BAB 3 DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1
Data Dampak Penurunan Tanah
Pemetaan dampak penurunan tanah diperlukan data – data bukti kerusakan akibat dari penurunan tanah, sehingga dibutuhkan survey lapangan untuk mencari dampak – dampak penurunan tanah itu sendiri. Survey lapangan ini bertujuan untuk mendapatkan titik – titik dampak penurunan tanah dengan cara melakukan tagging dengan menggunakan GPS handheld lalu mencatat keterangan dampak pada titik tersebut, mendokumentasikan dalam bentuk foto, dan melakukan wawancara kepada warga sekitar jika diperlukan. Survey lapangan ini dilakukan dari tanggal 31 Oktober 2010 hingga tanggal 3 November 2010. Survey lapangan ini lebih difokuskan pada daerah yang diduga terdampak penurunan tanah khususnya wilayah Jakarta bagian utara. Data – data dampak penurunan tanah ini akan dibagi menjadi 5 jenis dampak penurunan tanah, yaitu kerusakan infrastruktur, rumah turun, rumah retak, rob, dan intrusi. Beberapa contoh data dampak penurunan tanah ini dapat dilihat pada Tabel 3.1, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A. Tabel 3.1 Data dampak penurunan tanah No
E
N
Jenis
Keterangan
1
699276.00
9322414.00
Kerusakan Infrastruktur
Bukti pada well geologi, rob, dikantor Geologi Tongkol
2
700169.00
9322367.00
Kerusakan Infrastruktur
Kerusakan pada jembatan di tongkol
2a
700169.00
9322367.00
Kerusakan Infrastruktur
Kemiringan gedung di tongkol
3
700382.00
9321948.00
Kerusakan Infrastruktur
Kerusakan pada jembatan di gunung sahari
7
702728.00
9321482.00
Kerusakan Infrastruktur
Mangga dua
8
689935.00
9326660.00
Kerusakan Infrastruktur
Tiang listrik dan dinding miring
30
689791.00
9325644.00
Kerusakan Infrastruktur
Air parit naik, hamper menyentuh bagian bawah jembatan
41
691486.00
9321462.00
Kerusakan Infrastruktur
Genangan air dibawah jalan laying
16
706108
9323334
Rob
Penurunan tanah, air payau, rob 700 meter sampai jembatan (tinggi 20 cm)
29
712138
9323484
Rob
Daerah jalan rembes air, kemungkinan indudasi, air payau
34
703245
9318906
Rob
Daerah air tawar, sering banjir, ketinggian kali bisa mencapai 70 m dari gambar
38
702785
9320258
Rob
Jalan tergenang air sungai
39
702481
9320634
Rob
Jalan tergenang air selokan
53
710291
9324710
Rob
Terjadi banjir di daerah sekitar,drainase tidak bekerja
62
699625
9322752
Rob
Rob, air payau asin
63
699477
9324054
Rob
Rob, air payau asin, penurunan tanah
5
714750
9324138
Intrusi
Daerah abrasi, air payau
27
Tabel 3.1 Data dampak penurunan tanah (Lanjutan) No
E
N
Jenis
Keterangan
7
714752
9324408
Intrusi
Daerah abrasi, air payau
9
710169
9319840
Intrusi
Daerah sungai amblas, penurunan tanah pada jalan raya, air tanah disekitar air payau
10
709418
9319488
Intrusi
Jalan raya banjir, penurunan tanah, air tanah disekitar air payau
11
707180
9317866
Intrusi
Penurunan tanah, air payau
12
706433
9317516
Intrusi
Penurunan tanah, air payau
13
704944
9317798
Intrusi
Penurunan tanah, air payau
14
705047
9322616
Intrusi
Penurunan tanah, air payau
70
696342
9323627
Rumah retak
Gedung Royal Tower Riverside di pinggir kali angke, terlihat di foto bahwa terjadi retakan-retakan yang ada pada 1 garis vertikal yang sama, dimana bagian bawah retakan mengarah ke kali, diperkirakan akibat land subsiden di daerah itu
71
696405
9323495
Rumah retak
Pengambilan foto dari bagian dalam Royal Tower Riverside
82
696675
9324196
Rumah retak
Bangunan retak-retak
88
697628
9324043
Rumah retak
Dinding retak akibat penurunan tanah
93
698565
9323532
Rumah retak
Di kecamatan Penjaringan, terjadi retakan yang merata pada dinding dan jalan.
113
697884
9322648
Rumah retak
Rumah mengalami retak-retak pada dinding
114
697884
9322648
Rumah retak
Retak – retak pada dinding ruko
119
697816
9322520
Rumah retak
Dinding, pada semua gerbang, terlihat bagian pangkal dari jembatan yang menyeberangi parit ke jalan, semua mengalami retakan ke arah yang sama, lokasi bagian luar parkiran Emporium Pluit Mall
2
713941
9321698
Rumah turun
Miring sampai 150
48
707537
9323332
Rumah turun
Bangunan mesjid terkena subsidence,air payau
50
709453
9324262
Rumah turun
Terjadi subsidence pada bangunan
56
711041
9324132
Rumah turun
Terjadi subsidence pada bangunan sekitar
67
700226
9323064
Rumah turun
Rumah hanya setengah tingginya
68
700345
9322952
Rumah turun
Tenggelam air 20 cm, air payau
19
690103
9326538
Rumah turun
Rumah ditingikan bagian depannya, agar tidak kemasukan air saat banjir
Data dampak penurunan tanah ini akan dilakukan plotting dengan menggukanan software ArcGIS 10.0. Plotting data ini akan dilakukan terpisah sesuai dengan jenisnya, sehingga tiap jenis dampak akan memiliki data dan simbol tersendiri dalam sebuah peta. Peta dasar yang digunakan adalah peta penurunan tanah periode 2010 – 2011 yang didapatkan dari pembuatan kontur penurunan tanah dari data GPS dan sipat datar. 3.2
Survey GPS
Pemantauan penurunan muka tanah dengan GPS pada dasarnya yaitu menentukan koordinat secara teliti dari beberapa titik pada lokasi yang diduga mengalami penurunan muka tanah dan dilakukan secara periodik dengan interval waktu tertentu menggunakan metode survey GPS. Karakteristik dan besar penurunan muka tanah akan dapat dketahui dengan mempelajari 28
pola dan kecepatan perubahan tinggi ellipsoid dari titik – titik tersebut dari survey satu ke survey berikutnya. Prinsip pemantauan penurunan muka tanah dengan GPS dapat dilihat dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Prinsip pemantauan penurunan muka tanah dengan GPS (Abidin, 2006) Survey GPS yang dilakukan merupakan implementasi dari metode penentuan posisi statik secara diferensial menggunakan data fase. Penentuan posisi secara statik merupakan penentuan posisi dari titik – titik yang diam. Pengamatan satelit dilakukan baseline per baseline selama selang waktu tertentu dalam suatu jaringan dari titik – titik yang akan ditentukan posisinya. Adapun receiver yang digunakan adalah receiver tipe geodetik. Distribusi titik – titik pantau GPS dibentuk oleh titik – titik yang diketahui koordinatnya dan titik – titik yang akan ditentukan koordinatnya. Pada survey GPS kali ini, metode pengamatan GPS yang diterapkan adalah metode radial (dari satu titik tetap) seperti terlihat pada Gambar 3.2. Penggunaan metode radial dilakukan untuk menghindari kesalahan perataan hitungan seperti yang dilakukan pada metode jaring. Oleh karena itu, pengamatan yang dilakukan selama 8 – 12 jam agar mendapatkan ketelitian yang diinginkan. Beberapa titik pengukuran diikatkan pada titik referensi yang ditempatkan pada area pengukuran di atas tanah yang stabil.
