Vol. 4 No.2 Desember 2014
ISSN 2089-3973
ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM HIKAYAT CERITA TAIFAH Yoani Juita Sumasari FKIP Universitas Jambi
ABSTRACT The study is aimed at analyzing the intrinsic elements in an old prose titled “Hikayat Cerita Taifah” (The Legend of Taifah). The objective of the study is to reveal the intrinsic elements of the story in such a way that the prose can be read, enjoyed and beneficial for the present society. Theoritically, the benefit of the study is to give inputs to the learning of old Malay Literature at schools and to provide learning material regarding elements of literature work, particularly in prose genre. The practical benefits expected is to build the strong character and to develop good personality of the young generation. Keywords : analysis, intrinsic elements, legend, the story of Taifah. PENDAHULUAN Keberadaan sastra lama atau sastra daerah yang terdapat di berbagai pelosok
nusantara,
tidak
terlepas
dari
unsur-unsur
masyarakat
yang
membangunnya, sehingga apa yang dihasilkan dalam karya sastra lama merupakan replika atau sebuah panggambaran dari keadaan masyarakat pada waktu itu, baik keadaan sosial, religi (keagamaan), maupun adat-istiadat. Sastra lama juga sebagai perekam kebudayaan masing-masing daerah di nusantara dari kurun waktu yang relatif cukup lama, di dalamnya menampung berbagai buah pikiran, ajaran, budi pekerti, nasihat, hiburan dan lain sebagainya. Peranan sastra dalam masyarakat sangat penting, terutama dalam pembentukan kepribadian atau watak bangsa. Dengan demikian maka sastra terutama sastra lama perlu dikaji dan dipelajari kembali agar dapat diketahui dan dimengerti aspek-aspek atau nilai-nilai penting yang terkandung di dalam karya sastra lama itu dengan sebaik-baiknya, sehingga kegunaan karya sastra benarbenar diketahui.
*Korespondensi berkenaan artikel ini dapat dialamatkan ke e-mail :
[email protected]
Vol. 4 No. 2 Desember 2014
ISSN 2089-3973
Indonesia dihuni oleh berbagai suku bangsa yang memiliki sejarah, kebudayaan, adat istiadat, dan bahasa daerah. Kebudayaan yang ada ini memiliki ciri khas kenusantaraan yaitu Bhineka Tunggal Ika. Artinya, meskipun kebudayaankebudayaan daerah di kepulauan nusantara itu telah tumbuh dan berkembang sendiri-sendiri sesuai dengan kondisi alam geografisnya dan cenderung berbedabeda, namun mereka tetap memiliki persamaan-persamaan dasar yang satu. Naskah kuno yang merupakan karya sastra klasik dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu prosa dan puisi (drama tidak dikenal dalam sastra Melayu klasik). Prosa sastra Melayu klasik lazim disebut hikayat karena pada umumnya judul prosa sastra Melayu klasik didahului dengan kata hikayat. Jenis karya sastra yang termasuk puisi adalah mantra, pantun, peribahasa, syair, gurindam, talibun, dan lain-lain (Djamaris 1990:12). Salah satu naskah yang dapat dijadikan objek penelitian filologi adalah naskah yang berbentuk hikayat. Hikayat adalah cerita tentang kehidupan seseorang. Hikayat dapat berisi tentang cerita berbingkai. Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya mengandung cerita lain (pelaku atau peran di dalam cerita itu bercerita) (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:210). Nilai-nilai yang ada di dalam karya sastra biasanya mencakup berbagai aspek kehidupan, antara lain nilai sosial, nilai budaya, keagamaan, nilai estetis, nilai moral, nilai hiburan, dan masih banyak lagi nilai-nilai yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia (Yunus 1990:105). Dari segi penggunaan nama hikayat yang berarti ‘cerita’ menunjukkan bahwa unsur Islam telah masuk ke tradisi tulis sastra melayu, keadaan ini diperkuat dengan adanya penggunaan tulisan Arab pada Prasasti Trengganu. Karena berkembang di lingkungan kerajaan maka hikayat ini sangat terkenal di kalangan masyarakat melayu. METODE PENELITIAN Data penelitian yang dipakai berupa kalimat dan paragraf atau pernyataan yang terdapat dalam Hikayat Cerita Taifah yang mengandung informasi tentang cerita hikayat yang berbentuk prosa melayu lama. Metode penelitian filologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian naskah tunggal dengan edisi standar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara studi pustaka. Studi pustaka dapat diartikan membaca naskah yang berhubungan dengan penelitian ini. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan
Yoani Juita Sumasari
69
Vol. 4 No. 2 Desember 2014
ISSN 2089-3973
data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.
PEMBAHASAN Naskah Menurut Baried (1983:54) naskah merupakan benda kongkret yang dapat dilihat atau dipegang, seperti semua bahan tulisan tangan yang disebut naskah (handschrift). Di Indonesia bahan naskah yaitu dapat berupa lontar, kayu, bambu, rotan, dan kertas Eropa. Naskah menurut Ikram (1994:3) adalah wujud fisik dari teks. Tulisan-tulisan pada kertas disebut naskah, dalam bahasa Inggris naskah disebut dengan istilah manuscript, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut handschrift (Djamaris 1990:11). Sementara itu, menurut Dipodjojo (1996:7) naskah ialah segala hasil tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan cipta, rasa, dan karsa manusia yang hasilnya disebut hasil karya sastra, baik yang tergolong dalam arti umum maupun dalam arti khusus yang semuanya merupakan rekaman pengetahuan masa lampau bangsa pemilik naskah. Teks Menurut Baried (1983:4) teks adalah sesuatu yang abstrak. Teks filologi ada yang berupa teks lisan dan teks tulisan. Teks lisanyaitu suatu penyampaian cerita turun-temurun lalu ditulis dalam bentuk naskah. Naskah itu kemudian mengalami penyalinanpenyalinan dan selanjutnya dicetak. Teks tulisan dapat berupa tulisan tangan (yang disebut naskah) dan tulisan cetakan. Sementara itu, menurut Lubis (2001:30) teks adalah kandungan atau isi naskah. Teks terdiri dari isi dan bentuk. Isi teks mengandung ide-ide atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Di dalam proses penurunannya, secara garis besar dapat disebutkan ada tiga macam teks yaitu: teks lisan, teks tulisan, dan teks cetakan.
