono (2009) terdapat macam-macam variabel, diantaranya: a. Variabel independen yang dalam bahasa Indonesianya sering disebut variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen). b. Variabel dependen atau terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. c. Variabel moderator, merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas. d. Variabel intervening, adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan yang tidak langsung dan tidak diamati dan diukur. Merupakan variabel penyela /antara yang terletak diantara variabel terikat dan bebas. e. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependen) adalah kinerja biaya proyek yang dibandingkan terhadap budget, dan variabel bebas (independen) yang diteliti adalah peristiwa-peristiwa risiko yang berpengaruh saat pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sum pada proyek un-definitive
design.
Sedangkan untuk variabel moderator, intervening serta kontrol tidak peneliti gunakan dalam penelitian ini . Tabel 3.2 berikut menunjukkan variabel-variabel risiko yang berpengaruh terhadap penetapan pengambilan keputusan kontrak lump sum pada proyek dengan gambar, spesifikasi dan data yang terbatas.
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
58 Tabel 3.2 Variabel-Variabel Risiko yang Berpengaruh Terhadap Penggunaan Kontrak Lump Sum pada Proyek Undefinitive Design Variabel
Indikator
Proses Tender (PMBOK 2004)
1.1. Dokumen tender
1.
Risiko penggunaan kontrak lump sum pada proyek undefinitive design
Fak.
Sub-Indikator 1.1.1.
1.1.2.
Spesifikasi
Desain dasar
Risk Event Spesifikasi dalam dokumen tender tidak jelas
Desain tidak sesuai dengan lingkup kerja
Penyebab
Referensi
- Minimnya informasi terhadap spek kontrak yang diminta. - Kurangnya pengalaman pemberi kerja. - Kurangnya tenaga ahli, karena waktu yang disediakan terbatas.
Kerzner (2009) R. Chalal (2006)
- Level kematangan desain tidak tersedia lengkap pada saat tender
Kristiawan (2006)
Terjadi perubahan desain - Belum siapnya desain untuk selama proyek konstruksi dari Client pada saat tender 1.1.3.
Bill of Quantity
Detail BoQ tidak lengkap
Huston (2001)
Kristiawan (2006)
- Tidak Tersedianya BoQ Kristiawan yang menjabarkan lingkup (2006) pekerjaan - Tidak tersedianya schedule of rate untuk mengantisipasi pekerjaan tambah Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
59 Tabel 3.2 (Sambungan)
Risiko penggunaan kontrak lump sum pada proyek undefinitive design
Fak.
Variabel
Indikator
Sub-Indikator 1.1.4.
Scope of work
Risk Event Scope of work tidak terdifinisi dengan jelas
1.1.5.
Shcedule
Schedule pelaksanaan dari Owner tidak realistik
1.1.6.
Contract Clauses
Dokumen kontrak tidak jelas
Penyebab
Referensi
- Lingkup kerja tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi - Batas-batas lingkup kerja yang kurang jelas dalam hal material. - Tidak akuratnya perhitungan serta kurangnya kompetensi dan pengalaman dari Owner - Tidak jelasnya scheduling clause dalam suatu dokumen kontrak - Kondisi fisik di lapangan tidak sesuai dengan yang ada dalam kotrak - Adanya pekerjaan yang berbeda dengan spesifikasi yang ada dalam kontrak
Kristiawan (2006) Oka Saputra (2008) Karla Knight, Aminah Robinson (2000) Nursyam Saleh (2007)
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
60 Tabel 3.2 (Sambungan)
Risiko penggunaan kontrak lump sum pada proyek un-definitive design
Fak.
Variabel
Indikator 1.2 Estimasi
Sub-Indikator 1.2.1
SDM
Risk Event
Penyebab
Referensi
- Estimator kurang memahami scope of work - Estimator kurang paham dalam membaca spesifikasi material maupun pekerjaan - Estimator tidak menghitung kembali seluruh quantity berdasarkan gambar tender. - Estimator tidak menganalisa harga satuan setiap pekerjaan - Estimator tidak melakukan Estimasi tidak sesuai site visit untuk memahami kondisi sesungguhnya di kondisi lokasi lapangan Terjadi kesalahan estimasi
Terjadi kesalahan metode Konstruksi dalam penawaran
- Estimator tidak membuat review tentang metode konstruksi yang digunakan dalam dokumen tender
Kristiawan (2006) R. Chalal (2006)
Kristiawan (2006) Kristiawan (2006)
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
61 Tabel 3.2 (Sambungan) Fak.
Variabel
Indikator
Sub-Indikator
1.2.2.
