ANALISIS KEPUTUSAN TENAGA KERJA MELAKUKAN MIGRASI KOMUTASI DI KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
Oleh : ZAINAL ABIDIN NIM. 090810101040
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER 2013
ANALISIS KEPUTUSAN TENAGA KERJA MELAKUKAN MIGRASI KOMUTASI DI KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (S1) dan mencapai gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : ZAINAL ABIDIN NIM. 090810101040
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER 2013 i
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk: 1.
Kedua orang tua saya (Ayah Suhadi dan Ibu Hannah) yang telah mendoakan serta memberikan nasehat untuk saya.
2.
Guru-guru yang telah membimbingku sejak taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi.
3.
Almamater tercinta Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
4.
Saudaraku (Kakak Nur Jannah dan Adik Robiatul Adawiyah) yang selalu memberikan kasih sayang saudara.
5.
Keluarga di Jember yang selalu membantu selama ini.
6.
Teman-teman kosan Jawa 2 No.2.
7.
Sahabat-sahabat terbaikku yang senantiasa membantu di kala senang maupun susah.
8.
Teman-teman seperjuanganku (IESP ’09). Thanks for all
ii
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S Ar Ra’d ayat 11)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan.” (QS. An Nasyrah:6)
“Karena TAK FOKUS, seseorang akan menjadi ORANG RATA-RATA. Karena FOKUS, seseorang akan menjadi LEGENDA ” (Motiva Tweet)
iii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS EKONOMI
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Zainal Abidin
NIM
: 090810101040
Jurusan
: Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: “Analisis Keputusan Tenaga Kerja Melakukan Migrasi Komutasi di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 29 Mei 2013 Yang menyatakan,
Zainal Abidin NIM. 090810101040 iv
SKRIPSI
ANALISIS KEPUTUSAN TENAGA KERJA MELAKUKAN MIGRASI KOMUTASI DI KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER
Oleh : Zainal Abidin NIM. 090810101040
Pembimbing : Dosen Pembimbing I
:
Drs. Ach. Qosjim, MP
Dosen Pembimbing II
:
Fivien Muslihatinningsih, SE, M.Si
v
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi
: Analisis Keputusan Tenaga Kerja Melakukan Migrasi Komutasi di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember
Nama Mahasiswa
: Zainal Abidin
NIM
: 090810101040
Jurusan
: S-1 IESP
Tanggal Persetujuan : 29 Mei 2013
Yang Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. Ach. Qosjim, MP NIP. 19521210 198103 1 005
Fivien Muslihatinningsih, SE, M.Si NIP. 19830116 200812 2 001
Mengetahui, Ketua Jurusan IESP,
Dr. I Wayan Subagiarta, SE, M.Si NIP 19600412 198702 1 001
vi
JUDUL SKRIPSI ANALISIS KEPUTUSAN TENAGA KERJA MELAKUKAN MIGRASI KOMUTASI DI KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama
: Zainal Abidin
NIM
: 090810101040
Jurusan
: Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal: 21 Juni 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Susunan Panitia Penguji Ketua
: Prof. Dr. Sarwedi, MM NIP. 19531015 198303 1 001
(..............................)
Sekretaris
: Ciplis Gema Q., SE, M.Sc NIP. 19770714 200812 2 003
(..............................)
Anggota
: Drs. Ach. Qosjim, MP NIP. 19521210 198103 1 005
(..............................) Mengetahui/ Menyetujui Universitas Jember Fakultas Ekonomi Dekan,
Dr. M. Fathorrazi, SE, M.Si NIP 19630614 199002 1 001 vii
ABSTRAK Zainal Abidin Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Penelitian ini bersifat eksplanatori yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Estimasi model migrasi dianalisis dengan menggunakan Logistic Regression Model atau analisis model regresi logistik. Hasil analisis Logistic Regression Model menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember antara lain variabel pendapatan (WAGE), variabel status pernikahan (MAR), variabel kepemilikan lahan (LAND) dan variabel umur (AGE). Sedangkan variabel tingkat pendidikan (EDUC) dan variabel jenis kelamin (SEX) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Secara keseluruhan model regresi logistik yang digunakan untuk menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat migrasi para responden untuk bermigrasi komutasi ke kecamatan-kecamatan lain ini mempunyai kehandalan dalam memprediksi sebesar 88%. Hal ini menjelaskan bahwa perilaku para responden dalam penelitian ini tetap cenderung berminat untuk bermigrasi karena ingin meningkatkan taraf hidup keluarga.
Kata Kunci : migrasi komutasi (commuting), Logistic Regression Model
viii
ABSTRACT Zainal Abidin Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember This research aims to analyze the factors which are able to influence the workers decision to commit commuting migration in Wuluhan subdistrict of Jember regency. This research is explanatory research that will analyze the effect of wage, level of education, marriage, land ownership, sex and age to the workers decision to commit commuting migration in Wuluhan subdistrict of Jember regency. Estimation of migration model is analyzed by Binary Logistic Regression Model. According to the result of this research, Binary Logistic Regression model analysis shows factors such as wage, marriage, land ownership and age does significantly influence the workers decision to commit commuting migration in Wuluhan subdistrict of Jember regency. While factors such as level of education and sex does not significantly influence. Overall logistic regression model used to explain the factors which affect migration interest of respondents to commit commuting migration to other subdistricts has a expectation-prediction value 88%. Key words: commuting migration, Binary Logistic Regression Model.
ix
RINGKASAN Analisis Keputusan Tenaga Kerja Melakukan Migrasi Komutasi di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember; Zainal Abidin; 090810101040; 2013; 73 Halaman; Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi Universtas Jember. Masih besarnya distribusi pendapatan dan pembangunan yang tidak merata antar daerah hingga saat ini masih menjadi salah satu tujuan pembangunan yang belum tercapai yang mana mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang makin parah, baik antar pusat dan daerah ataupun daerah dengan daerah lainnya. Sehingga hal ini menjadi salah satu faktor utama yang membuat sebagian besar penduduk terdorong untuk melakukan mobilitas atau migrasi, khususnya migrasi komutasi (commuting) dari daerah asal menuju daerah lain yang memiliki fasilitas pembangunan yang lebih baik. Selain faktor utama di atas terdapat faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan tenaga kerja memutuskan untuk melakukan migrasi komutasi (commuting) yaitu seperti penyempitan lapangan pekerjaan di desa yang dikarenakan penyempitan lahan pertanian, umur, status pernikahan, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Adapun fenomena migrasi komutasi (commuting) yang sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang ini sangat menarik untuk ditelati dikarenakan pelaku commuting lebih banyak melakukan konsumsi dan investasi di daerah asal sehingga berpengaruh positif terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran pengaruh pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksplanatori. Tempat penelitian ditentukan dengan cara Purposive Area yang dilaksanakan di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember dan penentuan responden penelitian menggunakan x
Snowball Sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara berdasarkan kuesioner dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi logistik (Logistic Regression Model) yang menggunakan uji Wald (uji Z), uji likelihood ratio (uji G), uji McFadden (R 2), uji goodnes of fit dan rasio-odd dengan taraf signifikansi 0,05 yang dibantu dengan menggunakan program E-Views. Analisis
regresi
logistik (Logistic Regression Model)
menghasilkan
persamaan Y=5,7708 + 0,0000031WAGEi + 0,226 EDUCi + 2,772MARi – 3,502LANDi + 0,7704SEXi – 0,328 AGEi + εi dengan McFadden R2 (R squared) sebesar 0,646. Uji likelihood ratio diperoleh hasil LR statistik sebesar 87.06475 dan probabilitas LR statistik sebesar 0,000000 lebih kecil dari α (0,05) dengan menggunakan kriteria pengujian yaitu probabilitas LR hitung > probabilitas LR nilai kritis maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas (pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur) secara simultan memiliki pengaruh terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Besarnya pengaruh tersebut sebesar 64,6%. Sedangkan secara parsial, pendapatan berpengaruh secara signifikan positif dengan koefisien 0,0000031, status pernikahan berpengaruh secara signifikan positif dengan koefisien 2,772, kepemilikan lahan berpengaruh secara signifikan negatif dengan koefisien -3,502, dan umur berpengaruh secara signifikan negatif dengan koefisien -0,328. Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka disimpulkan bahwa besaran pengaruh pendapatan sebesar 0,0000031, status pernikahan sebesar
2,772,
kepemilikan lahan sebesar -3,502 dan umur sebesar -0,328 terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember.
xi
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis Keputusan Tenaga Kerja Melakukan Migrasi Komutasi di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember” sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Dalam penulisan skripsi tidak lepas dari bantuan semua pihak, baik itu berupa motivasi, saran, dan kritik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Drs. Ach. Qosjim, MP, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, kritikan dan saran untuk penyelesaian skripsi ini.
2.
Ibu Fivien Muslihatiningsih, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan motivasi,
bimbingan
masukan, kritikan dan saran untuk
penyelesaian skripsi ini. 3.
Bapak Dr. M. Fathorrazi, SE, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
4.
Bapak Dr. I Wayan Subagiarta, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
5.
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jember yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan.
6.
Seluruh Staf Karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Jember, terima kasih atas bantuannya.
7.
Kedua orangtuaku Ayah Suhadi dan Ibu Hannah yang telah mendidik, membimbing, menyayangi dan mendoakanku.
8.
Saudaraku Kakak Nur Jannah dan Adik Robiatul Adawiyah yang selalu memberikan kasih sayang dan menyemangati selama ini.
xii
9.
Sahabat-sahabat kampusku Henry Septian Abadi, Ilham kistanto, Farradilah Imanda, SE, Endi Rusmanhadi, Wahyu Aprifiadi, Risal Ardiansyah, M. Rizal, Wasil Afandi dan Andi Firmansyah.
10. Teman-teman IESP angkatan 2009 yang seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 11. Teman-teman kosan Jawa 2 No.2 Najib, Fajar, Fahmi, Mas Andika, Mas Zul dan Bagus yang selalu menghibur Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis menerima saran dan kritik yang dapat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan tambahan pengetahuan bagi yang membacanya.
Jember, 29 Mei 2013
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
ii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................
iv
HALAMAN PEMBIMBINGAN .................................................................
v
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
vi
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
vii
ABSTRAK ....................................................................................................
viii
ABSTRACT ..................................................................................................
ix
RINGKASAN ................................................................................................
x
PRAKATA ....................................................................................................
xii
DAFTAR ISI .................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xix
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................
7
1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................
7
1.3.2 Manfaat Penelitian ...........................................................
8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori..........................................................................
9
2.1.1 Teori Lewis dan Fei-Ranis ...............................................
9
2.1.2 Konsep dan Definisi Mobilitas Penduduk ........................
9
xiv
2.1.3 Teori Migrasi Todaro ........................................................
11
2.1.4 Teori Migrasi E.G Ravenstein dan Everett S. Lee ............
12
2.1.5 Bentuk-Bentuk Mobilitas Penduduk ...............................
16
2.1.6 Faktor-faktor yang Menyebabkan Keputusan Migrasi .... Sirkuler..............................................................................
18
2.1.7 Pengaruh Pendapatan Terhadap Migrasi...........................
20
2.1.8 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Migrasi..............
21
2.1.9 Pengaruh Status Pernikahan Terhadap Migrasi ................
21
2.1.10 Pengaruh Kepemilikan Lahan Terhadap Migrasi ...........
22
2.1.11 Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Migrasi ....................
23
2.1.12 Pengaruh Umur Terhadap Migrasi..................................
23
2.2 Tinjauan Penelitian Sebelumnya .............................................
24
2.3 Kerangka Konseptual ...............................................................
27
2.4 Hipotesis .....................................................................................
29
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 31 3.1.1 Jenis Penelitian .................................................................. 31 3.1.2 Unit Analisis ..................................................................... 31 3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 31 3.1.4 Populasi dan Sampel ......................................................... 31 3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 33 3.3 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 33 3.4 Metode Analisis .......................................................................... 34 3.4.1 Analisis Model Binary Logistic Regression ...................... 34 3.4.2 Justifikasi Statistika ........................................................... 36 3.5 Definisi Operasional .................................................................. 38 BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian....................................... 41 4.1.1 Kondisi Umum dan Keadaan Geografis ........................... 41 xv
4.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin ............................................................................. 41 4.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ............................ 42 4.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan ............................... 44 4.2 Gambaran Responden di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember ......................................................................................... 45 4.2.1 Keadaan Responden Menurut Pendapatan (WAGE) ........ 45 4.2.2 Keadaan Responden Menurut Pendidikan (EDUC)...........
46
4.2.3 Keadaan Responden Menurut Status Pernikahan (MAR)..
48
4.2.4 Keadaan Responden Menurut Kepemilikan Lahan (LAND) 48 4.2.5 Keadaan Responden Menurut Jenis Kelamin (SEX) .........
49
4.2.6 Keadaan Responden Menurut Kelompok Umur (AGE) ....
50
4.3 Analisis Model Regresi Logistik................................................ 51 4.3.1 Uji Wald/ Uji Z .................................................................. 52 4.3.2 Uji Likelihood Ratio (LR).................................................. 55 4.3.3 Uji McFadden R2 ............................................................... 55 4.3.4 Uji Goodnes of Fit.............................................................. 56 4.3.5 Rasio-Odd .......................................................................... 57 4.4 Pembahasan ................................................................................ 59 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................ 66 5.2 Saran ........................................................................................... 68 DAFTAR BACAAN ...................................................................................... 70 LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1
Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Jawa Timur Menurut Kabupaten/ Kota, Tahun 2011-2012 ...........................................................................
1.2
4
Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Jember Menurut Masing-masing Kecamatan Data Sensus Tahun 2010 .........
6
2.1
Bentuk-bentuk Mobilitas Penduduk .....................................
17
2.2
Tinjauan Penelitian Sebelumnya ..........................................
24
4.1
Banyaknya Penduduk Menurut Desa, Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun 2011...........................................................................
4.2
Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kecamatan Wuluhan Tahun 2010 ................
4.3
42 43
Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Wuluhan, Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 .
44
4.4
Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan (WAGE)........
45
4.5
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan (EDUC) .........
47
4.6
Responden Berdasarkan Status Pernikahan (MAR)..............
48
4.7
Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan (LAND).........
49
4.8
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (SEX) .....................
50
4.9
Responden Berdasarkan Kelompok Umur (AGE) ................
51
4.10 Hasil Analisis Model Logit terhadap Faktor-faktor yang Dianalisis...............................................................................
52
4.11 Hasil Expectation-Prediction ................................................
56
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Kerangka Konseptual ............................................................
xviii
29
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A Kuesioner Penelitian ..................................................
74
Lampiran B Tabulasi Data Penelitian ............................................
77
Lampiran C Hasil Analisis Data E-Views .....................................
