Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
ANALISIS TINGKAT KERAWANAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN BERBANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SUSCEPTIBILITY LEVEL ANALYSIS OF DENGUE FEVER IN GONDOKUSUMAN DISTRICT YOGYAKARTA CITY ASSISTED BY GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Oleh : Munika Zahrah Chasanah, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk, (1) mengetahui tingkat kerawanan penyakit DBD di Kecamatan Gondokusuman; (2) mengetahui pola sebaran penyakit DBD di Kecamatan Gondokusuman; (3) mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap daerahrawan penyakit DBD di Kecamatan Gondokusuman. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, berbantuan SIG. Populasi dalam penelitian ini berupa 129 blok unit lahan permukiman yang ada di Kecamatan Gondokusuman. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 53 titik sampel yang diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel penentu, seperti kepadatan penduduk, kepadatan permukiman, pola permukiman, jarak terhadap TPSS, jarak terhadap TPU, serta jarak terhadap sungai. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik scoring dan teknik SIG (buffer, dan overlay) untuk menentukan tingkat kerawanan penyakit DBD di Kecamatan Gondokusuman, teknik nearest neighbor analyze untuk menentukan pola sebaran penyakit DBD, serta teknik analisis regresi linier berganda untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap daerah rawan DBD. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, (1) Terdapat tiga tingkat kerawanan penyakit DBD di Kecamatan Gondokusuman, ‘sangat rawan’, ‘rawan’ dan ‘tidak rawan’. Luas tingkat kerawanan‘sangat rawan’ yaitu 164,38 Ha atau 40% , luas ‘rawan’ 191,60 Ha atau 44%, dan luas ‘tidak rawan’66,92Ha atau 16% dari luas Kecamatan Gondokusuman. (2) Sebaran penyakit DBD di Kecamatan Gondokusuman memiliki pola mengelompok (cluster) dengan nilai NN Ratio0,952803terdapat di Kelurahan Terban, Klitren dan Baciro. (3) Variabel yang paling berpengaruh terhadap kerawanan DBD di Kecamatan Gondokusuman adalah kepadatan permukiman dengan nilai subangan efektif sebesar 15,54%. Kata kunci : kerawanan, Demam Berdarah Dengue (DBD), sistem informasi geografis
2
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
ABSTRACT This research was aimed to: (1) find out the susceptibility level of dengue fever in Gondokusuman District; (2) find out the distribution of dengue fever in Gondokusuman District; (3) find out the most influential variable for the susceptive area in Gondokusuman Distrct. This research used descriptive quantitative method assisted by GIS. The population in this research was 129 units of residential land in Gondokusuman District. The number of samples in this research was 53 sample point, were collected using stratified random sampling technique. This study used some determinant variables such as population density, residential density, residential pattern, and the distance to temporary garbage dump, the distance to cemetery and the distance to the river. The data analysis techniques used were scoring technique and GIS technique (buffer and overlay) to determine the susceptibility level of dengue fever in Gondokusuman District, nearest neighbor analyze technique to determine the distribution pattern of dengue fever, and regression technique to find out the most influential variable for susceptive area of dengue fever. The results of this research showed that: (1) there were three level of susceptible areas of dengue fever in Gondokusuman District, they were ‘very susceptible area’, ‘susceptible area’ and ‘insusceptible area’. Very susceptible area covering 164,38 ha or 40%, susceptible area covering 191,60 ha or 44%, and insusceptible area covering 66,92 ha or 16% of the Gondokusuman District. (2) the distribution of dengue fever in Gondokusuman District had a cluster pattern with 0,952803 NN Ratio score found in Terban village, Klitren and Baciro; (3) the most influential variable for dengue fever in Gondokusuman District was residential density which had effective subvention rate 15,54%.. Keywords: susceptibility, dengue fever, Geographic Information System
berumur di bawah lima tahun, dan 2,5%
PENDAHULUAN Penyakit
demam
berdarah
dari mereka meninggal dunia. Virus
dengue (DBD) merupakan salah satu
DBD terjadi di lebih dari 100 negara di
ancaman berbahaya bagi masyarakat
dunia,
dunia. Menurut Soedarto (2012: 9), dua
Tengara dan Pasifik Barat. Data dari
per lima dari penduduk bumi di negara-
seluruh
negara tropis dan subtropis (sekitar 2,5
menempati urutan pertama dalam jumlah
miliar) hidup di wilayah rawan tertular
penderita
virus dengue. Setiap tahunnya terjadi
(Kemenkes, 2010: 1). Terhitung sejak
sekitar 50 juta infeksi dengue di seluruh
tahun 1968 hingga tahun 2009, World
dunia. Sebanyak 500.000 penderita DBD
Health Organization (WHO) mencatat
setiap tahunnya dirawat dirumah sakit.
Indonesia sebagai negara dengan kasus
Sebagian besar penderita adalah anak
DBD tertinggi di Asia Tenggara. 3
terutama
dunia
DBD
di
kawasan
menunjukkan
setiap
Asia
Asia
tahunnya
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
Penyakit
DBD
dibawa
oleh
mana
nyamuk
Aedes
aegypti
nyamuk Aedes aegypti yang berkembang
berkembang biak dengan sempurna, oleh
biak di tempat yang memiliki suhu
karenanya tidak heran jika pada musim
minimal 10o C. Biasanya spesies ini
penghujan
tidak ditemukan di
Indonesia meningkat.
daerah dengan
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan
angka
Faktor
kasus
yang
DBD
di
mempengaruhi
laut. Nyamuk jenis ini
kejadian penyakit DBD antara lain
memiliki kebiasaan hidup di dekat
adalah perubahan iklim dan kelembaban
manusia.
