3 BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1. SUMBER DATA
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh data-data yang berasal dari: 2.1.1. Literatur:
2.1.1.1. Buku •
Creative-Based Tourism, Dari Wisata Rekreatif Menuju Wisata Kreatif, oleh Henky Hermantoro.
•
Metode Penelitian Pariwisata, oleh Drs.Wardiyanta, M.Hum.
•
Destination Branding for Small Cities, The Essentials for Small Place Branding, oleh Bill Baker.
•
Positioning and Brand Personality
•
The Branding of Cities, Julia Winfield - Plefferkorn
•
Kamus Brand, oleh Mendiola B. Wiryawan
•
Maluku Indonesian Spice Islands, oleh Periplus Adveture Guides.
•
Kapata Arkeologi, Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Edisi Khusu Pengelolaan Warisan Budaya Untuk Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal, oleh Prof. Drs. John Pattikayhatu.
•
Seri Budaya Pela – Gandong dari Pulau Ambon, oleh Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
•
Cita Budaya Maluku, Dalam Pola Pemahaman Sistemik, oleh Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
•
Kekayaan Seni Ukir Di Maluku, oleh Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku dan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku.
4
2.1.1.2. Elektronik •
http://www.malukuprov.go.id
•
http://www.dispudbarmaluku.org
•
http://www.maluku-colorful.com
•
http://www.maluku-tale.com
•
http://www.budpar.go.id
•
http://www.bps.go.id
•
http://www.ambonekspres.com/index.php?option=read&cat=65&id=36748
•
http://nationalgeographic.co.id/lihat/berita/2711/kemasan-terpadu-bagiwisatawan-mancanegara
•
http://travel.kompas.com/read/2012/02/14/18465949/Turis.Eropa.Berburu.Matah ari.di.Indonesia
•
http://www.antaranews.com/berita/1294404946/menbudpar-4-jurus-untukwonderful-indonesi
2.1.1.3. Data Pendukung •
Buku Informasi Pariwisata Nusantara, oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
•
Laporan Penelitian/ Survey Pasar Pariwisata Daerah Maluku dan Profil Wisatawan tahun 2008, oleh Dinas Pariwisata Provinsi Maluku.
•
Calendar of Event 2012, oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku
•
Brosur-brosur
5
2.1.2. Wawancara: •
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
•
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
•
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku.
•
Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
•
PT. Bali Prestige Tours & Travel Specialists, pelaku industri pariwisata, salah satu dari 10 agensi pariwisata terbaik di dunia.
•
Masyarakat Maluku
2.1.3. Kuesioner •
Calon wisatawan
•
Masyarakat Maluku
6
2.2. PARIWISATA DI INDONESIA 2.2.1. Peranan Sektor Pariwisata Tehadap Perekonomian Indonesia
No.
2006 Jenis Komoditi
2007 Nilai Juta (USD)
Jenis Komoditi
Nilai Juta (USD)
1
Minyak & Gas Bumi
21.209,50
Minyak & Gas Bumi
22.088,60
2
Pakaian Jadi
5.608,16
Minyak Kelapa Sawit
7.868,64
3
Karet Olahan
5.465,14
Karet Olahan
6.179,88
4
Minyak Kelapa Sawit
4.817,64
Pakaian Jadi
5.712,87
5
Alat Listrik
4.448,74
Pariwisata
5.345,98
6
Pariwisata
4.447,97
Alat Listrik
4.835,87
7
Tekstil
3.908,76
Tekstil
4.177,97
8
Kayu Olahan
3.324,97
Bahan Kimia
3.402,58
9
Kertas & Barang Kertas
2.859,22
Kertas & Barang Kertas
3.374,84
10
Bahan Kimia
2.697,38
Kayu Olahan
3.076,88
No.
2008 Jenis Komoditi
2009 Nilai Juta (USD)
Jenis Komoditi
Nilai Juta (USD)
1
Minyak & Gas Bumi
29.126,30
Minyak & Gas Bumi
19.018,30
2
Minyak Kelapa Sawit
12.375,57
Minyak Kelapa Sawit
10.367,62
3
Karet Olahan
7.579,66
Pariwisata
6.298,02
4
Pariwisata
7.377,00
Pakaian Jadi
5.735,60
5
Pakaian Jadi
6.092,06
Karet Olahan
4.870,68
6
Alat Listrik
5.253,74
Alat Listrik
4.580,18
7
Tekstil
4.127,97
Tekstil
3.602,78
8
Kertas & Barang Kertas
3.796,91
Kertas & Barang Kertas
3.405,01
9
Makanan Olahan
2.997,17
Makanan Olahan
2.960,73
10
Kayu Olahan
2.821,34
Kayu Olahan
2.275,32
Tabel 2.2.1. Sumber: www.bps.go.id
Jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, pariwisata menunjukan andilnya yang meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan, pariwisata berperan sangat penting dalam menggerakkan perekonomian nasional.
7
2.2.2. Pariwisata Global
2.2.2.1. Perkiraan Pertumbuhan Wisatawan Dunia Telah disadari bahwa sektor pariwisata memegang peranan yang cukup penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi manusia. Oleh karena itu PBB melalui World Tourism Organization dan Bank Dunia tengah mengharapkan bahwa sektor pariwisata dapat menggerakkan ekonomi rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasaranan dibandingkan dengan sektor lainnya. Pariwisata merupakan bentuk nyata dari bisnis global yang menjanjikan. Dan diperkirakan akan menjadi sektor pendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang dihasilkan dari pergerakan wisatawannya. Tahun 1995 tercatat jumlah pembelanjaan wisatawan dunia hanya sebesar US$ 565.000.000. Namun dengan meningkatnya jumlah wisatawan dari tahun ke tahun, maka diperkirakan pada tahun 2020 nanti terjadi pembelanjaan sebesar US$ 2.000.000.0000, angka ini hanya dihasilkan oleh wisatawan internasional saja, di luar biaya transportasi.
Tahun Dasar
Proyeksi (Juta)
Kontribusi (%)
Pertumbuhan Rata-rata (%)
1995
2020
2020
1995 - 2020
Afrika
20.2
77
5
5.5
Amerika
108.9
282
18.1
3.8
Asia Pasifik
81.4
397
25.4
6.5
Eropa
338.4
717
45.9
3.1
Timur Tengah
12.4
69
4.4
6.7
Kawasan
Asia Selatan
4.2
19
1.2
6.2
Dunia
566
1,561
100
5
Tabel 2.2.2.1. Perkiraan pertumbuhan wisatawan dunia tahun 2020. Sumber: World Tourism Organization (2005).