Risk analysis
Risk Event
Penyebab
Referensi
Estimasi tidak kompetitif
- Estimator tidak membuat review tentang sumber daya yang diperlukan - Estimator tidak membuat schedule pekerjaan pada saat tender
Kristiawan (2006)
Risiko proyek tidak diperhatikan
- Kurangnya tenaga yang qualified dalam perhitungan tender
Kerzner, Harold (2009)
Kesalahan dalam analisa - Tidak dilakukan identifikasi risiko dalam risiko pada penawaran draft terms & Condition tender of Contract - Tidak dilakukan identifikasi risiko yang akan dihadapi selama masa pelaksanaan konstruksi
Kristiawan (2006) PMBOK (2004)
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
62 Tabel 3.2 (Sambungan) Variabel
2. Proses Kontrak (PMBOK, 2004)
Fak.
Indikator
2.1
Dokumen kontrak
Sub-Indikator
Risk Event
2.1.1.
Schedule
Tidak lengkapnya scheduling clause
2.1.2.
Spesifikasi
Tidak sempurnanya spesifikasi
Penyebab
Referensi
- Tidak dilakukan analisa risiko yang bisa dihindari/ditransfer ke pihak lain - Tidak dilakukan analisa risiko yang ditanggung oleh kontraktor atau pemberi jasa - Kurangnya pengalaman manajer dalam pengaturan jadwal dan perencanaan. - Job meeting yang tidak teratur sehingga pekerjaan tidak terkoordinir dengan baik - Kurangnya pengalaman pemberi kerja - Kurangnya tenaga ahli, karena waktu yang disediakan terbatas.
Nursyam Saleh (2007) Huston (2001)
Nursyam Saleh (2007)
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
63 Tabel 3.2 (Sambungan) Fak.
Variabel
Indikator
Sub-Indikator
2.1.3.
Klausal kontrak
Risk Event
Penyebab
Referensi
Pemberi Order mengubah metode kerja yang tidak tercantum dalam kontrak
- Pemberi jasa tidak bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai dalam kontrak - Adanya permintaan aselerasi pekerjaan yang dilakukan oleh pemberi kerja
Nursyam Saleh (2007)
Data lapangan tidak sesuai dengan data dalam kontrak
- Kondisi sebenarnya yang ada di lapangan baru diketahui setelah pekerjaan berlangsung.
Nursyam Saleh (2007)
Klausal kontrak tidak lengkap
- Tidak adanya klausal yang berhubungan dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam kontrak
F. T.Hartman, P. Snelgrove, Rafi Ashrafi (1998)
Klausal kontrak yang tidak jelas sehingga menimbulkan dispute item
- Penulisan klausal dalam kontrak yang tidak bagus, bisa bermakna rancu.
F. T.Hartman, P. Snelgrove, Rafi Ashrafi (1998)
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
64 Tabel 3.2 (Sambungan) Fak.
Variabel
Indikator
Sub-Indikator
Risk Event
Klausal kontrak tidak menjelaskan tentang risiko-rsiko yang akan timbul dalam pelaksanaan proyek.
Penyebab
Referensi
- Bahasa dalam kontrak tidak menyebutkan secara jelas batasan tanggung jawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak - Tidak adanya penjelasan tentang perubahan dalam pekerjaan yang disebabkan oleh owner - Tidak adanya penjelasan perubahan dalam pekerjaan yang mengakibatkan perubahan biaya. - Tidak adanya penjelasan tentang sistem pembayaran
Francis T.Hartman, Patrick Snelgrove, Rafi Ashrafi (1998)
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
65 Tabel 3.2 (Sambungan) Variabel
3. Proses Konstruksi (PMBOK, 2004)
Fak
Indikator
3.1
Referensi Kerja
Sub-Indikator
3.1.1.
Desain
Risk Event
Terjadi perubahan Desain selama proyek Terjadi re-design
3.2
Pengguna Jasa / Owner
3.1.2.
Spesifikasi
Terjadi Perubahan spesifikasi material
3.2.1.
Data & Informasi
Terjadi keterlambatan penyampaian data yang disebabkan oleh Owner
Penyebab
Referensi
- Tidak adanya penjelasan tentang keterlambatan yang disebabkan oleh owner, kebijakan publik dan force majeure. - Tidak lengkap dan komplitnya gambar pada saat tender - Desain tidak cocok pada saat pelaksanaan - Spesifikasi yang kurang detail & akurat - Terjadi kesalahan dalam menyebutkan spesifikasi dalam kontrak - Terlambat dalam memproses permintaan data atau informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek
Hosen, Radian (2006) Hosen, Radian (2006) Hosen, Radian (2006)
AACE International Team (2009)
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
66 Tabel 3.2 (Sambungan) Fak.
Variabel
Indikator
Sub-Indikator
Risk Event
Penyebab
Referensi
- Kurangnya akses informasi ke site - Keterlambatan administrasi informasi
3.2.2.
Desain
Terjadi keterlambatan konstruksi dari pihak owner
AACE - Keterlambatan International konstruksi yang Team (2009) disebabkan oleh pihak kontraktor owner - Perintah penangguhan pekerjaan - Perubahan perintah dari owner
Terjadi keterlambatan konstruksi dari pihak Designer.
