ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA RUAS JALAN UTAMA KOTA PANGKALPINANG Ormuz Firdaus Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung Kampus Terpadu UBB Balunijuk, Merawang, Kab. Bangka
[email protected] ABSTRAK Pangkalpinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berfungsi sebagai pusat emerintahan, perdagangan, industri, pariwisata, dan pendidikan, dengan luas wilayah 118,40 km2 dan jumlah penduduk 174.838 jiwa pada tahun 2010. Keadaan ini menyebabkan tingginya tingkat kebutuhan akan pergerakan lalu lintas masyarakat kota Pangkalpinang dan sekitarnya. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data, baik data primer yang terdiri dari survei volume kendaraan dan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. Analisis tingkat pelayanan jalan pada ruas jalan utama kota Pangkalpinang ini diolah menggunakan Microsoft excel berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997). Berdasarkan hasilanalisakinerjalalulintasyangadapadaruas jalan utama kota Pangkalpinang menyatakan bahwa kondisi existing lalu lintas Kota Pangkalpinang pada jam sibuk untuk beberapa ruas jalan utama menunjukkan kondisi lalu lintas yang cukup baik, yaitu dengan nilai V/C tertinggi sebesar 0,59 pada jalan Basuki Rahmat. Hal ini menunjukkan bahwa volume lalu lintas saat ini belum mengalami permasalahan transportasi. Manajemen lalu lintas merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan transportasi jaringan jalan Kota Pangkalpinang saat ini. KataKunci: Volume, Derajat Kejenuhan, Manajemen Lalu lintas
Perencanaan dan pembangunan sarana dan prasarana transportasi, sangat mempengaruhi dan menentukan peningkatan pertumbuhan perekonomian dalam menunjang pencapaian sasaran pembangunan dan hasil-hasilnya, yang berdampak nyata pada perubahan yang konstruktif dalam masyarakat disemua aspek kehidupan. Selain itu, situasi dan kondisi lingkungan mengalami perubahan yang fundamental kearah peningkatan yang lebih baik dan lebih maju, sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat luas dan memperkuat stabilitas nasional.
perdagangan, industri, pariwisata, dan pendidikan, dengan luas wilayah 118,40 km2, dan jumlah penduduk hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah 174.838 jiwa. Keadaan ini menyebabkan tingginya tingkat kebutuhan akan pergerakan lalu lintas masyarakat kota Pangkalpinang dan sekitarnya. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat kota Pangkalpinang akan pergerakan lalu lintas, menyebabkan mobilitas pergerakan orang atau kendaraan meningkat juga yang akhirnya dapat menyebabkan kinerja jalan menurun, karena volume pergerakan lalu lintas melebihi kapasitas ruas jalan yang ada.
Pangkalpinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan,
Pengaruh adanya pergerakan maupun jumlah penduduk terhadap pergerakan yang paling awal dapat di identifikasikan
PENDAHULUAN
adalahbesarnya jumlah pergerakan kendaraan yang melalui suatu ruas jalan. Dalam penelitian ini dilakukan survei terhadap volume dan kapasitas jalan pada ruas jalan utama di Kota Pangkalpinang, yang selanjutnya dianalisis menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Sehingga dari analisis ruas jalan ini dapat terlihat kebutuhan dan pemenuhan pelayanan jaringan jalan yang digunakan untuk mengatasi persoalan terutama kemacetan maupun persoalan lalulintas lainnya pada ruas jalan utama Kota Pangkalpinang. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jalan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999). Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang
bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan. Klasifikasi Jalan Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu: klasifikasi menurut fungsi jalan, klasifkasi menurut kelas jalan, klasifikasi menurut medan jalan dan klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan (Bina Marga 1997). Kapasitas Jalan Kapasitas adalah suatu faktor yang terpenting dalam perencanaan dan pengoperasian jalan raya. Hasil dari berbagai studi tentang kapasitas jalan raya dan hubungan antara volume lalu lintas dengan kualitas arus lalu lintas atau tingkat pelayanan dari suatu jalan dirangkum dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Kapasitas Jalan atau kapasitas suatu ruas jalan dalam satu sistem jalan raya merupakan jumlah kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam maupun dua arah) dalam periode waktu tertentu dan dengan kondisi jalan dan lalu lintas yang umum. Sementara kapasitas dasar jalan raya didefinisikan sebagai