Mengacu pada tabel di atas, maka walaupun tingkat pertumbuhan kawasan Eropa diperkirakan paling lamban, namun wisatawan dari kawasan tersebut selalu menyumbang jumlah wisatawan terbanyak di dunia. Maka dari itu, wisatawan Eropa harus diperhatikan khusus, terlebih pola perjalanan wisata yang digemarinya.
8
2.2.2.2. Pembagian Pola Perjalanan Wisatawan
Pada dasarnya, pola perjalanan wisatawan dapat diklasifikasikan menjadi: Tipe Pola Perjalanan
Klasifikasi Explorer Bepergian atas keinginan mereka sendiri, berinteraksi dengan masyarakat lokal, menggunakan fasilitas
Allo-centric
pariwisata yang ada.
Menyukai hal-hal baru,
Drifter (Goes Native)
siap menghadapi risiko
Memilih hidup dengan masyarakat lokal, waktu yang
petualangan
lama, tidak memosisikan dirinya sebagai wisatawan
Organized Mass Tourism Terorganisir dalam paket perjalanan, bersama-sama Psycho-centric
dalam grup.
Tidak menyukai
Individual Mass Tourism
lingkungan dan budaya
Melakukan perjalanan secara individual, namun dengan
baru yang belum
satu tujuan destinasi yang sama.
dikenal. Tabel 2.2.2.2. Sumber: Creative-Based Tourism, Dari Wisata Rekreatif Menuju Wisata Kreatif, oleh Henky Hermantoro.
Di mana tipe wisatawan Allo-centric, lebih didominasi oleh wisatawan yang berasal dari negara-negara barat, yang menyukai perjalanan bersifat petualangan, individu, bahkan sampai perjalanan ke daerah pedalaman. Sedangkan tipe Psychocentric, didominasi oleh wisatawan Asia yang lebih suka pergi berkelompok atau ke tempat-tempat yang mereka rasa lebih nyaman secara lingkungan maupun budaya. Selain itu, dari kuesioner yang disebar oleh penulis, tipe Allo-centric ini juga digemari oleh calon wisatawan domestik yang berusia 15 – 24 tahun. Berdasarkan potensi pariwisata yang dimiliki oleh provinsi Maluku, penulis lebih melihat kecenderungan pada tipe wisata Allo-centric. Di mana, wisatawan dalam pengalaman berwisata alam, sejarah, relijius, sosial dan budaya.
9
2.2.2.3. Arah Pariwisata Global Pada dasarnya wacana-wacana pelestarian lingkungan, apresiasi terhadap budaya lokal, dan sebagainya telah membentuk pola pikir pasar yang semula buying product menjadi pola buying experience. Demikian pula dengan sektor pariwisata, yang kemudian menjadikan pengalaman tersebut penting dalam berwisata, bukan sebatas pengalaman fisik, namun juga pengalaman emosional. Selain itu, isu-isu global yang mengerikan, seperti perubahan iklim dan kemiskinan, berhasil mengubah sikap wisatawan untuk dapat lebih peduli pada alam, dan masyarakat sekitar. Hal ini mengakibatkan, terangkatnya wisata alam dan wisata budaya , karena cukup mendorong empati wisatawan terhadap isu-isu tersebut, dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, sekaligus memelihara budaya, kesenian dan cara hidup masyarakat disekitarnya. Lalu, karena dianggap sebagai sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasarana, maka pariwisata dikembangkan dengan basis kerakyatan, dalam suatu strategi pemberdayaan masyarakat yang disebut community-based tourism development. Di mana kesejahteraan masyarakat lokal menjadi tujuan akhir dari pembangunan pariwisata tersebut, karena sumberdaya pariwisata adalah bagian dari wilayah publik dan struktur sosial komunitas lokal.
10
2.2.3. Pariwisata Nasional
2.2.3.1. Peran Pemerintah Sektor pariwisata berada dalam naungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, yang dikepalai oleh Mari Elka Pangestu sebagai menteri. Adapun, lembaga tersebut bertugas untuk menyelenggarakan urusan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Selain itu, kementerian ini bertanggung jawab dalam: a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. b. Pengelolaan barang milik/ kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di daerah. e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
11
2.2.3.2. Slogan Pariwisata Nasional Dalam mendukung pariwisata nasional, pada tahun 2011 diluncurkan slogan Wonderful Indonesia. Slogan ini merupakan, strategi baru dari program Visit Indonesia yang telah diselenggarakan sejak tahun 2008. Adapun, kata “wonderful” digunakan untuk mengkomunikasikan alam yang luar biasa, budaya yang luar biasa, manusia yang luar biasa, makanan yang luar biasa, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, Indonesia adalah sebuah destinasi wisata yang luar biasa. Sedangkan konsep dari logo tersebut adalah:
Gambar 2.2.4.2. Logo Wonderful Indonesia
1. Bentuk Logo yang mengambil konsep Garuda Pancasila sebagai dasar Negara, dibalut dalam pengolahan yang modern. 2. Lima sila digambarkan dengan lima Garis Warna yang berbeda dan merupakan simbol keberagaman Indonesia. 3. Logo yang diolah menjadi bentuk dan warna yang dinamis sebagai perwujudan dari Dinamika Indonesia yang sedang berkembang. 4. Jenis Huruf dari Logo akan mengambil dari elemen otentik Indonesia yang disempurnakan dengan sentuhan modern.
12
2.2.3.3. Arah Pariwisata Nasional Seiring dengan arah pariwisata global, arah kebijakan pembangunan pariwisata nasional di Indonesia adalah untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Adapun tujuan pembangunan destinasi pariwisata adalah: 1. Memberikan kesejahteraan jangka panjang pada masyarakat lokal melalui konsep pengembangan pariwisata berbasis komunitas. 2. Menjamin kepuasan pengalaman wisatawan, paling tidak pengalaman yang didapat oleh wisatawan dapat melebihi ekspektasinya. 3. Meningkatkan keuntungan bisnis bagi sektor swasta dan menciptakan iklim usaha yang kondusif. 4. Mengoptimalkan dampak positif ekonomi, sosial, dan lingkungan agar terjadi keseimbangan pembangunan di antaranya. 5. Meningkatkan citra destinasi secara politis, karena citra sebuah destinasi adalah cerminan citra negara. Lalu, untuk mewujudkan tujuan tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memper- kenalkan sebuah konsep pariwisata, yang disebut dengan Pariwisata Berbasis Kreativitas, yang akan dijelaskan di bagian berikutnya.
