D A N G I A N G S U N D A V O L . 2 N O . 2 J U N I 2 0 1 4 | 1
ANALISIS NASKAH DRAMA “PAJARATAN CINTA” KARYA DHIPA GALUH PURBA (Tilikan Struktural & Stilistika) Nenden Popi Nurasyiah1, Retty Isnendes2, Agus Suherman3 Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Ieu panalungtikan dikasang tukangan ku kapanasaranan ngeunaan gaya basa jeung struktur dina naskah drama “Pajaratan Cinta. Tujuan utama dina ieu panalungtikan nya éta ngadeskripsikeun struktur, gaya basa, jeung ma’na kiasan dina naskah drama “Pajaratan cinta”. Métode nu digunakeun nya éta, deskripsi analitis. Hasil analisis struktur, nya éta: (1) tema: kahirupan sosial; (2) penokohan: palaku utama 4, palaku tambahan 5; (3) latar: latar sosial 25 (80,6%), latar tempat 3 (9,6%), jeung latar waktu 3 (9,6%); (4) alur: maju; (5) gaya: gaya bahasa umum 13, gaya bahasa khas 13; (6) sudut pandang; jalma katilu; 7) prolog; nyaritakeun tempat, waktu, jeung suasana carita; (8) dialog: 263 dialog pribadi; (9) babak: sababak; (10) adegan: VI adegan; (11) wawancang: 86 wawancang; (12) epilog: peristiwa pamungkas. Gaya basa dina naskah “Pajaratan Cinta” kapanggih aya 135 ungkara gaya basa, nu dipasing-pasing dumasar gaya basa retoris, jeung gaya basa kiasan, nya éta: (1) gaya basa aliterasi aya 9 (4,1%), (2) gaya basa asonansi aya 25 (11,4%), (3) gaya basa asideton aya 13 (5,9%), (4) gaya basa elipsis aya 2 (0,9%), (5) gaya basa eufemismus aya 16 (7,3%), (6) gaya basa pleonasme aya 7 (3,2%), (7) gaya basa hiperbola aya 23 (10,5%), (8) gaya basa simile aya 9 (4,1%), (9) gaya basa metafora aya 62 (28,2%), (10) gaya basa personifikasi aya 27 (12,3%), (11) gaya basa alusi aya 6 (2,7%), (12) gaya basa metonimia aya 10 (4,5%), jeung (13) gaya basa satire aya 11 (11 95%). Ma’na gaya basa kiasan dina naskah drama “Pajaratan Cinta” nya éta, 50 ungkara gaya basa ti 106 ungkara gaya basa kiasan nu kapanggih dina ieu naskah, nu lolobana mangrupa ma’na babandingan. Kecap galeuh: Nasakah Drama, Struktural, Stilistika
1 Penulis Uatama 2 Penulis Penanggung Jawab 1 3 Penulis Penanggung Jawab 2
2 | N e n d e n P o p i : A n a l i s i s N a s k a h D r a m a . . .