kapasitas dari suatu jalan yang mempunyai sifai-sifat jalan dan sifat lalu lintas yang dianggap ideal. Secara teoritis dengan mengasumsikan hubungan matematika antara kerapatan, kecepatan dan arus. Kapasitas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP). Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut: C = C0 X FCW X FCSP X FCSF X FCCS dimana : C = Kapasitas Co = Kapasitas dasar(smp/jam) F Cw = Faktorpenyesuaianlebar jalur lalu lintas FC sp = Faktorpenyesuaianpemisahanarah FCsf = Faktorpenyesuaianhambata nsamping FC cs = Faktorpenyesuaianukurankota Hambatan Samping Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas dari aktivitas samping segmen jalan yang ditunjukkan dengan faktor jumlah berbobot kejadian, yaitu frekuensi kejadian sebenarnya dikalikan dengan faktor berbobot kendaraan. Faktor berbobot tersebut seperti pejalan kaki (bobot=0,5), kendaraan berhenti (bobot=1,0), kendaraan masuk/keluar sisi jalan (bobot=0,7) dan kendaraan lambat (bobot=0,4). Lalu lintas harian rata-rata (LHR) Lalu lintas harian rata-rata (LHR) sering digunakan sebagai dasar untuk penggunaan jalan raya dan pengamatan secara umum dan terhadap kecendrungan
pola perjalanan. Volume harian dinyatakan dalam satuan kendaraan perhari atau smp per hari. Proyeksi volume lalu lintas sering didasarkan pada volume harian terukur. LHR diperoleh dengan cara pengamatan volume lalu lintas dengan selama 24 jam pada suatu jam pada suatu ruas jalan tertentu pengamatan dilakukan dalam beberapa hari kemudian hasilnya dirataratakan sehingagan menjadi lalu lintas harian rata-rata. Namun demikian apabila pengamatan tersebut dilakukan selama satu tahun penuh (365 hari) maka dapat diperoleh lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dengan menjumlahkan seluruh hasil pengamatan dalam satu tahun dibagi dengan 365 hari. Satuan LHR adalah kendaraan perhari atau smp perhari. Satuan Mobil Penumpang (smp) Menurut MKJI (1997) satuan mobil penumpang merupakan suatu satuan yang dapat dipakai dalam perencanaan lalu lintas. Satuan Mobil Penumpang (smp) ini dipakai karena faktor karakteristik pergerakan setiap jenis kendaraan berbeda. Untuk kendaraan ringan (LV) nilai smp 1,0 untuk kendaraan berat (HV) nilai smp 1,3 dan sepeda motor (MC) nilai smp 0,5. Derajat Kejenuhan ( DS ) Derajat kejenuhan atau degree of saturation (DS) adalah rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas biasanya dihitung perjam. Di Indonesia, metode analisis dengan prioritas yang disusun dalam MKJI (1997) tidak berdasarkan celah (gap acceptance), melainkan berdasar pada kapasitas jalan yang didapat dari data
empiris yang dikumpulkan untuk ini derajat kejenuhan (DS) dibawah 0,77 analisis ini dapat diandalkan bila dibandingkan dengan nilai dsdiatasnya. Karena pada keadaan tersebut pengemudi lebih agresif untuk berebut menguasai setiap ruas jalan yang mukin diperolehnya didaerah konflik. Hal ini mengandung resiko yang cukup tinggi untuk saling menutup dan menggunci sehingga terjadinya kemacetan, dan model give way dan stop way yang diterapkan di Negara barat yang berdasarkan pendekatan gap acceptance seperti dalam perhitungan
dalam American HCM 2000, tidak dapat diterapkan dengan baik. Tingkat Pelayanan Indikator Tingkat Pelayanan (ITP) pada suatu ruas jalan menunjukkan kondisi secara keseluruhan ruas jalan tersebut. Tingkat pelayanan ditentukan berdasarkan nilai kuantitatif seperti kecepatan perjalanan dan faktor lain yang ditentukan berdasarkan nilai kuantitatif seperti kebebasan pengemudi dalam memilih kecepatan, derajat hambatan lalu lintas, serta kenyamanan.
