ANALISIS KARAKTER DALAM NOVEL BREAKING DAWN OLEH STEPHENIE MEYER
JURNAL SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana
Oleh: FERNANDO MARAMIS 98092114 SASTRA INGGRIS
UNIVERSITAS SAMRATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2012
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat Kasih Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Karakter Dalam novel Breaking Dawn oleh Stephenie Meyer” diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana sastra di Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi. Skripsi ini menganalisis tentang watak dan metode karakterisasi yang diterapkan dalam novel ini, dengan menggunakan metode pendekatan intrinsic. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Stephani Sigarlaki, SS, M. Hum sebagai dosen pembimbing materi dan Jeane A. Manus, SS, M. Hum sebagai dosen pembimbing teknis yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, sehingga dengan petunjuk mereka maka penulis bias merampungkan skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada pimpinan Fakultas, yakni Dra. Troutje Rotty, M. Hum selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi sekaligus pembantu Dekan I Bidang Akademik, Dra. Hetty Pelealu, SH, M. Hum, Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Drs. Earnst Mantiri, M. Hum, Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Drs. Jerry Sony Ulaen, M. Si atas bantuan Administrasi dan persetujuannya untuk melaksanakan ujian skripsi. Terima kasih kepada Ketua Jurusan Sastra Inggris, Dra. Theresia M. C. Lasut dan Dra. Frieda Jansen, M. Hum, selaku Sekertaris Jurusan. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh Dosen Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi atas dedikasinya dalam mengajar dan mendidik penulis selama masa perkuliahan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Staf Tata Usaha dan Staf Perpustakaan atas pelayanan dan bantuannya. Ucapan terima kasih dengan cinta dari lubuk hati yang paling dalam penulis sampaikan kepada istri tercinta Olivia Ruru yang telah mensuport jasmani dan rohani, Mama dan almarhum Papa yang telah melahirkan dan mendidik penulis, kepada adik-adik: Rozilda i
(dan suaminya Alfa) dan Victrix (terima kasih atas doanya). Kepada Gembala dan jemaat Gereja Mawar Sharon, Ko’ Chien (beserta istri) dan Ko’ Abeth (beserta istri) (terima kasih atas bimbingan rohani yang diberikan yang membuat penulis menjadi tabah dalam menghadapi tiga hal sekaligus yang menyertai perampungan skripsi ini), kepada seluruh tim PAW Gereja Mawar Sharon: Bro Iwan dan Ce Henny, kepada Ce Femmy atas segala informasinya mengenai penulisan skripsi, serta seluruh anggota persahabatan ex. GBT, terima kasih atas bantuan dan doanya selama ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak untuk semuanya, biarlah skripsi yang masih banyak kekurangannya ini bisah memperoleh tanggapan, saran serta kritik yang membangun dari pembaca dan biarlah skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Tuhan Yesus memberkati.
Manado, 6 Desember 2012 Penulis
F.M
ii
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………………………
i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
iii
ABSTRACT……………………………………………………………………………
v
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………
1
1.1
Latar Belakang……………………………………………….
1
1.2
Perumusan Masalah…………………………………………..
5
1.3
Tujuan Penelitian……………………………………………..
5
1.4
Manfaat penelitian……………………………………………
5
1.5
Tinjauan Pustaka……………………………………………..
5
1.6
Landasan Teori………………………………………………
7
1.7
Metode penelitian……………………………………………
7
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………. 2.1
2.2
7
Watak Tokoh-Tokoh Utama dalam novel Breaking Dawn………………………………………………… .
8
2.1.1
Isabella (Bella) Swan………………………………..
8
2.1.2
Edward Cullen………………………………………
9
2.1.3
Jacob Black………………………………………….
10
Watak Tokoh-Tokoh Pendukung Breaking Dawn…………..
11
2.2.1
Alice Cullen…………………………………………
11
2.2.2
Aro…………………………………………………..
12
2.2.3
Dr. Carlisle Cullen…………………………………..
12
iii
BAB III
ANALISIS KARAKTER MENGGUNAKAN METODE DIRECT DAN INDIRECT PRESENTATION ……………………………………
BAB IV
14
3.1
Isabella (Bella) Swan………………………………. …….
14
3.2
Edward Cullen ……………………………………………
15
3.3
Jacob Black .………………………………………………
15
3.4
Charlie Swan………………………………………………
16
3.5
Jasper Hale ………………………………………… ……..
17
3.6
Garret .……………………………………………………..
18
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………
19
4.1
Kesimpulan………………………………………………...
19
4.2
Saran……………………………………………………….
19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
iv
21
ABSTRACTS
―Analisis Karakter Dalam Novel Breaking Dawn‖ is a skripsi which is to fulfill one of the requirements to achieve the title of Sarjana Sastra. There are two main problems to be analyzed; those are “how the characters are revealed in Breaking Dawn and “how the method of characterization is applied in the novel. The purpose of this research are to identify human characters, to analyze and describe the characterization. In identifying characters, the writer used Roberts’ theory about characters, in analyzing and describing the characterization, the writer used Perrine’s theory about direct presentation and indirect presentation. For analyzing the data the writer used descriptive method and intrinsic approach. The results of this research show that there are several human characters found in the novel such as introvert, willing to sacrifice, calm, understanding, clever, wise, determinated, etc. The method of characterization found in this novel can be devided in two types: direct presentation and indirect presentation; these two types of presentation can be found in six characters in the novel, they are: Isabella (Bella) Swan, Edward Cullen, Jacob Black, Charlie Swan, Jasper Hale and Garret. Keywords: Characters, Method of characterization, Novel, “The Breaking Dawn”.
