ARTIKEL E-JOURNAL UNESA ANALISIS DESKRIPTIF KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLASSB TUNAS JAYA SIDOARJO Rony Sulasmono S-1 Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya
[email protected] Drs. Fatkur Rohman K, M.pd Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK ANALISIS DESKRIPTIF KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLASSB TUNAS JAYA SIDOARJO SSB Tunas Jaya merupakan suatu klub yang berada di daerah Sidoarjo. klub ini memiliki beberapa prestasi yang cukup membanggakan. Sejak 8 tahun berdirinya, klub ini sudah menjadi kekuatan baru dalam pembinaan sepakbola di Sidoarjo. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Meng-analisis tingkat kondisi fisik pemain SSB Tunas Jaya senior. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan populasi sample yang berjumlah 20 pemain yang masih bergabung dan berlatih secara kontinyu bersama SSB Tunas Jaya sejak mereka mendapatkan prestasi. Untuk memperoleh data yang sesuai maka dalam penelitian ini menggunakan metode tes, jenis tes kondisi fisik yang digunakan adalah : TLT 45 Cm 30, Sprint 35 m, tes kelentukan otot punggung, Tes lari model Z, Tes lari cepat Anaerobik. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan perhitungan Deskriptif persentase diketahui bahwa kondisi fisik secara keseluruhan pemain SSB Tunas Jaya senior 95% pemain dalam kategori Cukup dan 5% dalam kategori Kurang. Nilai terbesar yang diperoleh adalah 239 sedangkan terkecil 201 dengan nilai rata-rata 228,7.
Kata kunci: Analisis, Kondisi Fisik, Pemain SSB Tunas Jaya senior
DESCRIPTIVE ANALYSIS OF PHYSICAL CONDITION SOCCER PLAYERS SSB TUNAS JAYA SIDOARJO Rony Sulasmono Department Health and Recreation Education, Faculty Sport Science, State University of Surabaya ABSTRACT SSB Tunas Jaya is a club that is in the area of Sidoarjo. This club has some quite encouraging achievement. Since its establishment eight years, this club has become a new force in football coaching in Sidoarjo. The purpose of this study was to Meng-level analysis of the physical condition of players SSB senior Tunas jaya In this study, researchers used a sample population that numbered 20 players still join and practiced continuously along SSB Tunas Jaya since they get the achievement. To obtain the corresponding data in this study using the test method, the type of physical test conditions used were: TLT 45 Cm 30, Sprint 35 m, back muscle flexibility test, run test models Z, Anaerobic Test run fast. Based on the results of research using descriptive percentage calculation is known that the overall physical condition of players SSB senior Tunas Jaya 95% of players in the category of Self and 5% in the category of Less. The value obtained is 201 to 239 while the smallest average value of 228.7. Keywords: Analysis, Physical Condition, Tunas Jaya senior SSB Players
62
63
PENDAHULUAN Fisik adalah salah satu unsur pendukung yang sangat penting. Karena kondisi fisik dalam sepakbola adalah dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemain, karena tanpa adanya kondisi fisik yang baik maka seorang pemain sepakbola akan cepat mengalami kelelahan. Kondisi fisik adalah kemampuan untuk menghadapi tuntutan fisik suatu olahraga untuk tampil secara optimal. Kondisi fisik sangat menentukan kualitas dan kemampuan pemain karena dengan kondisi fisik yang baik maka seorang pemain mampu berkonsentrasi penuh dalam permainan. Mengenai pentingnya kondisi fisik Harsono (1988:153) mengungkapkan bahwa: Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan fisik haruslah direncanakan dengan baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kemampuan fungsional tubuh sehingga memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pemain sepak bola tidak hanya dituntut untuk memahami taktik permainan individu, kelompok atau beregu tetapi dituntut untuk memiliki kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik dalam lingkungan olahraga prestasi juga dikenal dengan istilah “physiccal fitness”, sangat berperan dalam pencapain hasil puncak. Dalam permainan sepakbola modern, kompetisi berlangsung ketat dan sulit. Pemain sepakbola kini harus lebih cepat, lebih kuat dan lebih lincah, sehingga kondisi fisik pemain sepak bola juga terus meningkat. Kondisi fisik adalah kemampuan untuk menghadapi tuntutan fisik suatu olahraga untuk tampil secara optimal (Martens, 2004:268) Melalui keterampilan yang diperoleh dari hasil latihan, seorang pemain dituntut untuk bermain bagus dan mampu menghadapi tekanantekanan yang terjadi dalam pertandingan. Pemain harus mampu melakukan gerakan yang terampil di bawah kondisi permainan dalam waktu yang terbatas, kelelahan fisikdan mental dalam menghadapi lawan. Pemain sepak bola harus mampu berlari beberapa kilometer dalam satu pertandingan dan menanggapi berbagai perubahan situasi permainan dengan cepat. Oleh karena itu, seorang pemain sepak bola tidak hanya dituntut untuk memahami taktik permainan individu, kelompok atau beregu tetapi dituntut untuk memiliki kondisi fisik yang baik. Maka, kondisi fisik menjadi hal yang penting bagi atlet sebab kondisi fisik sebagai dasar untuk belajar teknik, taktik, strategi, dan mental. (Giriwijoyo,2007) menyatakan bahwa: “Kondisi fisik yang baik harus dimiliki seorang atlet karena merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan dan penting sekali dalam mencapai prestasi yang tinggi. Disamping itu, kondisi fisik
yang baik merupakan kunci keberhasilan dalam berbagai cabang olahraga.” Dalam olahraga prestasi latihan harus mempunyai tujuan yang pasti,mempunyai prinsip latihan yang jelas, sehingga diperlukan suatu wadah atau organisasi olahraga yang bertujuan untuk menjalankan progam latihan fisik tersebut.