29
Gambar 3.2 Metode radial (Abdin, 2006). 3.2.1 Pelaksanaan Survey GPS Untuk Pemantauan Penurunan Muka Tanah Jakarta Penurunan muka tanah yang terjadi di Jakarta bukan lah sebuah fenomena yang baru, melainkan sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama, namun penelitian akan fenomena penurunan muka tanah ini baru dimulai dari tahun 1978. Penurunan muka tanah ini dapat dirasakan langsung dari dampak yang timbul seperti kerusakan pada rumah – rumah dan gedung – gedung, kerusakan pada infrastruktur, seperti jembatan dan jalan, memperluas daerah banjir, dan intrusi air laut. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari sifat dan karakteristik penurunan muka tanah yang terjadi Jakarta. Besarnya kecepatan penurunan muka tanah dapat diketahui dari hasil pengamatan dan pengukuran pada titik – titik yang dibuat di sekitar daerah yang diduga mengalami penurunan muka tanah tesebut dengan metode survey GPS. Survey GPS untuk pemantauan penurunan muka tanah yang dilakukan di Jakarta ini telah dilakukan tiga belas kali dimulai dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2011, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Survey GPS untuk pemantauan penurunan muka tanah di Jakarta Survey GPS Survey-1
Periode Survey Desember 1997 - Juni 2000
Survey-2
Juni 1999 - Juni 2000
Survey-3
Juni 2000 - Juni 2001
Survey-4
Titik - Titik Pengamatan KUNI, MARU, MERU, MUTI, RUKI, TOMA, CIBU, KWIT, KEBA, PIKA, CINE, RAWA
KUNI, MARU, MERU, MUTI, RUKI, TOMA, CIBU, KWIT, KEBA, PIKA, CINE, RAWA
BSKI, CLCN, KAMR, KLDR, KLGD, KUNI, MARU, MERU, MUTI, RUKI, TOMA, CIBU, KWIT, ANCL, DNMG, KEBA, PIKA
Juni 2001 - Oktober
BSKI, CLCN, KAMR, DADP, KLDR, KLGD, KUNI, MARU, MERU, MUTI, RUKI, TOMA,
2001
CIBU, KWIT, ANCL, DNMG, CEBA, CINB, KEBA, BMT1, BMT2, PLGD
30
Tabel 3.2 Survey GPS untuk pemantauan penurunan muka tanah di Jakarta (Lanjutan) Survey GPS
Survey-5
Survey-6
Survey-7
Survey-8
Survey-9
Survey-10
Periode Survey
Titik - Titik Pengamatan
Oktober 2001 - Juli
BSKI, CLCN, KAMR, DADP, KLDR, KLGD, KUNI, MARU, MERU, MUTI, PIKA, RUKI,
2002
TOMA, CIBU, KWIT, ANCL, DNMG, CEBA, CINB, BMT1, BMT2, PLGD
Juli 2002 - Desember
BSKI, CLCN, KAMR, DADP, KLDR, KLGD, KUNI, MARU, MERU, MUTI, PIKA, TOMA,
2002
CIBU, KEBA, KWIT, ANCL, DNMG, CEBA, CINB, PLGD
Desember 2002 -
BSKI, DADP, KLDR, KLGD, KUNI, MARU, MERU, MUTI, PIKA, RUKI, TOMA, CIBU, KEBA,
September 2005
KWIT, ANCL, DNMG, CEBA, CINB
Desember 2005 September 2007
Juli 2006 - September 2007
CIBU, KEBA, KUNI, KWIT, MERU, MUTI, BSKI, KLGD, CEBA
BSKI, CEBA, CIBA, CIBU, DADP, DNMG, KEBA, KUNI, MARU, MERU, MUTI, PIKA, TOMA
September 2007 -
439B, ANBA, BSKI, CDTB, CKNI, DADP, KBN1, KLDR, KLGD, KUNI, MARU, MERU, MUTI,
Agustus 2008
PIKA, RUKI, T002, TOMA, MUBA, CIBU, TNKL
439B, ANBA, BM06, BM07, BM08, BSKI, CBA1, CDTB, CKNI, CMAS, DADP, ISNA, JTC1, Survey-11
Agustus 2008 - Juli
KBA1, KBN1, KLDR, KLGD, KUNI, LNTN, MARU, MERU, MONA, MUBA, MUTI, PIKA,
2009
RUKI, SARI, SHR1, SHR2, T002, TOMA, TNKL, CIBU, CINB, PIND, DPAG, D481, DAAN, BM09
439B, ANBA, BM06, BM07, BM08, BSKI, CBA1, CDTB, CKNI, CMAS, DADP, ISNA, JTC1, Survey-12
Juli 2009 - Mei 2010
KBA1, KBN1, KLDR, KLGD, KUNI, LNTN, MARU, MERU, MONA, MUBA, MUTI, PIKA, RUKI, SARI, SHR1, SHR2, T002, TOMA, TNKL, CIBU, CINB, PIND, DPAG, D481, DAAN, BM09
439B, ANBA, ANKE, ASTN, BM06, BM07, BM08,BM09, BSKI, CBA1, CDMB, CIBU, CINB, CKNI, CMAS, D481, DAAN, DADP, DPAG, GMIN, GMPL, ISNA, JTC1, KAB2, KAMU, KBN1, Survey-13
Mei 2010 - Agustus 2011
KLDR, KLGD, KMAL, KMAY, KUNI,LANG, LNTN, MARU, MERU, MONA, MRND, MU01, MUBA, MUTI, NZAM, PH01, PIK2, PIND, PRIO, PTRO, RGON, RUKI, SARI, SHR1, SHR2, SUND, SUNT, T002, TNKL, TOMA, TP02, TUKE, BM12, G115, GP11, ISTI, JFPT, MEGA, TJPR, UKG4, UNTD
Pengumpulan data untuk pemantauan penurunan muka tanah di Jakarta ini dilakukan dengan survey GPS dengan metode radial. Titik yang menjadi titik referensi dalam pemantauan penurunan muka tanah ini adalah titik BAKO. Titik tersebut terletak di BAKOSURTANAL,
31
Cibinong – Bogor dan dianggap sebagai titik yang stabil yang koordinatnya telah dihitung dari titik ikat utama stasiun IGS Indonesia lainnya. Lokasi dan distribusi titik pemantauan penurunan muka tanah Jakarta ini juga dapat dilihat dari Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Lokasi dan distribusi titik survey GPS di Jakarta Pada Tugas Akhir ini akan lebih difokuskan pada pembahasan penurunan muka tanah pada periode survey-13 (tahun 2010 - 2011). Jumlah titik pengamtan yang dilakukan pada tahun 2010 dan tahun 2011 tidak sama, sehingga titik – titik pengamatan yang dapat diketahui besar penurunan muka tanahnya sebanyak 58 titik, yaitu : 439B, ANBA, ANKE, ASTN, BM06, BM07, BM08, BM09, BSKI, CBA1, CDMB, CIBU, CINB, CKNI, CMAS, D481, DAAN, DADP, DPAG, GMIN, GMPL, ISNA, JTC1, KAB2, KAMU, KBN1, KLDR, KLGD, KMAL, KMAY, KUNI,LANG, LNTN, MARU, MERU, MONA, MRND, MU01, MUBA, MUTI, NZAM, PH01, PIK2, PIND, PRIO, PTRO, RGON, RUKI, SARI, SHR1, SHR2, SUND, SUNT, T002, TNKL, TOMA, TP02, TUKE.
