BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan, maka pelaksanaannya harus berada dalam proses dan sistem serta jenjang pendidikan yang berkesinambungan dan integral. Sebagai suatu sistem, pendidikan merupakan tindakan fungsional yang terarah pada tujuan tertentu. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional tersebut dirumuskan berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dalam UUD 1945 Bab XIII, pasal 31 disebutkan bahwa, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Manusia adalah makhluk yang dipandang lebih tinggi derajatnya dari semua makluk ciptaan Tuhan karena dibekali akal dan pikiran. Namun disisi lain tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan baik secara fisik maupun psikis. Hal ini terdapat pula pada beberapa anak didik, kekurangan fisik ini salah satunya adalah gangguan penglihatan atau tunanetra. Anak tunanetra memiliki ganguan fungsi penglihatan baik sebagian atau seluruhnya, sehingga menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan dirinya, seperti: pada perkembangan kognitif, perkembangan akademik, perkembangan orientasi dan mobilitas serta perkembangan sosial dan emosi.
1
Hal ini mengakibatkan anak tunanetra dalam menjalankan perannya sebagai makhluk sosial seringkali mengalami hambatan-hambatan, dikarenakan anak tunanetra kurang mampu memiliki persyaratan-persyaratan normatif yang dituntut dari lingkungannya, misalnya: kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam bergaul, cara menyatakan terimakasih, saling menghormati, kemampuan dalam berekspresi, dan terutama dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar disekolah. Dalam mendidik siswa yang berkelainan khusu (tunanetra), peran guru sangat berpengaruh untuk mengsukseskan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Adapun peran guru sangat di perlukana diantaranya kompetensi guru yang memadai, metode pengajaran, cara penyampaian materi serta dapat menyesuaikan kondisi psikologis anak didik tunanetra. Tujuan pembelajaran tentu saja untuk meningkatkan hasil belajar anak didik. Dalam hal ini Syah (2006: 144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri individu siswa (internal factor), dan faktor yang datangnya dari luar diri individu siswa (eksternal factor). Faktor internal berupa kondisi fisiologi seperti kondisi fisik dan kondisi indra, kondisi organ tubuh yang dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga materi yang di pelajaripun kurang atau tidak berbekas. Kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yakni meliputi: bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.
2
Lembaga pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kota Gorontalo adalah lembaga pendidikan yang profesional, yang mempunyai visi misi dan tujuan membentuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, terutama dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan guru sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Keberhasilan anak tunanetra di Sekolah terletak ditangan pendidik, yaitu: guru Sekolah Dasar Luar Biasa, dan itu sebabnya para guru harus benar-benar paham dan mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dalam persoalan mengajar siswa tunanetra. Proses kegiatan belajar menganjar yang terjadi dikelas, pada siswa tunanetra merupakan suatu keharusan guru untuk membina suatu hubungan baik dengan siswa tunanetra, yang secara sadar menuntut guru dan siswa tunanetra saling berinteraksi dengan tujuan yang hendak dicapai bersama. Adapun upaya guru agar pelajaran dapat dipahami oleh siswa tunanetra maka kemampuan komunikasi guru yang, sangat diperlukan dengan menjadikan media sebagai perantara sehingga tercipta hubungan baik, suasana tenang, motivasi belajar dan terutama anak bisa diajak berdialog saat kegiatan belajar mengajar. Anak didik yang berada di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kota Gorontalo diantaranya anak tunanetra yakni anak yang mengalami keterbatasan penglihatan sehingga banyak mengalami hambatan dalam menjalin hubungan dengan orang lain atau sulit untuk berinteraksi, keterbatasan anak tunanetra yang tidak dapat melihat 3
menimbulkan masalah besar dalam berkomunkasi bagi anak itu sendiri terutama dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar. Upaya guru dalam menghindari timbulnya rasa bosan pada siswa tunanetra saat
kegiatan
belajar
mengajar,
guru
mengupayakan untuk
memodifikasi
penyampaian pesan dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat dimengerti oleh siswa tunanetra. Dalam konteks ini, komunikasi pendidikan siswa tunanetra bisa disejajarkan pentingnya dengan penggunaan metode dan menajemen pembelajaran agar mampu menyampaikan pesan yang dapat dipahami oleh siswa tersebut. Komunikasi pendidikan sangat perlu karena dengan adanya komunikasi maka penyampaian pesan, perasaan dan pengalaman kepada komunikan penerima dari komunikator pengirim pesan baik secara langsung maupun tidak langsung (media) yang dapat dijadikan sebagai alat penyalur pesan sehingga komunikasi dapat dikatakan efektif apabila, ada kesamaan makna serta memberikan dampak antara si pengirim pesan dan penerima pesan, baik dari siswa keguru maupun dari guru kesiswa tersebut sehingga terjadi komunikasi yang efektif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Komunikasi pendidikan merupakan suatu tindakan yang memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pemahaman dan praktik interaksi serta tindakan seluruh individu yang terlihat dalam dunia pendidikan, terutama dalam mendidik anak yang berkebutuhan khusus diantaranya anak tunanetra.
4
Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kota Gorontalo adalah lembaga pendidikan yang profesional, dan mempunyai visi, misi dan tujuan membentuk pribadi peserta didik yang memiliki kalainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan, terutama dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan guru sehingga guru mampu mengembangkan kemampuan mengajar dan memotivasi sehingga terciptanya proses belajar mengajar yang baik atau dapat dipahami oleh siswa tunanetra.. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah penelitian dengan judul “Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Siswa Tunanetra” (studi kasus di SDLB Negeri Kota Gorontalo). 1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1.
Dalam proses belajar mengajar siswa tunanetra hanya mengandalkan indera pendengar dan peraba untuk itu komuniksi guru, sangat berpengaruh terhadap suksesnya kegiatan belajar mengajar di Kelas VI Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kota Gorontalo
2.
Upaya guru memotivasi siswa tunanetra untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di Kelas VI Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kota Gorontalo.
5
1.3 Rumusan masalah 1.
Bagaimana komunikasi guru dalam proses belajar mengajar pada siswa tunanetra di Kelas VI Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kota Gorontalo?
2.
Bagaimana strategi komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar siswa tunanetra di Kelas VI Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kota Gorontalo?
1.4 Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui komunikasi guru pada siswa tunanetra dalam proses kegiatan belajar mengajar di Kelas VI Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kota Gorontalo.
2.
Untuk mengidentifikasi strategi yang digunakan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa tunanetra di Kelas VI Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kota Gorontalo.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini ada dua yaitu: 1. Secara Teoritis Penelitian ini bagi mahasiswa ilmu komunikasi, agar dapat memahami bahwa kajian ilmu komunikasi sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dalam berbagai bidang, terutama dalam kajian kemampuan komunikasi pendidikan sekolah luar biasa, diantaranya anak yang memiliki keterbatasan melihat (tunanetra). 2. Secara Praktis a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menuliskan karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan di lapangan yang berkaitan dengan komunikasi. 6
b. Bagi guru dan calon guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan tentang anak tunanetra, bentuk pembelajaran, masalah-masalah yang ada dalam proses kegiatan belajar mengajar, serta metode dan komunikasi khusus untuk menanggulangi masalah tersebut. c. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di sekolah terutama di sekolah para penyandang cacat serta menciptakan peserta didik yang berkualitas.
7