v
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesusastraan adalah sebuah karya kreatif yang mengandung maksud dan tujuan dari pengarangnya. Sebuah karya sastra tidak berarti hanya memiliki ide, teori ataupun system pemikiran, akan tetapi pada sebuah karya sastra mengandung ide-ide dan system-sistem pemikiran (Grace, 1956:6). Dengan kata lain, sebuah karya sastra mengandung bermacam ide, teori dan sisitem pemikiran. Keseluruhan aspek ini berasal dari pengarangnya yang mempunyai peran penting dalam menggunakan ide-ide kreatif yang dituangkan dalam karyakarya mereka. Karakter merupakan unsur penting dalam karya sastra, terutama dalam novel. Karakter dalam sebuah karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan dan perasaannya tentang sesuatu hal yang terjadi di dunia ini. Karakter mempunyai kekuatan untuk mendominasi keseluruhan cerita dalam sebuah karya sastra. Pengarang dapat membawa karakter tersebut melewati banyak permasalahan dalam situasi yang berbeda-beda. Stephenie Meyer lahir 24 Desember 1973, seorang penulis muda dan produser, lebih dikenal dalam karyanya yaitu Twilight, sebuah novel berseri romantis antara vampire dan manusia. novel Twilight menjadi terkenal di dunia dan telah terjual lebih dari 100 juta eksemplar yang diterjemahkan ke dalam 37 bahasa. Meyer lahir di Hartford, Connecticut. Orang tuanya bernama Stepehn dan Candy Morgan. Dia besar di Phoenix, Arizona bersama dengan 5 orang saudaranya yaitu: Seth, Emily, Jacob, Paul dan Heidi. Bersekolah di Chaparral High School di Scottsdale, Arizona, kemudian melanjutkan ke jenjang Universitas di Brigham Young Univesity di Provo, Utah dimana dia memperoleh B.A. di jurusan bahasa Inggris tahun 1997. Meyer bertemu suaminya Christian waktu dia masih berusia 4 tahun di Arizona, dan menikah denganya pada tahun 1994 ketika mereka berdua berumur 21 tahun. Mereka kemudian memiliki 3 orang anak yaitu: Gabe, Seth dan Eli. Christian Meyer tadinya adalah seorang auditor namun telah berhenti untuk mengurus anak-anak mereka. Meyer berkata, gagasan penulisan novel Twilight datang kepadanya dalam mimpi pada malam tanggal 2 Juni 2003. Mimpinya mengenai seorang gadis manusia yang jatuh cinta pada seorang vampire tapi sang vampire tersebut menginginkan darah dari gadis tersebut. Berdasarkan mimpi tersebut, Meyer menulis sebuah catatan kecil yang kemudian menjadi Bab 13 dari novel Twilight. Dalam waktu tiga bulan ia telah mengubah mimpi tersebut ke dalam sebuah novel yang sempurna. Walaupun ia mengakui tidak pernah berniat untuk
1
menerbitkan Twilight karena ia menulisnya hanya untuk kesenangan belaka, namun karena respond an pengaruh dari adiknya maka ia kemudian mengirimkan tulisannya pada salah satu penerbit. Dengan suksesnya Twilight (2005), Meyer kemudian menulis tiga sekuel dari buku tersebut: New Moon (2006), Eclipse (2007) dan Breaking Dawn (2008). Dalam minggu pertama penerbitannya, New Moon mencapai peringkat 5 di New York Times Best Seller untuk Children’s Chapter Books, dan pada minggu keduanya naik ke posisi pertama, yang kemudian menempatinya selama 11 minggu. Keseluruhannya, buku tersebut menghabiskan 50 minggu penuh dalam rangking tersebut. Setelah diterbitkannya Eclipse, tiga buku pertama dari Twilight, buku-buku tersebut menghabiskan 143 minggu dalam New York Times Best Seller List. Buku ke 4 dari seri Twilight, Breaking Dawn, diterbitkan sebanyak 3.7 juta eksemplar. Lebih dari 1.3 juta eksemplar terjual pada hari pertamanya saja. Breaking Dawn mempersebahkan penghargaan British Book Award bagi Meyer, bersaing dengan novel karya J.K. Rowling: The tales of Beedle the Bard. Keseluruhan seri dari Twilight telah menjual lebih dari 100 juta eksemplar di seluruh dunia dalam 37 bahasa. Pada tahun 2008, buku ke 4 dari seri Twilight menempati posisi top 4 dari catatan bestseller akhir tahun di USA Today, juga menjadi penulis best selling of the year. yang membuat Meyer menjadi penulis pertama yang mencapai kesuksesan ini. Breaking Dawn menjadi seri terakhir dari novel Twilight (en.wikipedia.org/wiki/stephenie_meyer). Breaking Dawn mengawali ceritanya dengan persiapan pernikahan antara Bella dan Edward (seorang vampire berusisa 111 tahun). Sahabatnya, Jacob yang diharapkannya menjadi “Best Men” tidak bersedia menghadiri pernikahannya karena Jacob masih mencintainya. Jacob menghilang sampai pada hari pernikahan, namun pada saat pernikahan ia muncul untuk memberi selamat kepada Bella. Namun Jacob marah kepada Bella karena menyadari bahwa Bella akan melakukan “malam pertamanya” bersama Edward sementara ia masih manusia. Jacob terpaksa harus di singkirkan dari pernikahan oleh kawanan dari Sam Uley. Maka tibalah masa bulan madu. Edward membawa Bella ke Brazil, tempat dimana pulau Esme (pulau yang dibelikan Carlisle untuk Esme istrinya) berada. Sehari setelah malam pertama Edward menyadari bahwa Bella telah hamil. Janin dalam kandungan Bella kemudian semakin cepat bertumbuh secara abnormal. Karena Edward adalah seorang vampire maka Edward langsung memperkirakan bahwa janin tersebut menghisap darah Bella dari dalam kandungannya. Tubuh Bella semakin menyusup disertai dengan membesarnya kandungannya. Edward bersikeras untuk menggugurkan janin tersebut, tapi Bella terlanjur 2