nisbi
Aedes
menyukai
aegypti
wilayah,
meningkatnya
kantung-kantung jentik nyamuk Aedes
tersembunyi di dalam rumah sebagai
aegypti diperkotaan terutama di daerah
tempat beristirahatnya. Sebagai nyamuk
kumuh, mobilitas penduduk, budaya
domestik di daerah urban, nyamuk ini
perilaku sehat dan bersih belum tercipta
merupakan
vektor
di
penyebaran
penyakit
ini
berkembang
gelap
suatu
yang
nyamuk
tempat
dewasa
utama DBD.
biasanya biak
bagi Spesies
hidup
di
masyarakat,
serta
meningkatnya
populasi penduduk di daerah kumuh
dan
(Soegeng Soegijanto, 2006: 25). Faktor
tempat-tempat
lingkungan merupakan salah satu faktor
penampungan air bersih yang tidak
penting
berhubungan langsung dengan tanah
terjadinya
seperti bak mandi, tempayan, kaleng
umumnya nyamuk Aedes aegypti ini
bekas,
memiliki habitat di tempat-tempat yang
tempat
minum
burung
dan
sebagainya.
dekat
yang
berkaitan
infeksi
dengan
dengan
dengue.
kehidupan
Pada
manusia.
Negara dengan kondisi iklim tropis
Nyamuk Aedes aegypti sangat menyukai
seperti Indonesia merupakan wilayah
tempat yang teduh dan lembab, suka
paling
bersembunyi
potensial
untuk
berkembang
pohon,
dengan iklim tropis memiliki jumlah
menggantung dan berwarna gelap (Oktri
curah
banyak
Hastuti, 2008: 9). Induk nyamuk Aedes
dibandingkan dengan wilayah dengan
aegypti sering bertelur pada wadah
iklim sub tropis. Pada musim hujan,
(wadah domestik), misalnya pada wadah
banyak tempat yang tergenang oleh air.
penyimpanan air, gentong dari semen,
Hal tersebut tentunya menjadi fase di
bak mandi, vas bunga, tandon air, ban
yang
lebih
4
pada
kerindangan
biaknya nyamuk Aedes aegypti. Wilayah
hujan
ataupu
dibawah
pakaian
yang
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
bekas, bak plastik, botol, gelas plastik, Jumlah penderita
pipa air atau talang air (Soedarto, 2012: 67). Media tempat perkembangbiakan nyamuk banyak dijumpai di tempattempat seperti tempat sampah, sempadan sungai, tempat pemakaman, bahkan pemukiman
masyarakat
selalu menjaga kebersihan lingkungan munculnya
nyamuk
DBD
ini
berlaku di semua wilayah di Indonesia.
Yogyakarta.
Kota
adalah
Kota
Yogyakarta
ancaman
Berdasarkan Kesehatan
penyakit
pemantauan Kota
Yogyakarta,
8
6
6
4
4 2
0
Jumlah Kematian
3
0
201020112012201320142015 Tahun Sumber : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2015 Gambar 2. Jumlah Penderita Meninggal Akibat DBD di Kota Yogyakarta tahun 2010 – 2015.
merupakan salah satu kota yang waspada terhadap
10
0
Salah satu wilayah yang tidak luput dari ini
11
12 Jumlah kematian
penyakit
penyakit
Jumlah Penderita
411
374
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2015 Gambar 1. Jumlah Penderita DBD di Kota Yogyakarta tahun 2010 –2015
Aedes aegypti.
bahaya
460
area-area
berkembangbiaknya
Ancaman
909
908
Tahun
genangan air yang berpotensi sebagai tempat
1517
201020112012201320142015
sendiri.
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
menyebabkan
1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Gambar 1 dan 2 menjelaskan
DBD.
bahwa kasus tertinggi dalam enam tahun
Dinas
terakhir terjadi pada tahun 2010 yaitu
angka
mencapai 1.517 kasus dengan enam
kejadian DBD di Kota Yogyakarta dari
kematian.
tahun ke tahun sangat dinamis yang
Jumlah
kasus
DBD
mengalami penurunan dalam dua tahun
ditujukan pada gambar grafik 1 dan 2
berikutnya, yaitu pada tahun 2011
berikut ini.
sebanyak 460 kasus dan 374 kasus pada tahun 2012. Kasus DBD mengalami peningkatan hingga lebih dari dua kali lipat pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu sebanyak 908 kasus dengan empat kematian. Pada tahun 2014, jumlah kasus DBD tercatat
5
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
sebanyak
411
kasus
tiga
Tegalrejo dengan 98 kasus. Salah satu
kematian, sedangkan pada tahun 2015
daerah yang memiliki angka kasus DBD
angka kejadian DBD meningkat hingga
terbanyak
909 kasus dengan 11 kematian. Lokasi di
Gondokusuman.