Tabel 1. Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) berdasarkan kecepatan arus bebas Tingkat Pelayanan A B C D E F
% dari kecepatan bebas ≥ 90 ≥ 70 ≥ 50 ≥ 40 ≥ 33 < 33
Tingkat kejenuhan lalu lintas
Keterangan
≤ 0,35 ≤ 0,54 ≤ 0,77 ≤ 0,93 ≤ 1,0 >1
Lalu lintas bebas Stabil Masih batas stabil Tidak stabil Kadang terhambat Dipaksakan/buruk
Sumber : MKJI 1997 1.
METODE PENELITIAN Persiapan Pekerjaan Pengumpulan Data
dan
Metode
Persiapan pekerjaan dimaksudkan untuk persiapan kerangka pelaksanaan studi, pemantapan metodologi, persiapan survei, studi literatur dan pengenalan awal wilayah studi. Pengumpulan data, ditunjukan untuk memperoleh data sekunder dan primer yang dibutuhkan dalam analisis dan perecanaan pengembangan sarana dan prasarana transportasi.
Data Sekunder
Untuk pengumpulan data sekunder langkah yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data yang sudah ada yang berhubungan dengan studi. Data-data yang dikumpulkan berupa peta-peta jaringan, status dan fungsi jalan, tata guna lahan, kecamatan, sosio demografi, perekonomian, daerah industri, pertanian, tempat kerja, dan parameter pendapatan daerah, data lalu lintas, ruteangkutan umum, bus, truk, arah lalu lintas, pemilikan kendaraan.
2.
Data Primer
ANALISA DAN PEMBAHASAN
a. Survei Lalu Lintas
Jaringan Jalan Kota Pangkalpinang
Berupa survei primer untuk mencari data-data dan informasi mengenai tingkat pelayanan jalan yang ada. Jenis survei yang dilakukan berupa perhitungan volume lalu lintas terklasifikasi pada ruas jalan. Adapun jalan yang dilakukan survei meliputi 8 ruas jalan utama. Tabel 2. Lokasi Survei Ruas Jalan Utama Kota Pangkalpinang
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Ruas Jalan Jl. Sudirman Jl. Syafrie Rahman Jl. Soekarno Hatta Jl. Depati Hamzah Jl. Basuki Rahmat Jl. Ahmad Yani Jl. Masjid Jamik Jl. Yos Sudarso
b. Survei Inventarisasi Dan Kondisi Sarana dan Prasarana Transportasi Survei dilaksanakan pada seluruh jaringan sarana dan prasarana kota Pangkalpinang untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada secara langsung.
Input Data dan Pengolahan
1. Data
Volume Kapasitas Jalan
Lalu
Lintas
dan
Data yang diperoleh melalui survei perhitunganvolume lalulintasdan kapasitas jalandimasukkankedalam program microsoftexcel.Setelah data dimasukkan, selanjutnyadiolahlebih lanjut dan dianalisis berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997).
Kota Pangkalpinang merupakan salah satu daerah otonomi yang letaknya di pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebagai pusat pengembangan wilayah Bangka Belitung dalam perkembangannya selama beberapa tahapan pembangunan, Kota Pangkalpinang telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Kota ini merupakan daerah yang strategis ditinjau dari sudut geografisnya, dalam kaitannnya dengan pembangunan nasional dan pembangunan daerah di provinsi baru.
Kapasitas Jaringan Jalan Utama Kota Pangkalpinang Saat Ini Analisa kinerja jaringan jalan dilakukan dengan membandingkan volume lalu lintas jalan dengan kapasitas ruas jalan tersebut. Hampir sebagian besar ruas-ruas jaringan jalan utama menunjukkan arus lalu lintas cukup stabil yang ditandai dengan adanya kinerja dari hasil analisis pelayanan jalan (V/C ratio) yang mendekati atau melebihi kapasitas jalan. Dari hasil survei lalu lintas harian rata-rata terhadap ruas jalan utama di Kota Pangkalpinang diperoleh kondisi jam puncak (peak hour) terjadi pada pagi hari dan persentase penggunaan moda terbesar didominasi oleh sepeda motor.