ANALISIS NASKAH DRAMA “PAJARATAN CINTA” KARYA DHIPA GALUH PURBA (Tilikan Struktural & Stilistika) Nenden Popi Nurasyiah1, Retty Isnendes2, Agus Suherman3 Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Latar belakang penelitian ini didasari oleh keingin tahuan mengenai gaya bahasa dan struktur dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”. Tujuan utama yang ingin dicapai yaitu mendeskripsikan struktur, gaya bahasa, dan, ma’na kiasan dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”. Metode yang digunakan yaitu deskripsi analitis. Hasil analisis struktur, yaitu: (1) tema: kehidupan sosial, (2) penokohan: pelaku utama 4 dan pelaku tambahan 5; (3) latar: latar sosial 25 (80,6%), latar tempat 3 (9,6%), dan latar waktu 3 (9,6%); (4) alur: maju; (5) gaya: gaya bahasa umum 13, dan gaya bahasa khas 13, (6) sudut pandang: orang ketiga; :7) prolog: menceritakan tempat, waktu, dan suasana cerita; (8) dialog: 263 dialog pribadi; (9) babak: satu babak; (10) adegan: VI adegan; (11) wawancang: 86 wawancang; (12) epilog: menceritakan ahir cerita. Gaya bahasa dalam naskah ini terdapat 135 meliputi gaya bahasa retoris, dan gaya bahasa kiasan, yaitu: (1) gaya bahasa aliterasi ada 9 (4,1%), (2) gaya bahasa asonansi ada 25 (11,4%), (3) gaya bahasa asideton ada 13 (5,9%), (4) gaya bahasa elipsis ada 2 (0,9%), (5) gaya bahasa eufemismus ada 16 (7,3%), (6) gaya bahasa pleonasme ada 7 (3,2%), (7) gaya bahasa hiperbola ada 23 (10,5%), (8) gaya bahasa simile ada 9 (4,1%), (9) gaya bahasa metafora ada 62 (28,2%), (10) gaya bahasa personifikasi ada 27 (12,3%), (11) gaya bahasa alusi ada 6 (2,7%), (12) gaya bahasa metonimia ada 10 (4,5%), dan (13) gaya bahasa satire ada (11 95%). Ma’na gaya bahasa kiasan dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” yaitu, 50 ungkapan gaya bahasa dari 106 ungkapan gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam naskah ini, yang kebanyakan merupakan makna perbandingan. Kata kunci: Gaya Basa, Struktural, Stilistika
1
Penulis Utama
2 3
Penulis Penanggung Jawab 1 Penulis Penanggung Jawab 2
D A N G I A N G S U N D A V O L . 2 N O . 2 J U N I 2 0 1 4 | 3
ANALYSIS “PAJARATAN CINTA” DRAMA MANUSCRIPT CREATION DHIPA GALUH PURBA (Structural & Stylistics approach) Nenden Popi Nurasyiah1, Retty Isnendes2, Agus Suherman3 Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRACT Backround of this reasech is known how style of language and structur in drama manuscript “Pajaratan Cinta” creaton Dhipa Galuh Purba. This reasech aim to describe the style of language, the structure, and the meaning’s figure of speech in drama manuscript “Pajaratan Cinta”. This research was conducted by using descriptive analytic method. Result structure in this reasech are: (1) theme: social life, (2) cast: 4 center cast and 5 proponent cast, (3) setting: social are 25 (80,6%), place are 3 (9,6%), and time are 3 (9,6%); (4) plot: chronology (5) style: general style of language are 13, and special of language are 13, (6) point of view: third person, (7) prologue: describe about place, time and atmosphere of strory, (8) dialogue: 263 personal dialogue; (9) stage: one stage; (10) scene: VI scane; (11) wawancang: 86; (12) epilog: describe about ending story. Result of reasech style of language: this manuscript have 135 expression style of language, they are rhetorical and figure of speech. Rhetorical: (1) aliterasi are 9 (4,1%), (2) asonansi are 25 (11,4%), (3) asideton are 13 (5,9%), (4) elipsis are 2 (0,9%), (5) eufemismus are 16 (7,3%), (6) pleonasme are 7 (3,2%), (7) hiperbola are 23 (10,5%), (8) simile are 9 (4,1%), (9) metaphore are 62 (28,2%), (10) personifikasi are 27 (12,3%), (11) alusi are 6 (2,7%), (12) metonimia are 10 (4,5%), and (13) satire are (11 95%). Drama manuscipt “Pajaratan Cinta” have analisis 50 meaning expression from 106 figure of speech, most of this meaning are comparison meaning.
Keywords: Drama Manuscript, Structural, Stylistics
1
Author Co- author 1 3 Co- author 2 2
4 | N e n d e n P o p i : A n a l i s i s N a s k a h D r a m a . . .