Pengertian Hikayat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:401) hikayat adalah karya sastra Melayu lama berbentuk prosa yang berisi cerita, undangundang, dan silsilah
70
Analisis Unsur-Unsur Intrinsik Dalam Hikayat Cerita Taifah
Vol. 4 No. 2 Desember 2014
ISSN 2089-3973
bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta, misalnya Hikayat Hang Tuah dan Hikayat Seribu Satu Malam. Salah satu hasil sastra Melayu tradisional adalah hikayat. Kata hikayat berasal dari kata kerja bahasa Arab yang berarti ‘memberitahu’ dan ‘menceritakan’. Hikayat menyampaikan kisah manusia (legendaris) dan seringkali juga tentang hewan yang bersifat manusia, seperti kemampuan berbicara. Hikayat jarang digambarkan sebagai laporan yang bersifat sejarah (Mcglynn 1999: 76). Hikayat diturunkan dari bahasa Arab hikayat yang berarti kisah, cerita, dan dongeng. Pengertian hikayat dapat ditelusuri dalam sastra Arab, sastra Melayu lama, dan sastra Indonesia. Di dalam sastra Indonesia, hikayat diartikan sebagai cerita rekaan berbentuk prosa cerita yang panjang; ditulis dalam bahasa Melayu; bersifat sastra lama; dan sebagian besar mengisahkan kehebatan serta kepahlawan orang ternama, yaitu para raja atau orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mukjizat tokoh utamanya (Anonim 1997:427). Hikayat sekarang mengacu ke bentuk karya sastra beragam prosa yang berisi kisah fantastik dan penuh dengan petualangan. Kata hikayat merupakan bentuk serapan dari bahasa Arab, di dalam bahasa asalnya semata-mata berarti narrative, tale, story (Hava dalam Sudjiman 1994:17).
Ciri-ciri Hikayat
Isi cerita berkisar pada tokoh-tokoh raja dan keluarganya (istana sentris)
Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sama dengan logika umum, ada juga yang menyebut fantastis
Menggunakan banyak bahasa kiasan
Banyak kata-kata yang sulit dipahami
Struktur kalimatnya tidak efektif
Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik dalm Hikayat Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latae dan
Yoani Juita Sumasari
71
Vol. 4 No. 2 Desember 2014
ISSN 2089-3973
pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain. 1. Unsur Intrinsik a) Tema dan Amanat Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak menonjol. Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut. b) Tokoh dan Penokohan Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character). Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalny6a baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifatsifatnya. 72
Analisis Unsur-Unsur Intrinsik Dalam Hikayat Cerita Taifah
Vol. 4 No. 2 Desember 2014
Penokohan
atau
ISSN 2089-3973
perwatakan
ialah
teknik
atau
cara-cara
menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu cerita. Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh. Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja. Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi. Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi. c) Alur dan Pengaluran Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian : (1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya. (2) Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku. (3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru. (4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya. (5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap. (6) Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan. Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur Yoani Juita Sumasari
73
Vol. 4 No. 2 Desember 2014
ISSN 2089-3973
lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya. d) Latar dan Pelataran Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwaperistiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Latar sosial, ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar. e) Pusat Pengisahan Pusat pengisahan ialah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini adalah privbadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu. 2. Unsur Ekstrinsik Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain.
SIMPULAN Naskah Hikayat Cerita Taifah merupakan salah satu karya sastra melayu klasik yang di dalamnya terkandung pengetahuan yang luas mengenai makna 74
Analisis Unsur-Unsur Intrinsik Dalam Hikayat Cerita Taifah
Vol. 4 No. 2 Desember 2014
ISSN 2089-3973
hidup. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara studi pustaka. Studi pustaka dapat diartikan membaca naskah yang berhubungan dengan penelitian ini. Penulis membaca dan memahami Hikayat Cerita Taifah, kemudian memilih bagian-bagian yang relevan dengan penelitian. Bagian-bagian yang relevan dengan penelitian ini baru dapat ditentukan sebagai data penelitian setelah ditelaah dan dianalisis terlebih dahulu. DAFTAR RUJUKAN Baried, Baroroh. 1983. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pengembangan.
Debdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dipodjojo, Asdi. 1996. Memperkirakan Titimangsa Suatu Naskah. Yogyakarta: Penerbit
Lukman Ofset Yogyakarta.
Djamaris, Edwar. 1991. Menggali Khasanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ikram, Achadiati. 1994. Kodikologi Melayu di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
Lubis, Nabila. 2001. Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Penerbit
Yayasan Media Alo Indonesia.
Mcglynn H, John. 1999. Bahasa dan Sastra. Jakarta: Indonesia Heritage.
Sudjiman, Panuti. 1994. Filologi Melayu. Jakarta: Pustaka Jaya.
Yunus, Ahmad dkk. 1990. Kajian Analisis Hikayat Budistihara. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Yoani Juita Sumasari
75