SSB Tunas Jaya yang berasal dari Sidoarjo yang berdiri pada 17 Juni 2008. Meskipun SSB Tunas Jaya tergolong masih muda tapi sudah memiliki prestasi yang cukup membanggakan karena sudah beberapa kali menjadi juara di antaranya : Senior Tahun 2012 : Kompetisi Persida juara 3. : Bupati cup Sidoarjo juara 3 2013 : Piala DPR Pasuruan juara 1. 2014 : Liga Persida juara 3. : Pesikoba batu cup 8 besar. : Piala caleg cup pasuruan 16 besar. Selama 7 tahun berdiri, SSB Tunas Jaya menjadi kekuatan baru dalam pembinaan sepakbola di Sidoarjo terbukti dari prestasi-prestasi yang telah di peroleh oleh tim Senior SSB Tunas Jaya. Jadwal latihan rutin SSB Tunas Jaya: Senin :Libur Selasa : U-8 Sampai U-12. Rabu : U-13 Sampai U-16. Kamis : U-8 Sampai U-12. Jum’at : U-13 Sampai U-16. Sabtu : U-17 Sampai U-23. Minggu : U-17 Sampai U-23 Waktu latihan dimulai pukul 15.00 sampai pukul 17.00, lama latihan 2 jam, program latihan tim senior SSB Tunas Jaya: Sabtu : Pemanasan. : 15 menit. Umpan. : 15 menit. Shooting : 15 menit. Taktik. : 30 menit. Game : 45 menit. Minggu :
Pemanasan Endurane Umpan Shooting Teknik Taktik Game
: 15 menit. : 20 menit. : 10 menit. : 10 menit. : 15 menit. : 20 menit. : 30 menit.
Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa SSB Tunas Jaya sangat serius membina pemain muda yang kelak diharapkan bakal menjadi pemain sepakbola profesional. Dengan siswa sebanyak 169 anak di semua kelompok umur, SSB Tunas Jaya berharap bisa menjadi wadah atau organisasi yang
64
bisa membina pemain-pemain muda sehingga menghasilkan banyak pemain profesional. Dari latar belakang di atas maka peneliti ingin mengkaji atau menganalisis lebih dalam tentang kondisi fisik para pemain senior SSB Tunas Jaya, menurut informasi yang di dapat dari staff pelatih SSB Tunas Jaya belum pernah di lakukan tes kondisi fisik, sehingga setelah penelitih melakukan penelitian di SSB Tunas Jaya hasil dari penelitian tersebut dapat di ketahui kondisi fisik tiap pemain dan hasil peneitian diharapan dapat di pakai sebagai pedoman untuk menentukan standard latihan yang tepat untuk masing-masing pemain, karenna serinng kali kasus di SSB adalah pemberian porsi latihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemainnya, maka hal tersebut dapat dijadikan acuan dalam pembinaan dalam cabang olahraga sepakbola di level SSB. Berdasarkan analisis situasi dan kondisi di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Deskriptif Kondisi fisik pemain sepakbola SSB Tunas Jaya Sidoarjo”
KAJIAN PUSTAKA Kondisi fisik sangat menentukan kualitas dan kemampuan atlet untuk mencapai tuntutan prestasi yang optimal. Semakin jelas kondisi fisik memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi atlet. Pemain sepak bola harus bekerja keras mengembangkan semua komponen fisik yang dibutuhkan seperti: kekuatan (strenght), daya tahan (endurance), meliputi aerob dan anaerob, kecepatan (speed), kekuatann dinnamis (power), fleksibilitas (flexibility), kelincahan (agility), (Spades, 2012) Lebih jelasnya adalah sebagai berikut : a. Kekuatan (strength) Kekuatan adalah Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakuukan gerakan tiba-tiba dengan intesitas yang tinggi dan dengan beban bervariasi. (Scheunemann, 2012:15) b. Daya Tahan aerob dan anaerob (endurance) Daya tahan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisikdengan intensitas tertentu dan waktu tertentu. (Scheunemann, 2012:15). Menurut Harsono (1988:156) “daya tahan aerob adalah kemampuan fsik yang berhubungan dangan pemasukan oksigen untuk mewujudkan gerak yang dilakukan oleh otot” dan Harsono (1988:160) menjelaskan bahwa “daya tahan anaerob bisa di sebut stamina karena kerja stamina adalah kerja pada tingkat anaerob, dimana suplai atau pemasukan oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang diperukan otot”
c. Kecepatan (Speed) Kecepatan adalah kemampuan pemain melakukan geakann atau menempuh jarak tetentu dalam waktu sesingkat munngkin. (Scheunemann, 2012:15). d. Kekuatann dinamis (power) Power adalah kemampuan untuk memelihara gerakan sentak otot di dalam intensitas dan beban tinggi dalam kurun waktu yang lama. (Scheunemann, 2012:15). e. Kelentukan (flexibilitas) Kelentukan adalah kemampuan tubuh atau salah satu bagian dari tubuh untuk menggabungkan kelentukan otot dan sendi guna mencapai jarak terjauh yang dapat di lakukan. (Scheunemann, 2012:17) f. Kecepatan gerak(Agility) Kelincahan adalah kemampuan untuk memulai, menghentikan dan merubah kecepatan dan arah secarat cepat dengan tepat. (Scheunemann, 2012:17) Menurut M. Sajoto (1995 : 10) Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian bentuk tes kemampuan. Sebelum diterjunkan kearena pertandingan, seorang pemain sudah berada dalam kondisi dan tingkat kesegaran jasmani yang baik untuk menghadapi intensitas kerja dan tekanan-tekanan yang akan timbul dalam pertandingan. Prestasi dalam cabang olahraga yang salah satunya adalah sepakbola tidak cukup dicapai hanya dengan penguasaan suatu teknik saja. Tetapi harus dicapai dengan latihan, sebab latihan mempunyai dampak terhadap fisik. Harsono (1988:153), kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam melaksanakan program latihan. Karena jika kondisi fisik atlet baik maka: 1) akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, 2) akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, daya tahan, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik, 3) akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan, 4) akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, dan 5) akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktuwaktu respon demikian diperlukan. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam permainan sepakbola sangat membutuhkan kemampuan fisik. Sepak bola membutuhkan suatu pemahaman teknik dasar untuk bermain sepak bola. Selain teknik dasar tersebut juga ada beberapa faktor yang harus dipenuhi, faktor tersebut antara lain taktik atau strategi, dan kondisi fisik, untuk menjadi sepak bola handal selalu dituntut untuk menguasai teknik dasar, mental, kondisi fisik, dan taktik.