menyayangi sang bayi. Bayi tersebut lahir setelah mematahkan beberapa tulang rusuk Bella, yang kemudian dipaksa oleh Edward untuk keluar dari kandungan dengan cara merobek perut bela dengan tangan dan giginya. Ketika Bella sekarat, Edward menyuntikkan “racun” dari taringnya ke jantung Bella dengan tujuan mempercepat perubahan Bella menjadi vampire. Bella pingsan selama beberapa waktu, namun Jacob mengira Bella telah wafat. Jacob bergegas menuju ruangan dimana Rosalie menggendong bayi (yang kemudian dinamai Renesmee) tersebut, dengan niat untuk memusnahkan bayi tersebut. Namun ketika Jacob bertatapan mata dengan Renesmee, Jacob menaruh “simpati” (hampir bisa dikatakan jatuh cinta) kepadanya. Bella kemudian sadar dan telah sepenuhnya menjadi vampire. Ternyata Renesmee tidak kunjung berhenti bertumbuh. Bella khawatir kalau Renesmee akan semakin besar dan semakin tua lalu kemudian mati dalam waktu 17 tahun. Bayi super ini ternyata memiliki kemampuan untuk memberitahukan gambaran isi pikiriannya hanya dengan cara menyentuh wajah dari objeknya. Renesmee bisa berburu bersama Jacob pada usia hanya beberapa bulan saja (vampire dari keluarga Cullen tidak memangsa manusia, melainkan hewan saja). Pada saat berburu inilah Irina memergoki Bella, Jacob dan Renesmee sedang berburu (dalam hukum para mahluk abadi – vampire – dilarang keras untuk menciptakan vampire saat ia masih bayi atau anak-anak , hukumannya adalah kematian, ibu dari Irina salah satu yang melanggar hukum tersebut). Irina kemudian melaporkan kepada Aro – pemimpin dari keluarga Volturi mengenai Renesmee, tanpa mengetahui bahwa Renesmee sebenarnya bukanlah vampire murni, dan dia tidak pernah berniat mengungkap rahasia dunia mahluk abadi kepada manusia biasa. Namun terlambat, Aro yang dari mulanya mencari-cari alasan untuk berkonfrontasi dengan keluarga Cullen untuk merebut dua anggotanya yaitu Alice (mempunyai bakat untuk menvisualisasikan masa depan dalam pikirannya) dan Edward (mempunyai bakat untuk membaca pikiran manusia maupun vampire dalam yang bersamasamanya dalam radius beberapa ratus meter) langsung menghimpun pasukan untuk menyerbu keluarga Cullen. Alice langsung mengetahui rancangan ini, dan memperingatkan Carlisle bahwa Volturi akan menyerang dalam waktu kira-kira sebulan. Alice segera menyingkir dari keluarga Cullen tanpa dipahami oleh mereka, namun meninggalkan jejak bagi Bella untuk menemui seorang pengacara korup bernama J. Jenks untuk persiapan segala dokumen palsu bagi Renesmee dan Jacob untuk melarikan diri jika konfrontasi terjadi. Carlisle dan Edward dengan segera mengumpulkan bala bantuan dari seluruh dunia untuk membantu mereka memberi kesaksian kepada keluarga Volturi bahwa anak tersebut bukanlah anak immortal, 3
melainkan anak berdarah campuran (half-breed) yang dapat bertumbuh (karena anak immortal yang sebenarnya tidak dapat bertumbuh dan tetap pada ukurannya ketika dia diciptakan, dan tidak bisa dikendalikan). Sayangnya, bala bantuan yang dating tidak semua berniat untuk membantu, karena ada juga beberapa vampire yang datang dengan kepentingannya sendiri. Contohnya kelompok dari Rumania, Stevan dan Vladimir, mereka datang karena mengira keluarga Cullen berniat untuk menentang keluarga Volturi dan mengira mereka bisa mencoba untuk membalas dendam. Ditengah suasana rumah keluarga Cullen dipenuhi dengan kumpulan mahluk immortal dari seluruh dunia yang saling memamerkan kekuatan supernatural lawan, Bella mengetahui dari Eleazar (yang bisa mengetahui bakat supernatural mahluk lainnya) bahwa ia memiliki kekuatan seperti perisai menamengi orang-orang disekitarnya dari kekuatan supernatural lawan. Jacob dan kawanan (manusia serigala) Sam Uley juga bersedia untuk membantu keluarga Cullen jika terjadi konfrontasi. Akhirnya, keluarga Volturi dan pasukannya tiba di tempat yang telah diprediksi oleh Alice. Keluarga Cullen berusaha menjelaskan dengan segala cara kepada Aro bahwa Renesmee bukanlah anak immortal, melainkan suatu spesies baru –half-breed – yang belum dipahami segala kemungkinan mengenainya. Namun Aro memutar-balikkan segala penjelasan, dan memulai penyerangan. Jane (yang memiliki kekuatan jahat yang sanggup menyakiti siapapun hanya dengan sugesti pikirannya) memulai serangan. Namun tanpa diketahui oleh Aro, Bella memiliki kekuatan perisai yang sanggup memproyeksikannya untuk melindungi seluruh keluarga bahkan para saksi, sehingga Jane tidak sanggup menyakiti siapapun. Ketika konfrontasi hampir memanas, Alice secara tidak terduga muncul membawa saksi baru dari Brazil yakni seorang half-breed yang sama dengan Renesmee, Nahuel, dan bibinya Huilen. Aro yang kemudian menyadari bahwa Volturi tidak sanggup memenangkan pertempuran selama ada Bella, ditambah dengan dua orang saksi baru yang memiliki bukti yang sangat kuat, membatalkan serangan dan pulang dengan kekecewaan. Diakhir cerita, Bella memperlihatkan pikirannya kepada Edward dengan “menurunkan” perisainya, sehingga Edward bisa melihat gambaran-gambaran yang memperlihatkan seberapa besar cinta dari Bella kepadanya.
4
1.2 Perumusan Masalah Mengacu pada latar belakang di atas, penulis hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1.
Bagaimana karakter setiap tokoh yang terdapat dalam novel Breaking Dawn?
2.
Bagaimana metode karakterisasi yang diterapkan dalam novel ini?
1.3 Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengidentifikasi, menganalisis dan untuk menggambarkan karakter setiap tokoh yang terdapat dalam Breaking Dawn.
2.
Untuk menganalisis dan menggambarkan karakterisasi dalam Breaking Dawn.
1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini ada manfaat yang dapat diambil yaitu manfaat teoritis dan praktis: A.
Teoritis, penelitian ini dapat memperkaya analisis karakter dalam studi sastra.
B.
Praktis, pembaca dapat memahami bahwa karakter merupakan unsur penting dalam suatu karya sastra, terutama dalam novel. Karakter dalam sebuah karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan dan perasaannya tentang sesuatu hal yang terjadi di dunia ini dan karakter mempunyai kekuatan untuk mendominasi keseluruhan cerita dalam sebuah karya sastra. Penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat meneliti lebih lanjut cerita ini berdasarkan elemen intrinsic kesusastraan seperti latar, tema, plot dan sebagainya. Kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian diatas yaitu, penulis menggunakan teori
karakter dari Edgar V. Roberts (1983) untuk mengungkapkan karakter tokoh dalam novel Breaking Dawn. Perbedaannya, penulis menganalisis novel dengan karya yang berbeda.
1.5 Landasan Teori Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakter dalam novel Breaking Dawn. Untuk tujuan itu, penulis menggunakan beberapa teori yang mendukung penelitian ini. Dalam buku Writing Themes about Literature (1964:54) oleh Edgar V. Roberts, menyatakan bahwa “karakter” dalam sastra adalah representasi lisan manusia secara luas, khususnya dalam menentukan dirinya melalui pikiran, bicara, dan perilaku.
