BAB 2
LANDASAN PERANCANGAN DAN TEORI
2.1 Sumber Data Data-data dan litelatur disini didapat dari bermacam-macam media, baik buku, internet, survey lapangan, dan video.Semua sumber merupakan bahan-bahan yang membantu memperkuat data-data teori cerita ataupun data visual referensi mengenai pembuatan film animasi pendek ini.
2.1.1
Buku : Buku pembahasan tentang agama dan moral dalam masyarakat (Agama Sebagai Kritik - Robert John Ackermann, Moral & Religi - Djuretna A. Imam Muhni), buku tentang animasi (The Animator's Survival Kit - Richard Williams), buku tentang desain karakter (How To Draw And Paint Crazy Cartoon Character-Vincent Woodcock), buku tentang desain environment (Impeccable Scene Design for Game, Animation, and Film - Weiye Yin), buku desain storyboard (Storyboard Design Course - Giuseppe Cristiano), buku tentang penulisan skrip (Teknik Menulis Skenario Film Cerita - H. Misbach Yusa Biran).
2.1.2
Internet : behance.net, youtube.com, vimeo.com, 3dtotal.com, digitaltutors.com,
videocopilot.com,
wikihow.com,
wnd.com,
en.wikipedia.org, dan lainnya.
2.1.3
Wawancara : Wawancara dilakukan dengan pengamat dan penganut agama yang tergolong taat.
2.1.4
Video : Video animasi pendek (Pivot, Redbull BC One Teaser Event), film layar lebar (12 Years a Slave, Nebraska, Inception,
3
4
Prisoners, The Lego Movie, Wreck-it Ralph), Serial TV (True Detective, Supernatural, Orphan Black) dan video lainnya. 2.2 Tinjauan Data 2.2.1 Animasi Pendek Animasi pendek adalah sebuah film animasi yang dikemas dalam durasi yang tidak lama, isi cerita padat, bertujuan menghibur penonton. Animasi pendek banyak di produksi oleh studio besar maupun kecil, contoh Pixar yang secara permanen memproduksi film animasi pendek sejak 2001. Baik yang low budget maupun tidak. Berbagai terobosan seperti narasi sering ditemui di film animasi pendek. 2.2.2 Drama Genre Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau teks sampingan.
2.2.3 Fungsi Drama Drama berfungsi sebagai sarana menyampaikan informasi baik dan buruk dalam bentuk pertunjukan kelompok. Drama juga memiliki alur cerita yang bisa digunakan untuk mencermati kembali apa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Sehingga sesuatu yang buruk tidak perlu dicontoh dan sebaliknya sesuatu yang baik menjadi suri tauladan untuk semua penonton yang melihatnya.
5
Selain itu drama juga dapat dipakai sebagai media ekspresi dan komunikasi. Bagaimana ekspresi marah, sedih, gembira, gemas, gengsi, sombong, ramah, congkak dapat dikeluarkan melalui kegiatan berolah drama. Dengan demikian apa yang keluar dari dalam lubuk hati dapat dipahami oleh penonton.
2.2.4 Appealing dalam Drama Hamlet adalah sandiwara tragedi karya William Shakespeare yang ditulis sekitar tahun 1599-1601. Drama ini adalah salah satu tragedi Shakespeare yang terkenal. Dimana Shakespeare telah berhasil membuat suatu konflik, yang mana ketegangan di dalam cerita rekaan atau drama; pertentangan antara dua kekuatan. Pertentangan ini dapatterjadi dalam diri satu tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat lingkungannya, Antara tokoh dan alam, serta antara tokoh dan Tuhan. Semua bentuk drama itu tercipta dari dialogdialog yang diperankan oleh pemain-pemain dengan didukung latar yang sesuai. Drama dapat memukau penonton jika pemain berhasil memerankan tokoh drama dengan karakter yang sesuai. Jika riasan dan pencahayaan dapat mempengaruhi perubahan penampilan, properti dan kostum dapat menjadi poin penarik perhatian (empasis) bagi karakter.
2.2.5 Sejarah Ateisme di Indonesia Indonesia dikenal dengan stereotipe bangsa yang beragama, bahkan sila pertama berbunyi “Ketuhanan yang maha esa.” Namun, datangnya modernisme, yang juga melahirkan nusantara sebagai bangsa Indonesia, memunculkan ateisme. Dengan sejarah ateisme yang sulit diketahui di masa pra-kolonial, tampaknya ateisme di Indonesia muncul pada era modern dengan datangnya paham komunisme yang surut pada abad 65-66 hingga reformasi 98- kesurutan itu juga berarti kesurutan ateisme – dan muncul kembali bergandengan tangan dengan kebebasan yang didapat pasca reformasi.
6
Internet juga member sumbangsih besar pada peningkatan ateis dan penyebaran gagasan ateisme di Indonesia. Gagasan-gagasan ateistis menyebar luas melalui internet yang dikelola oleh komunitas-komunitas ateis di Indonesia.