Kota Yogyakarta yang rawan penularan
kesehatan tahun 2015, bulan
DBD
daerah
hingga Agustus tercatat 112 kasus DBD
perbatasan dengan kabupaten lain. Tabel
dan dua penderita meninggal dunia yang
1 menunjukan angka kasus DBD di Kota
rata-rata menyerang golongan umur
Yogyakarta tahun 2015.
tujuh hingga dua belas tahun. Angka
biasanya
dengan
terjadi
di
Tabel 1. Angka Kasus DBD Kota Yogyakarta Tahun 2015 NO
adalah
Kecamatan
Berdasarkan
data Januari
kematian di Kecamatan Gondokusuman
JUMLAH
KECAMATAN
Penderita
Meninggal
terbilang cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
1
Tegalrejo
98
1
2
Jetis
83
1
3
Gondokusuman
112
2
4
Danurejan
32
0
5
Gedongtengen
27
2
6
Ngampilan
40
0
7
Wirobrajan
52
1
dan padat pemukiman. Berdasarkan data
8
Mantrijeron
65
1
Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta
9
Kraton
37
1
10
Gondomanan
23
0
tahun 2015, Kecamatan Gondokusuman
11
Pakualaman
22
0
memiliki luas area 3,99 km2 dengan
12
Mergangsan
67
1
13
Umbulharjo
180
0
jumlah
14
Kotagede
71
1
Berdasarkan data tersebut, Kecamatan
909
11
JUMLAH
Kecamatan terletak
di
penduduk
Gondokusuman
rendah
dan
46.335
jiwa.
memiliki
angka
kepadatan penduduk sebesar 11.613.
Kejadian DBD yang menjadi kesehatan
dataran
merupakan kecamatan padat penduduk
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2015
permasalahan
di
Gondokusuman
Angka tersebut terbilang cukup tinggi
Kota
Yogyakarta memerlukan perhatian lebih
kerena
agar tidak terus meningkat. Berdasarkan
kepadatan penduduk Kota Yogykarta
data
tiga
tahun 2015 yang mencapai 12.390.
angka
Banyaknya penduduk yang tinggal di
lain
kecamatan tersebut, berdampak pada
pada
kecamatan kejadian
tabel
1,
yang
memiliki
DBD
terdapat
tinggi,
antara
hampir
Kecamatan Umbulharjo dengan 180
meningkatnya
kasus,
dihasilkan.
Kecamatan
Gondokusuman
pengamatan
dengan 112 kasus, dan Kecamatan
6
mendekati
jumlah
di
angka
sampah
yang
Berdasarkan
hasil
lapangan,
sampah-
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
sampah
yang
berada
di
tempat
menjadi media dimana nyamuk Aedes
pembuangan sampah seperti bungkus
aegypti
mie instan, mangkuk bekas, kaleng
semakin dekat jarak permukiman dengan
bekas dan lain sebagainya ketika musim
sungai, TPU dan TPSS, maka semakin
hujan tiba tumpukan sampah tersebut
tinggi kemungkinan terjangkit penyakit
akan tergenang oleh air hujan dan
DBD.
menjadi habitat nyamuk Aedes aegypti. Kedekatan
atau
jarak
berkembang
biak,
sehingga
Pada umumnya masyarakat masih
pemukiman
kurang paham jika mereka berada di
dengan tempat pembuangan sampah
wilayah yang berpotensi besar terhadap
menjadi salah satu indikator penyebab
penyakit DBD, ditambah lagi dengan
penyebaran penyakit DBD. Selain itu,
belum
hal lain yang menjadi indikator adalah
menggambarkan daerah mana saja yang
jarak dengan sungai, jarak dengan
rawan terhadap penyakit DBD. Seiring
pemakaman, kepadatan penduduk, pola
berkembangnya teknologi, banyak cara
permukiman,
yang digunakan untuk mempermudah
serta
kepadatan
permukiman.
peta
yang
manusia dalam mendapatkan informasi.
Semakin penduduk
adanya
tinggi
maka
kepadatan
dengan
teknologi
tinggi
penginderaan jauh dapat memberikan
kemungkinan terjadi kasus DBD di suatu
informasi spasial di permukaan bumi.
wilayah, karena nyamuk Aedes aegypti
Salah
lebih menyukai darah manusia dibanding
memanfaatkan
Sistem
darah
Geografi
untuk
hewan.
permukiman adalah
semakin
Pendekatan
Kaitan
dengan
semakin
kepadatan
penyakit
tinggi
DBD
satu
caranya
(SIG)
ialah
dengan Informasi
menganalisis
sebaran dan tingkat kerawanan penyakit
kepadatan
DBD
yang
hasilnya
peta.
permukiman maka semakin sempit jarak
Pemanfaatan
antar bangunan yang mengakibatkan
jauh digunakan dalam memperoleh data
sirkulasi udara kurang baik. Selain itu,
spasial. Penginderaan jauh memiliki
nyamuk penyebar DBD biasanya lebih
kelebihan
menyukai
tidak
spasial secara mudah dengan melakukan
teratur dan padat penduduk. Lokasi
interpretasi, selain itu juga dinilai lebih
TPSS, TPU dan sungai terdapat sampah-
murah dibandingkan pengukuran secara
sampah dan barang tidak terpakai yang
langsung di lapangan. Data spasial hasil
permukiman
yang
7
teknologi
berupa
dalam
penginderaan
memperoleh
data
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
penginderaan jauh kemudian digunakan
mereka terhadap penyebaran penyakit
sebagai dasar analisis spasial melalui
mematikan seperti DBD. Kurangnya
sistem informasi geografi.
pemahaman
Menurut Aronoff (dalam Agus
dimiliki
serta
informasi
masyarakat
yang
Kecamatan
Suryanto, 2013: 4) Sistem Informasi
Gondokusuman
Geografi (SIG) adalah sistem yang
persebaran penyakit DBD serta belum
berbasiskan komputer yang digunakan
adanya penelitian terkait kerawanan
untuk menyimpan dan memanipulasi
penyakit DBD di kecamatan tersebut
informasi-informasi
melatar belakangi penulis melakukan
geografi,
dengan
mengenai
“Analisis
demikian SIG memiliki kemampuan
penelitian
memasukan, manajemen data, analisis,
Tingkat Kerawanan Penyakit Demam
dan manipulasi data, dan keluaran.