13
2.3. PARIWISATA DI MALUKU
2.3.1. Gambaran Umum
2.3.1.1. Lambang Provinsi Maluku
Gambar 2.3.1.1. Lambang Provinsi Maluku: Siwalima.
SIWALIMA merupakan motto lambang Provinsi Maluku yang artinya milik bersama, memupuk persatuan dan kesatuan untuk mencapai kesejateraan bersama. Logo siwalima yang berlatar belakang perisai/ salawaku didalamnya terdapat lukisan: Daun Sagu, menggambarkan bahwa makanan pokok di daerah Maluku adalah sagu yang melambangkan kehidupan. •
Daun Kelapa, menggambarkan hasil bumi berupa kelapa, yang banyak terdapat di Maluku.
•
Mutiara, merupakan hasil laut yang khas dari daerah Maluku.
•
Tombak, menggambarkan sikap ksatria dan gagah berani.
•
Gunung, melambangkan kekayaan hasil hutan yang melimpah.
•
Laut dan perahu, melambangkan persatuan dan kesatuan yang abadi.
14
Jumlah pucuk daun kelapa sebanyak 17, melambangkan tanggal 17, sedangkan jumlah butir mutiara sebanyak 8, melambangkan bulan 8 (agustus), dan pucuk daun sagu sebanyak 45, melambangkan tahun 45 (1945). Kesemuanya itu melambangkan hari yang sangat bersejarah, yaitu Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945.
2.3.1.2. Sejarah Pada dasarnya, sejarah Maluku dilatarbelakangi oleh kekayaan alamnya. Keadaan geografis Maluku yang dilalui oleh kurang lebih 6.000 km ring api, mengakibatkannya memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Selain itu dilalui oleh garis Wallace, mengakibatkan flora dan fauna Maluku bercampuran antara Asia dan Australia. Sejak zaman dahulu, Maluku dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah, yang sangat dibutuhkan oleh dunia, untuk menghangatkan badan, bumbu dapur, mengawetkan makanan, dan lain-lain. Bahkan kepulauan Maluku sendiri dikenal sebagai The Spice Islands. Aroma rempah-rempah ini tercium oleh kawasan Nusantara lainnya, seperti Jawa dan Madura, dan bahkan sampai ke Tiongkok dan Timur Tengah. Lalu, mereka datang ke Maluku untuk melakukan perdagangan. Hingga akhirnya rempahrempah Maluku sampai di tangan penduduk Eropa, melalui jalur sutra yang sangat berbahaya yang membuat harga-nya menjadi sangat mahal. Mengingat pentingnya rempah-rempah dalam kehidupan sehari-hari, bangsa Eropa mulai mencari tahu di mana daerah tempat rempah-rempah itu berasal. Dari sinilah sejarah eksplorasi dunia dimulai, di mana dalam perjalanan menuju Maluku, beberapa bangsa mencoba membangun kolonialnya di belahan dunia yang dilaluinya. Bangsa Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang memulai perjalanan eksplorasi tersebut. Mereka melalui jalur pelayaran timur, sehingga terdapat daerah-daerah kolonial Portugis di jalur tersebut, seperti Brazil di Amerika, Angola di Afrika, lalu beberapa kawasan di Asia, hingga akhirnya sampai di kepulauan Maluku. Keberhasilan bangsa Portugis memacu bangsa-bangsa Eropa lain untuk mencari sumber rempah-rempah tersebut. Disusul oleh bangsa Spanyol yang melalui jalur barat, sehingga ditemukan hampir seluruh kawasan Amerika Latin merupakan mantan kolonial Spanyol, lalu melalui Samudera Pasifik, menembus Filipina, hingga akhirnya sampai di kepulauan Maluku. Setelah itu, Belanda menyusul Spanyol, lalu mendirikan badan usaha pertama di dunia, yakni Vereenigde Oostindische Compagnie/ Perserikatan Perusahaan Hindia Timur (VOC), yang lambat laun berubah menjadi kolonialisme di seluruh kepulauan Nusantara, selama lebih dari 300 tahun. Dalam era tersebut, bangsa
15
Inggris-pun pernah mencoba masuk ke kepulauan ini, namun tidak berlangsung lama. Demikian pula dengan Jepang, yang pernah mencoba menguasai kawasan Asia, termasuk kepulauan Maluku ini. Lalu pada saat terjadi Perang Dunia II, Maluku yang menempati posisi strategis dijadikan pangkalan perang beberapa bangsa. Yang hingga saat ini, masih berdiri tugu/ makam tentara-tentara tersebut di Ambon. Pada zaman kolonial tersebut, banyak orang Maluku yang hidup di dalam kemiskinan, yang dengan dijanjikan kehidupan yang lebih baik, beberapa dari mereka tergiur untuk membela Belanda, dengan bergabung dalam tentara KNIL. Bahkan, hingga disebut sebagai “anjing-anjing Belanda” oleh kaum nasionalis. Ketika Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya, para tentara KNIL seakan ketakutan. Dengan menuruti janji pemerintah Belanda, akhirnya mereka hijrah ke sana, dan dijanjikan untuk dipulangkan setelah enam bulan. Namun pada kenyataannya, sesampai di sana status ketentaraan mereka dilepas, dan mereka dianggurkan begitu saja. Kehidupan mereka justru semakin sulit, karena harus bertahan hidup di tanah yang belum mereka kenal. Dan anggaran yang seharusnya dibelanjakan untuk memulangkan mereka, justru dibelanjakan kebutuhan perang oleh Kerajaan Belanda. Hingga kini, keturunan Maluku ex-KNIL di Belanda sudah mencapai tiga atau empat generasi. Atas latar belakang-latar belakang tersebut, Maluku memposisikan dirinya sebagai kepulauan yang kaya budaya, dan sarat akan nilai sosial. Namun, pada tahun 1999 – 2001, atas nama politik busuk, masyarakat Maluku diguncang isu SARA, hingga diprovokasi. Hal tersebut mengakibatkan kerusuhan yang meninggalkan bekas luka mendalam bagi kehidupan Maluku pada umumnya.
