ANALISIS PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI TERHADAP POTENSI PEMBERDAYAAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SISWA DI SMA NEGERI “Y” KABUPATEN MADIUN 1,2,3
Anggit Sasmito1, Suciati2, Maridi3 Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Email:
[email protected] 2
[email protected] 3
[email protected] ABSTRAK
Kurikulum 2013 menuntut pendekatan saintifik yang meliputi: mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan sebagai bentuk pengalaman belajar siswa. Implementasi pemberdayaan kemampuan berkomunikasi siswa harus termuat dalam perangkat pembelajaran yang meliputi: materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan soal evaluasi. Penelitian bertujuan menganalisis perangkat pembelajaran biologi kelas XI terhadap potensi pemberdayaan kemampuan berkomunikasi siswa. Penelitian menggunakan metode deskriptif. Perangkat pembelajaran dianalisis potensi pemberdayaan kemampuan berkomunikasinya menggunakan instrumen penilaian kemampuan berkomunikasi yang dikembangkan Huey-Por Chang, et al. (2011) terdiri dua belas indikator. Analisis data secara deskriptif kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan materi dan soal evaluasi pada perangkat pembelajaran didapatkan seluruh indikator 0%. Sebaliknya langkah-langkah pembelajaran kemunculan duabelas indikator meliputi meliputi 1) berbagai cara deskripsi data 14,81%, 2) deskripsi hubungan data 0%, 3) berbagai cara memaknai data 22,22%, 4) melihat isi materi dengan berbagai pemikiran 12,96%, 5) menunjukkan kebenaran data 7,41%, 6) membedakan fakta dan kesimpulan 7,41%, 7) mengklarifikasi pernyataan 9,26%, 8) memastikan pernyataan teman 12,96%, 9) merespon pernyataan teman 0%, 10) memisahkan ide 0%, 11) memperbaiki pendapat dari masukan teman 3,71%, 12) menarik kesimpulan berdiskusi 9,26%. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran biologi kelas XI yang digunakan di SMA Negeri Y Kabupaten Madiun belum berpotensi memberdayakan kemampuan berkomunikasi siswa secara optimal, sehingga perlu pengembangan perangkat pembelajaran yang mampu memberdayakan kemampuan berkomunikasi siswa. Kata kunci: perangkat pembelajaran, biologi, kemampuan berkomunikasi
A. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat berdampak pada peningkatan daya saing masyarakat yang semakin tinggi. Wilayah regional ASEAN menunjukkan adanya daya saing yang semakin meningkat dengan diresmikan dan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Salah satu kompetensi yang penting dalam menghadapi MEA adalah kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu komponen penting untuk dapat bersaing dalam MEA. Peran vital dari kemampuan berkomunikasi dalam menghadapi MEA dapat diberdayakan melalui berbagai bidang diantaranya adalah bidang pendidikan. Selama proses pendidikan berlangsung, siswa perlu dibekali kemampuan berkomunikasi dan terus dilatihkan sebagai kompetensi untuk dapat bersaing dengan negara anggota MEA yang lainnya dalam mendapatkan pekerjaan (Sinhaneti et al, 2015). Pemerintah di berbagai negara di ASEAN mendorong masyarakat pedesaan maupun perkotaan untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang bisa mendukung kehidupan mereka yang lebih baik dalam menghadapi era MEA (Choomthong, 2014). Sama halnya dengan di Indonesia, kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu dari sepuluh kompetensi masa depan siswa, sepuluh kompetensi itu meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
57
moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan mengerti dan toleran terhadap perbedaan pandangan, kemampuan hidup bermasyarakat, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan kerja, memiliki kecerdasan dan kreatif, serta bertanggung jawab kepada lingkungan (Kemdikbud, 2014). Bukti kemampuan berkomunikasi menjadi satu kompetensi yang penting di masa depan adalah dengan dijadikannya sebagai pengalaman belajar yang harus dikuasai dan dimiliki oleh siswa melalui pendekatan saintifik dalam pembelajaran (Kemendikbud, 2014). Bekebalikan dari pernyataan tersebut, fakta di lapangan dari hasil penelitian (Paristiowati et al, 2015) menunjukkan bahwa skor atau hasil kemampuan berkomunikasi siswa belum optimal diberdayakan karena baru didapatkan hasil sebesar 52,76% dan 