80
xix
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan per kapita, penyediaan kesempatan kerja yang cukup, distribusi pendapatan yang merata dalam perkembangan pembangunan, serta kemakmuran antar daerah dan merubah struktur perekonomian merupakan tujuan-tujuan dari pembangunan. Namun kenyataan yang ada, masih besarnya distribusi pendapatan dan pembangunan yang tidak merata. Akibatnya terjadilah kesenjangan ekonomi yang makin parah, baik antar pusat dan daerah ataupun daerah dengan daerah lainnya. Kenyataan tersebut yang kemudian memicu adanya mobilitas tenaga kerja dari daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang kurang baik menuju daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, yaitu antara wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan (Mudrajat, 1997). Faktor pesatnya pertumbuhan ekonomi di kota besar serta pesatnya pertumbuhan penduduk dengan persebaran yang tidak merata, membuat sebagian besar penduduk terdorong melakukan mobilitas ke kota yang lebih besar tersebut. Di kota tujuan tersebut terdapat kesempatan kerja yang lebih besar dengan jenis pekerjaan yang beragam, adanya berbagai fasilitas, dan dari segi ekonomi mereka yang melakukan mobilitas tersebut mengharap suatu kehidupan layak dengan pendapatan yang lebih besar dari pada di daerah asal. Studi yang dilakukan Khodijah (2008) juga menekankan bahwa terjadinya migrasi desa ke kota biasanya didorong oleh tertinggalnya pertumbuhan desa dibandingkan pertumbuhan kota. Selanjutnya faktor sempitnya lapangan pekerjaan yang terjadi di desa akan mendorong perilaku mobilitas penduduk tersebut semakin tinggi. Salah satunya akibat dari menyempitnya lahan pertanian karena digunakan untuk areal pemukiman, sektor manufaktur, jasa, dan kebiasaan orang tua untuk membagi tanah mereka sebagai warisan pada keturunan-keturunannya. Semakin tinggi kesadaran pendidikan membuat generasi muda merasa kehidupan di daerah asal makin tidak menarik. Mereka
pun
memilih
untuk
bergerak
1
ke
kota
yang
lebih
2
maju untuk mengenyam pendidikan dengan kualitas yang lebih baik dengan fasilitas yang lebih lengkap (Purnomo, 2004). Pada akhirnya mereka mengharapkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan daerah asal dari pekerjaan yang sesuai dengan bidang mereka. Disamping munculnya permasalahan-permasalahan sosial ekonomi di atas, ada pula permasalahan lain yang muncul yang mengaitkan desa dengan kota yaitu, munculnya fenomena keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Tenaga kerja pedesaan yang terpaksa memutuskan menjadi commuter dengan bekerja ke kota atau daerah lain tersebut tentunya mempunyai latar belakang berbeda, salah satu diantaranya karena tekanan kondisi sosial ekonomi yang tidak cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Adanya harapan untuk memperoleh kesempatan kerja dengan tingkat upah yang lebih baik, mendorong tenaga kerja pedesaan memilih alternatif melakukan migrasi komutasi (commuting) ke kota atau daerah lain demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Lee (1966), dan Todaro (1979) berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Todaro menyebut motif utama tersebut sebagai pertimbangan ekonomi rasional, dimana seseorang melakukan mobilitas ke kota adalah adanya harapan untuk memperoleh pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di pedesaan. Sama dengan pendapat Mantra, Robert dan Smith (1977) juga memberikan penjelasan seperti dikutip oleh Hossain (2001) bahwa tidak meratanya pekerjaan dan penghasilan pertanian di pedesaan menjadi motivasi migrasi desa ke kota. Dengan demikian, perpindahan desa ke kota sekaligus mencerminkan adanya ketidakseimbangan antara kedua daerah tersebut. Dikarenakan
pelaku
commuting
lebih
banyak
membelanjakan
pendapatannya di desa atau daerah asal seperti membiayai kebutuhannya seharihari dan berinvestasi membeli tanah, hewan ternak serta membangun rumah, maka pengaruh dari aktivitas commuter yaitu meningkatnya kesejahteraan ekonomi keluarga pelaku commuting. Dengan demikian terjadi arus uang dari
3
kota ke desa dan sebaliknya terjadi arus modal tenaga kerja dari desa ke kota. Tambahan penghasilan merupakan dampak yang mereka harapkan dan mereka rencanakan sebelumnya, sementara tanpa disadari atau tidak oleh mereka telah membawa dampak terutama dalam kehidupan sosial mereka. Gerak commuter yang merupakan salah satu bentuk keterkaitan antara desa-kota ini telah membawa arus informasi maupun inovasi-inovasi yang terjadi di perkotaan lebih cepat sampai ke desa. Dukungan transportasi yang baik akan lebih mempererat keterkaitan desa dengan kota. Sementara di kota terjadi interaksi antara penduduk kota dengan penduduk desa, sehingga mereka saling bertukar kebudayaan dan kebiasaan yang akhirnya akan dapat mempengaruhi kehidupan sosial di kota maupun di desa asal mereka (Indriani, 2010). Pertumbuhan penduduk yang besar di pedesaan menyebabkan terjadinya pertumbuhan angkatan kerja dan fragmentasi tanah sawah, dikarenakan permintaan buruh di luar sektor pertanian relatif langka untuk daerah pedesaan, serta penawaran tenaga kerja pedesaan umumnya tidak memenuhi kualifikasi untuk bekerja di perkotaan. Kelebihan pekerja pedesaan terpaksa ditampung dalam sektor pertanian, walaupun dengan produktivitas yang semakin menurun. Sebagian kelebihan pekerja tersebut pergi ke kota, baik sebagai migran tetap, maupun migran musiman, atau migran ulak-alik. Dalam kasus migrasi dari desa ke kota ini, yang dimaksud dengan migran ulang-alik adalah migran yang waktunya relatif singkat, yaitu pada saat mereka bekerja saja, sebab setelah pekerjaan selesai mereka pulang ke daerahnya masing-masing. Sebagai contoh dapat diambil kasus buruh maupun karyawan yang bekerja di kota tetapi mereka tetap tinggal di daerah asal agar dapat bekerja di hari libur menggarap lahan pertanian yang dimiliki, sehingga setiap pagi mereka ke kota dan sore / malam pulang kembali ke desanya (Ananta, 1990). Adapun data jumlah penduduk dari hasil proyeksi di Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 37.687.662 jiwa pada tahun 2011. Kota Surabaya
mempunyai
jumlah penduduk yang paling besar, yaitu 2.781.047 jiwa, diikuti Kabupaten Malang 2.459.982 jiwa dan Kabupaten Jember 2.345.851 jiwa. Oleh karena itu,
4
wajar ketiga daerah ini menjadi daerah penyumbang angkatan kerja yang paling tinggi di Provinsi Jawa Timur (BPS Jawa Timur, 2013). Tabel 1.1 Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Partipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Jawa Timur Menurut Kabupaten/ Kota, Tahun 2011-2012 NO
KABUPATEN
JUMLAH ANGKATAN KERJA
/KOTA
2011
TPAK
2012
2011
2012
1
PACITAN
292.225
338.425
70,81
79,73
2
PONOROGO
472.067
494.714
70,05
73,41
3
TRENGGALEK
364.375
407.184
69,37
77,32
4
TULUNGAGUNG
517.678
545.467
69,26
72,21
5
BLITAR
590.838
628.120
69,68
73,61
6
KEDIRI
791.196
791.689
69,50
69,86
7
MALANG
1.295.294
1.305.127
69,37
70,26
8
LUMAJANG
531.330
520.500
69,30
67,51
9
JEMBER
1.208.660
1.128.504
69,00
64,13
10
BANYUWANGI
817.786
870.948
69,24
73,37
11
BONDOWOSO
393.342
402.945
69,89
70,53
12
SITUBONDO
353.821
352.531
70,15
69,37
13
PROBOLINGGO
569.592
623.537
70,02
75,31
14
PASURUAN
797.558
804.280
70,26
70,40
15
SIDOARJO
1.019.035
974.910
70,01
66,70
16
MOJOKERTO
543.088
546.155
70,34
70,13
17
JOMBANG
620.258
601.914
68,92
66,54
18
NGANJUK
543.859
523.702
70,48
67,52
19
MADIUN
359.626
360.759
69,87
69,99
20
MAGETAN
333.593
352.469
68,68
72,02
21
NGAWI
448.873
417.560
70,22
65,50
22
BOJONEGORO
663.280
650.578
70,82
69,41
23
TUBAN
605.626
574.562
70,36
66,55
24
LAMONGAN
636.182
618.831
69,95
68,29
25
GRESIK
612.073
557.623
70,00
63,49
26
BANGKALAN
433.586
455.143
67,23
70,25
27
SAMPANG
420.504
476.884
68,39
76,69
28
PAMEKASAN
399.523
458.729
69,94
77,48
29
SUMENEP
571.371
627.388
70,91
76,84
30
KOTA KEDIRI
139.797
138.590
67,62
66,93
31
KOTA BLITAR
67.421
64.931
67,27
64,56
32
KOTA MALANG
427.177
413.933
66,03
64,26
33
KOTA PROBOLINGGO
99.743
109.281
68,08
67,65
34
KOTA PASURUAN
93.882
93.596
68,72
67,97
35
KOTA MOJOKERTO
63.063
64.893
69,64
71,04
36
KOTA MADIUN
90.336
83.746
68,42
62,53
37
KOTA SURABAYA
1.475.147
1.419.677
68,52
66,12
38
KOTA BATU
99.081
101.733
69,33
70,09
PROV. JAWA TIMUR
19.761.886
19.901.558
69,49
69,62
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, Sakernas 2011-2012 (data diolah)
5
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah angkatan kerja di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 mencapai angka 19.761.886 jiwa, dan tahun 2012 mencapai angka 19.901.886 jiwa dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) masing-masing 69,49 dan 69, 62. Adapun tiga kabupaten/ kota yang memiliki jumlah angkatan kerja tertinggi yaitu pertama, Kota Surabaya pada tahun 2011 sebanyak 1.475.147 jiwa dengan TPAK sebesar 68,52 dan pada tahun 2012 sebanyak 1.419.677 jiwa dengan TPAK 66,12. Kedua, Kabupaten Malang pada tahun 2011 sebanyak 1.259.294 jiwa dengan TPAK sebesar 69,37 dan pada tahun 2012 sebanyak 1.305.127 jiwa dengan TPAK sebesar 70,26. Dan ketiga, Kabupaten Jember pada tahun 2011 sebanyak 1.208.660 jiwa dengan TPAK sebesar 69,00 dan pada tahun 2012 sebanyak 1.128.504 jiwa dengan TPAK sebesar 64,13. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di ketiga daerah yang memiliki jumlah angkatan kerja tertinggi tersebut akan terjadi mobilitas atau arus migrasi angkatan kerja yang tinggi pula, baik migrasi yang bersifat permanen maupun yang bersifat non-permanen. Hal ini terjadi karena jumlah angkatan kerja di masing-masing daerah tersebut tidak akan terserap secara penuh. Adapun kondisi jumlah angkatan kerja di Kabupaten Jember menurut data sensus tahun 2010 mencapai angka 1.159.591. Adapun lima kecamatan yang memiliki jumlah angkatan kerja terbanyak yaitu Kecamatan Wuluhan dengan 59.949 orang, diikuti oleh Kecamatan Silo dengan 55.415, kemudian Kecamatan Bangsalsari yang memiliki 54.055 orang angkatan kerja, lalu Kecamatan Sumbersari dengan 53.798 orang dan yang terakhir adalah Kecamatan Puger dengan 52.705 orang (BPS Kabupaten Jember, 2012). Diantara lima kecamatan tersebut Wuluhan menduduki peringkat pertama kecamatan yang memiliki jumlah angkatan kerja yang paling banyak di Kabupaten Jember. Dengan jumlah tersebut akan sangat memungkinkan jika angkatan kerja di Kecamatan Wuluhan melakukan migrasi komutasi dalam jumlah yang besar pula. Besarnya jumlah angkatan kerja di Kabupaten Jember menurut masing-masing kecamatan dapat dilihat di table 1.2 berikut ini:
6
Tabel 1.2 Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Jember Menurut Masing-masing Kecamatan Data Sensus Tahun 2010 NO
KECAMATAN
ANGKATAN KERJA (ORANG)
1
Kencong
33.653
2
Gumuk Mas
44.648
3
Puger
52.705
4
Wuluhan
59.940
5
Ambulu
52.086
6
Tempurejo
34.731
7
Silo
55.415
8
Mayang
27.980
9
Mumbulsari
31.461
10
Jenggawah
39.942
11
Ajung
38.618
12
Rambipuji
37.360
13
Balung
36.563
14
Umbulsari
32.216
15
Semboro
20.806
16
Jombang
25.009
17
Sumberbaru
48.182
18
Tanggul
38.502
19
Bangsalsari
54.055
20
Panti
30.415
21
Sukorambi
19.494
22
Arjasa
21.201
23
Pakusari
22.358
24
Kalisat
38.167
25
Ledokombo
35.669
26
Sumberjambe
33.762
27
Sukowono
30.537
28
Jelbuk
16.330
29
Kaliwates
50.126
30
Sumbersari
53.798
31
Patrang
43.862 JUMLAH
Sumber: Kabupaten Jember Dalam Angka 2012, BPS
1.159.591
7
Fenomena migrasi sangat sering terjadi di beberapa negara berkembang, termasuk di berbagai daerah terutama dalam konteks di mana banyak tenaga kerja yang berasal dari daerah pedesaan mengalir ke daerah perkotaan. Proses migrasi yang berlangsung dalam suatu negara (internal migration), dianggap sebagai proses alamiah yang akan menyalurkan surplus tenaga kerja di daerah-daerah ke sektor industri modern di kota-kota yang daya serapnya lebih tinggi, walaupun pada kenyataanya arus perpindahan tenaga kerja dari pedesaan ke perkotaan tersebut telah melampaui tingkat penciptaan tenaga kerja, sehingga migrasi yang terjadi jauh melampaui daya serap sektor industri dan jasa di daerah perkotaan (Todaro, 1998). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: Seberapa
besar pengaruh pendapatan, tingkat
pendidikan, status
pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur
terhadap keputusan
tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ingin diteliti penulis, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui besaran pengaruh pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember.
8
1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pembuat keputusan dalam membuat kebijakan dan pengambil keputusan perencanaan pembangunan yang berhubungan dengan mobilitas dan distribusi penduduk di Kabupaten Jember 2. Bagi para peneliti, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi serupa untuk dikembangkan lebih lanjut.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Lewis dan Fei-Ranis Lewis-Fei-Ranis menganalisis migrasi dalam konteks pembangunan. Mereka membagi sektor perekonomian atas sektor tradisional dan sektor modern, dari sektor pertanian ke sektor industri. Terjadinya perpindahan tenaga kerja dari sektor tradisional (pertanian) ke sektor modern (sektor industri) karena sektor modern di perkotaan senantiasa memerlukan tenaga kerja, dengan asumsi bahwa sektor tradisional (pertanian) terjadi surplus tenaga kerja. Jumlah perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan lapangan pekerjaan berkaitan erat dengan perluasan industri di perkotaan. Dengan asumsi bahwa di sektor tradisional (pertanian) terjadi surplus tenaga kerja, maka berakibat produktifitas tenaga kerja sangat rendah atau nol, sedangkan di sektor industri ditandai dengan tingkat produktifitas tenaga kerja yang tinggi, yang mana tenaga kerjanya merupakan transfer secara gradual dari sektor subsistem sehingga hal ini memberikan motivasi pada tenaga kerja di sektor tradisional untuk pindah atau bermigrasi ke kota (Jhingan, 1983). Jumlah transfer tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan lapangan kerja berkaitan dengan perluasan industri. Cepatnya transfer tenaga kerja dan pertumbuhan lapangan kerja berkaitan dengan perluasan industri. Cepatnya transfer tenaga kerja dan pertumbuhan lapangan kerja ini bergantung kepada besarnya investasi. Diasumsikan bahwa semua keuntungan yang diperoleh, diinvestasikan kembali, dan upah buruh adalah tetap, dalam arti bahwa upah buruh di sektor industri lebih tinggi dari upah buruh rata-rata di sektor pertanian. Dalam keadaan seperti ini pasaran tenaga kerja yang berasal dari desa akan sangat longgar (perfectly elastic) (Jhingan, 1983). 2.1.2 Konsep dan Definisi Mobilitas Penduduk Pada dasarnya mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu mobilitas permanen (migrasi), dan mobilitas non-permanen atau migrasi sirkuler. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah tujuan dengan 9
10
maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk dari satu tempat ke tempat lain tanpa ada maksud untuk menetap. Migrasi sirkuler ini pun bermacam-macam jenisnya ada yang ulang-alik, periodik, musiman, dan jangka panjang. Migrasi sirkuler dapat terjadi antara desa-desa, desa-kota, kota-desa, dan kota-kota (Mantra, 2000). Sedangkan menurut Rusli (1996) pada dasarnya mobilitas penduduk adalah pergerakan penduduk secara geografis. Beda kedua istilah ini hanya terletak pada perkara permanen dan non permanen. Migrasi merupakan dimensi gerak penduduk permanen, sedangkan dimensi gerak penduduk non-permanen terdiri dari sirkuler dan komutasi. Definisi lain, migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik atau negara atau batas administrasi/batas bagian dalam suatu negara (Munir, 2000). Migrasi juga didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat yang lain melampaui batas politik/ Negara ataupun batas administratif/ batas bagian dalam suatu Negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain (Wirosuhardjo, 2011:116). Selanjutnya Mulyadi (2002) mendefinisikan penduduk migran dalam dua kategori, yaitu pertama, mereka yang pada saat pencacahan tempat tinggalnya berbeda dengan tempat lahir yang disebut migrasi semasa hidup (life time migration). Kedua, mereka yang bertempat tinggal di tempat tujuan lima tahun lalu, dikategorikan sebagai migrasi risen (recent migration). Sedangkan perbedaan antara mobilitas dan migrasi penduduk, menurut Tjiptoherijanto (2000) mobilitas penduduk didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang melewati batas administratif tingkat II, namun tidak berniat menetap di daerah yang baru, sedangkan migrasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang melewati batas administratif tingkat II dan sekaligus berniat menetap di daerah yang baru tersebut.
11
2.1.3 Teori Migrasi Todaro Menurut Mantra (2000) Teori Migrasi Todaro ini bertolak dari asumsi bahwa migrasi dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu fenomena ekonomi. Keputusan seorang individu untuk melakukan migrasi ke kota merupakan keputusan yang telah dirumuskan secara rasional. Teori Todaro mendasarkan diri pada pemikiran bahwa arus migrasi itu berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara desa dengan kota. Namun, pendapatan yang dipersoalkan disini bukan pendapatan yang aktual, melainkan pendapatan yang diharapkan (expected income). Para migran senantiasa mempertimbangkan dan membanding-bandingkan pasar-pasar tenaga kerja yang tersedia bagi mereka di sektor pedesaan dan perkotaan, kemudian memilih salah satu diantaranya yang sekiranya akan dapat memaksimalkan keuntungan yang diharapkan diukur berdasarkan besar kecilnya angka selisih antara pendapatan riil dari pekerjaan di kota dan dari pekerjaan di desa. Angka selisih tersebut juga senantiasa diperhitungkan terhadap besar kecilnya peluang migran yang bersangkutan untuk mendapatkan pekerjaan di kota. Adapun Model migrasi Todaro memiliki empat pemikiran dasar sebagai berikut : 1. Migrasi desa-kota dirangsang, terutama sekali oleh berbagai pertimbangan ekonomi yang rasional dan langsung yang berkaitan dengan keuntungan atau manfaat dan biaya-biaya relatif migrasi itu sendiri (sebagian besar terwujud dalam bentuk-bentuk atau ukuran lain, misalnya saja kepuasan psikologi). 2. Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara tingkat pendapatan yang diharapkan di kota dan tingkat pendapatan aktual di pedesaan (pendapatan yang diharapkan adalah sejumlah pendapatan yang secara rasional bisa diharapkan akan tercapai di masa-masa mendatang). Besar kecilnya selisih besaran upah aktual di kota dan di desa, serta besar atau kecilnya
kemungkinan
mendapatkan
pekerjaan
di
perkotaan
yang
menawarkan tingkat pendapatan sesuai yang diharapkan. 3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di kota.
