ANALISIS KESALAHAN MENJUMLAH PECAHAN DI SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO
SUWARNI DUNGGIO
MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PEMBIMBING Dr. Hj. Asni Ilham, S.Pd, M.Si Ismail Pioke S.Pd M.Pd ABSTRAK Suwarni Dunggio, 2013. Analisis Kesalahan Menjumlah Pecahan di SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Skripsi Program Studi SI PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing I Dr. Hj. Asni Ilham S.Pd, M.Si dan Pembimbing II Ismail Pioke S.Pd M.Pd. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana analisis kesalahan menjumlah pecahan di SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan menjumlah pecahan yang dilakukan siswa di SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Jenis penelitian adalah penelitian Deskriptif Kuantitatif dengan instrumen penilaian menggunakan tes hasil belajar siswa dengan menggunakan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang ada di SDN 1 Suwawa memperoleh hasil presentase yang dapat dilihat dari 2 sub indikator penilaian, yakni sub indikator kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan terdapat kesalahan yaitu sebesar 11 atau 47,83 %, dan pada sub indikator penyelesaian soal yang tidak dilanjutkan yaitu sebesar 14 atau 60,87 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika mengenai materi penjumlahan pecahan masih banyak siswa yang belum memahami mengenai materi ini. Kata kunci
: Analisis, Kesalahan, Menjumlah, Pecahan
PENDAHULUAN
Rendahnya hasil belajar siswa jelas dipengaruhi oleh mutu proses pembelajaran yang belum dikembangkan guru secara optimal. Persoalan mendasar yang hingga kini masih sangat dilematis dan kerap dihadapi guru di dalam proses pembelajaran matematika, adalah membangun suasana pembelajaran yang aktif yang mampu melibatkan siswa dalam interaksi dialogis dan berkualitas dengan guru, atau antar siswa. Akibatnya pembelajaran matematika kurang menarik, menyenangkan, dan membosankan bagi siswa. Siswa hanya menjadi penerima pasif, kurang responsif, dan ada kecenderungan untuk menolak berinteraksi dengan guru. Sehingga cara penyajian materi sulit dipahami siswa. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kesalahan menjumlah pecahan yang dilakukan siswa di SDN I Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat : 1.
Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi siswa mengenai pola kesalahan yang mereka miliki selama ini dan mampu mengatasi kesalahan tersebut, sehingga siswa terdorong untuk mempelajari kembali konsep-konsep yang benar mengenai bilangan pecahan.
2.
Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada sekolah tentang pola kesalahan terkait dengan operasi penjumlahan bilangan pecahan, sehingga diharapkan guru dapat mengajarkan konsep yang benar sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan lagi.
3.
Bagi Sekolah Hasil penelitian akan memberikan informasi tentang pola kesalahan terkait dengan operasi penjumlahan bilangan pecahan sehingga dapat dijadikan sebagai masukan bagi calon guru matematika untuk merancang pembelajaran yang dapat mengatasi kesalahan khususnya pada materi pokok pecahan.
4. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengetahuan tentang kesalahan-kesalahan siswa dalam menjumlah pecahan. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai kajian untuk melalukan penelitian selanjutnya.