64,67% yang masih berada dibawah batas optimal kemampuan berkomunikasi yaitu sebesar 70%. Data penelitian tersebut menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan kementrian pendidikan dan kebudayaan dengan fakta yang ada di lapangan dan implementasinya di pembelajaran. Rendahnya kemampuan berkomunikasi disebabkan oleh banyak faktor dalam pelaksanaan pembelajaran, bisa dari faktor siswa, guru, maupun faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran. Salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan pembelajaran dan berperan dalam pemberdayaan kemampuan berkomunikasi adalah perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan suatu alat atau sarana bantu guru dalam melaksanakan pembelajaran, yang digunakan sebagai skenario pembelajaran sehingga terjadi proses perubahan dalam kemampuan sikap dan prilaku siswa yang merupakan akibat dari pengalaman yang didapatkan dalam pembelajaran (Yulmaini et al, 2008). Perangkat pembelajaran merupakan salah satu alat penunjang keberhasilan pembelajaran di kelas yang harus memadai kegiatan dalam sebuah pembelajaran sehingga terdapat bahan yang selalu diperbarui dan adanya pembaharuan pada perangkat pembelajaran sendiri (Yulmaini et al, 2008). Proses kegiatan belajar mengajar memerlukan perangkat pembelajaran yang lebih memadai, memberikan kemudahan peserta didik dalam mengikuti proses belajar dikelas dan bisa membuat siswa aktif serta kreatif dalam pembelajaran, yang secara tidak langsung akan mampu memberdayakan kemampuan berkomunikasi di kelas melalui keaktifannya dalam pembelajaran (Yulmaini et al, 2008). Keterampilan seorang guru tidak hanya pandai dalam menyampaikan materi saja, akan tetapi juga memiliki keterampilan dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Contoh keterampilan dari segi perencanaan yaitu membuat perangkat pembelajaran khususnya adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) karena RPP merupakan sarana dan prasarana yang memudahkan bagi seorang guru dalam melakukan pembelajaran di kelas dan dengan menyusun perangkat pembelajaran guru akan mengetahui kebutuhan siswa yang perlu diberdayakan, salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi siswa (Mukarramah et al, 2015). Perangkat pembelajaran yang ditulis dan dipersiapkan mendukung usaha guru untuk mengembangkan potensi siswa secara maksimal termasuk pembentukan karakter siswa, yeng terdiri dari kemampuan afektif dan psikomotor siswa dimana salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi siswa (Widiyatmoko, 2013). Cara pengemasan pengalaman belajar melalui perangkat pembelajaran yang dirancang oleh guru akan berpengaruh pada kebermaknaan pengalaman belajar bagi siswa (Wiryanti et al, 2013). Peran perangkat pembelajaran yang disusun berpengaruh pada makna yang didapatkan saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diterapkan dalam pendidikan dasar dan menengah, pada peraturan menteri nomor 103 tahun 2014 menyebutkan bahwa dalam penyusunan perangkat pembelajaran, dalam kegiatan ini atau kegiatan utama dalam pembelajaran harus menerapkan pendekatan saintifik sebagai bentuk pengalaman belajar yang meliputi mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan informasi, menalar atau mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014). Hal ini menunjukkan kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu kemampuan siswa yang diberdayakan melaui pembelajaran. Berdasarkan pentingnya siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dan pemberdayaan kemampuan berkomunikasi yang dilakukan melalui proses pembelajaran, serta pentingnya peran
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
58
