ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA
SKRIPSI YULIDA
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN YULIDA. D34104002. 2008. Analisis Potensi Sumber Daya Peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Untuk Pengembangan Ternak Domba. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Insitut Pertanian Bogor. Pembimbing utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr Pembimbing anggota : Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr Daging domba relatif digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya maupun masyarakat luar negeri, khususnya dari negara – negara Timur Tengah. Domba merupakan jenis ternak yang secara religius digunakan sebagai hewan kurban bagi masyarakat beragama Islam. Selain itu, ternak domba memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat diternakkan dimana saja. Aspek – aspek tersebut memberikan nilai tambah bagi komoditas ternak domba untuk dikembangkan. Salah satu daerah yang berpotensi untuk pengembangan ternak domba adalah Kecamatan Ciampea, karena memiliki sumber daya peternakan yang mendukung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ketersediaan sumber daya peternakan dan mengetahui berapa jumlah ternak domba yang dapat ditambah di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor berdasarkan ketersediaan hijauan makanan ternak. Penelitian ini didesain sebagai suatu penelitian dengan metode survei. Data dikumpulkan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari hingga Februari 2008. Populasi yang dipilih adalah para peternak domba di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dengan pengambilan sampel dilakukan secara bertahap yaitu : Tahap pertama mengambil secara sengaja (purposive sampling) sembilan desa dari 13 desa yang ada di Kecamatan Ciampea (70% dari total desa) berdasarkan populasi ternak domba. Tahap kedua mengambil secara kebetulan (incidental sampling) 10 peternak dari masing - masing desa terpilih. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan peternak yang telah disiapkan dalam bentuk kuesioner dan dengan observasi langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari instansi – instansi pemerintah maupun pihak – pihak terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, kantor Kecamatan Ciampea dan kantor Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Wilayah Cibungbulang. Analisis data pada penelitian ini berupa analisis deskriptif dan analisis Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Domba (KPPTD). Hasil analisis deskriptif menggambarkan potensi sumber daya peternakan yang dapat mendukung pengembangan ternak domba, serta kendala yang masih perlu koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah. Sumber daya peternakan yang masih memerlukan perhatian dan kerjasama dengan instansi – instansi pemerintah adalah kelembagaan dan teknologi. Hasil perhitungan KPPTD didapat bahwa nilai total KPPTD adalah 101,823 ST. Hal ini berarti Kecamatan Ciampea masih dapat melakukan penambahan ternak domba sebesar nilai KPPTD. Kata kunci : domba, sumber daya peternakan, KPPTD
ABSTRACT Potency Analysis Livestock Resource in Ciampea District Bogor Regency to Expansion of Livestock Sheep Yulida, S. Mulatsih, and L. Abdullah
Sheeps are easly kept and can be sold anytime by farmers. Ciampea District is an alternative place to develop sheep production business because it is close to center market, Jakarta. The objectives of this study are: 1) to analize livestock resource in Ciampea District, 2) to recognize sheep population based on forages available. This study is designed based on survey method. Data were collected from January to February 2008. Primary data were obtained directly from 90 interviewed farmers, secondary data were collected from livestock and fisheries service, office Ciampea District, agriculture and forestry service office. This study used descriptive analize and added capacity of sheep population (ACSP) analyze . The result showed that Ciampea District has still potential with 101,823 ST to increase sheep population according ti forage available. Keywords : Sheep, Livestock Resource, ACSP
ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN
DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA
YULIDA D34104002
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN
DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA
Oleh : YULIDA D34104002
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 9 Juni 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr NIP. 131 849 397
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr NIP. 131 955 531
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Juli 1986 di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Tersayang Lasidi dan Ibunda Tercinta Halidariati. Penulis menyelesaikan pendidikan SD hingga SMU di Sumatera Utara. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SD Negeri No. 105272 Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 2 Sunggal, dan Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMA Negeri 5 Binjai. Penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004 di Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SEIP) dengan minat studi Ekonomi Perencanaan, Fakultas Peternakan. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di beberapa kegiatan intra kampus diantaranya: BEM Fakultas Peternakan, sebagai Sekretaris I (tahun 2005 - 2006) dan Sekretaris Kabinet BLOKA-D (tahun 2006 2007), Divisi Pembinaan Umat DKM Al-Hurriyyah sebagai staff (tahun 2004). Berbagai kepanitiaan pernah diikuti penulis selama kuliah di IPB. Penulis juga pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (MKU 111) pada tahun 2005 - 2006. Penulis telah menikah dengan seorang suami tercinta yang bernama Cece Mohammad Romli, Amd pada 9 Mei 2008. Dalam rangka melengkapi persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun karya ilmiah dengan judul : Analisis Potensi Sumber Daya Peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Untuk Pengembangan Ternak Domba.
iii
KATA PENGANTAR Segala Puja dan Puji hanya pantas diberikan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada tauladan terbaik ummat di dunia yaitu Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul ”Analisis Potensi Sumber Daya Peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Untuk Pengembangan Ternak Domba”. Salah satu jenis ternak penghasil daging yang populer dikembangkan saat ini adalah ternak ruminansia kecil, yaitu ternak domba. Ternak domba memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat diternakkan dimana saja dan dapat berkembang biak sepanjang tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis ketersediaan sumber daya peternakan yang dimiliki wilayah Kecamatan Ciampea untuk pengembangan ternak domba dan mengetahui jumlah ternak domba yang dapat ditambah di Kecamatan Ciampea berdasarkan ketersediaan hijauan makanan ternak. Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah setempat dalam mengambil kebijakan dan keputusan dibidang pengembangan ternak, khususnya ternak domba. Tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga apa yang ditulis dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca. .
Bogor, Juni 2008
Penulis
iv
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN.....................................................................................
i
ABSTRACT .......................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................
iii
KATA PENGANTAR........................................................................
iv
DAFTAR ISI ......................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..............................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
ix
PENDAHULUAN..............................................................................
1
Latar Belakang........................................................................ Permasalahan .......................................................................... Tujuan Penelitian.................................................................... Kegunaan Penelitian ...............................................................
1 2 3 3
KERANGKA PEMIKIRAN...............................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
6
Usaha Ternak Domba ............................................................. Sumber Daya Alam ................................................................ Sumber Daya Lahan ............................................................... Sumber Daya Hijauan Pakan .................................................. Sumber Daya Manusia............................................................ Teknologi................................................................................ Modal......................................................................................
6 8 8 9 10 11 11
METODE PENELITIAN ...................................................................
13
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. Populasi dan Sampel ............................................................. Desain Penelitian .................................................................. Data dan Instrumentasi ......................................................... Pengumpulan Data.................................................................. Analisis Data ......................................................................... Definisi Istilah ......................................................................
13 13 13 13 14 14 15
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................
17
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................
22
Sumber Daya Peternakan........................................................ Sumber Daya Manusia..................................................... Populasi Ternak Domba .................................................. Sumber Daya Alam .........................................................
22 22 25 27
v
Teknik Pemeliharaan Ternak Domba .............................. Modal............................................................................... Kelembagaan Peternakan ................................................ KPPTD....................................................................................
29 34 34 35
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
36
Kesimpulan ............................................................................. Saran .......................................................................................
36 36
UCAPAN TERIMA KASIH ..............................................................
37
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
39
LAMPIRAN ......................................................................................
41
vi
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. ........................................................................................ Luas tiap Desa di Kecamatan Ciampea ...........................................
Wilayah
18
2. ........................................................................................ Jumlah Rukun Warga dan Rukun Tetangga di Kecamatan Ciampea .................................................................................. 19 3. ........................................................................................ Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Ciampea ........................................................... 20 4. ........................................................................................ Jumlah Penduduk di Kecamatan Ciampea Berdasarkan Umur .................................................................. 20 5. ........................................................................................ Jumlah Populasi Ternak di Kecamatan Ciampea Tahun 2007 ............................................................................. 21 6. ........................................................................................ Karakteristik Peternak di Kecamatan Ciampea ............................................
23
7. ........................................................................................ Jenis Pekerjaan Peternak di Kecamatan Ciampea ............................................
24
8. ........................................................................................ Curahan Waktu Peternak di Kecamatan Ciampea ............................................
25
9. ........................................................................................ Populasi Ternak Domba di Kecamatan Ciampea ..................................
26
10. ........................................................................................ Struktur Populasi Ternak Domba di Kecamatan Ciampea Berdasarkan Umur .................................................................. 26 11. ........................................................................................ Alokasi Penggunaan Lahan di Kecamatan Ciampea............................
29
12. ........................................................................................ Jenis Kandang yang Digunakan Peternak di Kecamatan Ciampea ........................................................... 31
Atap
vii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. ........................................................................................ Kerangka Pemikiran Penelitian ...............................................................
5
2. ........................................................................................ Tipe Kandang yang Digunakan oleh Peternak di Kecamatan Ciampea ........................................................... 30 3. ........................................................................................ Contoh Atap Kandang yang Digunakan oleh Peternak di Kecamatan Ciampea ........................................................... 31
Jenis
4. ........................................................................................ Penanganan Limbah di Lokasi Penelitian ...................................................
32
5. ........................................................................................ Rumput sebagai Sumber Pakan Ternak Domba di Lokasi Penelitian ................................................................ 34
Alam
viii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. ........................................................................................ Angka Konversi Luas Lahan Penghasil Hijauan................................
42
2. ........................................................................................ Angka Konversi Jerami yang Tersedia untuk Ternak ........................
43
3. ........................................................................................ Hasil Perhitungan Lahan Penghasil Rumput....................................
44
4. ........................................................................................ Hasil Perhitungan Lahan Penghasil Jerami......................................
46
5. ........................................................................................ Nilai KPPTD Kecamatan Ciampea Berdasarkan Sumber Daya Lahan ............................................................... 48 6. ........................................................................................ Jumlah Kepadatan Penduduk tiap Desa di Kecamatan Ciampea ........................................................... 49 7. ........................................................................................ Jumlah Penduduk Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencaharian............................................... 50 8. ........................................................................................ Peta Kecamatan Ciampea ..................................................................................