KAJIAN PUSTAKA
Hakekat Analisis Kesalahan Pengertian Analisis Kesalahan Menurut Muda (2006:44) bahwa analisis merupakan proses pencarian jalan keluar (pemecahan masalah) yang berangkat dari dugaan akan kebenarannya, penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelahaanbagian itu sendiri serta hubungan antar bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan. Sedangkan kesalahan menurut beliau adalah keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu di luar kebenaran itu sendiri. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1996:37) analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa dan untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya. Analisis mempunyai tujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.Analisis kesalahan sebagai prosedur kerja mempunyai langkah-langkah tertentu. Menurut Tarigan (1988:67) langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data kesalahan 2. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi kesalahan 3. Menjelaskan Kesalahan 4. Mengoreksi kesalahan Bentuk-bentuk Kesalahan dalam Menjumlah Pecahan Konsep Sebagian besar siswa hanya menghafalkan definisi konsep tanpa mengetahui hubungan antara konsep satu dengan konsep-konsep yang lainnya. Akibatnya konsep yang baru menjadi tidak berhubungan dengan konsep sebelumnya. Ausubel, dkk (dalam Berg, 1991: 8) mendefinisikan konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. Sementara itu menurut Gagne (dalam Ruseffendi, 1980: 12) konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan non contoh. Kategori Kesalahan Berg (1991:101) mengemukakan bahwa kesalahan siswa dalam matematika dapat dibagi dalam berbagai jenis kesalahan antara lain: 1)
Ralat yang terjadi secara acak tanpa pola tertentu,
2)
Salah ingat atau hafal,
3)
Kesalahan yang terjadi secara konsisten, terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu. Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada kesalahan siswa menurut Berg (1991) yaitu
kesalahan yang terjadi secara konsisten, terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu. Kesalahan-Kesalahan pada Penjumlahan Pecahan Tirosh (2000), mengklasifikasikan kesalahan yang dibuat oleh partisipan ketika menjumlah pecahan dalam dua kategori yaitu
1) Kesalahan Konseptual Kesalahan konseptual adalah kesalahan yang dilakukan siswa salah satunya adalah kesalahan melakukan penjumlahan. Contoh : + = Ini menunjukan
bahwa
siswa dalam
melakukan operasi
penjumlahan
pecahan
menggunakan cara yang di anggap mudah yakni langsung menjumlahkan pecahan tersebut tanpa
menyeimbangkan
letak
opersai
bilangan
tersebut
dalam
keseluruhan
model
penjumlahan. 2) Kesalahan berdasar pada pengetahuan formal Kesalahan pada pemikiran yang terbatas tentang dugaan pecahan dan kurangnya pengetahuan dalam menghubungkan operasi termasuk dalam kategori ini. Kurangnya pengetahuan mungkin adalah sumber dari hasil buruk responsi pada berbagai tugas termasuk penjumlahan pecahan. Contoh :1. 2.
+ = ( kurang tepat / belum selesai ) + = = ( tepat )
Seorang guru yang memperkenalkan dengan berbagai sumber pada kesalahan respon siswa seharusnya membantu guru dalam mengidentifikasi sumber spesifik kesalahan siswa dan yang sesuai intruksi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam menjumlah pecahan terdiri atas 2 macam yaitu kesalahan konseptual dan kesalahan berdasar pada pengetahuan formal. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Menjumlah Pecahan Menurut Radatz (dalam Krismayanti, 2006) menemukan beberapa faktor penyebab kesalahan menjumlah pecahan yaitu: 1) Kesulitan Konsep 2) Kesulitan memahami informasi tentang ruang 3) Kesulitan karena kurangnya penguasaan keterampilan prasyarat, fakta-fakta dasar dan konsep (algoritma). 4) Ketidaktepatan penggabungan 5) Penerapan hukum atau strategi yang tidak relevan Hakikat Menjumlah Pecahan Pengertian Menjumlah Pecahan Heruman (2012:43) mengartikan pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagina yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Depdikbud (dalam Heruman, 2012: 43) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran. Akibatnya, guru biasanya