Sastra merupakan karya tulis yang mempunyai unsur estetika, yang menggunakan bahasa sebagai medium utamanya. Dalam karya sastra pengarang mengekspresikan ide dan gagasannya melalui untayan kata yang indah dan penuh makna, hal ini sesuai dengan pendapat Minderop (2011, hlm. 76) yang mengatakan bahwa,sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan, indah dan artistik serta mengandung nilai-nilai kehidupan dan ajaran moral sehingga mampu menggugah: pengalaman, kesadaran moral, spiritual dan emosi. Apabila dilihat dari waktu lahirnya, sastra terbagi menjadi dua jenis yaitu, sastra tradisional dan sastra modern. Sastra tradisional Sunda diantaranya cerita pantun, wawacan, sisindiran dan kakawihan, sedangkan sastra Sunda modern diantaranya sajak, prosa dan drama, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah karya sastra dalam bentuk drama. Drama atau cerita drama adalah karangan sastra yang menapilkan cerita atau lakon cerita dalam bentuk dialog, untuk ditampilan dalam sebuah pagelaran drama (Isnendes, 2010, hlm. 21). Naskah drama merupakan karya sastra yang jarang dibahas dan tidak terlalu digandrungi dibandingkan dengan jenis karya-karya sastra lainnya. Hal ini terbukti dari jumlah naskah drama yang tidak sebanyak cerpén, sajak atau novel. Hal ini dilatar bekangi oleh kurangnya peminat pembaca akan naskah drama, kurangnya penulis naskah drama, dan struktur drama yang sedikit berbéda, tidak seperti halnya cerpen, novel atau sajak yang mempunyai kemasan yang dianggap lebih praktis. Padahal naskah drama bisa jadi salah satu media untuk memelihara bahasa Sunda, karena naskah drama tidak sekedar bisa dibaca seperti karya sastra pada umumnya, tapi pada drama pembaca atau penonton bisa menyaksikan ekspresi dan gerak sebuah
cerita apabila suatu naskah drama sudah dikemas dalam sebuah pagelaran drama. Penikmat drama akan disuguhkan rangkaian cerita dalam bentuk audio dan visual, inilah salah satu hal yang menjadikan drama dengan karya sastra lainnya. Dalam sebuah drama, dialog merupakan situasi bahasa yang sangat penting, tapi Hasanudin (1996, hlm. 99) menjelaskan bahwa garapan bahasa dalam karya sastra bukan sekedar dialognya saja, tetapi harus diperhatikan juga bahasa yang dipergunakan oleh pengarang yang menjadi situasi bahasa. Lebih tepatnya yang dinamakan garapan bahasa disini adalah yang biasa disebut dengan stley. Style atau gaya adalah cara pengarang menggunakan bahasa dalam karya sastranya. Membahas tentang gaya dalam karya sastra, tidak akan lepas dari bagaimana seorang pengarang menggunakan atau mengespresikan bahasanya di dalam karya. Usaha untuk memahami garapan bahasa dalam karya sastra, biasanya lebih popular dengan istilah stilistika, yang dimaksud dengan stilistikan adalah ilmu yang membahas tentang pemakaian bahasa, rakitan bahasa, dan gaya bahasa dalam karya sastra (Tamsyah, 1999, hlm. 237). Gaya bahasa adalah unsur karya sastra sebagai akibat cara penyusunan bahasa sehingga menimbulkan aspek estetis (Ratna, 2013, hlm. 416). Menurut Keraf (2010, hlm. 129) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dibagi jadi dua golongan, yaitu gaya bahasa kiasan dan gaya bahasa retoris. Gaya bahasa retoris merupakan penyimpangan dalam kontruksi biasa, untuk menimbulkan efek tertentu, sedangkan gaya bahasa kiasan merupakan gaya bahasa yang dibangun berdasarkan adanya perbandingan dan persamaan (Keraf, 2010, hlm. 136). Berdasarkan teori Keraf (2010, hlm. 136) gaya bahasa rétoris, yaitu: aliterasi,
