ANALISIS TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA KUMPULAN CERPEN “BIBIR” KARYA BAKDI SOEMANTO Ulfah, S, Musyafir Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Tadulako Email:
[email protected] Abstrak : Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bentuk tindak tutur perlokusi apa saja yang terdapat pada kumpulan cerpen Bibir karya Bakdi Soemanto. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur perlokusi pada kumpulan cerpen Bibir karya Bakdi Soemanto. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi pembaca dan penulis mengenai bentuk tindak tutur perlokusi secara signifikan. Sumber data dari penelitan ini adalah naskah atau teks kumpulan cerpen Bibir Karya Bakdi Soemanto. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca yaitu teknik baca SQ3R. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tindak tutur yang digunakan yaitu a) refrensentatif, b) komisif, c) direktif d) ekspresif, dan e) deklarasi. Kata kunci : Analisis; Tindak Tutur; Perlokusi; Cerpen bibir
PENDAHULUAN Pengguna bahasa atau penutur biasanya menggunakan tuturannya kepada mitra tutur untuk memberikan informasi, salain itu tuturan tersebut dapat juga dituangkan ke dalam tulisan misalnya cerita pendek (cerpen) dalam hal ini kaitannya dengan tindak tutur, dalam sebuah karya sastra misalnya pada cerpen, penulis berperan sebagai penutur dalam tulisannya sendiri untuk memberikan pesan atau informasi dengan mengunakan berbagai tindak tutur baik itu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak perlokusi disebut sebagai “ The Act of Affecting Someone “. Tuturan yang diucapkan oleh seseorang penutur sering kali memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force) bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja oleh penuturnya. Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah disebut tindak perlokusi. Austin (1962 dalam Rustono 1999:38). Rustono (1999:38) menyatakan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang
pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur. Sementara itu Tarigan (dalam Faisal, 2013:13) mengatakan bahwa ujaran yang diucapkan penutur bukan hanya peristiwa ujar yang terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan ujaran yang diujarkan mengandung maksud dan tujuan tertentu yang dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh atau akibat terhadap lingkungan mitra tutur atau penyimak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur perlokusi berhubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistic (Chaer 1995:70). contoh tindak tutur perlokusi : 1. “ saya tidak punya uang pak ! “ 2. “ Kemarin saya terlambat ! ” 3. “ Ada pencuri ! ” Dari berbagai contoh di atas dapat disimpulkan bahwasanya : tuturan (1) yang diujarkan seorang anak kepada ayahnya bermakna tidak hanya memberitahu tetapi juga sekaligus meminta uang, efek yang terjadi sang ayah akan merasa iba dan memberikan uang kepada anaknya sama halnya dengan tuturan (2) yang dituturkan oleh seorang karyawan
Ulfah, S, Musyafir, Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Kumpulan Cerpen “Bibir” ..............
24
kepada atasannya, tidak hanya memberitahu, tetapi juga minta maaf atas keterlambatannya yang berefek sang atasan tidak jadi marahmarah. Tuturan (3) yang dituturkan seseorang kepada tetangganya bisa bermakna menyarankan agar tetangganya lebih waspada, efeknya tetangga akan merasa khawatir. Tuturan yang mengandung tindak perlokusi mempunyai „fungsi‟ yang mengakibatkan efek terhadap mitra tutur. Tindakan ilokusioner merupakan bagian sentral dalam kajian tindak tutur. Ada lima jenis ujaran seperti yang diungkapkan oleh Searle (dalam Tarigan 1996: 42) kelima ujaran tersebut digunakan peneliti untuk mencari tindak tutur perlokusi pada kumpulan cerpen Bibir. Kelima ujaran tersebut antara lain yaitu: representatif, komisif, ekspresif, direktif, deklarasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kualitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi pustaka. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Selain itu, Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan atau melukiskan suatu objek dengan tujuan agar pembacanya turut memahami dan merasakan seperti apa yang dialami penulisnya (Pradopo, 2001:32). Bahan pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui teks-teks tertulis maupun soft-copy edition, seperti buku, ebook, artikel-artikel dalam majalah, surat kabar, buletin, jurnal, laporan atau arsip organisasi, makalah, publikasi pemerintah, dan lain-lain. Pendekatan studi pustaka sangat umum dilakukan dalam penelitian karena peneliti tak perlu mencari data dengan terjun langsung ke lapangan tapi cukup mengumpulkan dan menganalisis data yang tersedia dalam pustaka.Penelitian ini memfokuskan pada bahasa tulis yang digunakan pengarang dalam
karya sastra, yang dicantumkan pada sebuah kumpulan cerpen Bibir karya bakdi Soemanto. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh data tindak tutur perlokusi pada kumpulan cerpen Bibir karya Bakdi Soemanto yaitu teknik baca. Teknik baca SQ3R yang merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah yaitu Survey, Question, Read, Recite atau Recall, Review. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data model alir dari pendapat Miles & Hubermas (dalam Sugiyono 2009:92). Analisis ini mencakup empat tahap, yaitu (1) pengumpulan data yang diperoleh dari teknik bacai, (2) reduksi data dengan cara mengklasifikasikan data sesuai dengan rumusan masalah, (3) penyajian data yaitu data yang disajikan mengenai tindak tutur perlokusi pada kumpulan cerpen Bibir karya Bakdi Soemanto, kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan melalui kata-kata, dan langkah selanjutnya yaitu (4) penarikan kesimpulan hasil klasifikasi data tuturan mengenai tindak tutur perlokusi pada kumpulan cerpen Bibir karya Bakdi Soemanto sesuai dengan rumusan masalah. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Tindak Tutur Perlokusi Kumpulan Cerpen “Bibir” 1. Tindak Tutur Representatif
Pada
Data 01 Susi : “Kamu menyiksa aku.”(KCB. Hlm. 9) (a) Bariton : “Maafkan. Aku tidak bermaksud menyiksamu. Tapi apakah nama, alamat, dan nomor telponku akan membantu kamu mengenaliku?” (KCB. Hlm. 9) (b) Data 01 menunjukkan bahwa tuturan tersebut memiliki efek yang bertanda pada kalimat (b), efek tersebut terjadi kerena adanya tuturan pada kalimat (a) yaitu “Kamu menyiksa Aku.” Efek dari tuturan tersebut membuat mitara tutur meminta maaf. Efek atau daya pengaruh
Ulfah, S, Musyafir, Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Kumpulan Cerpen “Bibir” ..............
25
ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja oleh penuturnya. Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah disebut tindak perlokusi. Tuturan di atas menunjukkan keadaan. Maksud dari keadaan tersebut ialah penutur menyatakan keadaannya kepada mitra tutur bahwa ia merasa tersiksa atas perlakuan yang disebabkan oleh mitra tutur itu sendiri. Data 01 menunjukkan tindak refrensentatif menyatakan keadaan.
Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b). Data 04 Bu Niken : “Ada yang hilang, Kris? ”(KCB. Hlm . 29) (a) Kris : “O, anu Bu... Karet penghampus saya... ” (KCB. Hlm. 29) (b) Bu Niken : “Ibu Punya yang baru. Mau? ” (KCB. Hlm. 29) (c)
tutur
Data 02 Bram: “Kamu jadi minta cerai, Sus? ”(KCB. Hlm . 15) (a) Susi: “Susi terkejut ” (KCB. Hlm. 15) (b) Susi: “Susi tertegun ” (KCB. Hlm. 15) (c) Data 02 menunjukkan tindak tutur refrensentatif menyatakan dugaan. Dugaan tersebut ialah dugaaan penutur kepada mitra tutur. Dugaan tersebut bertanda pada kalimat (a) yaitu “Kamu jadi minta cerai, Sus?”. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu membuat mitra tutur menjadi terkejut dan tertegun. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b) dan (c). Data 03 Ayah Pipit : “Bapak senang begituan besar?” (KCB. Hlm. 19) (a) Ayah Semin : “Senang. Hangat kalau malam.” (KCB. Hlm. 19) (b) Data 03 tidak jauh berbeda dengan data 02. Tuturan ini juga termasuk tuturan refrensentatif menyatakan dugaan. Dugaan tersebut bertanda pada kalimat (a) yaitu “Bapak senang begituan besar?” maksud dari kata begituan yaitu buah dada istri mitra tutur. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu membuat mitra tutur menyatakan keadaan yang dirasakan mitra tutur bahwa ia senang dengan begituan besar.