32
Titik – titik pengamatan GPS untuk penurunan muka tanah di Jakarta ini dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar Titik GPS Senayan
Gambar Titik GPS Semanggi
Gambar Titik GPS Bunderan HI
Gambar Titik GPS Kota
Gambar Titik GPS Gunung Sahari
Gambar Titik GPS Rukindo Gambar 3.4 Titik pengamatan GPS untuk penurunan muka tanah di Jakarta 3.2.2 Pengolahan Data GPS Pemantauan penurunan muka tanah di wilayah Jakarta dilakukan dengan menggunakan GPS. Data –data yang terekam dalam receiver GPS akan dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data GPS (post processing mode) untuk mendapatkan koordinat tiap titik pengamatan GPS. 33
Pengolahan data dilakukan menggunakan software ilmiah Bernese 5.0 yang dikembangkan oleh Astronomical Institute University of Berne Swiss. Software ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang menuntut ketelitian posisi tinggi seperti pengadaan jaringan kontrol, pemantauan geodinamika bumi, pemodelan troposfer dan ionosfer di suatu wilayah, dan termasuk untuk pemantauan penurunan muka tanah di wilayah Jakarta. Skema pengolahan data menggunakan software ini terbagi menjadi beberapa tahapan pengolahan dapat dilihat dalam Gambar 3.5. Data Pengamatan GPS Jakarta 2010 - 2011
IGS File (Precise Orbit, Pole, Clock, DCB, ION, TRO)
Data Format Rinex
IGS File dalam Format Bernese
Data Pengamatan Format Bernese
Data Input : Station Information Koordinat Titik Kode Titik
Single Point Positioning
Pembentukan Baseline Manual
Pemodelan Troposfer
Resolusi Ambiguitas
Parameter Estimation
Hasil Koordinat Geosentrik (X, Y, Z) Geodetik (L, B, h) Standar Deviasi
Gambar 3.5 Skema pengolahan data dengan software Bernese 5.0. Data pengamatan GPS biasanya akan dipengaruhi oleh kesalahan dan bias yang umumnya terkait dengan satelit (kesalahan orbit dan kesalahan jam satelit), receiver (kesalahan jam receiver, kesalahan pusat fase antenna, dan noise), dan pada data pengamatan (ambiguitas fase serta kesalahan dan bias lingkungan sekitar pengamatan GPS). Software Bernese 5.0 dapat memberikan hasil pengolahan data yang teliti karena kemampuannya dalam mengestimasi kesalahan dan bias yang optimal.
34
Kesalahan dan bias yang dapat diestimasi secara optimal menggunakan software Bernese ini antara lain (University of Berne, 2010) : a.
Kesalahan orbit direduksi menggunakan informasi orbit yang teliti (precise ephemeris).
b.
Kesalahan akibat media propagasi (bias ionosfer dan troposfer) direduksi dengan melakukan pemodelan tertentu, juga dapat dilakukan dengan mengestimasi parameter bias tersebut. Pemodelan bias troposfer pada software Bernese 5.0 antara lain Saastamoinen, Niell, Hopfield, Essen and Frome, dan Marini-Murray. Untuk bias ionosfer dapat dilakukan dengan pemodelan ionosfer global atau regional.
c.
Kesalahan akibat antenna receiver dapat direduksi menggunakan model-model tertentu yang terkait dengan variasi pusat fase antenna yang digunakan.
d.
Pemecahan ambiguitas fase merupakan problem utama pengolahan data fase dalam software Bernese 5.0. Resolving ambiguitas fase ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain Round, Sigma, Search, dan Quasi Ionosphere Free (QIF).
Pengolahan data menggunakan software ini tidak hanya membutuhkan data RINEX (Receiver Independent Exchange) saja tetapi ada informasi informasi pendukung yang harus kita miliki agar program dapat berhasil dijalankan. Informasi – informasi pendukung tersebut yaitu : a. Informasi orbit dan koreksi jam satelit Informasi ini dapat digunakan untuk mereduksi kesalahan orbit maupun kesalahan jam satelit yang terjadi selama periode observasi. Informasi orbit yang digunakan dalam pengolahan data ini adalah precise ephemeris yang dinyatakan dalam format *.EPH (CODwwwwd.EPH) dan untuk informasi jam satelit, dinyatakan
dalam
format
*.CLK
(CODwwwwd.CLK).