Menurut
ateispedia.com,
indonesianatheists.wordpress.com,
dan ateisindonesia.org. Wahana tersebut juga menjadi tempat berkumpulnya ateis-ateis, yang banyak dari mereka terpaksa mengenakan topeng agama, di dunia nyata. Paling tidak pencarian di www.facebook.com memunculkan Indonesian Atheists (beranggotakan 499 akun FB ), Komunitas Ateis Indonesia [vii] (beranggotakan 1,137 akun FB) dan Angkatan Muda Ateis (132 akun FB), dan Indonesian Atheists Society (beranggotakan 638 akun FB). Sebagian besar ateis di Indonesia adalah kelompok usia muda yang sebagian besar tinggal di kota besar. Tampaknya Jakarta, Surabaya, dan Bandung adalah tiga kota yang memiliki populasi terbanyak di Indonesia. Jakarta Post menulis bahwa kaum agnostik dan ateis di Jakarta “sebagian besar adalah kaum muda yang gemar membaca”.
2.2.6 Sinopsis dan Konsep Cerita Pada suatu pagi, Adam, seorang pria tua berambut putih yang kehilangan kepercayaannya kepada Tuhan, terbangun dikasurnya dengan tatapan kosong didalam kamarnya. Kehidupan diluar berjalan seperti biasa. Dia menjalankan rutinitas seperti biasa, berangkat ke kantor, mengerjakan pekerjaan kantoran yang membosankan, sore nya berjalan ke halte bus yang sepi untuk menunggu bus terakhir yang mengantarnya pulang kerumah, dan akhirnya terbaring dikasur untuk menunggu hari selanjutnya. Rutinitas ini berjalan terus hingga 2 hari kedepan. Keesokan harinya, hidupnya berubah setelah bertemu sesosok individu yang unik dan berbeda.
2.2.7 Data Karakter
2.2.7.1 Adam
7
Adam adalah seorang pria tua berumur 50-an, yang telah lama kehilangan kepercayaan kepada Tuhan karena membiarkan dirinya tersiksa setelah ditinggal oleh keluarganya, Istri dan anak laki-lakinya.
. Gambar 2.1 Adam
2.2.7.2 Pengemis Pengemis adalah sosok pria yang baik dan bijaksana, yang mencoba membantu Adam melewati masalah yang dialaminya. Namun dibalik itu ada rahasia besar yang tersembunyi dari tubuh yang lemah tersebut.
Gambar 2.2 Pengemis
2.2.8 Studi Existing Selain data-data, penulis juga mengumpulkan referensi karya artist-artist di internet serta animasipendek untuk genre yang sejenis dan film layar lebar yang menginspirasi penulis,dengan tujuan untuk menganalisa animasi dan film tersebut guna memberikan pengayaan dalam pengerjaan animasi yang penulis kerjakan.
8
2.2.8.1 Studi Bentuk Untuk Studi bentuk, penulis menganalisa bentuk-bentuk karakter dan elemen-elemen yang digunakan dalam animasi pendek Pivot dan Redbull BC One Teaser Event.
Gambar 2.3 Scene pada film "Pivot"
Gambar 2.4 Desain Karakter Redbull BC One Teaser event
Gambar-gambar diatas adalah desain karakter Redbull Bc One Teaser Event dan Salah satu adegan di Short Animation "Pivot". Dari gambar-gambar tersebut terlihat bahwa garis-garis yang digunakan terlihat kaku dan tegas. Dapat dilihat keduanya dibuat sederhana mungkin tapi tetap tidak menghilangkan identitas dari sang karakter tersebut. Hal ini menurut penulis adalah sesuatu yang unik dan masih jarang yang memakai style seperti ini. Dengan style karakter desain seperti ini, penulis yakin dapat dengan mudah untuk memvisualisasikan karakter dari film pendek “A Man Who Refused” karena karakter desain ini adalah sebuah Low-Poly dimana nantinya memudahkan penulis dalam hal produksi.
9
Gambar 2.5 Scene pada iklan "Tropicana Pulp"
Untuk Environment penulis mengacu pada iklan Tropicana Pulp yang mana di iklan yang singkat ini terasa sekali elemen-elemen jalanan serta kesibukan kota.
2.2.8.2 Studi Warna Dalam sebuah industri perfilman warna merupakan satu hal yang penting, karena warna mampu membawa suasana dan dapat menjelaskan keadaan dalam sebuah film. Dalam perancangan film animasi pendek “A Man Who Refused” ini penulis melakukan studi warna yang mengacu pada film maupun karya dari 3D Artist. Disini penulis melakukan studi warna yang mengacu pada film "The Lego Movie" dan "Man of Steel".