Tuturan data 04 juga termasuk tuturan refrensentatif menyatakan dugaan, yang berrtanda pada kalimat (a) yaitu “Ada yang hilang, Kris?”. Tuturan yang dikeluarkan oleh Bu Niken kepada Kris selaku guru di sekolah. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu membuat mitra tutur menyatakan keadaan yang dirasakan mitra tutur bahwa ia kehilangan karet pada saat itu, sehingga Bu Niken menawarkan karet yang baru miliknya. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b). Data 05 Polisi : “Tapi, apa sebenarnya maksud bapak?”(KCB. Hlm. 74) (a) Bapak : “Saya hanya ingin menemukan bukti bahwa ia yang mencuri. Selebihnya, biarlah bekisar itu jadi miliknya.”(KCB. Hlm. 74) (b) Pak Moko : “terima kasih. Tapi besok, bekisar itu akan aku kembalikan kepadamu.” (KCB. Hlm. 74) (c) Data 05 menunjukkan tindak tutur refrensentatif pernyataan. Pernyataan tersebut ialah pernyataan penutur kepada mitra tutur. Pernyataan tersebut bertanda pada kalimat (b) yaitu “Saya hanya ingin menemukan bukti bahwa ia yang mencuri. Selebihnya, biarlah bekisar itu jadi miliknya.” Tuturan ini bermaksud untuk menunjukkan bukti bahwa orang yang itu betul pencuri bekisar. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada pada pencuri bekiasar, efek tersebut yaitu membuat mitra tutur berterima kasih karena pencuri bekisar tersebut tidak diadili sebagaimana mestinya
Ulfah, S, Musyafir, Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Kumpulan Cerpen “Bibir” ..............
26
seorang pencuri. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (c).
besi untuk bekisar. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b).
2. Tindak Tutur Komisif Data 06 Bapak : “Bapak Bilang, kalau saya naik kelas tampa angka merah akan dihadiahi seekor bekisar.”(KCB. Hlm. 67) (a) Ibu : “Seusai kantor, Kata ibu, Bapak pergi ke rumah Pak Sarjiman untuk beli bekisar.” (KCB. Hlm. 69) (b)
3. Tindak Tutur Direktif Data 08 Pyob : “Saya hanya kepingin membuat patung bibir.” (KCB. Hlm. 1) (a) Pengarang : “Kerena bukan seorang teoretisi, tetapi pematung beneran, Kanis tak mengajarkan teori tetapi lansung praktek.” (KCB. Hlm. 2) (b)
Data 06 menunjukkan tindak tutur komisif yaitu berjanji. Penutur mengitatkan dirinya kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tuturannya. Kalimat tersebut bertanda pada kalimat (a) yaitu “Bapak Bilang, kalau saya naik kelas tampa angka merah akan dihadiahi seekor bekisar.” Penutur berjanji pada anaknya bahwa akan memberikan hadiah seekor bekisar jika anaknya naik kelas tampa mendapatkan nilai merah. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada penutur itu sendiri, efek tersebut yaitu penutur memenuhi janjinya kepada anaknya yaitu memberikan hadiah kepada anaknya sesuai dengan apa yang dituturkannya. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b).
Data 08 menunjukkan tindak tutur direktif yaitu permohonan. Penutur melakukan permohonan kepada mitra tutur dengan menyatakan apa yang menjadi keinginannya. Kalimat tersebut bertanda pada kalimat (a) yaitu “Saya hanya kepingin membuat patung bibir”. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur memenuhi permohonan penutur yaitu mitra tutur mengajarkan bagaimana cara membuat patung bibir. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b).
Data 07 Moko : “Moko janji sama Bapak, dalam bahasa Belanda yang faseh, dalam tiga hari alklaar.”(KCB. Hlm. 69) (a) Tokoh Saya :“Yang menarik, dalam dua hari kurungan itu jadi.” (KCB. Hlm. 70) (b) Data 07 juga menunjukkan tindak tutur komisif yaitu berjanji. Penutur mengitatkan dirinya kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tuturannya. Kalimat tersebut bertanda pada kalimat (a) yaitu Moko janji sama Bapak, dalam bahasa Belanda yang faseh, dalam tiga hari alklaar.” Penutur berjanji kepada mitra tutur yang memesan kurungan besi untuk bekisar. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada penutur itu sendiri, efek tersebut yaitu penutur memenuhi janjinya kepada mitra tutur yang memesan kurungan
Data 09 Pyob: “Tataplah bibir ini, Mas,” (KCB. Hlm. 2) (a) Pengarang: “Kanis menatap foto-foto itu sekedar membuat Pyob bahagia, lalu mengangguk tiga kali.” (KCB,. Hlm. 2) (b) Data 09 menunjukkan tindak tutur direktif yaitu perintah. Penutur melakukan sebuah perintah kepada mitra tutur dengan menyatakan apa yang menjadi keinginannya penutur. Kalimat tersebut bertanda pada kalimat (a) yaitu “Tataplah bibir ini, Mas.” Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur mematuhi perintah penutur, penutur keinginan untuk melakukan suatu perintah kepada mitra tuturnya yaitu meminta mitra tutur untuk menatap fhoto bibir yang penutur bawah setiap harinya. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b).
