ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG – JALAN KELUD RAYA – JALAN BENDUNGAN RAYA Warsiti1),Sukoyo1),Galih Pamungkas2), Muhamad Ryan Herdiansyah2) 1) Staf PengajarJurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang 2) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang
[email protected] ABSTRAK Sejalan dengan pesatnya perkembangan kota, tuntutan lalu lintas yang semakin padat, dan permintaan masyarakat terhadap kendaraan yang semakin besar memerlukan perhatian maupun penilaian kerja untuk kondisi persimpangan. Tidak seimbangnya jumlah lalu lintas dengan lebar efektif jalan, pendeknya waktu hijau akan menyebabkan tundaan serta antrian lalu lintas pada persimpangan. Perencanaan lebar pendekat, pengaturan fase dan waktu siklus optimum ditujukan untuk menaikkan kapasitas persimpangan dan sedapat mungkin menghindari terjadinya konflik lalu lintas.Sebagaimana hal tersebut diatas, dicoba untuk mengadakan studi pada persimpangan bersinyal. Studi ini menggunakan metode pendekatan dari MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia) dengan meninjau persimpangan “Jalan Kaligarang – Jalan Kelud Raya – Jalan Bendungan Raya”. Setelah dilakukan analisis dari data yang diperoleh di lapangan, didapat nilai derajat kejenuhan untuk tiap pendekat adalah antara 0,907-0,927.Hal ini menunjukkan bahwa kinerja persimpangan tidak layak dioperasikan. Solusi yang dilakukan adalah dengancara perubahan waktu hijau sebanyak 14 detik pada lengan bagian barat (Jalan Kaligarang Barat), waktu siklus berubah dari 157 detik menjadi 171 detik dan penambahan lebar satu lajur (sepanjang 3,5 meter) pada pendekat T (Jalan Kaligarang Timur), penambahan satu lajur (sepanjang 3,5 meter) pada pendekat U (Jalan Bendungan Raya) dan penambahan 1,4 meter (dari 5,6 meter menjadi 7 meter) pada pendekat S (Jalan Kelud Raya). Setelah dilakukan perubahan tersebut, nilai derajat kejenuhan pada tiap pendekat menurun menjadi 0,4940,794 dengan tingkat pelayanan simpang E. Kata kunci :Kinerja Simpang, Derajat Kejenuhan, Panjang Antrian, Tundaan.
PENDAHULUAN Di dalam jaringan transportasi, persimpangan merupakan tempat pertemuan berbagai ruas jalan, sehingga menjadi sebuah titik rawankan terjadinya kemacetan lalu lintas oleh adanya konflik- konflik pergerakan arus, dimana hal ini dapat menimbulkan konflik lalu lintas sampai terjadinya kecelakaan, sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan kapasitas dan kinerjanya dengan tetap memperhatikan keselamatan para pengendara dan pejalan kaki. Kota Semarang sebagai kota yang Majalah Bangun Rekaprima
dinamis,mengalami perkembangandan pertambahan penduduk yang pesat, dimana hal ini akan memicu peningkatan aktifitas penduduk itu sendiri. Aktifitas penduduk perkotaan terjadi akibat adanya kawasan penarik dan kawasan bangkitan yang dapat mengakibatkan meningkatnya tuntutan lalu lintas (traffic demand). Peningkatan tuntutan lalu lintas akan menambah masalah kemacetan lalu lintas pada ruas jalan dan persilangan jalan, termasuk pada simpang bersinyal. Persimpangan merupakan suatu ruang / tempat pertemuan antara dua atau lebih ruas jalan yang bertemu 32
atau bersilangan; bervariasi dari persimpangan yang sangat sederhana yang terdiri dari ruang / tempat pertemuan antara dua ruas jalan sampai dengan persimpangan yang sangat kompleks berupa ruang / tempat pertemuan dari beberapa (>2) ruas jalan (Ofyar Z. Tamin 2008). Salah satu persimpangan bersinyal yang cukup mengalami permasalahan seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah Persimpangan Jalan Kaligarang – Jalan Kelud Raya – Jalan Bendungan Raya. Situasi simpang dapat dilihat pada gambar 1. Kondisi lalu lintas di persimpangan bersinyal ini sangat padat, hal ini ditunjukkan dengan adanya antrian yang panjang dan tundaan yang cukup
JL. Kaligarang (barat)
tinggi pada keempat pendekat pada lengan persimpangan terutama pada jam puncak, yaitu pada jam ketika masyarakat mengalami pergerakan untuk berangkat dan pulang kerja. Kondisi lalu lintas yang umum mencerminkan perubahan karakter arus lalu lintas (Oglesby C. H dan Gary Hicks.R., 1990). Hal tersebut menyebabkan pelaku pergerakan terkadang membutuhkan waktu yang cukup lama saat berada di persimpangan ini. Di samping itu, aktifitas di samping jalan kerap kali juga memberikan kontribusi yang tinggi pada tundaan dan kemacetan yang terjadi. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap kinerja simpang tersebut.