langsung mengajarkan pengenalan angka, seperti pada pecahan , 1 disebut pembilang dan 2 disebut penyebut. Shamsudin (2007:96) menyatakan bahwa pecahan adalah sebagian dari sebuah benda. Pada prinsipnya, pecahan digunakan untuk menyatakan beberapa bagian dari sejumlah bagian yang sama (Subarinah, 2006:79). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Jumlah seluruh bagian yang sama ini bersama-sama membentuk satuan (unit). Selanjutnya menurut Sukajati (2008:6) bahwa kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran sama berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti memecah menjadi bagian‐bagian yang lebih kecil. Sebuah pecahan mempunyai 2 bagian yaitu pembilang dan penyebut yang penulisannya dipisahkan oleh garis lurus dan bukan miring. Dengan demikian pecahan adalah bagian-bagian yang sama dari keseluruhan. Disini perlu diberikan penekanan pada konsep keseluruhan sebagai satuan dan konsep yang sama pada bagian. Kedua konsep ini dapat dikaitkan dengan panjang, luas, volume, dan satuan perhitungan. Misalkan kita perkenalkan penggaris satu meter sebagai satuan (secara keseluruhan) maka dengan cara mengukur (bagian-bagian yang sama) kita dapat mengatakan bahwa 10 cm sebagai 1/10 meter, 50 cm sebagai ½ meter. Menurut Kennedy (dalam Sukayati, 2003:1-2) makna dari pecahan dapat muncul dari situasi-situasi sebagai berikut. 1. Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari utuh atau keseluruhan Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap bagian dari yang utuh. Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang akan diberikan kepada 4 orang anggota keluarganya, dan masing-masing harus mendapat bagian yang sama, maka masing-masing anggota keluarga akan memperoleh
bagian dari keseluruhan cake itu. Pecahan biasa
mewakili
ukuran dari masing-masing potongan. Bagian-bagian dari sebuah pecahan biasa menunjukkan hakikat siatuasi dimana lambang bilangan tersebut muncul. Dalam lambang bilangan menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan (utuh) dan disebut ”penyebut”. Sedangkan ”1” menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian pada saat tertentu dan disebut pembilang. 2. Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama banyak, atau juga menyatakan pembagian. Apabila sekumpulan obyek dikelompokkan menjadi bagian yang beranggotakan sama banyak, maka situasinya jelas dihubungkan dengan pembagian. Situasi dimana sekumpulan obyek yang beranggotakan 12, dibagi menjadi 2 kelompok yang beranggotakan sama banyak, maka kalimat matematikanya dapat 12 : 2 = 6 atau
x 12 = 6. Sehingga untuk mendapatkan
dari 12,
maka anak harus memikirkan 12 obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan sama. Banyaknya anggota masing-masing kelompok terkait dengan banyaknya obyek semula, dalam hal ini dari banyak obyek semula. Demikian juga bila sehelai kain yang panjangnya 3 m akan dipotong menjadi 4 bagian
yang berukuran sama, mengilustrasikan situasi yang akan menuntun ke kalimat pecahan yaitu 3 : 4 atau . 3. Pecahan sebagai perbandingan (rasio) Hubungan antara sepasang bilangan sering dinyatakan sebagai sebuah perbandingan. Berikut diberikan contoh-contoh situasi yang biasa memunculkan rasio. 1) Dalam kelompok 10 buku terdapat 3 buku yang bersampul biru. Rasio buku yang bersampul biru terhadap keseluruhan buku adalah 3 : 10 atau buku yang tersampul biru
dari
keseluruhan buku. 2) Sebuah tali A panjangnya 10 m dibandingkan dengan tali B yang panjangnya 30 m. Rasio panjang tali A terhadap panjang tali B tersebut adalah 10 : 30 atau
atau panjang tali A ada
dari panjang tali B. Dari ketiga situasi tersebut semuanya dikenalkan kepada siswa kita, dengan urutan kelas yang berbeda. Untuk tahap pertama konsep pecahan dikenalkan dengan memunculkan situasi yang pertama yaitu pecahan sebagai bagian dari yang utuh. Pengenalan Konsep Penjumlahan Pecahan Pengenalan operasi penjumlahan pada pecahan sebaiknya diawali dengan penjumlahan pecahan sederhana dan menggunakan alat peraga sederhana. Konsep penjumlahan bilanganbilangan yang lain, yaitu menggabungkan. Untuk langkah awal pengenalan penjumlahan pecahan adalah dengan menjumlahkan pecahan-pecahan senama. Setelah konsep ini tertanam dengan baik, kemudian dilanjutkan dengan penjumlahan pecahan yang tidak senama dan pecahan campuran. Pada awal pembelajaran gunakan alat peraga, kemudian bantu siswa untuk membuat generalisasi tentang penjumlahan pecahan secara umum. Berikut beberapa contoh penjumlahan pecahan menurut Subarinah (2006: 87-90) adalah sebagai berikut: 1. Penjumlahan pecahan senama Contoh 1. Penjumlahan Caranya adalah: 1) Sediakan dua bangun lingkaran yang sama. 2) Lipat lingkaran pertama menjadi dua bagian yang sama. 3) Potong pada garis bilangan. 4) Ulangi untuk lingkaran kedua. 5) Gabungkan kedua potongan tersebut dengan cara menempelkan pada selembar kertas, maka akan diperoleh satu lingkaran yang utuh.
