SNASTIA 2015-10-24
ISSN 1979-3960
Aplikasi Metode ForwardChaining Untuk Mengidentifikasi Jenis Penyakit Pada Kucing Persia Ferdio Grady Susanto1, SusanaLimanto1, dan Marcellinus Ferdinand Suciadi1 1
Universitas Surabaya, Surabaya, Jawa Timur
[email protected], {susana, ferdi}@staff.ubaya.ac.id Abstrak Kucing Persia merupakan jenis kucing yang mempunyai bulu indah sehingga banyak dijadikan hewan peliharaan. Namun, kucing jenis ini membutuhkan perawatan khusus agar bulunya tetap sehat dan indah serta tidak mudah terkena penyakit. Apabila kucing peliharaannya sakit, biasanya pemilik akan membawa kucing tersebut ke dokter hewan atau membelikan obat ke apotek. Namun, di beberapa daerah tertentu, sulit untuk mendapatkan dokter hewan dan apotek yang dapat melayani 24 jam. Selain itu, sekarang ini jasa dokter cukup mahal walaupun kadang-kadang penyakit yang diderita kucing sebenarnya adalah penyakit biasa yang dapat diobati sendiri tanpa perlu dibawa ke dokter. Untuk itu dibuat sebuah program aplikasi berbasis web yang dapat membantu mendiagnosa penyakit seekor kucing Persia. Program ini dikembangkan berdasarkan arahan dari dokter hewan. Program ini juga telah divalidasi oleh dokter hewan dengan harapan, output yang dihasilkan oleh program aplikasi mendekati hasil diagnosa dokter hewan. Program aplikasi yang dibuat diharapkan dapat membantu para pemilik kucing Persia untuk mengenali penyakit yang diderita oleh kucing peliharaannya sehingga kucing mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Kata kunci:kucing Persia, forward chaining, sistem pakar
1.
Pendahuluan
Saat ini ada banyak jenis kucing Persia yang digemari dan dipelihara oleh masyarakat dunia, baik untuk sekedar hobi, ternak kucing, maupun untuk lomba dan kontes. Hal ini dikarenakan kucing Persia merupakan jenis kucing yang mempunyai bulu indah. Namun, kucing jenis ini membutuhkan perawatan khusus agar bulunya tetap sehat dan indah serta tidak mudah terkena penyakit. Pemilik seharusnya mengetahui cara merawat kucing Persia peliharaannya karena kucing-kucing tersebut tidak akan terlepas dari penyakit. Tiap-tiap penyakit pada kucing Persia ini memiliki cara penanganan dan pengobatan yang berbeda-beda sehingga pemilik terkadang kebingungan menangani masalah yang terjadi pada kucing Persia peliharaannya. Beberapa penyakit pada kucing Persia memiliki gejala yang hampir serupa satu dengan yang lainnya sehingga sering kali menyulitkan pemilik untuk mengenai penyakit yang sebenarnya diderita oleh kucing peliharaannya itu. Sulitnya mengetahui penyakit yang sebenarnya diderita oleh kucing Persia, mengakibatkan pemilik kesulitan untuk menentukan obat yang tepat untuk diberikan pada kucing. Untuk itu, biasanya pemilik akan membawa kucing Persia peliharaannya ke dokter hewan. Namun, di beberapa daerah tertentu, sulit untuk mendapatkan dokter hewan dan apotek yang dapat melayani 24 jam. Sedangkan keterlambatan penanggulangan penyakit, dapat mengakibatkan bulu-bulu kucing rontok bahkan dapat mengakibatkan kematian. Selain itu, sekarang ini jasa dokter cukup mahal walaupun kadang-kadang penyakit yang diderita kucing sebenarnya adalah penyakit biasa yang dapat diobati sendiri tanpa perlu dibawa ke dokter.Untuk mengatasi permasalahan di atas, dilakukan sebuah penelitian untuk menghasilkan sebuah program aplikasi untuk membantu mendiagnosa penyakit yang diderita oleh seekor kucing Persia sekaligus memberikan informasi cara penanggulangannya.
