ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN UBI KAYU (Studi Kasus: Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang) Mawaddah Faliha Lubis1), Rahmanta Ginting2) dan Satia Negara Lubis3) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) dan 3)Dosen Program Studi Agribisnis
1)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis produksi dan pemasaran ubi kayu di Desa Lau Bakeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Diantaranya dengan menganalisis regresi linear berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square), menganalisis pendapatan petani ubi kayu, menganalisis bagaimana rantai pemasaran bibit karet rakyat, dan menganalisis price spread dan share margin yang terjadi pada petani ubi kayu, dan menganalisis bentuk struktur pasar ubi kayu. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari petani melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Petani responden diambil dengan menggunakan metode slovin sehingga ditentukan besar sampel petani mawar sebanyak 40 orang petani ubi kayu. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis OLS (Ordinary Least Square),pendapatan, Rantai Pemasaran, Marketing Margin; Price Spread dan Share Margin, dan menganalisis struktur ubi kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil regresi dari metode OLS (Ordinary Least Square) diperoleh persamaan Y = 6559,691 + 18.238,604X1 + 6,427X2 + 0,288X3 + 1.581,928X4 + 142,203X5. Pendapatan yang diperoleh petani ubi kayu sebesar Rp. 30.722.921,60. Dalam Rantai Pemasaran ubi kayu terdapat 3 lembaga yang terlibat yaitu petani, pedagang/agen, konsumen. struktur pasar ubi kayu adalah duopsoni. Marketing Margin, Price Spread dan Share Margin dalam pemasaran ubi kayu menunjukkan adanya perbedaan masing- masing harga yang diterima oleh petani maupun pedagang ubi kayu. Kata kunci : Produksi Ubi Kayu, Pendapatan, Pemasaran, Struktur Pasar. ABSTRACT This study aims to determine the analysis of the production and marketing of cassava in the village of Lau Bakeri, District Kutalimbaru, Deli Serdang regency. Among the multiple linear regression analysis with OLS (Ordinary Least Square), analyzing the income of cassava farmers, analyzing how smallholder rubber seed marketing chain, and analyze and share price spread margins occurred in cassava farmer, and analyze forms of cassava market structure . This study uses primary data collected from farmers through direct interviews using a prepared list of questions in advance. Farmer respondents taken using the method specified sample Slovin so farmers rose by 40 cassava farmers. The method of data analysis is the analysis of OLS (Ordinary Least Square), income, Chain Marketing, Marketing Margin; Price Spread and Share Margin, and analyze the structure of cassava. The results showed that the regression results from OLS (Ordinary Least Square) obtained the equation Y = 6559,691 + 18.238,604X1 + 6,427X2 + 0,288X3 + 1.581,928X4 + 142,203X5. Earned income of cassava farmers Rp. 30,722,921.60. In cassava marketing chain there are three agencies involved,
namely farmers, traders / agents, the consumer. cassava market structure is duopsoni. Marketing Margins, Price Spread and Share Margin in marketing cassava showed individual differences in prices received by farmers and traders of cassava. Keywords: Cassava Production, Revenue, Marketing, Market Structure
PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia ubi kayu menempati urutan nomor tiga setelah beras dan jagung sebagai makanan pokok masyarakat, bahkan di beberapa daerah yang sulit diperoleh beras, ubi kayu digunakan sebagai bahan makanan pokok. Sedangkan dalam bidang peternakan peranan ubi kayu sebagai sumber energi pengganti jagung sangat besar, mengingat harga dan penggunaan jagung yang masih besar untuk makanan manusia. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua propinsi di indonesia. Dalam hal ini ubi kayu baik lokal maupun luar negeri sangat besar. Dimana ubi kayu untuk bahan pakan ternak, farmasi dan lain sebagainya yang jumlahnya selama ini terus meningkat secara terus menerus dengan peningkatan populasi daripada konsumen (Nuryani, S dan Soedjono,1994). Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung, dengan kondisi daerah penelitian yang cocok dalam mengembangkan ubi kayu akan sangat mudah mendapatkan keuntungan, disamping itu ubi kayu memiliki biaya penanaman dan pemeliharaan yang lumayan rendah, sementara hasilnya atau produksinya sangat berpengaruh terhadap pasar dan permintaan akan ubi kayu yang cukup tinggi. Di beberapa daerah yang sulit diperoleh beras, ubi kayu digunakan sebagai bahan makanan cadangan sehingga digunakan masyarakat sebagai bahan makanan pokok (Purwono dan Purnamawati, 2009). Sumatera
Utara
merupakan
salah
satu
daerah
potensial
untuk
menghasilkan ubi kayu. Dari tabel 1 dapat dilihat sentra produksi ubi kayu di seluruh Kabupaten dan Kota Sumatera Utara mulai tahun 2007 hingga tahun 2011. Data ini merupakan data yang dipublikasikan Melalui Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.