- Keterlambatan designer AACE dalam merespon International permintaan informasi Team (2009) (RFI) - Keterlambatan dalam persetujuan review desain.
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
67 Tabel 3.2 (Sambungan) Fak.
Variabel
Indikator 3.3 Pemberi Jasa / . Kontraktor
Sub-Indikator
Risk Event
3.3.1
SDM
Terjadi Rework
3.3.2.
Schedule
Terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi Terjadi keterlambatan administrasi pekerjaan
Terjadi keterlambatan pemenuhan kebutuhan proyek
Penyebab
Referensi
- Kinerja karyawan dalam hal kualitas sangat buruk - Tidak ada pengalaman dengan proyek sebelumnya - Tenaga kerja dan peralatan tidak cukup - Produktivitas kerja rendah
AACE International Team (2009)
- Perencanaan, koordinasi atau manajemen pekerjaan yang tidak cukup - Lambat dalam menentukan pemenang subkontraktor atau pengadaan. - Lambat dalm memproses material / peralatan yang dibutuhkan
AACE International Team (2009)
AACE International Team (2009)
AACE International Team (2009)
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
68 Tabel 3.2 (Sambungan) Fak.
Variabel
Indikator
Sub-Indikator
Risk Event Terjadi keterlambatan dalam proses procurement
Penyebab
Referensi
- Kegagalan dalam memperoleh persetujuan kontrak - Kegagalan dalam order material dan peralatan tepat waktu untuk memenuhi kebutuhan schedule pekerjaan
AACE International Team (2009)
Sumber : Hasil Olahan
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
69 3.6
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti, dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2009, p. 102) [77]. Selanjutnya Sugiyono (2009, p.93) menyebutkan bahwa ada beberapa macam skala pengukuran yaitu skala nominal, ordinal, interval dan rasio [78]. Untuk memverifikasi, mengklarifikasi, serta memvalidasi variabel, digunakan instrumen kuesioner terbuka, sedangkan untuk mengetahui dampak dan frekwensi risiko terhadap pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sum pada proyek dengan gambar, spesifikasi dan data yang terbatas menggunakan skala interval. Untuk pengukuran atau penilaian dampak/pengaruh peneliti menggunakan skala nominal angka 1 – 5, dimana angka 1 berarti tidak berpengaruh sama sekali sedangkan angka 5 sangat berpengaruh. Menurut Harold Kerzner (2009) tabel penilaian dampak adalah seperti tabel 3.3 di bawah ini [79]. Tabel 3.3 Tabel Penilaian Dampak Level
Penilaian
A=1
Sangat rendah
B=2
Rendah
C=3
Sedang
D=4
Tinggi
E=5
Sangat Tinggi
Akibat Tidak ada dampak, kerugian keuangan tidak berarti Perlu penanganan, terjadi peyimpangan biaya < 5% Perlu ditangani oleh manajer, kerugian keuangan cukup berarti, terjadi penyimpangan biaya proyek 5% - < 7% Adanya kegagalan, kerugian keuangan cukup berarti, terjadi penyimpangan biaya proyek 7% - < 10% Kerugian besar, perlu penanganan khusus, terjadi penyimpangan biaya proyek ≥ 10%
Sumber : Harold Kerzner, 2009
Sedangkan untuk tabel pengukuran peluang, menurut Harold Kerzner (2009), p. 769 adalah seperti pada tabel 3.4 di bawah. Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
70 Tabel 3.4 Skala Kemungkinan/Frekwensi Skala Level
Kemungkinan
A=1
Sangat rendah
B=2
Rendah
C=3
Sedang
D=4
Tinggi
E=5
Sangat Tinggi
Sumber : Harold Kerzner, 2009
Dari ke dua tabel di atas, kemudian dibuat matrik tingkat risiko. Harold Kerzner (2009), p. 770 seperti tabel 3.5 di bawah ini. Tabel 3.5 Matriks Tingkat Risiko Dampak /Akibat Frekwensi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
( A =1)
( B =2)
( C=3 )
( D=4 )
( E =5)
Sangat Tinggi (E=5)
M
M
H
H
H
Tinggi (D=4)
L
M
M
H
H
Sedang (C=3)
L
L
M
M
H
Rendah (B=2)
L
L
L
M
M
Sangat
L
L
L
L
M
Rendah
(A=1) Sumber : Harold Kerzner, 2009
Keterangan: H : High risk, perlu pengamatan rinci, penanganan harus level pimpinan M : Moderate risk, risiko rutin, ditangani langsung ditingkat proyek L : Low risk, risiko rutin, ada dianggaran pelaksanaan proyek. 3.7
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian, dimana tujuan yang Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
71 diungkapkan dalam bentuk pertanyaan survai, memerlukan penelitian untuk menjawabnya, dengan maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data. Jenis data yang akan diteliti terdiri atas : a. Data sekunder, didapatkan dari hasil literature seperti buku, referensi, jurnal dan penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini yang bertujuan untuk identifikasi awal variabel penelitian. b. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil kuisioner. 3.7.1