2.
Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang digunakan adalah sistem pakar,forwardchaining,certaintyfactor, penyakit pada kucing, dan pengelompokan gejala penyakit kucing Persia. 2.1 Sistem Pakar Sistem pakar merupakan suatu program aplikasi komputerisasi yang berusaha menirukan proses penalaran dari seorang ahli dalam memecahkan masalah spesifikasi atau bisa dikatakan merupakan duplikat dari seorang pakar karena pengetahuannya disimpan sebagai basis pengetahuan untuk digunakan dalam pemecahan masalah. Sistem yang berfungsi untuk menyimpan pengalaman para ahli atau pakar sebagai data atau aturan dan disimpan dalam database sehingga sistem dapat melakukan fungsi yang sama seperti pakar dalam bekerja pada tingkat yang sama dan memberikan informasi kepada orang lain disebut sistem pakar(Zahrani, 2010). Contoh penerapan sistem pakar adalah pada bidang kedokteran, seperti diagnosis jenis penyakit mata pada manusia (Julianto, 2011). 2.1.1 ForwardChaining Metode ForwardChaining adalah metode pencarian atau teknik pelacakan ke depan yang dimulai dengan informasi yang ada dan penggabungan rule untuk menghasilkan suatu kesimpulan atau tujuan. Pelacakan maju ini sangat baik jika TeknikInformatika / Universitas Surabaya
Halaman1
SNASTIA 2015-10-24
ISSN 1979-3960
bekerja dengan permasalahan yang dimulai dengan rekaman informasi awal dan ingin dicapai penyelesaian akhir, karena seluruh proses akan dikerjakan secara berurutan maju. Forwardchaining merupakan metode inferensi yang melakukan penalaran dari suatu masalah kepada solusinya. Jika klausa premis sesuai dengan situasi (bernilai TRUE), maka proses akan menyatakan konklusi atau pendapat. Forwardchaining adalah data-driven karena tindakan dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi akan diperoleh. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar dan tidak dalam, maka gunakan forwardchaining. Pada ForwardChaining, pertama kali yang dilakukan untuk pengambilan kesimpulan adalah melakukan pengecekan terhadap semua rule untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar berdasarkan fakta yang diperoleh. Setelah dilakukan pengecekan tersebut, maka didapat aturan baru yang akan meminta fakta dari user. Hal ini akan berlangsung terus menerus hingga tujuan tercapai atau sampai tidak terdapat aturan yang sesuai dengan fakta yang diambil. Sistem pada forwardchaining akan menanyakan semua kemungkinan pertanyaan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari permasalahan. 2.1.2 CertaintyFactor Penalaran yang pasti (exactreasoning) merupakan jenis penalaran yang berhubungan dengan fakta-fakta dan kesimpulan yang tepat dengan mengikuti fakta yang ada. Hasil penalaran jenis ini berupa dua nilai yaitu benar atau salah. Contoh diketahui sebuah rule “Jika kurang makan maka pasti akan kurus.”Rule ini menyatakan bahwa jika kurang makan maka dapat dipastikan bahwa akan kurus.Penalaran tidak pasti (inexactreasoning) merupakan jenis penalaran yang berhubungan dengan fakta-fakta dan aturan secara tidak pasti. Contoh diketahui sebuah rule “Apabila cuaca mendung mungkin akan hujan.” Tingkat ketidakpastian dari pernyataan tersebut dinyatakan dengan kata mungkin(Vrusias, 2006). Suatu aplikasi sebenarnya dikerjakan dengan menggunakan penalaran yang tepat atau pasti, dan ada pula aplikasi yang masih belum pasti. Ketidakpastian merupakan suatu masalah karena dapat menghambat dalam membuat keputusan terbaik, bahkan mungkin menyebabkan dapat membuat keputusan yang salah. Sumber-sumber ketidakpastian dalam sistem pakar meliputi ketidakpastian pengetahuan, ketidakpastian bukti-bukti dan penggunaan bahasa yang tidak jelas.Metode yang digunakan untuk menangani ketidakpastian ini adalah dengan menggunakan