65
Menurut Sucipto (2000:17) beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki pemain sepak bola antara lain: a. Menendang (kicking) b. Menghentikan (stoping) c. Menggiring (dribbling) d. Menyundul (heading) e. Merampas (tackling) f. Lemparan kedalam (throw-in) g. Menjaga gawang (goal keeping) Sepak bola modern yang saat ini diperlakukan di eropa pada umumnya memiliki beberapa karakteristik atau ciri yang sama. Apabila karakteristik tersebut dipelajari di Indonesia bisa menambah tentang sepak bola modern dan juga bisa memajukan sepak bola Indonesia. Pengertian Permainan Sepakbola Sepak bola adalah permainan beregu yangdimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain termasuk penjaga gawang (Soekatamsi, 2004 : 5). Hampir seluruh permainan dimainkan denganketerampilan kaki, badan dan kepala untuk memainkan bola. Namun demikianagar dapat bermain sepak bola yang baik perlu bimbingan dan tuntunan tentangteknik dasar dan keterampilan bermain sepak bola. Permainan sepak bola dimainkan oleh dua regu yang setiap regunya terdiriatas 11 orang pemain termasuk penjaga gawang. Permainan sepak bola dipimpinoleh seorang wasit dan dibantu dua hakim penjaga garis. Lama permainan sepakbola adalah 2 x 45 menit dengan istirahat 15 menit, lapangan permainan empatpersegi panjang, panjangnya tidak boleh lebih dari 120 meter dan tidak bolehkurang dari 90 meter, sedang lebarnya tidak boleh lebih dari 90 meter dan tidakboleh kurang dari 45 meter (dalam pertandingan internasional panjangnyalapangan tidak boleh lebih dari 110 meter dan tidak boleh kurang dari 100 meter,sedang lebarnya tidak lebih dari 75 meter dan tidak boleh kurang dari 64 meter)(Bambang dkk,2000:7). Seluruh pemain boleh memainkan bola dengan seluruh anggota badannya kecuali tangan. Penjaga gawang boleh memainkan bola dengan tangan, tetapi hanya di daerah gawangnya sendiri. Setiap regu berusaha untuk memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan berusaha untuk mencegah lawan untuk memasukkan bola ke gawangnya. Permainan sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang di gemari masyarakat Indonesia dan banyak dimainkan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik itu anak-anak, remaja, dan orang tua. Selain itu olah raga sepakbola juga banyak di mainkan oleh kaum perempuan baik di luar negeri maupun dalam negeri. Untuk pembinaan
para pemain yang berpotensi dan berbakat akan dibina atau dilatih. Sepak bola merupakan cabang olahraga prestasi, sehingga olahraga itu perlu dilakukan pembinaan yang baik untuk mencapai prestasi yang maksimal. Untuk mencapai prestasi tersebut diperlukan pembinaan yang benar-benar ditujukan untuk meningkatkan prestasi. Salah satunya dengan pembinaan atlet atau pemain sejak usia dini. Pembinaan atlet sejak usia dini adalah salah satu program pembinaan yang dilakukan untuk menciptakan atlet atau pemain yang memiliki kemampuan atau skill yang tinggi sejak usia dini. Usia dini tersebut berkisar umur 5 tahun sampai umur 12 tahun atau grassroot. (Scheunemann, 2012:70). Sepakbola merupakan olahraga yang membutuhkan keberanian diri serta jiwa sportivitas tinggi, karena dalam pemainan sepakbola tidak dapat dihindarkan terjadinya kontak fisik yang berakibat fatal bagi dirinya maupun orang lain. Maka dari itu dalam bermain sepakbola diperlukan kondisi fisik yang baik guna terhindar dari resiko cedera dan agar permainan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dari permainan sepakbola itu sendiri dapat tercapai. Setiap cabang olahraga mempunyai tujuan dari permainanya. Tujuan dari permainan sepakbola itu sendiri adalah pemain memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak kemasukan. Suatu regu di nyatakan menang jika regu tersebut dapat memasukan bola terbanyak ke gawang lawannya, dan apabila sama, maka permainan dinyatakan seri. Tujuan tersebut di atas hanya merupakan tujuan sementara saja, atau tujuan antara permainan sepakbola. Tujuan yang paling utama dan yang paling diharapkan untuk dunia pendidikan terutama pendidikan jasmani adalah sepakbola merupakan mediator untuk mendidik anak agar kelak menjadi anak yang cerdas, terampil, jujur dan sportif. Selain itu melalui permainan sepakbola kita harapkan dalam diri anak akan bertumbuh dan berkembang semangat permainan (competition), kerja sama (cooperation), interaksi sosial (sosial interation) dan pendidikan moral (moral education). (Sucipto dkk, 2000 : 8). METODE Jenis Penelitian Di dalam penelitian ini metode dan pengumpulan data dipengaruuhi oleh beberapa hal antara lain: tujuan penelitian, sumber data, lokasi penelitian, pelaksanaan penelitian, biaya dan waktu penelitian. Sehubungan itu, maka jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional deskriptif kuantitatif. Dengan mengunakan metode tes, peneliti mencari
66
A.