Berdarah
Dengue
Analisis SIG dapat digunakan untuk
Kecamatan
Gondokusuman
mengetahui bagaimana sebaran penyakit
Yogyakarta
DBD, serta daerah mana saja yang rawan
Sistem Informasi Geografis ”.
terhadap penyakit tersebut. Salah satu sarana
yang
digunakan
sehingga
mengolah
dapat
kepadatan
panyakit
DBD
di
Kecamatan
data
variabel
penduduk,
kepadatan
terhadap sungai, jarak terhadap TPSS,
secara jelas, sehingga mempermudah kerawanan
beberapa
permukiman, pola permukiman, jarak
tempat pemakaman umum dan sungai
daerah
Berbantuan
penyebab penyakit DBD seperti data
penggunaan lahan seperti pemukiman,
pemetaan
Kota
Penelitian ini dilakukan dengan cara
menampilkan gambar kondisi beberapa
dalam
dengan
di
jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
tersebut memiliki resolusi yang tinggi m,
(DBD)
Penelitian ini termasuk ke dalam
adalah citra World View 2, karena citra
0.5
berjudul
METODE PENELITIAN
dalam
menentukan kerawanan penyakit DBD
yaitu
yang
faktor
dan jarak terhadap TPU. Populasi dalam penelitian
ini
adalah
semua
unit
penggunaan lahan permukiman yang
Gondokusuman.
terdapat di Kecamatan Gondokusuman
Pemetaan serta kajian sebaran
yang
DBD perlu dilakukan untuk memberikan
terekam
berjumlah
informasi kepada masyarakat tentang
129
dalam blok
citra
yang
permukiman,
sedangkan pengambilan sampel unit
betapa rawannya lingkungan sekitar
lahan permukiman digunakan untuk uji
8
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
ketelitian hasil interpretasi parameter
laut Kota Yogyakarta yang berbatasan
kepadatan
langsung dengan Kabupaten Sleman.
permukiman
dan
pola
permukiman dengan tingkat ketelitian
Sebelah
sebesar 93% dan tingkat kesalahan 7%.
Kecamatan
Jumlah
dengan
Selatan berbatasan dengan Kecamatan
menggunakan rumus Fitzpatrick Lins
Umbulharjo dan Kecamatan Danurejan,
yang berjumlah 53 titik sampel. Metode
kemudian di sebelah Barat berbatasan
pengumpulan
dengan Kecamatan Jetis, sedangkan pada
sampel
diambil
data
yang
digunakan
Timur
berbatasan
Umbulharjo,
di
sebelah
dokumentasi,
dengan Kabupaten Sleman. Luas dari
citra,
dan
cek
interpretasi
Lapangan.
Tingkat
berbatasan
sebelah
dalam penelitian ini adalah metode observasi,
Utara
dengan
langsung
Kecamatan Gondokusuman adalah 3,99
kerawanan DBD diketahui menggunakan
km2
teknik analisis SIS, yaitu skoring, buffer,
Gondokusuman
dan overlay. Pola sebaran penyakit DBD
rendah
diketahui dengan menggunakan analisis
permukaan laut kurang lebih 399 mdpl,
tetangga
untuk
serta berada pada kemiringan
paling
atau termasuk ke dalam daerah yang
terdekat,
mengetahui
sedangkan
variabel
yang
(399
ha). terletak
dengan
di
ketinggian
dari
2-15%
landai
regresi linier berganda.
Yogyakarta: 2012). Jenis tanah yang ada
adalah jenis tanah regosol. Kecamatan
PEMBAHASAN
Gondokusuman
A. Deskripsi Daerah Penelitian
Gondokusuman
2015
terjadi pada bulan Mei dan temperatur maksimum 38oC yang terjadi pada bulan
o
Bujur Timur dan 07 15’24” – 07 49’26”
Oktober. Secara hidrologis, Kecamatan
Lintang Selatan. Dalam koordinat UTM
Gondokusuman dilewati oleh dua aliran
(Universal Trasvere Mercator) daerah
sungai yakni Sungai Code yang berada
penelitian terletak pada 431109 mT – dan
tahun
dengan temperatur minimum 18oC yang
terletak pada 110o24’19” – 110o28’52”
4313666mT
pada
memiliki suhu udara rata-rata 27,73oC
1. Fisik
o
Kota
di wilayah Kecamatan Gondokusuman
HASIL PENELITIAN DAN
Kec
Pertahanan
dataran
berpengaruh digunakan teknik analisis
Wilayah
(Badan
Kecamatan
9139190mU
di sebelah Barat kecamatan dan Sungai
–
Belik yang berada di tengah-tengah
9139154mU pada zona 49S Kecamatan
wilayah
Gondokusuman terletak di bagian timur
9
Kecamatan
Gondokusuman.
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
Penggunaan
lahan
Gondokusuman
di
51%
Kecamatan
berupa
TPU.
Penelitian
ini
menggunakan
lahan
interpretasi citra secara manual, yakni
permukiman, 25% adalah perdagangan
dengan mengidentifikasi karakteristik
dan jasa, dan sisanya adalah untuk
suatu objek secara langsung dengan
perkantoran, pendidika, TPU, rekreasi,
menggunakan kunci interpretasi dan
kesehatan, dan sarana transportasi.
pengetahuan terhadap lokasi atau local
2. Demografi
knowledge,
Jumlah penduduk di Kecamatan
sehingga
mempermudah
dalam proses interpretasi.
Gondokusuman tahun 2014 sebanyak 41.509 jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah
penduduk
banyaknya
laki-laki.
penduduk
Data
menurut
kelompok umur dan jenis kelamin di Gambar 2. Citra World View 2 Kecamatan Gondokusuman
atas menunjukan bahwa, penduduk terbanyak adalah kelompok umur 10
C. Uji Ketelitian Hasil Interpretasi Unit
– 14 tahun dan 15 – 19 tahun.