Tabel 1. Produksi Tanaman Ubi kayu menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007 – 2011 ( ton ). Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Nias 3021 7963 5298 5969 2857 Mandailing Natal 2982 3238 1799 1942 1951 Tapanuli Selatan 13541 18269 8854 9831 9872 Tapanuli Utara 16000 26068 37451 38426 43052 Toba Samosir 7681 7949 10560 29548 35033 Labuhan Batu 3393 4451 2428 166 299 Asahan 15384 10565 18536 18330 17265 Simalungun 144954 309303 373304 353930 327385 Dairi 2567 5808 6280 10848 8995 Karo 0 2412 52 824 845 Deli Serdang 78800 75497 167017 79551 158457 Langkat 6290 7974 9244 10583 10724 Nias Selatan 8665 15870 72585 51866 24327 Humbang Hasundutan 4274 12883 12469 13650 13447 Pakpak Bharat 463 405 441 2453 2791 Samosir 2495 4985 16163 7352 8102 Serdang Bedagai 96726 155389 111066 149144 292328 Tanjung Balai 351 387 390 1052 484 Pematang Siantar 461 7106 9091 10119 10290 Tebing Tinggi 3273 6610 7148 8627 7889 Medan 4737 4616 7533 1426 2348 Binjai 2373 2863 3147 3391 1236 Padang Sidempuan 1780 1971 4521 5369 7052 Batu Bara 0 16205 22994 23155 43199 Padang Lawas Utara 0 0 8925 7402 8918 Padang Lawas 0 0 10482 7791 4068 Tapanuli Tengah 14361 27986 33506 33594 31057 Total 434572 736773 1007284 905571 1091711 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2012.
Deli Serdang merupakan suatu daerah dimana termasuk dalam produksi terbesar penghasil ubi kayu di Sumatera Utara, disamping itu ada Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Serdang Bedagai. Pengembangan sektor pertanian, khususnya dalam pengembangan tanaman ubi kayu sangat diharapkan menunjang sasaran pembangunan Kabupaten Deli Serdang sebagai daerah yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Dimana diantara sebagian penduduknya mengusahakan tanaman ubi kayu. Disamping itu sektor ini juga diharapkan sangat mendorong peningkatan pendapatan regional yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan penduduk daerah ini.
Pemasaran sangat penting dalam pertanian dan pengembangan usahatani. Jika pemasaran hasil pertanian tidak berhasil maka semua yang dilakukan akan sia-sia, dengan kata lain biaya produksi tidak tercukupi. Masalah ini sering dihadapi petani dimana harga hasil pertanian mereka sangat rendah bahkan ditolak pasar. Dari latar balakang tersebut maka perlu dikaji lebih jauh bagaimana sebenarnya sistem pemasaran di tempat penelitian tersebut dalam skripsi yang diberi judul “Analisis Produksi Dan Pemasaran Ubi Kayu di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang”.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi kayu di daerah penelitian? 2. Bagaimana tingkat pendapatan petani ubi kayu di daerah penelitian? 3. Bagaimana rantai pemasaran (chanel of marketing), sebaran harga (price spread), margin pemasaran (marketing margin), bagian harga yang diterima (share margin) pada masing-masing lembaga pemasaran ubi kayu di daerah penelitian? 4. Bagaimana struktur pasar ubi kayu di daerah penelitian ?