’wwww’
disini
menyatakan week dan ’d’ menyatakan GPS day, dapat di dowload dari situs : http://igscb.jpl.nasa.gov/components/prods_cb.html b. Parameter ionosfer Parameter ionosfer ini dinyatakan dalam format CODwwwwd.ION dan parameter troposfer yang dinyatakan dalam format CODwwwwd.TRO, dapat di download dari situs : ftp://ftp.unibe.ch/aiub/CODE/2010
35
c. Informasi Differensial Code Bias (DCB) DCB satelit dengan format “P1P2yymm.DCB” dan “P1C1yymm.DCB”, dapat di download dari situs : ftp://ftp.unibe.ch/aiub/CODE/2010 d. Informasi pergerakan kutub bumi (Earth Rotation Pole) Informasi ini menyatakan informasi pergerakan kutub bumi dan dinyatakan dalam format CODwwwwd.ERP,
Dibutuhkan juga beberapa data input berupa informasi stasiun, koordinat titik, dan kode titik dengan format *.STA, *.CRD, dan *.ABB yang dijelaskan sebagai berikut : a. *.STA → File dengan format *.STA ini merupakan file yang berisi informasi berupa nama stasiun pengamatan, tahun aktif, tipe receiver dan tipe antenna yang digunakan serta tinggi antenna. b. *.CRD → File dengan format *.CRD ini berisi informasi mengenai koordinat titik-titik pengamatan. Koordinat yang dimaksudkan adalah koordinat pendekatan yang didapatkan dari data RINEX pengamatan. c. *.ABB → File ini berisi informasi mengenai nama stasiun pengamatan dan ID stasiun pengamatan yang dituliskan dalam 4 karakter dan 2 karakter. Pengolahan data GPS untuk mendapatkan koordinat titik – titik pengamatan di Cekungan Jakarta kali ini dilakukan dengan metode radial secara manual menggunakan satu titik referensi yang dianggap stabil. Bagian program utama dalam struktur Bernese 5.0 yang digunakan dalam proses pengolahan yaitu : a. Configure, untuk mengatur waktu dan sesi pengamatan data yang akan diolah. b. Campaign, untuk membuat projek pengolahan data dan mengaktifkannya kemudian digunakan sebagai direktori penyimpanan pengolahan data yang dilakukan. c. RINEX, untuk mengubah format data pengamatan ke format Bernese. d. Orbits/EOP, untuk membuat orbit tabular dan orbit standar dari informasi orbit satelit (precise ephemeris). e. Processing, untuk melakukan proses pengolahan data GPS. Meliputi pembentukan baseline, penyaringan cycle-slips, resolving ambiguitas fase sampai dengan pengestimasian parameter. Ambiguitas fase merupakan jumlah gelombang penuh berupa bilangan bulat dan merupakan kelipatan panjang gelombang yang tidak terukur oleh receiver pada saat pengamatan 36
berlangsung. Pemecahan ambiguitas fase sebagai tahapan penting dalam pengolahan data fase GPS. Jika nilai ambiguitas fase dapat ditentukan dengan benar maka jarak fase yang didapat akan menjadi jarak yang sangat teliti. Metode pemecahan ambiguitas fase pada software Bernese 5.0 antara lain : a. Round yang merupakan metode paling sederhana. Resolving dilakukan dengan mengestimasi nilai sekitar ambiguitas fase yang tidak bulat (real) terhadap nilai ambiguitas fase yang bulat dan berada paling dekat. b. Sigma yang biasa digunakan pada data pengamatan satu frekuensi dan panjang baseline yang tidak lebih dari 20 km. c. Search, merupakan metode pemecahan ambiguitas fase secara cepat. d. Quasi Ionosphere Free (QIF), yang biasa diterapkan pada data pengamatan yaitu data fase, panjang baseline lebih dari 10 km, dan waktu pengamatan cukup lama. Karakteristik rekomendasi penggunaan metode pemecahan ambiguitas dalam software Bernese 5.0 dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Strategi metode pemecahan ambiguitas pada Bernese 5.0 (University of Berne, 2010). Panjang
Waktu
Strategi Pemecahan
Baseline
Pengamatan
Ambiguitas
< 10 km
Pendek
Search
Panjang
QIF, Sigma
10 km – 100
Pendek
Search
km
Panjang
QIF, Sigma
>100 km
Panjang
QIF, Sigma
3.2.3 Hasil Pengolahan Pengolahan dilakukan pada data pengamatan periode survey-13 yang dilakukan pada bulan Mei 2010 dan bulan Agustus 2011. Metode pengamatan yang dilakukan dengan metode radial ini menggunakan titik BAKO yang terdapat di kantor BAKOSURTANAL sebagai titik referensinya. Perhitungan secara radial dilakukan untuk menghindari ketergantungan antara penurunan muka tanah di satu titik dengan titik lain sehingga akan didapatkan besaran
37
penurunan muka tanah yang relatif dapat diandalkan [Abidin, 1996 seperti dikutip Khaerudin, 2003]. Parameter pengolahan data yang digunakan pada software Bernese 5.0, antara lain dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Parameter pengolahan data GPS. Parameter
Catatan
Sudut Elevasi
15°
Interval data pengamatan
30 detik
Lama pengamatan
8-12 jam
Gelombang yang digunakan
L1 dan L2
Receiver GPS
Tipe geodetik dual frekuensi
Metode pemecahan ambiguitas fase QIF Penanganan bias troposfer
Estimasi
Koordinat dari titik referensi yang digunakan, dalam hal ini titik BAKO adalah sebagai berikut: BAKO (dalam sistem Geosentrik datum WGS 1984) X = - 1836969.0043 m Y = Z
=-
6065617.1318 m 716257.8069 m