5
Teori ini jelas menyatakan bahwa dialog, tindakan dan komentar merupakan representasi verbal manusia dalam karya sastra untuk menciptakan beberapa interaksi tokoh di sekitarnya. Dengan definisi karakter tersebut, penulis mencoba menganalisis watak dari tokohtokoh dalam penelitian ini dengan menggunakan teori dari Edgar V. Roberts dalam buku yang sama mengatakan bahwa ada empat cara untuk menganalisis karakter, yaitu: 1.
Apa yang dikatakan oleh tokoh tersebut tentang dirinya sendiri.
2.
Apa yang dilakukan oleh tokoh tersebut.
3.
Apa yang dikatakan oleh tokoh-tokoh lain tentang tokoh yang dianalisis.
4.
Apa yang dikatakan pengarang baik secara pencerita ataupun pengamat atas setiap tindakan tokohnya (1983:56-57) Penulis menggunakan metode karakterisasi, untuk menganalisis dan menggambarkan
karakterisasi berdasarkan Perrine (1959:84) yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung pengarang memberitahukan dengan menjelaskan atau menganalisis karakter tersebut seperti apa, atau tokoh lain dalam cerita tersebut yang memberitahukan kepada kita seperti apa tokoh tersebut. Secara tidak langsung pengarang memperlihatkan karakter dalam perbuatan atau tindakannya, sehingga kita dapat memahami karakter tersebut melalui apa yang ia pikirkan, katakana dan lakukan. Pengertian karakter menurut Robert Stanton dalam bukunya, An Introduction to Fiction (1965:17) dapat mengacu pada pribadi dalam sebuah cerita atau dengan kata lain karakter atau cerita juga mengacu kepada penggabungan dari kepentingan, emosi dan prinsip-prinsip moral yang membentuk karakter atau dengan kata lain meggambarkan perilaku atau sifat dari cerita (dalam hal ini penulis mengambil referensi sebuah novel). Pendekatan intrinsic digunakan penulis untuk menganalisa novel dalam tokoh karakter dalam hubungannya dengan unsur-unsur lain seperti plot. Melalui fakta dari sebuah cerita, dalam hal ini karakter, plot dan unsur-unsur didalamnya yang menggambarkan keberadaan dari cerita tersebut. The setting of a story is the environment of its events, the immediate world in wich they occur. The plot of a story is its entire sequence of events. We usually limit the term, however, to include only causally linked events, that is, event that directly cause or results from other events and cannot be omitted without breaking the line of action.
6
Setting adalah latar belakang dari sebuah cerita, adalah lingkungan atau dunia dimana sang karakter berada. Plot adalah alur dalam sebuah cerita yang merupakan rangkaian keseluruhan kejadian.
1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Persiapan
a. Membaca seluruh isi dari novel Breaking Dawn. b. Membaca beberapa buku yang berkaitan dengan topic penelitian sebagai data pendukung c. Membaca penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini di perpustakaan.
2.
Pengumpulan data Dalam pengumpulan data, penulis mencari tau terlebih dahulu kebutuhan dari
penelitian ini dan kemudian mengidentifikasi dengan memusatkan penelitian ini pada dialog, aksi dan komentar yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam novel Breaking Dawn, setelah menemukan karakter dari para tokoh kemudian langsung menggolongkannya. 3.
Analisis data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif untuk menganalisis
data melalui pendekatan intrinsic. Pendekatan intrinsic digunakan untuk menganalisa novel (Breaking Dawn) dengan menyoroti karakter dalam kaitannya dengan unsur-unsur lain seperti plot.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN Stanton (1958:17) dalam bukunya An Introduction to Fiction,istilah “karakter” dapat berarti individu dalam cerita atau dengan kata lain “tokoh cerita” atau juga mengacu pada perpaduan kepentingan, minat, emosi dan prinsip moral yang membentuk karakter atau dengan kata lain menggambarkan perilaku atau sifat tokoh cerita. Perwatakan atau karakter dalam karya sastra merupakan gambaran umum mengenai perilaku manusia yang menentukan pikiran, perkataan dan perbuatan yang berasal dari dalam diri manusia tersebut lewat dialog, aksi dan komentar. Ini merupakan salah satu definisi perwatakan Edgar V. Roberts dalam bukunya Writing Themes about Literature. Menurutnya, 7
seorang tokoh adalah satu tiruan yang tepat dari manusia. Batasan ini mempunyai dua arti yaitu mengacu pada sifat dan perilaku tokoh sebagai suatu pola keseluruhan tindakan dan mengacu pada seorang tokoh dalam suatu cerita rekaan atau fiksi (Roberts, 1983:54). Untuk mengungkapkan karakter atau watak para tokoh dalam novel Breaking Dawn, penulis menitikberatkan pada teori pengungkapan watak yang dikemukakan oleh Edgar V. Roberts dalam bukunya Writing Themes about Literature yaitu: 1.
Apa yang dikatakan tokoh tersebut tentang dirinya.
2.
Apa yang dilakukan oleh tokoh tersebut.
3.
Apa yang dikatakan tokoh-tokoh lain tentang tokoh yang dianalisis
4.
Apa yang dikatakan pengarang baik sebagai pencerita maupun pengamat atas setiap tindakan dari tokoh tersebut (Robert, 1983:56-57). Oleh karena itu, penulis memberikan gambaran mengenai watak tokoh-tokoh yang
terlibat dalam novel ini.
2.1 Watak Tokoh-Tokoh Utama dalam novel Breaking Dawn Penulis menganalisis karakter dari tokoh-tokoh utama dibawah ini berdasarkan teori dari Edgar V. Roberts dalam bukunya Writing Themes about Literature yang terdapat empat cara, namun untuk menjelaskan karakter Bella Swan, penulis menggunakan dua macam cara yaitu cara yang kedua dan ketiga yaitu: Apa yang dilakukan oleh tokoh tersebut dan apa yang dikatakan tokoh-tokoh lain tentang tokoh yang dianalisis.