certaintyfactor(CF). CertaintyFactor menunjukkan ukuran kepastian terhadap suatu fakta atau ukuran kepastian terhadap suatu fakta atau aturan. Contoh penggunaan CertaintyFactor pada aturan-aturan yang tidak pasti adalah “IF E THEN H CF (Aturan)”, CF(Aturan) merepresentasikan tingkat kepercayaan pada hipotesis H jika fakta E terjadi. Contoh, diketahui sebuah rule “IF banyak makan THEN akan gemuk CF=0.7”. Rule ini menyatakan bahwa jika banyak makan maka besar kemungkinan bahwa akan gemuk 70%. Perkembangan kepastian untuk aturan-aturan dengan satu kondisi CF(H,E) = CF(E) = 0.5, maka CF(H,E)=0.5*0.7=0.35. Salah satu contoh penerapan certaintyfactor pada sistem pakar adalah pada sistem pakar diagnosis penyakit dengan gejala demam (Daniel & Virginia, 2011). Rumus yang digunakan untuk menghitung CF rule sebagai berikut: Untuk aturan konjungtif dengan aturan JIKA E1 dan E2 dan ... dan En MAKA H {cf}, maka CF rule dihitung menggunakan persamaan ( 2 ). , … min , ,…, (1) Untuk aturan disjungtif dengan aturan JIKA E1 atau E2 atau ... atau En MAKA H {cf}, maka CF rule dihitung menggunakan persamaan ( 2 ). , … max , ,…, (2) 2.2 Penyakit pada Kucing Ada beberapa macam gangguan kesehatan kucing Persia yang sering ditemui di Indonesia, baik yang berat maupun yang ringan. Penyebab gangguan ini bermacam macam. Ada yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, lingkungan, maupun gangguan metabolisme. Berdasarkan data yang didapat, dan dari pakar kucing didapatkan informasi mengenai penyakit pada kucing.Adapun penyakit yang perlu diwaspadai antara lain penyakit flu pada kucing, penyakit distemper, penyakit felinechlamydiosis, dan penyakit jamur(Desi & MA, 2008).
3.
MetodePenelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah systems development life cycle (SDLC). Metode ini memberikan langkahlangkah yang terstruktur dan formal. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis sistem. Analisis sistem dilakukan dengan tanya jawab dengan beberapa pemilik kucing Persia, tanya jawab dengan dokter hewan, mengamati web sejenis. Tanya jawab dengan pemilik kucing Persia dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang dialami pemilik ketika kucing Persia yang dipelihara sakit. Sedangkan tanya jawab dengan dokter hewan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai langkah-langkah yang dilakukan dokter ketika menangani kucing Persia yang sakit, pertanyaan yang diajukan untuk mendiagnosa penyakit yang diderita kucing, dan cara mengambil kesimpulan atas penyakit yang diderita kucing. Hasil analisis akan digunakan untuk melakukan desain TeknikInformatika / Universitas Surabaya
Halaman2
SNASTIA 2015-10-24
ISSN 1979-3960
sistem. Ada lima macam desain yang dibuat, yaitu: desain pertanyaan, desain rule, desain basis data, desain proses, dan desain antarmuka pengguna. Langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan hasil desain dalam bentuk program aplikasi berbasis web. Untuk memastikan bahwa program aplikasi yang dibuat sudah bebas dari kesalahan dan sudah memenuhi tujuan, maka dilakukan ujicoba. Ujicoba yang dilakukan ada dua macam, yaitu: verifikasi dan validasi. Verifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa program yang dibuat sudah bebas dari kesalahan, sedangkan validasi dilakukan untuk memastikan bahwa program yang dibuat sudah memenuhi tujuan. Verifikasi dilakukan dengan mencoba semua fasilitas yang disediakan dengan skenario tertentu dan mencocokkan hasil perhitungan program dengan hasil perhitungan manual. Validasi dilakukan dengan cara mengambil beberapa kasus kucing Persia yang pernah ditangani oleh dokter hewan, kemudian mencocokkan hasil diagnosa dokter hewan atas masing-masing kasus tersebut dengan hasil yang diberikan program aplikasi.