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian dipilih secara purposive (sengaja), yaitu di Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan bahwa Desa Lau Bekeri merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Metode Penentuan Sampel 1. Produsen (Petani) Berikut merupakan jumlah populasi petani ubi kayu di Desa Lau Bekeri yang diperoleh melalui kantor kepala desa berdasarkan kelompok tani di daerah tersebut.
Tabel 2. Populasi Petani Ubi Kayu Berdasarkan Kelompok Tani Nama Ubi Kayu Kelompok Luas Produksi Rata-Rata Jumlah Tani Lahan (Ton) Produksi Petani (Ha) (Ton/Ha) 20 600 30 20 Arih Ersada I 12 300 29.17 14 Panca Murni 20 500 25 21 Maju Bersama 15 400 26.67 17 Arih Ersada II Jumlah 67 1850 110.83 72 Sumber: Kantor Kepala Desa Lau Bekeri, 2012.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani ubi kayu yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan tabel jumlah populasi, populasi petani yang mengusahakan ubi kayu di desa tersebut ± 70 petani. Sampel diambil dengan menggunakan metode Simple Random Sampling yaitu sebanyak 40 petani, dengan rumus slovin sebagai berikut : n=
.
Dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi E = kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir Jadi : n= n= n = 40 petani 2. Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran terdiri dari pedagang (agen) dan langsung ke pedagang luar daerah (pengolah) di Pabrik. Pengambilan sampel pedagang dalam penelitian ini dilakukan dengan penelusuran mulai dari produsen hingga lembaga pemasaran berikutnya.
Pedagang
(agen)
di
daerah
penelitian
yang
terdiri
dari
2
sampel,.pengambilan sampel dilakukan dengan cara penelusuran yaitu mengikuti saluran pemasaran berdasarkan informasi dari petani. Metode yang digunakan adalah survey, dimana sampel yang diambil terdiri hanya ada 2 orang pedagang (agen) di daerah penelitian. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani ubi kayu dengan metode wawancara dan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai lembaga, instansi dan dinas yang terkait dengan penelitian ini, seperti: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Kantor Kecamatan, dan Kantor Kepala Desa. Metode Analisis Data Masalah 1, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dianalisis dengan Regresi Linear Berganda dengan Persamaan: Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + μ Dimana : Y
= Produksi Ubi Kayu (Kg)
X1
= Luas Lahan (Ha)
X2
= Bibit (Batang)
X3
= Pupuk (Kg)
X4
= Pestisida (Liter)
X5
= Tenaga Kerja (HKP)
b0 = Koefisien Intersep atau Konstanta; b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi atau parameter, μ = error atau residual atau kesalahan pengganggu. Masalah 2, Untuk menganalisis pendapatan petani dianalisis dengan menggunakan rumus : Y = TR – TC
Dimana : Y = Pendapatan TR = Penerimaan Total TC = Biaya Total Masalah 3, untuk mengetahui rantai pemasaran dilakukan dengan cara mengamati dan menelusuri langsung ke daerah penelitian tentang saluran pemasaran ubi kayu mulai dari petani ubi kayu sampai kepada konsumen akhir. Untuk nilai marjin pemasaran, sebaran harga (price spread), dan bagian harga yang diterima (share margin) dianalisis dengan analisis tabulasi sederhana dengan rumus sebagai berikut. Margin pemasaran dihitung dengan menggunakan rumus: MP = Pr – Pf Keterangan :
MP
= Margin Pemasaran
Pr
= Harga di tingkat pengecer
Pf
= Harga di tingkat petani/ produsen
Untuk menghitung Price spread, yaitu :
Keterangan : S = Price Spread, dihitung dalam rupiah Pf = Biaya- biaya pada lembaga pemasaran Pr = Harga beli konsumen Untuk menghitung Share margin, yaitu :
Keterangan
:
Ki = Keuntungan Lembaga Pr = Harga di tingkat pengecer Pf = Harga di tingkat petani/ produsen
Sm = Share margin ( %). SBi = Share biaya ( %). Ski = Share keuntungan (%) (Sihombing, 2011). Masalah 4, untuk mengetahui struktur pasar dianalisis secara deskriptif yaitu melihat atau menjelaskan banyaknya jumlah pedagang serta ada tidaknya diferensiasi produk dan hambatan lembaga pemasaran masuk pasar. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi kayu menunjukkan bahwa terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap variabel produksi ubi kayu (Y), yaitu luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5). Untuk