D A N G I A N G S U N D A V O L . 2 N O . 2 J U N I 2 0 1 4 | 5 asonansi, asindenton, ellipsis, eufemismus, pleonasme, dan hiperbola, sedengkeun gaya bahasa kiasan, adalah: simile, metafora, personifikasi, alusi, metonimia, dan satir. Selain gaya bahasa, struktur dalam sebuah karya sastra juga mempunyai kedudukan yang sama pentingnya, karena dengan kita mengetahui struktur sebuah karya sastra kita akan lebih mendalami isi dan maksud yang ingin di sampaikan pengarang dalam karyanya. Konsep dasar pada teori struktural adalah anggapan bahwa sebuah karya sastra merupakan struktur otonom yang hanya bisa dipahami maksud dan tujuannya dari satu keutuhan yang dibangun oleh unsur-unsur pendukungnya (Isnendes, 2010, hlm. 91). Struktur naskah drama menurut Stanton (2012), yaitu: (1) tema, (2) fakta cerita (alur, tokoh, penokohan, & latar), (3) sarana sastra (judul, puseur implengan, & gaya), dan (4) unsur drama (prolog, dialog, babak, adegan, wawancang, jeung epilog). Objek pada penelitian ini adalah naskah drama “Pajaratan Cinta” karya Dhipa Galuh Purba, naskah ini pernah menjadi naskah pilihan dalam Festival Drama Bahasa Sunda yang diadakan oleh Teater Sunda Kiwari pada taun 2012. Naskah drama “Pajaratan Cinta” merupaan naskah drama tema sosial yang dikemas dengan cerita yang unik dan begitu imajinatif. Pengarang benar-benar lihay dalam memainkan bahasa yang disajikan melalui dialog diantara lakon ceritanya. Berdasarkan pembahasan diatas, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu, mendeskripsikan struktur, gaya bahasa, dan mengetahui makna yang terkandung dalam gaya bahasa kiasan. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita dalam bidang sastra dan bahasa, khususnya penggunaan bahasa dalam sebuah karya sastra.
Métodé Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, Arikunto (2006, hlm. 270) menyatakan bahwa metode déskriptif analitis adalah metode penelitian yang mempunyai maksud untuk menyelsaikan permasalahanpermasalahan faktual, berdasarkan pengumpulan data, analisis dan menafsirkan data. Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi dan mendeskripikan struktur, gaya bahasa, dan makna kiasan dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”. Analisis struktur yaitu tema, fakta cerita, & sarana sastra serta unsur drama. Analisis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna, menggunakan metode stilistika, Abrams dalam Nurgiyantoro (1998, hlm. 280) menyatakan stilistika kesastraan merupakan satu metode analisis karya sastra yang membahas tentang bentuk dan tanda-tanda kebahasaan seperti yang terdapat dalam struktur lahirnya. Setelah analisis gaya bahasa kemudian akan dianalisis makna kiasan yang terkandung didalamnya. Desain dalam penelitian ini, adalah: (1) membaca naskah drama, (2) menganalisis struktur drama, (3) menganalisis gaya bahasa, (4) mengolah data, (5) mendeskripsikeun data dan (6) menyusun laporan. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama “Pajaratan Cinta” karya Dhipa Galuh Purba. Naskah ini dibangun oleh VI adegan, dan mempunyai 28 halaman, yang dicetak dalam kertas HVS putih ukuran A4. Naskah drama pajaratan cinta merupakan naskah drama tema cinta, yang menceritakan cinta terlarang antara tokoh Arin dan Jaka yang datang ke “Pajaratan Cinta”, tempat yang dipercaya bisa memusnahkan cinta.
6 | N e n d e n P o p i : A n a l i s i s N a s k a h D r a m a . . .