2.1.1 Isabella (Bella) Swan Untuk karakter Bella, penulis menganalisis berdasarkan cara yang kedua dari teori pengungkapan watak dari Edgar V. Roberts yaitu apa yang dilakukan tokoh tersebut. Contohnya: - Tertutup (introvert) Sifat tertutup Bella ini yang menonjol adalah sifatnya yang pemalu, tidak mau menonjol dari siapapun, sekalipun dia saat bertunangan dengan Edward memiliki kebebasan untuk memamerkan kekayaan tunangannya dengan mobil baru “Mercedes guardian” yang tahan terhadap ledakan missile, hadiah pertunanganan dari Edward yang hanya dimiliki oleh 3 orang di dunia yaitu bos mafia pengedar heroin, salah seorang pengusaha minyak di timur tengah dan dirinya sendiri. Hal ini dijelaskan pada:
8
No one is staring at you, I promised myself. No one is staring at you. No one is staring at you. But, because I couldn’t lie convincingly even to myself, I had to check. As I sat waiting for one of the three traffic lights in town to turn green, I peeked to the right—in her minivan, Mrs. Weber had turned her whole torso in my direction. Her eyes bored into mine, and I flinched back, wondering why she didn’t drop her gaze or look ashamed. It was still considered rude to stare at people, wasn’t it? Didn’t that apply to me anymore? Then I remembered that these windows were so darkly tinted that she probably had no idea if it was even me in here, let alone that I’d caught her looking. I tried to take some comfort in the fact that she wasn’t really staring at me, just the car. My car. Sigh. I glanced to the left and groaned. Two pedestrians were frozen on the sidewalk, missing their chance to cross as they stared. Behind them, Mr. Marshall was gawking through the plate-glass window of his little souvenir shop. At least he didn’t have his nose pressed up against the glass. Yet. The light turned green and, in my hurry to escape, I stomped on the gas pedal without thinking—the normal way I would have punched it to get my ancient Chevy truck moving.(Meyer 2008:1) Namun pada saat orang-orang di Forks hendak mencari tahu siapa pemilik dari sedan tersebut, Bella malahan menancap gas dan meninggalkan tempat tersebut.
2.1.2 Edward Cullen Untuk karakter Edward, penulis menganalisis berdasarkan cara yang kedua dari teori pengungkapan watak dari Edgar V. Roberts yaitu apa yang dilakukan tokoh tersebut. Contohnya: - Pengertian Rasa cinta Edward pada Bella membuatnya sempat gelap mata ketika ia mengetahui bahwa Bella mengandung janin yang dikandung Bella pelan-pelan membunuh Bella dari dalam kandungannya. Hal ini dijelaskan pada bagian berikut: He leaned away and looked me in the eye. ―We’re going to get that thing out before it can hurt any part of you. Don’t be scared. I won’t let it hurt you.‖ ―That thing?‖ I gasped. He looked sharply away from me, toward the front door. ―Dammit! I forgot Gustavo was due today. I’ll get rid of him and be right back.‖ He darted out of the room. I clutched the counter for support. My knees were wobbly. Edward had just called my little nudger a thing. He said Carlisle would get it out. ―No,‖ I whispered. (Meyer 2008:72 – 73) 9
Namun sifat pengertian Edward mengalahkan logikanya. Ia tidak bisa membenci apapun yang mencintai Bella. Sifat ini terlihat pada bagian narasi dari sudut pandang Jacob dalam novel ini: Better. Because Edward was hearing the monster and everything was all loveydovey now. Fantastic. ―It’s a bit more than that,‖ he murmured. ―Now that I can make out the child’s thoughts, it’s apparent that he or she has remarkably developed mental facilities. He can understand us, to an extent.‖ My mouth fell open. ―Are you serious?‖ ―Yes. He seems to have a vague sense of what hurts her now. He’s trying to avoid that, as much as possible. He… loves her. Already.‖ I stared at Edward, feeling sort of like my eyes might pop out of their sockets. Underneath that disbelief, I could see right away that this was the critical factor. This was what had changed Edward—that the monster had convinced him of this love. He couldn’t hate what loved Bella. It was probably why he couldn’t hate me, either. There was a big difference, though. I wasn’t killing her.(Meyer 2008:187 – 188) 2.1.3 Jacob Black Untuk karakter Jacob, penulis menganalisis berdasarkan teori pengungkapan watak dari Edgar V. Roberts yaitu cara kedua apa yang dilakukan tokoh tersebut dan cara yang ketiga Apa yang dikatakan tokoh-tokoh lain tentang tokoh yang dianalisis. Contohnya: - Berprasangka Karakter Jacob ini tergambarkan melalui dialog Bella dan Edward pada saat mereka berdansa di hari pernikahan mereka. Jacob tidak hadir dalam pernikahan Bella karena Bella sudah memutuskan untuk menjadi vampire dengan persetujuan Bella. Edward merasa bersalah karena dialah penyebab dari keputusan Bella ini. Namun Bella menenangkan Edward dengan berkata bahwa Jacob orangnya terlalu berprasangka dengan keberadaan Edward yang adalah seorang vampire, yang merupakan musuh bebuyutan dari Jacob turun temurun semenjak nenek moyangnya. Untuk menjelaskan karakter Jacob ini, penulis menggunakan metode pengungkapan watak dari Edgar V. Roberts yaitu Apa yang dikatakan tokoh-tokoh lain tentang tokoh yang dianalisis. Hal ini dijelaskan dalam dialog berikut: I’d been so glad to see Jacob here. I knew the sacrifice it had taken him. And then I’d ruined it, turned his gift into a disaster. I should be quarantined. But my idiocy would not ruin anything else tonight. I would put this away, shove it in a drawer and lock it up to deal with later. There would be plenty of time to flagellate myself for this, and nothing I could do now would help. ―It’s over,‖ I said. ―Let’s not think of it again tonight.‖ I expected a quick agreement from Edward, but he was silent. ―Edward?‖ 10
He closed his eyes and touched his forehead to mine. ―Jacob is right,‖ he whispered. ―What am I thinking?‖ ―He is not.‖ I tried to keep my face smooth for the watching crowd of friends. ―Jacob is way too prejudiced to see anything clearly.‖ He mumbled something low that sounded almost like ―should let him kill me for even thinking . . .‖ ―Stop it,‖ I said fiercely. I grabbed his face in my hands and waited until he opened his eyes. ―You and me. That’s the only thing that matters. The only thing you’re allowed to think about now. Do you hear me?‖ ―Yes,‖ he sighed. ―Forget Jacob came.‖ I could do that. I would do that. ―For me. Promise that you’ll let this go.‖ (Meyer 2008:38)
2.2 Watak tokoh-tokoh pendukung Breaking Dawn 2.2.1 Alice Cullen Untuk karakter Alice, penulis menganalisis berdasarkan teori pengungkapan watak dari Edgar V. Roberts yaitu cara kedua apa yang dilakukan tokoh tersebut, dan cara ketiga Apa yang dikatakan tokoh-tokoh lain tentang tokoh yang dianalisis. Contohnya: 1.