Lahan
memiliki
sarana
pendidikan,
cara mencocokan unit lahan permukiman
Gondokusuman prasarana
kesehatan,dan
hasil interpretasi citra World View 2
baik
dengan
sarana
unit
lahan
permukiman
sebenarnya di lapangan. Uji ketelitian
ibadah.
yang digunakan dalam penelitian ini
B. Interpretasi Variabel-variabel yang Berpengaruh
Citra
Uji ketelitian dilakukan dengan
Berdasarkan aspek sarana dan Kec.
pada
World View 2
3. Sarana dan Prasarana
prasarana,
Permukiman
pada
dengan
Tingkat
metode
confusion
Kerawanan Penyakit DBD dari Citra
matrixcalculation (Short dalam Sutanto,
World View 2
1986: 116) dan Indeks Kappa (Sutanto, penentu
2013: 79). Hasil uji ketelitian interpretasi
tingkat kerawanan dapat diidentifikasi
kepadatan permukiman pada citra World
dari citra World View 2, antara lain
View 2 dan cek lapangan menunjukan
adalah variabel kepadatan permukiman,
tingkat ketelitian
pola permukiman, dan jarak terhadap
identifikasi objek pada citra cukup
Beberapa
variabel
10
%, maka hasil
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
akurat. Jumlah sampel yang salah pada
lahan permukiman. Berdasarkan hasil
intrepretsi hanya 3 titik dari jumlah
perhitungan
sampel 53 titik.
penduduk Kecamatan Gondokusuman
Hasil perhitungan uji ketelitian
Tabel 1. Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Gondokusuman Tahun 2015 Kepadatan Luas Jumlah Penduduk Keteran Kelurahan Wilayah Pendud (Jiwa/ gan 2 (Km ) uk Km2) Sangat Baciro 1,06 11.976 11298,11 Tinggi Sangat Demangan 0,74 8.478 11456,75 Tinggi Sangat Klitren 0,68 9.352 13752,94 Tinggi Kotabaru 0,71 2.631 3705,63 Sedang Sangat Terban 0,80 9.072 11340,00 Tinggi Sumber : Olah Data, 2016
diketahui bahwa ketelitian interpretasi citra sebesar 94,33%. Hal tersebut berarti data yang diperoleh akurat. Setelah uji
ketelitian,
didapatkan
bahwa jumlah sampel yang salah pada intrepretsi pola permukiman hanya 3 titik dari jumlah sampel 53 titik sampel. Kesalahan
hasil
dilakukan
uji
interpretasi ketelitian
kepadatan
dapat dilihat pada Tabel 22 berikut.
pola permukiman cukup memuaskan,
dilakukan
maka,
Berikut
setelah
ini
adalah
peta
kepadatan penduduk di Kecamatan
kemudian
Gondokusuman Tahun 2015.
direinterpretasi atau diinterpretasi ulang dengan memperbaiki atau memperbarui data hasil interpretasi awal dengan data hasil cek lapangan.
Gambar 4. Peta Kepadatan Penduduk Kecamatan Gondokusuman
b. Kepadatan Permukiman Gambar 3. Peta Titik Survey Lahan Permukiman di Kota Yogyakarta
Kepadatan diketahui
D. Pembahasan
kepadatan
dengan
cara
dapat
menghitung
antara luas atap rumah mukim dibagi
a. Kepadatan Penduduk Besar
permukiman
dengan luas blok mukim kemudian
penduduk
dikali
dapat diketahui dengan perhitungan
100%.
interpretasi,
matematis, yaitu dengan membagi
Berdasarkan
maka
diketahui
hasil luas
permukiman di Kec. Gondokusuman
antara jumlah penduduk dengan luas
11
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
berdasarkan
kepadatannya
Tabel 3. Luas Permukiman di Kecamatan Gondokusuman Berdasarkan Pola Permukiman Pola Luas Status Persentase (%) Permukiman (Ha) <25% ditata secara Tidak 154,06 37 teratur Teratur
sebagai
berikut. Tabel 2. Luas Permukiman di Kecamatan Gondokusuman Berdasarkan Kepadatan Permukiman Kepadatan Persentase Luas (Ha) Permukiman (%)
25% - 50% ditata secara teratur
Semi Teratur
Jarang
11,25
3
Sedang
44,78
11
teratur
Padat
160,28
39
Non Permukiman
Non Permukiman
196,67
48
Jumlah
>50% ditata secara
Teratur
37,06
9
31,31
8
191
46
413,43
100
Sumber: Hasil Interpretasi, 2016
Sumber: Hasil Interpretasi, 2016
Berdasarkan tabel diatas, maka
Berikut ini adalah peta kepadatan dapat
permukiman di Kec. Gondokusuman.
diketahui
permukiman
bahwa di
Gondokusuman
kondisi
Kecamatan lebih
banyak
permukiman tidak teratur. Berikut ini peta pola permukiman di Kecamatan Gondokusuman.
Gambar 5. Peta Kepadatan Permukiman Kecamatan Gondokusuman
c. Pola Permukiman Variabel dapat
diperoleh
pola
permukiman
melalui
proses Gambar 6. Peta Pola Permukiman Kecamatan Gondokusuman
interpretasi citra World View 2. Pola permukiman dibedakan menjadi tiga
d. Jarak Terhadap Sungai
kelas, yaitu pola permukiman teratur,
Jarak terhadap sungai dihitung
pola permukiman semi teratur, dan
berdasarkan
pola permukiman tidak teratur. Hasil
terbang nyamuk Aedes aegypti, yaitu
dari
30
interpretasi
pola
permukiman
disajikan pada tabel beirkut.