perangkat pembelajaran biologi kelas XI dan potensinya dalam memberdayakan kemampuan berkomunikasi maka perlu adanya analisis perangkat pembelajaran biologi kelas XI pada materi sistem ekskresi manusia terhadap potensi pemberdayaan kemampuan berkomunikasi siswa di SMA Negeri “Y” Kabupaten Madiun. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan dengan cara yaitu langsung mengamati dan mencermati perangkat pembelajaran biologi yang digunakan di kelas XI SMA Negeri “Y” Kabupaten Madiun dengan kondisi perangkat pembelajaran yang apa adanya tanpa adanya penambahan maupun pengurangan isi dan komponen perangkat pembelajaran serta tanpa adanya manipulasi atau melakukan perubahan pada perangkat pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini di SMA Negeri SMA Negeri “Y” Kabupaten Madiun pada bulan Nopember 2016. Sampel dalam penelitian adalah perangkat pembelajaran biologi kelas XI yang disusun oleh guru biologi untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen untuk mengukur kemampuan berkomunikasi siswa yang telah dikembangkan dan divalidasi di Taiwan yang terdiri dari empat aspek yaitu aspek ekspresi, aspek evaluasi, aspek respon, dan aspek negosiasi dan terbagi menjadi duabelas indikator (Por Chang et al, 2011). Tabel 1 berikut ini menunjukkan instrumen yang digunakan dalam penelitian. Tabel 1. Instrumen pengukuran kemampuan berkomunikasi
ASPEK
INDIKATOR
∑ Kemunculan Indikator (Pada Perangkat Pembelajaran)
Dapat mendeskripsikan data dengan berbagai cara Dapat mendeskripsikan hubungan antar data Dapat memahami arti dari data yang disajikan dengan berbagai cara Dapat melihat isi materi atau data melalui beberapa cara atau beberapa Evaluasi sudut pandang 5. Dapat menunjukkan kebenaran dari data atau pendapat 6. Dapat membedakan fakta dan kesimpulan 7. Dapat mengklarifikasi data atau pernyataan yang rancu atau bermakna ganda Respon 8. Dapat memastikan atau meyakinkan pernyataan dari teman lain 9. Dapat merespon terhadap pernyataan yang teman lain belum jelas 10. Dapat memisahkan ide berbeda dari diri sendiri dan teman Negosiasi 11. Dapat memperbaiki pendapat sendiri berdasarkan masukan dari teman 12. Dapat menarik kesimpulan umum dari diskusi dengan kelompok JUMLAH Ekspresi
1. 2. 3. 4.
Prosedur kerja pada penelitian ini adalah dengan mencermati kemunculan indikator kemampuan berkomunikasi siswa pada perangkat pembelajaran biologi kelas XI yang meliputi: materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan soal evaluasi menggunakan instrumen pengukuran kemampuan berkomunikasi. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan dan mengelompokkan indikator-indikator yang muncul dalam perangkat pembelajaran biologi kelas XI. Prosedur kerja selanjutnya adalah menganalisis data kemunculan indikator kemampuan berkomunikasi dalam perangkat pembelajaran. Analisis data yang didapatkan dilakukan secara kuantitatif deskriptif. Data kemunculan indikator dalam perangkat pembelajaran biologi kelas XI yang didapatkan dihitung persentasenya dengan menjumlah potensi kemampuan berkomunikasi
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
59
tiap indikator yang muncul dibagi dengan jumlah semua indikator yang muncul dikali dengan 100% dan diberi kriteria. Formula dalam analisis adalah sebagai berikut. Persentase = Pedoman kategori potensi kemampuan berkomunikasi seperti pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Kategori potensi kemampuan berkomunikasi Persentase Skor (%) 81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Rendah Sangat Rendah (Sundayana, 2014)
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis kemunculan indikator potensi kemampuan berkomunikasi pada perangkat pembelajaran biologi kelas XI terdiri dari tiga bagian yaitu materi, langkah-langkah pembelajaran, dan soal evaluasi. Hasil analisis menunjukkan pada bagian materi dan soal evaluasi pada perangkat pembelajaran didapatkan seluruh indikator 0%. Berbeda dengan materi dan soal evaluasi, bagian langkah-langkah pembelajaran dari dua belas indikator kemampuan berkomunikasi yang diukur, hasil analisis menunjukkan sembilan indikator yang muncul. Hasil analisis pada langkah-langkah pembelajaran secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Jumlah dan Persentase Kemunculan Indikator Indikator Kemampuan Berkomunikasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jumlah
Persentase
8 0 12 7 4 4 5 7 0 0 2 5
14,81% 0% 22,22% 12,96% 7,41% 7,41% 9,26% 12,96% 0% 0% 3,71% 9,26%
Sembilan indikator yang muncul, satu indikator memiliki kategori rendah dan delapan indikator lainnya berkategori sangat rendah. Sedangkan tiga indikator lainnya memiliki persentase 0% karena tidak ada langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan ketiga indikator tersebut. Kemunculan indikator kemampuan berkomunikasi secara jelas terlihat pada diagram Gambar 1 berikut.