16
2.3.1.3. Geografi
Gambar 2.3.1.3. Peta Provinsi Maluku.
Luas Wilayah Provinsi Maluku secara keseluruhan 81.376 km2, terdiri dari luas Lautan 527.191 km2 dan uas Daratan 54.185 km2. Dengan kata lain sekitar wilayah Provinsi Maluku adalah lautan. Menurut letak astronomis, wilayah Provinsi Maluku terlatak antara 20.30’ – 90 LS dan 1240 – 1360 BT. Provinsi Maluku merupakan daerah kepualauan yang terdiri dari 559 pulau dan dari sejumlah pulau tersebut, terdapat beberapa pulau yang tergolong pulau besar. Daratan dan pegunungan Provinsi Maluku tidak terlepas dari gugusan gunung dan danau yang terdapat hampir di seluruh Kabupaten/ Kota, yang berjumlah 4 gunung dan 11 danau. Adapun gunung yang tertinggi yaitu gunung Binaya dengan ketinggian 3055 M, terletak di Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah.
17
2.3.1.4. Demografi Pada dasarnya suku bangsa yang terdapat di Maluku didominasi oleh dua ras yang secara umum menempati wilayah berbeda, yakni:
Ras Polinesia
Melanesia
Maluku bagian Tengah
Wilayah P.Buru, P.Seram, P.Ambon, K.Lease, K.Banda, dll.
Maluku bagian Tenggara
P.Wetar, P.Tanimbar, P.Babar, K.Kay, K.Aru, dll.
Keg. Utama Berburu
Makanan Sagu
Bertani
Nasi
Pakaian Umum Tombak, parang, dan membawa anjing Topi camping
Tabel 2.3.1.4. Sumber: Analisa penulis, setelah wawancara dengan Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku bagian Tengah memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas,. Contoh Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii). Sedangkan Maluku bagian Tenggara, memiliki ikatan tradisi dengan budaya Dong-Son, yang tersebar dari Tiongkok, Vietnam, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat. Hal ini terlihat dari hasil-hasil kebudayaannya, seperti budaya tenun di Tanimbar, dan ukir kayu. Namun sejak zaman dahulu, banyak di antara masyarakat Maluku yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku lain di kepulauan Nusantara, bahkan dengan bangsa Eropa, Arab, dan India yang sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang sudah bukan ras Melanesia murni lagi.
18
Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah Mestizo. Bahkan hingga sekarang banyak marga di Maluku yang berasal dari bangsa asing, seperti contoh: •
Belanda: Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain.
•
Portugal: Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan lain-lain.
•
Spanyol: Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain.
•
Arab: Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff dan lain-lain.
2.3.1.5. Bahasa Lalu, bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi kepulauan terbesar di Indonesia ini. Jika diakumulasikan, terdapat setidaknya 132 bahasa di kepulauan Maluku. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di kantorkantor pemerintah.
19
2.3.1.6. Sosial Budaya Sistem sosial yang telah mengakardaging pada masyarakat Maluku adalah budaya “pela gandong”. Yang secara awam, dapat diartikan sebagai idea atau gagasan untuk membangun hubungan persaudaraan “sekandung” antar kampung (negeri) di Maluku, terkhusus Pulau Ambon. Gagasan tersebut dibentuk melalui perjanjian yang diikat oleh leluhur antar negeri tersebut dan seharusnya terus dijaga oleh keturunannya, dan dijadikan sebagai hukum sosial. Contoh konkritnya adalah pembangunan masjid di negeri Tial yang beragama Islam dilakukan oleh sudara satu gandong dari negeri Paperu yang beragama Kristen, demikian juga sebaliknya.
2.3.1.7. Pakaian Tradisional
Gambar 2.3.1.7. Maluku merupakan provinsi kepulauan yang kaya akan budaya, terlihat dari beragamnya pakaian tradisionalnya. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
20
2.3.2. Visi dan Misi Pariwisata Maluku
2.3.2.1. Visi Terwududnya Maluku sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya berbasis masyara-kat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan persahabatan.
2.3.2.2. Misi 1. Berperan sebagai penggerak utama dalam pembangunan Maluku dengan melestarikan sumber daya budaya, sumber daya alam yang beraneka ragam serta sumber daya manusia di bidang kebudayaan dan kepariwisataan. 2. Meningkatkan penerapan nilai-nilai budaya daerah dalam kehidupan masyarakat Maluku, guna terciptanya persahabatan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. 3. Pengembangan produk wisata dengan menitikberatkan pada wisata alam dan budaya. 4. Mengembangkan dan meningkatkan pemasaran produk wisata. 5. Meningkatkan pemahaman dan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Sadar Wisata. 6. Menjadi Maluku sebagai tempat event wisata internasional.
21
2.3.3. Potensi Pariwisata Maluku
Secara garis besar, Maluku dapat mengandalkan tiga hal dalam memposisikan dirinya sebagai destinasi wisata, yakni: •
Bahari dan alam Provinsi yang memiliki bentuk geografis kepulauan, yang bahkan menjadi the most spreaded islands in Indonesia, maka kawasan ini menyimpan begitu banyak pesona yang bervariasi.
•
Sejarah Berdasarkan posisi Maluku sebagai The Spice Islands, maka dapat disimpulkan bahwa Maluku merupakan cikal-bakal eksplorasi dunia.
•
Keragaman budaya tradisional Dengan bentuk kepulauan tersebut itulah, membuat Maluku memiliki keragaman budaya. Apalagi seiring perjalanan sejarah, Maluku mengalami percampuran kebudayaan dengan pendatang-pendatangnya, menjadikan warna-warni Maluku lebih bervariasi.
Sesuai dengan arah pariwisata nasional, yakni Pariwisata Bebasis Kreatifitas, maka ketiga tema ini harus dikemas dalam nuansa kreatif. Yakni melibatkan peran aktif wisatawan, sehingga mendatangkan sebuah pembelajaran bagi mereka dan menghasilkan kreativitas baru. Melalui nuansa yang masih alami dan cenderung tradisional, diharapkan wisatawan dapat menjelajahi pengalaman baru di Maluku.