51
ix
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama dari sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah peternakan, karena berbagai lapisan masyarakat Indonesia sangat membutuhkan pangan hewani guna mendapatkan generasi bangsa yang sehat dan cerdas. Pengembangan peternakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Hal ini tercermin dalam misi pembangunan peternakan antara lain adalah menciptakan peluang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja, dan melestarikan serta memanfaatkan sumber daya alam pendukung peternakan (Departemen Pertanian, 2001). Permintaan produk peternakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah
penduduk,
pendapatan,
kesadaran
akan
pentingnya
mengkonsumsi gizi asal protein hewani. Sumber pangan bergizi tinggi tersebut diantaranya daging, susu dan telur. Jenis ternak penghasil daging yang populer dikembangkan salah satunya adalah ternak ruminansia kecil yaitu ternak domba. Ternak domba banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia, terutama di pulau Jawa. Hal ini karena negara Indonesia memiliki tingkat kecocokan yang baik dalam pengembangan ternak domba, baik dari segi vegetasi, topografi, iklim atau bahkan sisi sosial budaya. Sektor peternakan domba memegang peranan penting dalam perekonomian pedesaan di Kabupaten Bogor karena relatif mudah dalam pengelolaan, memiliki nilai ekonomi tinggi dan merupakan ternak andalan untuk usaha peningkatan pendapatan petani pedesaan (Muthiah, 2004). Selain itu, domba dapat berfungsi sebagai tabungan yang sewaktu - waktu dapat dijual petani dan dapat cepat berkembang biak (Sugeng, 1995). Aspek tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi komoditas ternak domba untuk dikembangkan. Prospek pengembangan ternak domba tercermin dari peluang permintaan yang semakin meningkat baik permintaan dalam negeri maupun permintaan dari luar negeri, khususnya dari negara - negara Timur Tengah. Ternak domba merupakan jenis ternak yang secara religius digunakan pilihan sebagai hewan kurban bagi
masyarakat beragama Islam. Namun demikian, seringkali dalam perencanaan pengembangannya sektor peternakan berbenturan dengan sektor lain. Benturan kepentingan tersebut berawal dari tata guna lahan yang tidak pasti peruntukannya untuk peternakan dan ternak dianggap sebagai pengganggu proses produksi sektor lain. Agar interaksi antara sektor peternakan dengan sektor lainnya tidak menimbulkan permasalahan maka perlu dilakukan perencanaan yang baik, khususnya dibidang lahan sehingga akhirnya ternak yang ada di satu wilayah dalam kondisi optimal, yaitu jumlah ternak seimbang dengan pakan yang tersedia. Peningkatkan produktivitas domba perlu dukungan ketersediaan pakan yang kontiniu, sehingga ternak domba dapat tumbuh dan mendapat ransum dalam jumlah dan kualitas yang cukup (Tomaszewska et al., 1993). Kecamatan Ciampea merupakan salah satu Kecamatan di Kabupatn Bogor yang termasuk sentra pengembangan ternak domba, karena posisi daerah dekat dengan pasar atau daerah pemasaran terutama DKI Jakarta. Selain itu, Kecamatan Ciampea memiliki luas lahan pertanian lebih besar dibandingkan populasi riil ternak ruminansia (Suparini, 2000). Sumber daya peternakan yang memegang peranan penting dalam pengembangan ternak domba adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, modal dan kelembagaan. Kelima sumber daya tersebut harus saling melengkapi satu dengan yang lainnya, karena tidak akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat jika hanya satu sumber daya yang digunakan. Sehingga perlu diketahui keadaan sumber daya peternakan yang mendukung pengembangan ternak domba di wilayah Kecamatan Ciampea. Permasalahan Daging domba relatif digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya maupun masyarakat luar negeri, khususnya dari negara - negara Timur Tengah. Domba merupakan jenis ternak yang secara religius digunakan sebagai hewan kurban bagi masyarakat beragama Islam. Aspek tersebut memberikan nilai tambah bagi komoditas ternak domba untuk dikembangkan. Pasar luar negeri seperti Negara Arab Saudi memerlukan ternak domba dalam jumlah yang sangat besar (sebanyak 2.500.000 ekor) setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan jemaah haji pada Hari Raya
2
Idul Adha. Peluang ekspor ternak domba ke negara tersebut pernah dijajaki oleh Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) dan menurut informasi yang ada Asosiasi Importir Arab Saudi telah bersedia melakukan impor ternak tersebut dari Indonesia. Hal ini merupakan peluang pasar yang sangat prospektif bagi pebisnis di bidang peternakan. Terdapat banyak wilayah yang potensial untuk pengembangan ternak dengan sumber daya yang cukup tersedia. Kecamatan Ciampea sebagai wilayah alternatif pengembangan ternak domba didasarkan pada sumber daya alam, sumber daya manusia yang dimiliki dengan didukung keadaan lingkungan dan mudahnya aksessibilitas terhadap wilayah pasar. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian potensi sumber daya peternakan agar jumlah ternak domba di Kecamatan Ciampea optimal. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Menganalisis ketersediaan sumber daya peternakan yang dimiliki wilayah Kecamatan Ciampea untuk pengembangan ternak domba. 2. Mengetahui jumlah ternak domba yang dapat ditambahkan di Kecamatan Ciampea berdasarkan ketersediaan hijauan makanan ternak. Kegunaan Penelitian Sehubungan dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Tersedianya informasi yang berguna bagi pemerintah daerah setempat sebagai bahan acuan dalam mengambil kebijakan dan keputusan untuk melakukan perencanaan dan pengembangan ternak domba. 2. Peternak atau para investor yang ingin mengembangkan usaha peternakan domba. 3. Tersedianya informasi bagi penelitian selanjutnya.
3
4
KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan daging domba yang semakin meningkat oleh masyarakat dalam negeri maupun masyarakat luar negeri. Indonesia dituntut untuk mampu meningkatkan daya saing baik keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif agar dapat meningkatkan komoditas ekspor non migas. Pengembangan sektor peternakan di suatu wilayah dapat ditingkatkan apabila potensi sumber daya alam seperti keadaan iklim, lahan, topografi dan sarana prasarana yang menunjang dapat dikelola dengan baik serta didukung dengan sumber daya yang lain seperti sumber daya manusia dan peranan institusi atau lembaga terkait lainnya. Lahan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan. Lahan diperlukan untuk membangun kandang, sumber pakan ternak (rumput, limbah pertanian maupun produk utama pertanian) dan menggembalakan ternak. Tanah yang subur akan meningkatkan kualitas tanaman, sehingga dapat memenuhi zat yang dibutuhkan dibutuhkan untuk produksi, seperti: daging, susu, telur dan tenaga. Sumber daya manusia yang sangat berkaitan erat dengan suatu usaha ternak adalah peternak. Peternak mempunyai peranan yang sangat penting untuk kemajuan, kelanjutan dan perkembangan usaha ternak di masa yang akan datang. Manajemen usaha ternak yang baik tentunya akan menghasilkan keuntungan sesuai yang diharapkan. Manajemen usaha yang baik akan muncul apabila adanya pembinaan yang dilakukan oleh lembaga terkait kepada para peternak domba di pedesaan. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan merupakan salah satu lembaga penyuluhan yang keberadaannya sangat membantu wilayahwilayah dalam lingkup kerjanya untuk mengembangkan potensi yang ada di wilayah tersebut. Modal merupakan salah satu faktor produksi yang utama, karena dengan adanya modal maka suatu usaha akan berjalan. Modal terbagi atas modal sendiri, bagi hasil dan dari pemerintah. Peran pemerintah sangat penting dalam hal ini, menurut hasil penelitian Nawawi (2003) menyatakan bahwa kontribusi usaha ternak domba gaduhan (guliran) oleh Dinas Pertanian Peternakan Kota Bogor pada pendapatan keluarga petani peternak Kelurahan Cimahpar sebesar 6,91% pada peternak inti dan 5,54% pada peternak sub inti. Nilai kontribusi tersebut dinilai sudah sangat membantu masyarakat.
Keberadaan teknologi peternakan merupakan faktor utama sebagai pelengkap faktor-faktor utama yang telah dijelaskan di atas. Beberapa contoh penerapan teknologi adalah perkawinan secara inseminasi
buatan, teknologi pakan,
pengolahan hasil ternak, teknologi pasar dan pemasaran. Potensi yang tersedia tersebut dapat memberikan peranan sangat penting bagi pengembangan peternakan, khususnya ternak domba. Selanjutnya penjelasan-penjelasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
SDA
TEKNOLOGI
KELEMBAGAAN PETERNAKAN
SDM (PETERNAK)
HIJAUAN
KPPTD
PENGEMBANGAN PETERNAKAN
TERNAK DOMBA
KETERANGAN : Analisis yang digunakan Ruang lingkup penelitian SDA
: Sumber Daya Alam
SDM
: Sumber Daya Manusia
KPPTD : Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Domba
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
5
6
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sembilan desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, yaitu Desa Tegal Waru, Desa Benteng, Desa Ciampea, Desa Bojong Jengkol, Desa Cihideung Udik, Desa Cicadas, Desa Ciampea Udik, Desa Cibuntu dan Desa Bojong Rangkas. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada bulan Januari 2008 hingga Februari 2008. Populasi dan Sampel Populasi yang dipilih adalah para peternak domba di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap yaitu : 1. Tahap pertama mengambil secara sengaja (purposive sampling) sembilan desa dari 13 desa yang ada di Kecamatan Ciampea (70% dari total desa) berdasarkan populasi ternak domba. Desa tersebut adalah Tegal Waru, Benteng, Ciampea, Bojong Jengkol, Cihideung Udik, Cicadas, Ciampea Udik, Cibuntu dan Bojong Rangkas. 2. Tahap kedua mengambil secara kebetulan (incidental sampling) 10 peternak dari masing - masing desa terpilih. Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai suatu penelitian dengan metode survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), survei adalah penelitian yang dilakukan dalam rangka mengambil kesimpulan secara keseluruhan dengan mengambil sampel dari satu populasi dan mengunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada peternak sampel yang telah disiapkan dalam bentuk kuesioner dan dengan observasi langsung di lapangan. Data primer digunakan untuk mengetahui sumber daya peternakan, yaitu: ternak, peternak, modal, teknologi dan lingkungan yang mendukung dalam upaya pengembangan ternak domba. Data - data primer yang dibutuhkan antara lain: 1) karakteristik peternak (umur, pendidikan, skala usaha,
lahan usaha, pengalaman beternak, pekerjaan utama dan sampingan), 2) kelembagaan peternak (kelompok ternak, pola kemitraan dan lembaga pelayanan), 3) modal (modal sendiri, bagi hasil dan dari pemerintah), 4) teknologi (infrastruktur, listrik, sarana dan prasarana, perangkat lunak, teknologi institusi, tenologi budidaya, teknologi prapasca, teknologi pasca, teknologi pasar dan pemasaran). Data sekunder sebagai data utama yang digunakan dan diperoleh dari instansi - instansi pemerintah maupun pihak-pihak terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Dramaga (UPTD Dramaga), UPTD Peyuluhan Pertanian Wilayah Cibungbulang, kantor Kecamatan Ciampea serta kantor Desa terpilih. Data-data sekunder yang dibutuhkan antara lain: 1) sumber daya alam (hijauan makanan ternak, jenis tanah, curah hujan, iklim), 2) tata guna lahan, 3) luas dan produksi tanaman pangan, 4) populasi ternak (ternak besar dan kecil), 4) data sebaran penduduk. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Januari 2008 hingga Februari 2008 di sembilan Desa yaitu Desa Tegal Waru, Desa Benteng, Desa Ciampea, Desa Bojong Jengkol, Desa Cihideung Udik, Desa Cicadas, Desa Ciampea Udik, Desa Cibuntu dan Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan keadaan sumber daya peternakan yang ada di wilayah Kecamatan Ciampea. Metode Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Domba (KPPTD) Metode Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Domba merupakan suatu pendekatan untuk menunjukkan kemampuan atau kapasitas wilayah dalam penyediaan makanan ternak. Potensi Hijauan Total
= Produksi Hijauan + Produksi (Total) Jerami
Kapasitas Tampung (KTTD) =
PHT (ton BK/ha/tahun) 2,3 (ton BK/ST/tahun)
14
8 TPH = 3,75
13
∑
LE i + ∑
i=1 KTTDU
= 2,3 JST
KPPTD (ST)
= KTTD – KTTDU
PJ i
i=9
Keterangan : PHT
= Total produksi hijauan suatu wilayah dalam satu tahun (ton BK/ha/tahun)
LE i
= Luas hijauan efektif (Ha) ke i; dimana i = No. 1 - 8 pada Lampiran 1.
PJ i
= Produksi jerami (ton BK/tahun) dari J, dimana J = No. 9 - 13 pada Lampiran 1.
2,3
= Setiap satu satuan ternak (ST) ruminansia memerlukan hijauan 2,3 ton BK/tahun
KTTDU
= KTTD termanfaatkan
JST
= Jumlah populasi ternak domba yang ada (ST)
KPPTD
= Kapasitas penambahan populasi ternak domba (ST)
KTTD
= Jumlah ternak domba yang dapat dipelihara berdasarkan ketersediaan rumput dan jerami
3,75
=Total areal seluruh komponen hijauan dianggap mampu menyediakan Bahan Kering sebanyak 3,75 Ton/hektar/tahun
DEFINISI ISTILAH Definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. KPPTD adalah kapasitas penambahan ternak domba yang merupakan suatu pendekatan untuk menunjukan kemampuan atau kapasitas wilayah dalam penyediaan makanan ternak. 2. Peternak adalah orang atau badan hukum dan atau buruh peternakan, yang mata pencahariannya sebagian atau seluruhnya bersumber kepada peternakan.