Hasil dan Pembahasan Analisis yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini, adalah: analisis struktur, unsur drama, gaya bahasa, dan makna kiasan dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”, analisnya seperti dibawah ini. 1. Analisis Struktur Drama Struktur naskah drama menurut Stanton (2012), yaitu: (1) tema, (2) fakta cerita (alur, tokoh, penokohan, & latar), (3) sarana sastra (judul, puseur implengan, & gaya). Struktur dalam naskah drama “Pajaratan cinta”, hasil analisisnya seperti di bawah ini. 1) Tema Tema dalam naskah drama “Pajaratan cinta”, yaitu tema sosial yang lebih condong ke percintaan, cinta antara manusia dengan lawan jenisnya, cinta antara manusia dengan kulawarganya, dan cinta antara manusia dengan tanah air. 2) Fakta cerita Stanton dalam Isnendes (2010, hlm. 92) mengemukakan fakta cerita, terdiri dari: alur, tokoh dan latar. Fakta cerita dalam naskah drama “Pajaratan cinta”, hasil analisisnya seperti di bawah ini. a) Alur Alur dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” menggunakan alur maju. b) Tokoh Tokoh dalam nnaskah drama “Pajaratan Cinta” ada 9 tokoh, 4 tokoh utama, yaitu: Jaka, Arin, Suhadi jeung Pohaci Rababu, jeung 5 tokoh tambahan, yaitu: Dayang Sumbi, Sangkuriang, Roni, Agni dan Noni. c) Latar Latar pada naskah ini ada 31, yaitu: latar sosial aya 25 (80,6%), latar tempat
aya 3 (9,6%), jeung latar waktu aya 3 (9,6%). 3) Analisis Sarana sastra Sarana sastra adalah metode pengarang memilih dan menyusun detaildetail cerita supaya karya sastra lebih mempunyai makna. Sarana sastra meliputi: judul, sudut pandang, gaya dan tone (Stanton, 2012, hlm. 46). Sarana sastra dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” karya Dhipa Galuh Purba, hasil analisanya seperti di bawah ini. a) Judul Judul naskah drama “Pajaratan Cinta” mengacu pada nama latar tempat berlangsungnya cerita. b) Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakeun dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” karya Dhipa Galuh Purba, yaitu orang ketiga (third person). c) Gaya Isnendes (2010, hlm. 180) mengemukakan gaya bahasa dibagi menjadi dua, yaitu gaya bahasa umum dan gaya bahasa khas. Gaya bahasa umum dibagi menjadi dua, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”, terdapat 7 jenis gaya bahasa retoris, dan 6 jenis gaya bahasa kiasan, sedangkan gaya bahasa khas yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”, yaitu, gaya bahasa asing dan gaya bahasa idiolék. Gaya bahasa asing yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”, yaitu: Realmadrid, gay, facebook, twitter, chip, ABG dan DNA. Gaya bahasa asing dalam naskah ini merupakan istilah nama-nama dalam bahasa serapan, yang mempunyai fungsi untuk menguatkan konteks cerita. Sedangkan gaya bahasa idiolek yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan
D A N G I A N G S U N D A V O L . 2 N O . 2 J U N I 2 0 1 4 | 7 Cinta”, yaitu: Bedul siah….!, kéhéd! , disiksa ku aing!, kurang ajar pisan, deléh heula, jeung nyingkah siah!. Gaya bahasa khusus disini merupakan kata-kata untuk mengeluarkan emosi marah, fungsinya untuk menekankan kaekspresian cerita. 2. Unsur Drama Isnendes (2010, hlm. 30) mengemukakan unsur drama meliputi: prolog, dialog, pembabakan, adegan, wawancang, dan epilog. Unsur-unsur drama dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”, hasil analisisnya seperti dibawah ini. 1) Prolog Prolog dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” menjelaskan tentang tempat kejadian, suasana dan pelaku. 2) Dialog Dialog dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” terdapat 263 dialog, dari jumlah tersebut semuanya merupakan dialog pribadi yang diucapkan oleh satu tokoh dengan tokoh lainnya. 3) Babak Babak dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” terdapat satu babak, karena kejadian-kejadian dalam naskah ini hanya berlangsung di satu tempat, yaitu tempat yang diberi nama “Pajaratan Cinta”. 4) Adegan Adegan dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” ada VI adegan, yaitu: adegan berat terdapat pada adegan I, adegan terikat/suspense terdapat pada adegan II, adegan terbuka terdapat pada adegan III, adegan kecil terdapat pada adegan IV, adegan ringan/hiburan terdapat pada adegan V, dan adegan wajib yang terdapat pada adegan VI. 5) Wawancang Wawancang yang terdapat dalam naskah naskah drama “Pajaratan Cinta”