22
2.3.4. Informasi Wisatawan di Maluku
2.3.4.1. Pertumbuhan Wisatawan Maluku Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia mencatat peningkatan kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancangegara, di Provinsi Maluku. Wisatawan Mancanegara yang datang ke Maluku meningkat cukup signifikan, dari 3.655 orang pada tahun 2007, menjadi 15.603 orang pada tahun 2011. Demikian pula dengan Wisawatan Nusantara Hal ini dapat dilihat dari:
Grafik 2.3.4.1. Jumlah Perkembangan Wisatawan Mancanegara (kiri) dan Wisatawan Nusantara (kanan) di Provinsi Maluku. Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
23
2.3.4.2. Perbandingan Jumlah Wisatawan Indonesia Timur dengan Kawasan Lain Memang jumlah kunjungan wisatawan di Maluku, terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, kawasan Indonesia Timur adalah kawasan yang paling sedikit menikmati kunjungan wisatawan. Dengan data sebagai berikut:
Wisatawan Mancanegara
Wisatawan Nusantara
Penerimaan PAD
Sumatera
18.32
18.79
6.76
Jawa
26.03
60.7
70.47
Sunda Kecil
52.76
57.7
15.72
Kalimantan
1.71
8.72
2.82
Sulawesi
0.93
4.59
3.07
Indonesia Timur
0.25
1.23
1.16
Kawasan
Tabel 2.3,4,2. Distribusi Wisatawan Mancanegara dan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah per Regional Tahun 2008 dan 2009. Sumber: Creative-Based Tourism, Dari Wisata Rekreatif Menuju Wisata Kreatif, oleh Henky Hermantoro.
Data di atas merupakan permasalahan yang diangkat penulis, karena Provinsi Maluku yang merupakan bagian dari kawasan Indonesia Tmur menempati posisi terendah dalam minat wisatawan baik mancanegara maupun nusantara.
24
2.3.4.3. Profil Wisatawan Mancanegara di Maluku
Demografis
Grafik 2.3.4.3.1 Kelompok Usia Wisatawan Mancanegara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
Grafik 2.3.4.3.2 Kelompok Usia Wisatawan Mancanegara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
25
Geografis Jumlah
Asal Negara
Jumlah
Asal Negara
Orang
%
Orang
%
Belanda
23
25.56
Denmark
1
1.11
Australia
14
15.56
Perancis
1
1.11
Amerika Serikat
8
8.89
Inggris
1
1.11
Jerman
8
8.88
Selandia Baru
1
1.11
Italia
6
6.66
Singapura
1
1.11
Korea
5
5.55
Rumania
1
1.11
Spanyol
2
2.22
Jepang
1
1.11
Austria
2
2.22
Malaysia
1
1.11
Swiss
1
1.11
Tidak menjawab
13
14.44
Tabel 2.3.4.3.3 Asal Negara Wisatawan Mancanegara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
Psikografis
Tujuan Kunjungan
Jumlah Orang
%
Bersenang-senang
56
62.22
Lainnya
12
13.33
Kedinasan
6
5.56
Mengunjungi teman
6
6.67
Bisnis
5
5.56
Bisnis sambil bersenang-senang
4
3.33
Olahraga
2
2.22
Kunjungan keluarga
-
-
Konvensi/ konferensi
-
-
Tidak menjawab
1
1.11
Tabel 2.3.4.3.4 Tujuan Kunjungan Wisatawan Mancanegara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
26
Grafik 2.3.4.3.5 Rencana Kunjungan Wisatawan Mancanegara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
Grafik 2.3.4.3.6 Frekuensi Kunjungan Wisatawan Mancanegara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
27
2.3.4.4. Profil Wisatawan Nusantara di Maluku
Demografis
Grafik 2.3.4.4.1 Kelompok Usia Wisatawan Nusantara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
Grafik 2.3.4.4.2 Kelompok Usia Wisatawan Nusantara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
28
Geografis
Grafik 2.3.4.4.3 Asal Daerah Wisatawan Nusantara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
Psikografis
Tujuan Kunjungan
Jumlah Orang
%
Dinas
34
34.7
Bisnis
28
28.6
Bersenang-senang
12
12.22
Mengunjungi teman
9
9.18
Kesehatan
7
7.14
Lainnya
7
7.14
Keagamaan
-
-
Olahraga
-
-
Tidak menjawab
1
1.02
Tabel 2.3.4.4.4 Tujuan Kunjungan Wisatawan Mancanegara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
29
Grafik 2.3.4.4.5 Rencana Kunjungan Wisatawan Nusantara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
Grafik 2.3.4.4.6 Frekuensi Kunjungan Wisatawan Nusantara. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
30
2.3.5. Informasi Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung Tahun NO.
Jenis Usaha
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Akomodasi
121
145
161
168
171
189
221
- Hotel Bintang
14
14
14
14
14
14
14
- Hotel Melati / Penginapan
107
131
147
154
157
171
207
Usaha Jasa Makan / Minum
165
278
358
404
407
384
473
2
3
11
15
15
26
48
- Rumah Makan / Minum
163
275
347
389
389
358
425
3
Usaha Perjalanan
47
53
68
61
55
67
100
4
Obyek dan Daya Tarik Wisata
-
-
-
-
-
361
361
- OW. Alam
-
-
-
-
-
201
201
- OW. Sejarah/ Budaya
-
-
-
-
-
113
113
- Atraksi Budaya
-
-
-
-
-
47
47
1
2
- Restoran
5
Pramuwisata
280
279
314
339
135
61
187
6
Balai Pertemuan
13
17
17
17
17
18
21
7
Wisata Bahari/ Tirta
4
4
4
6
6
6
6
8
Toko Suvenir / Seni
3
9
9
14
21
23
37
9
Usaha Hiburan Umum
0
0
0
0
0
81
126
- Karaoke
108
- Biliard
18
10
Usaha Spa
0
0
0
0
0
0
6
11
Salon
0
0
0
0
0
79
134
Tabel 2.3.5. Data Usaha Pariwisata Provinsi Maluku. Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.