Gambar 1. Peta Jaringan Jalan Kota Pangkalpinang Tabel 3. Kondisi Geometrik Ruas Jalan Utama Kota Pangkalpinang No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Ruas Jalan Jl. Sudirman Jl. Syafrie Rahman Jl. Soekarno Hatta Jl. Depati Hamzah Jl. Basuki Rahmat Jl. Ahmad Yani Jl. Masjid Jamik Jl. Yos Sudarso
Panjang Segmen ( m' ) 4550 820 1500 2000 1000 1500 900 1500
Lebar ( m' ) 12 (4/2 D) 12 (4/2 D) 12 (4/2 UD) 8 (2/2 UD) 6 (2/2 UD) 10 (4/2 UD) 9 (4/2 UD) 5 (2/2 UD)
Fungsi Kolektor Primer Kolektor Primer Kolektor Primer Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder Kolektor Sekunder Kolektor Primer Kolektor Sekunder
Tabel 4. Nilai Kapasitas Pada Ruas Jalan Utama Pangkalpinang No. Ruas Jalan Co FCw FCsp FCsf FCc Kapasitas Jl. Sudirman 3300 0,96 1 0,92 0,9 2623 1 2 Jl. Syafrie Rahman 3300 0,96 1 0,98 0,9 2794 3 Jl. Soekarno Hatta 3000 0,91 1 0,97 0,9 2383 Jl. Depati Hamzah 2900 1,14 1 0,89 0,9 2648 4 Jl. Basuki Rahmat 2900 0,87 1 0,93 0,9 2112 5 Jl. Ahmad Yani 2900 1,29 1 0,93 0,9 3131 6 Jl. Masjid Jamik 2900 1,25 1 0,91 0,9 2969 7 Jl. Yos Sudarso 2900 0,56 1 0,94 0,9 1374 8
Tabel 5. Kondisi Jam Puncak Ruas Jalan Utama Kota Pangkalpinang No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Ruas Jalan Jl. Sudirman Jl. Syafrie Rahman Jl. Soekarno Hatta Jl. Depati Hamzah Jl. Basuki Rahmat Jl. Ahmad Yani Jl. Masjid Jamik Jl. Yos Sudarso
Arah Bandara Bandara Bandara Air itam Bukit Intan Jalan Mentok Mentok Pelabuhan
Jam Puncak 07.00-08.00 07.00-08.00 09.00-10.00 07.00-08.00 06.00-07.00 08.00-09.00 14.00-15.00 12.00-13.00
Waktu Pagi Pagi Pagi Pagi Pagi Pagi Sore Siang
Gambar 2. Grafik Penggunaan Moda Pada Ruas Jalan Utama Kota Pangkalpinang
Analisa Tingkat Pelayanan Jalan Pada Ruas Jalan Kota Pangkalpinang Analisa kinerja jaringan jalan dilakukan dengan membandingkan volume lalu lintas jalan dengan kapasitas ruas jalan tersebut. Hampir sebagian besar ruas-ruas jaringan jalan utama menunjukkan arus lalu lintas masih stabil ditandai dengan adanya kinerja dari hasil analisa pelayanan jalan (V/C ratio) yang mendekati atau melebihi kapasitas jalan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6. Data dari tabel tersebut, ruas jalan yang mempunyai lalu lintas yang paling padat terlihat pada Jalan Basuki Rahmat
dengan V/C = 0,59. Kondisi ini disebabkan oleh sempitnya badan jalan dan tidak adanya bahu jalan pada ruas jalan tersebut, begitu juga disebabkan karena jalan tersebut merupakan jalan akses menuju Pusat Administratif Kota Pangkalpinang (kantor Walikota). Sedangkan nillai V/C dengan kondisi baik atau arus bebas di jalan Ahmad Yani, karena jalan ini merupakan akses kolektor sekunder yang dijadikan alternatif pertemuan dengan akses primer. Namun karena terlalu pendeknya segmen jalan dikarenakan banyaknya simpang dan sebgai lokasi perdagangan, sehingga secara visual ruas jalan ini terkesan semeraut.