Pengolahan data menggunakan software ilmiah Bernese 5.0 akan menghasilkan koordinat dari titik – titik pengamatan GPS di wilayah Jakarta. Koordinat yang dihasilkan dalam pengolahan menggunakan software ilmiah Bernese 5.0 dalam sistem geosentrik (X, Y, Z) dan geodetik (L, B, h). Hasil koordinat dalam sistem koordinat geodetik beserta nilai ketelitiannya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.5 untuk koordinat geodetik pada tahun 2010 dan Tabel 3.6 untuk koordinat geodetik pada tahun 2011.
38
Tabel 3.5 Koordinat geodetik titik pantau penurunan muka tanah wilayah Jakarta tahun 2010. NO
TITIK
LATITUDE
HEIGHT (m)
σ L (m)
σ B (m)
σ h (m)
1
439B
6˚ 7’ 15.172524”
LS
106˚ 47’ 39.004941”
BT
18.4833
0.001
0.0009
0.0025
2
ANBA
6˚ 7’ 21.376249”
LS
106˚ 49’ 28.247004”
BT
18.925
0.0004
0.0005
0.0011
3
ANKE
6˚ 6’ 25.172525”
LS
106˚ 46’ 12.290386”
BT
18.6244
0.0005
0.0007
0.0013
4
ASTN
6˚ 7’ 49.873302”
LS
106˚ 49’ 45.829957”
BT
20.0012
0.0005
0.0009
0.0015
5
BM06
6˚ 11’ 59.873521”
LS
106˚ 49’ 23.355625”
BT
23.0982
0.0005
0.0005
0.0014
6
BM07
6˚ 12’ 44.370349”
LS
106˚ 49’ 12.356520”
BT
32.5477
0.0005
0.0006
0.0018
7
BM08
6˚ 13’ 13.335811”
LS
106˚ 48’ 45.595838”
BT
34.4013
0.0004
0.0005
0.0012
8
BM09
6˚ 13’ 34.981511”
LS
106˚ 48’ 44.398662”
BT
33.027
0.0007
0.0006
0.0018
9
BSKI
6˚ 13’ 29.959258”
LS
106˚ 52’ 40.532969”
BT
33.5387
0.0007
0.0013
0.0024
10
CBA1
6˚ 7’ 29.249525”
LS
106˚ 43’ 42.826398”
BT
18.2134
0.0006
0.0008
0.0016
11
CDMB
6˚ 18’ 10.969411”
LS
106˚ 51’ 9.333383”
BT
56.2597
0.0009
0.003
0.0025
12
CIBU
6˚ 21’ 5.520136”
LS
106˚ 52’ 51.001871”
BT
80.7323
0.0014
0.0042
0.004
13
CINB
6˚ 18’ 45.351823”
LS
106˚ 46’ 52.871089”
BT
67.0693
0.0032
0.0121
0.0066
14
CKNI
6˚ 11’ 17.371558”
LS
106˚ 49’ 59.641146”
BT
24.3661
0.0004
0.0005
0.0013
15
CMAS
6˚ 10’ 0.943039”
LS
106˚ 52’ 25.631301”
BT
22.0204
0.0003
0.0005
0.001
16
D481
6˚ 9’ 35.275575”
LS
106˚ 50’ 8.812243”
BT
20.7742
0.0005
0.0006
0.0015
17
DAAN
6˚ 9’ 19.080180”
LS
106˚ 44’ 51.676565”
BT
22.245
0.0004
0.0012
0.0013
18
DADP
6˚ 5’ 10.327987”
LS
106˚ 43’ 6.988511”
BT
20.0443
0.0003
0.0003
0.0007
19
DPAG
6˚ 10’ 59.186488”
LS
106˚ 49’ 22.691078”
BT
20.5584
0.0882
0.4304
0.7712
20
GMIN
6˚ 6’ 53.232424”
LS
106˚ 53’ 29.405257”
BT
20.4193
0.0005
0.0006
0.0014
21
GMPL
6˚ 9’ 48.744404”
LS
106˚ 51’ 10.640487”
BT
22.7612
0.0004
0.0009
0.0013
22
ISNA
6˚ 10’ 15.954564”
LS
106˚ 49’ 20.764058”
BT
21.0332
0.0005
0.0005
0.0013
23
JTC1
6˚ 6’ 14.665362”
LS
106˚ 54’ 49.706509”
BT
21.0517
0.0005
0.0005
0.0012
24
KAB2
6˚ 14’ 7.397444”
LS
106˚ 47’ 30.505870”
BT
34.0233
0.0009
0.0038
0.0035
25
KAMU
6˚ 5’ 52.529111”
LS
106˚ 42’ 50.514018”
BT
19.5417
0.0007
0.0015
0.0021
26
KBN1
6˚ 8’ 40.921865”
LS
106˚ 56’ 22.078652”
BT
21.3692
0.0004
0.0007
0.0012
27
KLDR
6˚ 9’ 34.942244”
LS
106˚ 41’ 20.317298”
BT
23.6171
0.0004
0.0006
0.0011
28
KLGD
6˚ 9’ 18.857398”
LS
106˚ 54’ 31.137854”
BT
21.4506
0.0008
0.001
0.0022
29
KMAL
6˚ 6’ 24.252651”
LS
106˚ 43’ 35.189118”
BT
19.6574
0.0003
0.0003
0.0007
30
KMAY
6˚ 8’ 56.668613”
LS
106˚ 50’ 53.031591”
BT
20.423
0.0003
0.0004
0.0009
31
KUNI
6˚ 14’ 9.479586”
LS
106˚ 50’ 3.651869”
BT
32.7372
0.0004
0.0005
0.0011
32
LANG
6˚ 14’ 37.172358”
LS
106˚ 47’ 32.551619”
BT
34.4099
0.004
0.0255
0.0092
33
LNTN
6˚ 8’ 55.841805”
LS
106˚ 47’ 39.188815”
BT
20.0282
0.0005
0.0009
0.0017
34
MARU
6˚ 6’ 32.970972”
LS
106˚ 57’ 12.314520”
BT
20.5168
0.0004
0.0009
0.0012
35
MERU
6˚ 11’ 52.279847”
LS
106˚ 44’ 51.629151”
BT
23.6366
0.0011
0.0015
0.0031
36
MONA
6˚ 10’ 48.322195”
LS
106˚ 49’ 24.093308”
BT
20.8703
0.0004
0.0005
0.0012
37
MRND
6˚ 5’ 59.468748”
LS
106˚ 57’ 13.986232”
BT
21.9556
0.0003
0.0004
0.0008
38
MU01
6˚ 7’ 31.043427”
LS
106˚ 47’ 58.461667”
BT
19.5151
0.0004
0.0004
0.0011
39
MUBA
6˚ 6’ 15.842882”
LS
106˚ 48’ 0.704456”
BT
23.4127
0.0003
0.0003
0.0007
40
MUTI
6˚ 6’ 23.845666”
LS
106˚ 47’ 27.402582”
BT
19.274
0.0003
0.0003
0.0007
41
NZAM
6˚ 5’ 46.110243”
LS
106˚ 48’ 14.067305”
BT
19.9835
0.0004
0.0006
0.0013
42
PH01
6˚ 6’ 38.182234”
LS
106˚ 46’ 45.527166”
BT
18.3263
0.0003
0.0004
0.0008
43
PIK2
6˚ 6’ 45.365359”
LS
106˚ 45’ 4.841825”
BT
22.5867
0.0004
0.0006
0.0014
44
PIND
6˚ 16’ 48.176191”
LS
106˚ 46’ 48.804475”
BT
51.2889
0.0028
0.0204
0.0118
45
PRIO
6˚ 7’ 4.771621”
LS
106˚ 51’ 53.380191”
BT
19.5009
0.0003
0.0004
0.0009
46
PTRO
6˚ 10’ 18.802680”
LS
106˚ 53’ 6.084694”
BT
23.4477
0.0004
0.0005
0.001
47
RGON
6˚ 20’ 51.108671”
LS
106˚ 54’ 51.697332”
BT
80.7191
0.0006
0.0007
0.0017
48
RUKI
6˚ 6’ 59.939189”
LS
106˚ 51’ 43.444982”
BT
21.9698
0.0006
0.0008
0.0019
49
SARI
6˚ 11’ 18.485903”
LS
106˚ 49’ 22.764038”
BT
21.1578
0.0005
0.0007
0.0016
50
SHR1
6˚ 8’ 22.576817”
LS
106˚ 49’ 9.072403”
BT
19.0875
0.0006
0.0008
0.002
51
SHR2
6˚ 8’ 43.577419”
LS
106˚ 50’ 0.948531”
BT
20.304
0.0004
0.0005
0.0013
52
SUND
6˚ 7’ 33.711016”
LS
106˚ 48’ 34.672008”
BT
19.2326
0.0004
0.0004
0.0011
53
SUNT
6˚ 7’ 39.299328”
LS
106˚ 51’ 17.448656”