15
3. Ternak domba adalah ternak ruminansia kecil yang dipelihara oleh peternak untuk dimanfaatkan hasilnya seperti daging, kulit dan bulu. 4. Sumber daya adalah segala faktor produksi yang digunakan dalam usaha ternak domba yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya lingkungan pendukung. 5. Potensi adalah kemampuan atau keadaan yang dapat mendukung semua kegiatan usaha dan biasanya sangat berkaitan dengan sumber daya. 6. Wilayah adalah suatu unit geografi dengan batas-batas tertentu dimana bagian - bagiannya berintegrasi satu sama lain secara fungsional. 7. Pengembangan peternakan adalah usaha - usaha pemerintah dalam membantu petani berupa pengembangan komponen - komponen peternakan baik ternak yang disebarkan oleh pemerintah maupun ternak yang telah dimiliki oleh rakyat (peternak). 8. Tradisional adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turuntemurun. 9. Modern adalah sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.
16
17
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Ternak Domba Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian. Salah satu jenis ternak yang populer dikembangkan saat adalah ternak domba. Domba yang dipelihara di Indonesia dijadikan sebagai kegiatan pertanian sekunder dan telah lama dipelihara. Peternakan domba di Indonesia saat ini masih belum berkembang dengan baik yang sampai saat ini relatif jalan di tempat, hal ini diakibatkan oleh pola pemeliharaan yang masih bersifat tradisional dengan skala pemilikan yang kecil (small holders). Sebagian besar, hampir 97% ternak domba di Indonesia diusahakan oleh peternak dalam skala kecil di pedesaan (Mulyono, 2003). Usaha ternak domba merupakan usaha yang saling menunjang dengan usahatani tanaman pangan. Hal ini dapat diketahui bahwa kotoran ternak kambing dan domba yang berfungsi sebagai pupuk untuk menyuburkan tanah bagi usahatani tanaman pangan. Sebaliknya ternak domba memperoleh limbah pertanian dari tanaman pangan, misalnya daun kacang-kacangan sebagai makanan tambahan. Ternak domba memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap bermacammacam hijauan pakan ternak. Ternak domba juga memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat diternakkan dimana saja dan dapat berkembang biak sepanjang tahun (Mulyono, 2003). Ternak domba terdapat dan dipelihara hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan dominasi di wilayah Jawa Barat. Keberadaan ternak domba di Indonesia sudah dimulai sejak jaman Belanda dan termasuk jenis ternak yang disukai masyarakat petani. Menurut Muladno dkk, (2003), ada beberapa keunggulan ternak domba dibandingkan dengan jenis ternak lain, diantaranya: 1) daya reproduksinya tinggi, terutama bila diusahakan dengan tata laksana pengelolaan yang baik, 2) produksi anak dapat mencapai diatas 150% per tahun, dengan kelahiran mulai dari satu sampai empat ekor per kelahiran, 3) mampu menghasilkan daging 50% dari bobot badan (domba Eropa menghasilkan bobot potong sekitar 48% bobot badan), 4) kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan cukup tinggi, sehingga domba merupakan ternak yang relatif mudah dikelola khususnya dalam hal penyediaan pakan, 5) lebih tahan terhadap beberapa penyakit, terutama trypanosomiosis, sehingga tanah yang tidak
dapat digunakan untuk pengembangan ternak lain, dapat dipergunakan untuk pengembangan ternak domba, 6) mempunyai potensi wisata yang besar. Populasi domba di Indonesia pada tahun 2006 sebanyak 7.549.316 ekor, sedangkan populasi domba di Jawa Barat mencapai 4.221.806 ekor (55,92% dari populasi nasional). Pemotongan domba yang tercatat di Jawa Barat pada tahun 2006 mencapai 3.343.365 ekor (Statistik Peternakan, 2006). Artinya permintaan daging domba di Jawa Barat sangat tinggi dan nyaris menguras populasi yang ada pada tahun berjalan. Hal ini merupakan peluang yang prospektif bagi pebisnis peternakan di Jawa Barat dan Kabupaten Bogor, karena Kabupaten Bogor masih berada di wilayah provinsi Jawa Barat. Menurut Mubiyarto (1989), suatu skala usaha peternakan dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan pola pemeliharaannya, yaitu: 1) Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan tradisional dicirikan dengan mempunyai keterampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah mutu yang relatif terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan di padang umum, di pinggir jalan dan sawah, di pinggir sungai atau tegalan (ladang) sendiri. Apabila siang hari diberikan minum dan dimandikan seperlunya sebelum dimasukkan ke dalam kandang. Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan setiap hari dan dikerjakan oleh anggota keluarga peternak. Secara umum biaya yang dikeluarkan hanya untuk membeli bibit, pembuatan kandang dan peralatan lainnya. Tujuan utama adalah sebagai hewan kerja dalam membajak sawah atau tegalan, hewan penarik gerobak atau pengangkut beban serta kotorannya dipakai sebagai pupuk. Ternak yang berumur empat sampai lima tahun baru dijual dan jarang sekali ternak besar yang dipotong untuk konsumsi keluarga, kecuali untuk keperluan pesta-pesta tertentu, seperti pernikahan, sunatan dan lainnya. 2) Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersial dicirikan dengan memiliki keterampilan yang dapat dikatakan lumayan. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan dan makanan penguat cendrung meningkat walaupun lamban. Jumlah ternak yang dimiliki dua sampai lima ekor ternak besar dan lima sampai 100 ekor ternak kecil terutama ayam. Bahan makanan berupa hasil ikutan panen seperti bekatul, jagung, jerami dan rumput-rumputan yang dikumpulkan oleh tenaga dari keluarga sendiri. Tujuan utama memelihara ternak adalah untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.
7
3) Peternakan komersil usaha ini dijalankan oleh peternak dengan golongan ekonomi yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak modern. Semua tenaga kerja dibayar dan pakan ternak terutama dibeli dari luar dalam jumlah besar. Tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya. Biaya produksi ditekan serendah mungkin agar dapat menguasai pasar. Sumber Daya Alam Sumber daya alam adalah potensi alam yang dapat dimanfaatkan untuk proses produksi. Produksi merupakan suatu proses yang penting dalam usaha ternak. Produksi adalah proses penggunaan input yaitu sesuatu yang diikutsertakan untuk menghasilkan output dari usaha yang dijalankan. Sumberdaya alam meliputi beberapa faktor seperti jenis tanah, iklim, elevasi maupun tingkat kelerengan yang dalam interaksinya sangat berpengaruh terhadap kinerja komponen-komponen biotik diantaranya ternak (Balitnak, 1997). Sumber daya alam (SDA) merupakan potensi dasar wilayah bersangkutan dicirikan oleh kondisi alamnya yang mendukung potensi, kendala dan peluang bagi pemanfaatan dan pengelolaannya. Secara alamiah tanpa atau dengan campur tangan manusia secara minimal pun telah dapat memberikan nilai manfaat dan keuntungannya yang nyata. Sumber Daya Lahan Lahan merupakan faktor pembatas utama pengembangan ternak ruminansia. Pemanfaatan lahan untuk peternakan didasarkan preposisi bahwa 1) lahan adalah sumber pakan ternak, 2) semua jenis lahan cocok untuk sumber pakan, 3) pemanfaatan lahan untuk peternakan diartikan sebagai usaha penyerasian antara peruntukkan lahan dengan sistem produksi pertanian, 4) hubungan antara lahan dan ternak bersifat dinamis (Direktorat Penyebaran dan Pengembangan Peternakan dalam Lasmanawati, 2006). Lahan yang diperlukan untuk menunjang usaha peternakan adalah lahan garapan yang terdiri atas sawah, tegal, kebun, ladang dan huma (Patriani, 2005). Lahan sawah mencakup sawah pengairan, tadah hujan, sawah pasang surut, rembesan dan lebak sedangkan tegal/kebun/ladang/huma adalah lahan kering yang
8
ditanami tanaman musiman/ tahunan yang letaknya terpisah dari halaman rumah. Lahan kering merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan ternak ruminansia kecil dan produktivitasnya juga cukup baik (Mudikdjo dalam Patriani, 2005). Lahan merupakan basis untuk usaha peternakan atau merupakan faktor produksi sebagai sumber pakan ternak pokok berupa rumput, limbah maupun produk utama pertanian (Suparini, 2000). Sumber Daya Hijauan Pakan Pakan ternak domba secara umum dikelompokkan menjadi dua yaitu pakan utama (hijauan) dan pakan penguat (konsentrat). Biasanya hijauan mengandung serat kasar sekitar 18% dari bahan keringnya (Hartadi et al., 1993). Domba merupakan ternak yang memerlukan bahan pakan hijauan dalam jumlah besar, yaitu sekitar 90% sedangkan pakan penguat hanya merupakan pakan tambahan. Hijauan pakan atau forages adalah bagian tanaman terutama rumput atau leguminosa dan limbah hasil pertanian yang diperlukan sebagai pakan ternak. Ma’sum (2006) mengemukakan bahwa hijauan pakan adalah semua hijauan (biomas) yang dapat atau layak dimakan oleh ternak. Berdasarkan kenyataannya, hijauan pakan yang diberikan kepada ternak domba oleh petani di lapangan terdiri dari berbagai macam jenis hijauan seperti rumput, legum, limbah pertanian (jerami, pucuk tebu, kelapa sawit, sisa tanaman jagung, daun singkong, batang dan daun ubi jalar) dan dedaunan dari beberapa jenis pohon serta biomas lain yang tidak termasuk kelompok tersebut. Rumput merupakan sumber serat utama yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia sebagai sumber energi. Hingga saat ini penggunaan sumber serat utama yang digunkan oleh peternak masih tergantung dari rumput lapang, sedangkan rumput lapang memiliki sifat yang mudah rusak dan voluminus jika diberikan pada ternak tanpa pengolahan lebih lanjut. Rumput lapang banyak terdapat disekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi jalan dan semak-semak. Karena rumput lapang tumbuh liar sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan ternak. Seekor domba secara umum membutuhkan 5-7 kg rumput lapang sebagai ransum tunggal. Menurut Nawawi (2003) menyatakan bahwa hijauan yang diberikan pada domba akan efektif apabila kuantitasnya adalah + 5 kg/ekor/hari untuk bobot badan + 25 kg. Hal ini disebabkan domba merupakan ternak yang selektif terhadap jenis
9
hijauan yang dikonsumsinya, sehingga jumlah pakan yang diberikan lebih besar dari pada kebutuhannya. Sumber Daya Manusia Menurut Pambudy dan Sudardjat (2000), kebijaksanaan pengembangan sumber daya manusia peternakan dilaksanakan dengan mengidentifikasi jumlah dan kualitas sumber daya manusia yang ada untuk mencapai keseimbangan suplai dan demand serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia diarahkan kepada peningkatan kesadaran dan rasa percaya diri melalui peningkatan pendapatan, kesejahteraan dan status sosial. Peternakan domba mampu menyerap kelebihan tenaga kerja pada kebanyakan keluarga petani (Tomazewska et, al., 1993). Menurut Depatemen Pertanian (2001), kemampuan yang seharusnya dimiliki sumber daya manusia atau SDM adalah: (1) penguasaan teknologi dan pengetahuan, (2) kewirausahaan (enterpreneurship) dan (3) kemampuan team work pelaku seluruh sub-sistem agribisnis. Faktor manusia sebagai tenaga pemeliharaan ternak mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan usaha pengembangan ternak. Pada produksi ternak secara umum tenaga kerja melakukan kegiatankegiatan, antara lain: 1) menyiapkan padang rumput tempat mengembangkan atau kebun rumput untuk persediaan HMT, 2) membuat kandang dan pagar, 3) menggembalakan, memberi rumput dan minum ternak, 4) mengumpulkan hasil, memeras susu atau mencukur bulu, 5) mengirimkan hasil (Cyrilla dan Ismail, 1988). Tenaga kerja merupakan input dari sumber daya manusia dan salah satu faktor produksi yang utama selain ternak, modal, lahan, lingkungan serta teknologi (Rahardi dan Hartono, 2003). Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tidak hanya berperan sebagai faktor produksi tetapi juga berperan sebagai pemimpin (manager) di dalam usahataninya yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan (Mubiyarto, 1989). Tenaga kerja dapat digolongkan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Curahan waktu kerja setiap peternak domba berbedabeda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nawawi (2003) di Kelurahan Cimahpar Kecamatan Bogor Utara, kegiatan pemeliharaan ternak domba setiap hari 10
adalah 2 - 4 jam. Kegiatan tersebut antara lain mencari dan memotong rumput, pemberian pakan, membersihkan kandang dan lain-lain. Kegiatan yang paling lama adalah mencari dan memotong rumput (2 - 3 jam/hari), karena lokasi rumput jauh dari peternakan. Selanjutnya, sisa waktu 1 - 1,5 jam digunakan untuk memberi pakan atau membersihkan kandang. Teknologi Teknik pemeliharaan ternak domba di Indonesia umumnya masih diusahakan secara tradisional, sehingga perlu adanya penyerapan teknologi agar pengembangan ternak domba dapat tercapai. Keberadaan teknologi sebagai alat bersifat usang dan diperbaharui oleh perkembangan Ilmu Pengetahuan melalui semaraknya kegiatan penelitian. Teknologi sendiri akan menjadi gerakan (revolusi) produksi bila telah menguasai dimensi permintaan pasar (kualitas, kuantitas, waktu dan harga) yang memiliki berbagai proses produksi dalam industri. Oleh karena itu, teknologi peternakan mencakup teknologi institusi, teknologi budidaya, teknologi prapasca, teknologi pasca dan teknolgi pasar/pemasaran (Balitnak, 1997). Teknologi institusi dimaksud disini adalah adanya konsep-konsep mengenai pengembangan peternakan. Teknologi budidaya (produksi) dimaksud disini adalah usaha ternak komersial kecil, peternakan kecil, penyuluh dan penelitian. Teknologi prapasca merupakan bagian dari teknologi budidaya yang berperan menaikkan kualitas produk sebelum dipanen. Teknologi pasca adalah adanya pengolahan hasil ternak dan penelitian pascapanen. Teknologi pasar dan pemasaran dimaksud disini adalah adanya transportasi khusus dan transportasi tradisional. Modal Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang - barang baru yaitu produksi pertanian (Hernanto, 1995). Modal petani yang di luar tanah adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak dan alat-alat pertanian lain, pupuk, bibit, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih di sawah dan lain-lain (Mubiyarto, 1989). Modal usahatani dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu modal tetap dan modal lancar (Cyrilla dan Ismail, 1988). Modal tetap tidak mudah dijadikan uang tunai dan penggunaannya tidak habis terpakai dalam satu kali produksi. Contoh dari
11
modal ini adalah lahan, kandang dan alat-alat peternakan. Modal lancar bersifat sewaktu-waktu dapat dijadikan uang tunai dan penggunaannya habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Contoh dari modal ini adalah uang tunai, sarana produksi (bibit, pakan, obat-obatan) dan ternak yang siap dijual. Menurut Rahardi dan Hartono (2003) keberhasilan usaha yang dikelola sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya. Seperti halnya usaha lain, usaha peternakan hanya dapat berkembang jika didukung oleh ketersediaan sumber daya yang cukup. Sumber daya peternakan terdiri atas ternak, peternak, modal, lahan, lingkungan dan teknologi. Modal yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat berupa gaduhan ternak ternyata cukup berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan keluarga. Hasil penelitian Nawawi (2003) menyatakan bahwa kontribusi usaha ternak domba gaduhan (guliran) oleh Dinas Pertanian Peternakan Kota Bogor pada pendapatan keluarga petani peternak Kelurahan Cimahpar sebesar 6,91% pada peternak inti dan 5,54% pada peternak sub inti.