4.
HasildanDiskusi
Sistem saat ini adalah sistem pendiagnosaan penyakit kucing secara manual, dimana gejala hanya didiagnosa secara manual dan penyakit hanya dapat dikira-kira secara awam. Pendiagnosaan secara awam menyebabkan sering terjadinya kesalahan dalam menentukan penyakit yang pada akhirnya menyebabkan pertolongan pertamanya juga salah. Sistem awal juga sering terkendala pada saat pemilik tidak dapat membawa kucingnya untuk berkonsultasi, ataupun rumah sakit atau klinik sedang tutup dan karena biaya yang cukup mahal untuk konsultasi dengan dokter hewan. Orang awam juga sering kali susah menentukan penyakit, karena banyaknya gejala penyakit kucing, dan sulitnya menentukan penyakit dari banyaknya gejala tersebut, karena sering kali beberapa penyakit memiliki gejala yang sama. Ditambah lagi kucing Persia lebih sering terkena penyakit, dan memiliki ketahanan tubuh yang kurang, sehingga penanganan awal penyakitnya harus lebih cepat dan lebih baik. Jika pemilik kucing datang ke dokter hewan maka pertama-tama saat pasien datang, dokter hewan akan menanyakan hal mengenai gejala-gejala penyakit kucing yang diderita kepada pemilik kucing Persia agar dokter hewan dapat menentukan cara pengobatan yang tepat kepada pasien kucing seperti “Apa gejala yang diderita ?”, “berapa lama kucing sudah mengalami gejala yang diderita ?”, “Sudah diberi pengobatan apa ?”, “ makanan apa saja yang diberikan ?”, “ minuman diberi air matang atau mentah ?”. Setelah menanyakan beberapa hal tersebut, Dokter akan mulai memeriksa pasien kucing Persia yang sedang sakit dan memberi pengobatan berdasarkan gejala-gejala yang diketahui oleh dokter hewan seperti melihat kulit, mata, bulu, dan fisik yang nampak dari luar. Analisis sistem sejenis digunakan untuk membandingkan aplikasi sistem pakar yang sudah ada dengan tugas akhir yang akan dibuat. Tujuan membandingkan aplikasi sistem pakar berbasis web ini adalah untuk menambah kebutuhan yang masih kurang dari web sejenis yang sudah ada.Berdasarkan deskripsi sistem lama yang telah dijelaskan pada analisis sistem saat ini dan analisis sistem sejenis, ada beberapa permasalahan dari sistem lama, yaitu: Banyaknya penyakit kucing dengan gejala yang sama dan serupa sehingga sulit dalam menentukan penyakit. Biaya ke dokter hewan cukup mahal. Klinik dan rumah sakit memiliki keterbatasan jam operasional, hal ini mengakibatkan jika kucing mengalami penyakit di luar jam itu, sering kali penanganan awalnya terlambat atau salah. Selama ini, website yang dapat membantu mendiagnosa penyakit kucing Persia merupakan sistem yang berbasis desktop dan prabayar. Website sejenis memiliki keterbatasan jumlah gambar, sehingga sering kali penyakit kucing tidak bisa dibandingkan melalui gambar. Berdasarkan hasil analisis permasalahan dapat disimpulkan bahwa pemilik kucing membutuhkan sebuah sistem untuk melakukan diagnosa awal kucing Persia yang sakit tanpa perlu ke dokter dan dapat setiap saat diakses sehingga dapat menolong kucing Persia yang sewaktu-waktu mengalami sakit dan dapat melakukan penanganan awal tanpa perlu ke dokter. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan membuat aplikasi sistem pakar berbasis web. Untuk menggunakan aplikasi ini, seorang user harus masuk terlebih dahulu. Jika tidak memiliki akun, user dapat mendaftar terlebih dahulu. Tampilan setelah user masuk terlihat pada Gambar1. Menu Master hanya muncul jika user yang login adalah akun admin.