B.
hasil tes yang dilakukan siswa. Metode tes dapat dilaksanakan dengan pedoman tes yang memuat data yang akan di cari. Penelitian deskritif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan fenomena tertentu. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapat informasi terkait dengan fenomena kondisi atau variabel tertentu. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapat informasi terkait dengan fenomena, kondisi, atau variabel tertentu (Nazir, 2005:54). Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang terkait dengan angka-angka. Pendekatan kuatitatif dalam penelitian antara lain dicirikan oleh pengujian hipotesis dan digunakannya instrumen-instrumen tes yang standar (Maksum, 2006:10-16). Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil lokasi penelitian di Sekolah Sekolah SepakBola Tunas Jaya yang bertempat di lapangan sepakbola Kepadangan Tulangan Sidoarjo. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan sebuah rancangan bagaimana suatu penelitian akan dilakukan (Maksum, 2006: 39). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan desain observasi/ survey tentang kemampuan kondisi fisik pemain senior SSB Tunas Jaya Sidoarjo. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada keterangan berikut: R
O1
Keterangan: R: Sampel penelitian pemain senior di SSB Tunas Jaya Sidoarjo. O1: Tes Kondisi Fisik. 1. Populasi. Populasi adalah obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 61). Populasi yang ada di tim senior SSB Tunas Jaya Sidoarjo berjumlah 25 pemain. Instrumen Penelitian Untuk meperoleh data yang relevan dan akurat maka diperlukan alat pengukur data yang dapat dipertanggung jawabkan, yaitu alat ukur atau instrumen yang valid dan reliabel, karena intrumen penelitian yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 1996 : 135). Tes dan pengukuran yang dilakukan oleh masing-masing cabang olahraga yang satu dengan olahraga yang lain berbeda, hal ini di karenakan tes dan pengukuran disesuaikan oleh masing-masing
cabang olahraga. Dalam hal ini tes yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan kondisi fisik dan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola akan dijabarkan sebagai berikut. Tes yang digunakan untuk mengukur kondisi fisik menurut Achmad Widodo.dkk, (2009 : 115-123) 1. Tes Kekuatan Otot Tungkai Jenis Tes : Tes lompat tali 45 cm selama 30 detik. Tujuan : Untuk mengukur otot tungkai pemain sepakbola. Perlengkapan : Tiang pancang setingi ±1,5 m 2 buah, tali elastis sepanjang 2-3 m, alat pencatat waktu (stopwatcch), peluait dan alat tulis. Petugas :2 orang bertugas pencatat hasil dan pengambil waktu. Validitas : 0,917 Reliabilitas : 0,925 Pelaksanaan : Mengatur tali setinggi 45 cm, sikap awal testeeberdiri disisi samping tali dengan tangan posisi kedua tangan berada di samping badan dengan posisi rileks menghadap ke samping. Setelah ada aba-aba “yaak” testee secepatnya melompati tali secara berulang dan kontinyu (kesamping kanan dan kiri). Lakukan gerakan melompat kesamping kanan dan kiri sebanyak mungkin selam maksimal 30 detik. Lompatan yang sempurna saja dapat poin, yaitu lompatan yang dapat melewati tali dan tanpa menginjak tali. Setiap testee diberi kesempatan maksimal dua kali kesempatan. Penilaian : Satu poin dinilai untuk setiap gerakan melompat kesamping kanan dan kiri. Petunjuk : Jika testee berhenti sebelum waktu habis selama 30 detik maka tambahan penilaian dihentikan, sewaktu melompat, kemudian menyentuh tali kemudian mengijaknya tidak mendapat poin, dan bila tali terinjak kaki harus secepatnya mengembalikan seperti semula, berhenti karena tali terinjak masih diperbolehkan melanjutkannya, selama melompat kedua kaki harus melompat dan bertumpu bersamasama.