Ulfah, S, Musyafir, Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Kumpulan Cerpen “Bibir” ..............
27
Data 10 Rini: “Kalau Mas Pyob sudah pengin ngecup bibir perempuan kanapa tiidak nikah saja dia?” (KCB Hlm. 3) (a) Kanis: “Pyob sudah punya istri dan foto-foto bibir yang setiap kali dibawanya itu adalah bibir istrinya.” (KCB. Hlm. 3) (b) Data 10 menunjukkan tindak tutur direktif yaitu pemberian saran. Penutur memberikan saran kepada mitra tutur dengan menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur yaitu menyuruh mas pyob untuk menikah. Kalimat tersebut bertanda pada kalimat (a) yaitu “Kalau Mas Pyob sudah pengin ngecup bibir perempuan kanapa tiidak nikah saja dia?”. Tuturan di atas merupakan tuturan pemberian saran yang ditujukan kepada Mas Pyob, namun tuturan tersebut diujarkan kepada Kanis kakak Rini, maksud dari tuturan tersebut ialah penutur mengiginkan Pyiob menikah. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur mengatakan yang sebenarnya, bahwa Pyob sudah menikah. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b). Data 11 Mak Semin: “Bisa dinyalakan?” (KCB. Hlm. 23) (a) Pengarang: “Mas Muji menyalakan korek. Lalu menyalakan lilin itu” (KCB. Hlm. 23) (b) Data 11 menunjukkan tindak tutur direktif yaitu perintah. Penutur melakukan sebuah perintah kepada mitra tutur dengan menyatakan apa yang menjadi keinginannya penutur. Kalimat tersebut bertanda pada kalimat (a) yaitu : “Bisa dinyalakan?” Tuturan ini sebenarnya tuturan pertanyaan namun menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur melakukan suatu tindakan, maksud dari tindakan tersebut seolah-olah mitra tutur diperintah untuk melakukan suatu tindakan. Tindakan tersebut bertanda pada kalimat (b).
Data 12 Ibu Buzz : Astaga! Baru bangun kamu? Ayo, cepat mandi. Itu kakak-kakakmu sudah menunggu di sumur.” (KCB. Hlm. 43) (a) Ibu Buzz: “Ayo lepas baju dan celananya!.” (KCB. Hlm. 43) (b) Pengarang: “Buzz Menurut. Ia melakukan apa yang diminta perempuan itu.” (KCB. Hlm. 43) (c) Tuturan data 12 ini sangatlah jelas sebuah tuturan atau kalimat perintah yang bertanda pada kalimat (a) dan (b) yaitu Astaga! Baru bangun kamu? Ayo, cepat mandi. Itu kakakkakakmu sudah menunggu di sumur.” Kemudian “Ayo lepas baju dan celananya!” kedua tuturan ini merupakan tindak tutur direktif yaitu tuturan perintah. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur melakukan perintah yang diinginkan penutur dengan menuruti semua perintah tersebut. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (c).
Data 13 Buzz :“Belum jelas, Yah. Tolong diterangkan lagi, Yah.” (KCB. Hlm. 49) (a) Ayah Buzz : “Ah, kamu. Nanti saja. Ayah mau mandi dulu.” (KCB. Hlm. 49)( b) Buzz : “Sebentar, Yah. Satu lagi saja. Ini apa, Yah?.” (KCB. Hlm. 49) (c) Ayah Buzz : “Ah...” Ayahnya menagmbil majalah yang dibaca Buzz. “Dengar ya....” (KCB. Hlm. 49) (d) Seorang anak lelaki yang meminta kepada Ayahnya untuk diterangkan kembali penjelasan tentang majalah yang diperdengarkan padanya, kemudian anak itu meminta kembali kepada Ayahnya untuk membacakan satu topik lagi dari majalah tersebut. Data 13 menunjukkan tindak tutur direktif permohonan. Penutur melakukan sebuah permohonan kepada mitra tutur dengan menyatakan apa yang menjadi keinginannya
Ulfah, S, Musyafir, Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Kumpulan Cerpen “Bibir” ..............