Tabel 6. Kondisi Ruas-Ruas Jalan Utama Pangkalpinang Saat Ini (Tahun 2012) Volume No. Ruas Jalan Kapasitas V/C (smp/jam) Jl. Sudirman 1193 2623 0,45 1 2 Jl. Syafrie Rahman 1232 2794 0,44 3 Jl. Soekarno Hatta 1262 2383 0,53 Jl. Depati Hamzah 1368 2648 0,52 4 Jl. Basuki Rahmat 1223 2112 0,59 5 Jl. Ahmad Yani 1007 3131 0,32 6 Jl. Masjid Jamik 1238 2969 0,42 7 Jl. Yos Sudarso 594 1374 0,43 8
ITP B B B B C A B B
Jika dilhat dari hasil analisa, sebetulnya ruas jalan utama Kota Pangkalpinang belum mengalami persoalan yang serius, namun lebih kepada buruknya pengaturan manajemen lalu lintas atau transportasi. Seperti pengaturan pergantian waktu lampu lalu lintas pada persimpangan jalan, terlalu banyaknya lampu lalu lintas (signal) pada segmen jalan yang pendek, banyaknya potongan perputaran kendaraan pada median jalan, besarnya hambatan samping akibat kendaraan parkir di pinggiran jalan (on street parking) sehingga dapat menurunkan nilai kapasitas dan mengakibatkan kemacetan, karena manajemen lalu lintas yang buruk turut berperan dalam menciptakan persoalan transportasi. Kemacetan lalu lintas secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja aktifitas kota, baik pada aktifitas ekonomi, sosial atau aktifitas lainnya. Manajemen ataupun rekayasa lalu lintas merupakan salah satu strategi pengaturan lalu lintas yang memanfaatkansemaksimum mungkin prasarana dan sarana transfortasi yang ada. Pembangunan jalan baru bukan merupakan bagian dari manajemen lalu lintas. Pembangunan yang termasuk di dalam manajemen lalu lintas hanya terbatas pada penyempurnaan fasilitas yang ada akibat diterapkannya suatu strategi dan instrumen manajemen lalu lintas di lapangan. Sebagai contoh aplikasinya yaitu adanya pemenuhan kebutuhan akan transportasi, penerapan jalan satu arah pengaturan rute perjalanan, pengaturan arus lalu lintas, larangan memutar (U-turn) pada titik rawan macet, pemasangan rambu pada daerah rawan kecelakaan (black spot), sistem jaringan jalan pada titik rawan kemacetan, prioritas angkutan umum, perencanaan transportasi multi moda maupun kebijakan perparkiran. KESIMPULAN 1.Kondisi existing lalu lintas Kota Pangkalpinang pada jam sibuk untuk beberapa ruas jalan utama menunjukkan kondisi lalu lintas yang cukup baik, yaitu dengan nilai V/C tertinggi sebesar 0,59 pada jalan Basuki Rahmat. Hal ini menunjukkan bahwa volume lalu lintas saat ini belum mengalami permasalahan transportasi. 2.Manajemen lalu lintas merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan transportasi jaringan jalan Kota Pangkalpinang saat ini, namun dalam waktu jangka panjang seiring bertambahnya volume kendaraan dan kecilnya kapasitas jalan perlu dilakukan perencanaan dan pemodelan yang tepat dalam menangani infrastruktur ruas jalan di Kota Pangkalpinang. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2008. Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2008. Pangkalpinang. Badan Pusat Statistik. 2010. Pangkalpinang Dalam Angka 2010. Pangkalpinang. Bapeda. 2002. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalpinang. Pangkalpinang. Departemen Pekerjaan Umum, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta
Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Kota Pangkalpinang, 2008. Laporan Akhir Pengumpulan Data Transportasi Darat Kota Pangkalpinang Tahun 2008. Pangkalpinang. Hendarto, Sri. dkk. 2001. Dasar-dasar Transportasi. Penerbit ITB, Bandung. Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Morlok, Edward K. 1991. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi.Penerbit Erlangga. Jakarta. Munawar, Ahmad, 2009. Manajemen Lalu lintas Perkotaan. Penerbit Beta Offset. Jogyakarta. Nasution, M. Nur, 2004. Manajemen Transportasi, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Susilo, H. Budi, 2011. Rekayasa Lalu Lintas. Universitas Trisakti Jakarta. Tamin, Ofyar Z. 2008. Perencanaan, Pemodelan dan Rekayasa Transportasi, Penerbit ITB, Bandung