JL. Kaligarang (timur)
Gambar 1. Situasi simpang
Gambar 2. Nama Pendekat kaki simpang
Majalah Bangun Rekaprima
33
Pengolahan data dilakukan dengan acuan dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 tentang simpang bersinyal. Langkah yang dilakukan dalam penolahan data adalah perhitungan volume yang melewati pendekat pada masing masing lengan persimpangan, arus
jenuh, kapasitas simpang (C) dan derajat kejenuhan (DS). panjang antrian, tundaan (MKJI, 1997). METODE PENELITIAN Untuk lebih jelasnya metode penelitian dapat dilihat pada diagram Alur Penelitian.
Mulai
Survey Pendahuluan 1. Penentuan lokasi Survey 2. Penentuan titik pengamatan 3. Penentuan jarak puncak
Penentuan waktu pelaksanaan (3 hari dalam 1 minggu)
Penjelasan metode survey
Pelaksanaan survey Data Primer : 1. Data Geometrik 2. Data arus lalu lintas 3. Siklus sinyal
Data Sekunder : 1. Data Jumlah Penduduk 2. Peta lokasi simpang 3. Luas Wilayah
Analis data & Pembahasan
Kapasitas Perbaikan derajat kejenuhan simpang
C = S x g/c S = S0 x FCS x FSF x FCI x FF x FRT x FLT DS = Q/C Q = n/T
DS < 0.85
Selesai
Gambar 3. Diagram alur penelitian Majalah Bangun Rekaprima
34
Survey Pendahuluan Survey pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui arus lalu lintas terpadat yang berangkat dari tiap lengan simpang untuk masing masing arah pergerakan yaitu belok kiri, lurus dan belok kanan. Pengamatan dilakukan selama satu minggu (tujuh hari) untuk mengetahui pada hari dan jam apa terjadi puncak arus lalu lintas. Survei ini juga dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi simpang yang akan diteliti.