ada 86 wawancang, yang semuanya merupakan wawancang perintah untuk para tokoh cerita. 6) Epilog Epilog yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” ada satu, yang isinya peristiwa terakhir yang menjadi penyelsain dalam cerita. 3. Analisis Gaya Bahasa Menurut Keraf (2010, hlm. 130) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” terdapat 135 ungkapan gaya bahasa yang dikelompokan ke dalam 13 gaya bahasa, 7 gaya bahasa retoris, dan 6 gaya basa kiasan. Hasil analisisnya seperti di bawah ini. 1) Gaya Bahasa Retoris Gaya bahasa retoris merupakan penyimpangan dari kontruksi biasa, untuk nimbulkeun efek tertentu. Keraf (2010, 130) mengelompokan gaya bahasa rétoris menjadi beberapa bagian, yaitu: aliterasi, asonansi, asindenton, ellipsis, eufemismus, pleonasme, jeung hiperbola. Gaya bahasa retoris yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” yaitu, 90 ungkapan dari total 135 ungkapan gaya bahasa. Hasil analisisnya seperti di bawah ini. a) Gaya Bahasa Aliterasi Gaya bahasa aliterasi adalah gaya bahasa yang berujud perulangan konsonan yang sama. Gaya bahasa aliterasi yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” terdapat adalah 9 buah ungkapan. b) Gaya Bahasa Asonansi Gaya bahasa asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama, gaya
8 | N e n d e n P o p i : A n a l i s i s N a s k a h D r a m a . . .
bahasa asonansi yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” terdapat adalah 25 buah ungkapan. c) Gaya Bahasa Asidenton Gaya bahasa asidenton adalah gaya bahasa yang acuannya bersipat padat dan mapat yang kalimah-kalimahnya tidak menggunakan kata penghubung. Gaya bahasa asidenton yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” terdapat 13 buah ungkapan. d) Gaya Bahasa Ellipsis Gaya bahasa ellipsis adalah gaya bahasa yang berujud menghilangkan suatu unsur kalimah yang dengan mudah dapat ditebak jawabannya. Gaya bahasa ellipsis yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” dalah 2 buah ungkapan. e) Gaya Bahasa Eufemismus Gaya bahasa eufemismus adalah gaya bahasa yang ungkapan-ungkapannya tidak menyinggung perasaan orang lain, Gaya bahasa eufemismus yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” terdapat 16 buah ungkara. f) Gaya Bahasa Pleonasme Gaya bahasa pleonasme adalah gaya yang mempergunakan kata-kata lebih banyak dari yang diperlukan. Gaya bahasa pleonasme yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” adalah 7 buah ungkapan. g) Gaya Bahasa Hiperbola Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlbihan. Gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” adalah 23 buah ungkapan. 2) Gaya Bahasa Kiasan Keraf (2010, hlm. mengemukakan gaya bahasa
136) kiasan
adalah gaya bahasa yang dibentuk berdasarkan adanya perbandingan atau persamaan. Gaya basa kiasan menurut Keraf (2010, 138) dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: simile, metafora, personifikasi, alusi, metonimia, jeung satir. Gaya bahasa kiasan dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” terdapat 125 ungkapan dari total 135 ungkapan gaya bahasa. Hasil analisisnya seperti dibawah ini. a) Gaya Bahasa Simile Gaya bahasa simile adalah gaya bahasa yang bersipat perbandingan secara eksplisit. Gaya bahasa simile yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” adalah 9 (4,1%) buah ungkapan. b) Gaya Bahasa Metafora Gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa analogi yang