12
4. Migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun pengangguran di perkotaan sudah cukup tinggi. Kenyataan ini memiliki landasan yang rasional, yakni para migran pergi ke kota untuk meraih tingkat upah yang lebih tinggi yang nyata (memang tersedia). Dengan demikian, lonjakan pengangguran di perkotaan merupakan akibat yang tidak terhindarkan dari adanya ketidakseimbangan kesempatan ekonomi yang sangat parah antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan (antara lain berupa kesenjangan tingkat upah tadi), dan ketimpangan-ketimpangan seperti itu amat mudah ditemui di kebanyakan negara-negara di dunia ketiga. 2.1.4 Teori Migrasi E.G Ravenstein dan Everett S. Lee E.G Ravenstein (1885) yang juga didukung oleh Stephen Bourne berdasar pada perilaku orang bermigrasi besar-besaran di daerah pedesaan ke daerah perkotaan selama revolusi industri di Inggris (Yeremias, 1994) mengemukakan hukum-hukum tentang migrasi (The Law of Migration) (Rudiono, 2008). Pada perkembangannya hukum tersebut ini dikritik oleh N.A Humprey yang menyatakan bahwa migrasi tidak memiliki hukum sama sekali. Hukum migrasi yang dikemukakan Ravenstein yakni, (a) migrasi dan jarak; banyak migran yang menempuh jarak dekat, migran yang menempuh jarak jauh ialah menuju pusatpusat perdagangan dan industri yang penting, (b) migrasi bertahap; adanya migrasi terarah, adanya migrasi dari desa - kota kecil - kota besar, (c) arus dan arus balik; setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik penggantiannya, (d) terdapat perbedaan-perbedaan antara desa dan kota mengenai kecenderungan migrasi (desa memiliki kecenderungan untuk migrasi lebih besar dari pada kota), (e) kebanyakan wanita lebih suka bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat, (f) teknologi dan migrasi; dengan makin pesatnya teknologi makin besar pula arus migrasi yang terjadi, (g) motif ekonomi merupakan dorongan utama. Sedangkan Mantra (dikutip dari Lee, 1976), dijelaskan bahwa volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai dengan tingkat keanekaragaman daerah-daerah wilayah tersebut. Di setiap daerah banyak sekali faktor yang mempengaruhi orang untuk menetap atau menarik orang untuk pindah, serta ada
13
pula faktor-faktor lain yang memaksa mereka meninggalkan daerah itu. Di daerah asal dan di daerah tujuan menurut Lee, terdapat faktor-faktor yang disebut sebagai: a. Faktor positif (+) yaitu faktor yang memberikan nilai positif atau keuntungan bila bertempat tinggal di tempat tersebut. b. Faktor negatif (-) yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau merugikan bila tinggal di tempat tersebut sehingga seseorang merasa perlu untuk pindah ke tempat lain. c. Faktor netral (0) yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan seseorang individu untuk tetap tinggal di tempat asal atau pindah ke tempat lain. Faktor-faktor di tempat asal migran misalnya, dapat berbentuk faktor yang mendorong untuk keluar atau menahan untuk menetap dan tidak pindah. Begitu pula dengan daerah tujuan migran, faktor tersebut dapat berbentuk penarik sehingga orang mau datang ke sana atau menolak yang menyebabkan orang tidak tertarik untuk datang. Lahan yang tidak subur, penghasilan yang rendah di daerah asal merupakan pendorong untuk pindah. Namun adanya rasa kekeluargaan yang erat lingkungan sosial yang kompak merupakan faktor yang menahan seseorang agar tidak pindah. Upah yang tinggi, kesempatan kerja yang menarik di daerah tujuan migran merupakan faktor penarik untuk datang ke sana. Sedangkan ketidakpastian, resiko yang mungkin dihadapi, kepemilikan lahan yang tidak pasti dan sebagainya merupakan faktor penghambat untuk pindah ke tempat tujuan. Berdasarkan tinjauan di atas, dapat ditarik beberapa faktor pokok penyebab terjadinya migrasi adalah: (a) proses kemiskinan di daerah asal, (b) lapangan kerja yang hampir tidak ada, (c) pendapatan yang rendah, (d) keamanan, (e) adat istiadat yang ketat, (f) melanjutkan pendidikan. Dari pernyataan di atas tiga hal pertama adalah hal mendasar dalam membuat keputusan untuk bermigrasi. Desa yang perekonomiannya masih subsisten hasilnya sangat dipengaruhi jumlah tenaga kerja, iklim, luas tanah, sehingga hasilnya pun sangat terbatas dan mengakibatkan pendapatan rendah.
14
Selain ketiga faktor di atas menurut Everett S. Lee (Munir, 2000) ada empat faktor lain yang menyebabkan orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu: a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal. b. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan. c. Rintangan-rintangan antara (jarak). d. Faktor-faktor pribadi. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal misalnya, tanah yang subur, kekerabatan yang tinggi, adanya variasi pekerjaan non-tani, dan tersedianya fasilitas sosial yang lengkap akan menarik individu untuk menetap di daerah asal. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya maka akan mendorong individu untuk meninggalkan daerah asalnya. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan seperti tersedianya variasi lapangan pekerjaan, fasilitas sosial lengkap, harapan mendapat upah tinggi akan menjadi penarik individu dari luar daerah, dan kemacetan, kriminalitas tinggi, bencana alam bisa menjadi faktor pendorong dari daerah tujuan.
Rintangan-rintangan
antara
adalah
mengenai
jarak,
dimana
memperhitungkan, biaya perjalanan, sulit atau tidaknya medan untuk ditempuh, dan lama waktu perjalanan yang ditempuh. Walaupun rintangan antara (jarak) ini selalu ada, tidak selalu menjadi faktor penghalang. Rintangan-rintangan tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Faktor dalam pribadi inilah yang mempunyai peranan terbesar karena faktor-faktor nyata yang terdapat di tempat asal atau tempat tujuan belum merupakan faktor utama, karena pada akhirnya kembali pada respon seseorang tentang faktor tersebut, kepekaan pribadi dan kecerdasannya. Selanjutnya Mantra (dikutip dari Mitchel, 1961), dijelaskan bahwa terdapat beberapa kekuatan (forces) yang menyebabkan seorang individu memutuskan untuk melakukan migrasi atau tidak, yaitu : 1. Kekuatan Sentripetal (centripetal forces) yaitu kekuatan yang mengikat seorang individu untuk tinggal di daerah asal. Kekuatan sentripetal dapat berupa : · Terikat tanah warisan. · Menunggu orang tua yang sudah lanjut usia.
15
· Kegotong-royongan yang baik. · Daerah asal merupakan tempat kelahiran nenek moyang mereka. 2. Kekuatan Sentrifugal (centrifugal forces) yaitu kekuatan yang mendorong seorang individu untuk meninggalkan daerah asal. Kekuatan sentrifugal dapat berupa : · Terbatasnya pasaran kerja. · Pendapatan yang kurang mencukupi. Keputusan seseorang melakukan migrasi ke daerah tujuan tergantung pada keseimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Untuk wilayah pedesaan di negara sedang berkembang kedua kekuatan tersebut relatif seimbang. Seorang individu dihadapkan pada dua hal yang sulit dipecahkan yaitu tetap tinggal di daerah asal dengan keadaan ekonomi yang terbatas atau berpindah ke daerah lain dengan meninggalkan sawah atau ladang yang dimiliki. Disamping itu, Menurut Munir (dalam Dasar-dasar Demografi, 1981), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi ada dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. 1. Faktor-faktor pendorong yang menyebabkan penduduk bermigrasi a) Makin berkurangnya sumber-sumber alam. b) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal, karena masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin. c) Tidak cocok lagi dengan adat budaya/kepercayaan di daerah asal. d) Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan karier pribadi e) Bencana alam baik banjir, kebakaran musim kemarau atau adanya wabah penyakit. 2. Faktor-faktor penarik yang menyebabkan penduduk melakukan migrasi a) Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok. b) Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. c) Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. d) Keadaan lingkungan dan keadaaan hidup yang menyenangkan.
16
e) Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung. f) Adanya aktivitas kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan, adanya tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku, di daerah asal. 2.1.5 Bentuk-Bentuk Mobilitas Penduduk Menurut Mantra (2000) migrasi harian (nglaju) atau commuting adalah gerak penduduk dari daerah asal menuju daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari itu juga. Sementara mobilitas penduduk adalah gerak penduduk (movement), penduduk yang melintas batas wilayah menuju ke wilayah lain dalam periode waktu tertentu. Penggunaan batas wilayah dan waktu untuk indikator mobilitas penduduk horisontal ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang mendasarkan konsepnya atas wilayah dan waktu (Space and Time Concept). Mobilitas penduduk dapat dibedakan antara mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horisontal. Mobilitas penduduk vertikal atau yang sering disebut dengan perubahan status pekerjaan. Seseorang yang mula-mula bekerja di sektor pertanian sekarang bekerja di sektor non pertanian. Mobilitas penduduk horizontal atau yang sering disebut dengan mobilitas penduduk geografis yaitu gerak (movement) penduduk yang melintas batas wilayah menuju wilayah lain dalam periode waktu tertentu (Mantra, 2000). Secara ringkas bentuk-bentuk mobilitas penduduk di atas diringkas dalam Tabel 2.1.
17
Tabel 2.1 Bentuk-bentuk Mobilitas Penduduk (Berdasarkan Hasil Riset Ida Bagoes Mantra Tahun 1975) No.
Bentuk Mobilitas
Batas Wilayah
Batas Waktu
1.
Ulang-alik (commuting)
Dukuh (dusun)
6 jam atau lebih dan kembali pada hari yang sama
2.
Menginap/mondok di
Dukuh (dusun)
daerah tujuan
Lebih dari satu hari tetapi kurang dari 6 bulan
3.
Permanen/menetap di daerah tujuan
Dukuh (dusun)
6 bulan atau lebih menetap di daerah tujuan
Sumber : Ida Bagoes Mantra, 2000 Selanjutnya menurut Mantra (2000) menjelaskan bila dilihat dari ada tidaknya niatan untuk menetap di daerah tujuan, mobilitas penduduk dapat pula dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk permanen atau migrasi dan mobilitas penduduk non-permanen. Jadi, menurut Mantra (2000) migrasi adalah gerak penduduk yang melintasi batas wilayah asal menuju ke wilayah tujuan dengan niatan menetap. Sebaliknya, mobilitas penduduk non permanen adalah gerak penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Apabila seseorang menuju ke daerah lain dan sejak semula sudah bermaksud tidak menetap di daerah tujuan, orang tersebut digolongkan sebagai pelaku mobilitas non-permanen walaupun bertempat tinggal di daerah tujuan dalam jangka waktu lama. Gerak penduduk yang non-permanen (circulation) ini juga dibagi menjadi dua, yaitu ulang-alik (Jawa = nglaju, Inggris = commuting) dan menginap atau mondok di daerah tujuan. Mobilitas ulang-alik adalah gerak penduduk dari daerah asal menuju daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dengan kembali ke daerah asal pada hari itu juga. Sedangkan mobilitas penduduk mondok atau menginap merupakan gerak penduduk yang meninggalkan
18
daerah asal menuju daerah tujuan dengan batas waktu lebih dari satu hari, namun kurang dari enam bulan (Mantra, 2000). 2.1.6 Faktor-faktor yang Menyebabkan Keputusan Migrasi Sirkuler Ida Bagus Mantra (1985) menyebut bahwa terdapat beberapa kekuatan yang menyebabkan orang-orang terikat pada daerah asal, dan ada kekuatan yang mendorong orang-orang untuk meninggalkan daerah asal. Kekuatan yang mengikat orang-orang untuk tinggal di daerah asal disebut dengan kekuatan sentripetal, keluarga, lingkungan yang kekeluargaan dan kepemilikan lahan merupakan contoh dari kekuatan sentripetal tersebut. Sebaliknya kekuatan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asalnya disebut dengan kekuatan sentrifugal, semakin sempitnya lahan pertanian dan rendahnya pendapatan bisa dijadikan contoh kekuatan sentrifugal. Kedua kekuatan ini saling bertentangan, dan diatasi dengan dipilihnya pergerakan non-permanen yaitu migrasi sirkuler. Sedang menurut Todaro (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi sirkuler sangat beragam dan rumit. Hal ini disebabkan oleh selain faktor ekonomi yang berperan dalam pembuatan keputusan untuk melakukan migrasi, keputusan tersebut juga dipengaruhi dengan banyak faktor lain yakni: a. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para migran itu sendiri untuk melepaskan
diri
dari
kendala-kendala
tradisional
yang
sebelumnya
mengungkung mereka. b. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana alam seperti banjir dan kekeringan. c. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk pedesaan. d. Faktor-faktor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan “keluarga besar” sesampainya di perkotaan dan daya tarik “lampu kota yang terang benderang”.
19
e. Faktor-faktor komunikasi. Termasuk kualitas sarana transportasi, sistem pendidikan, dan dampak modernisasi yang ditimbulkan dari perkotaan. Adapun salah satu pendorong tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) adalah pendapatan menurut Payaman J. Simanjuntak (2001), pencari kerja selalu berusaha mencari pekerjaan dengan pendapatan yang lebih baik. (Payaman J. Simanjuntak, 2001) juga mengemukakan bahwa keluarga sebagai satu
unit
pengambil
keputusan
kerja
dan
menyusun
strategi
untuk
memaksimumkan tingkat kepuasan keluarga secara keseluruhan. Konsep teori pilihan sebagaimana dikemukakan oleh Becker (1968) dalam (Waridin 2002) yang dikutip Didit (2004) juga bisa digunakan untuk mengetahui motivasi seseorang dalam memutuskan untuk bermigrasi sirkuler. Dalam menentukan suatu pilihan seorang individu akan memilih satu diantara beberapa alternatif yang tersedia yang sekiranya dapat memberikan manfaat yang paling maksimum. Lebih lanjut diungkapkan bahwa niat bermigrasi dipengaruhi: faktor sosial ekonomi, yaitu variabel umur, status perkawinan, status pekerjaan di daerah asal, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga di daerah asal, pendapatan dan faktor struktural, yang meliputi variabel ketersediaan lapangan pekerjaan di daerah asal dan pengalaman kerja di daerah tujuan. Selain model di atas, terdapat model yang dikembangkan oleh Speare (1975) (dalam Susilowati, 1998) yang juga dikutip oleh Didit, bahwa migrasi tenaga kerja juga dipengaruhi oleh faktor struktural, misalnya karakteristik yang menyangkut sosio-demografis, tingkat kepuasan terhadap tempat tinggal, kondisi geografis daerah asal, dan karakteristik komunitas. Yeremias (1994) juga mengungkapkan bahwa niat bermigrasi dipengaruhi faktor latar belakang individu, latar belakang struktural dan faktor kefaedahan. Latar belakang individu meliputi variabel umur, status perkawinan, lama tinggal di kota dan besarnya pendapatan di kota; faktor latar belakang struktural meliputi variabel karakteristik kota tempat kerja migran dan letak kota terhadap desa asal; sedangkan faktor kefaedahan (place utility) meliputi variabel jenis nilai yang diharapkan, kepuasan, dan kesukaan hidup di kota dari pada di desa.
20
Hossain (2001) secara spesifik mengungkapkan bahwa keputusan bermigrasi cenderung dipengaruhi oleh variabel-variabel seperti kepemilikan tanah, jabatan, pendidikan, jumlah anggota, jenis kelamin usia dewasa dan ukuran keluarga. Selain itu Zhao (1999) juga menjelaskan bahwa selain variabel umur, pendidikan, jumlah anak yang belum sekolah, jumlah anak yang sekolah, luas lahan di desa, variabel besarnya pajak yang harus dibayarkan migran dalam setahun, sarana jalan aspal yang menghubungkan desa kota, serta adanya fasilitas telepon ke desa juga berpengaruh terhadap keputusan bermigrasi. Demikian pula Zhu menggunakan variable independen yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status perkawinan sebelum bermigrasi, besarnya keluarga, jumlah kakak dan adik, status anak tertua, ukuran lahan yang ditanami, status pekerjaan dan pendapatan perbulan yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk bermigrasi. 2.1.7 Pengaruh Pendapatan Terhadap Migrasi 1.
Teori Neo Klasik Teori neo klasik selaku sebagai dasar dari teori-teori yang lain
menjelaskan bahwa perbedaan jumlah upah yang terjadi antara dua wilayah merupakan alasan utama adanya migrasi tenaga kerja (Jennisen, 2004 c.f Massey et-al; 1993; Lewis, 1982 c.f Boyle, 1998). Adapun perbedaan upah yang terjadi tersebut disebabkan perbedaan secara geografis dalam jumlah tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja. Perbedaan tingkat upah pada kedua wilayah pada akhirnya akan menyebabkan pergerakan arus tenaga kerja dari daerah yang memiliki tingkat upah yang rendah menuju ke daerah yang memiliki tingkat upah yang lebih tinggi (Jennisen, 2003, 2004 c.f Borjas, 1989; Massey et-al, 1993; Bauer dann Zimmermann, 1995). 2. Teori Todaro Todaro (2003) memiliki pandangan yang sama dengan teori neo klasik, Todaro berpendapat bahwa migrasi berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan yang terjadi antara perkotaan dan pedesaan.