Gambar 2.6 dan 2.7 Preview warna dari "The Lego Movie" dan "Man of Steel"
10
Dari gambar diatas bisa dilihat bahwa 2 film dapat memiliki 2 warna mood yang berbeda. Saturasi warna yang tinggi bisa menandakan mood enerjik dan saturasi yang rendah menandakan mood yang tenang dan terkadang sedih. Warna color grading bukan sekedar memberi warna yang kita suka kedalam sebuah footage film. Seperti dari gambar preview The Lego Movie diatas, warna yang digunakan adalah biru dan jingga. Warna tersebut dipilih karena kedua warna tersebut memiliki hubungan komplementer. Sedangkan dari gambar Man of Steel menggunakan warna teal, jingga, dan biru violet karena ketiga warna tersebut memiliki hubungan split komplementer. Untuk pemilihan warna karakter penulis mengadaptasi dari iklan Tropicana Pulp yang dimana terlihat warna karakter-karakter yang mengendarai kendaraan tidak begitu mencolok karena pilihan palet warnanya tergolong warna-warna dull.
Gambar 2.8 Iklan Tropicana Pulp
2.2.8.3 Studi Art Direction
Dalam film Inception dan The Lego Movie, banyak scene yang menggunakan Golden Rule dan Rule of Third sebagai komposisinya. Lalu untuk dunia di dalam animasi tersebut dibangun dengan bentuk yang sangat detail dan menggunakan focus blur serta efek anamorphic seperti lens flare dan bokeh yang menambahkan kesan artistic dari film tersebut. Penulis juga menggunakan referensi film arahan Steve McQueen, 12 Years a Slave, permainan cut to cut yang tepat dan lambat memberikan kesan yang tenang sekaligus intens pada penonton. Penulis juga menjadikan film Man of Steel
11
sebagai referensi yang mana di film tersebut terdapat beberapa establish shot yang memperkuat mood yang ditampilkan.
Gambar 2.9 Inception dan The Lego Movie
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Teori Prinsip Dasar Animasi Penulis menggunakanpedoman buku “The Animator’s Survival Kit” oleh Richard Williams. Di buku tersebut dijelaskan bahwa Disney mengeluarkan 12 prinsip animasi. Dari 12 prinsip animasi tersebut penulis menggunakan 8 prinsip : 1. Pose to pose Merupakan penentuan posisi key animasi dan in between sehingga animator dapat menentukan gerak karakternya. 2. Timing Satuan waktu, atau jeda waktu sangat penting dalam gerakan animasi untuk menentukan lambat/cepat suatu gerakan. 3. Anticipation
12
Gerak anitisipasi sebelum melakukan gerakan utama. 4. Slow in and Slow out Akselerasi dan deselerasi animasi 5. Arcs Sistem pegerakan lengkungan yang membuat animasi smooth dan terlihat realistik. 6. Secondary Action Gerakan tambahan untuk memperkuat gerakan utama. 7. Staging Yaitu meliputi bagaimana lingkungan dan suasana untuk mendukung mood yang ingin dicapai. 8. Appeal Bagian yang paling menonjol pada animasi dan juga yang membuat penokohan karakter agar dapat memikat penonton.
2.3.2 Teori Sinematografi Teknik pengambilan tiap cut. Karena film animasi pendek ini ber-genre drama dan bertempo lambat, maka akan banyak menggunakan pengambilan sudut-sudut yang simetris, dan pelan tiap cut. Teknik yang akan digunakan juga mengikuti teknik fotografi seperti Rule of Thirds.
2.3.3 Teori Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu elemen penting dalam film. Komunikasi merupakan bentuk interaksi terhadap satu sama lain, baik verbal maupun non-verbal. Penulis menggunakan pendekatan komunikasi verbal, baik secara dialog, ekspresi muka, maupun bahasa tubuh.
2.3.4 Teori Warna Warna adalah bagian dari proses pelengkap identitas suatu karya. Dengan warna suatu karya desain akan memiliki arti. Warna juga mengatur emosi penonton dan menciptakan mood sesuai dengan visual yang sedang di lihat
13
dalam film. Dalam teknik pewarnaan penulis menggunakan warna-warna Komplementer (Complementary Color) dalam film animasi “A Man Who Refused”, yang warna-warnanya yang saling berseberangan antara satu dengan yang lainnya, sehingga warna-warna ini akan sangat kontras.
2.4 Analisa Analisis S.W.O.T Strength:
Desain karakter yang kuat dan menunjukkan kepribadian karakter.
Kekuatan film animasi pendek ini terletak pada kualitas visual, animasi dan implementasi prinsip-prinsip cinematography, sehingga memungkinkan produk ini bisa dinikmati baik secara visual maupun penceritaan.
Weakness: •
Sebagian orang beranggapan bahwa topik tentang agama atau kepercayaan tidak baik disentuh.
•
Tidak semua kalangan dapat menikmati animasi dengan konten yang sedikit berat.
•
Waktu yang terbatas untuk pembuatan animasi pendek.
Opportunity: •
Mengajak generasi muda untuk menghargai pandangan sesama tentang keyakinan yang dianut.
•
3D Animasi di Indonesia masih dalam tahap perkembangan. sehingga banyak dilirik oleh berbagai kalangan.
Threat: •
Pembuatan skrip yang sempurna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang tepat agar tidak menyampaikan informasi yang salah kepada penonton.