–
50
pada
pedoman
dari
tempat
berkembangbiaknya,
namum
dapat
juga
Variabel
jarak
hingga
meter
jarak
400.
terhadap sungai dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelas. Pertama kelas
12
jarak
>1000
meter
yang
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
kemudian diberi skor 1, kelas jarak 100
sama dengan jarak terhadap sungai.
– 1000 meter dengan skor 2, dan kelas
Berdasarkan
jarak <100 meter dengan skor 3.
lapangan, maka diperoleh jumlah dan
Variabel
lokasi
jarak
terhadap
sungai
pengambilan
TPSS
di
data
Kecamatan
diperoleh dari digitasi kenampakan
Gondokusuman sebanyak 19 TPSS
sungai
yang tersebar di seluruh kelurahan.
di
wilayah
Gondokusuman
Kecamatan peta
Hasil dari proses buffering, dapat
RBI, kemudian dilakukan buffering.
diketahui bahwa semua kelurahan di
Hasil dari prose buffer menunjukan
Kecamatan Gondokusuman memiliki
bahwa
daerah
hampir
menggunakan
semua
kelurahan
yang
rawan
terhadap
memiliki daerah rawan terhadap DBD,
penyebaran penyakit DBD, terutama
terutama pada daerah yang berada pada
pada daerah-daerah
jarak 100 meter saja dari sungai. Peta
<100 meter dari TPSS. Daerah yang
jarak terhadap sungai disajikan pada
aman atau berjarak >1000 meter dari
gambar 7 berikut.
TPSS nampaknya tidak ada. Hal tersebut
yang jaraknya
dikarenakan
Kecamatan
Gondokusuman memiliki jumlah unit TPSS yang banyak dan jarak antar satu unit dengan unit yang lain tidak terlalu jauh. . Hasil buffer jarak terhadap TPSS dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini. Gambar 7. Peta Jarak Terhadap Sungai di Kecamatan Gondokusuman
e. Jarak Terhadap TPSS Data jumlah dan lokasi TPSS di Kecamatan Gondokusuman diperoleh setelah
melakukan
ambil
data
di
lapangan. Sama halnya dengan jarak
Gambar 8. Peta Jarak Terhadap TPSS di Kecamatan Gondokusuman
terhadap sungai, jarak terhadap TPSS diperoleh melalui proses buffer dengan klasifikasi jarak terbang nyamuk yang
13
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
f. Jarak Terhadap TPU Jumlah dan lokasi TPU di
Tingkat Kerawanan Penyakit DBD
Kecamatan Gondokusuman diperoleh
di Kecamatan Gondokusuman
melalui proses interpretasi citra World
Tingkat
kerawanan
DBD
View 2. Setelah diketahui dimana saja
diperoleh dari hasil analisis overlay.
lokasi dan jumlah TPU dari hasil
Setiap vaiabel yang dioverlay memiliki
interpretasi,
skor
kemudian
dilakukan
yang
berbeda-beda
yang
proses buffering untuk mendapatkan
ditumpangsusunkan
menjadi
satu
jarak terhadap TPU.
kemudian dicari skor totalnya. Berikut
Kelas jarak yang digunakan untuk
ini klasifikasi kelas kerawanan DBD
variabel TPU sama seperti variabel
berdasarkan skor total. Tabel 4 . Kelas Kerawanan Penyakit DBD
jarak terhadap TPSS dan sungai, yaitu berdasarkan pada jarak terbang nyamuk
Interval
Kriteria
Aedes aegypti. Adapun kelas jarak
15– 19
Sangat Rawan
tersebut adalah, jarak <100 meter, 100
10– 14
Rawan
– 1000 meter, dan lebih dari 1000
5– 9
Tidak Rawan
meter.
Berdasarkan
hasil
Sumber : Analisis Data 2016
proses
buffering, dapat diketahui bahwa dari
Hasil
lima
kelurahan
Gondokusuman,
analisis
overlay
didapatkan
di
Kecamatan
luasan tingkat kerawanan penyakit
hanya
Kelurahan
DBD di Kecamatan Gondokusuman seperti pada tabel 5 berikut.
Kotabarulah yang tidak rawan terhadap
Tabel 5. Luasan Tingkat Kerawanan Penyakit DBD
penyebaran penyakit DBD, karena
di Kecamatan Gondokusuman.
tidak adanya TPU di wilayah tersebut.
Tingkat
Berikut ini peta jarak terhadap TPU di
Kerawanan
Kecamatan Gondokusuman.
Luas (Ha)
Persentase (%)
Tidak Rawan
66,92
16
Rawan
181,60
44
Rawan
164,38
40
Jumlah
412,90
100
Sangat
Sumber : Olah Data, 2016
Berdasarkan tabel 30, maka dapat
diketahui
bahwa
16%
dari
wilayah Kecamatan Gondokusuman Gambar 9. Peta Jarak Terhadap TPU di Kecamatan Gondokusuman
merupakan daerah yang tidak rawan
14
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
terhadap
penyakit
44%
Gondokusuman memiliki pola yang
merupakan daerah rawan, dan 40%
mengelompok (cluster). Hal tersebut
merupakan daerah yang sangat rawan.
dapat dilihat dari hasil Average Nearest
Melihat dari hasil tersebut, maka dapat
Neighbor Summary. Berikut ini adalah
dikatakan
besar
hasil dari analisis Nearest Neighbor
wilayah di Kecamatan Gondokusuman
untuk persebaran penyakit DBD di
rawan bahkan sangat rawan terhadap
Kecamatan Gondokusuman.
penyakit DBD, dan hanya sebagian
Tabel 6. Hasil Analisis Tetangga Terdekat
bahwa
DBD,
sebagian
kecil saja wilayahnya yang aman Average Nearest Neighbor Summary
terhadap penyakit tersebut. peta tingkat kerawanan
DBD
di
Observed Mean Distance: Expected Mean Distance: Nearest Neighbor Ratio: z-score: p-value:
Kecamatan
Gondokusuman disajikan pada gambar 10 berikut.