21
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa para migran akan menuju ke kota tertentu apabila terdapat selisih pendapatan yang lebih banyak dari pada pendapatan yang mereka peroleh di desa. 2.1.8 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Migrasi Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia, selain kesehatan dan migrasi. Tingkat pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan bangsa dan negara terutama pada ketenagakerjaan, karena tingkat pendidikan merupakan upaya nyata dalam mengembangkan sumber daya manusia. Begitu pula tingkat pendidikan sangat mempengaruhi mobilitas dari seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat mobilitas orang tersebut. Oleh karena itu, R.H. Pardoko (1987) dalam bukunya “Mobilitas Migrasi dan Urbanisasi” menjelaskan bahwa pembangunan desa yang mementingkan kegiatan pendidikan formal untuk menghilangkan buta huruf serta penambahan pengetahuan umum dan bahasa akan membuat penduduk muda lebih mudah mendapatkan sikap “modern”, lebih mudah mendapatkan aspirasi, keterampilan dan sebagainya sehingga dapat mengurangi jarak sosio-budaya dengan penduduk perkotaan. Hal ini memudahkan keberhasilan daya tarik kota, karena tidak ada kekhawatiran penduduk desa untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial kota, jika seandainya mereka harus bermigrasi. Adapun Jones dalam teorinya juga menjelaskan bahwa migrasi merupakan salah satu proses modernisasi. Jones berpendapat bahwa modernisasi tidak saja akan menarik penduduk dari daerah lain tapi juga akan mempertinggi motivasi penduduk di daerah itu untuk bermigrasi, karena semakin meningkatnya tingkat pendidikan, sarana transportasi dan komunikasi. Dengan kata lain, tingkat pendidikan memiliki peran dalam migrasi yang dilakukan penduduk. 2.1.9 Pengaruh Status Pernikahan Terhadap Migrasi Status pernikahan berpengaruh positif terhadap niat bermigrasi. Temuan Siagian (1995) menunjukkan bahwa orang yang sudah kawin mempunyai
22
kemungkinan bermigrasi lebih besar, karena semakin besar dorongan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Namun hal ini relevan terutama bagi migran yang sifatnya tidak permanen (migran komuter atau sirkuler). Hal ini dipengaruhi karena orang sudah berkeluarga akan memiliki beban biaya yang bertambah dari pada sebelumnya. Menurut Munir (dalam Dasar-dasar Demografi, 1981), menjelaskan bahwa salah satu faktor pendorong yang mempengaruhi terjadinya migrasi adalah alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan karir pribadi. Sehingga seseorang cenderung akan melakukan migrasi ke daerah lain demi mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan kemampuannya. 2.1.10 Pengaruh Kepemilikan Lahan Terhadap Migrasi Pada dua dasawarsa terakhir migrasi desa-kota di negara dunia ketiga termasuk Indonesia terus mengalir dan mayoritas penduduk yang pindah karena desakan ekonomi di pedesaan. Alasan ekonomi tersebut berkaitan dengan pertambahan penduduk yang begitu cepat, sedangkan penyediaan lahan tidak bertambah sehingga mengakibatkan tingginya kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk Indonesia, menurut Saefullah (1995) pada tahun 1990 sudah mencapai 93 orang setiap kilometer persegi dan diperkirakan pada tahun 2020 naik menjadi satu setengah kali lipat. Pada akhirnya untuk memenuhi kebutuhan fasilitas sosial, terutama perumahan dan lokasi industri akhirnya lahan pertanian produktif beralih fungsi menjadi lahan non-pertanian sehingga lahan menjadi sempit yang pada gilirannya akan menciutkan kesempatan kerja dan mengurangi pendapatan petani. Padahal bagi tunakisma dan buruhtani, penyempitan lahan pertanian akan dapat menghilangkan mata pencaharian mereka sehingga berakibat bertambahnya angka pengangguran di pedesaan. Dari penelitian yang dilakukan Mantra (1981) di dua dukuh di daerah Istimewa Yogyakarta terungkap bahwa rata-rata lahan yang dimiliki rumah tangga boleh dikatakan sempit (0,19 Ha) dan rata-rata lahan sawah yang dimiliki hanya 0,13 Ha di dukuh Kadirojo dan 0,09 Ha di Dukuh Piring, lebih separoh rumah tangga ini tidak memiliki lahan sawah. Kemudian
23
penelitian Stoler (1975) di Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta, terungkap bahwa 37% rumah tangga tidak memiliki lahan pertanian dan 40% memiliki lahan kurang dari 0,2 Ha dan lebih separuh dari lahan yang ada dikuasai hanya 6% rumah tangga. Alasan lahan pertanian yang sempit atau kepemilikan lahan merupakan pendorong bagi penduduk untuk melakukan migrasi. Hal ini tidak saja terjadi di Indonesia akan tetapi juga terjadi di negara lain. 2.1.11 Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Migrasi Teori Gravitasi Revenstein (dalam Mantra, 2000) yang memiliki tujuh teori, ada salah satu teorinya yang menjelaskan bahwa wanita melakukan migrasi pada jarak yang dekat dibandingkan pria. Artinya, laki-laki lebih dominan melakukan migrasi dibandingkan wanita, walaupun tidak sedikit pula wanita yang melakukan migrasi, akan tetapi dalam jarak yang tidak terlalu jauh. Djamba (2001) seperti yang dikutip Didit juga mengemukakan adanya variabel-variabel jenis kelamin, umur, status perkawinan, status migran sebelum pindah, status migran setelah pindah, pendidikan dan asal daerah yang berpengaruh terhadap niat bermigrasi. 2.1.12 Pengaruh Umur Terhadap Migrasi Salah satu alasan terjadinya mobilitas penduduk yaitu jika keuntungan melebihi biaya. Yang dimaksud “keuntungan” adalah harga saat sekarang dari tambahan yang potensial (pendapatan) yang didapatkan dari selisih antara pendapatan di tempat asal dan pendapatan di tempat yang dituju. Keuntungan disini juga mencakup hal-hal yang non-moneter. “Biaya” disini dimaksudkan biaya pindah, biaya peluang (opportunity cost), pengorbanan psikis (psychic cost) yaitu kerugian psikis karena harus meninggalkan masyarakatnya serta penyesuaian diri dalam lingkungan baru yang asing baginya (Pardoko, 1987:21). Selanjutnya di dalam model Biaya-Maslahat (Cost/Benefit) yang dikemukakan oleh Sjaastad dijelaskan bahwa orang-orang tua biasanya tidak cenderung pindah karena lama hidup tinggal pendek dan terutama karena
24
pengorbanan psikis lebih besar. Tetapi orang-orang muda dan lebih lagi mereka dengan pendidikan, lebih mudah berpindah karena perbedaan pendapatan di tempat asal dan tempat tujuan cukup besar, pengertian dan kesadarannya lebih baik, maka hal ini akan mengurangi pengorbanan psikis tersebut. 2.2 Tinjauan Penelitian Sebelumnya Penelitian-penelitian tentang migrasi desa ke kota beserta fenomena dan permasalahannya yang diteliti oleh Farida Mulia (2004), Didit Purnomo (2004), M. Rizal (2006) dan Siti Khotijah (2008). Hasil dari penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan dan tolak ukur
yang sangat relevan bagi
penelitian ini: No.
Peneliti/ Tahun
Variabel Penelitian
Alat Analisis
Hasil Penelitian
1.
Mulia, Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi minat tenaga kerja desa untuk bekerja ke kota (studi kasus : Empat desa di kecamatan Mranggen, kabupaten Demak) Skripsi. UNDIP, Semarang. Tahun: 2004
Pendapatan (W), Jarak (DIST), Luas Pengolahan Lahan (LAND), Jenis Kelamin (SEX), Pendidikan (EDU), Usia (AGE), Sarana Transportasi (TRANS), Status Perkawinan (MAR)
Logit Regression dan model Binary logistic Regression
Dari data interview lapangan banyak responden mengakui dengan melakukan migrasi non permanen, pendapatan mereka semakin meningkat sehingga taraf kehidupan mereka menjadi lebih baik dibanding jika mereka hanya mengandalkan hasil pertanian saja. Sedangkan faktor kepimilikan tanah tidak berpengaruh terhadap keputusan responden melakukan migrasi non permanen
25
2.
Purnomo, LPMM UMS Penelitian bidang ilmu ekonomi Studi tentang pola migrasi migran sirkuler asal wonogiri ke Jakarta. Penelitian Dosen LPMM UMS, Surakarta. Tahun: 2004
Umur(AGE), Status perkawinan (MAR), Pekerjaan di desa (JOBVLG), properti yang dimiliki di desa (PROPERTI) , pendidikan (EDU) ,dan Pendapatan yang diperoleh di kota (INCOME)
Binary Logistic Regression
Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap niat bermigrasi sebagaimana ditunjukkan model pada skenario empat adalah : umur (AGE), status pekerjaan di desa (JOBVLG), dan pendapatan yang diperoleh di kota (INCOME). Adapun variabel kepemilikan properti (PROPERTI) tidak dianggap berpengaruh terhadap keniatan bermigrasi karena mempunyai probabilitassignifikansi lebih besar dari α=5%, bahkan pada tingkat α=10%.
26
3.
Rizal, Keputusan Migrasi Sirkuler Pekerja Sektor Formal di Kota Medan. Skripsi. Tahun: 2006
Variabel dependen yaitu migrasi sirkuler. Variabel independen yaitu Tingkat pendidikan, daya tarik kota,daya dorong desa dan kepemilikan tanah
Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Berganda (Multiple Regression)
Disimpulkan dari hasil penelitian bahwa secara simultan terdapat pengaruh variabel jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, fasilitas kota, daya dorong desa dan kepemilikan tanah terhadap migrasi sirkuler. Secara parsial diketahui bahwa variabel tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap migrasi sirkuler di Medan. Sedangkan, jenis pekerjaan, fasilitas kota, daya dorong desa dan status kepemilikan tanah tidak berpengaruh terhadap migrasi sirkuler di kota Medan.
4.
Khotijah, Analisis Faktor Pendorong Migrasi Warga Klaten Ke Jakarta Skripsi. Tahun: 2008
Variabel dependen yaitu jumlah migran, variabel independen yaitu luas lahan, laju pertumbuhan ekonomi Kab. Klaten, selisih upah, tingkat pengangguran dan kesempatan kerja
Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Berganda (Multiple regression)
Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah migrasi warga Klaten ke Jakarta adalah luas lahan, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di wilayah tersebut mendorong jumlah migrasi keluar. Adapun variabel yang tidak signifikan adalah variabel selisih upah UMR dan kesempatan kerja di wilayah Klaten.
27
Adapun perbedaan antara hasil penelitian sekarang dengan penelitianpenelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel luas pengolahan lahan/ variabel kepemilikan properti atau variabel kepemilikan tanah secara parsial tidak berpengaruh terhadap minat tenaga kerja untuk melakukan migrasi non permanen. Sebaliknya variabel tingkat pendidikan dan jenis kelamin secara parsial samasama berpengaruh terhadap minat tenaga kerja untuk melakukan migrasi non permanen pada penelitian-penelitian sebelumnya. Sedangkan penelitian sekarang menunjukkan bahwa secara parsial variabel
kepemilikan lahan berpengaruh
terhadap keputusan tenaga kerja untuk melakukan migrasi non permanen. Dan sebaliknya variabel tingkat pendidikan dan jenis kelamin secara parsial tidak berpengaruh terhadap minat tenaga kerja untuk melakukan migrasi non permanen. Selanjutnya persamaan penelitian sekarang dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu keduanya sama-sama menunjukkan bahwa secara parsial variabel pendapatan, usia dan status perkawinan berpengaruh terhadap minat tenaga kerja untuk melakukan migrasi non permanen. Dan salah satu penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penelitian sekarang yaitu pada variabel kepemilikan lahan yang sama-sama berpengaruh terhadap minat tenaga kerja untuk melakukan migrasi non permanen. 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ini berupaya untuk menyimpulkan pola migrasi dari tenaga kerja yang melakukan migrasi komutasi (commuting), dalam arti pergi di pagi hari dan pulang di hari yang sama. Berawal dari terjadinya distribusi pendapatan yang tidak merata antar daerah akan menyebabkan kemakmuran penduduk antar daerah tersebut tidak merata juga. Sehingga tenaga kerja akan memutuskan untuk melakukan migrasi, baik itu yang bersifat permanen maupun yang bersifat non permanen. Dalam hal ini, tenaga kerja cenderung melakukan migrasi yang bersifat non permanen khususnya migrasi komutasi (commuting) karena faktor keluarga dan lingkungan daerah asal. Adapun salah satu pendorong tenaga kerja melakukan migrasi komutasi tersebut adalah faktor pendapatan. Karena tenaga kerja akan selalu berusaha
28
mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lebih baik. Selain pendapatan, terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap tenaga kerja dalam melakukan migrasi komutasi (commuting) ialah tingkat pendidikan. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pekerja, maka kecenderungan untuk melakukan komutasi semakin besar. Status pernikahan juga dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan migrasi komutasi (commuting). Kepemilikan lahan merupakan faktor
pendorong seseorang melakukan
migrasi
komutasi
(commuting),
menyempitnya lahan pertanian yang tersedia, kurang memadainya penyerapan tenaga kerja, memicu adanya intensitas migrasi komutasi (commuting). Jenis kelamin pekerja
juga berpengaruh terhadap keputusan melakukan migrasi
komutasi (commuting), hal tersebut dilakukan apabila pekerjaan yang tersedia di daerah asal terbatas dan tidak sesuai dengan harapan pekerja tersebut. Sementara faktor usia juga berpengaruh terhadap niat seseorang melakukan migrasi, dimana mereka yang berumur lebih tua biasanya berniat untuk menetap atau menolak untuk pindah. Berdasarkan teori-teori
yang telah dibahas serta melihat pada
penelitian-penelitian terdahulu. Maka, dalam penelitian ini terdapat enam variabel bebas (pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan
umur yang mempengaruhi keputusan seseorang dalam
melakukan migrasi komutasi (commuting). Dengan penelitian terhadap enam variabel tersebut diharapkan dapat diketahui alasan-alasan pekerja menjadi penglaju (commuter), dimana dalam penyelesaian masalah dalam penelitian ini memakai metode analisis “Logistic Regression Model”. Sehingga pada akhirnya, dengan diketahuinya faktor-faktor yang menyebabkan tenaga kerja Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember melakukan migrasi komutasi ini dapat duwujudkan pendistribusian pendapatan yang merata di daerah tersebut dengan pembangunan ekonomi yang merata pula. Adapun skema kerangka konseptual yang dikemukakan dalam menyusun skripsi ini sebagai berikut:
29
KETIDAKMERATAAN PEMBANGUNAN EKONOMI KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER
PERBEDAAN CARA MIGRASI TENAGA KERJA KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER
WAGE
EDUC
MAR
LAND
SEX
AGE
Logistic Regression Model
PENENTUAN SALAH SATU CARA MIGRASI YAKNI KOMUTASI TENAGA KERJA KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER
PEMERATAAN PEMBANGUNAN EKONOMI KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara (Arsyad, 1999). Berdasarkan latar belakang, dan pembatasan masalah, serta uraian pada penelitian terdahulu serta kerangka konseptual, maka dalam penelitian ini dapat diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga terdapat pengaruh signifikan dari pendapatan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting).
30
2. Diduga terdapat pengaruh signifikan dari tingkat pendidikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). 3. Diduga terdapat pengaruh signifikan dari status pernikahan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). 4. Diduga terdapat pengaruh signifikan dari kepemilikan lahan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). 5. Diduga terdapat pengaruh signifikan dari jenis kelamin terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). 6. Diduga terdapat pengaruh signifikan dari umur terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting).
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian tentang analisis keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) merupakan penelitian yang bersifat eksplanatori, yaitu metode yang menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu objek yang diteliti. Tujuan dari metode ini adalah untuk mencari ada tidaknya pola hubungan dan sifat hubungan dua variabel atau lebih serta untuk menguji hipotesis bahkan menemukan teori baru (Nasir, 1998:45). 3.1.2 Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang melakukan migrasi komutasi (commuting) yang berhubungan dengan pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur. 3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember pada bulan April tahun 2013. 3.1.4 Populasi dan Sampel Adapun pengertian populasi menurut Sugianto (2001) adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti, sedangkan sampel adalah sebagian anggota dari populasi dan akan dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Dengan kata lain, Sugianto juga menjelaskan bahwa populasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: A. Populasi Sasaran (target population) yaitu keseluruhan individu dalam area/wilayah/lokasi/ kurun waktu yang sesuai dengan tujuan penelitian. B. Populasi Sampel (sampling population) yaitu keseluruhan individu yang akan menjadi satuan analisis dalam populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan 31
32
atau ditarik sebagai sampel penelitian sesuai dengan kerangka sampelnya (Sampling Frame). Kerangka sampel adalah seluruh daftar individu yang menjadi satuan analisis yang ada dalam populasi dan akan diambil sampelnya. Adapun sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Banyaknya anggota suatu sampel disebut “statistik” (Sugianto dkk, 2001). Sedangkan pengambilan sampel (sampling) adalah suatu proses yang dilakukan untuk memilih dan mengambil sampel secara “benar” dari suatu populasi, sehingga dapat digunakan sebagai “wakil” yang sah (dapat mewakili) bagi populasi tersebut (Sugianto dkk, 2001). Metode yang digunakan dalam menentukan sampel adalah teknik snowball sampling, yaitu prosedur sampling yang menjadikan resonden awal dipilih berdasarkan metode-metode probabilitas (misalnya simple random sampling), kemudian mereka diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekan lainnya sehingga diperoleh lagi responden tambahan. Dengan demikian, semakin lama kelompok responden semakin besar bagaikan bola salju (snowball) yang menggelinding dari puncak bukit ke bawah (Muhamad, 2008:176). Dimana dalam penentuan besar jumlah sampel yang akan diambil akan digunakan rumus Slovin sebagai berikut (Bambang, 2005) : n= 1 +
................................................(3.1)
Keterangan : N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel e = Nilai kritis yang diinginkan (persen kelonggaran karena penarikan sampel ditetapkan 10%) Dalam penelitian ini jumlah populasi yang diambil dari jumlah penduduk yang sudah menjadi tenaga kerja di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember menurut data sensus 2010, yaitu sebanyak 59.940 orang.
33
59.940
n = 1+59.940 (0,1)2 = 99,99
Dari hasil perhitungan tersebut sampel yang dihasilkan adalah 99,99, maka dibulatkan menjadi 100 responden. 3.2 Jenis dan Sumber Data Data penelitian ini digunakan dua jenis data, yaitu : 1. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumbernya dan belum diolah oleh pihak lain. Data primer ini diperoleh dengan melakukan survei langsung ke daerah penelitian dan melakukan wawancara berdasarkan kuesioner yang telah disusun terhadap responden yang memenuhi syarat. 2. Data sekunder yaitu data yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang sudah diolah pihak kedua. Data sekunder berupa studi pustaka dari berbagai literatur, jurnal atau buku-buku, data-data yang diperoleh dari kantor badan pusat statistik (BPS) Kabupaten Jember. 3.3 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan untuk mengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Berdasarkan Kuesioner Metode pengumpulan data ini dilakukan secara langsung kepada responden dengan panduan kuesioner yang terdiri atas pertanyaan tertutup yang meliputi data tentang identitas responden: pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan di desa, jenis kelamin dan umur. Informasi yang berasal dari kuesioner tersebut menjadi data mentah yang akan diolah dan dianalisis. Dalam memilih sampel digunakan metode snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik yang digunakan untuk menemukan anggota dari populasi yang agak langka, dengan cara “gethok tular” (referrals) (Muhamad, 2008:177). Responden yang dipilih untuk mewakili perilaku para penglaju melakukan commuting adalah responden berumur 15-64 tahun yang menjadi tenaga kerja.