mempermudah
pembacaan
hasil
dan
interpretasi analisis regresi, maka digunakan bentuk persamaan yang berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi kayu adalah sebagai berikut. Y = 6559,691 + 18.238,604X1 + 6,427X2 + 0,288X3 + 1.581,928X4 +142,203X5 Keterangan : * Signifikansi R² : 0,958 Signifikansi F : 0,000 Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar 6559,691. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata-rata dari seluruh variabel eksogen terhadap variabel produksi ubi kayu adalah sebesar 6559,691. menunujukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) yang diperoleh adalah sebesar 0,958. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 95,8% variasi variabel produksi ubi kayu (Y) telah dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5). Sedangkan sisanya, sebesar 4,2%, dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial, dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dalam penelitian ini menggunakan α 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut. 1. Uji pengaruh variabel secara serempak Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5), secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel produksi ubi kayu (Y). 2. Uji pengaruh variabel secara parsial Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel secara parsial dengan menggunakan Uji t. a. Luas Lahan (X1) Hasil menunjukkan bahwa variabel luas lahan (X1) memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel luas lahan (X1), secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel produksi ubi kayu (Y). Nilai koefisien regresi sebesar 18.238,604 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan luas lahan sebesar 1 ha, maka terjadi pertambahan produksi ubi kayu sebesar 18.238,604 kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan luas lahan, akan menyebabkan turunnya produksi ubi kayu. b. Bibit (X2) Hasil menunjukkan bahwa variable bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,255. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel bibit (X2) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel produksi ubi kayu (Y). c. Pupuk (X3)
Hasil menunjukkan bahwa variabel pupuk memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,090. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel pupuk (X3) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel produksi ubi kayu (Y). d. Pestisida (X4) Hasil menunjukkan bahwa variabel harga urin sapi memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,006. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel pestisida (X4) secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel produksi ubi kayu (Y). Nilai koefisien regresi sebesar 1.581,928 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan pestisida sebanyak 1 liter, maka terjadi kenaikan produksi ubi kayu sebesar 1.581,928 kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan penggunaan pestisida, akan menyebabkan turunnya produksi ubi kayu. e. Tenaga Kerja (X5) Hasil menunjukkan bahwa variabel harga pestisida organik memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,032. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel tenaga kerja (X5) secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel produksi ubi kayu (Y). Nilai koefisien regresi sebesar 142,203 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan penggunaan tenaga kerja sebanyak 1 HKP, maka terjadi kenaikan produksi ubi kayu sebesar 142,203 kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan penggunaan tenaga kerja, akan menyebabkan turunnya produksi ubi kayu. Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS) 1. Uji asumsi multikolinearitas Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model produksi ubi kayu menunjukkan bahwa masing-masing variabel eksogen memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier produksi ubi kayu terbebas dari masalah multikolinearitas.