Pengumpulan Data Tahap I Pengumpulan data tahap pertama ini dilakukan kepada pakar untuk
memvalidasi hasil dari studi literatur dengan pelaksanaan sebagai berikut: a. Kuesioner tahap pertama, variabel hasil literatur secara umum dibawa ke pakar
untuk
validasi
dengan
pertanyaan:
Apakah
Bapak/Ibu
ada
komentar/tanggapan/perbaikan variabel di bawah ini merupakan faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sump pada proyek undefinitive design yang mempengaruhi kinerja biaya? dan jika dianggap belum lengkap, pakar diminta untuk menambahkan daftar faktor-faktor risiko tersebut. Jumlah pakar yang dipakai minimal 5 orang untuk validasi. Hasil survai dan wawancara dengan para pakar tersebut kemudian akan dipakai sebagai pertanyaan penelitian untuk pengumpulan data tahap kedua, yaitu berupa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap penentuan kontrak lump sum. b. Responden untuk kuesioner tahap pertama adalah pakar. Adapun kriteria pakar tersebut adalah sebagai berikut: a) Memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun di bidang kontrak konstruksi b) Memiliki reputasi yang baik c) Memiliki pengetahuan dan pendidikan yang dalam bidang kontrak konstruksi. d) Minimal berpendidikan S1. Contoh tabel kuesioner tahap I ke pakar bisa dilihat pada tabel 3.6.
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
72 3.7.2
Pengumpulan Data Tahap 2 Pengumpulan data dan kuesioner tahap kedua dilaksanakan kepada
stakeholder, dilaksanakan sebagai berikut: a. Pengumpulan data tahap kedua dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada responden/stakeholder yang pernah atau masih bekerja pada proyek PLTU dengan client dari Cina. Tujuan dari penelitian tahap 2 ini adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor
penting
yang
berpengaruh
terhadap
pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sum. b. Responden untuk kuesioner tahap kedua adalah stakeholder dengan kriteria sebagai berikut: a) Manajer Proyek, Manajer Enjiniiring Proyek, Manajer Pengadaan Proyek, Manajer Lapangan (site manager), Manajer Konstruksi, Manajer Project Control, Senior Engineer, Senior Field Engineer, Area manager, Manajer Administrasi Kontrak atau pihak dengan jabatan setara b) Memiliki pendidikan yang menunjang di bidangnya c) Memiliki pengalaman dalam melaksanakan kontrak konstruksi minimal 5 tahun Contoh Tabel kuesioner tahap II bisa dilihat dalam tabel 3.7. 3.7.3
Pengumpulan Data Tahap 3 Setelah prioritas faktor-faktor risiko yang paling dominan dalam
penentuan penggunaan kontrak lump sum pada proyek dengan gambar, spesifikasi dan data yang terbatas di ketahui kemudian dilakukan kuesioner tahap ketiga kepada para ahli untuk validasi dan mengetahui tindakan terhadap risiko utama tersebut. Pada tahap ini dilakukan wawancara langsung dengan para pakar serta validasi literatur. Adapun pakar yang akan diwawancarai diharapkan merupakan pakar yang sama dengan pakar pada pengumpulan data tahap satu. Kuesioner dan wawancara ini bertujuan untuk verifikasi, klarifikasi, validasi serta untuk memperoleh hasil analisa dampak, penyebab dan tindakan, dengan cara memberikan pertanyaan terhadap faktor risiko yang dominan yang mempengaruhi pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sum pada proyek undefinitive design. Selain itu pakar juga diminta untuk mengisi kolom komentar/tanggapan Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
73 yang menyatakan persepsi pakar mengenai hasil dari peristiwa risiko yang dominan. Dari semua tahap pengumpulan data pertama sampai tahap ketiga akan diperoleh rekomendasi tindakan preventive dan corrective atas peristiwa-peristiwa risiko yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sump pada proyek undefinitive design, yang berhubungan dengan kinerja biaya dari suatu proyek yang bisa untuk menjawab pertanyaan pertama (RQ1) Contoh kuesioner ini bisa dilihat dalam tabel 3.8. 3.7.4
Pengumpulan Data Tahap 4 Kuesioner tahap ke empat ini digunakan untuk memvalidasi hasil
rekomendasi tindakan koreksi dan pencegahan dalam penentuan keputusan penggunaan kontrak lump sum kepada proyek yang masih berlangsung. Pengumpulan data tahap ke empat ini dilaksanakan dengan cara wawancara kepada Project Manager dan Operational Director yang terlibat dalam proyek undefinitive design. Hasil dari pengumpulan data tahap ke empat ini kemudian diolah untuk untuk menjawab pertanyaan RQ2 Contoh kuesioner ini bisa dilihat dalam tabel 3.9.