membandingkan dua hal sacara implisit. Gaya bahasa metafora yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” adalah 62 buah ungkapan. c) Gaya Bahasa Personifikasi Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati, seolah-olah hidup mempunyai sifat layaknya manusia. Gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” adalah 27 buah ungkapan. d) Gaya Bahasa Allusi Gaya bahasa alusi adalah gaya bahasa yang berusaha menyugestikan kesamaan antara orang, tempat atau peristiwa. Gaya bahasa allusi yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” adalah 6 buah ungkapan. e) Gaya Bahasa Metonimia Gaya bahasa metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan untuk menyatakan
D A N G I A N G S U N D A V O L . 2 N O . 2 J U N I 2 0 1 4 | 9 suatu hal lain. Gaya bahasa metonimia yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” adalah 10 buah ungkapan. f) Gaya Bahasa Satire Gaya bahasa satire adalah gaya bahasa yang sipatnya kritikan atau sindiran keras terhadap suatu hal. Gaya bahasa satire yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” adalah 11 (11 95%) buah ungkapan. 4) Analisis Ma’na Ma’na gaya bahasa kiasan dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” dianalisis 50 ungkapan gaya bahasa dari 106 ungkapan gaya bahasa kiasan yang ada. Sebagian hasil analisisnya, seperti dibawah ini. a) Ngembat lir alketip buludru (Purba, 2010, hlm. 6) Alketip bisa diartikan sebuah hamparan, sedangkan buludru merupakan kain yang terbuat dari bulu. Ngembat lir alketip buludru mempunyai makna harapan panjang yang penuh kebahagiaan. b) Naha taya jalan séjén keur nuntaskeunana? (Purba, 2010, hlm. 1) Jalan adalah tempat untuk berjalan. Ketika kita ingin melewati suatu tempat pastinya harus melalui jalan terlebih dahulu. Kata jalan dari Naha taya jalan séjén keur nuntaskeunana disini, tersimpan arti cara dalam meyelsaikan sebuah masalah. c) Ayeuna didieu geus jadi koruptor kelas kakap (Purba, 2010, hlm. 26) Kakap adalah jenis ikan laut yang buas, galak, dan berbadan, biasana hirup di laut. Gaya bahasa ini merupakan ungkapan yang membandingkan koruptor dengan sebuah jenis héwan yaitu kakap, karena adanya persamaan sifat. Kata
kakap disini mempunyai makna koruptor kelas atas, yang sudah benar-benar piaway mencuri uang rakyat. d) Anjeun kasarung. Anjeun kalarung. Taya gunana anjeun humarurung ngumbar kabingung (Purba, 2010, hlm. 6) Sarung adalah kain yang tidak memiliki ujung, sedangkann kalarung artinya terlewati. Kasarung disini mempunyai makna tersesat, keadaan dimana seseorang tidak bisa melewati apa-apa, atau tidak mengetahui jalan pulang. e) Nu bakal nilaman suku tina cucuk ruhit (Purba, 2010, hlm. 6) Cucuk ruhit merupaan tumbuhan yang mempunyai tangkai yang tajam. Cucuk ruhit disini bisa diartian masalah-masalah atau halangan-halangan dalam hidup. Kesimpulan Dari hasil analisis struktur, gaya bahasa, dan makna kiasan dari naskah drama “Pajaratan Cinta”, hasil kesimpulannya seperti dibawah ini. Struktur naskah drama “Pajaratan cinta”, yaitu: (1) tema, (2) fakta carita (alur, tokoh, penokohan, dan latar), (3) sarana sastra (judul, sudut pandang, dan gaya), serta (4) unsur drama (prolog, dialog, babak, adegan, wawancang, dan epilog). Tema naskah drama “Pajaratan Cinta” adalah, tema sosial. Fakta cerita naskah drama “Pajaratan Cinta”, yaitu: alur naskah drama “Pajaratan Cinta” adalah alur maju; tokoh di dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” ada Sembilan tokoh, 4 palaku utama dan 5 palaku tambahan; latar yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” ada 31, yaitu, latar sosial ada 25 (80,6%), latar tempat ada 3 (9,6%), jeung latar waktu ada 3 (9,6%). Sarana sastra dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”, yaitu: judul naskah drama “Pajaratan Cinta” mengacu pada latar tempat berlangsungnya cerita;
10 | N e n d e n P o p i : A n a l i s i s N a s k a h D r a m a . . .