Contoh 2. Penjumlahan
Caranya adalah: 1) Sediakan dua bangun lingkaran yang sama. 2) Lipat lingkaran pertama dan kedua menjadi dua bagian yang sama beri tanda dengan garis. 3) Hasil lipatan kedua tadi lipat lagi sehingga diperoleh bagian-bagian yang sama, beri tanda dengan garis. 4) Potong lingkaran pertama dan kedua pada garis lipatan pertama. 5) Masing-masing hasil potongan lingkaran kedua potong lagi pada bagian lipatan kedua. 6) Gabungkan kedua potongan dari lingkaran kedua tersebut dengan cara menempelkan pada selembar kertas. Kemudian bandingkan hasilnya dengan potongan lingkaran pertama. Maka akan diperoleh satu dua potongan lingkaran kedua sama dengan satu potongan lingkaran pertama. Contoh 3. Penjumlahan Penjumlahan untuk penjumlahan ini menggunakan karton berbentuk persegi panjang. Sediakan beberapa karton seperempatan, beberpa karton dua perempuan, karton tigaperempatan dan beberapa karton pecahan yang lain. 2. Untuk dapat mengurutkan
kita perlu mencari KPK dari penyebut kedua pecahan tersebut,
yaitu 4 dan 3. KPK dari 4 dan 3 adalah 12
Karena 3<8, maka
<
sehingga <
3. Untuk dapat mengurutkan <
kita perlu mencari KPK dari penyebut kedua pecahan tersebut,
yaitu 4 dan 6.
Karena 9 < 10, maka
<
sehingga <
Semakin banyak contoh tentu kita lebih baik, karena siswa semakin terbiasa membandingkan dua pecahan. Sehingga dapat di simpulkan bahwa : 1. Pecahan dapat diajarkan sebagai perbandingan bagian yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda itu. Pada langkah awal pengenalan pecahan ini digunakan benda konkret yang ada disekitar kita. Sehingga perhatian siswa digunakan untuk menjelaskan. Benda-benda yang digunakan juga harus teratur, artinya benda mempunyai bentuk teratur dari benda sejenis harus sama besar atau sama panjang agar benda-benda tersbut mudah dibagi. Misalnya gunakan apel, kue bolu, kue bika, semangka. Tentu saja jangan menggunakan benda-benda
yang membahayakan. Pada tahap selanjutnya kita bisa menggunakan gambar-gamabar dari benda konkret, mislanya gambar bola, gambar semangka, gambar lingkaran, gamabr persegi, pada tahap ini sudah memasuki tahap semi konkrit. 2. Pecahan dapat diajarkan sebagai perbandingan himpunan bagian yang sama dari suatu himpunan terhadap keseluruhan. Misalnya dalam suatu kolam ada delapan katak. Ditengah kolam ada batu dan dari empat katak tersebut satu diantaranya naik di atas batu. Maka kita katakan katak yang naik diatas batu ada satu perempat dari seluruh katak yang ada di kolam. Dapat juga guru menyiapkan empat kelereng dengan tiga kelereng berwarna merah dan satu kelreng berwarna putih. Maka banyaknya klereng yang berwarna putih adalah seperempat bagian-bagian dari seluruh kelereng yang di bawa guru. Dan banyaknya kelereng yang berwarna merah adalah tigapreempat bagian dari seluruh kelereng yang dibawa guru. 3. Penelahaan pecahan juga dapat menggunakan kertas. Siwa melipat sembarang kertas. Kemudian bagian pinggir/tepi lipatan dipotong/digunting sehingga menjadi lembaran kertas yang mempunyai dua lipatan yang saling menutupi. 4. Selanjutnya mintalah kepada siswa untuk melipat kembali kertas yang telah digunakan tadi dengan jalan melipat garis lipatan sehingga tepat berimpitan dan memotong tepi lembaran yang bukan lipatan.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah penelitian Deskriptif Kuantitatif dengan instrumen penilaian menggunakan tes hasil belajar siswa dengan menggunakan presentase.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka diperoleh
data mengenai
kemampuan siswa menentukan hasil tes matematika dalam materi menjumlah pecahan. Analisis Data Setelah data penelitian diperoleh, maka hasil analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes matematika tersebut kemudian dideskripsikan berdasarkan persentase ratarata siswa untuk setiap tahapan pemecahan masalah pada setiap butir tes. Berikut adalah hasil pengolahan data untuk indikator kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan pecahan dan indikator kesalahan pada proses penyelesaian soal atau penyelesaian soal yang tidak dilanjutkan.