67
Gambar 3.1 Alat perlengkapan untuk tes kekuatan otot tungkai
2. Tes Power Otot Tungkai. (Brian, 2001 : 1-3) Jenis Tes : Tes lari secepatnya 35 m. Tujuan : Untuk mengukur power otot tungkai sepakbola. Perlengkapan: Lintasan lari dan tanda batas, pita ukur dan alat pencatat waktu (stopwatch), peluit dan alat tulis. Petugas : 3 orang (pencatat hasil, petugas pemberangkatan atau starter, dan pengambil waktu). Validitas : 0,961 Reliabilitas : 0,929 Pelaksanaan : Terlebih dahulu menimbang berat badan testee, melakukan pemanasan kurang lebih 10 menit (secukupnya), waktu 5 menit untuk recovery, testee berdiri di belakang garis start, setelah mendengar aba-aba “yaak” tesste berlari secepatnya sejauh 35 meter. Testee diberi kesempatan 3 kali. Mencatat hasil tiap-tiap waktu tempuh larisprint 35 meter pertama sampai ketiga. Minimal mencatat hasil waktu lari sprint 35 meter hingga seperseratus detik (0,01) dan ambil waktu tercepat (terbaik) dari tiga kali sprint. Penilaian : Nilai power didapat dengan cara merumuskan hasil waktu lari sprint 35 meter terbaik ke dalam rumus sebagai berikut: 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑥 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 2 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢3 3. Tes Kelentukan Otot Punggung. (johnson dan Nelson, 1986 : 86 – 87) Jenis Tes : Tes berdiri kelenturan punggung. Tujuan : Untuk mengukur komponen kondisi fisik kelenturan otot punggung. Perlengkapan: Kotak (box) dan alat ukur panjang kelenturan (cm) atau flexiometer, dan alat tulis. Petugas : 2 orang (1 orang pencatat hasil dan 1orang pengawas posisi lutut testee). Validitas : 0,957 Reliabilitas :0,985 Pelaksanaan : Testee tanpa alas kaki berdiri di atas kotak dengan posisi kaki sejajar, ujur
kaki di buka sedikit sesuai dengan gambar atau garis yang ada di kotak, kemudian testee membukukkan badan, kepala menghadap lutut, dan menjaga posisi lutut tetap lurus, kedua tangan sejajar, telapak tangan terbuka dengan kedua ujung jari tengah mendorong alat flexiometer ke bawah sejauh mungkin. Pengukuran dilakukan empat kali percobaan dengan mencapai hasil maksimal. Penilaian : skor adalah nilai paling jauh yang dicapai selama empat kali percobaan, dihitung dengan sentimeter. Jarak paling jauh harus di sentuh dengan menggunakan jari tengah. Jika kedua ujung jari tidak sama, maka dilakukan percobaan lagi. Penguji harus meletakkan satu tangan di lutut tastee untuk meyyakinkan agar lutut lururs. Petunjuk Tambahan : lakukan pemanasan dan perenggangan pada punggung bawah dan paha, 2)percobaan di ulang jika posisi lutut tidak lurus dan atau tangan tidak sama, 3) bangku dengan garis pengukur dapat dipergunakan sebagai peralatan tes, 4) perlenkapan tes ditempatkan pada tempat yang tidak mudah goyah atau tergrlincir (aman). 4. Tes Kelincahan Jenis Tes : Tes lari model “Z” Tujuan : Untuk mengukur kemampuan komponen fisik kelincahan. Perlengkapan : Lintasan lari (lihat gambar), tiang pancang setinggi 1 m sebanyak 5 batang, pita ukur, tanda batas (kapur), dan alat pencatat waktu (stopwatch), peluit dan alat tulis. Petugas : 3 orang (1 orang pencatat hasil, 1 orang pengambil waktu dan 1 orang starter. Validitas : 0,888 Reliabilitas : 0,959 Pelaksanaan : Buat lapangan dengan memberi huruf “Z” (lihat gambar). Jarak dari patok atau titik A sampai ke ririk B= 5 m. Jarak dari titik B sampai titik C= 5 m, jarak dari titik B ke titik D= 3 m, jarak dari titik D ke titik E= 5m, dan jarak dari titik C sampai ke titik E= 3 m (lihat gambar). Testee berdiri di garis start, setelah aba-aba “yaak”, testee dengan segera dan secepatnya lari menuju titik C, kemudian berputar ke kanan ke titik D, dan berputar ke kiri ke titik E atau garis finis. Setiap testee diberi kesempatan 2 kali percobaan. Pencatat waktunya dimulai dari titik B sampai garis finis.
68
Penilaian
: Adalah waktu tempuh terbaik dari titik B sampai garis finis dari dua kali kesempatan waktu dicatat sampai seperseratus detik (0.01) atau seperseribu detik (0.001). Petunjuk Tambahan: 1. Lakukan pemanasan kurang lebih selama 10 menit (secukupnya) sebelum melakukan tes, 2. Percobaan diulang jika testee terjatuh, 3. Testee mengunakan sepatu bola, dan 4)pelaksanaan tes harus di lapangan berumput yang kering (lapangan sepakbola).
Gambar 3.2 Denah pelaksanaan tes lari model “Z” 5. Tes Daya Tahan Anaerobik. (Brian, 2001 : 1-3) Jenis Tes : Tes lari cepat anaerobik Tujuan :Untuk mengatur daya tahan anaerobik pemain sepakbola. Perlengkapan: Lintasan lari dan tanda batas, pita ukur, dan alat pencatat waktu (stopwatch), peluit dan alat tulis. Petugas : 5 orang (1 pencatat hasil dan 4 orang pengambil waktu yang 2 orang merangkap testeer. Validitas : 0,897 Reliabilitas : 0,919 Pelaksanaan : Terlebih dahulu menimbang berat badan testee, melakukan pemanasan kurang lebih 10 menit (secukupnya), waktu 5 menit untuk recovery, tesste berdiri di garis start, setelah mendengar aba-aba “yaak” testee berlari secepatnya sejauh 35 m sebanyak 6 kali. Waktuk istirahat diantara sprint 10 detik untuk kembali sprint berikutnya. Kemudian mencatat hasil tiap-tiap waktu tempuh sprint 35 m pertama sampai ke enam (lihat gambar) hingga seperseratus detik.
