BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran muatan lokal yang tercantum dalam Garis- Garis Besar Program Pengajaran ialah mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar sebagai tingkatan terbawah mempunyai kurikulum muatan lokal bahasa Jawa sebagai acuan kegiatan belajar mengajar. Di dalam Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa 2010, pembelajaran bahasa Jawa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan para peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, dengan tujuan agar bahasa dan kebudayaan Jawa sebagai bahasa daerah tetap terjaga kelestariannya. Selain itu, pembelajaran bahasa Jawa juga diarahkan pada apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan Jawa yang banyak mengandung nilai-nilai budi pekerti. Agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik, pembelajaran bahasa Jawa diarahkan untuk membekali siswa terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis dengan etika yang benar. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, tidak dituntut lebih banyak untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa. Selain memberikan bekal penguasaan keterampilan berbahasa Jawa, Pembelajaran bahasa Jawa di jenjang sekolah dasar, melalui pembelajaran
1
keterampilan berbicara juga membekali peserta didik mengenai kesantunan berbahasa sesuai dengan konteks budaya Jawa. Berdasarkan observasi awal dalam pembelajaran bahasa Jawa khususnya keterampilan berbicara mengalami beberapa hambatan. Hambatan berasal dari guru dan siswa. Hambatan yang berasal dari guru yaitu teknik mengajar yang disajikan guru kurang menarik dan tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Siswa sekolah dasar masih berada pada tahap operasional kongkret. Sehingga dalam pembelajaran guru dituntut untuk memberikan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Hambatan yang berasal dari siswa yaitu siswa belum terlatih menggunakan bahasa Jawa terutama bahasa krama baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Di lingkungan keluarga yang mestinya sebagai tempat pembelajaran bahasa ibu, orangtua kurang memberikan pembiasaan kepada anak untuk berbicara dengan bahasa Jawa. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya kemampuan berbicara bahasa Jawa. Siswa kurang memahaminya penggunaan serta penerapan bahasa itu digunakan siapa yang diajak berkomunikasi, kapan waktu berbicara dan dimana siswa berbicara. Hal tersebut yang dapat membuat siswa kurang memahami tutur kata dengan baik dan benar. Siswa kurang memahami kesantunan serta kesopanan dalam berbicara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sekolah-sekolah terutama daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah telah terjadi erosi unggah- ungguh.
2
Subjek pendidikan hampir selalu keliru dalam menerapkan unggah-ungguh. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan siswa yang terlalu banyak menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa Jawa. Padahal sebagian besar orang percaya bahwa pemakaian bahasa Jawa terutama tingkat tutur mencerminkan sopan santun dan budi pekerti. SD N Tegal Panggung berada ditengah kota juga mempunyai masalah yang sama dengan permasalahan yang telah dijelaskan diatas. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas IVA ibu Sri Muji Rahayu di SD Tegal Panggung pada tanggal 3 Januari 2012, siswa lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa hal ini dikarenakan bahasa Jawa sulit dipahami dan diucapkan oleh siswa kelas IV SD N Tegal Panggung. Hal yang sama juga dialami ketika sedang ada pelajaran bahasa Jawa siswa lebih sering menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa. Salah satu teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa di SD N Tegal Panggung yaitu dengan teknik ceramah. Teknik ceramah cenderung pada bentuk komunikasi satu arah. Dalam hal ini kedudukan siswa adalah sebagai penerima materi pelajaran dan guru sebagai sumber belajar. Teknik ini banyak menuntut keaktifan guru. Guru dituntut untuk menyampaikan materi dengan kalimat yang mudah dipahami siswa. Keberhasilan teknik ceramah ini tidak semata-mata karena kehebatan guru dalam bermain kata-kata atau kalimat-kalimat, tetapi juga didukung oleh alat-
3
alat pembantu lain seperti gambar-gambar, potret, benda, barang tiruan, film, peta dan sebagainya. Setelah menerapkan pembelajaran dengan teknik ceramah dilanjutkan dengan mengerjakan LKS. Guru belum pernah menerapkan pembelajaran dengan teknik role playing dalam pembelajaran bahasa terutama keterampilan berbicara. Penyelenggaraan proses pembelajaran bahasa Jawa yang kurang mendukung siswa untuk berbicara dikelas membuat siswa malas akan berbicara didepan kelas. Dalam pembelajaran di sekolah dasar tersebut guru lebih mengedepankan hasil daripada proses pembelajaran. Guru kurang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menjadikan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Guru juga belum bisa menerapkan teknik pembelajaran yang tepat . Dengan teknik pembelajaran yang tepat diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru atau terciptanya interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses belajar ini akan berlangsung dengan baik jika siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karena itu teknik pembelajaran yang baik adalah dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Teknik pembelajaran memegang peranan penting dalam sistem pembelajaran, maka diperlukan kecerdasan
dan kemahiran
guru dalam memilih teknik
pembelajaran. Pemilihan teknik pembelajaran yang kurang tepat menjadikan
4
pembelajaran tidak efektif dan kosong. Kurangnya kecerdasan guru dalam memilih teknik pembelajaran yang tidak tepat akan berdampak pada tidak ketercapainya tujuan pembelajaran baik secara khusus bidang mata pelajaran maupun tujuan pendidikan secara nasional. Berdasarkan masalah tersebut maka guru diharapkan mencari teknik pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara terutama dalam keterampilan berbicara bahasa Jawa. Teknik role playing yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara lebih banyak. Pembelajaran ini dapat mengembangkan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh baik tokoh hidup atau benda mati. Serta dapat mengembangkan penghayatan, tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari. Melihat kenyataan yang ada di dalam SD Tegal Panggung, maka akan diadakan penelitian yaitu Keefektifan Penerapan Teknik role playing dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa di kelas IV SD Tegal Panggung.