BT
20.0523
0.0002
0.0003
0.0006
54
T002
6˚ 7’ 43.292110”
LS
106˚ 43’ 4.248094”
BT
19.9274
0.0005
0.0006
0.0014
55
TNKL
6˚ 7’ 44.710276”
LS
106˚ 48’ 43.540853”
BT
19.477
0.0005
0.0016
0.0017
56
TOMA
6˚ 10’ 29.041003”
LS
106˚ 48’ 19.476886”
BT
29.7342
0.0003
0.0002
0.0006
57
TUKE
6˚ 9’ 6.262113"
LS
106˚ 46’ 17.984853”
BT
21.3413
0.0006
0.0006
0.0016
LONGITUDE
39
Tabel 3.6 Koordinat geodetik titik pantau penurunan muka tanah wilayah Jakarta tahun 2011. NO
POINT
LATITUDE
HEIGHT (m)
σ L (m)
σ B (m)
σ h (m)
1
439B
6˚ 7’ 15.172400”
LS
106˚ 47’ 39.004669”
BT
18.4936
0.0008
0.0013
0.0025
2
ANBA
6˚ 7’ 21.376273”
LS
106˚ 49’ 28.246775”
BT
18.8752
0.0004
0.0006
0.0011
3
ANKE
6˚ 6’ 25.171811”
LS
106˚ 46’ 12.289700”
BT
18.4683
0.0003
0.0004
0.0009
4
ASTN
6˚ 7’ 49.873282”
LS
106˚ 49’ 45.830205”
BT
19.7145
0.0004
0.0005
0.0011
5
BM06
6˚ 11’ 59.874324”
LS
106˚ 49’ 23.357506”
BT
23.0888
0.0007
0.0022
0.0022
6
BM07
6˚ 12’ 44.370482”
LS
106˚ 49’ 12.356699”
BT
32.5882
0.0005
0.0009
0.0016
7
BM08
6˚ 13’ 13.336115”
LS
106˚ 48’ 45.595840”
BT
34.3276
0.0003
0.0004
0.0009
8
BM09
6˚ 13’ 34.981137”
LS
106˚ 48’ 44.398187”
BT
32.9907
0.0008
0.0013
0.0023
9
BSKI
6˚ 13’ 29.959237”
LS
106˚ 52’ 40.532580”
BT
33.5312
0.0007
0.0011
0.0023
10
CBA1
6˚ 7’ 29.251378”
LS
106˚ 43’ 42.823914”
BT
18.0642
0.0014
0.0024
0.0053
11
CDMB
6˚ 18’ 10.968936”
LS
106˚ 51’ 9.331236”
BT
56.2305
0.0007
0.0014
0.0021
12
CIBU
6˚ 21’ 5.192409”
LS
106˚ 52’ 50.354306”
BT
80.6211
0.0004
0.0011
0.0013
13
CINB
6˚ 18’ 46.117001”
LS
106˚ 46’ 53.009429”
BT
66.7176
0.0003
0.0004
0.0009
14
CKNI
6˚ 11’ 17.371398”
LS
106˚ 49’ 59.641309”
BT
24.1898
0.0004
0.0005
0.0011
15
CMAS
6˚ 10’ 0.942747”
LS
106˚ 52’ 25.63247”
BT
22.031
0.0005
0.0007
0.0015
16
D481
6˚ 9’ 35.275799”
LS
106˚ 50’ 8.807126”
BT
20.7821
0.0025
0.0122
0.005
17
DAAN
6˚ 9’ 18.991194”
LS
106˚ 44’ 50.605278”
BT
21.5418
0.0004
0.0005
0.0011
18
DADP
6˚ 5’ 10.327964”
LS
106˚ 43’ 6.987877”
BT
19.8318
0.0004
0.0008
0.001
19
DPAG
6˚ 10’ 59.095545”
LS
106˚ 49’ 22.309092”
BT
21.5838
0.068
0.3319
0.1334
20
GMIN
6˚ 6’ 53.231721”
LS
106˚ 53’ 29.405295”
BT
20.174
0.0005
0.0006
0.0013
21
GMPL
6˚ 9’ 48.745924”
LS
106˚ 51’ 10.648816”
BT
22.5705
0.0002
0.0003
0.0006
22
ISNA
6˚ 10’ 15.955610”
LS
106˚ 49’ 20.763482”
BT
21.0029
0.0004
0.0006
0.0012
23
JTC1
6˚ 6’ 14.665489”
LS
106˚ 54’ 49.707015”
BT
20.9531
0.0003
0.0006
0.0009
24
KAB2
6˚ 14’ 7.379661”
LS
106˚ 47’ 30.675170”
BT
34.0227
0.0004
0.0005
0.0011
25
KAMU
6˚ 5’ 52.417582”
LS
106˚ 42’ 50.587920”
BT
19.5505
0.0007
0.0029
0.0025
26
KBN1
6˚ 8’ 40.829367”
LS
106˚ 56’ 21.875441”
BT
20.3945
0.0007
0.0027
0.0024
27
KLDR
6˚ 9’ 34.941843”
LS
106˚ 41’ 20.315950”
BT
23.6179
0.0005
0.0007
0.0013
28
KLGD
6˚ 9’ 18.856493”
LS
106˚ 54’ 31.138647”
BT
21.1819
0.0005
0.0007
0.0014
29
KMAL
6˚ 6’ 26.019291”
LS
106˚ 43’ 34.628635”
BT
20.0331
0.0004
0.0005
0.001
30
KMAY
6˚ 8’ 56.667296”
LS
106˚ 50’ 53.025027”
BT
20.6674
0.0003
0.0004
0.0008
LONGITUDE
31
KUNI
6˚ 14’ 9.480235”
LS
106˚ 50’ 3.650802”
BT
32.7158
0.0005
0.0006
0.0012
32
LANG
6˚ 14’ 36.879319”
LS
106˚ 47’ 32.899643”
BT
32.3803
0.0023
0.0186
0.0073
33
LNTN
6˚ 8’ 55.841181”
LS
106˚ 47’ 39.189969”
BT
19.9707
0.0005
0.0007
0.0014
34
MARU
6˚ 6’ 32.970920”
LS
106˚ 57’ 12.314117”
BT
20.452
0.0002
0.0003
0.0006
35
MERU
6˚ 11’ 52.350918”
LS
106˚ 44’ 51.906485”
BT
23.6319
0.0007
0.0009
0.0028
36
MONA
6˚ 10’ 48.322057”
LS
106˚ 49’ 24.093513”
BT
20.6039
0.0003
0.0005
0.001
37
MRND
6˚ 5’ 59.468600”
LS
106˚ 57’ 13.986117”
BT
21.9614
0.0003
0.0004
0.0012
38
MU01
6˚ 7’ 31.043226”
LS
106˚ 47’ 58.461855”
BT
19.3062
0.0004
0.0004
0.0012
39
MUBA
6˚ 6’ 15.843463”
LS
106˚ 48’ 0.705497”
BT
23.2429
0.0002
0.0003
0.0007
40
MUTI
6˚ 6’ 23.732263”
LS
106˚ 47’ 27.570556”
BT
19.453
0.0002
0.0003
0.0006
41
NZAM
6˚ 5’ 46.110571”
LS
106˚ 48’ 14.067256”
BT
19.9226
0.0003
0.0004
0.0009
42
PH01
6˚ 6’ 38.422263”
LS
106˚ 46’ 45.813231”
BT
18.2076
0.0002
0.0003
0.0007
43
PIK2
6˚ 6’ 45.422320”
LS
106˚ 45’ 4.857270”
BT
20.6422
0.0003
0.0004
0.001
44
PIND
6˚ 16’ 48.334425”
LS
106˚ 46’ 48.268371”
BT
51.7851
0.0004
0.0004
0.0011 0.001
45
PRIO
6˚ 7’ 4.771808”
LS
106˚ 51’ 53.380248”
BT
19.3348
0.0003
0.0005
46
PTRO
6˚ 10’ 18.802099”
LS
106˚ 53’ 6.084163”
BT
23.4183
0.0003
0.0005
0.001
47
RGON
6˚ 20’ 51.191880”
LS
106˚ 54’ 51.508815”
BT
80.9583
0.0006
0.0008
0.0018
48
RUKI
6˚ 6’ 59.938972”
LS
106˚ 51’ 43.444043”
BT
22.0391
0.0013
0.0013
0.0043
49
SARI
6˚ 11’ 18.486093”
LS
106˚ 49’ 22.763199”
BT
21.1474
0.0004
0.0006
0.0011
50
SHR1
6˚ 8’ 22.549715”
LS
106˚ 49’ 8.892095”
BT
19.1879
0.0003
0.0005
0.001
51
SHR2
6˚ 8’ 43.577352”
LS
106˚ 50’ 0.948425”
BT
20.2496
0.0005
0.0007
0.0013
52
SUND
6˚ 7’ 33.653638”
LS
106˚ 48’ 34.654187”
BT
19.4322
0.0003
0.0005
0.0009
53
SUNT
6˚ 7’ 32.355295”
LS
106˚ 51’ 14.933530”
BT
20.9806
0.0003
0.0004
0.0008
54
T002
6˚ 7’ 43.292163”
LS
106˚ 43’ 4.247932”
BT
19.7556
0.0006
0.0008
0.0016
55
TNKL
6˚ 7’ 44.226394”