12
13
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi Penelitian Kecamatan Ciampea berlokasi di bagian Barat Kabupaten Bogor. Kecamatan Ciampea memiliki jarak 34 km dari Ibukota Kabupaten Bogor, 122 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat, 72 km dari Ibukota Negara RI Jakarta dan 5 km dari desa/kelurahan yang terjauh. Dapat dilihat bahwa jarak antara Kecamatan Ciampea dengan Ibukota Negara RI Jakarta tidak terlalu jauh, sehingga memudahkan aksessibilitas ke pusat pasar Negara Indonesia. Batas - batas wilayah administrasi yang mengelilingi wilayah Kecamatan Ciampea adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ranca Bungur, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tenjolaya, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dramaga dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cibungbulang. Topografi Lahan Bentuk wilayah Kecamatan Ciampea datar sampai berombak sebanyak 45% dan berombak sampai berbukit 55%. Ketinggian yang dimiliki adalah 300 meter diatas permukaan laut. Iklim dan Jenis Tanah Kecamatan Ciampea memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu 3.614 mm/tahun, serta memiliki suhu minimum 200C dan suhu maksimum 300C. Jenis tanah yang ada di Kecamatan Ciampea adalah latosol. Pemerintahan dan Kependudukan Kecamatan Ciampea memiliki luas wilayah sekitar 3062,5 hektar yang terdiri dari 13 Desa yaitu Benteng, Bojong Jengkol, Bojong Rangkas, Ciampea, Ciampea Udik, Cibanteng, Cibadak, Cibuntu, Cicadas, Cihideung Udik, Cihideung Ilir, Cinangka dan Tegalwaru. Desa Cinangka sebagai desa terluas dengan luas wilayah 340 hektar, sedangkan Desa Bojong Rangkas sebagai desa dengan luas wilayah terkecil yaitu 104 hektar. Luas wilayah masing-masing Desa dapat dilihat pada Tabel 1. Kecamatan Ciampea memiliki 22 dusun, 100 rukun warga dan 420 rukun tetangga. Jumlah rukun warga dan rukun tetangga diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 1. Luas Wilayah tiap Desa di Kecamatan Ciampea No Nama Desa
Luas Wilayah (Ha) 178
Luas Wilayah (Km2 ) 1,78
Persentase (%) 5,81
1.
Cihideung Ilir
2.
Cinangka
340
3,40
11,10
3.
Cihideung Udik
284
2,84
9,28
4.
Bojong Jengkol
212
2,12
6,92
5.
Cibanteng
162
1,62
5,29
6.
Benteng
248,5
2,485
8,11
7.
Bojong Rangkas
104
1,04
3,40
8.
Cibuntu
254
2,54
8,30
9.
Ciampea
246
2,46
8,03
10. Tegal Waru
338
3,38
11,04
11. Cicadas
320
3,20
10,45
12. Ciampea Udik
262
2,62
8,55
13. Cibadak
114
1,14
3,72
3062,5
30,625
Jumlah
100,00
Sumber: Monografi Kecamatan Ciampea Tahun 2007
Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea adalah 139.037 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 70.827 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 68.210 jiwa. Jumlah penduduk dan kepala keluarga dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah penduduk diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah penduduk akan mengakibatkan meningkat pula kebutuhan akan daging, hal ini dikarenakan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk meningkatkan gizi. Desa Cibanteng merupakan Desa yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak yaitu 15.740 jiwa dengan 3.619 kepala keluarga. Sedangkan Desa yang memiliki jumlah penduduk lebih sedikit adalah Desa Ciampea Udik yaitu 7.183 jiwa dengan 1.668 kepala keluarga. Dengan jumlah penduduk 139,037 jiwa dan luas
18
wilayah 30,625 km2 maka Kecamatan Ciampea memiliki kepadatan penduduk 4.540 jiwa/km2. Tabel 2. Jumlah Rukun Warga dan Rukun Tetangga di Kecamatan Ciampea No
Nama Desa
Jumlah RW
Jumlah RT
1.
Cihideung Ilir
5
24
2.
Cinangka
9
39
3.
Cihideung Udik
13
44
4.
Bojong Jengkol
8
30
5.
Cibanteng
7
41
6.
Benteng
7
38
7.
Bojong Rangkas
8
35
8.
Cibuntu
7
26
9.
Ciampea
6
25
10.
Tegal Waru
6
38
11.
Cicadas
9
29
12.
Ciampea Udik
9
27
13.
Cibadak
6
24
100
420
Jumlah
Sumber: Sumber: Monografi Kecamatan Ciampea Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa umur penduduk di Kecamatan Ciampea sebagian besar berada pada umur produktif (15 - 40 tahun). Produktif adalah mampu menghasilkan sesuatu dalam jumlah besar, sehingga membuka peluang untuk pengembangan ternak domba di Kecamatan Ciampea.
19
Tabel 3. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Ciampea No
Nama Desa
Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan 5.575 5.370
10.945
Jumlah KK 2.754
5.433
11.166
2.818
4.748
4.430
9.178
2.193
Ciampea
5.040
5.080
10.120
2.415
5.
Cibadak
4.881
5.062
9.943
2.345
6.
Cihideung Ilir
4.886
4.539
9.425
2.021
7.
Cibanteng
8.075
7.665
15.740
3.619
8.
Cihideung Udik
7.126
6.556
13.682
3.158
9.
Cicadas
5.178
4.975
10.153
2.419
10.
Cibuntu
4.008
4.066
8.074
1.736
11.
Ciampea Udik
3.740
3.443
7.183
1.668
12.
Cinangka
5.773
5.511
11.284
2.756
13.
Tegal Waru
6.064
6.080
12.144
2.885
70.827
68.210
139.037
32.787
1.
Benteng
2.
Bojong Rangkas
5.733
3.
Bojong Jengkol
4.
Jumlah
Total (jiwa)
Sumber: Monografi Kecamatan Ciampea Tahun 2007
Tabel 4. Jumlah Penduduk di Kecamatan Ciampea Berdasarkan Umur No
Umur (tahun)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1.
0 – 14
25.020
18,00
2.
15 – 29
51.535
37,07
3.
30 – 40
48.760
35,06
4.
40 tahun keatas
13.722
9,87
Jumlah
139.037
100,00
Sumber: Monografi Kecamatan Ciampea Tahun 2007
20
Sektor Peternakan Kegiatan subsektor peternakan hampir tersebar di seluruh Desa di Kecamatan Ciampea walaupun dalam jumlah yang bervariasi. Kegiatan peternakan di Kecamatan Ciampea secara umum masih tradisional. Populasi ternak di Kecamatan Ciampea tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Populasi Ternak di Kecamatan Ciampea Tahun 2007 No
Jenis Ternak Sapi perah
Populasi (ST) 25,25
Persentase (%) 2,75
1. 2.
Kerbau
204,75
22,27
3.
Kambing kacang
150,04
16,32
4.
Kambing PE
33,04
3,60
5.
Domba
421,15
45,80
6.
Ayam Buras
83,97
9,13
7.
Itik
1,24 919,44
0,13
Jumlah
100,00
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2007
Ternak domba memiliki jumlah populasi terbesar dibandingkan ternak yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ternak domba memiliki tingkat kecocokan yang baik dalam pengembangan di Kecamatan Ciampea, baik dari segi vegetasi, topografi, iklim atau bahkan sisi sosial budaya.
21
22
HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber Daya Peternakan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang sangat berkaitan erat dengan usaha ternak adalah peternak. Peternak adalah salah satu faktor produksi yang utama selain ternak, modal, lahan, lingkungan serta teknologi (Rahardi dan Hartono, 2003). Menurut Mubiyarto (1989) menyatakn bahwa peternak tidak hanya berperan sebagai faktor produksi tetapi juga berperan sebagai pemimpin (manager) di dalam usahataninya yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan, sehingga kemampuan peternak mempengaruhi perkembangan usaha ternak. Oleh karena itu, karakteristik peternak perlu diketahui untuk mendukung pengembangan ternak domba. Karakteristik peternak yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan formal terakhir, pengalaman beternak dan tujuan beternak. Karakteristik peternak di Kecamatan Ciampea dapat dilihat pada Tabel 6. Umur peternak merupakan penentu potensi karena sangat menentukan kinerja dan produktivitas yang dihasilkan. Umur peternak berkisar antara 19 – 80 tahun. Umur peternak di Kecamatan Ciampea sebagian besar (73,33%) berada pada kisaran umur produktif yaitu antara 19 - 54 tahun. Sedangkan peternak yang berada pada kisaran umur tidak produktif (55 - 80 tahun) sebanyak 24 orang (26,67%). Rata-rata umur peternak 45 tahun, umur ini tergolong umur produktif yang dapat mendukung keberhasilan pengembangan ternak domba. Tingkat pendidikan formal peternak sebagian besar (51,11%) tamat sekolah dasar/sederajat. Tingkat pendidikan ini tergolong rendah bila dikaitkan dengan program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Peternak yang sudah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun sebanyak 9 orang (10,00%). Pendidikan formal baik secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja peternak, hal ini berkaitan dengan pola pemikiran dan sistem kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan, peternak makin dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan meningkatkan cara berfikir efisien (BPS, 1996). Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan formal peternak maka semakin tinggi kemampuannya dalam pengembangan usaha ternak.