B. Identifikasi Masalah Dari pemaparan latar belakang di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Adanya prestasi yang rendah dalam mata pelajaran Bahasa Jawa.
5
2.
Peserta didik jarang menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
3.
Guru kurang kreatif dalam penggunaan suatu teknik pembelajaran.
4.
Rendahnya partisipasi siswa dalam mata pelajaran Bahasa Jawa.
5.
Siswa kurang memahami penggunaan dan penerapan tingkat tutur bahasa Jawa sesuai dengan lawan bicara, tempat, serta waktu bicara dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
C. Pembatasan Masalah Untuk lebih mengefektifkan proses penelitian maka perlu adanya pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini, dibatasi pada Keefektifan Penggunaan Teknik Role Playing dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa di Kelas IV SD Tegal Panggung.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah ada perbedaan keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa yang menggunakan teknik role playing dan teknik ceramah di kelas IV SD N Tegal Panggung?
6
2. Seberapa jauh keefektifan teknik role playing terhadap keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa di kelas IV SD N Tegal Panggung? 3. Seberapa jauh keefektifan teknik ceramah terhadap keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa di kelas IV SD N Tegal Panggung?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk membuktikan perbedaan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan teknik role playing dan teknik ceramah di Kelas IV SD N Tegal Panggung, 2. Untuk mengetahui keefektifan penerapan teknik role playing dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa di Kelas IV SD N Tegal Panggung, dan 3. Untuk mengetahui
keefektifan penerapan teknik ceramah dalam
pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa di kelas IV SD N Tegal Panggung.
7
F. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis a.
Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan, khususnya dalam Karya tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan khasanah ilmiah, dan
b.
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam sebagai pengembang disiplin ilmu kearah berbagai spesifikasi.
2) Manfaat Praktis a.
Manfaat bagi Peneliti
1.
Agar dapat mengembangkan ilmunya sehingga sebagai tambahan pengetahuan ketika sudah terjun langsung ke lapangan, dan
2.
Mengembangkan keefektifan
pengalaman
penerapan
teknik
langsung role
kepada
playing
peneliti
dalam
tentang
pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa Jawa. b.
Bagi Guru
1.
Agar dapat mengetahui salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mengelola kelas sehingga bisa meningkatkan keterampilannya,
2.
Memperkaya
khasanah
teknik
dan
keterampilan berbicara bahasa Jawa,
8
strategi
dalam pembelajaran
3.
Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang tidak membosankan dan menyenangkan, dan
4.
Mengembangkan keterampilan guru kelas khususnya dalam menerangkan keefektifan penggunaan teknik pembelajaran role playing untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jawa.
c.
Bagi Siswa
1.
Agar minat dan motivasi siswa semakin meningkat dalam pembelajaran bahasa Jawa,
2.
Meningkatkan hasil belajar bahasa Jawa khususnya materi keterampilan berbicara bahasa Jawa di SD Tegal Panggung,
3.
Meningkatkan penguasaan keterampilan berbicara bahasa Jawa, dan
4.
Melatih siswa SD Negeri Tegal Panggung untuk berani tampil di depan umum, mengekspresikan diri.
G. Definisi Operasional Variabel Oemar Hamalik (2003: 48) bermain peran (role playing) adalah penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman. Strategi ini bermanfaat untuk mempelajari masalah-masalah sosial dan memupuk komunikasi antar insan di kalangan siswa di kelas. Dalam bermain peranan, peran nonintervensi dari
9
guru tetap berlaku. Para siswa memainkan watak, perasaan, dan gagasangagasan persona lain di suatu situasi yang khusus. Keterampilan berbicara bahasa Jawa merupakan kegiatan komunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa yang bersifat aktif produktif, bertujuan untuk menyampaikan gagasan, ide, dan perasaan melalui bahasa lisan, baik satu arah maupun dua arah dalam konteks budaya Jawa. Berbicara secara umum diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain keterampilan berbicara bahasa Jawa yaitu berbicara menggunakan bahasa Jawa sesuai kaidah atau unggah ungguh yang berlaku misalnya krama inggil, krama lugu, ngoko alus dst. Bahasa Jawa ini adalah bagian dari bahasa nasional yang berada di Pulau Jawa.
10