28
penutur. Kalimat tersebut bertanda pada kalimat (a) dan (c) yaitu Belum jelas, Yah. Tolong diterangkan lagi, Yah.” Kemudian “Sebentar, Yah. Satu lagi saja. Ini apa, Yah?.” Dengan adanya tuturan tersebut, maka terjadi sebuah efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur melakukan permohonan yang diinginkan penutur yaitu memperdengarkan kembali bacaan dari majalah tersebut. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (d). Data 14 Minggun : “di mana mereka itu?” (KCB. Hlm. 55) (a) Penutur 1 : “Ya, pokoknya ada. Kamu nggak usah tahu.” (KCB. hlm. 55) (b) Mun : “Apa tak perlu izin Pak Kades?” (KCB. Hlm. 55) (c) Penutur 1 : “Sudalah, Pak Kades banyak kerjaan. Laginya sedang ada masalah.” (KCB. Hlm. 55) (d) Tuturan data 14 menunjukkan sebuah tuturan pemberian saran yang bertanda pada kalimat (c) yaitu “Apa tak perlu izin Pak Kades?” seorang lelaki yang mencoba memberikan saran kepada mitra tutur bahwa tindakan yang akan mereka lakukan apa tak perlu memiliki izin, maksudnya izin dari Pak Kades, karena mereka akan menyewa hansip untuk pengamanan sebuah perayaan di kampung tersebut. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur menolak saran yang Mun berikan tersebut. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (d). Data 15 Tuturan 1 : “Lalu, kita perlu hansip berapa?” (KCB. Hlm. 56) (a) Tuturan 2 : “Empat. Tiap pojok jalan masuk seseorang” (KCB. Hlm. 56) (b) Tuturan 3 : “Enggak. Kita perlu enam.” (KCB. Hlm. 56) (c) Tuturan 4 : “Lho, buat apa? Nggak efisien.” (KCB. Hlm. 56) (d)
Tuturan 5 : “Gini, lho. Yang empat jaga di sudut, yang dua keliling. Yang keliling bawa senjata lengkap” (KCB. Hlm. 56) (e) Tuturan 6 : “Senapan angin, pisau berburu dengan mata bergerigi, pentungan, laso.” (KCB. Hlm. 56) (f) Tuturan 7 : “Ya.” (KCB. Hlm. 56) (g) Tuturan 8 : “Anjing pelacak, perlu nggak?” (KCB. Hlm. 57) (h) Tuturan 9 : “Jangan. Nanti menimbulkan komplikasi teologis.” (KCB. Hlm. 57) (i) Data 15 menunjukkan tindak tutur direktif pemberian saran yang bertada pada kalimat (b) yaitu “Empat. Tiap pojok jalan masuk seseorang” namun saran tersebut ditolak oleh penutur 3 “Enggak. Kita perlu enam?” (c), dengan adanya tuturan kalimat (c) penutur 4 juga tidakberterima katanya tidak efisien namun tuturan 5 menegaskan dengan sebuah saran bertanda pada kalimat (e) yaitu “Gini, lho. Yang empat jaga di sudut, yang dua keliling. Yang keliling bawa senjata lengkap” dan ditambah lagi dengan tuturan 6 “Senapan angin, pisau berburu dengan mata bergerigi, pentungan, laso.” Sehingga menimbulakan efek pada mitra tutur yang bertanda pada kalimat (g) yaitu “Ya.” Bahwa mereka setuju dengan saran yang di tuturkan oleh penutur 3 yang bertanda pada kalimat (c) yaitu Enggak. Kita perlu enam. Pada kalimat selanjutnya terjadi lagi pemberian saran yang dituturkan oleh penutur 8 yang bertanda pada kalimat (h) yaitu “Anjing pelacak, perlu nggak?” namun tuturan tersebut ditolak oleh penutur 9, “Jangan. Nanti menimbulkan komplikasi teologis.” Data 16 Ibu Sam : “duduklah. Ibu pengin bicara sedikit” (KCB. Hlm. 78) (a) Pengarang : “Sam duduk.” (KCB. Hlm. 55) (b) Terlihat dari tuturannya, sangatlah jelas bahwa tuturan atau kalimat data 16 adalah tindak tutur direktif perintah yang bertanda pada kalimat (a) yaitu “duduklah. Ibu pengin bicara sedikit” seorang Ibu yang memerintahkan anaknya untuk duduk. Tuturan tersebut menimbulkan
Ulfah, S, Musyafir, Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Kumpulan Cerpen “Bibir” ..............