Gambar 3.3 Denah pelaksanaan tes lari cepat anaerobik.
Penilaian
:Dari pelaksanaan tes tersebut didapat power maksimal, rata-rata power, dan indeks kelelahan dengan cara merumuskan hasil waktu lari sprint 35 m pertama hingga keenam ke dalam rumus sebahai berikut :
Indeks kelelah =
𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑑𝑎𝑟𝑖 6 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑠𝑝𝑟𝑖𝑛𝑡
Keterangan : Indeks kelelahan adalah mencermintan skor daya tahan anaerobik. Indeks kelelahan terendah merupakan nilai tertinggi kemampuan testee dalam mempertahankan kapasitas anaerobik. Kecepatan = jarak/waktu Akselerasi = kecepatan / waktu Force = massa badan x akselerasi Power = force x kecepatan = massa badan x jarak2/waktu Rata-rata power = jumlah keseluruhan 6 nilai power/6 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah penelitian karena berhubungan langsung dengan data yang diperoleh. Untuk memperoleh data yang sesuai maka penelitian ini menggunakan metode survei, tes dan pengukuran. Metode ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk mengukur tingkat kondisi fisik pemain sepakbola. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan satu langkah penting dalam sebuah penelitian, dalam pelaksanaannya analisis data dilakukan untuk menyusun atau menghitung data-data yang sudah diperoleh. Menurut Sugiyono, analisis data adalah proses mencari atau menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan tesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Dalam penelitian ini jenis data yang diperoleh adalah kuantitatif yakni berupa skor kemampuan kondisi fisik pemain sepak bola dari setiap individu. Selanjutnya data yang didapat akan di analisis menggunakan perhitungan statistik analisis deskriptif mean dan standard deviasi dan selanjutnya dihitung
69
menggunakan perhitungan deskriptif persentase. Deskriptif persentase ini diolah mengunakan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100 persen, seperti dikemukakan Sudjana (2001 : 129) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 hasil tes kondisi fisik. Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Comulative percent
Sangat baik
-
0
0
Baik
-
0
0
Cukuup
19
95
95
Kurang
1
5
100
Sangat Kurang
-
0
Total
20
100
𝑓
𝑃 = 𝑥100% 𝑁 Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi N : Jumlah responden 100% : Bilangan tetap HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan data hasil tes kemampuan kondisi fisik pada SSB Tunas Jaya Sidorajo diperoleh melalui survey dengan teknik test.Dari data yang terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data dengan perhitungan statistik. Berikut ini adalah hasil deskripsi untuk tiap tes yang dilaksanakan.
Untuk hasil deskriptif tiap item tes keampuan kondisi fisik yang dilaksanakan pada klub Tunas Jaya sidoarjo dapat di lihat pada tabel berikut ini: a.
Tes Kekuatan Otot Tungkai
Tabel 4.3 Tes Lompat Tali 45 cm selama 30 detik.
A. Analisis Deskriptif Persentase Kondisi Fisik Hasil analisis deskriptif kondisi fisik secara keseluruhan pada pemain sepak bola senior Tunas Jaya Sidoarjo dapat di lihat pada grafik berikut.
Tabel 4.1 Hasil Deskriptif Tes Kondisi Fisik SSB Tunas Jaya Senior Sangat Baik
20
Sangat…
Cukup
Baik
Kurang
1.000.00
0.000.00
Sangat…
0
Baik
19.00
10
Cukup
Kategori
Freku ensi
Persentase (%)
Comulative percent
Sangat baik
-
-
0
Baik
-
-
0
Cukup
-
-
0
Kurang
-
-
0
Sangat Kurang
20
100
100
Total
20
100
Dari hasil tes diketahui ke 20 pemain mendapat nilai sangat kurang, dengan nilai rata-rata kekuatan adalah 0,36/kg atau dengan jumlah lompatan rata-rata23,25/ 30 detik. b. Tes Power Otot Tungkai.
Kurang Tabel 4.4 Tes Lari Secepatnya 35 m
Sangat Kurang
Berdasarrkan grafik di atas maka dapat diketahui bahwa hasil tes kondisi fisik pada klub Tunas Jaya senior secara keseluruhan terdapat 19 pemain cukup dan 1 pemain mendapat nilai kurang. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa pemain yang secara keseluruhan kondisi fisik pemain Tunas Jaya senior berada pada kategori cukup. Dimana kategori didapat dari total nilai T-score yang telah dikonvensi ke dalam beberapa kategori. Lebih lengkapnya dapat di lihat di lampiran 5. Sedangkan jika dilihat dari tingkat persentase adalah sebagai berikut:
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Comulative percent
Sangat baik
-
0
0
Baik
-
0
0
Cukup
5
25
75
Kurang
15
75
100
Sangat Kurang
-
Total
20
100
70
Dari hasil tes lari secepatnya 35 m diketahui 5 pemain dengan nilai cukup dan sisanya 15 pemain mendapat nilai kurang. Sedangkan nilai rata-rata power adalah 454 nm/s. c. Tes Kelentukan Otot Punggung
Frekuensi
Persentase (%)
Comulative percent
Sangat baik
-
0
0
Baik
-
0
0
Cukup
3
15
85
Kurang
17
85
100
Sangat Kurang
-
Total
20
B.