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
74 Tabel 3.6 Contoh Kuesioner Tahap I ke Pakar Apakah Bapak/Ibu ada komentar/tanggapan/perbaikan variabel yang ada di bawah ini yang merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pada penggunaan kontrak lump sum pada proyek undefinitive design? No.
Variabel
Indikator
Proses Tender
I
1.1. Dokumen Tender
Sub Indikator 1.1.1. Spesifikasi
Risk Event
X1
Penyebab
Spesifikasi dalam dokumen tender tidak jelas
-
Komentar/tanggapan /perbaikan:
Minimnya informasi tentang syarat-syarat yang diperlukan
Komentar/tanggapan /perbaikan:
Sumber : Hasil Olahan
Tabel 3.7 Contoh Kuesioner Tahap II ke Stakeholder No.
Faktor
Risk Event
Penyebab
Dampak/Pengaruh 1
I 1.1. 1.1.1.
2
3
4
Frekwensi 5
1
2
3
4
Proses Tender Dokumen Tender Spesifikasi
X1
………………..
……………………………………..
Sumber : Hasil Olahan Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
5
75 Tabel 3.8 Contoh Format Kuesioner Tahap III (ke pakar) untuk Validasi Menurut Bapak/Ibu, tindakan preventive dan corrective apakah yang harus diambil untuk mengurangi faktor-faktor risiko utama di bawah ini dalam pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sum pada proyek pembangkit listrik undefinitive design? No.
Faktor
Risk Event
Tindakan Preventive
I
PROSES TENDER (X1a)
1.1.
Dokumen Tender
1.1.1.
Spesifikasi
X1
Correction
Spesifikasi dalam dokumen tender tidak jelas
Penyebab: -
Minimnya minimnya informasi terhadap spek kontrak yang diminta. - Kurangnya pengalaman pemberi kerja - Kurangnya tenaga ahli, karena waktu yang disediakan terbatas
Sumber : Hasil olahan
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
Tabel 3.9 Contoh Format Wawancara ke Proyek (Kuesioner Tahap Keempat) Menurut Bapak/Ibu, apakah faktor-faktor di bawah ini terjadi pada proyek yang sedang Bapak/Ibu kerjakan? No. I
Faktor
Risk Event
Ada
Tidak Ada
PROSES TENDER (X1a)
1.1.
Dokumen Tender
1.1.1
Spesifikasi
X1
.
Spesifikasi dalam dokumen tender tidak jelas
Penyebab: -
Minimnya minimnya informasi terhadap spek kontrak yang diminta. - Kurangnya pengalaman pemberi kerja - Kurangnya tenaga ahli, karena waktu yang disediakan terbatas
Sumber : Hasil olahan
3.8
Analisis Data Data dan informasi yang dikumpulkan dari kuesioner ini diharapkan dapat
menghasilkan suatu analisis yang tepat terhadap pengaruh yang dominan pada saat penentuan penggunaan kontrak lump sum, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan topik dan tujuan. Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis data dengan cara kuantitatif, yaitu hasil survai berupa kuesioner dan wawancara dari pakar dan responden diolah sesuai dengan metode yang digunakan. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan banyaknya tahap pengumpulan data. 3.8.1
Analisa Data Tahap I
Penelitian yang dilakukan berupa analisis data dengan tahapan sebagai berikut: a. Validasi Variabel hasil literatur secara umum dibawa ke pakar untuk divalidasi. Validisi ini digunakan untuk kuesioner ke I yang dikasih ke pakar. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang ada dalam kuesioner tersebut layak atau 76 Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
Universitas Indonesia
77 tidak digunakan dalam pencarian data survai selanjutnya. Pakar diminta untuk memberikan
komentar/tanggapan/perbaikan/masukan
yang
menyatakan
persepsi pakar mengenai peristiwa risiko yang menjadi variabel dalam penelitian ini. Jika variabel penelitian menurut pakar belum lengkap, pakar diminta untuk menambahkan daftar risiko yang bisa mempengaruhi penentuan pengambilan keputusan penggunaan kontrak lump sum pada proyek dengan gambar, spesifikasi dan data yang terbatas. b. Analisa risiko kualitatif Analisa
risiko
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
penilaian
terhadap
dampak/pengaruh variabel risiko secara kualitatif. Penilaian dampak/pengaruh ini berdasarkan data klarifikasi dan verifikasi serta validasi yang telah dilakukan pada saat tahap I oleh pakar. Adapun Penilaian Dampak/pengaruh berdasarkan tabel 3.3. di atas. Dari analisa kualitatif ini kemudian peneliti uji validitas dan realibilitasnya. a) Uji Validitas Uji validitas diartikan sebagai pengujian untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument penelitian dapat dinyatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Uji validitas atau kesahihan digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuisioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuisioner. Pengujian validitas data dilakukan dengan alat bantu software SPSS dengan menggunakan angka r hasil Corrected Item Total Correlation melalui sub menu Scale pada pilihan Reliability Análisis (Arif Pratisto, 2009) [80].