Tabel 6. Karakteristik Peternak di Kecamatan Ciampea No. 1.
2.
Karakteristik Individu
(orang)
(%)
19 – 54
66
73,33
55 – 80
24
26,67
9
10,00
Tidak tamat SD
26
28,89
Tamat SD
46
51,11
9
10,00
1 – 27
81
90,00
28 – 50
9
10,00
87
96,67
Memenuhi kebutuhan
1
1,11
Mengisi waktu
1
1,11
Hobi
1
1,11
Pendidikan formal
Tamat SLTP
4.
Persentase
Umur (tahun)
Tidak sekolah
3.
Jumlah
Pengalaman beternak (tahun)
Tujuan beternak Menabung
n = 90, Sumber : Hasil Pengolahan Data 2008
Pengalaman beternak memiliki pengaruh terhadap kemampuan dalam pengembangan usaha ternak. Semakin banyak pengalaman dalam beternak maka akan semakin memudahkan peternak dalam pengambilan keputusan yang tepat pada saat proses produksi. Pengalaman beternak diukur dari sejak dimulainya usaha ternak domba sampai pada saat dilakukannya penelitian ini. Pengalaman beternak yang dimiliki peternak di Kecamatan Ciampea bervariasi, mulai dari 1 - 50 tahun. Secara umum pengalaman beternak yang dimiliki peternak rata - rata sudah cukup lama, yaitu sekitar 9 tahun. Hal ini dimungkinkan karena usaha ternak domba merupakan usaha yang sudah menjadi tradisi masyarakat di Kecamatan Ciampea. Sebanyak 87 orang peternak (96,67%) memelihara domba dengan tujuan untuk menabung. Hal ini dimugkinkan karena ternak domba merupakan ternak yang
23
mudah dijual setiap saat sehingga menciptakan rasa aman dan tenang jika sewaktu waktu membutuhkan uang. Jenis pekerjaan peternak di Kecamatan Ciampea disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis Pekerjaan Peternak di Kecamatan Ciampea No
Jenis Pekerjaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
Petani
20
22,22
2.
Buruh
47
52,22
3.
Wirausaha
12
11,11
4.
Satpam
2
1,11
5.
Guru Ngaji
1
1,11
6.
Sopir Angkot
1
1,11
7.
Meubel
1
1,11
8.
Ibu Rumah Tangga
3
3,33
9.
Cleaning Service
1
1,11
10.
Petani dan Usaha Ikan
1
1,11
12.
Peternak
1
1,11
90
100,00
Jumlah n = 90, Sumber : Hasil Pengolahan Data 2008
Peternak memperoleh pengetahuan dan keterampilan beternak dari teman dan orang tua. Peternak belum pernah mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari penyuluh peternakan. Padahal penyuluhan memiliki peran penting dalam pembangunan peternakan karena dengan peran penyuluhan diharapkan para peternak dapat menambah, mengubah dan membangun aspek-aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan sehingga mereka mampu beternak lebih baik dan lebih menguntungkan. Kecamatan Ciampea masuk kedalam wilayah kerja Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) wilayah Darmaga. Jumlah penyuluh dan paramedis di Kecamatan Cimpea masing – masing sebanyak empat orang. Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Wilayah Darmaga mengelola enam Kecamatan, yaitu: Ciomas, Taman Sari,
24
Ciampea, Ranca Bungur, Darmaga dan Tenjolaya. Seorang penyuluh ada yang mengelola dua Kecamatan sekaligus. Curahan waktu kerja setiap peternak di Kecamatan Ciampea bervariasi. Aktivitas curahan waktu diantaranya mengambil rumput, memandikan domba, memberi makan, memberi minum dan membersihkan kandang. Curahan waktu peternak dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Curahan Waktu Peternak di Kecamatan Ciampea No Aktivitas
1.
Mengambil rumput
Sumber Tenaga Kerja (jam/hari) Ayah Ibu Anak 1,50 0,08 0,13
2.
Memandikan domba
0,09
0,08
3.
Memberi makan
0,25
0,25
0,25
0,75
20,43
4.
Memberi minum
0,25
0,25
0,25
0,75
20,43
5.
Membersihkan kandang
0,27
0,02
0,29
7,92
Jumlah
2,36
0,68
3,67
100
-
0,63
Total
Persentase (%)
1,71
46,59
0,17
4,63
n = 90, Sumber : Hasil Pengolahan Data 2008
Total aktivitas curahan waktu peternak di Kecamatan Ciampea adalah 3,67 jam per hari. Curahan waktu terbanyak ada pada aktivitas mengambil rumput, yaitu 1,5 jam per hari. Hal ini dikarenakan lokasi rumput yang jauh dari lokasi peternakan. Aktivitas curahan waktu tersebut dilakukan oleh tenaga kerja dari dalam keluarga (Ayah, Ibu dan Anak). Walaupun bantuan istri dan anak sangat kecil tetapi peranan tenaga kerja mereka sangat membantu dalam pengembangan usaha ternak domba. Populasi Ternak Domba Populasi ternak domba di Kecamatan Ciampea tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 9. Meskipun ternak domba dipelihara di setiap desa, namun populasi ternak domba terpusat di Desa Tegal waru yaitu sebanyak 56,875 ST. Hal ini dimungkinkan karena desa tersebut memiliki lahan kering terluas kedua setelah Desa Cinangka.
25
Tabel 9. Populasi Ternak Domba di Kecamatan Ciampea No
Nama Desa
1.
Ciampea
Populasi Ternak Domba (satuan ternak) 31,255
2.
Benteng
44,100
3.
Cibanteng
25,375
4.
Cihideung Ilir
19,915
5.
Cihideung Udik
25,165
6.
Bojong Jengkol
37,135
7.
Cinangka
25,655
8.
Tegal Waru
56,875
9.
Bojong Rangkas
43,785
10.
Cibadak
23,345
11.
Cicadas
26,985
12.
Cibuntu
23,835
13.
Ciampea Udik
37,730
Jumlah
421,155
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2007
Kondisi perkembangan peternakan dapat dilihat dari struktur populasi ternak, karena struktur populasi ternak dapat menggambarkan tingkat penerimaan masyarakat terhadap ternak, penguasaan teknis ternak, dinamika populasi serta keberhasilan sistem reproduksinya. Struktur populasi ternak domba di Kecamatan Ciampea berdasarkan umur disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Struktur Populasi Ternak Domba di Kecamatan Ciampea Berdasarkan Umur Struktur Populasi (ST)
Persentase (%)
Dewasa
Muda
Anak
Total
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
158,94
171,68
31,75
35,155
11,76
11,87
421,155
37,74
40,76
7,54
8,34
2,80
2,82
100
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2007 (diolah)
26
Ternak domba dewasa memiliki jumlah paling tinggi (78,50%) jika dibandingkan dengan populasi ternak domba muda (15,88) dan anak (5,62). Populasi ternak domba di Kecamatan Ciampea yang mendominasi adalah domba betina, hal ini akan memungkinkan terbukanya peluang untuk menghasilkan jumlah anakan yang banyak yang dapat mendorong peningkatan jumlah populasi ternak domba di Kecamatan Ciampea pada tahun berikutnya. Sumber Daya Alam Sumber daya alam adalah potensi alam yang dapat dimanfaatkan untuk proses produksi. Sumber daya alam meliputi beberapa faktor seperti jenis tanah, iklim, elevasi maupun tingkat kelerengan yang dalam interaksinya sangat berpengaruh terhadap kinerja komponen - komponen biotik diantaranya ternak (Balitnak, 1997). Ternak sangat dipengaruhi oleh ketersediaan salah satu sumber daya alam di suatu daerah, yaitu hijauan makanan ternak. Apabila sumber daya alam tersebut cocok untuk ternak dan jumlahnya mencukupi maka sangat berpotensi untuk melakukan pengembangan ternak. Menurut Soeprapto dan Abidin (2006) menyatakan bahwa kelembaban yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan ternak adalah 60 – 80%, karena apabila kelembaban diatas angka tersebut maka populasi jamur dan parasit sangat potensial sedangkan apabila kelembaban terlalu rendah akan meningkatkan konsentrasi debu yang biasa menjadi perantara beberapa penyakit menular dan menyebabkan gangguan pernapasan. Kecamatan Ciampea memiliki kelembaban udara + 70%, hal ini berarti besar kelembaban ini ideal untuk perkembangan ternak termsuk ternak domba. Kecamatan Ciampea memiliki ketinggian 300 meter diatas permukaan laut, serta memiliki suhu minimum 200C dan maksimum 300C. Ternak domba memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat diternakkan dimana saja dan dapat berkembang biak sepanjang tahun (Mulyono, 2003). Dengan tingkat daya adaptasi yang baik maka ternak domba dapat dikembangkan dimana saja termasuk di Kecamatan Ciampea. Air adalah bagian dari sumber daya alam dan merupakan bahan makanan utama yang sering dilupakan oleh peternak. Tubuh ternak terdiri dari air sebanyak 70%, apabila terjadi pengurangan air hingga 20% maka akan menyebabkan 27
kematian. Untuk hewan yang lebih muda membutuhkan air relatif lebih tinggi dan akan meninggi apabila suhu udara semakin tinggi. Kebutuhan air dalam tubuh ternak dapat dicukupi dengan air minum, air dalam bahan makanan dan air metabolik (air yang berasal dari proses metabolisme zat makanan dalam tubuh). Hasil penelitian menyatakan bahwa seluruh peternak menggunakan sumber air sumur untuk minum ternak dan diberikan secara rutin setiap hari. Dengan memberikan air minum secara rutin ke ternak domba, maka akan mengurangi tingkat kematian ternak domba yang dikarenakan kekurangan air minum. Selain untuk kebutuhan minum, air juga dibutuhkan untuk memandikan ternak dan menyiram hijauan makanan ternak. Biasanya peternak memandikan domba di sungai dengan jarak rata-rata 140 meter dari lokasi peternakan. Sedangkan sumber air untuk menyiram hijauan makanan ternak berasal dari air sumur. Air yang digunakan untuk meyiram hijauan bukan air sumur murni melainkan air yang dicampur dengan garam (air garam), hal ini dilakukan agar nafsu makan domba meningkat. Sumber daya alam yang lainnya setelah iklim dan air adalah lahan. Dalam usaha peternakan, lahan merupakan faktor yang sangat penting. Lahan diperlukan untuk
membangun
kandang,
menanam
hijauan
makanan
ternak
dan
menggembalakan ternak agar memudahkan dalam pengawasan. Lahan yang diperlukan untuk menunjang usaha peternakan adalah lahan garapan yang terdiri atas sawah, tegal, kebun, lahan dan huma (Patriani, 2005). Mudikjo (1985) dalam Patriani (2005) menyatakan bahwa lahan kering merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan ternak ruminansia kecil dan produktivitasnya juga cukup baik. Lahan kering adalah lahan yang ditanami tanaman musiman/tahunan
yang
letaknya
terpisah
dari
halaman
rumah
seperti
tegal/kebun/ladang/huma. Alokasi penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dapat dilihat pada Tabel 11. Lahan penghasil rumput di Kecamatan Ciampea terdiri dari tegalan seluas 240 hektar, sawah seluas 1611 dan hutan negara seluas 50 hektar. Sedangkan lahan penghasil jerami di Kecamatan Ciampea terdiri dari lahan penghasil jagung 46,57 hektar, padi 1611 hektar, kedelai 0,26 hektar, kacang tanah 2,86 hektar, ubi kayu 99,06 hektar dan ubi jalar 91,25 hektar. Total lahan penghasil rumput dan jerami dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3. 28
Tabel 11. Alokasi Penggunaan Lahan di Kecamatan Ciampea No
Uraian
1.