100
Dari hasil tes diketahui bahwa 3 pemain memiliki tingkat kelentukan otot punggung pada kategori cukup dan 17 pemain pada kategori kurang. Dan nilai rata-rata kelentukan adalah 15,7. d. Tes Lari Model Z Tabel 4.6 Tes Lari Model Z. Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Comulative percent
Sangat baik
2
10
10
Baik
16
80
90
Cukup
2
10
100
Kurang
-
Sangat Kurang
-
Total
20
100
Dari hasil tes lari model Z diketahui terdapat 2 pemain mendapat nilai sangat baik, 16 pemain dengan nilai baik, dan sisanya 2 pemain menndapat nilai cukup. Untuk rata-rata nilai kelincahan adalah 4,44 detik. e. Tes Anaerobik Tabel 4,7 Running Anaerobic Sprint Testn (RAST) Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Comulative percent
Sangat baik
7
35
35
Baik
12
60
95
Cukup
1
5
100
-
Sangat Kurang
-
Total
20
100
Dari hasil tes diketahui terdapat 7 pemain mendapat nilai sangat baik, 12 pemain mendapat nilai baik, dan 1 pemain mendapat nilai cukup. Dengan nilai rata-rata 2,94.
Tabel 4.5 Tes Kelentukan Otot Punggung Kategori
Kurang
Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kondisi fisik Hasil penelitian tes kondisi fisik diketahui secara keseluruhan, sebagian besar pemain klub sepakbola Tunas jaya sidoarjo senior berada dalam kategori cukup (95%). Salah satu faktoryang mempengaruhi keberhasilan seorang pemain mengenai kondisi fisiknya adalah faktor latihan. Dimana latihan yang diberikan oleh pelatih mampu memberikan dampak yang tepat bagi kondisi fisik para pemainnya. Latihan adalah suatu proses yanng sistematis dari berlatih atau berkerja, yang dilakukan berulang-ulang dan kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah. (Harsono, 1988 : 101). Selain faktor latihan yang tepat para pemain juga dianjurkan oleh para pelatih untuk menambah porsi latihan pribadi. Dan dari hampir semua pemain juga aktif mengikuti kegiatan futsal yang diadakan para pelatih ataupun dari kelompok sendiri. Kemampuan seseorang yang melakukan sesuatu seringkali harus di dukung dengan latihan yang keras seperti yang di kemukakan (Danny, 2007 : ix) menyatakan bahwa penjagaan kondisi fisik pemain sepakbola hendaknya meliputi latihan kelenturan, latihan lari cepat berulang-ulang untuk meningkatkan kemampuan aerobik, sesi latihan lari terus menerus untuk mmeningkatkan kemampuan jantung, dan latihan kekuatan untuk mengembangkan sistem otot dan tulang. Untuk memeriksa kebugaran saat ini, lakukan tes kebugaran jantung dengan lari bolak-balik (Shuttle Run) dan tes kelenturan (dengan teknik duduk dan meraih) Untuk mencapai tingkat kondisi fisik ang diharapkan, latihan secara kontinyu dan porrsi dalam berlatih olahraga bukan hanya masalah kuantitas (berapa banyak kita berlatih) akan tetapi juga masalah kualitas dan kontinuitas. Kualitas menggambarkan kualitas dari latihan itu sendiri sedangkan kontinuitas mendeskripsikan keseriusan dan kemampuan untuk tetap menjaga kebugaran tubuh seseorang. Dalam melakukan penilaian kondisi fisik digunakan beberapa tes sebagai alat
71
ukurnya. Berikut penjelasan hasil penelitian untuk tiap item tes yang digunakan tersebut: a. Tes Kekuatan Otot Tungkai Kekuatan adalah Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan gerakan tiba-tiba dengan intesitas yang tinggi dan dengan beban bervariasi. (Scheunemann, 2012:15). Kekuatan dalam cabor sepakbola yang paling sering dilakukan adalah kekuatan otot tungkai dimana kekuatan otot tungkai memiliki kontribusi yang cukup besar bagi pemain sepakbolauntuk melakukan operan atau shooting- shooting keras ke gawang lawan. Upaya dalam meningkatkan unsur daya ledak otot dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kekuatan tanpa menitik beratkan pada kekuatan dan sebaliknya, dan meningkatkan keduanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan (jessen, dkk 1984 : 17). Hasil penelitian pada klub Tunas Jaya sendiri menunjukan bahwa kekuatan otot tungkai yang dimiliki setiap pemain secara keseluruhan berada dala kategori Sangat Kurang. b. Tes Power Otot Tungkai Hasil penelitian menunjukan bahwa semua pemain memiliki power otot tungkai dalam kategorri yang kurang, dilihat dari hasil yang ada maka diperlikan latihan yang lebih guna meningkatkan power otot tungkai dari setiap pemain. Power otot tungkai sangat berperan besar bagi pemain sepakbola dimana power merupakan salah satu komponen dari kondisi fisik yang bisa dikatakan sangat dominan. Dimana power otot tungkai sangat bermanfaat untuk llari dengan maksimal, memberi umpan pada kawan dengan cara menendang bola (passing), maupun melocat dan melonpat dengan menendang kearah sasaran (Widodo, 2009 : 100).