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
78 b) Uji Realibilitas Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu penelitian dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek, diperoleh hasil yang relatif sama. Hasil ukur erat kaitannya dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda. Tujuan utama pengujian realibilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran apabila instrument tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu responden. Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari suatu ukuran. Pengujian realibilitas data dilakukan dengan alat bantu software SPSS dengan menggunakan metode Alpha-Cronbach. Stándar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara r hitung dengan r tabel pada taraf tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%, dalam perhitungan ini nilai r diwakili oleh alpha, apabila alpha hitung lebih besar dari pada r tabel dan alpha hitung bernilai positif, maka suatu instrumen penelitian dapat disebut reliable (Santoso Singgih, 2002) [81]. Tabel 3.10 Pedoman Pemilihan Tingkat Reliabilitas Alpha
Tingkat Reliabilitas
0.00 s.d 0.20
Kurang reliable
>0.20 s.d 0.40
Agak Reliabel
>0.40 s.d 0.60
Cukup Reliabel
>0.60 s.d 0.80
Reliabel
>0.80 s.d 1.00
Sangat Reliabel
Sumber : Santoso, Singgih, 2002 Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
79 c. Analisa level risiko Analisa level risiko ini dilakukan dengan indeks level risiko, dimana indeks level risiko adalah perkalian antara frekuensi dan dampak. Indek Level risiko dikelompokkan ke dalam tiga kelas seperti telah dijelaskan dalam tabel 3.5 di atas. Hasil dari analisa ini adalah variabel risiko yang memiliki tingkat risiko yang tinggi terhadap penyimpangan biaya pada kontrak lump sum untuk proyek undefinitive design. 3.8.2
Analisa Data Tahap II Menurut Sugiyono (2009) terdapat dua macam statistik inferensial yaitu
statistik parametris dan nonparametris. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel, Sedangkan untuk statistik nonparametris tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi. Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisa. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi, sedangkan statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhinya banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisa tidak harus berdistribusi normal. Oleh karena itu statistik nonparametris sering disebut distribution free (bebas distribusi). Penggunaan kedua statistik tersebut tergantung pada jenis data yang akan dianalisa, untuk statistik parametris digunakan data interval dan rasio, sedangkan untuk statistik nonparametris kebanyakan digunakan data nominal, ordinal (p.149-150) [82]. Tabel 3.11 berikut menunjukkan penggunaan statistik parametris dan non parametris untuk analisis data khususnya untuk pengujian hipotesa.
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
80 Tabel 3.11 Pedoman untuk Memilih Teknik Statistik Nonparametris
Sumber : Sugiyono, 2009
a. Uji U Mann-Whitney dan Kruskall-Wallis H Hasil pengumpulan data pada tahap kedua mengenai variabel risiko yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pada penentuan penggunaan kontrak lump sum pada proyek undefinitive design ini kemudian diuji dengan pengujian dua sampel bebas (U Mann-Whitney) untuk mengetahui adanya pengaruh pengalaman dan pendidikan terhadap jawaban responden. Dan untuk menguji adanya pengaruh jabatan terhadap jawaban responden digunakan pengujian k sampel bebas dengan analisa uji Kruskal- Wallis H. b. Analisa deskriptif Analisa diskriptif ini berguna untuk menyajikan karakteristik tertentu dari suatu sampel. Analisa ini hanya dapat digunakan untuk mendiskripsikan data sampel dan tidak untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk suatu populasi di mana sampel diambil. Dengan bantuan soft ware SPSS, bisa di dapat nilai mean yang berarti rata-rata dan nilai median yang diperoleh dengan mengurutkan semua data. Hasil analisa deskriptif akan disajikan dalam masing-masing variabel. c. Analis AHP (Analytical Hierarchy Process) Menurut Juanto (2008) yang mengambil dari teorinya Nila (2007) Analisa AHP ini merupakan suatu metode yang dipakai untuk meyelesaikan masalah Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