LS
106˚ 48’ 42.888016”
BT
18.9515
0.0003
0.0004
0.0009
56
TOMA
6˚ 10’ 29.040499”
LS
106˚ 48’ 19.476707”
BT
29.6474
0.0003
0.0004
0.0008
57
TUKE
6˚ 9’ 6.262551”
LS
106˚ 46’ 17.985231
BT
21.2669
0.0008
0.0011
0.0022
40
Dari tinggi ellipsoid pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 maka didapat besar dari penurunan muka tanah yang terjadi pada titik – titik pengamatan tersebut pada selang survey tahun 2010 – 2011. Besar penurunan muka tanah yang terjadi pada titik – titik pengamatan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Besar penurunan muka tanah pada titik pantau tahun 2010 – 2011. No
Points
Subsidence (m)
No
Points
Subsidence (m)
1
439B
-0.078
30
KLDR
-0.014
2
ANBA
-0.012
31
MERU
-0.002
3
ANKE
-0.144
32
T002
-0.13
4
ASTN
-0.115
33
TOMA
-0.019
5
DADP
-0.124
34
BSKI
-0.03
6
GMIN
-0.132
35
CMAS
-0.004
7
GPS11
-0.09
36
GMPL
-0.037
8
JFPT
-0.012
37
KBN1
-0.025
9
JTC1
-0.018
38
KLGD
-0.023
10
KAMU
-0.027
39
PTRO
-0.006
11
KMAY
-0.068
40
RGON
-0.003
12
LNTN
-0.005
41
BM06
-0.019
13
MARU
-0.078
42
BM07
-0.017
14
MRND
-0.001
43
BM08
-0.014
15
MUBA
-0.093
44
BM09
-0.074
16
MUTI
-0.059
45
CKNI
-0.051
17
MU01
-0.122
46
D481
-0.005
18
NZAM
-0.058
47
ISNA
-0.015
19
PH01
-0.111
48
MONA
-0.016
20
PIK2
-0.125
49
SARI
-0.008
21
PRIO
-0.006
50
SHR1
-0.011
22
RUKI
-0.079
51
SHR2
-0.075
23
SUND
-0.045
52
CDTB
-0.003
24
TJPR
-0.015
53
CIBU
0.013
25
TNKL1
-0.046
54
CINB
-0.011
26
TPU2
-0.022
55
KBA1
-0.002
27
TUKE
-0.024
56
KUNI
-0.038
28
CBA1
-0.149
57
PIND
-0.042
29
DAAN
-0.043
41
Hasil pengolahan data di atas jika dalam bentuk grafik bar akan terlihat seperti pada Gambar 3.6.
Grafik Penurunan tanah 2010 - 2011
Penurunan tanah (meter)
-0,02
439B ANBA ANKE ASTN BM06 BM07 BM08 BM09 BSKI CBA1 CDTB CINB CKNI CMAS D481 DAAN DADP GMIN GMPL GPS11 ISNA JFPT JTC1 KAMU KBA1 KBN1 KLDR KLGD KMAY KUNI LNTN MARU MERU MONA MRND MU01 MUBA MUTI NZAM PH01 PIK2 PIND PRIO PTRO RGON RUKI SARI SHR1 SHR2 SUND T002 TJPR TNKL1 TOMA TPU2 TUKE
0
-0,04 -0,06 -0,08 -0,1 -0,12 -0,14
Penurunan tanah 2010 - 2011
-0,16
Gambar 3.6 Grafik besar penurunan tanah Jakarta 2010 – 2011. Hasil pengolahan data yang dilakukan pada survey 2010 – 2011 akan digabung dengan data penurunan tanah yang telah dihitung sebelumnya. Hasil pengolahan data penurunan tanah untuk periode 2000 – 2011 dan 2009 – 2010 dapat dilihat pada Lampiran B. 3.2
Pengolahan Data Sipat Datar
Nilai penurunan muka tanah di wilayah Jakarta didukung juga dengan data sipat datar dari pengukuran sipat datar yang didapat dari BMPP Jakarta. Data sipat datar ini terbagi menjadi dalam 5 tabel sesuai dengan jumlah kotamadya di Jakarta. Data sipat datar ini telah melalui pensortiran berdasarkan data nilai tinggi yang memiliki nilai tinggi di beberapa tahun, agar nilai penurunan tanahnya dapat dihitung. Persebaran titik pengukuran sipat datar dapat dilihat pada Gambar 3.3.
42
Gambar 3.7 Persebaran titik sipat datar di Jakarta. Data sipat datar ini sendiri terbagi menjadi 5 tabel berdasar jumlah kotamadya Jakarta sendiri, yaitu berdasarkan Kotamadya Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Berikut beberapa sampel data yang ditampilkan dalam Tabel 3.8, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C. Tabel 3.8 Contoh data sipat datar Jakarta Koordinat Pendekatan No
Nomor Titik
Sistem Koordinat UTM
Tahun 1978
1991
1993
1997
2007
2011
Easting (m)
Northing (m)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
1
PP.2
765887.890
9149992.560
2.070775
1.845359
-
-
-
-
2
PP.8
771815.508
9304713.981
2.336508
2.190953
-
-
-
-
3
PP.11
781645.569
9213653.049
2.383066
2.227833
2.2278
-
-
-
4
PP.011 DKI
713681.000
9324715.000
-
-
-
-
1.359454
1.1805
5
PP.12
776380.299
9233875.913
2.441691
2.328986
-
2.29100
1.530054
-
6
PP.14
785738.827
9226448.477
3.358712
2.934621
-
2.75825
1.842554
-
7
PP.15
738246.868
9249765.426
1.655143
1.315258
-
-
1.520845
-
8
PP.17
795120.467
9161377.973
2.240462
2.029854
-
-
-
-
9
PP.017 DKI
708421.000
9323940.000
-
-
-
-
3.256254
2.8978
10
PP.25
785869.131
9273969.631
1.716087
1.376578
-
-
-
-
11
PP.27
799066.438
9258744.476
2.737859
2.569076
-
-
-
-
43
Tabel 3.8 Contoh data sipat datar Jakarta (Lanjutan) Koordinat Pendekatan No
Nomor Titik
Sistem Koordinat UTM
Tahun 1978
1991
1993
1997
2007
2011
Easting (m)
Northing (m)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
12
PP.31
784972.633
9272990.630
2.262271
2.104192
-
-
-
-
13
PP.33
800755.094
9258427.724
3.299466
3.181592
-
-
1.089856
-
14
PP.34 B DKI
714220.000
9324153.000
-
-
-
-
3.225354
3.0424
15
PP.35 B
713739.000
9323048.000
-
-
2.893000
-
1.916854
1.8164
16
PP.36 B
713142.000
9322998.000
-
-
-
-
2.447218
2.3292
17
PP.37
712930.000
9322715.000
3.484523
-
3.245000
-
2.289054
-
18
PP.038 A DKI
712114.000
9322837.000
-
-
-
-
1.512954
1.3220
19
PP.40
775951.522
9307860.194
1.846565
1.377606
-
-
1.690831
-
20
PP.42
793504.655
9264646.213