sudut pandang dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” menggunkan sudut pandang orang ketiga (third person); gaya bahasa umum yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” ada 13, 7 gaya bahasa retoris, dan 6 gaya bahasa kiasan; gaya bahasa khas dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” ada 13, 7 gaya bahasa asing, dan 6 gaya bahasa idiolék. Unsur drama dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”, yaitu: prolog dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” menjelaskan tentang tempat kejadian, suasana, dan pelaku; adegan dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” ada VI adegan; babak dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” ada satu babak yang berlangsung disatu tempat; wawancang dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” ada 86 wawancang; dan dialog yang terdapat dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” ada 263 dialog; epilog dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” menceritakan peristiwa terakhir. Gaya bahasa dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris, yaitu: aliterasi, asonansi, asyndeton, ellipsis, eufemismus, pleonasme, dan hiperbola, serta gaya bahasa kiasan, yaitu: simile, metafora, personifikasi, alusi, metonimia, dan satire. Tingkat penggunaan gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan dalam naskah drama “Pajaratan Cinta”, yaitu: (1) gaya bahasa aliterasi ada 9 (4,1%), (2) gaya bahasa asonansi ada 25 (11,4%), (3) gaya bahasa asideton ada 13 (5,9%), (4) gaya bahasa elipsis ada 2 (0,9%), (5) gaya bahasa eufemismus ada 16 (7,3%), (6) gaya bahasa pleonasme ada 7 (3,2%), (7) gaya bahasa hiperbola ada 23 (10,5%), (8) gaya bahasa simile ada 9 (4,1%), (9) gaya bahasa metafora ada 62 (28,2%), (10) gaya bahasa personifikasi ada 27 (12,3%), (11) gaya bahasa alusi ada 6 (2,7%), (12) gaya bahasa metonimia ada 10 (4,5%), dan (13) gaya bahasa satire 11 aya (11 95%). Dalam
naskah drama “Pajaratan Cinta” gaya bahasa kiasan merupakan gaya bahasa yang lebih banyak dari pada gaya bahasa retoris, nyaéta: gaya bahasa retoris, yaitu gaya bahasa retoris ada 95 (43,2%), sedangkan gaya bahasa kiasan ada 125 (56,8%). Gaya bahasa kiasan metafora merupakan gaya bahasa kiasan paling banyak ditemukan dalam naskah ini, yaitu 62 (28,2%). Analisis makna gaya bahasa kiasan dalam naskah drama “Pajaratan Cinta” yaitu, 50 ungkara gaya bahasa dari 106 ungkara gaya bahasa kiasanyang terdapat dalam naskah, dan makna perbandingan merupakan makna yang paling banyak muncul. DAPTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hasanudin, W.S. (1996). Drama: Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa. Isnendes, C. (2010). Kajian Sastra: Aplikasi Teori & Kritik Pada Karya Sastra Sunda dan Indonesia. Bandung: Daluang Publishing. Isnendes, R. (2010). Teori Bandung: CV. Wahana Grafika
Sastra. Karya
Keraf, G. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Minderop, A. (2011). Psikologi Sastra: Karya Sastra, Métode, Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Nurgiyantoro, B. (1998). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Purba, D. (2010). Pajaratan Cinta (Naskah Drama). Koleksi Teater Sunda Kiwari. Bandung: Teu Diterbitkeun.
D A N G I A N G S U N D A V O L . 2 N O . 2 J U N I 2 0 1 4 | 11 Ratna, N. K. 2013. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Stanton, R. (2012). Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tamsyah, B. R. (1999). Kamus Istilah Tata Basa jeung Sastra Sunda. Bandung: Pustaka Setia
D A N G I A N G S U N D A V O L . 2 N O . 2 A G U S T U S 2 0 1 4 | 1