Pemberani
Pada saat Alice memutuskan untuk meninggalkan keluarga Cullen pada saat mereka sangat membutuhkannya, Sam Uley menganggap tindakan Alice adalah tindakan pengecut yang meninggalkan keluarganya disaat-saat genting. Namun, Edward tidak berpendapat demikian, karena Edward sangat mengenal siapa Alice sebenarnya. Edward tahu bahwa Alice adalah seorang yang pemberani, karenanya ia berpendapat kepergian Alice dikarenakan pengetahuannya yang lebih dalam mengenai masa depan sehingga ia menganggap bahwa kepergian Alice adalah tindakan pencegahan atas hal yang lebih buruk yang kemungkinan terjadi. Untuk menjelaskan karakter Jacob ini, penulis menggunakan metode pengungkapan watak dari Edgar V. Roberts yaitu Apa yang dikatakan tokoh-tokoh lain tentang tokoh yang dianalisis. Hal ini dijelaskan pada dialog berikut: ―Alice has decided to leave us,‖ Carlisle whispered. ―What?‖ Rosalie cried. Carlisle turned the page around so that we all could read. Don’t look for us. There isn’t time to waste. Remember: Tanya, Siobhan, Amun, Alistair, all the nomads you can find. We’ll seek out Peter and Charlotte on our way. We’re so sorry that we have to leave you this way, with no goodbyes or explanations. It’s the only way for us. We love you. We stood frozen again, the silence total but for the sound of the wolves’ heartbeats, their breathing. Their thoughts must have been loud, too. Edward was first to move again, speaking in response to what he heard in Sam’s head. 11
―Yes, things are that dangerous.‖ ―Enough that you would abandon your family?‖ Sam asked out loud, censure in his tone. It was clear that he had not read the note before giving it to Carlisle. He was upset now, looking as if he regretted listening to Alice. Edward’s expression was stiff—to Sam it probably looked angry or arrogant, but I could see the shape of pain in the hard planes of his face. ―We don’t know what she saw,‖ Edward said. ―Alice is neither unfeeling nor a coward. She just has more information than we do.‖ (Meyer 2008:307)
2.2.2 Aro Untuk karakter Aro, penulis menganalisis berdasarkan cara yang kedua dari teori pengungkapan watak dari Edgar V. Roberts yaitu apa yang dilakukan tokoh tersebut. Contohnya: 1.
Dominan
Keinginannya untuk menguasai vampire-vampire yang paling berbakat diseluruh dunia terlihat ketika ia sangat berhasrat untuk memiliki Alice yang bisa meramalkan masa depan dengan tepat, sehingga ia mencari-cari alasan yang masuk akal untuk mendakwa keluarga Cullen dan membenarkan penyerangannya. Namun ia kecewa ketika ia sampai di lapangan tempat pengadilan direncanakan akan dilakukan, ia tidak melihat Alice, sehingga sangat jelas tujuan utamanya untuk datang mendakwa keluarga Cullen yaitu ia sangat ingin memiliki Alice sebagai budaknya. Karakter dominan Aro ini terlihat pada bagian berikut:
Aro’s and Caius’s clouded red eyes flickered across our line. I read disappointment in Aro’s face as his gaze roved over our faces again and again, looking for one that was missing. Chagrin tightened his lips. In that moment, I was nothing but grateful that Alice had run. (Meyer 2008:377)
2.2.3 Dr. Carlisle Cullen Untuk karakter Carlisle, penulis menganalisis berdasarkan cara yang kedua dari teori pengungkapan watak dari Edgar V. Roberts yaitu apa yang dilakukan tokoh tersebut. Contohnya: 1.
Baik hati
Banyak hal yang bisa dijelaskan mengenai kebaikan hati Carlisle, salah satunya karena ia tidak pernah membunuh manusia. Namun karena hal itu hanya dijelaskan lebih detail pada seri sebelumnya, maka penulis hanya mengambil contoh dari novel Breaking Dawn saja.
12
Salah satu contoh: Ketika Alice memutuskan untuk meninggalkan keluarga Cullen, Sam Uley (pemimpin – alfa – werewolf) merespon dengan sinis dan menjelaskan bahwa mereka tidak akan pernah meninggalkan kelompoknya apapun yang terjadi. Namun Carlisle, dengan mengenyampingkan permusuhan antara vampire dan werewolf berkata kepada Sam bahwa jangan sampai keluargamu dibantai hanya karena kesombongan. Sikap ini membuat Sam terharu. Hal ini tergambarkan pada bagian berikut:
―We don’t know what she saw,‖ Edward said. ―Alice is neither unfeeling nor a coward. She just has more information than we do.‖ ―We would not—,‖ Sam began. ―You are bound differently than we are,‖ Edward snapped. ―We each still have our free will.‖ Sam’s chin jerked up, and his eyes looked suddenly flat black. ―But you should heed the warning,‖ Edward went on. ―This is not something you want to involve yourselves in. You can still avoid what Alice saw.‖ Sam smiled grimly. ―We don’t run away.‖ Behind him, Paul snorted. ―Don’t get your family slaughtered for pride,‖ Carlisle interjected quietly. Sam looked at Carlisle with a softer expression.(Meyer 2008:307 – 308)
13
III. ANALISIS KARAKTER MENGGUNAKAN METODE DIRECT DAN INDIRECT PRESENTATION Bertitik tolak pada analisis karakter sebelumnya, penulis dapat menemukan jenis-jenis karakter dalam novel Breaking Dawn. Dalam bab ini penulis menganalisis karakter berdasarkan metode karakteristik dengan berkonsentrasi pada teori yang dikemukakan oleh Laurence Perrine dalam bukunya Story and Structure (1959) bahwa penulis bisa menyajikan kepada pembaca tentang karakter dari seorang tokoh dalam cerita dengan menggunakan metode direct presentation dan indirect presentation. In direct presentation he tells us straight out, by exposition or analysis, what a character is like, or has someone else in the story tell us what he is like. In indirect presentation, the author show us the character in action; we infer what he is like from what he thinks or says or does. (Perrine 1959:84). Metode secara langsung pengarang memberitahukan dengan menjelaskan atau menganalisis karakter tersebut seperti apa, atau tokoh lain dalam cerita tersebut yang memberitahukan kepada kita seperti apa tokoh tersebut. Metode secara tidak langsung pengarang memperlihatkan karakter dalam perbuatan atau tindakannya, sehingga kita dapat memahami karakter tersebut melalui apa yang ia pikirkan, katakan dan lakukan. Kehadiran tokoh dalam suatu cerita sangatlah penting. Hal itu dikarenakan tidak mungkinnya suatu cerita tercipta tanpa adanya tokoh – tokoh yang bergerak kemudian membentuk suatu alur cerita. Dalam novel Breaking Dawn karya Stephenie Meyer, banyak ditemukan tokoh – tokoh tersebut, baik itu tokoh utama maupun tokoh-tokoh pendukung. Berikut ini adalah contoh - contohnya:
3.1 Isabella (Bella) Swan - Tegar Ketika Jacob berusaha menjelaskan kepada Bella bahwa tindakannya untuk mempertahankan bayi dalam kandungannya yang menggerogoti hidupnya dari dalam, dengan mengatakan bahwa tubuhnya tidak mampu untuk menanggung beban ini, Bella dengan tegarnya mengatakan bahwa ia mampu. Karakter Bella ini tergolong dalam metode karakterisasi secara tidak langsung, terbukti dari apa yang dikatakan Bella melalui dialognya dengan Jacob berikut ini:
14
―You’re dying for nothing, Bella! Nothing!‖ Her hand dropped from my face to her bloated stomach, caressed it. She didn’t have to say the words for me to know what she was thinking. She was dying for it. ―I’m not going to die,‖ she said through her teeth, and I could tell she was repeating things she’d said before. ―I will keep my heart beating. I’m strong enough for that.‖ (Meyer 2008:100)
3.2 Edward Cullen - Perhatian Pada bagian dalam novel Breaking Dawn ini memperlihatkan seberapa besarnya perhatian Edward terhadap Bella yang dianggapnya secara tidak langsung rentan dengan kecelakaan, sehingga ia membelikan mobil yang sekuat tank baginya. Karakter Edward ini tergolong dalam metode karakterisasi secara langsung terbukti dengan apa yang dikatakan tokoh lain (Bella) dalam cerita tersebut mengenainya berikut ini: The ―before‖ car and the ―after‖ car, he’d explained when I’d flipped out. This was just the ―before‖ car. He’d told me it was a loaner and promised that he was returning it after the wedding. It all had made absolutely no sense to me. Until now. Ha ha. Because I was so fragilely human, so accident-prone, so much a victim to my own dangerous bad luck, apparently I needed a tankresistant car to keep me safe. Hilarious. I was sure he and his brothers had enjoyed the joke quite a bit behind my back. Or maybe, just maybe, a small voice whispered in my head, it’s not a joke, silly. Maybe he’s really that worried about you. This wouldn’t be the first time he’s gone a little overboard trying to protect you. I sighed. (Meyer 2008:4)
3.3 Jacob Black - Temperamental Pada saat Bella mengisyaratkan pada Jacob bahwa ia dan Edward akan melakukan “malam pertama” ketika Bella masih manusia, Jacob marah luar biasa karena dia tahu bahwa kalau Bella melakukannya maka Bella akan mati. Dalam kemarahan ini Jacob hampir melukai Bella. Karakter Jacob ini tergolong dalam metode karakterisasi secara tidak langsung, terbukti dari apa yang dilakukan Jacob dalam dialog berikut ini: ―I’m not putting anything off,‖ I snapped. ―And yes I can have a real honeymoon! I can do anything I want! Butt out!‖ He stopped our slow circling abruptly. For a moment, I wondered if he’d finally noticed the music change, and I scrambled in my head for a way to patch up our little tiff before he said goodbye to me. We shouldn’t part on this note. And then his eyes bulged wide with a strange kind of confused horror. 15
―What?‖ he gasped. ―What did you say?‖ ―About what… ? Jake? What’s wrong?‖ ―What do you mean? Have a real honeymoon? While you’re still human? Are you kidding? That’s a sick joke, Bella!‖ I glared at him. ―I said butt out, Jake. This is so not your business. I shouldn’t have… we shouldn’t even be talking about this. It’s private—‖ His enormous hands gripped the tops of my arms, wrapping all the way around, fingers overlapping. ―Ow, Jake! Let go!‖ He shook me. ―Bella! Have you lost your mind? You can’t be that stupid! Tell me you’re joking!‖ He shook me again. His hands, tight as tourniquets, were quivering, sending vibrations deep into my bones. ―Jake—stop!‖ The darkness was suddenly very crowded. ―Take your hands off her!‖ Edward’s voice was cold as ice, sharp as razors. Behind Jacob, there was a low snarl from the black night, and then another, overlapping the first. ―Jake, bro, back away,‖ I heard Seth Clearwater urge. ―You’re losing it.‖ Jacob seemed frozen as he was, his horrified eyes wide and staring. ―You’ll hurt her,‖ Seth whispered. ―Let her go.‖ ―Now!‖ Edward snarled. Jacob’s hands dropped to his sides, and the sudden gush of blood through my waiting veins was almost painful. Before I could register more than that, cold hands replaced the hot ones, and the air was suddenly whooshing past me. (Meyer 2008:36)
3.4 Charlie Swan - Peduli Ketika Jacob lari dari rumahnya, ayahnya tidak berusaha mencarinya karena mengetahui bahwa tidak ada hal apapun yang bisa melukai manusia serigala seperti Jacob. Namun Charlie yang adalah kepala polisi yang juga tidak mengetahui hal itu justru memulai pencarian dengan menempelkan poster Jacob dimana – mana. Sikap Charlie yang peduli ini tergolong dalam metode karakterisasi secara langsung terbukti dengan apa yang dikatakan tokoh lain dalam cerita tersebut mengenainya berikut ini: The HAVE YOU SEEN THIS BOY? posters were not Jacob’s father’s idea. It had been my father, Charlie, who’d printed up the flyers and spread them all over town. And not just Forks, but Port Angeles and Sequim and Hoquiam and Aberdeen and every other town in the Olympic Peninsula. He’d made sure that all the police stations in the state of Washington had the same flyer hanging on the wall, too. His own station had a whole corkboard dedicated to finding Jacob. A corkboard that was mostly empty, much to his disappointment and frustration. 16
My dad was disappointed with more than the lack of response. He was most disappointed with Billy, Jacob’s father—and Charlie’s closest friend. For Billy’s not being more involved with the search for his sixteen-year-old ―runaway‖. (Meyer 2008:4 – 5)) 3.5 Jasper Hale - Berpengalaman Pada bab 11, saat Jacob bergabung dengan kelompok Sam untuk mendiskusikan kekuatan tempur keluarga Cullen, Jacob (sebagai narrator) sempat menyinggung karakter dari Jasper ini, karena Jacob dan kelompok Sam pernah berkoalisi untuk menghadapi serangan dari Victoria dan kelompoknya yang terdiri dari vampire-vampire baru. Karakter Jasper yang berpengalaman ini tergolong dalam metode karakterisasi secara langsung, terlihat dari apa yang dikatakan karakter lain (Jacob) mengenainya berikut ini: We remembered together the nights we’d watched the Cullens practicing for the fight with the newborns. Emmett Cullen was strongest, but Jasper would be the bigger problem. He moved like a lightning strike—power and speed and death rolled into one. How many centuries’ experience did he have? Enough that all the other Cullens looked to him for guidance. (Meyer 2008: 109) Pengalaman Jasper sebagai seorang bekas perwira dimasa perang saudara Amerika dan pelatih tempur bagi para vampire baru ketika ia baru menjadi vampire, membuatnya dianggap sebagai penasehat utama bagi keluarga Cullen dimasa-masa sukar. Akan sangat kentara jika kita membaca novel ini dengan seksama dimana Jasper selalu saja ada dimana ada Emmett (anggota keluarga Cullen yang terkuat secara fisik) ketika keluarga Cullen berada dalam keadaan genting, karena mereka adalah kombinasi kekuatan yang sempurna ketika konflik terjadi.