Sawah
2.
Luas Wilayah (Ha)
Persentase (%)
1.611,0
52,60
Pekarangan/bangunan
974,5
31,82
3.
Tegalan/kebun
240,0
7,84
4.
Balong/empang/kolam
42,5
1,39
5.
Lapangan Olahraga
10,0
0,33
6.
Kuburan
55,0
1,80
7.
Hutan Negara
50,0
1,63
8.
Sementara tidak Diusahakan
1,5
0,04
9.
Lain-lain pasir)
78,0
2,55
3062,5
100,00
(tanah
tandus,
tanah
Jumlah Sumber : Monografi Kecamatan Ciampea Tahun 2007
Berdasarkan hasil perhitungan KPPTD produksi hijauan makanan ternak Kecamatan Ciampea adalah 1782,435 Ton BK/ha/Tahun. Desa Cinangka memiliki luas lahan kering terluas dibandingkan dengan desa yang lainnya. Dikaitkan dengan potensi pengembangan peternakan, pola pemanfaatan lahan tersebut merupakan potensi besar sebagai penghasil hijauan pakan ternak yang dapat memberikan dukungan terhadap populasi ternak khususnya ternak domba. Teknik Pemeliharaan Ternak Domba Teknik pemeliharaan ternak domba di Kecamatan Ciampea umumnya masih diusahakan secara tradisional. Pengertian tradisional menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Hal ini dapat dilihat dari manajemen pemeliharaan ternak domba, seperti: perkandangan, peralatan yang digunakan, penanganan limbah, penanggulangan terhadap penyakit serta pemberian pakan dan obat-obatan. Kandang merupakan tempat domba hidup dan berkembangbiak bagi domba yang dipelihara secara intensif. Fungsi kandang antara lain: 1) melindungi ternak dari
29
panas matahari, kedinginan, kehujanan, 2)
memudahkan dalam
pemeliharaan,
pemberian makan dan minum serta pengontrolan terhadap penyakit 3) memudahkan pengambilan dan pengangkutan kotoran. Perkandangan yang digunakan di lokasi penelitian umumnya masih sederhana. Kandang umumnya beratap genteng atau kiray dengan lantai terbuat dari bambu dan dinding terbuat dari bambu dan kayu. Tipe kandang yang digunakan oleh peternak adalah tipe kandang panggung. Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dapat dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran, air kencing dan sisa pakan yang berjatuhan tidak berceceran.
Gambar 2. Tipe Kandang yang Digunakan oleh Peternak di Kecamatan Ciampea Seluruh peternak menggunakan bambu yang dibelah dua sebagai lantai kandang. Setiap bambu memiliki jarak satu hingga dua sentimeter sehingga memudahkan kotoran ternak jatuh ke bawah tempat penampungan kotoran (kolong). Peternak menggunakan bambu dan sedikit kayu untuk tiang kandang. Hal ini ditujukan agar kandang memiliki ventilasi udara segar dan mengurangi kelembaban. Kandang berkolong memiliki beberapa keuntungan, diantaranya bersih dan lebih mudah untuk menghindarkan penyakit parasit. Peternak yang menggunakan atap genteng sebanyak 46 orang dengan persentase 51,11% dan yang menggunakan atap kirey sebanyak 32 orang dengan persentase 35,55%. Jenis atap yang digunakan peternak dapat dilihat pada Tabel 12. Alasan peternak menggunakan atap genteng dikarenakan tahan lama dibandingkan atap kirey dan yang lainnya. Pengetahuan peternak sampel tentang penggunaan genteng sebagai atap kandang dapat mendukung pertumbuhan ternak, sehingga ternak domba dapat tumbuh dengan sehat.
30
Gambar 3. Contoh Jenis Atap Kandang yang Digunakan oleh Peternak di Kecamatan Ciampea Hasil penelitian mendapatkan bahwa jarak kandang dengan pemukiman penduduk terlalu dekat. Sebanyak 21 peternak membangun kandang yang berjarak 5 meter dengan pemukiman penduduk dan sebanyak 14 orang peternak berjarak 3 meter. Rata - rata jarak kandang adalah 8 meter dengan pemukiman penduduk. Jarak kandang yang terlalu dekat dapat menimbulkan bau kedalam rumah. Hal ini dikarenakan para peternak mempertimbangkan masalah keamanan. Menurut peternak semakin jauh kandang dari pemukiman penduduk maka semakin besar peluang untuk kehilangan ternak. Tabel 12. Jenis Atap Kandang yang Digunakan Peternak di Kecamatan Ciampea No
Jenis Atap
Jumlah Peternak (orang)
Persentase (%)
1.
Kirey
32
35,6
2.
Genteng
46
51,1
3.
Kirey dan Asbes
1
1,1
4.
Karpet
4
4,4
5.
Terpal
1
1,1
6.
Plastik dan Seng
1
1,1
7.
Genteng, kirey dan plastik
1
1,1
8.
Genteng dan Seng
2
2,3
9.
Genteng dan Karpet
1
1,1
10.
Genteng dan Plastik
1 90
1,1 100,0
Jumlah n = 90, Sumber : Hasil Pengolahan Data 2008
31
Sistem pemeliharaan yang dilakukan peternak di Kecamatan Ciampea a dalah sistem intensif, yaitu domba dipelihara di dalam kandang. Sebanyak 89 orang peternak menggunakan sistem pemeliharaan secara intensif, sedangkan satu orang peternak lagi menggunakan sistem semi intensif. Pemeliharaan intensif adalah cara pemeliharaan dimana domba sepanjang hari berada di dalam kandang, sedangkan pemeliharaan semi intensif adalah pemeliharaan dengan sistem penggembalaan yang teratur di lapangan yang baik. Bagi peternak yang memelihara secara intensif, waktu mengeluarkan domba hanya saat mandi kemudian di jemur selama setengah hari sampai bulu - bulunya kering. Berdasarkan kepemilikan kandang, sebanyak 81 orang peternak (90%) menggunakan kandang sendiri walaupun dibuat secara sederhana. Peralatan yang digunakan para peternak untuk memotong rumput adalah arit, keranjang atau karung digunakan untuk mengengkut rumput, cangkul dan pacul untuk mengambil kotoran, sapu lidi dan pengki untuk membersihkan kandang, sabun colek dan sikat untuk memandikan domba. Limbah adalah semua buangan dari usaha peternakan yang bersifat padat, cair maupun gas (Soehadji, 1992). Limbah yang dihasilkan di lokasi penelitian berupa kotoran ternak, air kencing dan rumput sisa makanan ternak. Limbah ini ditanganai secara sederhana, yaitu dikemas dalam wadah berupa karung kemudian diangkut ke kebun untuk dijadikan pupuk kandang atau dijual kepada masyarakat lain yang menginginkannya. Penanganan limbah ini tidak dijadwalkan akan tetapi ketika kotoran sudah banyak dan mengganggu lingkungan akan segera ditanggulangi.
Gambar 4. Penanganan Limbah di Lokasi Penelitian Penanganan penyakit pada ternak domba di lokasi penelitian dilakukan dengan cara - cara tradisional dan menggunakan bahan alami. Penyakit yang menyerang ternak domba di lokasi penelitian misalnya: mencret, sakit mata, mabok 32
dan kembung. Cara pengobatan bagi domba yang terserang sakit mata adalah dengan meneteskan air jeruk limau ke mata domba, mabok diberi air asam atau minyak kelapa dan jika mencret diberi air asem. Perkawinan ternak domba yang dilakukan peternak di Kecamatan Ciampea adalah dengan cara alami. Para peternak rata - rata belum mengetahui masa birahi ternak domba dan tidak melakukan pengecekan birahi sehingga tidak ada persiapan untuk menghasilkan anakan yang bagus. Rata-rata peternak hanya memiliki domba betina sehingga untuk mengawinkan induk para peternak mencari pejantan milik tetangga yang memiliki penampilan fisik bagus. Domba termasuk hewan herbivora dan digolongkan sebagai hewan ruminansia (memiliki rumen). Pakan yang diberikan pada ternak domba adalah rumput alam yang diperoleh dari sawah dan kebun umum di sekitar desa masing masing peternak. Kecamatan Ciampea tidak memiliki lahan pangonan (padang rumput). Hingga saat ini penggunaan sumber serat utama oleh peternak masih tergantung dari rumput alam. Rumput alam merupakan campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah. Peternak tidak memberikan konsentrat sama sekali. Padahal konsentrat adalah pakan penguat yang dapat memenuhi nutrisi yang tidak terkandung di dalam rumput alam. Pakan hijauan di Kecamatan Ciampea masih tersedia banyak. Para peternak tidak pernah mengalami kesulitan dan kekurangan dalam hal memperoleh rumput, kecuali saat musim kemarau panjang para peternak terpaksa harus mencari rumput ke daerah lain. Para peternak memberikan pakan ke ternak domba sebanyak tiga kali dalam satu hari. Domba merupakan ternak yang selektif terhadap jenis hijauan yang dikonsumsinya, sehingga jumlah pakan yang diberikan lebih besar dari pada kebutuhannya. Seekor domba secara umum membutuhkan 5 - 7 kg rumput lapang sebagai ransum tunggal. Rata-rata peternak di Kecamatan Ciampea memberikan pakan domba sebanyak 5 kg per hari.
33
Gambar 5. Rumput Alam sebagai Sumber Pakan Ternak Domba di Lokasi Penelitian Modal Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu produksi pertanian (Hernanto, 1995). Modal merupakan salah satu faktor produksi yang penting. Peternak di Kecamatan Ciampea menggunakan modal sendiri, pemberian orang tua dan bagi hasil. Peternak yang menggunakan modal sendiri sebanyak 40 orang dengan persentase 44,44%, modal dari pemberian orang tua sebanyak 3 orang dengan persentase 3,33% dan peternak yang memelihara domba dengan sistem bagi hasil sebanyak 47 orang dengan persentase 52,22%. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata peternak memelihara ternak domba dengan cara bagi hasil. Sistem bagi hasil ini sangat membantu peternak dalam peningkatan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Kelembagaan Peternakan Kelembagaan peternak di Kecamatan Ciampea belum tersedia secara lengkap. Padahal kelembagaan peternak sangat mendukung pengembangan wilayah khususnya pengembangan usaha peternakan. Kelembagaan peternak dapat dilihat dari kelompok peternak, pola kemitraan dan lembaga pelayanan. Semua kelembagaan peternak tersebut sudah terdapat di Kecamatan Ciampea, tetapi kelompok ternak sudah tidak aktif lagi saat ini. Padahal kelompok ternak sangat penting dalam penambahan wawasan peternak dan penyampaian informasi dari satu peternak ke peternak lain atau dari penyuluh ke peternak. Lembaga pelayanan yang terdapat di Kecamatan Ciampea adalah UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah) dan klinik kesehatan hewan wilayah Darmaga
34
yang berlokasi di desa Laladon Kecamatan Ciomas. Peternak belum pernah mendapatkan kegiatan pelayanan kesehatan, seperti kegiatan diagnosa penyakit, pengobatan dan penanganan masalah reproduksi. Lokasi penelitian sudah dapat dijangkau dengan listrik dan transportasi yang memadai, seperti: motor dan mobil. Sarana dan prasarana berupa pasar hewan di Kecamatan Ciampea sudah tersedia. Peternak tidak menjual ternak dombanya ke pasar, hanya tengkulak yang datang langsung ke peternak. Hal ini dikarenakan para peternak memikirkan biaya transportasi apabila dijual di pasar yang jaraknya cukup jauh. Domba yang dijual ke tengkulak tidak ditimbang terlebih dahulu, melainkan hanya di taksir berat badan domba dan langsung menyebutkan harga yang cocok. Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Domba (KPPTD) Hasil nilai KPPTD diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan tiga asumsi. Asumsi pertama adalah semua jerami padi dimanfaatkan oleh ternak kerbau dan sapi. Sisa jerami padi setelah dimanfaatkan oleh ternak kerbau dan sapi adalah -158,49 ton. Tanda negatif memberi arti bahwa hijauan dari jerami padi tidak mampu memenuhi kebutuhan ternak kerbau dan sapi, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya diperoleh dari sisa jerami non padi dan rumput. Asumi kedua adalah ternak kambing hanya mengkonsumsi jerami non padi. Sisa jerami non padi setelah dimanfaatkan oleh ternak kambing adalah 1071,18 ton. Asumsi ketiga adalah ternak domba mengkonsumsi jerami non padi dan rumput. Jumlah hijauan yang tersedia untuk ternak domba adalah 1202,85 ton. Jumlah hijauan tersebut berasal dari sisa jerami non padi yang telah dimanfaatkan oleh ternak ruminansia lain selin domba (sapi, kerbau dan kambing) dan rumput. Dengan mengetahui jumlah hijauan yang tersedia maka dapat diketahui jumlah ternak domba yang dapat dipelihara di Kecamatan Ciampea yaitu sebanyak 522,98 ST. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4. Jumlah ternak domba di Kecamatan Ciampea pada saat penelitian (2008) adalah 421,155 ST. Jumlah ternak domba yang dapat didukung dengan hijauan yang tersedia di Kecamatan Ciampea adalah 522,98 ST, maka jumlah ternak domba yang dapat ditambahkan (KPPTD) adalah 101,825 ST. Artinya Kecamatan Ciampea masih dapat melakukan penambahan ternak domba sebesar nilai KPPTD tersebut.