2. Uji asumsi heteroskedastisitas Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk produksi ubi kayu menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut. a. Titik-titik menyebar disekitar angka 0 b. Penyebaran titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola tertentu, seperti bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d. Penyebaran titik-titik data tidak berpola. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastisitas. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier produksi ubi kayu terbebas dari masalah heteroskedastisitas. 3. Uji Asumsi Normalitas a. Analisis Grafik Hasil uji asumsi normalitas residual model produksi ubi kayu dengan menggunakan analisis grafik menunjukkan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier produksi ubi kayu memenuhi asumsi normalitas. Hipotesis 1 diterima, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi kayu adalah luas lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan penggunaan tenaga kerja. 2. Tingkat Produksi dan Pendapatan Petani Ubi Kayu Berdasarkan keadaan yang ada dilapangan dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi ubi kayu di daerah penelitian sangat tinggi yaitu mencapai 25-30 ton/ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa ubi kayu tersebut sangat potensial untuk dikembangkan di daerah penelitian tersebut. Berdasarkan hasil analisis sederhana yang dilakukan untuk usaha pengelolaan ubi kayu dapat dilihat pada tabel berikut yaitu :
Tabel 3. Rata-Rata Pendapatan Petani Untuk Pengelolaan Ubi Kayu Didaerah Penelitian. No. Uraian Jumlah Jumlah Produksi (Kg) 26.887,5000 1. Harga Jual (Rp) 1.100,0000 2. Penerimaan 31.350.000,0000 3. Biaya Produksi 627.078,3974 4. Biaya Tenaga Kerja 165.000,0000 5. Pendapatan Bersih 6. 30.722.921,6000 Pendapatan Bersih + Tenaga Kerja 7. 30.887.921,6000 Sumber : Data diolah, 2012.
Diketahui bahwa pengelolaan ubi kayu ini bisa memberikan pendapatan bagi pemiliknya. Dengan rata-rata keuntungan yang diperoleh oleh petani ubi kayu di daerah penelitian sebesar Rp.30.722.921,60,- per sekali musim tanam. Dan rata-rata pendapatan keluarga yaitu sebesar Rp. 30.887.921,60,-. Pada produksi 1 kg ubi kayu diperoleh keuntungan sebesar Rp.1.142,647,-. Ini menunjukkan bahwa keuntungan petani cukup tinggi dalam satu periode musim tanam. Hipotesis 2 diterima, bahwa tingkat pendapatan petani di daerah penelitian cukup tinggi. 3. Rantai Pemasaran (Chanel of Marketing), Sebaran Harga (Price Spread), Margin Pemasaran (Marketing Margin), Bagian Harga yang Diterima (Share Margin) pada Masing-masing Lembaga Pemasaran Ubi Kayu Hasil penelitian, dapat diketahui bahwa lembaga- lembaga yang berperan dalam pemasaran ubi kayu di daerah penelitian adalah petani dan pedagang (agen) dimana agen tersebut langsung memasarkan ubi kayu ke pabrik di luar daerah penelitian. Bentuk dari rantai pemasaran ubi kayu dapat dilihat pada skema berikut : Petani
Pedagang (Agen)
Pabrik Pengolahan (Konsumen)
Dari rantai pemasaran tersebut diketahui bahwa total produksi ubi kayu di daerah penelitian adalah 26.887,5 kg per ha dalam satu musim tanam. Petani melakukan penjualan ubi kayu kepada pedagang (agen) dengan harga Rp. 1.100,/kg ubi kayu. Kemudian pedagang (Agen) menjual ubi kayu tersebut ke pabrik
pengolahan selaku konsumen yang berada diluar daerah penelitian dengan harga Rp. 1.500,-/kg. Marketing Margin, Price Spread dan Share Margin Untuk mengetahui bagaimana marketing margin, price spread dan share margin yang terdapat pada pemasaran ubi kayu dapat dilihat pada tabel berikut ; Tabel 4. Marketing Margin, Price Spread dan Share Margin No. Nama Pedagang Pr Pf MP Bi Ki SM
SBi
Ski
S
1.
Iwan Ginting
1500 1100 400
100 300 73.33
0.25
0.75 0.73
2.
Sehat Ginting
1500 1100 400
100 300 73.33
0.25
0.75 0.73
Total
3000 2200 800
200 600 146.67 0.5
1.5
Rata-Rata
1500 1100 400
100 300 73.33
0.75 0.73
0.25
Sumber: Data Diolah Primer, 2012.