34
2. Dokumentasi Metode pengumpulan data dengan dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dari Badan Pusat Statistik mengenai data jumlah pencari kerja, kemudian data dari jurnal-jurnal mengenai penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, serta data dan informasi dari buku-buku referensi yang terkait untuk menunjang teori yang disajikan. 3.4 Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Logistic Regression Model (LRM) untuk mengestimasi keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan di desa, jenis kelamin dan umur. Metode analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 3.4.1 Analisis Model Binary Logistic Regression Penggunaan model regresi logistik ini dianggap sebagai alat yang paling tepat untuk menganalisis data dalam penelitian ini, karena variabel dependennya bersifat dikotomi atau multinominal yaitu lebih dari satu atribut. Regresi logistik dengan dua pilihan sering disebut Binary Logistic Regression (BLR). Karena model yang dihasilkan dengan regresi logistik bersifat non linear, persamaan yang digunakan untuk mendiskripsikan hasil sedikit lebih kompleks dibanding dengan regresi berganda. Variabel hasil adalah probabilitas mendapatkan dua hasil atau lebih berdasarkan fungsi non linear dari kombinasi linear dari sejumlah variabel (predictors). Persamaan umum untuk regresi logistik dua pilihan (Binary Logistic Regression) hasil dinyatakan sebagai berikut (Mudrajat Kuncoro, 2001) : Yi=
……………………………………. ( 3.2 )
Dimana Yi adalah probabilitas yang diestimasi dengan kasus sebanyak =1,….n) dan “u” adalah persamaan regresi biasa :
(i
35
u : A + b1 X1 + b2 X2 + …. + bk Xk ( 3.3 ) Dengan konstanta A, koefisien bi dan variabel bebas Xj dengan jumlah k (j=1,2,…. K). Sehingga dalam penelitian ini dapat disusun model persamaan fungsi sebagai berikut : Keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) (Y) sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh beberapa variabel independen. Adapun variabel-variabel independen yang mempengaruhi keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) antara lain pendapatan (X1), tingkat pendidikan (X2), status pernikahan (X3), kepemilikan lahan di desa (X4), jenis kelamin (X5) dan umur (X6). Adapun rumus umumnya adalah sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3, X4, X5, X6 ) (3.4) Untuk mengestimasi parameter model di atas dan untuk menghitung ratarata kemungkinan responden memutuskan untuk melakukan migrasi komutasi (commuting), maka digunakan regresi berganda dalam bentuk fungsi Binary Logistic Regression (BLR). Dasar penggunaan BLR, karena variabel dependennya berbentuk dummy yang nilainya hanya 1 dan 0. Adapun bentuk model ekonometriknya dapat dituliskan sebagai berikut : Y = β0 + β1 X1 + β2 D2 + β3 D3 + β4 D4 + β5 D5 + β6 X6 + μi (3.5) Dimana : Y = keputusan melakukan migrasi komutasi (commuting) X1 = pendapatan (rupiah) D2 = tingkat pendidikan D3 = status pernikahan D4 = kepemilikan lahan di desa (hektar) D5 = jenis kelamin X6 = umur (tahun) β0 = intersep / konstanta regresi β1, β2, β3, β4, β5, β6 = koefisien regresi μi = error terms
36
Selanjutnya dari persamaan (3.5) diestimasikan dengan Binary Logistic Regression (BLR). Pada model Binary Logistic Regression, variabel dependen (Y) dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu : 1 = jika responden memutuskan melakukan migrasi komutasi (commuting), dan 0 = jika responden memutuskan tidak melakukan migrasi komutasi (commuting). 3.4.2 Justifikasi Statistika Analisis Binary Logistik digunakan untuk menganalisis model pada skenario yang telah dirancang di atas. Model yang dapat memberikan hasil estimasi yang paling baik, dalam arti tingkat signifikansi statistik, kesesuaian tanda koefisien parameter hasil estimasi dengan teori atau kesesuaian implikasinya di lapangan dipilih sebagai model yang sesuai (best fit) bagi penelitian ini. Pengolahan dan analisis data penelitian menggunakan bantuan paket program komputer E-Views. Langkah-langkah dalam uji estimasi parameter sebagai berikut: a. Uji Wald (Uji Z) Uji ini dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh setiap variabel independen secara parsial untuk menunjukkan apakah suatu variabel independen layak untuk masuk dalam model. Artinya variabel-variabel pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur secara parsial mempengaruhi variabel keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi di Kecamatan Wuluhan. Untuk mendapatkan nilai wald hitung diperoleh dengan (Wardhono, 2011:2): =
Dengan βi merupakan koefisien regresi dan Seβi adalah standart error βi. Uji Wald dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
37
1) Ho diterima, apabila nilai Wald hitung < Wald tabel dengan α = 5% atau probabilitas hitung > probabilitas nilai kritis atau α = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2) Ho ditolak, apabila nilai Wald hitung > Wald tabel dengan α = 5% atau probabilitas hitung < probabilitas nilai kritis atau α = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. b. Uji Likelihood Ratio (Uji G) Uji ini digunakan untuk menguji parameter hasil estimasi secara serentak. Likelihood Ratio Test (Uji G) pada metode maximum likehood (MLE) berfungsi sebagai uji F pada regresi dengan metode OLS. Uji Likelihood Ratio bertujuan untuk
menunjukkan
signifikansi
keseluruhan
variabel
independen
yang
mempengaruhi variabel dependen. Uji LR dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: 1) Ho diterima, apabila nilai x2 hitung < x2 tabel dengan α = 5% atau probabilitas LR hitung > probabilitas LR nilai kritis atau α = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2) Ho ditolak, apabila nilai x2 hitung > x2 tabel dengan α = 5% atau probabilitas LR hitung < probabilitas LR nilai kritis atau α = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. c. Uji McFadden (R2) Uji McFadden (R2) pada metode Maximum Likehood (MLE) berfungsi sebagai Uji (R2) pada regresi dengan metode OLS. Uji McFadden (R2) bertujuan untuk mengukur tingkat proporsi variasi variabel dependen yang dipengaruhi oleh keseluruhan variabel independen.
38
d. Uji Goodnes of Fit Uji Goodnes of Fit pada model Binnary Logistic digunakan untuk mengukur keakuratan data yang diperoleh setelah dilakukan estimasi pada data tersebut.
e. Rasio-Odd Dalam melakukan interpretasi koefisien-koefisien dalam model regresi logit maka diaplikasikan dalam odd ratio (rasio kecenderungan). Rasio Odd ditulis sebagai B atau Exp (B). Rasio Odd digunakan untuk mengetahui kecenderungan peluang suatu variabel. Di sisi lain, nilai Rasio Odd setiap variabel digunakan untuk menginterpertasikan hubungan variabel dependen dengan seluruh variabel independen. Untuk mendapatkan Rasio Odd adalah sebagai berikut: OR = e βi Dengan OR merupakan Rasio Odd, e adalah logaritma natural yang bernilai 2,71828 dan βi merupakan koefisien logistik variabel ke-i. 3.5 Definisi Variabel Operasional Di dalam penelitian yang sifatnya kuantitatif, terdapat dua macam variabel yaitu variabel terikat (Dependent Variable) dan variabel bebas (Independent Variable), Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Prasetyo (2005). Dalam penelitian ini, keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) atau tidak adalah variabel terikat, sedangkan variabel independen terdiri atas pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur. Adapun definisi operasional masing-masing variabel tersebut sebagai berikut: 1. Keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (Y) Komutasi (commuting) adalah jika seseorang yang bekerja dalam satu hari, yaitu pergi pada pagi hari dan kembali sore hari atau di hari yang sama,
39
dilakukan secara terus menerus setiap harinya. Batasan wilayah yang dipakai dalam penelitian ini adalah batasan kecamatan. Keputusan melakukan migrasi komutasi (commuting) atau tidak adalah keputusan tenaga kerja apakah dia akan mencari pekerjaan dengan pendapatan yang tinggi di luar daerah asalnya atau tidak. Pilihan tersebut dinyatakan dalam variabel dummy, sehingga diberi nilai 1 jika responden menjawab memutuskan melakukan migrasi komutasi (commuting), begitu pula sebaliknya diberi nilai 0 jika responden menjawab memutuskan tidak melakukan migrasi komutasi (commuting). 2. Pendapatan (X1) Pendapatan adalah total penerimaan berupa uang yang dihasilkan tiap individu yang telah bekerja di daerah tujuan migrasi komutasi. Pendapatan yang dipakai dalam variabel ini adalah pendapatan rata-rata setiap bulan dalam satuan rupiah (Rp). 3. Tingkat pendidikan (X2) Tingkat pendidikan adalah lama waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam menyelesaikan pendidikan terakhirnya. Variabel ini dukur berdasarkan skor (scoring), yaitu: 0= Tidak tamat SD
6= Tidak tamat Diploma
1= Lulus SD
7= Diploma
2= Tidak tamat SLTP
8= Tidak tamat Sarjana
3= Lulus SLTP
9= Sarjana
4= Tidak tamat SLTA 5= Lulus SLTA 4. Status Pernikahan (X3) Status pernikahan adalah status pernikahan yang disandang oleh responden. D= 1 jika menikah, D= 0 jika lainnya (belum menikah atau duda/ janda). 5. Kepemilikan lahan (X4) Kepemilikan lahan adalah lahan atau sawah yang dimiliki oleh responden di daerah asal (desa). D= 1 jika mempunyai, D= 0 jika tidak punya.
40
6. Jenis Kelamin (X5) Jenis Kelamin adalah jenis kelamin responden yang akan diteliti. D= 1 jika laki-laki, D= 0 jika perempuan. 7. Umur (X6) Umur adalah usia produktif pada responden usia 15-40 tahun. Variabel umur diukur berdasarkan satuan tahun.
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Kondisi Umum dan Keadaan Geografis Kecamatan Wuluhan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Jember dengan luas kecamatan secara keseluruhan adalah 8.441,904 Ha. Adapun batas administrasi sebelah utara wilayah ini berbatasan dengan Kecamatan Balung, sebelah timur berbatasan dengan Kec. Ambulu, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah barat berbatasan dengan Kec. Puger. Dilihat dari iklim, Kecamatan Wuluhan Kab. Jember dikenal dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan. Pada Bulan Juni sampai dengan Bulan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada Bulan Desember sampai Bulan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudra Pasifik, sehingga terjadi musim penghujan dengan tingkat curah hujan sekitar 116/ tahun. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan Bulan April-Mei dan Oktober-November. Dilihat dari ketinggian permukaan tanah dari permukaan laut (elevasi), wilayah Kec. Wuluhan terletak mulai dari 0 m sampai dengan 18 m. Secara Administrasi, menurut bagian pemerintahan Kecamatan Wuluhan, wilayah Kecamatan Wuluhan memiliki 7 Desa yang terdiri dari 25 Dusun, 118 RW dan 718 RT. Termasuk dalam wilayah Kec. Wuluhan menurut tata pemerintahan yang meliputi 7 Desa adalah: (a) Desa Dukuhdempok, (b) Desa Ampel, (c) Desa Tanjungrejo, (d) Desa Kesilir, (e) Desa Lojejer, (f) Desa Tamansari, (g) Desa Glundengan. 4.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jember tahun 2011 sebesar 115.054 jiwa, dengan komposisi 57.843 jiwa laki-laki dan 57.211 jiwa perempuan. Banyaknya 41
42
penduduk menurut desa, jenis kelamin dan rasio jenis kelamin di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Banyaknya Penduduk Menurut Desa, Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun 2011 NO
DESA
JENIS KELAMIN LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
RASIO
1
Lojejer
9.861
9.536
19.397
103,41
2
Ampel
9.066
8.819
17.885
102,80
3
Tanjungrejo
7.639
7.414
15.053
103,03
4
Kesilir
8.182
8.103
16.285
100,97
5
Dukuh Dempok
8.052
8.205
16.257
98,14
6
Tamansari
8.280
8.090
16.370
102,35
7
Glundengan
6.763
7.044
13.807
96,01
Tahun 2011
57.843
57.211
115.054
101,10
Tahun 2010
57.564
56.831
114.395
101,29
Sumber: Registrasi Penduduk – Kantor Kecamatan Wuluhan. Pada tabel 4.1 jumlah penduduk di Kecamatan Wuluhan dari tahun 2010 ke 2011 meningkat dari 114.395 jiwa menjadi 115.054 jiwa, dengan komposisi laki-laki sebesar 57.564 jiwa pada tahun 2010 meningkat menjadi 57.843 jiwa pada tahun 2011 dan komposisi perempuan sebesar 56.831 jiwa pada tahun 2010 meningkat menjadi 57.211 jiwa pada tahun 2011. Akan tetapi rasio jenis kelamin mengalami penurunan dari 101,29 pada tahun 2010 menjadi 101,10 pada tahun 2011. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat pada Desa Lojejer, yaitu sebesar 19.397 jiwa dengan komposisi 9.861 jiwa lakilaki dan 9.536 jiwa perempuan dengan rasio jenis kelamin 103,41. 4.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Pendidikan dipandang sebagai investasi yang imbalannya dapat diperoleh beberapa tahun kemudian dalam bentuk pertambahan hasil kerja. Bentuk investasi di bidang pendidikan dinamakan human capital. Asumsi dasar dari teori human
43
capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Tabel 4.2 Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kecamatan Wuluhan Tahun 2010
Desa
Tidak/blm pernah sekolah
Lojejer Ampel Tanjungrejo Kesilir Dukuh D Tamansari Glundengan Tahun 2010
2.364 1.616 1.000 1.431 1.380 2.133 2.887 12.811
Ijazah terakhir yang dimiliki Tidak SD/ SMP/ SMA/ tamat MI MTs SMK SD 4.094 3.149 2.854 3.195 2.938 3.329 3.038 22.597
Sumber: BPS Kabupaten Jember
6.722 5.859 5.097 5.550 4.061 6.237 4.307 37.833
3.013 3.216 2.674 2.944 3.064 2.086 1.400 18.397
1.357 2.193 1.725 1.776 2.697 1.080 859 11.687
Diploma/ PT
Jumlah
216 473 378 295 773 170 174 2.479
17.766 16.506 13.728 15.191 14.913 15.035 12.665 105.804
Pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa di tahun 2010, jumlah keseluruhan penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan di Kec. Wuluhan, Kab. Jember sejumlah 105.804 penduduk, dengan rincian 2.479 penduduk yang menamatkan akademi/PT, 11.687 penduduk yang menamatkan SLTA/SMK, 18.397 penduduk yang menamatkan SLTP/MTs, 37.833 penduduk yang menamatkan SD/MI, 22.597 penduduk belum tamat SD, 12.811 penduduk tidak/belum pernah sekolah. Salah satu indikator kualitas penduduk adalah tingkat pendidikan. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja. Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi tingkat produktivitasnya. Tingkat pendidikan penduduk yang tinggi akan lebih selektif dalam memilih pekerjaan dibandingkan penduduk dengan berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan membawa dampak pada variasi dalam tipe dan lapangan pekerjaan. Tenaga berpendidikan rendah cenderung memasuki bidang pekerjaan tergolong kasar atau “blue collar” seperti pertanian, perikanan, pertambangan dan operator.