Tabel 1. Hasil pengolahan data sub indikator kesalahan Dallam melakukan operasi penjumlahan pecahan dan sub indikator kesalahan pada prosese penyellesaiaan soal atau penyelesaian soal yg tidak dilanjutkan
No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Fatmawati Tarwani Rodin Djalani Sri Rahayu Moh.Efendi Alis Ibnu S. Datuela Putri Lasulika Nur Tiwin Yunus Hermanto Dunggio Sofia nur Syahbani Nandito Ibrahim Anggi Oktaviani FirmansyaMokodompis Amelia Lasulika Delvira A Sahril Nurvanesa Bohu Putri Amelia Fadhilanu Repliyanto Anggowa Steviyawati Napu Ariyanto Ahmad Sri Rahayu sidiki Heriyanto Yusuf Siti Anisa Datau Nareta Ismail Jumlah Persen 1.
Bentuk-bentuk kesalahan Kesalahan pada proses Kesalahan dalam pengerjaan soal / melakukan operasi penyelesaiaan yg tidak penjumlahan pecahan dilanjutkan
-
-
-
-
11 47,83 %
14 60,87 %
Juml ah 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 -
Kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan Berdasarkkan tabel 1 menunjukan bahwa pada kesalahan dalam melakukan operasi
penjumlahan diperoleh jumlah kesalahan sebesar 11 atau 47,83 %. Pada tabel ini juga dapat di lihat bahwa dari 23 orang siswa ada 11 orang siswa yang melakukan kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan yaitu Fatmawati Tarwani, Rodin Djalani, Ibnu S Datuela, Nurtiwin Yunus, Firmansyah Mokodompis, Nurvanesa Mokodompis, Putri Amelia Fadhil Anu, Repliyanto Anggowa, Steviyawati Napu, Sri Rahayu Sidiki, dan Siti Anisa Datau. Dan siswa-siswa yang tidak melakukan kesalahan ada 12 orang yakni Sri Rahayu, Moh.Efendi Alis, Putri Lasulika, Hermanto Dunggio, Sofia nur Syahbani, Nandito Ibrahim, Anggi Oktaviani, Amelia Lasulika, Delvira A Sahril, Ariyanto Ahmad, Heriyanto Yusuf, dan Nareta Ismail. 2.
Kesalahan pada proses pengerjaan soal / penyelesaiaan yg tidak dilanjutkan Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa kesalahan pada proses pengerjaan soal atau
penyelesaiaan yang tidak dilanjutkan diperoleh jumlah kesalahan sebesar 14 atau 60,87 %.
Pada tabel ini juga dapat dilihat dari 23 orang siswa ada 14 orang siswa yang melakukan kesalahan yaitu Fatmawati Tarwani, Rodin Djalani, Moh. Efendi Aliis, Ibnu S Datuela, Putri Lasulika, Hermanto Dunggio, Firmansyah Mokodompis, Delvira A Sahril,
Nurvanesa Bohu,
Steviyawati Napu, Ariyanto Ahmad, Sri Rahayu Sidiki, Heriyanto Yusuf, dan Siti Anisa Datsu.adapun siswa-siswa yang tidak melakukan kesalahan yaitu Sri Rahayu, Nur Tiwin Yunus, Sofia nur Syahbani, Nandito Ibrahim, Anggi Oktaviani, Amelia Lasulika, Putri Amelia Fadhilanu, Repliyanto Anggowa, dan Nareta Ismail. Pembahasan Sesuai dengan Hasil yang di peroleh oleh peneliti mengenai kesalahan menjumlah pecahan untuk indikator kesalahan konseptual yakni pada kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan pecahan hampir sebagian besar siswa melakukan kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan pecahan tersebut yakni dari 23 orang siswa ada 11 orang siswa atau 47,83 % yang melakukan kesalahan atau salah dalam melakukan operasi pejumlahan pecahan dan yang tidak melakukan kesalahan ada 12 orang siswa atau 52,17 %. Hal ini mengidentifikasi bahwa siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan pecahan tidak menyeimbangkan operasi dengan bilangan bulat pada pecahan dan dalam mengerjakan soal tersebut
siswa
hanya
langsung
menjumlahakan
pecahan
tersebut
tanpa
menyamakan
penyebutnya terlebih dahulu.sehingga terdapat banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa tersebut. Pada kesalahan yang kedua yakni kesalah berdasarkan pada pengetahuan formal yaitu kesalahan pada proses pengerjaan soal atau pengerjaan soal yang tidak diselesaikan menunjukan bahwa dari 23 orang siswa ada 14 orang siswa atau 60,87 % yang melakukan kesalahan atau tidak menyelesaikan soal hingga akhir/ selesai dan yang tidak melakukan kesalahan ada 9 orang siswa atau 39,13 % Disini dapat dilihat bahwa siswa dalam menjumlahkan pecahan di SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango masih rendah, ini diperkuat dengan temuan hasil