29
efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur melakukan perintah yang diinginkan penutur dengan menuruti perintah tersebut. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b). Data 17 Ibu Kris : “Janganlah kamu gemgam erat-erat. Ikhlaskanlah.” (KCB., Hlm. 85) (a) Pengarang : “Kris mengangguk.” (KCB. Hlm. 85) (b) Ibu Kris : “Kamu anakku. Dan ibu tahu perasaanmu. Tapi Mona sudah bersuami.” (KCB. Hlm. 85) (c) Kris : “Saya sudah tahu. Saya juga tidak bermaksud apa-apa.” (KCB. Hlm. 85) (d) Tuturan data 17 merupakan sebuah tuturan atau kalimat perintah yang bertanda pada kalimat (a) dan (c) yaitu “Janganlah kamu gemgam erat-erat. Ikhlaskanlah.” Ibu kris menyuruh Kris untuk mengikhlaskan kepergian Mona wanita Yang sudah bersuami. Kemudian kalimat perintah selanjutnya yaitu : “Kamu anakku. Dan ibu tahu perasaanmu. Tapi Mona sudah bersuami.” Tuturan ini adalah perintah untuk kris agar menjahui Mona yang sudah bersuami itu. Kedua tuturan ini merupakan tindak tutur direktif yaitu tuturan perintah. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur melakukan perintah yang diinginkan penutur dengan menuruti semua perintah tersebut. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b) dan (d). 4. Tindak Tutur Ekspresif Data 18 Kanis : “Kau masih pengin belajar lagi, nggak? Yang kemarin sudah lumayan, lho!” (KCB. Hlm. 4) (a) Pyob : “Betul?” ia bersemangat tiba-tiba. (KCB. Hl m. 4) (b) Data 18 merupakan tindak tutur ekspresif memuji, tuturan yang diujarkan kepada mitra tutur ini bersifat tuturan atau kalimat memuji
yang bertanda pada kalimat (a) yaitu “Kau masih pengin belajar lagi, nggak? Yang kemarin sudah lumayan, lho!” Tuturan yang bersifat memuji ini, diujarkan oleh Kanis kepada Pyob ketika ia hendak melanjutkan belajar membuat patung bibir. Kanis adalah seorang pembuat patung sedangkan Pyob leleki yang belajar membuat patung kepada Kanis. Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur merasa tidak percaya kalau ia bisa membuat patung, akibat dari tuturan tersebut Pyob menjadi bersemangat membuat patung. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b). Data 19 Kanis : “Rin, tolong kopinya satu lagi, dong. Buat Mas Pyob yang hebat ini!” (KCB. Hlm.5) (a) Pyob : “Apa? Bertanya Pyob. “Aku hebat?” (KCB. Hlm.5) (b) Kanis : “Ya. Kamu hebat. Kamu tabah, setia dan tidak gampang putus asa.” (KCB. Hlm.5) (c) Pengarang : “Mata Pyob bersinar-sinar. Ia belum perna mendapat pujian seperti itu.” (KCB. Hlm. 5) (d) Data 19 ini juga merupakan tindak tutur ekspresif memuji, sebab terliahat pada tuturan yang diujarkan Kanis kepada mitra tutur yang bertanda pada kalimat (a) yaitu “Rin, tolong kopinya satu lagi, dong. Buat Mas Pyob yang hebat ini!” Kanis mengataka kepada Rini bahwa Mas Pyob hebat. Tuturan tersebut menimbulkan efek terhadap Pyob sehingga membuat mata Pyob bersinar-sinar sebab ia belum perna mendapatkan pujian seperti itu, tidak mengherankan jika pujian Kanis membakar semangatnya. Data 20 Kanis : “Luar biasa, Pyob! Luar biasa! Ini Luar masterpiace. Ini bisa dijual untuk iklan lipstik.” (KCB. Hlm. 6) (a) Pengarang : “Mata Pyob bersinar-sinar. Ia merasa menjadi manusia berarti.” (KCB. Hlm. 6) (b)
Ulfah, S, Musyafir, Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Kumpulan Cerpen “Bibir” ..............