44
4.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun keatas. Penduduk usia kerja ini dibedakan sebagai angkatan kerja yang terdiri dari bekerja dan mencari pekerjaan, serta bukan angkatan kerja yang terbagi atas yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Dengan tersedianya lapangan pekerjaan, maka tenaga kerja yang tersedia dapat terserap dengan baik. Kesempatan kerja yang tidak penuh merupakan pemunculan lain dari pada masalah kesempatan kerja yang kurang mencukupi. Selanjutnya keadaan ekonomi masyarakat suatu daerah dapat dilihat dari mata pencaharian. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Wuluhan terbagi menjadi 9 bidang jenis pekerjaan. Komposisi penduduk menurut pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Wuluhan, Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 No
Sektor
Jumlah Tenaga Kerja
1
Pertanian
31.916
2
Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Listrik dan Air
5
Bangunan
1.526
6
Perdagangan, Rumah Makan & Hotel
8.368
7
Angkutan dan Komunikasi
1.038
8
Keuangan
191
9
Jasa-jasa
7.263
136 3.196 108
Total Sumber: BPS Kabupaten Jember 2010
53.742
45
Pada tabel 4.3 ditunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kec. Wuluhan di tahun 2010 berdasarkan mata pencaharian terdiri dari yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 31.916 penduduk, di sektor penggalian hanya sebanyak 136 penduduk, adapun yang berada di sektor industri pengolahan sebanyak 3.196 penduduk, di sektor listrik dan air sebanyak 108 penduduk, selanjutnya di sektor bangunan sebanyak 1.526 penduduk, sedangkan di sektor perdagangan, rumah makan dan hotel sebanyak 8.368 penduduk, untuk sektor angkutan dan komunikasi sebanyak 1.038 penduduk, selanjutnya yang berada di sektor keuangan sebanyak 191 penduduk dan sebanyak 7.263 penduduk berada di sektor jasa-jasa. Keadaan geografis Kec. Wuluhan merupakan daerah agraris. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani, baik petani sendiri maupun buruh tani. 4.2 Gambaran Responden di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember 4.2.1 Keadaan Responden Menurut Pendapatan (WAGE) Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil dari salah satu rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Pendapatan responden di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan (WAGE) No
Pendapatan/WAGE (Rp)
1
500.000 - 749.000
29
29
2
750.000 – 999.000
27
27
3
1.000.000 – 1.499.000
21
21
4
1.500.000 – 1.750.000
14
14
5
≥ 2.000.000
9
9
100
100
Sumber: Data Primer diolah, Mei 2013
Jumlah Responden
Persentase (%)
46
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pendapatan terbanyak responden di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember antara Rp. 500.000 – Rp. 749.000 dengan jumlah responden 29 orang atau 29% dari total responden, dimana sebagian besar dari 29 orang tersebut memiliki profesi sebagai petani atau buruh tani, pemilik toko perancangan/warung nasi dan wiraswasta. Diikuti sebanyak 27 orang atau 27% responden memiliki pendapatan antara Rp. 750.000 – Rp. 999.000, yang diantara mereka memiliki profesi sebagai guru honorer di sekolah swasta dan sebagian lagi memilih untuk menjadi pedagang di pasar. Kemudian 21 orang atau 21% responden berpenghasilan antara Rp. 1.000.000 – Rp. 1.499.000, yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagian besar mereka yang bekerja sebagai guru di sekolah-sekolah negeri dengan status pegawai negeri sipil (PNS), ada juga yang bekerja sebagai pedagang besar di pasar, karyawan di instansi swasta dan yang bekerja sebagai buruh pabrik. Selanjutnya 14 orang atau 14% responden berpenghasilan antara Rp. 1.500.000 – Rp. 1.750.000 yang terdiri dari pekerja sektor formal seperti PNS pendidikan atau non pendidikan dan pekerja sektor informal seperti buruh bangunan, karyawan pabrik dan petani yang memiliki lahan sawah yang cukup luas. Dan terakhir 9 orang atau 9% responden memiliki pendapatan ≥ Rp. 2.000.000, yang termasuk dalam kategori ini biasanya PNS dengan status yang sudah tinggi atau mereka yang memiliki usaha ganda seperti, selain sebagai guru dengan status PNS/non PNS mereka juga memiliki usaha sampingan di rumah. 4.2.2 Keadaan Responden Menurut Pendidikan (EDUC) Tingkat Pendidikan (EDUC) dapat membedakan bentuk suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh seorang responden. Pendidikan (EDUC) juga dapat menentukan jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh responden karena semakin tinggi tingkat pendidikan (EDUC), maka semakin besar kemungkinan bagi responden untuk dapat menentukan pekerjaan yang diinginkan. Perincian Tingkat Pendidikan (EDUC) responden yang melakukan commuting dan lainnya yang tidak termasuk kategori commuter di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember adalah sebagai berikut:
47
Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan (EDUC) No
Pendidikan (skor)
Jumlah Responden
Persentase (%)
1
Tidak tamat SD
0
0
2
Lulus SD
10
10
3
Tidak tamat SLTP
0
0
4
Lulus SLTP
15
15
5
Tidak tamat SLTA
3
3
6
Lulus SLTA
40
40
7
Tidak tamat Diploma
0
0
8
Diploma
6
6
9
Tidak tamat Sarjana
0
0
10
Sarjana
26
26
100
100
Sumber: Data Primer diolah, Mei 2013 Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa responden di Kecamatan Wuluhan didominasi oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikan SMA/SMK dengan jumlah 40 orang atau 40% dari total responden, hal ini dikarenakan sebagian besar responden yang terpilih di Kec. Wuluhan sudah peduli akan pendidikan anak-anak mereka, akan tetapi mereka biasanya tidak memiliki biaya lebih untuk menyekolahkan lagi anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Kemudian responden dengan tingkat pendidikan sarjana sebanyak 26 orang atau 26% responden, jumlah lulusan sarjana ini terbilang cukup tinggi karena sebagian lain masyarakat Kec. Wuluhan yang mayoritas berprofesi sebagai petani, rela menjual lahan/sawah mereka untuk membiayai pendidikan anak mereka di perguruan tinggi. Lalu mereka yang menyelesaikan pendidikan SLTP/MTs sebanyak 15 orang atau 15% responden, responden di kategori ini biasanya mereka yang memang berasal dari keluarga yang kurang mampu dalam segi ekonomi. Selanjutnya mereka yang lulus dari bangku SD/MI sebanyak 10 orang atau 10% responden, jumlah yang sedikit tersebut memiliki alasan yang hampir sama
48
dengan kategori yang lulus SMP yaitu selain keadaan ekonomi yang mendesak, sebagian mereka malas untuk melanjutkan pendidikan mereka ke bangku SLTP karena kemampuan IQ mereka. Dan yang terakhir sebanyak 6 orang atau 6% responden yang mampu menyelesaikan tingkat pendidikan diploma mereka, lulusan Diploma memang tidak sebanyak lulusan sarjana karena baik para orang tua maupun anak-anak mereka lebih berminat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan gelar sarjana. 4.2.3 Keadaan Responden Menurut Status Pernikahan (MAR) Status pernikahan (MAR) memungkinkan seorang responden untuk setiap saat pulang ke rumah (daerah asal). Hal ini memungkinkan karena pertimbangan responden terhadap keluarga yang tinggal di rumah (daerah asal). Jumlah responden menurut status pernikahan dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Status Pernikahan (MAR) No
Status Pernikahan
Jumlah Responden
Presentase (%)
1
Ya
66
66
2
Lainnya
34
34
100
100
Sumber: Data Primer diolah, Mei 2013 Diperoleh 66 orang atau 66% responden dalam status menikah, 34 orang atau 34% responden dalam status lainnya. Sebagian besar dalam status menikah, karena itu motivasi keinginan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi semakin besar demi mencukupi kebutuhan keluarga. 4.2.4 Keadaan Responden Menurut Kepemilikan Lahan (LAND) Kepemilikan lahan (LAND) di desa/kecamatan asal dapat menjadi pertimbangan bagi orang untuk melakukan migrasi komutasi (commuting). Hal ini dapat didasarkan pada pertimbangan atas pengolahan tanah yang dapat dilakukan di daerah asal dan bisa menjadi sumber penghasilan bagi setiap responden.
49
Berikut jumlah responden berdasarkan kepemilikan lahan (LAND) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan (LAND) No
Kepemilikan Lahan
Jumlah Responden
Presentase (%)
1
Ya
45
45
2
Tidak punya
55
55
100
100
Sumber: Data Primer diolah, Mei 2013 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember penduduk yang memiliki lahan garapan adalah sebanyak 45 orang atau 45% responden, angka yang sebenarnya hampir sama dengan mereka yang tidak memiliki lahan garapan. Hal ini dikarenakan Kec. Wuluhan masih merupakan daerah agraris. Sedangkan 55 orang lainnya atau 55% responden lainnya tidak memiliki lahan garapan, beberapa alasan mereka mungkin murni memang tidak memiliki lahan/ sawah tetapi sebagian besar alasan mereka adalah menjual lahan/sawah mereka untuk membiayai pendidikan anak mereka. 4.2.5 Keadaan Responden Menurut Jenis Kelamin (SEX) Jenis kelamin (SEX) dapat membedakan kekuatan fisik dari seseorang yang memungkinkan terciptanya keputusan melakukan migrasi komutasi (commuting). Responden yang berjenis kelamin (SEX) laki-laki maupun berjenis kelamin selain laki-laki mempunyai kesempatan yang sama dalam melakukan pekerjaan. Jenis kelamin (SEX) responden yang melakukan migrasi komutasi (commuting) dan lainnya yang tidak termasuk dalam kategori melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember adalah sebagai berikut :
50
Tabel 4.8 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (SEX) No
Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Presentase (%)
1
Laki-laki
60
60
2
Perempuan
40
40
100
100
Sumber: Data Primer diolah, Mei 2013 Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 60 orang atau 60% dari total responden, hal ini terjadi karena memang sebagian besar dari mereka adalah kepala keluarga atau tulang punggung keluarga mereka masing-masing. Sedangkan jumlah responden berjenis kelamin perempuan lebih sedikit yaitu hanya 40 orang atau 40% responden karena sebagian besar perempuan di Kec. Wuluhan hanya murni berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan biasanya mereka hanya memiliki usaha sampingan sebagai pemilik toko/ warung nasi. 4.2.6 Keadaan Responden Berdasarkan Kelompok Umur (AGE) Umur (AGE) juga dapat membedakan kekuatan fisik dari seseorang yang memungkinkan terciptanya keputusan untuk melakukan migrasi komutasi (commuting). Sehingga biasanya mereka yang memiliki umur yang masih relatif muda akan cenderung melakukan migrasi baik yang bersifat permanen ataupun yang non permanen. Umur (AGE) responden yang melakukan migrasi komutasi (commuting) dan tidak melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember adalah sebagai berikut:
51
Tabel 4.9 Responden Berdasarkan Kelompok Umur (AGE) No
Umur (Tahun)
Jumlah Responden
Persentase (%)
1
15 th – 19 th
2
2
2
20 th – 24 th
18
18
3
25 th – 29 th
34
34
4
30 th – 34 th
26
26
5
≥ 35 th
20
20
100
100
Sumber: Data Primer diolah, Mei 2013 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak berumur antara 25 th – 29 th sebanyak 34 orang atau 34% dari total responden keseluruhan, diikuti responden yang berumur antara 30 th – 34 th sebanyak 26 orang atau 26 %, kemudian 20 orang atau 20% responden berada pada umur ≥ 35 tahun, selanjutnya jumlah responden berumur antara 20 th – 24 th sebanyak 18 orang atau 18%, dan yang terakhir hanya 2 orang atau 2% responden yang memiliki umur antara 15 th – 19 th. 4.3 Analisis Model Regresi Logistik Penelitian ini untuk mengetahui besarnya pengaruh pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Alat analisis yang dipakai adalah model logit atau Binary Logistic Regression. Ada sebanyak 100 responden yang dipilih untuk mewakili perilaku para penglaju untuk melakukan migrasi komutasi (commuting). Para responden yang terpilih adalah responden yang melakukan aktifitas commuting ke daerah lain, responden yang tidak melakukan aktifitas commuting dan masih memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Kabupaten Jember dan tinggal di Kecamatan Wuluhan. Untuk membuktikan hipotesis tersebut, dengan menggunakan Binary Logistic regression. Akan dilakukan beberapa skenario, yang selanjutnya akan dipilih
52
model terbaik (best fit). Kriteria model terbaik akan dipilih berdasarkan justifikasi statistik. Hasil perhitungan antara variabel terikat (keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi) dengan variabel bebas yang terdiri dari pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur dengan menggunakan metode logit disajikan pada tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Analisis Model Logit terhadapa Faktor-Faktor yang Dianalisis Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
WAGE
3.17E-06
1.02E-06
3.101153
0.0019
EDUC
0.226209
0.184042
1.229116
0.2190
MAR
2.772292
1.248414
2.220651
0.0264
LAND
-3.502651
1.019429
-3.435894
0.0006
SEX
0.770439
0.873777
0.881734
0.3779
AGE
-0.328981
0.101295
-3.247747
0.0012
C
5.770824
2.417978
2.386632
0.0170
McFadden R-squared
0.646829
LR statistic
87.06475
Prob (LR statistic)
0.000000
Sumber: Data Primer diolah, Mei 2013 4.3.1 Uji Wald/ Uji Z Uji Z-statistik juga disebut dengan uji Wald. Uji Wald pada regresi dengan metode Maximum Likelihood (MLE) berfungsi sebagai uji-t pada regresi dengan metode OLS. Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Parameter yang digunakan untuk uji Wald/ uji parsial penelitian ini adalah dengan membandingkan antara nilai signifikansi dengan taraf nyata 5%. Berdasarkan hasil pengolahan data di tabel 4.10 maka dapat dinyatakan bahwa :
53
a. Hasil uji Z pada tingkat kesalahan 5% untuk pendapatan menunjukkan bahwa z hitung adalah sebesar 3,101153 dan probabilitas z hitung sebesar 0,0019 lebih kecil dari α (0,05), sehingga Ha dapat terima. Hal ini berarti bahwa pendapatan secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Dengan nilai koefisien sebesar 0,0000031, angka ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan pendapatan sebesar 1 satuan indeks maka akan menyebabkan kenaikan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi sebesar 0,0000031%. Sebaliknya, apabila terdapat penurunan pendapatan sebesar satuan indeks maka akan menyebabkan penurunan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi sebesar 0,0000031%. b. Hasil uji Z pada tingkat kesalahan 5% untuk tingkat pendidikan menunjukkan bahwa z hitung adalah sebesar 1,229116 dan probabilitas z hitung sebesar 0,219 lebih besar dari α (0,05), sehingga H0 dapat terima. Hal ini berarti bahwa tingkat pendidikan secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). c. Hasil uji Z pada tingkat kesalahan 5% untuk status pernikahan menunjukkan bahwa z hitung adalah sebesar 2,220651 dan probabilitas z hitung sebesar 0,0264 lebih kecil dari α (0,05), sehingga Ha dapat terima. Hal ini berarti bahwa status pernikahan secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Dengan nilai koefisien sebesar 2,772, angka ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan status pernikahan sebesar 1 satuan indeks maka akan menyebabkan kenaikan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi sebesar 2,2772%. Sebaliknya, apabila terdapat penurunan status pernikahan sebesar satuan indeks maka akan menyebabkan penurunan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi sebesar 2,2772%.
54
d. Hasil uji Z pada tingkat kesalahan 5% untuk kepemilikan lahan menunjukkan bahwa z hitung adalah sebesar -3,43594 dan probabilitas z hitung sebesar 0,0006 lebih kecil dari α (0,05), sehingga Ha dapat terima. Hal ini berarti bahwa kepemilikan lahan secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Dengan nilai koefisien sebesar -3,502, angka ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan kepemilikan lahan sebesar 1 satuan indeks maka akan menyebabkan penurunan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi sebesar 3,502%. Sebaliknya, apabila terdapat penurunan kepemilikan lahan sebesar satuan indeks maka akan menyebabkan kenaikan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi sebesar 3,502%. e. Hasil uji Z pada tingkat kesalahan 5% untuk jenis kelamin menunjukkan bahwa z hitung adalah sebesar 0,881734 dan probabilitas z hitung sebesar 0,3379 lebih besar dari α (0,05), sehingga H0 dapat terima. Hal ini berarti bahwa pendapatan secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). f. Hasil uji Z pada tingkat kesalahan 5% untuk umur menunjukkan bahwa z hitung adalah sebesar -3,247747 dan probabilitas z hitung sebesar 0,0012 lebih kecil dari α (0,05), sehingga Ha dapat terima. Hal ini berarti bahwa umur secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Dengan nilai koefisien sebesar -0,328, angka ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan umur sebesar 1 satuan indeks maka akan menyebabkan penurunan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi sebesar 0,328%. Sebaliknya, apabila terdapat penurunan umur sebesar
satuan indeks maka akan
menyebabkan kenaikan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi sebesar 0,328%. g. Nilai konstanta sebesar 5,770824 . Artinya tanpa dipengaruhi pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan
55
umur nilai keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi adalah 5,770824.
4.3.2 Uji Likelihood Ratio (LR) Berdasarkan hasil estimasi diatas, hasil LR statistik adalah sebesar 87,06475 dengan probabilitas LR statistik sebesar 0,000000 lebih kecil dari α (0,05), sehingga hipotesi Ha dapat diterima. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel independen signifikan menjelaskan variabel dependen atau variabel pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting).
4.3.3 Uji McFadden R2 Nilai koefisien determinasi McFadden R2 digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi koefisien dari variabel pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 4.10 diatas, didapatkan nilai McFadden R 2 sebesar 0,646829, artinya total variasi variabel COMMUTER mampu dijelaskan oleh seluruh variabel independen sebesar 64,68% sedangkan sisanya sebesar 35,32% dijelaskan variabel lain di luar model.
56
4.3.4 Uji Goodnes of Fit Tabel 4.11 Hasil Expectation-Prediction Estimated Equation
Constan Probability
Dep=0
Dep=1
Total
Dep=0
Dep=1
Total
P(Dep=1)≤C
35
7
42
0
0
0
P(Dep=1)>C
5
53
58
40
60
100
Total
40
60
100
40
60
100
Correct
35
53
88
0
60
60
%Correct
87.50
88.33
88.00
0.00
100.00
60.00
%Incorrect
12.50
11.67
12.00
100.00
0.00
40.00
Total Gain*
87.50
-11.67
28.00
Percent Gain**
87.50
NA
70.00
*Change in "% Correct" from default (constant probability) specification **Percent of incorrect (default) prediction corrected by equation
Sumber: Data Primer diolah, Mei 2013
Berdasarkan tabel 4.11 hasil uji prediksi expectation prediction-table menjelaskan bahwa model dapat memprediksi 88 dari 100 keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) dan persentase keakuratan pemberian nilai dummy sebesar 88,00%. Berdasarkan hasil estimasi di atas, didapatkan persamaan logit sebagai berikut: Li = ln (
) = β0 + β1 WAGEi + β2 EDUCi + β3 MARi + β4 LANDi + β5SEXi + β6 AGEi + εi
Li = ln (
) = 5,7708 + 0,0000031WAGEi + 0,226 EDUCi + 2,772MARi – 3,502LANDi + 0,7704SEXi – 0,328 AGEi + εi
57
4.3.5 Rasio-Odd 4.3.5.1 Odd Ratio Pendapatan (Variabel WAGE) Variabel Wage mempunyai koefisien regresi sebesar 0,0000031. Koefisien regresi tersebut dapat digunakan memprediksi kemungkinan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Hal ini diinterpretasikan dalam: OR = eβi OR = e0,0000031 OR = exp (0,0000031) OR = 1,0000031 Nilai Odd Ratio variabel Wage sebesar 1,0000031 bermakna kemungkinan setiap kenaikan pendapatan, maka akan menaikkan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember sebesar 1,0000031 kali. 4.3.5.2 Odd Ratio Status Pernikahan (Variabel MAR) Variabel MAR mempunyai koefisien regresi sebesar 2,772. Koefisien regresi tersebut dapat digunakan memprediksi kemungkinan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Hal ini diinterpretasikan dalam: OR = eβi OR = e2,772 OR = exp (2,772) OR = 15,99 Nilai Odd Ratio variabel MAR sebesar 15,99 bermakna kemungkinan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember dengan tenaga kerja yang sudah menikah sebesar 15,99 kali dibandingkan dengan yang tidak/belum menikah.