pengamatan penulis terhadap kegiatan pembelajaran dimana peneliti memberikan 10 butir soal untuk mengukur sejauh mana siswa dalam memahami atau mengerti materi tentang menjumlah pecahan. Dari kedua indikator kesalahan tersebut yaitu kesalahan konseptual yakni kesalahan pada operasi penjumlahan pecahan dan kesalahan berdasarkan pada pengetahuan formal yakni kesalahan pada proses penyelesaian soal atau pengerjaan soal yang tidak diselesaikan ada 6 orang siswa atau 26,08 % yang tidak melakukan kesalahan. Ini berarti pencapaian secara keseluruhan berdasarkan presentase yang sudah ditetapkan bahwa keseluruhan hasil capaian siswa masih kurang. karena sebagian besar siswa masih banyak melakukan kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika khususnya pada materi penjumlahan pecahan.karena dapat dilihat dari hasil presentase kedua kesalahan tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di kelas 5 SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango tentang pembelajaran matematika mengenai materi penjumlahan pecahan masih banyak siswa yang belum memahami mengenai materi ini. Dari 23 orang siswa dapat dilihat dari 2 sub indikator penilaian, yakni sub indikator kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan terdapat kesalahan yaitu sebesar 11 atau 47,83 %, dan pada sub indikator penyelesaian soal yang tidak dilanjutkan yaitu sebesar 14 atau 60,87 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika mengenai materi penjumlahan pecahan masih banyak siswa yang belum memahami mengenai materi ini. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Kepada
siswa peneliti mengharapkan agar dapat meningkatkan semangat dan
motivasi siswa dalam belajar khususnya pada mata pelajaran matematika 2. Kepada guru di harapkan agar dapat menggunakan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan khususnya pada mata pelajaran matematika demi tercapainya tujuan pendidikan 3. Kepada sekolah khususnya kepada pihak-pihak yang terkait terutama Kepala sekolah sebagai pelakasana supervisi diupayakan dapat memantau dan mengevaluasi proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru, memberikan pembinaan secara berkala kepada guru, agar tujuan yang telah dirumuskan bersama oleh pihak sekolah dapat terwujud dengan baik. 4. Kepada peneliti lain dapat melaksanakan penelitian deskriptif kuantitatif yang serupa untuk pokok-pokok bahasan yang lain dalam pembelajaran Matematika guna perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Anggoro, Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Anik Yuliani, 2009. Pola Kesalahan Pada Operasi Pembagian Bilangan Pecahan: Studi Kasus Pada 4 Siswa Kelas VII B SMP N 3 Depok Sleman. Yogyakarta: UPI. Bergeson, Terry. 2000. Teaching and Learning Mathematics, Using Research to Shift From the “Yesterday” Mind to the “Tommorow” Mind. State Superintendent of Public Instruction. Dalam http://www.k12.wa.us/research/pubdocs/pdf/mathbook.pdfhttp. Diakses pada tanggal 18 April 2013. Heruman. 2012. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Krismayanti, D. F. 2006. Miskonsepsi Bilangan dan Operasinya Siswa kelas VII di SMP Kanisius Pakem. Makalah. USD Yogyakarta. Ruseffendi. 1980. Pengajaran Matematika Modern untuk Orangtua Murid dan SPG. Tarsito, Bandung. Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas. Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Sukayati. 2003. Pecahan. Yogyakarta: PPPG Matematika. Sukajati. 2008. Pembelajaran Operasi Penjumlahan Pecahan Menggunakan Berbagai Media. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Shamsudin, Baharin. 2007. Kamus Matematika Bergambar. Jakarta: Grasindo. Tirosh, D. 2000. Enhancing Prospective Teachers Knowledge of Children’s Conceptions: The case of Division of Fractions. Tel-Aviv University. Israel. Van Den Berg, E. 1991. ”Miskonsepsi Fisika dan Remediasi”. Sebuah Pengantar Berdasarkan Lokakarya yang Diselenggarakan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 7-10 Agustus 1990. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Indonesia 50711.