17
3.6 Garret 1.
Petualang
Garret adalah salah satu sahabat Carlisle yang gemar bertualang. Carlisle memanggilnya ke Forks untuk bersaksi bagi Renesmee. Karakter Garret ini tergolong dalam metode karakterisasi secara langsung, terbukti dari apa yang diceritakan Bella mengenainya berikut ini: Garrett came first—a tall, rangy vampire with eager ruby eyes and long sandy hair he kept tied back with a leather thong—and it was apparent immediately that he was an adventurer. I imagined that we could have presented him with any challenge and he would have accepted, just to test himself. . (Meyer 2008: 336)
18
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini, penulis mengambil kesimpulan: 1.
Dari analisis terhadap watak para tokoh dalam novel Breaking Dawn, penelitian ini mengacu pada perwatakan Edgar V. Roberts (1983) dalam bukunya Writing Themes about Literature dengan memperhatikan dialog, aksi dan komentar para tokoh, dapat ditemukan beberapa sifat atau watak yang mencerminkan diri dari tokoh-tokoh yang terdapat didalamnya. Watak-watak tersebut adalah: tertutup, rela berkorban, pengendalian diri, pengertian, tenang, cerdik, berprasangka, berpendirian teguh, bijak, perfeksionis, pemberani, ceria, dominan, licik, penakut, baik hati, bijaksana, tegar, rapuh, sahabat yang baik, perhatian, tidak egois, sensual, temperamental, rendah hati, berpendirian, tertutup, peduli, berpengalaman, waspada, mengerikan, petualang, patriot dan pintar mengajar.
2.
Setelah penulis menemukan watak-watak para tokoh dalam novel Breaking Dawn, penulis melakukan analisis dengan metode karakterisasi dalam novel ini dengan mengacu pada teori dari Laurence Perrine (1959) dalam bukunya Story and Structure yaitu direct presentation dan indirect presentation. Dalam novel Beraking Dawn, penulis mengangkat enam tokoh yang dianalisis dengan kedua teori direct dan indirect presentation, yaitu: Bella Swan, Edward Cullen, Jacob Black, Charlie Swan, Jasper Hale dan Garret. Ini dikarenakan keenam tokoh tersebut sesuai dengan kedua metode karakterisasi dari Laurence Perrine, direct dan indirect presentation.
4.2 Saran Berdasarkan pembahasan mengenai analisis karakter dalam novel Breaking Dawn, penulis dapat memberikan saran kepada pembaca bahwa novel merupakan medium pendekatan yang memberikan gambaran tentang perilaku manusia dan kehidupannya. Karena karakter adalah unsur penting dalam suatu karya sastra, terutama dalam novel. Karakter dalam sebuah karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan dan perasaannya tentang sesuatu hal yang terjadi di dunia ini dan karakter mempunyai kekuatan untuk mendominasi keseluruhan cerita dalam sebuah karya sastra.
19
Melalui skripsi ini, penulis berharap agar mahasiswa lain tertarik membahas karyakarya Stephenie Meyer dalam novel ini atau karyanya yang lain. Diharapkan apa yang telah dibahas oleh penulis dalam skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada pembaca dan dapat dimanfaatkan secara baik oleh mahasiswa Jurusan Sastra Inggris yang tertarik pada bidang sastra dalam penyusunan skripsi mereka nantinya.
20
DAFTAR PUSTAKA Baktes, Sitti 2002. “Analisis Karakter Jim Casy dalam Novel The Grapes of Wrath Karya John Steinbeck” Skripsi Faculty of Letters, Universitas Samratulangi. Burhan Nurgianto. 1995. ―Teori Pengkajian Fiksi.‖ Yogyakarta: UGM Lembe, B. Paula 1997. “Analisis Karakter dalam Novel Sister Carie karya Teodore Draiser”. Skripsi Fakultas Sastra, Universitas Samratulangi. Meyer Stephenie 2008, ―Breaking Dawn‖ USA: Hachette Book Group, Inc. Muhamad, Taufan, 2005. “Analisis Karakter dalam Novel Twelfth Night karya William Shakespeare”. Skripsi Fakultas Sastra, Universitas Samratulangi. Perrine, Laurence, 1956. ―Story and Structure‖ USA. Harcourt, Brace and World, Inc., Roberts Edgar 1983. “Writing Themes about Literature” New Jersey: Prentice Hall, Inc, Stanton, Roberts. 1965. ”An Introduction to Fiction‖. USA: Holt, Rinehart and wiston,Inc., http://en.wikipedia.org/wiki/breakingdawn http://www.shmoop.com/home/bestsellers/breakingdawn/characters
21