ANXIETY Oleh :
Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
OLAHRAGA Kegiatan yang melibatkan aspek mental atau aspek psikis “ Man in Movement “ Proses Psiko-fisik
A. Ketegangan & Kecemasan Dalam mempersiapkan atlet atau pemain menghadapi pertandingan, arah pembinaan adalah peningkatan faktor fisik yang mencakup kondisi fisiologis, teknis, dan psikis. Kesiapan aspek psikologis atlet perlu mendapat perhatian dalam program pembinaan.
Kondisi psikologis dibedakan atas dua macam, yaitu yang menunjang dan yang menggangu penampilan atau prestasi.
Kondisi psikologis yang menunjang untuk berprestasi: • • • •
Motivasi tinggi Aspirasi kuat Ketahanan mental Kematangan kepribadian
Kondisi psikologis yang dapat mengganggu penampilan atau prestasi:
Ketegangan/kecemasan Motivasi rendah Obsesi Gangguan emosional Keraguan/takut
Hubungan Stress, Anxiety, dan Arousal
“Bila stress yang dialami seseorang terlalu besar baginya, hingga tidak dapat dilakukan tindakan untuk mengatasi, atau timbulnya stress yang dihadapi seseorang berlangsung terus-menerus, maka akan timbul kecemasan. Kecemasan adalah suatu perasaan tidak aman, tanpa sebab yang jelas”.
Rasa cemas yang terjadi pada suatu keadaan tertentu disebut state anxiety. State anxiety adalah keadaan emosional yan terjadi mendadak (pada waktu tertentu) yang ditandai dengan ketakutan dan ketegangan, biasanya diikuti dengan perasaan cemas yang mendalam disertai ketegangan dan psychological arousal. Sedangkan Trait anxiety biasanya menunjukkan sifat mudah cemas menghadapi berbagai permasalahan, khususnya permasalahan yang berhubungan dengan keamanan pribadinya atau emotional security – nya, oleh karena itu yang bersangkutan menunjukkan gejala cemas, yang mengandung rasa takut.
Arousal merupakan hal yang tiak dapat dielakkan seperti timbulnya ketegangan fisik atau tension dan stress. Arousal adalah gejala yang menunjukkan adanya pengerahan peningkatan aktivitas psikis (Sudibyo Setyobroto, 1993:114). Menurut Cox (1985, dalam Sudibyo Setyobroto, 1993:114), arousal adalah suatu istilah netral yang menunjukkan intensitas peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatikus.
TINGGI P E N A M P I L A N
RENDAH RENDAH
SEDANG Teori “Inverted U”
TINGGI
Menurut teori “Inverted U”, baik arousal tingkat rendah maupun tinggi tidak akan menghasilkan penampilan puncak yang maksimal (peak performance). Tingkat arousal moderat (sedang) pada umumnya memberi kemungkinan lebih besar untuk pencapaian puncak penampilan.
C. Sumber Ketegangan
Sumber ketegangan dari dalam 1. Atlet sangat mengandalkan kemampuan teknisnya. 2. Atlet merasa bermain baik sekali atau sebaliknya. 3. Adanya pikiran negatif karena dicemooh atau dimarahi. 4. Adanya pikiran puas diri.
Sumber ketegangan dari luar 1. Rangsangan yang membingungkan. 2. Pengaruh massa. 3. Saingan yang bukan tandingannya. 4. Kehadiran/ketidakhadiran pelatih.
D. Gejala Ketegangan
Gejala Fisik 1. Adanya perubahan yang dramatis pada tingkahlaku, gelisah atau tidak tenang, dan sulit tidur. 2. Terjadi peregangan pada otot-otot bahu, leher, dan perut. 3. Terjadi perubahan pada irama pernapasan. 4. Terjadi kontraksi otot setempat; pada dagu, sekitar mata dan rahang.
Gejala Psikis 1. Gangguan pada perhatian dan konsentrasi 2. Perubahan emosi. 3. Menurunnya rasa percaya diri. 4. Timbul obsesi. 5. Tidak ada motivasi.
E. Dampak Ketegangan terhadap Kemampuan Gerak
Dampak ketegangan bisa fisik atau mental. Sebab ketegangan merupakan rangsangan yang mengganggu keseimbangan organisme baik biologis ataupun psikologis. Pada dasarnya sumber ketegangan yang paling besar adalah lingkungan.
Atlet yang mengalami ketegangan melebihi kemampuan untuk mengatasinya atau ketegangan itu berlangsung cukup lama atau terus-menerus maka ia akan mengalami kecemasan. Kecemasan adalah perasaan tidak berdaya, tidak aman tanpa sebab yang jelas, kabur atau samar-samar. Kecemasan dan kegelisahan dalam pertandingan akan menimbulkan tekanan emosi yang berlebihan, dan hal ini dapat mengganggu pelaksanaan pertandingan serta mempengaruhi penampilan/prestasi atlet.
Terjadinya peregangan yang meningkat pada otot-otot di beberapa bagian tubuh bisa menyebabkan atlet kehilangan koordinasi, sehingga menurunkan keterampilan. Hal ini menegaskan kembali hubungan timbal balik psiko-fisik, yaitu bila aspek psikis terganggu, maka fungsi fisik juga terganggu, yang kemudian akan mengganggu keterampilan motorik.
Namun ketegangan atau kecemasan yang dialami seseorang tidak selalu mengganggu atau merugikan. Dalam keadaan tertentu, ketegangan dapat memberi keuntungan, bahkan diperlukan untuk mencapai prestasi. Dengan ketegangan ini, mental atlet dipersiapkan untuk menghadapi dan melaksanakan pertandingan.
F. Cara Menanggulangi Ketegangan
Teknik Intervensi - Centering - Pengaturan Pernapasan - Relaksasi Otot secara Progresif Mencari Sumber Ketegangan Pembiasaan Teknik-teknik Khusus