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
60
Gambar 1. Kemunculan Indikator Kemampuan Berkomunikasi Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Geger dengan menganalisis perangkat pembelajaran biologi kelas XI dan didapatkan hasil tersebut di atas. Indikator pertama memiliki persentase kemunculan sebesar 14,81%. Kategori sangat rendah pada persentase didapatkan karena delapan aktivitas yang muncul memuat perintah aktifitas untuk siswa mampu bertanya dan mengartikan data secara variatif. Indikator ketiga memiliki presentase 22,22% dan berkategori rendah didapatkan karena dari 12 aktivitas yang muncul dominan dari data siswa yang mampu mendapatkan informasi dari berbagai macam data yang disajikan guru. Indikator keempat memiliki persentase 12,96% yang berkategori sangat rendah, hal ini didapatkan dari tujuh aktivitas yang semuanya siswa mendapatkan isi materi dengan beberapa cara, salah satunya dengan menganalisis. Indikator kelima dan keenam sama-sama memiliki persentase 7,41%, hal ini didapatkan dari pembuktian kebenaran melalui praktikum pada indikator kelima dan dapat membedakan fakta dan kesimpulan dengan menyusun laporan praktikum. Indikator ketujuh memiliki persentase 9,26% karena siswa hanya sedikit diberi kesempatan untuk melakukan klarifikasi makna yang rancu, terbukti hanya lima aktivitas dan hanya saat melakukan percobaan saja, tidak diluar itu, sehingga berkategori sangat rendah. 12,96% pada indikator kedelapan yang berkategori sangat rendah karena aktivitas dalam meyakinkan atau memastikan pernyataan terbatas pula pada presentasi yang didapatkan dari hasil percobaan maupun studi literasi yang didapatkan dan hanya ada tujuh aktivitas yang mendorong siswa meyakinkan temannya melalui presentasi. Indikator kesebaelas memiliki persentase 3,71% karena hanya ada dua aktifitas dan terdapat pada satu perangkat pembelajaran saja, dimana siswa dapat memperbaiki pemahaman diri sendiri dengan saling membantu dalam menjelaskan dan memahami konsep antara siswa satu dengan yang lainnya atau antar sesama siswa. Pada indikator keduabelas yang memiliki persentase 9,26% yang masih terkategori rendah karena tidak semua perangkat pembelajaran dalam proses pembelajarannya selalu dimuat kegiatan diskusi, terbukti hanya ada lima rencana aktivitas yang melibatkan siswa untuk berdiskusi. Potensi pemberdayaan kemampuan berkomunikasi yang muncul dalam perangkat pembelajaran seperti halnya hasil penelitian yang menyebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran yang baik akan mampu menghasilkan dampak signifikan pada kesempatan kepada siswa untuk menggali pengetahuan yang akan didiskusikan dan dikonstruksi dalam pembelajaran di kelas, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan siswa yang lainnya, dan siswa dengan guru dalam diskusi kelompok. Perencanaan pembelajaran yang disusun dalam
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
61
perangkat pembelajaran seperti ini secara tidak langsung membantu siswa dalam memberdayakan dan melatihkan kemampuan berkomunikasinya (Jaya et al, 2014). Selain itu pembelajaran ini memberikan peran yang positif pada pemahaman siswa, meningkatkan interaksi dan partisipasi dalam pembelajaran, dan mampu mengembangkan karakter positif siswa, termasuk kemampuan berkomunikasi didalamya. Penggunaan perangkat yang baik akan memandu pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan harapan, terutama proses yang baik juga akan dapat meningkatkan hasil yang baik (Jaya et al, 2014). Penyusunan perangkat pembelajaran juga dituntut agar perencaan yang dibuat melibatkan aktif siswa dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang disusun mencerminkan siswa dapat merancang langkah-langkah kerja sendiri, ketrampilan proses, dan melaporkan hasil praktikum baik dalam laporan maupun