31
2.3.6. Kendala dan Masalah Pariwisata Maluku
1. Pola pikir jangka pendek orang Maluku, sebagai tuan rumah, yang melihat pariwisata sebagai lahan untuk mendapatkan keuntungan semata, tanpa didukung pelayanan yang terbaik, demi kesejahteraan jangka panjangnya. 2. Orang Maluku yang mudah terpengaruh akan isu yang kurang bertanggung jawab, sehingga mengakibatkan dampak negatif pada keamanan dan kenyamanan wisatawan. 3. Hal di butir 2 (dua) juga mengakibatkan dalam masyarakat Indonesia, orang Maluku dikenal sebagai pemberontak yang kurang bisa bekerjasama dengan baik, dan selalu ingin menang sendiri, dengan menunjukkan kekerasan. 4. Peran serta pemerintah yang kurang aktif dalam menjaga dan melestarikan budaya Maluku, hal ini dapat dilihat dari kurangnya promosi pariwisata. 5. Berkurangnya kelimpahan rempah-rempah Maluku yang dulu dikenal sebagai The Spice Islands. 6. Sistem transportasi antar-pulau yang kurang memadai, mengakibatkan daerahdaerah di Maluku sulit dijangkau. 7. Pembangunan infrastruktur paska kerusuhan berjalan cukup lamban. Kurangnya rambu penunjuk jalan, dan lampu-lampu penerangan. Dalam beberapa tempat, masih terasa seperti “daerah mati”. 8. Sistem birokrasi yang terlalu kaku dan menyulitkan, tidak hanya membuat berkurangnya minat pengembang wisata, namun juga membuat promosi pariwisata terhambat.
32
2.3.7. Daftar Contoh Obyek dan Daya Tarik Wisata Kreatif di Maluku 2.3.7.1. Wisata Alam •
Pintu Kota Sebuah batu karang raksasa yang membentuk terowongan. Laut di sini baik untuk snorkling & scuba diving.
•
Pantai Namalatu Berhadapan dengan Laut Banda. Memiliki air laut yang bersih, taman laut yang indah dan menawan, sangat cocok untuk berenang, memancing, dan menyelam. Terletak di Desa Latuhalat, yang merupakan sentra produksi batu bata yang dibuat secara tradisional oleh mayarakat setempat, yang sudah berlangsung turun temurun. Selain itu, desa ini juga lokasi kerajinan Perahu Cengkeh, salah satu ciri khas cindera mata Maluku.
•
Pantai Naku Berhadapan dengan Laut Banda. Memiliki air laut yang jernih, tempat ideal untuk berjemur, berenang, menyelam, dan berselancar. Di sekitar pantai ini, terdapat Air Terjun Aihang setinggi 15 meter. Di desa ini juga terdapat Gua Liang Kupang, yang merupakan lokasi persembunyian tentara pada Perang Dunia II, hingga terdapat tulang-tulang manusia. Setiap tahun, desa ini dibersihkan secara adat, dan juga memiliki upacara pernikahan dan penobatan raja.
•
Goa dan Pantai Hukurila Memiliki Bunga Karang, yang mana beberapa karangnya memiliki protein tinggi, yang muncul dan diambil selama musim hujan dan gelombang tinggi. Karang tersebut dapat diproses menjadi makanan yang lezat.
•
Taman Laut: Airlow, Eri, Latuhalat, Amahusu, Seri, Hative Besar, Wayame Memiliki keindahan bawah laut, serta sangat baik untuk olahraga selam, berenang, dan memancing. Lokasi ini merupakan spot diving.
•
Wisata Bahari Pulau Pombo Merupakan pulau kecil yang tak berpenghuni. Memiliki pemandangan yang sangat indah, dan berpasir putih. Memiliki keanekaragaman biota laut.
•
Gunung Sirimau Terletak di desa Soya. Terdapat sebuah tempayan yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat, yang konon katanya tidak pernah kering. Air dari tempayan tersebut dapat diminum dan dapat digunakan untuk mengusap bagian tubuh, sambil mengucap keinginan yang dipercaya mujur. Rumah
33
Tua Raja Soya dihiasi oleh benda-benda antik, dan terdapat Gereja Tua Soya (Protestan) yang masih digunakan untuk ibadah. Desa ini juga pernah dikunjungi oleh St. Fransiscus Xaverius yang tiba di Ambon tahun 1546. Untuk memperingatinya, berdiri sebuah patung misionaris tersebut di samping Gereja Tua Soya. •
Kolam Waiselaka Terletak di Desa Waai, yang merupakan habitat belut raksasa (morea) yang panjangnya melebihi satu meter dan lebarnya menyerupai batang pohon kelapa. Morea tersebut dipercaya dapat memberikan keberuntungan bagi pengunjung yang melihat hewan ini. Wisatawan dapat memegang moreamorea tersebut.
2.3.7.2. Wisata Sejarah •
Pantai Naku Berhadapan dengan Laut Banda. Memiliki air laut yang jernih, tempat ideal untuk berjemur, berenang, menyelam, dan berselancar. Di sekitar pantai ini, terdapat Air Terjun Aihang setinggi 15 meter. Di desa ini juga terdapat Gua Liang Kupang, yang merupakan lokasi persembunyian tentara pada Perang Dunia II, hingga terdapat tulang-tulang manusia. Setiap tahun, desa ini dibersihkan secara adat, dan juga memiliki upacara pernikahan dan penobatan raja.
• Gunung Sirimau Terletak di desa Soya. Terdapat sebuah tempayan yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat, yang konon katanya tidak pernah kering. Air dari tempayan tersebut dapat diminum dan dapat digunakan untuk mengusap bagian tubuh, sambil mengucap keinginan yang dipercaya mujur. Rumah Tua Raja Soya dihiasi oleh benda-benda antik, dan terdapat Gereja Tua Soya (Protestan) yang masih digunakan untuk ibadah. Desa ini juga pernah dikunjungi oleh St. Fransiscus Xaverius yang tiba di Ambon tahun 1546. Untuk memperingatinya, berdiri sebuah patung misionaris tersebut di samping Gereja Tua Soya. •
Benteng New Victoria Pada tahun 1575 Portugis mendirikan sebuah benteng yang terbuat dari kayu, dalam rangka mengamankan posisi mereka di Ambon. Sekutu Portugis menetap di sekitar benteng ini. Lalu Belanda menduduki benteng ini dan menamainya Fort New Victoria. Komunitas di sekitar benteng terus bertumbuh dan menjadi apa yang sekarang dikenal dengan sebutan Kota Ambon. Diperlukan surat khusus dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk mengunjunginya.