81 yang banyak mengandung kriteria (Multi Criteria Decision Making). Sistem kerja AHP ini dengan memberikan skala prioritas kepada alternatif yang penting mengikuti kriteria yang telah ditetapkan, dengan cara memecah berbagai peringkat struktur hirarki berdasarkan tujuan, kriteria, sub kriteria dan pilihan alternatif. Selain itu AHP ini juga mempertimbangkan perasaan dan emosi digunakan dalam pengambilan keputusan. AHP ini juga berguna untuk mengetahui konsistensi logika yang digunakan [83]. a) Keuntungan dari metode AHP ini adalah (Juanto, 2008): (a) AHP merupakan keuntungan tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beraneka ragam persoalan yang tidak terstruktur. (b) AHP memadukan metode deduktif dengan metode berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan yang komplek. (c) AHP bisa menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier. (d) AHP mencerminkan kecenderungan alami pemikiran untuk memilahmilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. (e) AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu metode untuk menetapkan prioritas. (f) AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. (g) AHP menuntun kepada suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. (h) AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan. (i) AHP tidak memaksakan suatu konsesnsus tetapi mensintesa hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda. (j) AHP memungkinkan perhalusan definisi pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian melalui pengulangan. b) Hirarki dalam metode AHP
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
82 Secara detil, terdapat tiga prinsip dasar dalam AHP, yaitu (www.scribd.com/doc/2908406/modul-6, down load 21 Desember 2009) [84]: (a) Dekomposisi (Decomposition), yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, maka pemecahan terhadap unsur-unsurnya dilakukan hingga tidak memungkinkan dilakukan pemecahan lebih lanjut. Pemecahan tersebut akan menghasilkan beberapa tingkatan dari suatu persoalan. Oleh karena itu proses analisis ini disebut hirarki (hierarchy). (b) Penilaian komparasi (Comparative Judgement), yaitu penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian ini tampak lebih baik bila disajikan dalam
bentuk
matriks
perbandingan
berpasangan
(pairwise
comparasion) (c) Penentuan Prioritas (Synthetis of Priority) Dari setiap matriks pairwise comparison dapat ditentukan nilai eigenvector untuk mendapatkan prioritas daerah (local priority). Oleh karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka global priority dapat diperoleh dengan melakukan sintesa di antara prioritas daerah. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. c) Cara menggunakan AHP (Kamal, 1999) [85]: Langkah-langkah dasar dalam proses AHP ini dapat dirangkum menjadi tahap pengerjaan sebagai berikut: (a) Menemukan permasalahan dan menentukan tujuan. (b) Membuat pohon hirarki dari yang paling tinggi, medium dan paling rendah. (c) Kemudian membentuk sebuah matriks pairwise comparison (ukuran nxn) untuk masing-masing tingkatan mulai yang terendah sampai yang tertinggi dengan menggunakan skala pengukuran pada tabel matriks. Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
83 Berikut adalah tabel perbandingan pair wise yang penulis ambil dari Saaty (2008) [86]. Tabel 3.12 Tabel Perbandingan Pair-wise Itensitas Definisi Kepentingan 1 Kedua elemen sama penting 3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya
7
Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen yang lainnya
9
Satu elemen mutlak lebih penting dari pada elemen yang lainnya
2,4,6,8
Nilai-nilai antara 2 nilai pertimbangan yang berdekatan
Penjelasan Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibanding dengan elemen lainnya Satu elemen sangat kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin mengutkan Nilai ini diberikan bila ada 2 kompromi di antara 2 pilihan
Sumber : L. Saaty, 2008
Jika diambil contoh suatu matrik A, dimana nilai dari masing-masing komponen matrik A adalah A1 =W1, A2 = W2, …..An = Wn, maka matrik perbandingan pairwise nya adalah sebagai berikut. A1
A2
…….
An
A1
W1/W1=1
W1/W2
…….
W1/Wn
A2
W2/W1
W2/W2=1
…….
W2/Wn
An
Wn/W1
Wn/W2
…….
Wn/Wn=1
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
84 Dari tabel di atas jika penulis ambil contoh untuk nilai A1=High=1, A2=medium=3, A3=Low=5, maka tabel yang diperoleh adalah sebagai berikut: High
Medium
Low
High
1
3
5
Medium
1/3
1
3
Low
1/5
1/3
1
(d) Menentukan peringkat prioritas dari matriks pair wise dengan menentukan eigen vector. Untuk menentukan skala prioritas yang merupakan eigen vector dengan rumus AW = nW (Siti Latifah, 2005) [87]. Berdasarkan data di atas maka, nilai dari AW = nW adalah sebagai berikut: 1
3
5
a
1/3
1
3
b
1/5
1/3 1
c
A
W
a =
3
b c
n
W
Matriks tersebut di atas, dikalikan dan dicari matrik W nya dengan eliminasi atau substitusi sehingga diperoleh nilai a, b dan c yang merupakan nilai prioritas dari masing-masing matrik. Selain cara yang telah diberikan oleh Siti Latifah (2005), bisa juga dilakukan dengan menguadratkan matriks pairwise (dalam bentuk desimal), yaitu dengan cara mengkalikan antara baris dan kolom antar matrik, seperti tersebut di bawah ini (www. scribd. com/ doc/ 2908406/modul-6, down load 21 Desember 2009). , 1