Tabel 4. diatas diketahui bahwa nilai marketing margin (margin pemasaran) adalah sebesar 800. Di tingkat pedagang nilai share margin adalah sebesar 73,3%. Untuk nilai price spread di tingkat pedagang (agen) adalah sebesar 0,73%. Hipotesis 3 diterima, bahwa Terdapat satu rantai pemasaran dan memiliki nilai sebaran harga (price spread), marjin pemasaran, bagian harga yang diterima (share margin), ubi kayu yang berbeda di daerah penelitian. 4. Struktur Pasar Struktur pasar dianalisis secara deskriptif yaitu melihat atau menjelaskan banyaknya jumlah pedagang serta ada tidaknya diferensiasi produk dan hambatan lembaga pemasaran masuk pasar. Dengan perhitungan konsentrasi ratio. Dapat dilihat jumlah antara komoditi yang dibeli dengan jumlah yang diperdagangkan yang dinyatakan dalam persen. Tabel 5. Hasil uji konsentrasi ratio No. Nama Pedagang Nx Nz 1. Iwan Ginting 596.000 1.075.500 2. Sehat Ginting 505.500 1.075.500 1.075.500 2.151.000 Total Sumber : Data diolah Primer, 2012.
Kr ( %) 55,42 44,58 100
1.46
Dimana: Nx = Jumlah barang yang di beli dari petani (Kg) Nz = Total jumlah ubi kayu yang dijual oleh semua pedagang (Kg) Uji konsentrasi ratio yang dilakukan terhadap 2 sampel pedagang di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, diperoleh nilai konsentrasi rationya untuk pedagang pertama sebesar 55,42% dan untuk pedagang kedua sebesar 44,58%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, struktur pasar yang terjadi dalam pemasaran ubi kayu adalah duopsoni, Pasar duopsoni adalah suatu pasar dimana hanya dikuasai oleh dua orang/kelompok pembeli sebagai konsumen, dan dalam penelitian ini pedagang hanya terdiri dari dua orang yang membeli ubi kayu terhadap banyak petani atau dalam hal ini yaitu sebanyak 40 sampel. Hipotesis 4 diterima, yaitu struktur pasar dalam pemasaran ubi kayu di daerah penelitian adalah pasar duopsoni.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi kayu (Y) yaitu luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5). 2. Rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh petani ubi kayu di daerah penelitian sebesar Rp. 30.722.921,60 per musim tanam dimana rata-rata produksi sebesar Rp. 26.887,5 kg. Dan untuk produksi 1 kg ubi kayu diperoleh keuntungan sebesar Rp.1.142,647,-. 3. Nilai marketing margin (margin pemasaran) adalah sebesar 800. Ditingkat pedagang nilai share margin adalah sebesar 73,3%. Untuk nilai price spread di tingkat pedagang (agen) adalah sebesar 0,73%. 4. Lembaga-lembaga yang berperan dalam pemasaran ubi kayu di daerah penelitian adalah petani dan pedagang (agen) yang dimana agen tersebut langsung memasarkan ubi kayu ke pabrik di luar daerah penelitian, Rantai pemasaran yang terjadi dalam pemasaran ubi kayu adalah: Petani
Pedagang (Agen)
Pabrik Pengolahan (Konsumen).
5. Struktur pasar yang terjadi dalam pemasaran ubi kayu adalah duopsoni.
Saran 1. Agar petani lebih termotivasi untuk mengusahakan ubi kayu karena produksinya yang tinggi. Dan memperbanyak jumlah pedagang agar pemasaran dapat dilakukan dengan lebih mudah. 2. Agar pemerintah memberikan bantuan kepada para petani berupa jasa penyaluran pupuk dan pestisida serta biaya sarana produksi lainnya. Dan menciptakan suatu Agroindustri pengolahan ubi kayu di daerah penelitian, disamping membantu pemasaran ubi kayu juga akan membantu masyarakat dalam penyerapan tenaga kerja. 3. Agar meneliti tentang strategi pemasaran ubi kayu sehingga mampu meningkatkan nilai jual komoditi ubi kayu di daerah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Badan
Pusat
Statistik.
2011.
Produksi
Tanaman
Ubi
kayu
menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera, Medan. Nuryani, S dan Soedjono. 1994. Dahara Prize, Semarang. Purwono dan Heni Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Pracoyo, T.K. dan A. Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. PT Grasindo. Jakarta. Sihombing, Luhut. 2011. Tataniaga Hasil Pertanian. USU press, Medan.