35
36
37
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Sumber daya peternakan yang tersedia dan masih berpotensi untuk mendukung pengembangan ternak domba di Kecamatan Ciampea adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan kelembagaan peternakan. Adapun sumber daya alam tersebut meliputi jumlah ternak domba, iklim, ketersediaan air dan lahan. Sumber daya manusia terdiri dari karakteristik peternak (umur produktif dan pengalaman bternak) serta teknik pemeliharaan (penanganan penyakit, perkandangan dan penanganan limbah). Modal dengan sistem bagi hasil dan kelembagaan peternakan (lembaga pelayanan dan pola kemitraan).
2.
Ketersediaan hijauan makanan ternak di Kecamatan Ciampea lebih besar dibandingkan dengan populasi riil ternak domba, sehingga masih dapat dilakukan penambahan ternak domba sebesar nilai KPPTD yaitu 101,823 ST. Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Pemerintah Kabupaten diharapkan memberikan contoh nyata kepada masyarakat mengenai keuntungan dari berternak domba agar dapat merubah tujuan beternak masyarakat yang awalnya sebagai usaha sambilan menjadi usaha pokok, hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan memenuhi kebutuhan daging domba di dalam maupun luar negeri.
2.
Pemerintah sebaiknya menambah jumlah penyuluh peternakan.
3.
Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) diharapkan mengadakan penyuluhan kepada peternak domba mengenai pentingnya mengetahui masa birahi ternak domba, hal ini dilakukan agar induk yang dikawinkan nantinya menghasilkan anakkan yang bagus.
UCAPAN TERIMAKASIH Puja dan Puji syukur tak henti - hentinya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, nikmat dan anugerah yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada pemuka para nabi dan rasul Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa meneladani mereka hingga akhir zaman. Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Ayahaku Tersayang Lasidi dan ibuku Tercinta Halidariati atas segala semangat, doa, kasih sayang, kesabaran, nasehat dan semua bantuan baik materi, moral dan spiritual yang telah diberikan. Terima kasih untuk adik-adik yang ku sayangi dan ku banggakan Herlambang, Abdul Halim, Fajar Ikhsan yang selalu memberikan doa kepada penulis serta selalu menghibur penulis dan penulis ucapkan Jazakallah Khoiron Katsiron kepada suami yang sangat kucintai atas semangat, masukan, nasehat, kesabaran dan senyumnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr. dan Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr. selaku pembimbing utama skripsi dan pembimbing anggota yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan kritik dan saran serta perhatian yang diberikan saat mulai penyusunan usulan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi. Terimakasih pula penulis ucapkan kepada Ir. Dwi Joko Setiyono, MS. dan Ir. Maman Duldjaman, MS sebagai dosen penguji sidang yang telah menguji, memberikan kritik dan masukan serta sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan Jazakillah Khoiron Katsiron kepada Retno Nurbaiti (GMSK 41) atas pengorbanan waktu yang diberikan kepada penulis, sahabatsahabat F1, ID, BEM-D periode 2006-2007, kost Wisma As-Sakinah Babakan Tengah (Yuliya Hasanah, Sarah, Hesti, Evoy, Rina, Darwisah, Arina, Sri W, Rika, Sri F, Dini, Emma, Febri, Eli serta yang paling bungsu Emijar dan Mida), tementemen seperjuangan SEIP 41 (Mita, Risza, Valent, Ely, Suci, Rina, Hesti, Choy, Marissa, Sari, Deka, Ayu, Doni, Fahmi, Eko, Sandi, Adit, Sarah, Anis, Mira, Marlia, Yeni, Ramah, Maria, Lisa, Tari, Abet, Anasya, Ajeng, Leny, Vj, Didik, Heri, Aziz, Amien, Galih, Jemi, Anni K, Fufu, Ocha, Rahma, Eva, Irub, Inda, Ei,
Camay, Retty, Ita, Mahmud, Iwan, Yoga, Anas, Zico, Toni, Alfian) dan temanteman Liqo’ terima kasih atas segala rasa persaudaraan, kerja sama dan semangat yang diberikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Dwierra Evvyernie A, M Sc. atas masukan - masukan yang diberikan Terima kasih pula kepada sahabatsahabat dekatku Anni Khalidah, Mirsya Maisarah Hasibuan, Masfufatun, Rosa Samrotul Fauzah, Widia Pratidina atas semua yang telah diberikan. Tidak akan terlupa kepada ustadzahku yang memberikan motivasi ruhiyah, pemikiran maupun nasehatnya selama ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Bogor, Juni 2008
Penulis
38
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 1996. Profil Kesejahteraan Rakyat 1995. Jakarta. . 2006. Statistik Peternakan 2006. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Balai Penelitian Peternakan. 1997. Analisis Potensi Wilayah di Jawa Barat. Bogor. Budiharsono, Sugeng. 1987. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Cyrilla, L. dan A. Ismail. 1988. Usaha Peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Departeman Pertanian. 2001. Pembangunan Sistem Agribisnis Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional. Maret 2001. Jakarta. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2007. Buku Saku Peternakan dan Perikanan 2007. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Bogor Djuljaman, M. dan S. Rahayu. 1996. Budidaya Ternak Domba. Dalam : Metode Pelatihan Usaha Peternakan Ayam dan Domba Lokal di Pedesaan. Hardianto, Y.W. 2006. Penggemukan domba ekor tipis dengan pemberian pakan kulit ari Kacang Kedele (ampas tempe) dan Rumput Lapang. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. I993. Tabel Komposisi Pakan di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hernanto, F. 1995. Ilmu Usahatani. P.T. Penebar Swadaya, Jakarta. Kantor Kecamatan Ciampea. 2007. Monografi Kecamatan Ciampea. Bogor. Lasmanawati, N. 2006. Analisis SWOT pengembangan peternakan ruminansia berdasarkan potensi hijauan pakan mengunakan bahasa pemprograman Visual Basic 6.0. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ma’sum, M. 2006. Lahan sumber penghasil hijauan pakan. Publikasi Budidaya Ternak Ruminansia. Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. Departemen Pertanian, Jakarta. Mubiyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Muladno, A. M. Fuah dan M. Yamin. 2003. Identifikasi Potensi Ternak Domba. Laporan Akhir. Kerjasama Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Ternak, Bogor. Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. P.T. Penebar Swadaya, Jakarta. Muthiah, R. 2004. Optimalisasi usahatani tanaman dan ternak Kambing – Domba di Desa Persawahan Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nawawi, A.T. 2003. Evaluasi program usaha gaduhan ternak domba di Kelurahan Cimahpar Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nell, A.J. dan Rollinson. 1974. The Requirement an Avaliability of Livestock Feed in Indonesia. UNDP project INS/72/009. Pambudy, R. dan Sofyan Sudardjat D. 2000. Menjelang Dua Abad Sejarah Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia: Peduli Peternak Rakyat. Yayasan Agroindo Mandiri, Jakarta. Patriani, R. 2005. Identifikasi potensi Kecamatan Cisarua sebagai wilayah pengembangan Sapi Perah menggunakan Metode APWPP. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Putri, S.M.P. 2007. Efisiensi produksi usaha peternakan domba di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahardi, F. dan R. Hartono. 2003. Agribisnis Peternakan. P.T. Penebar Swadaya, Jakarta. Rosida, I. 2006. Analisis potensi sumberdaya peternakan Kabupaten Tasikmalaya sebagai wilayah pengembangan ternak Sapi Potong. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rustam. 2001. Evaluasi dampak program hibah ternak domba terhadap pendapatan petani. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Singarimbun, M dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Soehadji. 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta. Soeprapto, H dan Z. Abidin. 2006. Cara Tepat Penggunaan Sapi Potong. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. Sugeng, B. 1995. Beternak Domba. P.T. Penebar Swadaya, Jakarta. Suparini. 2000. Pengkajian potensi wilayah Kabupaten Bogor sebagai wilayah pengembangan ternak sapi potong. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Terjemahan : I. M. Mastika, K. G. Suaryana, I. G. L. Oka dan I. B. Sutrisna. Sebelas Maret University Press, Surakarta.
40
41
Lampiran 1. Angka Konversi Luas Lahan Penghasil Hijauan LUAS RIIL LAHAN
LUAS LAHAN TERSEDIA
1.
Luas padang rumput alam
Luas padang rumput alam
2.
Luas sawah bera
20 % dari luas total sawah X 10 %
3.
Luas galangan sawah
2,5 % dari luas total sawah
4.
Luas perkebunan
5 % dari luas total perkebunan
5.
Luas hutan sejenis/negara
5 % dari luas total hutan sejenis
6.
Luas hutan sekunder/rakyat
3 % dari luas total hutan sekunder
7.
Luas tepi jalan
0,5 hektar X total panjang jalan
8.
Luas tegalan/ladang
1 % dari luas total tegalan/ladang
Sumber: Nell dan Rollinson, 1974
42
Lampiran 2. Angka Konversi Jerami yang Tersedia untuk Ternak
9.
LUAS RIIL LAHAN
LUAS LAHAN TERSEDIA
Jerami padi
Luas
panen
(Ha)
X
0,23
Ton
Bhn
(Ha)
X
10,90
Ton
Bhn
(Ha)
X
5,05
Ton
Bhn
(Ha)
X
1,20
Ton
Bhn
(Ha)
X
1,07
Ton
Bhn
(Ha)
X
1,44
Ton
Bhn
kering/Ha/Thn 10.