3
5
0.33
1
3
0.2
0.33
1
X
1
3
5
0.33
1
3
0.2
0.33
1 Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
85 Dari perkalian tersebut di atas diperoleh hasil penguadratannya adalah sebagai berikut: 3
7.67
19.00
1.27
3.00
7.67
0.51
1.27
3.00
Kemudian dari matrik yang diperoleh, masing-masing nilai dalam baris yang sama dijumlahkan, lalu dinormalisasikan dengan cara membagi antara jumlah dari masing-masing baris dengan jumlah keseluruhan baris, sehingga nilai dari eigen vector bisa diperoleh. Berikut adalah hasil dari nilai eigen vector. Baris 1 =
3
+
7.67
+
19.00 = 29.67
Baris 2 =
1.27
+
3
+
7.67
= 11.93
Baris 3
0.51
+
1.27
+
3
=
=
4.78 46.38
Berdasarkan nilai tersebut di atas bisa dicari nilai eigen vector nya, dengan membagi hasil jumlah baris dengan jumlah total sebagai berikut: Baris 1
=
0.63
Baris 2
=
0.26
Baris 3
=
0.11
Total
1.00
(e) Periksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data pertimbangan harus diulangi. d) Konsistensi Jawaban (www.scribd.com/doc/2908406/modul-6, down load 21 Desember 2009) Idealnya setiap orang menginginkan keputusan yang konsisten. Meskipun demikian, banyak kasus dimana kita bisa untuk mengambil keputusan yang perfectly consistent. Dalam penggunaan AHP terdapat beberapa faktor yang menyebabkan responden memberikan jawaban yang tidak konsisten, yaitu: (a) Keterbatasan informasi. (b) Kurang konsentrasi. Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
86 (c) Ketidak konsistenan dalam dunia nyata. (d) Struktur model yang kurang memadai. e) Perhitungan rasio Konsistensi AHP mentoleransi adanya inkonsistensi dengan menyediakan ukuran inkonsistensi penilaian. Ukuran ini merupakan salah satu elemen penting dalam proses penentuan prioritas berdasarkan pairwise comparison. Rasio konsistensi (CR) yang masih diperbolehkan adalah kurang atau sama dengan 10 persen (Stuart H. Mann, 1995) [88]. Cara menghitung rasio konsistensi (CR) untuk menguji konsistensi penilaian menurut Stuart H Mann (1995) adalah: (a) Menentukan vektor jumlah tertimbang (weighted sum vector) dengan cara mengalikan baris pertama matrik prioritas dengan kolom pertama matriks prioritas atau nilai matriks eigenvector, kemudian baris kedua dan kolom kedua dan seterusnya. (b) Menghitung vektor konsistensi (VK), yaitu dengan membagi masingmasing elemen vector jumlah tertimbang dengan masing-masing elemen matriks prioritas (eigenvector). (c) Menghitung Lambda (λmaks) dan Indeks Konsistensi (CI) λmaks
=
CI
=
VK n
λ maks − n n −1
(3.1) (3.2)
Dimana: VK
: Vektor konsistensi
λmaks
: pericipal eigenvalue
n
: Ukuran matrik
(d) Menghitung rasio konsistensi (CR) CR =
CI RCI
(3.3)
Dimana: CR
: Rasio Konsistensi
CI
: Indeks Konsistensi
RCI
: Indeks Random/Acak Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
87 Nilai dari RCI bisa dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.13 Nilai RCI untuk Nilai n yang Berbeda n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
RCI 0
0
0.58
0.90
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
Sumber : Stuart H. Mann 1995
3.8.3
Analisa Tahap III Analisa tahap ke tiga ini dilakukan untuk validasi ke pakar. Variabel hasil
penelitian yang telah diolah dan dianalisa dibawa ke pakar untuk validasi, untuk mengetahui tindakan preventive maupun corrective terhadap faktor-faktor yang paling dominan dari hasil penelitian. 3.8.4
Analisa Tahap IV Analisa tahap ke empat ini dilakukan dengan memvalidasi ke proyek yang
sedang berlangsung. Variabel hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisa, yaitu faktor-faktor risiko utama, dibawa ke Project Manager atau Operational
Director untuk dilakukan validasi apakah faktor-faktor tersebut berlaku di proyek yang sedang ditangani. 3.9
Kesimpulan Dalam penelitian ini digunakan satu metode penelitian yaitu survai.
Metode penelitian survai digunakan untuk mengetahui tingkat risiko yang paling dominan pada saat penentuan kontrak lump sum pada desain yang belum jelas (un-definitive design). Proses pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, kuisioner, dan wawancara kepada pakar dalam hal ini Contract Administrator, Manajer Proyek, Senior Engineer, Senior Field Engineer, Area Manager, dan
Project Control Manager, guna mencapai tujuan penelitian. Analisa penelitian kuesioner dilakukan secara bertahap mulai dari analisa risiko kualitatif, uji U
Mann-Whitney, uji Kruskal-Wallis, analisa level resiko, AHP, untuk mengetahui prioritas faktor risiko. Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010
88 Untuk Validasi hasil penelitian dilakukan tiga tahap yaitu pertama validasi kepada pakar untuk mengetahui tindakan pada faktor-faktor risiko utama. Kemudian dilanjutkan lagi validasi ke proyek sejenis yang sedang berjalan.
Universitas Indonesia
Analisa risiko ..., Herno, FT UI, 2010