c. Tes Kelentukan Otot Punggung Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tercatat bahwa keletukan otot punggung yang dimiliki pemain Tunas Jaya senior secara keseluruhann berada pada kategori Kurang. kelentukan merupakan salah satu dari kondisi fisik yang tidak boleh disepelekan, kelentukan akan sangat berguna bagi pemain sepakbola saat elakukan akselerasi mengiring bola guna menghindari hadangan lawan. Selain itu kelentukan otot punggung yang baik juga dapat menguranngi resiko terjadinya cidera. (M. Sajoto, 1995 : 9) mengemukakan bahwa kelentukan adalah
efektivitas seseorrang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan tingkat fleksibilitas persedian dalla seluruh permukaan tubuh. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan terrcatat bahwa kelentukan otot punggung yang dimiliki pemain senior Tunas Jaya Sidoarjo secara keseluruhan berada pada kategori Kurang. d. Tes Lari Model Z Tes lari model Z merupakan salah satu metode latihan untuk meningkatkan agility atau kelincahan pemain sepakbola. Agility merupakan kemampuan tubuh untuk berubah-ubah posisi tubuh dan mengatasi rintangan dala waktu yang singkat (Sajoto, 1995 : 9). Dalam cabor sepakbola sendiri, agility diperlukan untuk menghindari lawan maupun juga untuk merebut bola dari lawan pada saat bermain. Hasil penelitian menunjukan secarra garis besar para pemain senior Tunas Jaya Sidoarjo memiliki agility rata-rata pada kategori Baik. e. Runing Anaerobik Sprint Tes Runing anaerobik sprint tes atau RAST adalah tes yang digunakan untuk mengukur daya tahan anaerobik yang juga merupakan bagian dari kondisi fisik. Dimana daya tahan aerobik adalah daa tahan tubuh dalam mengulangi aktivitas kerja aerobik secara berkali-kali (Soekarman, 1987 : 55). Daya tahan anaerobik akan sangat diperlukan oleh setiap pemain sepakbola pada umumnya untuk mampu bermain dengan kondisi yang prima dengan intensitas tinggi.. hal ini juga didukung dengan pendapat lain yang mengatakan bahwa daya tahan anaerobik atau yang sering di sebut stamina merupakan tingkat daya tahan yang lebih tinggi derajatnya dari pada suplai atau pemasok oksigen tidak cukup untuk meladeni kebutuhan pekerjaan yang dilakukan oleh otot (Harsono, 1988 : 159160). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan daya tahan pemain senior Tunas Jaya Sidoarjo secara keseluruhan berada pada kategori Baik. hal ini tentunya tidak lepas dari metode latihan yang tepat dan bersifat kontinyu sehingga kondisi fisik pemain selalu terjaga dengan baik.
72
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan dan pebahasan dapat di abil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kondisi fisik pemain SSB Tunas Jaya Senior secara keseluruhan bahwa 95% pemain termasuk dalam kategori cukup, dan 5% dalam kategori kurang. 2. Dari hasil yang di dapat secara Saran Berdasarkan kesipulan di atas maka saran yang dapat peneiti berikan antara lain: 1. Kondisi fisik para pemain SSB Tunas Jaya Senior secara keseluruhan masih berada dalam kategori rata-rata cukup. Sehingga perlu ditingkatkan kembali dengan memberi metode latihan yang lebih efektif 2. Jadwal latihan perlu di tambah, seminggu 2x pertemuan masih kurang meningkatkan kondisi fisik para pemain, sebaiknya jadwal latihan minimal seminggu 3x pertemuan. 3. Para pelatih bisa memberikan program latihan mandiri agar para pemain bisa melaksanakan latihan sendiri di lapangan terdekat DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Danardono. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Fuziyono, Asep. (2013). Profil Kondisi Fisik Atlet Sepak Bola SMA NEGERI 3 CIMAHI (repository.upi.edu/6793/10/S_IKOR_0900177 _Bibliograpy.pdf (20-09-2013) Griwijoyo, S. (2007). Ilmu Faal Olahraga: Funggsi Tubuh Manusia dalam Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan dan Kepelatihan Olahraga. FPOK UPI. Harsono, 1988.Coaching danAspekAspekPsikologiDalam Coaching. Jakarta: TambakKesuma. Maksum, Ali. 2007. Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. Surabaya: Tanpa Penerbit. Muchtar, Remmy. 1992. Olahraga Pilihan Sepak Bola. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Martens, S. (2004). Succesfull coaching. United States: Human Kinetics
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sajoto, M. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: DEPDIKBUD. Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Dahara Prize. Scheunemann, dkk. 2012. Kurikulum dan Pedoman Dasar Sepak Bola Indonesia. PSSI. Sudjana. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasif. Bandung: Falah Production. Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Soekatamsi. 1984. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Solo: Tiga Serangkai. Sucipto,
dkk. 2000.Sepak Jakarta:DepartemenPendidikanNasional.
Bola.
UniversitasNegeri Surabaya.2015. PanduanPenulisandanPenilaianSkripsi. Surabaya: Unesa University Press. Widodo, Achmad. Dkk. 2009. Pengembangan rangkaian Fisik Khusus Untuk Pemian Sepakbola. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: FIK Unesa.