presentasi atau kemampuan mempresentasikan hasil percobaan (Mulyono et al, 2012). Kegitan-kegiatan siswa yang ada dalam pembelajaran merupakan hasil dari implementasi perangkat pembelajaran yang mampu memberdayakan kognitif, psikomotor, dan afektif. Merangcang langkah-langkah percobaan dan mempresentasikan hasil percobaan yang termuat dalam perangkat pembelajaran merupakan salah satu upaya dalam memberdayakan kemampuan berkomunikasi siswa. Perencanaan pembelajaran dengan desain pembelajarannya sebagai perangkat pembelajaran dirancang salah satunya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi. Perencanaan pembelajaran yang termuat salah satunya pada perangkat pembelajaran yang disusun guru terdiri dari penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media serta sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. (Mukarramah et al, 2015). Skenario dalam perangkat pembelajaran, dalam kegiatan ini atau kegiatan utama dalam pembelajaran harus menerapkan pendekatan saintifik sebagai bentuk pengalaman belajar yang meliputi mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan informasi, menalar atau mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014) Berkaitan dengan penyusunan perangkat pembelajaran yang berpotensi dalam memberdayakan kemampuan berkomunikasi siswa disesuaikan dengan pendekatan maupun model atau metode dalam penyusunan pembelajaran yang digunakan (Mukarramah et al, 2015). Penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikai siswa dapat diberdayakan dengan pemanfaatan macam-macam model dan metode pembelajaran (Arsad et al, 2011; Chrzanowski et al, 2015; Alias et al, 2015). Model atau metode yang menarik ini bisa digunakan dalam penyusunan perangkat pembelajaran sehingga dapat didesain untuk mampu memberdayakan kemampuan berkomunikasi. Selain inu, penggunaan media dan bahan ajar yang inovatif mampu memberdayakan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran di kelas (Bell et al, 2014; Sriarunrasmee et al, 2015). Pemilihan media dan bahan ajar yang tepat ini juga harus sudah dimanfaatkan sejak awal dalam menyusun perangkat pembelajaran oleh guru sehingga dapat diharapkan mampu dalam memberdayakan kemampuan siswa khususnya kemampuan berkomunikasi siswa. Penyusunan perangkat yang benar diharapkan mampu untuk memadai, memberikan kemudahan peserta didik dalam mengikuti proses belajar dikelas dan bisa membuat siswa aktif serta kreatif dalam pembelajaran (Yulmaini et al, 2008). Kreatif dan aktif dalam pembelajaran merupakan salah satu uapaya dalam memberdayakan kemampuan berkomunikasi siswa melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran biologi kelas XI yang digunakan di SMA Negeri “Y” Kabupaten Madiun belum berpotensi memberdayakan kemampuan berkomunikasi siswa secara optimal, sehingga perlu pengembangan perangkat pembelajaran yang mampu memberdayakan kemampuan berkomunikasi siswa. Masih ada beberapa komponen-komponen perangkat pembelajaran yang belum menstimulus siswa untuk
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
62
memberdayakan kemampuan berkomunikasi dan sebaagian sudah diberdayakan meskipun persentasenya masih kecil sekali sehingga menunjukkan representasi dari indikator-indikator kemampuan berkomunikasi masih terkategori rendah dan sangat rendah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan agar perangkat pembelajaran mampu memberdayakan kemampuan berkomunikasi siswa adalah pada penyusunan perangkat pembelajaran memilih metode, model, media, dan bahan ajar yang mampu untuk memberdayakan kemampuan berkomunikasi. E. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami sampaikan kepada: Dr. Suciati, M.Pd. selaku pembimbing dan Prof. Dr. Maridi, M.Pd. selaku ko-pembimbing. Segenap guru SMA Negeri “Y” Kabupaten Madiun atas kerjasama dan bantuannya dalam menyelesaikan penelitian. Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dan penyelesaian penelitian. F. DAFTAR PUSTAKA Alias, A., & Osman, K. (2015). Assesing Oral Communication Skills in Science: A Rubric Development. Asia Pacific Journal of Educators and Education Vol. 30 , 107-122. Arsad, N. M., Osman, K., & Tuan Soh, T. M. (2011). Instrument Developnment for 21st Century Skills in Biology. Procedia-Social and Behavioral Sciences 15 , 1470-1474. Bell, M., & Carr, P. (2014). Building Communication Skills for Science Students in Videoconference Tutorials. International Journal of Innovation in Science and Mathematics Education 22 (4) , 65-78. Choomthong, D. (2014). Preparing Thai Students' English for the ASEAN Economic Community: Some Pedagogical Implications and Trends. Language Education and Acquisition Research Network (LEARN) Journal Volume 7 Issue 1 , 45-57. Chrzanowski, M. M., Cieszynska, A., & Ostrowska, B. (2015). Communication during Science Classes. Procedia-Social and Behavioral Sciences 174 , 496-502. Dewi, K., Sadia, I. W., & Ristiati N., P. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu dengan Setting Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Ilmiah Siswa. e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 3 . Jaya, I., & Sadia, I. A. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Bermuatan Pendidikan Karakter dengan Setting Guided Inquiry untuk Meningkatkan Karakter dan Hasil Belajar Siswa SMP. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA Volume 4 , 1-12. Kemdikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015 Mata Pelajaran SMP/MTs. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014. Jakarta, Indonesia: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Mukarramah, U., Juanda, A., & Fitriah, E. (2015). Analisis Standar Proses Pembelajaran Biologi Kelas X di SMA Negeri 1 Majalengka Tahun Pelajaran 2014/ 2015. Scientiae Educatia Vol. 5 No. 1 . Mulyono, Y., Bintari, S., Rahayu, E. S., & Widiyaningrum, P. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific Skill Teknologi Fermentasi berbasis Masalah Lingkungan. Lembaran Ilmu Kependidikan (1) (2012) , 20-26. Paristiowati, M., Slamet, R., & Sebastian, R. (2015). Chemo-Entrepreneurship: Learning Approach for Improving Student's Cooperation and Communication (Case Study at Secondary School, Jakarta). Procedia-Social and Behavioral Sciences 174 , 1723-1730.
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
63
Por Chang, H., Chen, C. C., Guo, G. J., Cheng Y., J., Lin C., Y., & Jen T., H. (2011). The Development of a Competence Scale for Learning Science: Inquiry and Communication. International Journal of Science and Mathematics Education 9 , 1213-1233. Sinhaneti, K., & Fu, W. (2015). English skills for AEC communication: A challenge for Thai universities. Shinawatra University, Thailand , 1-9. Sriarunrasmee, J., Techataweewan, W., & Mebusaya, R. P. (2015). Blended Learning Supporting Self-Directed Learning and Communication Skills of Srinakharinwirot University's First Year Students. Procedia-Social and Behavioral Sciences 197 , 1564-1569. Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta. Tuan Soh, T. M., Osman, K., & Arsad, N. M. (2012). M-21CSI: A Validated 21th Century Skills Instrumen for Secondary Science Students. Asian Social Science Vol. 8 No. 16 , 38-44. Widiyatmoko, A. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berkarakter Menggunakan Pendekatan Humanistik Berbantu Alat Peraga Murah. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 2 (1) , 76-82. Yulmaini, S. N. (2008). Perangkat Pembelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Umum (SMU). Seminar Nasional Informatika 2008 (hal. 279-288). Yogyakarta: UPN "Veteran" Yogyakarta.
Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017
64