30
Terlihat dari tuturannya, sangatlah jelas bahwa tuturan atau kalimat data 20 juga tindak tutur ekspresif memuji yang bertanda pada kalimat (a) yaitu : “Luar biasa, Pyob! Luar biasa! Ini Luar masterpiace. Ini bisa dijual untuk iklan lipstik.” Kali ini Kanis memuji hasil karya Pyob yang begitu indah yaitu patung bibir ciptaan Pyob. Kanis seolah-olah tak percaya Pyob bisa membuat patung bibir yang bgitu indah. Efek dari tuturan tersebut mata Pyob kembali bersinar-sinar lagi, ia merasa telah menjadi manusia yang berarti sebab selama ini di mata istrinya, Pyob adalah manusia yang tidak ada nilainya. Ibaratnya, Pyob adalah kerbau yang tidak pernah berhasil membajak sawah. Data 21 Ayah Pipit : “Bapak suami yang keberapa?” (KCB. Hlm. 18) (a) Ayah Semin : “Kedua belas.” (KCB. Hlm. 19) (b) Ayah Pipit : “Istri Bapak pasti cantik.” (KCB. Hlm. 18) (c) Ayah Semin : “Lumayan. Sininya...wah! Ia tertawa sambil memegangi dadanya.” (KCB. Hlm. 19) (d) Data 21 merupakan tindak tutur ekspresif mengkritik, tuturan yang diujarkan kepada mitra tutur ini bersifat tuturan atau kalimat mengkritik yang bertanda pada kalimat (c) yaitu “Istri Bapak pasti cantik.” Ayah Pipit merasa terkejut mendengarkan tuturan Ayah Semin yang mengatakan bahwa Ayah Semin adalah suami kedua belas, sehingga Ayah Pipit menmemberikan kritik kepada Ayah Semin yang terdapa pada kalimat yang bertada (c). Tuturan tersebut menimbulkan efek pada mitra tutur, efek tersebut yaitu mitra tutur memberitahukan hal yang sebenarnya, ia hanya mengatakan lumayan. Sininya wah! Maksud dari Tuturan Sininya wah itu ialah payudara istrianya. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (d).
Data 22 Dayanti : “Kau pikir Bu Niken itu siapa?” (KCB. Hlm. 25) (a) Kris : “Bu Niken Sarfitri itu guru kita. Guru bahasa Inggris.” (KCB. Hlm. 25) (b) Dayanti : “Nah. Kenapa kamu beraniberaninya jatuh cinta, hah?” (KCB. Hlm. 26) (c) Kris : “Lho, jatuh cinta saja boleh, bukan? Nenek saya perna jatuh cinta sama Pak Basio, pelawak paling lucu di seluruh dunia. Kakek saya malah jatuh cinta sama wayang.” (KCB. Hlm. 26) (d) Data 22 tidak jauh berbeda dengan data sebelumnya, data ini merupakan tindak tutur ekspresif mengkritik, tuturan yang diujarkan kepada mitra tutur yang bersifat tuturan atau kalimat mengkritik, yang bertanda pada kalimat (c) yaitu “Nah. Kenapa kamu beraniberaninya jatuh cinta, hah?” Dayanti mengkritik Kris yang berani-beraninya jatuh cinta kepada guru Bahasa Inggris di sekolahnya itu. Efek dari tuturan tersebut membuat mitra tutur melakukan perlawan karena mitra tutur tidak berterima atas ujaran Dayanti, terlihat pada kalimat yang bertanda (d) yaitu “Lho, jatuh cinta saja boleh, bukan? Nenek saya perna jatuh cinta sama Pak Basio, pelawak paling lucu di seluruh dunia. Kakek saya malah jatuh cinta sama wayang.” Kris mencoba memberikan pemahaman kepada Dayanti bahwa jatuh cinta saja boleh. Data 23 Ayah Dimas : “Selamat ya, ayam kamu telah melahirkan bakal kehidupan.” (KCB. Hlm. 39) (a) Dimas : “Saya tidak mengerti apa yang terjadi pada Bapak. Beberapa saat saya terkesima.” (KCB. Hlm. 39) (b) Pemberian ucapan selamat yang dituturrkan oleh seorang Ayah kepada anaknya saat ayam anaknya itu telah bertelur. Data 23 merupakan tindak tutur ekspresif, tuturan yang diujarkan
Ulfah, S, Musyafir, Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Kumpulan Cerpen “Bibir” ..............