TeknikInformatika / Universitas Surabaya
Halaman3
SNASTIA 2015-10-24
ISSN 1979-3960
Gambar1. Tampilan halaman Beranda Untuk menggunakan sistem pakar diagnosis penyakit kucing, usermengeklik menu Diagnosa dan menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan. Sistem akan mengolah hasil jawaban user sesuai dengan rule yang telah dimasukkan sebelumnya dan memberikan hasil berupa kemungkinan penyakit yang diderita seekor kucing. User dapat melihat detail penyakit tersebut untuk melihat keterangan penyakit dan solusi menyembuhkan penyakit kucing. Proses dan hasil sistem pakar terlihat pada Gambar2.
Gambar2. (a) Contoh pertanyaan, (b) hasil diagnosis, (c) detail penyakit, (d) resep obat
SNASTIA 2015-10-24
ISSN 1979-3960
Untuk menguji apakah sistem pakar yang dibuat sudah sesuai dengan rule yang sudah diberikan, digunakan dua contoh kasus. Kasus pertama yaitu seekor kucing mengalami penyakit dengan gejala pilek dan bersin-bersin, mata bengkak, batuk, demam, nafsu makan hilang, radang kornea, dan berat badan berkurang. Sistem pakar memberikan hasil berupa penyakit flu kucing dengan tingkat keyakinan 28%. Kasus kedua yaitu seekor anak kucing mengalami penyakit kulit seperti bulu kucing memiliki pola yang aneh seperti lingkaran, dan kulit terlihat bersisik dan kasar seperti ada benjolanbenjolan. Sistem pakar memberikan hasil berupa penyakit jamur Ringworm dengan tingkat keyakinan 32%. Kedua hasil ini kemudian dibandingkan dengan analisis pakar manusia, yaitu seorang dokter hewan. Hasil diagnosis dokter hewan untuk kedua kasus yang sama terlihat pada Gambar3. Dapat dilihat bahwa sistem pakar memberikan hasil yang sama dengan diagnosis dokter hewan.
Gambar3. Diagnosis dokter hewan untuk (a) kasus pertama, (b) kasus kedua
5.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa program aplikasi ini dapat membantu mendiagnosa penyakit yang diderita oleh seekor kucing Persia. Hasil diagnosa yang diberikan oleh program aplikasi sudah sesuai dengan hasil diagnosa dokter hewan. Jadi program aplikasi ini dapat digunakan untuk membantu pemilik kucing Persia untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh kucingnya sehingga dapat segera melakukan pertolongan pertama terlebih dahulu.
6.
Daftar Pustaka
Daniel, D., & Virginia, G. (2011). Implementasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Penyakit dengan Gejala Demam Menggunakan Metode Certainty Factor. Jurnal Informatika, 6(1). Desi, & MA, S. (2008). Merawat Kucing Persia. Jakarta: Penebar Swadaya. Julianto. (2011, Maret 25). Implementasi Sistem Pakar di Bidang Kedokteran untuk Mendiagnosis Jenis Penyakit Mata pada Manusia. Dipetik Maret 20, 2015, dari http://blog.stikom.edu/julianto/2011/03/25/implementasi-sistempakar-di-bidang-kedokteran-untuk-mendiagnosis-jenis-penyakit-mata-pada-manusia/ Vrusias, B. L. (2006, September 26). Uncertainty Management. Zahrani. (2010). Sistem Pakar. Yogyakarta: ANDI.
TeknikInformatika / Universitas Surabaya
Halaman5