Pemodelan Transportasi). Dalam studi kasus ini rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Arus jenuh (S) Arus jenuh lalu lintas (saturation flow) adalah tingkat arus maksimal yang dinyatakan dalam ekivalen mobil penumpang (emp) yang dapat mengalir secara terus menerus melewati garis henti suatu kaki persimpangan selama periode nyala hijau (Salter R. J, 1980). S=S0 ×F1 ×F2 ×F3 ×F4 ×….×Fn (3)
Pengambilan Data
Kapasitas ( C )
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data primer dengan cara observasi langsung dilokasi penelitian yaitu di lokasi simpang dan data sekunder diperoleh dari beberapa instansi yang terkait. Data primer yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : Geometrik Simpang, Data Arus Lalu Lintas, Siklus Sinyal (Manajemen Lalu lintas Perkotaan). Data sekunder yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : Data Jumlah Penduduk, Peta Lokasi Simpang, Survey data lalu lintas dalam penelitian ini dilakukan hari dan jam puncak yaitu hari Senin, Rabu, dan Sabtu yang akan dilakukan 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) hari, yaitu pada waktu pagi (06.30 – 08.30), waktu siang (11.00 – 13.00), dan waktu sore (15.30 – 17.30)
Kapasitas (C) sendiri dapat diartikan sebagai volume maksimum yang dapat ditampung oleh ruas jalan atau persimpangan (Morlok E. K., 1988). Berhubung beragamnya geometri jalan-jalan, kendaraan, pengendara dan kondisi lingkungan, serta sifat saling keterkaitannya, kapasitas bervariasi menurut kondisi lingkungannya (Hobbs F. D., 1995). Kapasitas dihitung dengan rumus sebagai berikut 𝑔 :𝐶 = 𝑆 × 𝑐
Luas Wilayah Luas wilayah Kota Semarang diperlukan untuk mengetahui perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah kota (Perencanaa dan Majalah Bangun Rekaprima
Derajat Kejenuhan (DS) Derajat kejenuhan lalu lintas (degree of saturation) menunjukkan rasio dari suatu arus lalu lintas terhadap kapasitas untuk suatu pendekat (MKJI, 1997). Besarnya derajat kejenuhan (DS) ditentukan dengan rumus sebagai berikut : 𝑫𝑺 =
𝑸 𝑸×𝒄 = 𝑪 𝒔×𝒈
Panjang Antrian (QL)
35
Panjang antrian merupakan jumlah kendaraan yang antri pada suatu pendekat.Pendekat adalah daerah suatu lengan persimpangan jalan untuk kendaraan mengantri sebelum keluar melewati garis henti. Panjang antrian diperoleh dari perkalian jumlah ratarata antrian (smp) pada awal sinyal hijau dengan luas rerata yang digunakan per smp (20 m2) dan pembagian dengan lebar masuk simpang (MKJI, 1997).Panjang antrian (QL) diperoleh dari perkalian (NQ) dengan luas rata - rata yang dipergunakan per smp (20m2) dan pembagian dengan lebar masuk.
tundaan geometri memiliki pengertian bahwa disebabkan oleh perlambatandan percepatan kendaraan yang berbelok disimpangan atau yang terhenti oleh lampu merah. Besarnya tundaan dihitung dengan rumus sebagai berikut : 𝑫𝒋 = 𝑫𝑻𝒋 + 𝑫𝑮𝒋
Dimana : Dj = Tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp) DTj = Tundaan lalu-lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp) DGj = Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang ada kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui keadaan eksisting simpang. Kinerja simpang eksisting dianalisis dengan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Prosedur perhitungan dilakukan dengan menggunakan lembar kerja (worksheet) menurut MKJI .Pada perhitungan arus jenuh dasar (S0) dan arus jenuh (S), jika disesuaikan dengan pengaturan lalu lintas yang ada, dapat dilihat pada tabel 1.