2.577453
-
2.174300
-
1.327648
-
21
PP.44 B
711876.000
9321875.000
-
-
3.445300
-
2.471540
2.2525
22
PP.46
794474.764
9234238.614
3.772393
-
3.461900
-
-
-
23
PP.050 A DKI
714242.000
9321269.000
-
-
-
-
1.936554
1.8541
24
PP.58
717565.000
9321870.000
2.176423
2.073539
-
-
-
-
25
PP.058 DKI
717565.000
9321870.000
-
-
-
-
1.215154
0.9622
26
PP.61
718246.000
9319653.000
2.955248
2.810660
-
-
-
-
27
PP.061 DKI
718246.000
9319653.000
-
-
-
-
2.548254
2.2343
28
PP.70 A
712955.000
9320024.000
-
3.938721
3.93870
3.72600
-
-
29
PP.070 A DKI
712955.000
9320024.000
-
-
-
-
2.848354
2.7254
30
PP.70
712950.000
9320030.000
4.366862
3.970000
-
-
-
31
PP.070 DKI
711857.000
9321225.000
-
-
-
-
2.546056
2.3496
32
PP.77 B DKI
707393.000
9321241.000
-
-
-
-
1.001554
0.4986
33
PP.79 B DKI
706848.000
9321183.000
-
-
-
-
0.873554
0.3946
34
PP.80
712052.000
9319295.000
4.807653
4.257099
-
3.80250
-
-
35
PP.81
712182.000
9317800.000
4.112619
-
-
4.24650
-
-
36
PP 95 B DKI
709322.000
9318307.000
-
-
-
-
2.252554
1.8996
37
PP.110 A DKI
693819.000
9324015.000
-
-
-
-
1.818554
1.1951
38
PP.119
697562.000
9324061.000
4.303850
-
3.04540
-
-
-
Dari data sipat datar Jakarta tersebut terdapat kekosongan data pada tahun – tahun tertentu seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.8. Dengan menggunakan prinsip trend, kekosongan data sipat datar pada tabel diatas dapat dihitung nilai aproksimasi. Hasil perhitungan trend dapat dilihat dalam bentuk grafik pada Gambar 3.8, Gambar 3.9, dan Gambar 3.10. Dalam hal ini, data – data yang telah melalui linearisasi ternyata tidak semua data dapat diselesaikan dengan secara linear, terdapat juga beberapa data yang dilakukan secara polynomial trend seperti pada Gambar 3.10. Perhitungan dengan menggunakan prinsip trend ini sendiri dapat digunakan untuk melakukan interpolasi dan extrapolasi data, sehingga 44
kekosongan data pada sejauh timeline data maupun untuk prediksi diluar timeline data dapat dihitung secara nilai aproksimasi.
PP. 070 A DKI 5 4,5 4 PP. 070 A DKI
Tinggi (Meter)
3,5 3
Linear (PP. 070 A DKI)
2,5
y = -0,038x + 79,59 R² = 0,998
2 1,5
1 0,5 0 1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
Tahun
Gambar 3.8 Grafik trend penurunan tanah pada titik PP. 070 A DKI.
45
PP. 80 6
5 PP. 80
Tinggi (Meter)
4
Linear (PP. 80) Linear (PP. 80)
3
y = -0,051x + 106,1 R² = 0,996
2
1
0 1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
Tahun
Gambar 3.9 Grafik trend penurunan tanah pada titik PP. 080.
PP. 144 2,5
Penurunan Tanah (Meter)
2 PP. 144
1,5 Poly. (PP. 144)
1
y = -7E-05x2 + 0,248x - 208,2 R² = 0,982
0,5
0 1975
1980
1985
1990
1995 Tahun
2000
2005
2010
2015
Gambar 3.10 Grafik trend penurunan tanah pada titik PP. 144.
46
Setelah mengetahui persamaan trend dari tiap titik – titik pengamatan sipat datar tersebut, maka kita dapat menghitung nilai – nilai tinggi yang tidak ada. Dari data tinggi sipat datar yang sudah lengkap tersebut, maka dapat dicari nilai penurunan tanahnya untuk periode 2000 – 2011, 2009 – 2010, dan 2010 – 2011 yang ditunjukkan beberapa titik dengan nilai penurunan tanahnya dalam Tabel 3.9 yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C. Tabel 3.9 Contoh penurunan tanah dari data sipat datar BMPP Jakarta.
No
Nomor Titik
Koordinat Pendekatan
Delta H 2000-2011
Delta H 2009-2010
Delta H 2010-2011
Sistem Koordinat UTM
Penurunan Tanah
Penurunan Tanah
Penurunan Tanah
Easting (m)
Northing (m)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
Tinggi (meter)
1
PP.2
765887.89
9149992.56
-0.1907
-0.0173
-0.0173
2
PP.8
771815.508
9304713.981
-0.1232
-0.0112
-0.0112
3
PP.11
781645.569
9213653.049
-0.1201
-0.0109
-0.0109
4
PP.011 DKI
713681
9324715
-0.4922
-0.0447
-0.0448
5
PP.12
776380.299
9233875.913
-0.0885
-0.008
-0.008
6
PP.14
785738.827
9226448.477
-0.3494
-0.0318
-0.0318
7
PP.15
738246.868
9249765.426
-0.2876
-0.0261
-0.0261
8
PP.17
795120.467
9161377.973
-0.1782
-0.0162
-0.0162
9
PP.017 DKI
708421
9323940
-0.9859
-0.0896
-0.0896
10
PP.25
785869.131
9273969.631
-0.2873
-0.0261
-0.0261
11
PP.27
799066.438
9258744.476
-0.1428
-0.013
-0.013
12
PP.31
784972.633
9272990.63
-0.1338
-0.0122
-0.0122
13
PP.33
800755.094
9258427.724
-0.0997
-0.0091
-0.0091
14
PP.34 B DKI
714220
9324153
-0.5032
-0.0457
-0.0458
15
PP.35 B
713739
9323048
-0.2764
-0.0251
-0.0251
16
PP.36 B
713142
9322998
-0.3245
-0.0295
-0.0295
17
PP.37
712930
9322715
-0.1757
-0.016
-0.016
18
PP.038 A DKI
712114
9322837
-0.5253
-0.0478
-0.0477
19
PP.40
775951.522
9307860.194
-0.3968
-0.0361
-0.0361
20
PP.42
793504.655
9264646.213
-0.2956
-0.0269
-0.0269
21
PP.44 B
711876
9321875
-0.6023
-0.0547
-0.0548
22
PP.46
794474.764
9234238.614
-0.2277
-0.0207
-0.0207
23
PP.050 A DKI
714242
9321269
-0.2269
-0.0206
-0.0206
24
PP.58
717565
9321870
-0.0871
-0.0079
-0.0079
25
PP.058 DKI
717565
9321870
-0.6958
-0.0633
-0.0632
26
PP.61
718246
9319653
-0.1223
-0.0111
-0.0111
47