58
4.3.5.3 Odd Ratio Kepemilikan Lahan (Variabel LAND) Variabel LAND mempunyai koefisien regresi sebesar -3,502. Koefisien regresi tersebut dapat digunakan memprediksi kemungkinan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Hal ini diinterpretasikan dalam: OR = eβi OR = e-3,502 OR = exp (-3,502) OR = 0,030 Nilai Odd Ratio variabel LAND sebesar 0,030 bermakna kemungkinan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember dengan tenaga kerja yang memiliki lahan sebesar 0,030 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki lahan. 4.3.5.4 Odd Umur Tenaga Kerja (Variabel AGE) Variabel AGE mempunyai koefisien regresi sebesar -0,328. Koefisien regresi tersebut dapat digunakan memprediksi kemungkinan keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Hal ini diinterpretasikan dalam: OR = eβi OR = e-0,328 OR = exp (-0,328) OR = 0,72 Nilai Odd Ratio variabel AGE sebesar 0,72 bermakna setiap umur tenaga kerja meningkat, maka akan menurunkan
kemungkinan keputusan tenaga kerja
melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember sebesar 0,72 kali.
59
4.4 Pembahasan Hasil estimasi regresi logistik menunjukkan bahwa seluruh variabel di dalam penelitian ini secara simultan memiliki pengaruh terhadap keputusan tenaga kerja dalam melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan. Artinya variabel pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel terikat di dalam model. Hasil penelitian yang ditelah dilakukan Mulia (2004) mengenai tenaga kerja desa di Kecamatan Mranggen untuk bekerja ke kota, menyatakan bahwa dilakukannya migrasi non permanen (commuting) pendapatan mereka semakin meningkat sehingga taraf kehidupan mereka menjadi lebih baik dibanding jika mereka hanya mengandalkan hasil pertanian saja. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa varabel pendapatan berpengaruh secara signifikan dan memiliki koefisien positif (+) terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi. Artinya bahwa semakin tinggi pendapatan di tempat tujuan maka probabilitas keputusan tenaga kerja untuk melakukan commuting semakin meningkat, begitu pula sebaliknya apabila pendapatan rendah maka probabilitas keputusan untuk melakukan commuting juga akan semakin menurun. Jika tingkat upah aktual tempat tujuan sama dengan tingkat upah aktual di daerah asal maka hal ini akan menghentikan arus mobilitasnya. Karena besarnya upah menutup biaya mobilitas tenaga kerja dan dapat memenuhi biaya kebutuhan hidup keluarganya di daerah asalnya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulia dan Purnomo (2004) yang menyatakan bahwa pendapatan berpengaruh positif terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi non permanen. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan landasan teori yang ada yang menyatakan bahwa perbedaan tingkat upah pada kedua wilayah pada akhirnya akan menyebabkan pergerakan arus tenaga kerja dari daerah yang memiliki tingkat upah yang rendah menuju ke daerah yang memiliki tingkat upah yang lebih tinggi (Jennisen, 2003, 2004 c.f Borjas, 1989; Massey et-al, 1993; Bauer dann Zimmermann, 1995).
60
Hal ini sesuai dengan yang terjadi di Kecamatan Wuluhan, sebagian besar responden melakukan migrasi komutasi (commuting) dengan alasan upah yang mereka terima di tempat tujuan lebih besar dari pada di daerah asal mereka. Mereka rela bolak-balik dari daerah asal menuju tempat kerja setiap hari walaupun jarak yang mereka tempuh relatif jauh. Adapun daerah tempat mereka bekerja tersebar di beberapa kecamatan yang masih bertetangga dengan Kec. Wuluhan, seperti Kec. Puger, Kec. Ambulu dan Kec. Balung. Namun ada juga sebagian mereka yang bekerja di Kota Jember. Keadaan ini sesuai dengan teori migrasi Todaro (2003) bahwa migrasi berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan yang terjadi antara perkotaan dan pedesaan. Di Kecamatan Wuluhan pendapatan yang diperoleh masing-masing responden pada tiap bulan atau pada tiap tahun mempunyai kadar yang berbeda. Ada yang pendapatannya tinggi dan ada pula yang pendapatannya rendah. Tinggi rendahnya pendapatan tersebut sangat mempengaruhi sikap dan perilaku kehidupan keluarga yang bersangkutan. Salah satu alasan responden adalah kondisi pendapatan keluarga yang rendah
mendorong responden tersebut melakukan migrasi
komutasi (commuting) untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Dan ada pula responden yang berasal dari keluarga berpenghasilan tinggi masih saja melakukan migrasi komutasi (commuting), hal ini mereka lakukan karena alasan kesesuain dengan pendidikan mereka atau kepuasan batin terhadap pekerjaan di daerah tujuan. Selain alasan-alasan tersebut, responden melakukan migrasi komutasi dikarenakan memang sudah menyempitnya lapangan pekerjaan di daerah asal dikarenakan lahan pertanian yang semakin berkurang. Keadaan tersebut selaras dengan teori Munir dalam buku dasar-dasar demografi (1981) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor pendorong yang menyebabkan penduduk melakukan migrasi adalah menyempitnya lapangan pekerjaan di daerah asal dan makin berkurangnya sumber-sumber alam. Hasil analisis regresi
logistik pada variabel tingkat pendidikan
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi. Artinya, tinggi dan rendahnya tingkat
61
pendidikan tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan tenaga kerja dalam melakukan migrasi komutasi. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulia, Purnomo (2004) dan Rizal (2006)
yang menyatakan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh positif terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi non permanen. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan landasan teori yang ada yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi mobilitas dari seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat mobilitas orang tersebut (R.H. Pardoko,1987). Hal ini dikarenakan responden yang tidak melakukan migrasi komutasi memiliki tingkat pendidikan yang hampir sama dengan mereka yang melakukan migrasi komutasi. Artinya, sebagian besar jumlah responden yang melakukan migrasi komutasi dengan jumlah responden yang bekerja di daerah asal berasal dari lulusan tingkat SLTA. Dominasi lulusan SLTA inilah yang kemudian membuat perbedaan tingkat pendidikan kurang terlihat pada pola perilaku responden dalam melakukan migrasi, khususnya migrasi komutasi (commuting). Adapun hasil analisis regresi logistik untuk variabel status pernikahan menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi. Artinya, seseorang yang sudah menikah memiliki kecenderungan untuk melakukan migrasi komutasi. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mulia dan Purnomo (2004) yang menyatakan bahwa status pernikahan berpengaruh positif terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi non permanen. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan landasan teori yang ada yang menyatakan bahwa orang yang sudah kawin mempunyai kemungkinan bermigrasi lebih besar, karena semakin besar dorongan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik. Hal ini dipengaruhi karena orang sudah berkeluarga akan memiliki beban biaya yang bertambah dari pada sebelumnya (Siagian,1995). Temuan Siagian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Wuluhan. Sebagian besar responden memilih melakukan migrasi komutasi (commuting) karena faktor keluarga, yakni karena mereka sudah memiliki istri
62
dan bahkan sebagian besar sudah memiliki anak dan istri. Sehingga mereka berat untuk meninggalkan keluarga di daerah asal dan lebih memilih untuk melakukan migrasi ulang-alik demi bisa berkumpul dengan keluarga mereka setiap hari. Selain memang karena faktor kebutuhan hidup mereka yang semakin besar setelah mereka menikah. Adapun alasan lain yang membuat variabel status pernikahan ini menjadi signifikan adalah pola masyarakat Kecamatan Wuluhan yang sebagian besar menikah pada usia muda, sehingga sebagian besar responden yang terpilih sudah berstatus menikah. Hal inilah yang kemudian mendorong para responden untuk melakukan migrasi non permanen, khususnya komutasi. Hal di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Simanjuntak (1998:46) yang menyatakan bahwa semakin tua seseorang, tanggung jawab terhadap keluarga semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda terutama yang belum kawin, menjadi tanggungan keluarganya, walaupun bukan sedang bersekolah. Sebaliknya orang yang lebih dewasa, terutama yang sudah kawin pada dasarnya. Dalam hal ini status pernikahan akan berpengaruh terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting), karena apabila sseorang sudah menikah berarti seorang itu harus dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga dapat meningkatkan gairah untuk bekerja. Seperti halnya status pernikahan varabel kepemilikan lahan dalam analisis regresi logistik menunjukkan pengaruh yang signifikan tetapi berpengaruh signifikan negatif terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi. Artinya, seseorang yang memiliki lahan memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan migrasi komutasi dan sebaliknya seseorang yang tidak memiliki lahan akan cenderung melakukan migrasi komutasi. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Khotijah (2008) yang menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh negatif terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi non permanen. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan landasan teori yang ada yang menyatakan bahwa lahan pertanian yang sempit atau kepemilikan lahan merupakan pendorong bagi penduduk untuk melakukan migrasi (Saefullah:1995).
63
Kesesuaian teori di atas dengan kondisi riil di masyarakat Kec. Wuluhan didukung oleh adanya beberapa alasan. Pertama, area lahan pertanian di Kecamatan Wuluhan sudah semakin sempit karena peralihan fungsi area pertanian menjadi lahan pemukiman penduduk dan sektor industri. Kedua, sebagian besar responden mulai beralih profesi dari petani menjadi pedagang, guru, buruh pabrik dan lain sebagainya dengan menjual lahan/ sawah mereka untuk membiayai pendidikan anak mereka. Sehingga mereka yang sudah tidak memiliki lahan memilih untuk mencari pekerjaan lain di luar daerah asal mereka. Adapun responden yang masih memiliki lahan, mereka cenderung akan tetap bekerja di daerah asal mereka yaitu menggarap lahan/ sawah yang mereka punya masingmasing. Kepemilikan lahan merupakan variabel
paling dominan
yang
mempengaruhi keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Berbeda dengan variabel kepemilikan lahan, hasil analisis regresi logistik variabel jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi. Artinya, perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan untuk melakukan migrasi komutasi. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulia (2004) yang menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh positif terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi non permanen. Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori yang ada yang menyatakan bahwa wanita melakukan migrasi pada jarak yang dekat dibandingkan pria. Artinya, laki-laki lebih dominan melakukan migrasi dibandingkan wanita, walaupun tidak sedikit pula wanita yang melakukan migrasi, akan tetapi dalam jarak yang tidak terlalu jauh (Ravenstein dalam Mantra:2000). Hal ini dikarenakan responden baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan melakukan migrasi komutasi dalam jumlah yang relatif sama. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan sebagian besar juga melakukan migrasi komutasi, karena jarak tempuh perjalanan dari daerah asal menuju daerah tujuan relatif dekat. Hal ini juga didukung oleh beberapa faktor yang terjadi di Kecamatan Wuluhan,
64
pertama perempuan yang melakukan migrasi komutasi memiliki tempat kerja yang sama atau berdekatan dengan tempat kerja suaminya. Sehingga para responden perempuan ini bisa ikut suami dalam perjalanan menuju tempat kerja tanpa harus membawa motor sendiri atau naik angkutan umum. Kedua, mereka diajak oleh teman perempuan yang lain untuk bekerja pada industri rokok, batu bata dan semen yang terletak di kecamatan lain. Hal ini mereka lakukan karena waktu luang yang dimiliki atau memang desakan kebutuhan ekonomi keluarga mereka masing-masing. Jadi, karena faktor-faktor di atas maka sangat memungkinkan sebagian besar perempuan juga melakukan migrasi komutasi seperti yang dilakukan oleh para responden yang berjenis kelamin laki-laki. Adapun hasil analisis regresi logistik variabel umur menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi dengan koefisien negatif. Artinya, semakin bertambah umur seseorang maka kecenderungan untuk melakukan migrasi komutasi semakin berkurang. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mulia dan Purnomo (2004) yang menyatakan bahwa umur berpengaruh negatif terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi non permanen. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan landasan teori yang ada yang menyatakan bahwa orang-orang tua biasanya tidak cenderung pindah karena lama hidup tinggal pendek dan terutama karena pengorbanan psikis lebih besar (R.H. Pardoko, 1987:21). Gejala penurunan ini diduga erat berkaitan dengan semakin tua umur seseorang, semakin rendah dalam memutuskan melakukan migrasi komutasi. Karena semakin tua seseorang, maka semakin lemah keadaan fisiknya, dan ini adalah sebagai salah satu penghambat dalam melakukan migrasi komutasi. Sama halnya dengan kondisi di Kecamatan Wuluhan sebagian besar responden baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan migrasi komutasi berada pada usia produktif yaitu usia antara 15-48 tahun. Kisaran umur tersebut adalah usia produktif untuk dirinya dan keluarganya. Simanjuntak (1998:46) menyatakan bahwa setiap terjadi pertambahan umur pada dasarnya adalah semakin tinggi tingkat umur, semakin kecil proporsi penduduk yang bersekolah. Dengan kata lain, proporsi penduduk yang sedang bersekolah dalam kelompok
65
umur yang lebih muda lebih besar dari pada proporsi penduduk yang sedang bersekolah dalam kelompok umur dewasa. Sehingga keputusan seseorang untuk terjun ke dunia kerja semakin besar. Hal ini sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan yaitu semakin tua umur responden di Kecamatan Wuluhan maka dia cenderung lebih memilih untuk bertani atau bekerja di daerah asalnya. Bagi mereka yang memiliki anak yang sudah dewasa cenderung mendorong anak-anak mereka untuk melakukan migrasi komutasi dari pada mereka sendiri yang melakukan migrasi tersebut.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan penelitian terdapat pengaruh pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan lahan, jenis kelamin dan umur terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting) di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Variabel pendapatan (WAGE) berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
keputusan
tenaga
kerja
melakukan
migrasi
komutasi
(commuting). Artinya semakin tinggi pendapatan di daerah tujuan maka semakin tinggi minat tenaga kerja untuk melakukan migrasi komutasi (commuting). Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja yang melakukan migrasi tersebut dapat memenuhi biaya kebutuhan hidup keluarganya dan meningkatkan kesejahteraannya dari pendapatan yang lebih besar di daerah tujuan tersebut. b. Variabel tingkat pendidikan (EDUC) tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan
tenaga
kerja
melakukan
migrasi
komutasi
(commuting). Artinya tinggi rendahnya pendidikan tenaga kerja tidak akan mempengaruhinya untuk melakukan migrasi komutasi (commuting) atau tidak. Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja yang melakukan migrasi tersebut berasal dari lulusan tingkat pendidikan yang berbedabeda, mulai dari lulusan SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi. Dengan kata lain tenaga kerja yang memiliki ijazah dari berbagai macam tingkat pendidikan tersebut mempunyai peluang yang sama untuk melakukan migrasi komutasi. c. Variabel status pernikahan (MAR) berpengaruh signifikan dan positif terhadap
keputusan
tenaga
kerja
melakukan
migrasi
komutasi
(commuting). Artinya tenaga kerja yang sudah menikah cenderung akan memilih untuk melakukan migrasi komutasi (commuting) dikarenakan beban biaya hidup mereka bertambah. Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja yang melakukan migrasi tersebut berusaha mendapatkan 66
67
pendapatan yang lebih besar di daerah tujuan karena alasan menafkahi keluarga (anak dan istri), sementara mereka merasa berat untuk meninggalkan keluarga mereka sehingga mereka memutuskan untuk melakukan migrasi komutasi tersebut. d. Variabel kepemilikan lahan (LAND) berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Artinya tenaga kerja yang memiliki lahan garapan di tempat asal cenderung tidak tertarik untuk melakukan migrasi komutasi (commuting), sebaliknya mereka yang tidak memiliki lahan garapan di daerah asal akan cenderung melakukan migrasi komutasi (commuting). Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja yang melakukan migrasi tersebut merasa tidak memiliki sumber pendapatan di daerah asal mereka karena mereka tidak memiliki lahan pertanian, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan migrasi komutasi ke daerah tujuan guna mendapatkan sumber pendapatan di luar sektor pertanian. e. Variabel jenis kelamin (SEX) tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Artinya tenaga kerja laki-laki maupun perempuan memiliki kecenderungan yang sama untuk melakukan migrasi komutasi (commuting) atau tidak, hal ini dikarenakan bagi mereka yang melakukan migrasi komutasi (commuting) daya tempuh daerah tujuan relatif dekat dengan daerah asal tenaga kerja. f. Variabel umur (AGE) berpengaruh signifikan negatif terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Artinya semakin tua umur tenaga kerja maka semakin berkurang pula minat mereka untuk melakukan migrasi komutasi
(commuting). Hal ini mengindikasikan
bahwa tenaga kerja yang melakukan migrasi tersebut merasa pengorbanan yang mereka lakukan, khususnya pengorbanan psikis/ fisik
untuk
bermigrasi ke daerah tujuan lebih kecil dari pada pendapatan yang mereka dapatkan di daerah tujuan tersebut. Dengan kata lain, para orang tua yang fisiknya sudah menurun akan lebih memilih tinggal di daerah asal dari pada harus bermigrasi ke daerah tujuan.
68
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Bahwa variabel pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Oleh karena itu pemerintah perlu mengembangkan potensi di berbagai daerah supaya kesejahteraan masyarakat juga dapat meningkat, karena hampir semua responden mengatakan bahwa faktor pendapatan di daerah tujuan lebih besar sehingga membuat mereka berpikir untuk bekerja di luar daerah asal dengan harapan mendapat pendapatan yang lebih baik. 2. Bahwa variabel status pernikahan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Status pernikahan ini akan membuat beban hidup responden bertambah sehingga mendorong mereka untuk meninggalkan daerah asal dan beralih pada daerah lain jika ada perbedaan pendapatan di daerah lain. Oleh karena itu pemerintah perlu meningkatkan program penyuluhan KB bagi penduduk sehingga dapat membuat pernikahan mereka lebih terencana. Dengan demikian
minat
penduduk
untuk
melakukan
migrasi
komutasi
(commuting) dapat terkontrol pula. 3. Bahwa variabel kepemilikan lahan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Berkurangnya lahan disebabkan karena sebagian besar lahan sawah digunakan untuk pembangunan infrastruktur atau berbagai fasilitas umum dan kegiatan perindustrian sehingga lahan menjadi sempit. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadakan kajian ulang tentang program pembangunan yang membutuhkan lahan luas yang dapat mengancam kelangsungan lahan sawah. Dengan demikian, penduduk tidak harus bermigrasi ke kota karena masih ada kesempatan kerja bagi penduduk desa.