31
kepada mitra tutur ini bersifat tuturan atau kalimat menyampaikan ucapan selamat yang bertanda pada kalimat (a) yaitu “Selamat ya, ayam kamu telah melahirkan bakal kehidupan.” Efek dari tuturan tersebut membuat mitra tutur terkesima, sebab mitra tutur tidak mengerti apa yang terjadi pada Bapaknya yang tiba-tiba mengucapkan selamat padanya, terlihat pada kalimat yang bertanda (b) yaitu “Saya tidak mengerti apa yang terjadi pada Bapak. Beberapa saat saya terkesima.” Data 24 Bapak : “Turun dari mobil, ia langsung melayani Pak Moko dan meminta maaf.” (KCB. Hlm. 70) (a) Pengarang : “Pembuat kurungan besi itu tenang saja. Tak apa, tak apa. Saya yang minta maaf katanya.” (KCB. Hlm. 70) (b) Data 24 merupakan tindak tutur ekspresif meminta maaf, tuturan yang diujarkan kepada mitra tutur ini bersifat tuturan atau kalimat menyampaikan ucapan selamat yang bertanda pada kalimat (a) yaitu “Turun dari mobil, ia langsung melayani Pak Moko dan meminta maaf.” Penutur merasa bersalah atas katakatanya yang begitu kasar kepada Pak Moko, Tuturan tersebut ialah “Mestinya kamu ganti nama jadi Moko Sontoloyo.” (Kumpulan Cerpen Bibir, Hlm. 69) Pembuat kurungan besi itu tenang saja. Efek dari tuturan tersebut malah membuat Pak Moko kembali yang meminta maaf penutur tersebu, terlihat pada kalimat yang bertanda (b) yaitu “Pembuat kurungan besi itu tenang saja. Tak apa, tak apa. Saya yang minta maaf katanya.” 5. Tindak Tutur Deklarasi Data 25 Dimas : “Pada usia sembilan tahun, Ibu memberi saya seekor ayam petelur sebagi hadiah ulang tahun. Adik saya Nin, yang baru masuk sekolah nol kecil, menamai ayam itu
dengan nama gurunya: Bu Jengger” (KCB. Hlm. 32) (a) Pengarang : “Ayam itu sudah dilepaskan dari jagat ayam yang umum dan menjadi ayam istimewa dengan tanda nama: Bu Jengger .” (KCB. Hlm. 33) (b) Data 25 menunjukkan tindak tutur deklarasi yaitu memberi nama. Penutur memberikan nama kepada seekor ayam pemberian dari ibunya. Kalimat tersebut bertanda pada kalimat (a) yaitu : “Pada usia sembilan tahun, Ibu memberi saya seekor ayam petelur sebagi hadiah ulang tahun. Adik saya Nin, yang baru masuk sekolah nol kecil, menamai ayam itu dengan nama gurunya: Bu Jengger”. Tuturan tersebut menimbulkan efek. efek tersebut yaitu ayam tersebut sudah memiliki tanda nama dengan panggilan Bu Jengger. Efek dari tuturan tersebut bertanda pada kalimat (b). Tindak tutur ini termasuk tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan, penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi yang tepat. Pada waktu menggunakan tindak deklarasi tersebut, penutur mengubah dunia dengan kata-kata. KESIMPULAN Bentuk dalam penulisan kumpulan cerpen Bibir karya Bakdi Soemanto terbagi menjadi dua yaitu 1). tindak tutur bentuk deskripsi 2). bentuk dialog. Dalam bentuk deskripsi tindak tutur bertujuan untuk menggambarkan latar, tokoh dan peristiwa. Sedangkan tindak tutur dalam bentuk dialog bertujuan untuk menyajikan percakapan antartokoh. Tindak tutur perlokusi pada kumpulan cerpen Bibir karya Bakdi Soemanto terdapat dalam tuturan ilokusi yang menimbulkan efek, tuturan yang terjadi dalam cerpen tersebut diantaranya yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklarasi.
Ulfah, S, Musyafir, Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Kumpulan Cerpen “Bibir” ..............
32
SARAN Penelitian ini membahas tentang tindak tutur perlokusi pada kumpulan cerpen Bibir karya Bakdi Soemanto. Tindak tutur dalam cerpen adalah hal yang lazim digunakan namun tidak pada karya ilmiah. Tindak tutur bukanlah fenomena yang dibenarkan dalam berbagai konteks. Jadi dalam berbahasa kita perlu memahami konteks bahasa dengan baik agar bahasa negara kita tetap terjaga eksistensinya. Penelitian ini mengambil karya sastra sebagai objek kajiannya, selama ini penelitian masih ditekankan pada aspek kesastraannya saja misalnya unsur intrinsik dan ekstrinsik. Pada tahap selanjunya, penelitian karya sastra dari aspek kebahasaan diharapkan lebih banyak dilakukan. Hal ini diharapkan mampu mendukung perkembangan yang sinergis dan
seimbang antara penelitian karya sastra, baik dari aspek kebahasaan maupun dari aspek kesastraan. Daftar Rujukan Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. (1995). Sosiolinguistik. Jakarta : Balai Pustaka. Rani, Abdul, dkk. (2010). Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing. Rustono. (1999). Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press. Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA, cv. Tarigan, Henry Guntur. (1996). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Yule, George. (2006). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ulfah, S, Musyafir, Analisis Tindak Tutur Perlokusi Pada Kumpulan Cerpen “Bibir” ..............
33