57,828949 Meters 60,693469 Meters 0,952803 -1,967830 0,049088
Sumber: Olah Data, 2016 Melihat
dari
hasil
Average
Nearest Neighbor Summary, daerah rawan penyakit DBD di Kecamatan Gondokusuman memiliki pola cluster
Gambar 10. Peta Tingkat Kerawanan Penyakit DBD di Kecamatan Gondokusuman
Sebaran
Penyakit
DBD
atau mengelompok. Sebaran penyakit
di
DBD di Kecamatan Gondokusuman
Kecamatan Gondokusuman
mengelompok di blok-blok permukiman
Sebaran daerah rawan DBD di kecamatan
tersebut
dilihat
Kelurahan Demangan, serta Kelurahan
tetangga
Baciro. Hal ini menunjukan bahwa di
terdekat (Nearest Neighbour Analysis).
daerah tersebut memiliki karakteristik
Analisis
dapat
yang sama, serta keterbatasan terbang
dilakukan dengan bantuan software
nyamuk Aedes aegypti yang hanya
ArcGis 10.1 dengan tool Average
berada pada daerah tersebut.
menggunakan
dapat
di Kelurahan Terban, Kelurahan Klitren,
analisis
tetangga
terdekat
Nearest Neighbor. Hasil dari analisis tetangga terdekat maka persebaran penyakit
DBD
di
Kecamatan
15
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
Variabel yang Paling Berpengaruh
paling berpengaruh terhadap kerawanan
Terhadap Kerawanan Penyakit DBD
di Kecamatan Gondokusuman adalah
Penentuan variabel yang paling berpengaruh
terhadap
variabel kepadatan permukiman dengan
kerawanan
19,54%.
penyakit DBD di wilayah tersebut dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
dilakukan dengan menggunakan analisis
A. Kesimpulan
regresi
linier
berganda.Data
yang
Berdasarkan data yang diperoleh
digunakan dalam analisis ini adalah data hasil
overlay
yang
berupa
dari hasil penelitian maka dapat ditarik
tingkat
kesimpulan sebagai berikut :
kerawanan penyakit DBD. Berdasarkan nilai
koefisien
determinasi
pada
1. Hasil dari analisis tingkat kerawanan
lampiran 10, maka dapat diketahui bahwa
keenam
memiliki
pengaruh
variabel
penyakit DBD, terdapat tiga tingkat
tersebut
sebesar
kerawanan
74,1%
terhadap tingkat kerawanan DBD di Kecamatan Gondokusuman.
Variabel
yang
terhadap
sangat
berpengaruh
nilai
di
rawan’, ‘rawan’ dan ‘tidak rawan’. Perbandingan
Gondokusuman dapat diketahui dengan besarnya
DBD
Kecamatan Gondokusuman, ‘sangat
kerawanan penyakit DBD di Kecamatan
melihat
penyakit
Demam
tingkat
Berdarah
kerawanan
Degue
(DBD)
sumbangan berdasarkan perhitungan luas, tingkat
efektifnya. Berdaskan hasil analisis,
kerawanan sangat rawan yaitu 164,38
maka didapatkan hasil seperti berikut. Tabel 7. Sumbangan Efektif Permasing-Masing Variabel
Ha atau 40% , rawan 191,60 Ha atau No
Nama Variabel Independent
SE (dalam persen)
1
Skor_Pddk
10,16
2
Skor_Tpu
11,54
3
Skor_Tps
8,99
4
Skor_Kpdtn
19,54
5
Skor_Pola
13,24
6
Skr_Sungai
11,37
Total
44%, dan tidak rawan 66,92 Ha atau 16%
dari
luas
Gondokusuman.
Kecamatan
Berdasarkan
hal
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
74,8
Kecamatan
Sumber: Olah data, 2016
Berdasarkan tabel diatas, maka
merupakan
dapat diketahui bahwa variabel yang
Gondokusuman daerah
yang
terdahap penyakit DBD. 16
rawan
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
2. Sebaran penyakit DBD di Kecamatan Gondokusuman
memiliki
secara kompak baik oleh pemerintah maupun
pola
masyarakat.
Upaya
pencegahan penyakit DBD dapat mengelompok (cluster) dengan nilai
dilakukan dengan cara senantiasa
NN ratio 0,952803. Sebaran DBD di Kecamatan
menjaga sekitar
Gondokusuman
kebersihan tempat
lingkungan
tinggal
dengan
menerapkan 3M (menguras, menutup mengelompok permukiman
linier
dengan
penduduk.
Hal
dan mengubur).
ini
2. Bagi Pemerintah Kecamatan
dikarenakan daerah tersebut memiliki
Gondokusuman
merupakan daerah rawan DBD, maka karakteristik lingkungan yang hampir
diharapkan
sama.
pemerintah
khususnya
dinas kesehatan dan puskesmas di Kec Gondokusuman memprogramkan
3. Variabel yang paling berpengaruh
upaya-upaya terhadap kerawanan penyakit DBD di
pengendalian
Kecamatan Gondokusuman adalah
pencegahan kasus
DBD
dan seperti
pembagian bubuk abate ke rumahrumah
kepadatan permukiman. Hasil dari
penduduk,
pengontrolan
jentik-jentik nyamuk, dan kegiatan analisis regresi menunujukan bahwa
fogging.
kepadatan permukiman memiliki nilai sumbangan efektif sebesar 19,54%.