69
4. Bahwa variabel usia berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan migrasi komutasi (commuting). Hal ini relevan mengingat saat seseorang merasa telah mampu untuk bekerja maka ia akan mencari pekerjaan yang lebih bisa meningkatkan standar hidup keluarga di daerah asal maka ia akan bermigrasi ke luar daerah asal. Pemerintah daerah perlu mengadakan modernisasi sektor pertanian yang merupakan sektor utama daerah pedesaan guna meningkatkan produksi dan produktivitas hasil-hasil pertanian dan dengan harapan hal ini dapat menambah kesempatan kerja di desa sehingga tenaga-tenaga muda di pedesaan tidak perlu meninggalkan daerahnya untuk bekerja di luar daerah asal.
DAFTAR BACAAN Aris Ananta, 1993, Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPFE UI, Jakarta. Asep Djadja Saefullah. 1992. “The Impact of Population Mobility on Two Village Communities of West Java, Indonesia”. The Flinders University of South Australia : Adelaide. Asep Djadja Saefullah. 1994. Mobilitas Penduduk dan Perubahan di Pedesaan, Jurnal Prisma No.7 Juli 1994. Badan Pusat Statistik Kab. Jember.2012. Jember dalam Angka 2012. Bambang Prasetyo dan L.M. Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Grafindo. Borjas, G. 1989. The Intergenerational Mobility of Immigrants. University of Chicago, Departemen of Economics. Didit Purnomo, 2004, Studi tentang Migrasi Migran Sirkuler Asal Wonogiri ke Jakarta. LPMM UMS, Surakarta. Djamba, Yanyi K. 2001. Gender Differences in Motivations and Intentions for Move: Ethiopia and South Africa Compared. Paper presented in International Colloqium Gender, Population and Development in Africa, Abijan, 16-21 Juli 2001. Farida Mulia, 2004, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Tenaga Kerja Desa Untuk Bekerja ke Kota (Studi Kasus 4 Desa di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak). Skripsi S1 (tidak dipublikasikan) FE UNDIP, Semarang. Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. 4th Ed. McGraw-Hill. Hossain. 2001. “Rural-Urban Migration In Bangladesh : A Macro Study Research”, Presentation In The Brazil IUSSP Convernce. Ida Bagoes Mantra 1992, Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa ke Kota di Indonesia, Pusat Penelitian Kependudukan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ida Bagoes Wirawan, (2006). Tesis untuk Universitas Airlangga, Surabaya. Imam Ghozali, 2002, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP UNDIP, Semarang. 70
71
Indah Susilowati, 1998. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Bermigrasi ke Malaysia (Studi Kasus di Kawasan Selangor, Malaysia). Majalah Penelitian. Lembaga Penelitian, UNDIP. Tahun X, No. 40, Desember 1998. J. Siagian. 1995. “Mobilitas Penduduk Lintas Perbatasan (Kasus Kalimantan Barat-Serawak)”, Prisma, No.1 Januari 1995. LP3ES : Jakarta. Kuncoro. Mudrajad, 2006, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Penerbit Erlangga, Jakarta. Lee, E.S, 1992, Teori Migrasi (terjemahan), Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Mantra. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. M. Nasir.1998. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Muhammad Rizal. 2006. “Keputusan Migrasi Sirkuler Pekerja Sektor Formal Di Kota Medan. Jurnal Siasat Bisnis”. Muhamad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Rajagrafindo Persada: Jakarta. Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat: Jakarta. Pardoko, R.H. 1987. Mobilitas Migrasi dan Urbanisasi. Angkasa:Bandung. Prasetyorin, Pudhak. 2012. Karakteristik dan Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Keluar dari Jawa Timur (Analisis Supas 2005). Tesis Magister. Tidak dipublikasikan. Prijono Tjiptoheri, 1999, Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja, dan Pembangunan Ekonomi. Purnomo, Didit. 2006. An Analysis Of Factors Influencing Migrants’ Income. JEP, Vol.5 No.2 Desember 2006. R. Munir. 2000. “Migrasi”, Dasar-dasar Demografi edisi 2000. Lembaga Penerbit UI : Jakarta. Rusli S. 1996. Pengantar Ilmu Kependudukan, edisi Revisi. LP3ES. Jakarta. Ravenstein, E. G. (1885). The Laws of Migration. Journal of the Royal Statistical Society, 48: 167-235.
72
Sadono Sukirno, 1996, Pengantar Teori Makro Ekonomi, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Speare, Jr. A., J. Harris, 1986. “Education, Earnings, and Migration in Indonesia”, Economic Development and Cultural Change Vol. 34. No. 20. Speare Jr, A. 1975. Interpreting the Migration Data from the 1971 Cencus. Majalah Demografi Indonesia, 2 (3), 1975. hal 66-68. Simanjuntak, P. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. FEUI : Jakarta. Sjaastad, LA .1962. The Cost and Return of Human Migration. Journal Political Economiy. 70. 1962. hal 80-93. Sugianto dkk, 2001, Teknik Sampling, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tjiptoherijanto, P. (1999). Migrasi Internasional: Proses, Sistem, dan Masalah Kebijakan. Bandung. Penerbit Alumni. Jhingan, M.L, 1975, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Todaro, M.P. 1992. Kajian Ekonomi Migrasi Internal di Negera Berkembang (terjemahan), Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada. Wardhono, Aditya SE, M.Sc, Ph.D dan Indrawati, Yulia, SE. M.Si. 2011. Modul Pelatihan Ekonometrika. Fakultas Ekonomi. Universitas Jember. Waridin. 2002. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri, Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.3 No.2 Desember 2002. Yeremias T. Keban, 1994, Studi Niat Bermigrasi di Tiga Kota : Determinan dan Intervensi Kebijaksanaan, Jurnal Prisma No.7 Juli 1994, Yogyakarta. Young, E. 1984. Migrasi. dalam Lucas D., dkk. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Zhao, Yaohui. 1999. ”Labor Migration and Earnings Differences: The Case of Rural China, Economic Development and Cultural Change”. Zhu, Nong. 2000. Impacts of Income Gap on Migration Decision in China: A Verification of the Todaro Model, JEL Vol.19 No.3.
73
Sumber dari internet: www.akademika.or.id,arsip,EC-POP1. www.geocities.com. www.journal.uii.ac.id/index.php/JSB/article. www.BPS Jawa Timur.go.id
74
Lampiran A Kuesioner Penelitian ANALISIS KEPUTUSAN TENAGA KERJA MELAKUKAN MIGRASI KOMUTASI DI KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER No. Kuesioner :
Tgl Wawancara :
Pewawancara :
Lokasi
:
TTD
:
Petunjuk Umum : Saudara diminta untuk mengisi / menjawab pertanyaan yang telah kami susun. Berilah tanda lingkaran pada huruf / angka yang tersedia pada pertanyaan yang bersifat pilihan.
KUESIONER A. LATAR BELAKANG RESPONDEN 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Alamat / Tempat Tinggal
:
a. Kecamatan
:
b. Desa / Kelurahan
:
c. RT / RW
:
5. Apakah Anda memiliki
:
lahan pertanian yang
Tahun 1. Laki-Laki
0. Lainnya
1. Punya lahan garapan 0. Lainnya
digarap? 6. Status Pernikahan
:
1. Sudah Menikah
0. Lain
75
Lanjutan Lampiran A 7. Pendidikan Terakhir
: 0. Tidak Lulus SD 1. SD 2. Tidak Lulus SMP 3.SMP 4. Tidak Lulus SMA 5. SMA 6.Tidak Lulus Diploma 7. Diploma 8.Tidak Lulus Sarjana 9.Sarjana
B. KEADAAN SOSIAL, EKONOMI RESPONDEN 1. Apakah Anda penglaju (commuter) yaitu pergi bekerja di desa/ kecamatan lain pada pagi hari dan pulang ke rumah pada sore/ malam harinya? 1. Ya 0. Tidak ( Jika tidak langsung ke no. 11 ) 2. Dimana tempat Anda bekerja (Desa/ Kecamatan) mana ? Jawab : ………………………………………………………………. 3. Apakah alasan Anda melakukan commuter ? 1. Mendapatkan Upah Lebih Tinggi 2. Lapangan Kerja Yang Lebih Sesuai di Daerah Tujuan 3. Kesempatan Kerja Lebih Banyak 4. Tuntutan Pekerjaan 5. Lainnya : ………………………………………………………... 4. Mengapa Anda tidak mencari pekerjaan di daerah asal ? 1. Upah Kecil 2. Tidak Sesuai Dengan Keahlian Yang Dimiliki 3. Tidak Terdapat Lapangan Pekerjaan 4. Lahan Garapan Sedikit 5. Lainnya : ………………………………………………………... 5. Faktor apakah yang mendorong Anda melakukan commuter ke daerah tujuan? Jawab: ………………………………………………………………. 6. Dalam sebulan, berapa kali Anda melakukan commuter ? Jawab : ………………… Hari
76
Lanjutan Lampiran A 7. Alat transportasi apa yang Anda gunakan dalam melakukan commuter ? 1. Angkutan Umum
4. Sepeda
2. Mobil Pribadi
5. Jalan Kaki
3. Sepeda Motor
6. Lainnya : ……………………….
Alasannya : ………………………………………………………………. 8. Berapa biaya transportasi yang Anda keluarkan ke tempat kerja per bulan ? Jawab : ………………………………………………… 9. Berapa jarak (km) antara tempat kerja Anda dari rumah? Jawab: .................................................................................. 10. Faktor apakah yang mengikat Anda tetap di daerah asal? Jawab : ……………………………………………………………… 11. Apakah alasan Anda tidak melakukan commuting ? 1. Mempunyai Lahan Garapan di Daerah Asal 2. Faktor Keluarga 3. Kurang Pengalaman Bekerja 4. Tidak Mau Bekerja 5. Lainnya : ………………………………………………………... 12. Menurut Anda, apakah upah di daerah asal lebih besar daripada di daerah tujuan? 1. Ya
0. Tidak
13. Menurut Anda, peluang pekerjaan apa yang mudah didapat di daerah asal? Jawab : ……………………………………………………………… 14. Pendapatan yang anda terima per bulan : …………………………….
77
Lampiran B Tabulasi Data Penelitian Tabulasi Data Penelitian NO
COMMUTER
WAGE
EDUC
MAR
LAND
SEX
AGE
1
1
1000000
7
1
0
1
26
1
900000
9
1
0
0
26
1
3000000
7
1
0
1
55
0
650000
5
1
1
1
32
0
600000
5
1
1
1
38
0
650000
5
0
1
1
31
1
1200000
5
1
0
1
29
1
1500000
1
1
0
1
26
1
5000000
9
1
0
1
38
1
1650000
1
1
0
1
27
1
1000000
5
1
0
0
23
0
500000
5
1
1
0
34
0
700000
5
0
0
1
32
0
2000000
5
1
1
1
43
0
550000
5
1
1
1
32
0
600000
5
1
1
1
38
1
1250000
9
1
0
0
26
1
1500000
9
0
0
1
20
1
2000000
5
0
1
1
26
1
1750000
9
1
0
1
26
1
1100000
9
1
0
0
21
1
750000
7
0
0
0
18
1
1250000
9
1
0
0
25
1
1500000
9
0
0
1
24
0
600000
3
0
1
0
25
0
700000
3
1
1
0
33
1
850000
5
0
0
0
19
1
900000
5
1
1
1
23
1
1000000
5
0
0
1
28
1
1500000
9
1
0
1
28
0
700000
1
1
1
1
40
1
900000
9
0
0
0
22
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
78
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
1
120000
5
1
0
1
36
0
800000
5
1
1
0
38
0
900000
3
1
1
1
43
0
600000
1
1
1
0
34
0
650000
3
0
1
0
22
1
750000
5
0
0
1
24
1
1100000
5
1
0
1
33
1
1400000
9
1
1
0
35
0
700000
5
0
1
0
22
0
500000
3
0
0
1
32
1
850000
7
1
0
0
32
1
1000000
7
0
0
1
26
1
1250000
9
1
1
1
27
0
1200000
5
1
1
1
46
0
650000
5
1
1
0
34
0
700000
3
0
0
0
24
0
600000
1
0
1
1
21
1
1500000
5
1
1
1
36
1
900000
5
1
0
1
28
1
800000
9
0
0
0
25
1
850000
9
1
0
1
34
1
800000
9
0
0
1
30
0
600000
1
1
1
0
36
0
700000
5
1
1
0
32
0
750000
3
0
1
1
29
0
650000
3
1
1
0
30
1
1000000
5
1
0
0
27
1
950000
3
1
1
1
36
1
1200000
5
0
0
1
23
1
2000000
9
1
0
0
37
1
1500000
5
1
1
1
31
1
3000000
9
0
0
1
28
1
1500000
9
0
0
1
27
1
2000000
5
1
0
1
32
0
1200000
4
1
1
1
39
0
750000
5
1
1
1
34
0
900000
3
1
1
0
34
0
700000
5
1
1
1
35
79
0
600000
1
0
0
1
27
0
600000
1
1
1
0
34
1
800000
9
0
0
0
23
1
750000
5
1
0
0
29
1
900000
5
1
1
1
32
1
700000
3
0
0
1
22
1
1500000
9
1
0
1
29
1
2000000
9
1
0
1
30
0
1200000
5
1
0
1
34
0
650000
3
0
1
0
25
0
850000
5
1
1
0
33
1
700000
9
0
0
1
26
1
1400000
4
0
0
1
27
1
1000000
7
0
0
0
24
1
850000
1
1
1
0
29
0
1500000
9
1
1
1
37
1
900000
9
1
0
0
27
1
750000
9
0
0
1
26
1
1200000
5
1
0
1
23
1
1500000
5
0
1
0
27
0
2000000
9
1
1
1
39
0
700000
3
1
1
0
31
1
900000
5
0
0
1
25
1
900000
3
1
0
0
26
0
650000
5
1
1
0
21
96
0
700000
5
1
1
0
32
97 98 99 100
0
900000
4
1
1
1
37
1 1 1
1500000 1750000 1200000
1 5 3
0 1 1
0 0 0
0 1 1
22 27 26
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95
80
Lampiran C Hasil Analisis Data E-Views Dependent Variable: COMMUTER Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Date: 05/06/13 Time: 13:52 Sample: 1 100 Included observations: 100 Convergence achieved after 10 iterations Covariance matrix computed using second derivatives Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
WAGE EDU MAR LAND SEX AGE C
3.17E-06 0.226209 2.772292 -3.502651 0.770439 -0.328981 5.770824
1.02E-06 0.184042 1.248414 1.019429 0.873777 0.101295 2.417978
3.101153 1.229116 2.220651 -3.435894 0.881734 -3.247747 2.386632
0.0019 0.2190 0.0264 0.0006 0.3779 0.0012 0.0170
McFadden R-squared S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. LR statistic Prob(LR statistic) Obs with Dep=0 Obs with Dep=1
0.646829 0.492366 0.615376 0.797738 0.689181 87.06475 0.000000 40 60
Mean dependent var S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Restr. log likelihood Avg. log likelihood Total obs
0.600000 0.282212 7.406856 -23.76879 -67.30117 -0.237688 100
Estimation Command: ========================= BINARY(D=L) COMMUTER WAGE EDU MAR LAND SEX AGE C Estimation Equation: ========================= I_COMMUTER = C(1)*WAGE + C(2)*EDU + C(3)*MAR + C(4)*LAND + C(5)*SEX + C(6)*AGE + C(7) Forecasting Equation: ========================= COMMUTER = 1-@CLOGISTIC(-(C(1)*WAGE + C(2)*EDU + C(3)*MAR + C(4)*LAND + C(5)*SEX + C(6)*AGE + C(7))) Substituted Coefficients: ========================= COMMUTER = 1-@CLOGISTIC(-(3.16693703575e-06*WAGE + 0.226209426072*EDU + 2.77229197596*MAR - 3.50265092831*LAND + 0.770439206433*SEX - 0.328980876151*AGE + 5.77082354994))
81
Lanjutan Lampiran C Expectation-Prediction Evaluation for Binary Specification Equation: FIX Date: 07/02/13 Time: 15:59 Success cutoff: C = 0.5 Estimated Equation Dep=0 Dep=1 P(Dep=1)<=C P(Dep=1)>C Total Correct % Correct % Incorrect Total Gain* Percent Gain**
35 5 40 35 87.50 12.50 87.50 87.50
7 53 60 53 88.33 11.67 -11.67 NA
Estimated Equation Dep=0 Dep=1 E(# of Dep=0) E(# of Dep=1) Total Correct % Correct % Incorrect Total Gain* Percent Gain** *Change in "% Correct" from default (constant probability) specification **Percent of incorrect (default) prediction corrected by equation
32.83 7.17 40.00 32.83 82.07 17.93 42.07 70.12
7.17 52.83 60.00 52.83 88.05 11.95 28.05 70.12
Total 42 58 100 88 88.00 12.00 28.00 70.00 Total 40.00 60.00 100.00 85.66 85.66 14.34 33.66 70.12
Constant Probability Dep=0 Dep=1
Total
0 40 40 0 0.00 100.00
0 100 100 60 60.00 40.00
0 60 60 60 100.00 0.00
Constant Probability Dep=0 Dep=1 16.00 24.00 40.00 16.00 40.00 60.00
24.00 36.00 60.00 36.00 60.00 40.00
Total 40.00 60.00 100.00 52.00 52.00 48.00