Jerami Jagung
Luas panen kering/Ha/Thn 11. Jerami ubikayu Luas panen kering/Ha/Thn 12. Jerami ubijalar Luas panen kering/Ha/Thn 13. Jerami kedelai Luas panen kering/Ha/Thn 14. Jerami kacang tanah Luas panen kering/Ha/Thn Sumber: Nell dan Rollinson, 1974
43
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Lahan Penghasil Rumput (X) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Desa Bojong Rangkas Cibadak Ciampea Benteng Cibanteng Cihideung Ilir Cihideung Udik Bojong Jengkol Cinangka Tegal Waru Cicadas Cibuntu Ciampea Udik
Luas Sawah (LS dlm Ha) 5 6 57 24 58 102 190 147 219 205 207 207 184 1611
a (LSx20%) 1 1,2 11,4 4,8 11,6 20,4 38 29,4 43,8 41 41,4 41,4 36,8 322,2
b (ax10%) 0,1 0,12 1,14 0,48 1,16 2,04 3,8 2,94 4,38 4,1 4,14 4,14 3,68 32,22
c (3,75xb) 0,37 0,45 4,27 1,8 4,35 7,65 14,25 11,02 16,42 15,37 15,52 15,52 13,8 120,79
d (LSx2,5%) 0,12 0,15 1,42 0,6 1,45 2,55 4,75 3,67 5,47 5,12 5,17 5,17 4,6 40,24
e (3,75xd) 0,47 0,56 5,34 2,25 5,44 9,56 17,81 13,78 20,53 19,22 19,41 19,41 17,25 151,03
Luas Tegalan (LT dlm Ha) 11 27 34 50 6 3 10 9 9 60 11 6 4 240
f g (LTx1%) (3,75xf) 0,11 0,41 0,27 1,01 0,34 1,27 0,5 1,87 0,06 0,22 0,03 0,11 0,1 0,37 0,09 0,34 0,09 0,34 0,6 2,25 0,11 0,41 0,06 0,22 0,04 0,15 2,4 8,97
44
Lanjutan Hasil Perhitungan Lahan Penghasil Rumput (X) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Desa Bojong Rangkas Cibadak Ciampea Benteng Cibanteng Cihideung Ilir Cihideung Udik Bojong Jengkol Cinangka Tegal Waru Cicadas Cibuntu Ciampea Udik
Luas Hutan Negara (LHN dlm Ha) 0 0 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50
h (LHNx5%) 0 0 2,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,5
i (3,75xh)
Total X (c + e + g+ i)
0 0 9,375 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9,375
1,25 2,02 20,25 5,92 10,01 17,32 32,43 25,14 37,29 36,84 35,34 35,15 31,20 290,165
Keterangan : Total X : Luas Lahan Penghasil Rumput (Ton BK/HaTahun) a & b : Luas Sawah Bera f : Luas Tegalan c : Penghasil rumput dari luas sawah bera g : Penghasil rumput dari luas tegalan d : Luas Galangan Sawah h : Luas Hutan Negara e : Penghasil rumput dari luas galangan sawah i : Penghasil rumput dari luas hutan negara
45
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Lahan Penghasil Jerami (Y)
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Desa
Bojong Rangkas Cibadak Ciampea Benteng Cibanteng Cihideung Ilir Cihideung Udik Bojong Jengkol Cinangka Tegal Waru Cicadas Cibuntu Ciampea Udik
Luas Panen
a
Padi (Ha) 0 0 41 10 100 201 235 180 287 100 102 102 253 1611
(LPPx0,23) 0 0 9,43 2,30 23,00 46,23 54,05 41,40 66,01 23,00 23,46 23,46 58, 19 370,53
Luas Panen
b
Jagung (Ha) 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,67 3,50 3,50 3,80 3,80 3,80 3,50 3,50 46,57
(LPJx10,90) 38,15 38,15 38,15 38,15 38,15 40,00 38,15 38,15 41,42 41,42 41,42 38,15 38,15 507,61
Luas Panen Kedelai (Ha) 0 0 0 0 0 0 0 0 0,26 0 0 0 0 0,26
c
Luas Ubi Kayu
d
(LPKx1,07) 0 0 0 0 0 0 0 0 0,27 0 0 0 0 0,27
(Ha)
(LUKx5,05) 20,20 25,25 35,45 50,50 35,35 45,45 40,40 45,45 55,55 50,50 35,35 25,45 35,35 500,25
4 5 7,02 10 7 9 8 9 11 10 7 5,04 7 99,06
Lanjutan Hasil Perhitungan Lahan Penghasil Jerami (Y)
46
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Desa Bojong Rangkas Cibadak Ciampea Benteng Cibanteng Cihideung Ilir Cihideung Udik Bojong Jengkol Cinangka Tegal Waru Cicadas Cibuntu Ciampea Udik
Keterangan : a: Jerami padi b: Jerami jagung c : Jerami kedelai
Luas Kacang Tanah (Ha) 0 0 0 0 0 1,40 0 0 1,00 0,46 0 0 0 2,86
e (LKTx1,44) 0 0 0 0 0 2,01 0 0 1,44 0,66 0 0 0 4,11
Luas Ubi Jalar (Ha) 4,5 6,0 8,5 7,5 5,0 8,0 7,0 6,5 9,0 7,0 7,50 7,50 7,25 91,25
f Total Y (LUJx1,20) (a + b + c + d + e + f) 5,4 63,75 7,2 70,60 10,2 93,23 9,0 99,95 6,0 102,50 9,6 143,29 8,4 141 7,8 132,8 10,8 175,49 8,4 123,98 9,0 109,23 9,0 96,06 8,7 140,39 109,5 1492,27
d : Jerami ubi kayu e : Jerami kacang tanah f : Jerami ubi jalar Total Y : Total penghasil jerami (ton BK/ha/thn)
47
Lampiran 5. Nilai KPPTD Kecamatan Ciampea Berdasarkan Sumber Daya Lahan Menghitung KPPTD (Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Domba) disini menggunkan tiga asumsi, yaitu : a) Asumsi pertama, semua jerami padi dimanfaatkan oleh ternak kerbau dan sapi Jumlah ternak kerbau dan sapi di Kecamatan Ciampea
= 230 ST
Produksi jerami padi di Kecamatan Ciampea
= 370,53 ton
Kebutuhan hijauan ternak kerbau dan sapi
= 230 x 2,3 = 529 ton
Sisa jerami padi setelah dikonsumsi oleh ternak kerbau dan sapi = 370,53 – 529 = -158,49 b) Asumsi kedua, ternak kambing hanya mengkonsumsi jerami non padi Jumlah ternak kambing di Kecamatan Ciampea
= 183, 08 ST
Produksi jerami non padi di Kecamatan Ciampea = 1492,27 ton Kebutuhan hijauan ternak kambing
= 183,08 x 2,3 = 421,084 ton
Sisa jerami non padi setelah dikonsumsi oleh ternak kambing = 1492,27 - 421,084 = 1071,18 ton c) Asumsi ketiga, ternak domba mengkonsumsi jerami non padi dan rumput Hijauan yang tersedia untuk ternak domba = sisa jerami non padi + rumput + sisa jerami padi = 1071,18 + 290,165 + (-158,49) = 1202,85 ton BK/Ha/Tahun
KTTD (Jumlah Ternak Domba yang Dapat Dipelihara Berdasarkan Ketersediaan Rumput dan Jerami) = Hijauan yang tersedia untuk ternak domba 2,3
= 1202,85 = 522,98 ST 2,3
¾ Jadi jumlah ternak domba yang dapat dipelihara berdasarkan ketersediaan rumput dan jerami sebanyak 522,98 ST. ¾ Jumlah ternak domba saat dilakukan penelitian adalah 421,155 ST, maka dapat diketahui jumlah ternak domba yang dapat ditambahkan di Kecamatan Ciampea adalah 101,823 ST (522,98 ST - 101,823)
48
Lampiran 6. Jumlah Kepadatan Penduduk tiap Desa di Kecamatan Ciampea No Nama Desa
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Luas Wilayah (Km2 )
Kepadatan (Jiwa/km2 )
1.
Cihideung Ilir
9.425
1,78
5.295
2.
Cinangka
11.284
3,40
3.319
3.
Cihideung Udik
13.682
2,84
4.818
4.
Bojong Jengkol
9.178
2,12
4.329
5.
Cibanteng
15.740
1,62
9.716
6.
Benteng
10.945
2,485
4.404
7.
Bojong Rangkas
11.166
1.04
10.736
8.
Cibuntu
8.074
2,54
3.179
9.
Ciampea
10.120
2,46
4.114
10. Tegal Waru
12.144
3,38
3.593
11. Cicadas
10.153
3,20
3.173
12. Ciampea Udik
7.183
2,62
2.742
13. Cibadak
9.943
1,14
8.722
139.037
30,625
68.140
Jumlah
49
Lampiran 3. Jumlah Rumput yang diberikan Peternak (Kg/hari) Jumlah Ternak yang No Nama Peternak Jumlah Rumput yang diberikan dimiliki (ekor) (Kg) 1 Unang 5 ekor 30 2 Samat 2 ekor 20 3 Bu Sarni 4 ekor 30 4 Sanim 2 ekor 20 5 Uci Sanusi 4 ekor 40 6 Amsir 4 ekor 70 7 Saun 4 ekor 30 8 Kosasi 3 ekor 30 9 Yoyo 3 ekor 30 10 Mardi 20 ekor 100 11 Soleh 7 ekor 50 12 Bu Ating 9 ekor 50 13 Bu Aam 6 ekor 30 14 Iwan 2 ekor 15 15 Ust. Akhyar 7 ekor 30 16 Marjuk 6 ekor 20 17 Indun 14 ekor 30 18 Nuriat 20 ekor 30 19 Yamin 3 ekor 35 20 Usup 4 ekor 30 21 Sukiatma 3 ekor 30 22 Ahmad Rokib 3 ekor 25 23 Sakri 6 ekor 20 24 Irfah 3 ekor 20 25 Lam 1 ekor 50 26 Amat 9 ekor 75 27 Ruminah 2 ekor 25 28 M. Asep 15 ekor 40 29 Asih 3 ekor 25 30 Wawat 7 ekor 30 31 Iran 3 ekor 30 32 Saman 7 ekor 30 33 Diva S. 2 ekor 25 34 Budi S. 2 ekor 50 35 Cecep 3 ekor 25 36 Basri 2 ekor 30
50
37 Masta 38 Ikat 39 Sapri 40 Pepen 41 Abdul Rohim 42 Mawi 43 Alinan 44 Tahari 45 Sukari 46 Adang 47 Mad Sai 48 Idrus Badri 49 Suhar 50 Saman 51 A. Sugandi 52 Mad Rohim 53 Jarkoni 54 Darman 55 Miskat 56 Suminta 57 Ace 58 Usup 59 Tobi 60 Rois 61 Supendi 62 Ahmad 63 Idris 64 Asep 65 Isro 66 Ami 67 Ita 68 Saepi 69 Herman 70 Sarni 71 Warti 72 Sugan 73 H. Asmar 74 Nani 75 Manap 76 Jumat 77 Narsin
3 ekor 7 ekor 4 ekor 4 ekor 3 ekor 2 ekor 3 ekor 6 ekor 3 ekor 3 ekor 3 ekor 1 ekor 7 ekor 2 ekor 8 ekor 8 ekor 5 ekor 1 ekor 1 ekor 2 ekor 1 ekor 5 ekor 2 ekor 13 ekor 6 ekor 7 ekor 13 ekor 2 ekor 7 ekor 1 ekor 5 ekor 10 ekor 5 ekor 8 ekor 7 ekor 9 ekor 5 ekor 5 ekor 5 ekor 2 ekor 4 ekor
30 30 50 30 15 20 20 25 50 25 50 20 100 50 40 35 40 10 20 30 20 30 25 50 50 50 70 50 20 3 50 50 50 30 50 50 30 20 50 25 20
51
78 Jaka 79 Rawi 80 Aris 81 Ita 82 Tawil 83 Emang 84 Sarta 85 Hj. Koya 86 Ujang 87 Mariam 88 Jakaria 89 Warta 90 Uken
3 ekor 3 ekor 9 ekor 5 ekor 2 ekor 3 ekor 6 ekor 1 ekor 9 ekor 4 ekor 4 ekor 10 ekor 3 ekor
25 20 40 60 20 25 30 5 50 25 25 60 20
Descriptive Statistics N pakan ternak Valid N (listwise)
90 90
Minimum Maximum 3 100 1 20
Mean 34,87 5,11
Std. Deviation 17,409 3,794
90
52
Lampiran 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciampea Berdasarkan Mata Pencaharian No
Jenis Mata Pencaharian
1.
Petani
8.978
2.
Pengusaha
4.672
3.
Pengrajin
9.737
4.
Industri Kecil
1.212
5.
Buruh Industri
2.442
6.
Pertukangan
1.194
7.
Buruh Pertambangan
605
8.
Buruh Perkebunan
326
9.
Pedagang
10.
Pengemudi/jasa Jumlah
Jumlah (orang)
10.871 563 40.600
50
Lampiran 8. Peta Kecamatan Ciampea
51