Tundaan rata-rata (Dj) Tundaan rata-rata memiliki pengertian bahwa waktu tempuh yang diperlukan untuk melalui simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang. Hobbs F. D. (1995). Ada 2 (dua) macam tundaan yang terdiri dari beberapa hal seperti : tundaan lalu lintas memiliki pengertian bahwa waktu menunggu yang disebabkan interaksi lalu lintas dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan,
Tabel 1. Arus Jenuh Pendekat
Arus Lalu Lintas Faktor Penyesuaian
We Kode
Tipe
So (smp/jam)
S (smp/jam) FCS
FSF
FG
FP
FRT
FLT
T
P
7
4200
1
1
0.91
1
1
1
3614.94
U
P
3.5
2100
1
1
0.97
1
1.03
0.96
1948.671
B
P
7
4200
1
1
1.01
1
1
1
4009.95
S
P
5.6
3360
1
1
0.97
1
1.11
0.95
3297.878
S-LT
-
2.8
1680
1
1
0.97
1
1.11
0.95
1648.939
Majalah Bangun Rekaprima
36
Dari perhitungan arus jenuh (tabel 3) dapat dikatakan pada pendekat B mempunyai arus jenuh dasar maupun arus jenuh yeng terbesar . Jadi pada pendekat B ini mempunyai arus
maksimal 4009.950 (smp/jam). Perhitungan Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan (DS) berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Kapasitas Simpang dan Derajat Kejenuhan Kode Pendekat T U B S S-LT
S (smp/jam) 3614.94 1948.671 4009.95 3297.878 1561.19
Q (smp/jam) 917.879 214.013 1265.7 534.4 195.55
g (smp/detik) 43 19 54 28 111
C (smp/jam) 990.079 235.826 1379.218 588.157 1103.772
DS (Q/C) 0.927 0.907 0.918 0.909 0.177
Dari hasil perhitungan di atas semua pendekat tersebut agar nilai derajat pendekat mempunyai derajat kejenuhan sesuai dengan persyaratan. kejenuhan sekitar 0.9 kecuali pendekat Menurut MKJI 1997, nilai derajat S-LT (pendekat S yang belok kiri kejenuhan yanglebih tinggi dari 0,85 langsung). Dengan kata lain pada menunjukkan bahwa simpang tersebut semua pendekat / lengan mendekati lewat jenuh yang akan persimpangan dengan nilai derajat mcnyebabkan antrian panjang pada kejenuhan yang melebihi persyaratan kondisi lalu - lintas puncak. Dengan yang ditentukan yaitu 0.85 sehinga nilai derajat kejenuhan tersebut, dapat dikatakan kinerja persimpangan didapatkan nilai panjang antrian dapat ini bermasalah. Oleh karena itu perlu dilihat pada tabel 3 berikut. dilakukan rekayasa pada ketiga Tabel 3 . Panjang Antrian Kondisi Eksisting Kode NQ NQ1 NQ2 NQ QL (m) Pendekat max T 5.128 38.958 44.086 61 143.529 U 3.366 9.216 12.582 20 100 B 4.688 52.915 57.603 80 228.571 S 3.904 22.852 26.756 39 118.182 S-LT 0 2.856 2.856 7.1 50.714 Kemungkinan yang bisa dilakukan adalah untuk menambah kapasitas simpang melalui salah satu atau kombinasi dari tindakan berikut : penambahan lebar pendekat, perubahan fase sinyal, pelarangan gerakan - gerakan belok kanan. Langkah penyelesaian yang paling sederhana dan memungkinkan untuk diambil adalah dengan cara mengubah siklus sinyal. Perubahan siklus sinyal dilakukan tanpa mengubah fase sinyal. Fase sinyal dengan 4 (empat) fase dinilai merupakan fase yang paling efektif Majalah Bangun Rekaprima
37
untuk simpang kaligarang ini.Untuk mengatasi permasalahan ini peneliti melakukan perubahan siklus sinyal yang dilakukan hanya berupa penambahan waktu hijau selama 14 detik pada pendekat barat (Jl. Kaligarang Barat). Dari hasil perhitungan perubahan ini dapat menambah kapasitas dan menurunkan nilai derajat kejenuhan pada pendekat bagian barat, namun hal ini berakibat menurunnya kapasitas dan naiknya derajat kejenuhan pada pendekat yang lain. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan pelebaran pada pendekat yang lain, yaitu penambahan lebar satu lajur (sepanjang 3,5 meter) pada pendekat T (Jl. Kaligarang Timur), penambahan satu lajur (sepanjang 3,5 meter) pada pendekat U (Jl. Bendungan Raya) dan penambahan 1,4 meter (dari 5,6 meter menjadi 7 meter) pada pendekat S (Jl. Kelud Raya). Penambahan lebar pendekat dapat dilakukan karena daerah lingkungan dari ketiga pendekat ini masih memungkinkan untuk dilebarkan, yaitu masih adanya ruang yang cukup untuk dilakukan pelebaran Berdasarkan perubahan waktu sinyal dan penembahan lebar pendekat dilakukan analisis maka diperoleh hasil perhitungan derajat kejenuhan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Perhitungan Kapasitas Simpang dan Derajat Kejenuhan setelah Perubahan Siklus Sinyal dan Lebar Pendekat S Q g C DS Kode Pendekat (smp/jam) (smp/jam) (detik) (smp/jam) (Q/C) T 5422.41 917.879 U 3897.342 214.013 B 4009.95 1265.7 S 4106.876 534.4 S-LT 1561.19 195.55 Perhitungan menunjukkan nilai derajat kejenuhan pada keempat lengan persimpangan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan (<0,85). Hal ini berarti kinerja simpang telah dapat bekerja dengan baik. Nilai panjang antrian (QL) diperoleh dari kendaraan yang tersisa pada fase
43 1363.53 0.673 19 433.038 0.494 68 1594.6 0.794 28 675.004 0.792 125 1141.221 0.171 sebelumnya (NQ1) ditambah dengan jumlah kendaraan yang datang selama waktu merah (NQ2). Nilai NQ1 ditentukan oleh besarnya derajat kejenuhan (DS). Untuk DS ≤ 0.5 nilai NQ1 = 0, sedangkan untuk DS > 0.5 maka nilai NQ1 dapat dihitung, hasil nya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan Panjang Antrian, Angka Henti, Tundaan Pendekat
Panjang Antrian (m)
Angka Henti (smp/jam)
Tundaan (det/smp)
Jl. Kaligarang (T) Jl. Bendungan Raya (U) Jl. Kaligarang (B)
107
755
61
46
182
75
215
1030
51
Jl. Kelud Raya (S)
103
489
80
Jl. Kelud Raya (LT)
47
55
8
Majalah Bangun Rekaprima
38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Upaya perbaiakan kinerja simpang pada saat ini adalah perubahan siklus sinyal dan penambahan lebar pendekat. Perubahan pada siklus sinyal dengan penambahan waktu hijau sebanyak 14 detik dan penambahan lebar satu lajur (sepanjang 3,5 meter) pada pendekat T (Jl. KaligarangTimur), penambahan satu lajur (sepanjang 3,5 meter) pada pendekat U (Jl. Bendungan Raya) dan penambahan 1,4 meter (dari 5,6 meter menjadi 7 meter) pada pendekat S (Jl. Kelud Raya). Sedangkan nilai tundaan rata-rata pada Simpang Kaligarang adalah 57,436, sehingga simpang ini memiliki tingkat pelayanan E. Saran Pada Simpang Kaligarang, upaya pelebaran jalan tidak mungkin terus dilakukan mengingat pada daerah tersebut dikelilingi oleh pemukiman warga dan daerah komersil. Tingkat pelayanan simpang pun masih berada pada tingkat yang rendah, yaitu E. Untuk perencanaan jangka panjang, salah satu cara yang memungkinkan adalah membuat simpang kaligarang menjadi persimpangan tidak sebidang, yaitu dengan membuat flyover atau underpass pada salah satu ruas jalan sehingga tidak ada lagi konflik arus lalu lintas yang bertemu pada satu titik yang sama. Dengan begitu arus lalu lintas dapat terus bergerak tanpa harus
Majalah Bangun Rekaprima
bergantian menunggu arus lalu lintas dari ruas jalan lain. Namun, pembangunan flyover atau underpass ini memerlukan kajian lebih lanjut dengan pertimbangan ekonomis dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar, apakah pembangunan tersebut layak dilakukan atau tidak. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Jakarta: Sweroad and PT. Bina Karya (Persero). Hobbs, F.D. 1979. Penyunting: Achmad Djunaedi.1995. Judul Asli: Traffic Planning and Engineering Second edition. Judul Terjemahan: “Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas Edisi kedua”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Morlok, E. K. 1978. Editor: Yani Sianipar (1984). Judul asli: Introductions to Transportation Engineering and Planning. Judul Terjemahan: Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Erlangga. Oglesby, Clarkson H; Hicks, R Gary. 1993. Teknik Jalan Raya Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung : Penerbit ITB.
39