•
Hari Pattimura
34
Diperingati setiap 15 Mei. Pengambilan obor berlokasi di atas Gunung Saniri - Kecamatan Saparua, dilakukan oleh tua-tua adat dan masyarakat Saparua. Api Obor Pattimura dibawa bergantian dengan cara berlari, hingga tiba di Kota Ambon dan diserahkan kepada Gubernur Maluku. •
Hari Anzac Setiap tanggal 25 April, orang Australia berziarah ke Monumen Australia di Desa Tawiri, untuk memperingati perang melawan Jepang selama Perang Dunia II. Dan juga ke Taman Makan Pahlawan Persemakmuran di Tantui, untuk memperingati para prajurit yang tewas selama Perang Dunia I dan II.
2.3.7.3. Wisata Budaya •
Pantai Naku Berhadapan dengan Laut Banda. Memiliki air laut yang jernih, tempat ideal untuk berjemur, berenang, menyelam, dan berselancar. Di sekitar pantai ini, terdapat Air Terjun Aihang setinggi 15 meter. Di desa ini juga terdapat Gua Liang Kupang, yang merupakan lokasi persembunyian tentara pada Perang Dunia II, hingga terdapat tulang-tulang manusia. Setiap tahun, desa ini dibersihkan secara adat, dan juga memiliki upacara pernikahan dan penobatan raja.
•
Pantai Namalatu Berhadapan dengan Laut Banda. Memiliki air laut yang bersih, taman laut yang indah dan menawan, sangat cocok untuk berenang, memancing, dan menyelam. Terletak di Desa Latuhalat, yang merupakan sentra produksi batu bata yang dibuat secara tradisional oleh mayarakat setempat, yang sudah berlangsung turun temurun. Selain itu, desa ini juga lokasi kerajinan Perahu Cengkeh, salah satu ciri khas cindera mata Maluku.
•
Cuci Negeri Soya Merupakan sebuah upacara adat untuk membersihkan negeri (kampung). Dilakukan setiap Jum’at ke-dua pada bulan Desember.
•
Upacara Pukul Sapu Merupakan sebuah tradisi yang dilakukan setiap 7 (tujuh) hari setelah Idul Fitri, atau setiap tanggal 8 Syawal, di Desa Mamala dan Morela. Dua kelompok bertelanjang dada, hanya menggunakan celana merah dan celana putih, dan masing-masing memegang lidi dari pohon enau yang masih segar. Setelah suara suling mengalun, kelompok merah menyabut sapu tersebut pada dada hingga perut lawannya, dan bergantian. Usai tarian masyarakat Morela mengobati luka para peserta dengan menggosokkan getah pohon jarak.
35
•
Tari Cakalele Ditemui di Pulau Haruku. Tarian perang yang saat ini lebih sering dipertunjukkan untuk menyambut tamu agung yang datang, maupun acara yang bersifat adat. Dilakukan oleh 30 orang laki-laki dan perempuan, dan diiringi musik gendang (tifa), suling, dan karang besar (bia) yang ditiup.
•
Tari Bambu Gila Merupakan permainan rakyat Maluku, dan melibatkan kekuatan magis, walaupun tidak diperlukan ritual tertentu. Sebatang bambu dipegang oleh beberapa orang, lalu seorang dukun memberi mantera, yang membuat lama-kelamaan bambu ini terasa berat hingga orang-orang yang memegangnya berjatuhan ke tanah. Diiringi musik perkusi, dan seorang pawang akan berteriak “Gila! Gila! Gila!”.
36
2.3.8. Kalender Kegiatan Promosi Pariwisata Provinsi Maluku Tahun 2012
2.3.8.1. Kegiatan Utama • • • • • • • • • • • • • • • • •
Hari Pahlawan Nasional M.CH. Tiahahu – Ambon (2 Januari) Anzac Day – Ambon (26 April) Hari Pattimura – Saparua/Ambon/Bali (15 Mei) MTQ Tingkat Nasional – Ambon (9 – 19 Juni) Darwin – Ambon Yatch Race – Ambon (Agustus) Pukul Sapu – Mamala (Agustus/ Hari ke 7 Idul Fitri) Hut Provinsi Maluku – Ambon (19 Agustus) Pesta Teluk Ambon – Ambon (September) Hut Kota Ambon – Ambon Konser Musik Suling Bambu – Ambon (September) Ab’dau – Tulehu (Idul Adha) Festival 3 Batang Air – Piru ( Oktober) Darwin – Saumlaki International Yacht Race – Saumlaki (Oktober) Belang Race – Banda Naira (November) Ambon Jazz Plus Festival – Ambon (November) Cuci Negeri Soya – Soya (Desember ) Konci Taong – Ambon (31 Desember)
37
2.3.8.2. Kegiatan Pendukung • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Timba Laor – Ambon (April – Mei) Audisi Githa Bahana Nusantara – Ambon - Kota Tual – Maluku Tenggara (April – Mei) Ma’atenu – Pelauw (Juni) Pergelaran Seni Antar Sanggar – Ambon (Juni) Temu Taman Budaya – Surabaya (Juli) Parade Tari Nusantara – Jakarta (14 – 15 juli) Pagelaran Seni Budaya Maluku – Ambon (Juli – Agustus) Pagelaran Seni Tingkat Nasional - Jakarta (Agustus) Pameran Museum Keliling – Kecamatan Taniwel Timur (Agustus – September ) Lomba Gerak Jalan Indah – Ambon (September) Lomba Mewarnai Lukisan Koleksi Museum Tingkat TK – Ambon (September) Lomba Mozaik Tingkat TK – Ambon (September) HUT GPM – Ambon (6 September) Pagelaran Seni – Kab MTB (September) Pameran Museum Keliling – Kab MTB (Oktober) Lomba Mancing – Hukurila (Oktober – November) Festival Wisata Budaya Banda – Banda Naira (November) Cuci Negeri Hukurila - Hukurila (Desember) Pameran Tingkat Nasional Kain Tradisional – Lampung (disesuaikan dengan jadwal dari pusat) Pameran Alat Musik Tradisional – Mataram ( disesuaikan jadwal dari pusat)
38
2.4. KHALAYAK SASARAN Berdasarkan perkiraan pertumbuhan wisata dunia dan potensi pariwisata Maluku, serta data-data tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa khalayak sasaran adalah:
2.4.1. Sasaran Primer 2.4.1.1. Demografi •
Wisatawan Mancanegara
•
Usia 25 - 34 tahun
•
Pekerja profesional
•
Kelas Ekonomi Sosial: B – A
2.4.1.2. Geografi •
Secara umum berasal dari kawasan Eropa.