Perlu adanya
kajian
mendalam
di
yang lebih Kecamatan
Gondokusuman khususnya tentang B. Saran
kerawanan DBD untuk pengambilan
Terdapat beberapa rekomendasi berupa
kebijakan
masukan, diantaranya adalah :
pengandalian angka kasus penderita
1. Bagi Masyarakat
DBD agar tidak terus meningkat.
Sebagian Kecamatan
besar
daerah
Gondokusuman
pencegahan
dan
di
rawan
DAFTAR PUSTAKA Agus Suryantoro. 2013. Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta: Ombak. Aurita Fina. 2014. Penentuan Tingkat Kerawanan Penyakit Demam
terhadap penyakit DBD, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan serta pengendalian penyakit DBD
17
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Serengan Kota Surakarta Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial – Universitas Negeri Yogyakarta. Ahmad Syaiful Hidayat. 2015. Analisis Kerawanan Banjir di Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial – Universitas Negeri Yogyakarta. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. 1991. Metode Analisis Geografi. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. BPS. 2015. Kota Yogyakarta dalam Angka 2015. Data Statistik. BPS Kota Yogyakarta. BPS. 2015. Kecamatan Gondokusuman dalam angka 2015. Data statistik. BPS Kota Yogyakarta. BPS. 2010. Klasifikasi Perkotaan dan Pedesaan di Indonesia. Peraturan Badan Pussat Statistik Nomor 37 Tahun 2010. Dede Sugandi,dkk. 2009. Sistem Informasi Geografi (SIG). Handout Pebelajaran. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial – Universitas Pendidikan Indonesia. Dewi Liesnoor Setyowati, dkk. 2014. Kartografi Dasar. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Dinas Kesehatan. 2015. Jumlah Penderita Demam Berdarah Dengue Per Kecamatan di Kota Yogyakarta Tahun 2015. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Eddy Prahasta. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Bandung: Informastika. Eddy Prahasta. 2009. Sistem Informasi Geografi Konsep-kosep Dasar. Bandung: Informatika.
Eko Budiyanto. 2005. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS. Yogyakart: ANDI. Eni Yuniastuti. 2011. Pemetaan Daerah Kerawanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bantuk Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial – Universitas Negeri Yogyakarta. Hadi Sabari Yunus. 2010. Metode Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Palajar. Iman Irawan. 2007. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Zonasi Rawan Kebakaran dengan Menggunakan Citra Quickbird di Sebagian Wilayah Kota Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Kemenkes. 2010. Jendela Epidemologi Demam Berdarah Dengue. Pusat Data dan Surveilans Epidemologi Kemenkes. Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 618. 2007. Rencana Aksi Daerah Pembangunan Sarana Prasarana Berkualitas Kota Yogyakarta Tahun 2007-2011. Lapan. Spesifikasi Citra Satelit World View 2. Diakses dari http://pusfatekgan.lapan.go.id/ pada tanggal 6 Oktober 2015. Lillesand, T.M, Keifer R. W., dan Jonathan W. Chipman. 2007. Remote Sensing Image Interpretation (fifth edition). New Jersey: John Wiley & Sons. Inc Manno,Jan Kraak dan Fejan Ormeling. Kartografi: Visualisasi Data Geospasial Edisi 2. Yogykarta: Gadjah Mada University Press. McCoy, Roger M. 2005. Field Methods in Remote Sensing. New York: The Guilford Press. Meyriska Wulandari. 2010. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Zonasi Daerah Rawan Banjir
18
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
(Studi Kasus Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Muhammad Al Rahmadi. 2005. Penentuan Tingkat Kerawanan Wilayah Terhadap Wabah Penyakit Demam Berdarah Dengue dengan Tehnik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kota Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Geografi : Universitas Gadjah Mada. Obey Angga Nursyahid. 2014. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Tingkat Kerawanan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial – Universitas Negeri Yogyakarta. Oktri Hastuti. 2008. Demam Berdarah Dengue. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Peraturan Kepala BPS Nomor 37 Tahun 2010, tentang Klasifikasi Perkotaan dan Pedesaan di Indonesia. Soedarto. 2012. DBD (Dengue Haemoohagic Fever). Jakarta: CV. Sagung Seto. Soegeng Soegijanto. 2004. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press. Sri Hardiyanti P dan Tjaturahono Budi S. 2009. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. LPAN dan Universitas Negeri Semarang
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Geografi. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suharyono dan Moch Amien. 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sumbangan Baja. 2012. Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: ANDI Sutanto. 1986. Penginderaan jauh Jilid 1. Yogykarta: Gadjah Mada University Press Sutoyo,dkk. 2009. Teori Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta: CV. ANDI Offset. Teguh W. 2004. Cara Mudah Melakukan Analisa Statistik Dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengeloaan Sampah. Wahid Sulaiman. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Andi. WHO. 1999. Demam Berdarah Degue: Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian, Edisi 2. Jakarta: Kedokteran EGC. Yang,Kun.dkk.2007. A Study on Spatial Decision Support Systems for Epidemic Disease Prevention Based on ArcGIS. GIS For Health and The Enviroment Develompment in The Asia-Pasific Region. Heidelburg: Springer.
19
Analisis Tingkat Kerawanan DBD... (Munika Zahrah Ch)
Yogyakarta, Juli 2016 Reviewer,
20