•
Secara khusus berasal dari negara Belanda dan Australia.
2.4.1.3. Psikografi •
Tujuan berwisata untuk berlibur.
•
Menyukai hal-hal baru, dan siap menghadapi risiko petualangan.
•
Sebelumnya, belum pernah mengunjungi Maluku.
•
Sudah merencanakan liburan, minimal setahun sebelum keberangkatan.
•
Lebih memilih hotel sebagai akomodasinya.
•
Pergian bersama teman-teman.
•
Loyal dalam berbelanja.
39
2.4.2. Sasaran Sekunder
2.4.2.1. Demografi •
Wisatawan Nusantara
•
Usia 15 – 34 tahun
•
Pelajar/ Mahasiswa/ Pekerja profesional
•
Kelas Ekonomi Sosial: B – A
2.4.2.2. Geografi •
Secara umum berasal dari Pulau Jawa.
•
Secara khusus berasal kota Jakarta dan sekitarnya.
2.4.2.3. Psikografi •
Tujuan berwisata untuk berlibur.
•
Menyukai hal-hal baru, dan siap menghadapi risiko petualangan.
•
Sebelumnya, belum pernah mengunjungi Maluku.
•
Pergi bersama teman-teman.
•
Menyukai Wisata Alam.
40
2.5. FAKTOR PENDUKUNG
Maluku memiliki kecantikan alam yang belum terjamah, membuat pesona Maluku masih terpancar alami. Terutama karena bentuk geografisnya yang merupakan kepulauan paling tersebar di Indonesia, dan lebih dari 80% wilayahnya merupakan laut, maka Maluku memiliki kecantikan bahari yang luar biasa. Sehubungan dengan bentuk geografis tersebut, Maluku memiliki keragaman budaya. Bahkan hampir setiap negeri (kampung) memiliki budaya masing-masing. Adapun, dalam perjalanan sejarah dunia, Maluku memegang peranan yang sangat penting. Di mana rempah-rempah Maluku berperan langsung sebagai cikal-bakal dari eksplorasi dunia oleh bangsa-bangsa Eropa yang mencari sumber hasil bumi tersebut. Eksplorasi tersebut menghasilkan penemuanpenemuan baru, termasuk wilayah baru hingga kolonialisme. Hal ini dapat dijadikan positioning dari provinsi Maluku.
2.6. FAKTOR PENGHAMBAT
Bentuk geografis yang terpecah dalam kepulauan tersebut, belum didukung oleh system transportasi yang memadai, sehingga daerah-daerah di Maluku masih sulit untuk dijangkau. Selain itu pembangunan paska Kerusuhan Berdarah tahun 1999 – 2001 berjalan cukup lamban. Hal ini terlihat dari minimnya informasi penunjuk jalan, dan kurangnya lampu-lampu penerangan, hingga masih terasa seperti “daerah mati”. Sistem birokrasi yang terlalu kaku dan menyulitkan, tidak hanya membuat berkurangnya minat pengembang wisata, namun juga membuat promosi pariwisata terhambat.
41
2.7. ANALISA KASUS Strength • Faktor kepariwisataan Maluku yang sesuai dengan minat masyarakat Eropa, yang lebih menyukai pola perjalanan wisata yang bersifat Allo-centric, yakni menyukai hal-hal baru, dan siap menghadapi risiko petualangan. • Pesona alam Maluku yang masih “perawan”. • Posisi Maluku yang berperan penting dalam sejarah peradaban dunia, atau sebagai cikal-bakal eksplorasi dunia. • Maluku merupakan tempat asimilasi budaya Melanesia, Polinesia, Timur Tengah, Asia, dan Eropa. • Keramahtamahan masyarakat Maluku sebagai tuan rumah, karena menjunjung tinggi nilai sosial. Weakness • Kurang memadainya informasi mengenai pariwisata Maluku di luar negeri. • Kurangnya peran serta keaktifan pemerintah dalam mempromosikan pariwisata. • Memiliki kendala transportasi, infrastruktur, dan birokrasi yang kurang menunjang. • Berkurangnya kuantitas rempah-rempah Maluku yang dulu dikenal sebagai The Spice Islands. • Akses transportasi yang membutuhkan transit, membuka celah pariwisata bagi daerah lain.
Opportunity • Sejarah Maluku yang menyimpan hubungan langsung dengan beberapa negara yang tidak hanya di Eropa, namun juga Timur Tengah, Asia, dan Australia. • Kebijakan pemerintah pusat yang menggabungkan Ekonomi Kreatif dengan Pariwisata. • Potensi kepariwisataan Maluku, yang sesuai dengan arah pariwisata global (community-based tourism) dan arah pariwisata nasional (creative-based tourism), terutama dalam wilayah Wisata Alam dan Budaya. Threat • Keamanan di Maluku yang mudah diadu domba oleh provokasi dari pihakpihak luar yang tidak bertanggung jawab.
42
2.8. DATA PENYELENGGARA •
Pemerintah Provinsi Maluku: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Diperlukannya dukungan dari pemerintah daerah, dalam menghubungkan sektor pariwisata Provinsi Maluku dengan sektor-sektor lainnya secara terintregasi. Dalam mempromosikan pariwisata Provinsi Maluku, diperlukan lembaga yang memikirkan kepariwisataan secara keseluruhan. • Departemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia: Wonderful Indonesia Dalam menarik perhatian wisatawan mancanegara, diperlukan perhatian pemerintah pusat, melalui Departemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, yang memiliki program Wonderful Indonesia. Apalagi, dalam sistem birokrasi, tidak diperkenan- kannya promosi suatu daerah di luar negeri, tanpa membawa negara tersebut. • Departemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia: Kenali Negerimu, Cintai Negerimu! Dalam menarik perhatian wisatawan nusantara, diperlukannya dukungan pemerintah pusat melalui program Kenali Negerimu Cintai Negerimu. Agar orang Indonesia tahu, bahwa Maluku memiliki peranan penting dalam sejarah ekplorasi dunia. • Garuda Indonesia Sebagai maskapai penerbangan nasional dan memiliki prestasi yang baik, Garuda Indonesia dapat dikomendasikan, untuk menjadi perjalanan pergi ke Ambon. Terlebih badan usaha milik negara ini, memiliki akses ke Amsterdam (Belanda), untuk dapat menarik wisatawan Eropa.
43