Analisis Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Ekologis Konsumen (Studi Empiris Perilaku Konsumen Berwawasan Lingkungan) Fathor A.S.1 Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis faktor apa saja yang membentuk perilaku ekologis konsumen, serta menguji dan menganalisis pengaruh bauran pemasaran, karakteristik individu, pengetahuan, nilai individu, emosi/afek ekologikal dan gaya hidup terhadap perilaku ekologis konsumen. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisa tujuan tersebut adalah pendekatan kausalitas dengan regresi linear berganda, adapun hasil dari analysis tersebut adalah variabel produk, harga, distribusi, promosi, karakteristik individu, pengetahuan, nilai individu, emosi/afek dan gaya hidup secara bersama-sama memberikan efek sebesar 61,8% (Adjusted R Square) terhadap variabel perilaku ekologis konsumen dengan signifikansi F sebesar 0.000. Dengan demikian hipotesis pertama diterima. Signifikansi variabel Produk sebesar 0,04, dengan demikian hipotesis kedua diterima. Signifikansi variabel harga sebesar 0,32, dengan demikian hipotesis ketiga ditolak. Signifikansi variabel distribusi sebesar 0,81, dengan demikian hipotesis keempat ditolak. Signifikansi variabel promosi sebesar 0,01, dengan demikian hipotesis kelima diterima. Signifikansi variabel karakteristik individu sebesar 0,76, dengan demikian hipotesis keenam ditolak. Signifikansi variabel pengetahuan sebesar 0,28, dengan demikian hipotesis ketujuh ditolak. Signifikansi variabel nilai individu sebesar 0,03, dengan demikian hipotesis kedelapan diterima. Signifikansi variabel emosi/afek sebesar 0,05, dengan demikian hipotesis kesembilan diterima. Signifikansi variabel gaya hidup sebesar 0,00, dengan demikian hipotesis kesepuluh diterima. Kesimpulan menunjukkan bahwa faktor bauran pemasaran, karakteristik individu, pengetahuan, nilai individu, emosi/Afek Ekologikal dan gaya hidup mampu membentuk perilaku ekologis konsumen Kata Kunci: Green Marketing, Premium Price, Produk Hijau, Perilaku Ekologis. Abstract The purpose of this study are to examine what factors that shape the ecological behavior of consumers, and analyze the correlation between the marketing mix, individual characteristics, knowledge, values, emotional/ affective ecological and consumer behavior. The method this research is causal approach and multiple linear regression. The result showed that there is correlation between marketing mix, individual characteristics, knowledge, values, emotional and consumer behaviour. Keywords: Green Marketing, Premiun Price, Green Product, Consumer Behaviour
Strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan semakin berkembang, hal tersebut disebabkan karena konsumen semakin tidak dapat diprediksi perilakunya. Berbagai perusahaan banyak yang sudah merubah strategi pemasarannya, seperti halnya perusahaan Johnson & Johnson dalam strategi pemasarannya menggaet konsumen melalui strategi hijau dengan mengubah teknik pengemasan sehingga dapat menggunakan kertas yang lebih tipis tapi lebih kuat, 1
serta desain kemasannya telah mengurangi bobot kemasan sebesar 2.750 ton, menghemat lebih 1.600 ton kertas senilai US $ 2,8 juta. Penghematan penggunaan kertas di atas berarti telah menyelamatkan 330 hektar hutan untuk diolah menjadi pulp sebagai bahan baku kertas. McDonald mengubah bahan kemasannya yang berasal dari polysterene dengan kertas berlapis plastik yang diklaim lebih aman. Ternyata di kemudian hari terbukti kemasan baru tersebut jauh lebih berbahaya
Korespondensi: Fathor AS,FE, Universitas Trunojoyo, Jalan Raya Telang Po BOX 2 Kamal, Madura, 69162. Telp: 031 3013483/0313011506.. Email:
[email protected]
138
Pamator, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2011
dari polysterene. Beberapa perusahaan sekarang telah mengganti HFC dengan DME (dimethyl ether). Namun keraguan terhadap DME juga masih ada. Coca Cola telah mencoba mencari alternatif kemasan yang environmentally friendly atau Walt Disney World yang mencoba merancang program pengolahan sampah di arena-arena bermainnya tidak menggunakan hal yang telah mereka lakukan sebagai marketing tool. Philips Light Bulb Company berhasil menggunakan klaim ramah lingkungan karena karakter dan komposisi produknya sendiri dengan Light Compact Fluorescent Lightbulb yang membutuhkan 40 watt listrik lebih rendah dibandingkan bolam pijar konvensional. Pertamina juga telah menggunakan promosi ramah lingkungan pada salah satu produknya, perusahaan kosmetik Body Shop dan perusahaan pakaian olah raga Patagonia sejak pertama kali didirikan sudah menggunakan produk yang ramah lingkungan (Henriques & Sadorsky, 1999 dalam Haryadi 2009). Akan tetapi semua itu oleh konsumen masih dianggap sebagai klaim sepihak saja dari perusahaan tanpa ada pembuktian ilmiah yang kuat. Ketika beberapa perusahaan menggunakan green marketing sebagai poros strategi pemasarannya yang sukses, maka mulai saat itu green marketing mulai menjadi fokus utama bisnis bagi berbagai perusahaan. Tetapi banyak pula perusahaan yang hanya memandang green marketing hanya sebagai strategi pemasaran minor, bahkan hanya menjadi strategi niche pada pasar. Tapi walaupun demikian, green marketing dianggap gagal oleh beberapa peneliti dalam memberikan kontribusi lebih lanjut pada isu lingkungan dan pengintegrasian potensi keunggulan bersaingdengankepedulianlingkungansebagaistrategi bisnis (Vlosky et. al, 1999 dalam Byrne, 2002). Jika isu lingkungan (polusi, perlindungan terhadap spesies, dan produk yang dapat di daur ulang) memiliki arti penting bagi konsumen dalam memilih produk, dan jika suatu perusahaan di dalam pasar menjadi satusatunya yang memberi tawaran dengan suatu bauran pemasaranlingkungan diantara parapesaingnya, maka perusahaan akan memiliki sisi strategic competitive advantage yang tinggi (Straughan & Roberts, 1998). Di Indonesia sendiri pemilihan terhadap produk ramah lingkungan adalah sesuatu yang sulit, artinya para konsumen masih bingung untuk memilih. Prinsip dasar ramah lingkungan lahir dari ide-ide untuk menggunakan kembali, mengisi ulang dan mendaur ulang apa yang mereka bisa pakai kembali, besarnya peranan bisnis sebagai penentu arah perubahan
tercermin dengan munculnya pendekatan “tripe bottom lines” yang mengarahkan bisnis untuk mengukur keberhasilan dari tiga pilar pendukungnya yaitu profit, people dan planet. Dengan demikian profit bukan satu-satunya sumber energi bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Tanpa memperhitungkan people (aspek sosial) dan planet (aspek lingkungan), sebuah perusahaan tidak akan pernah dapat melanjutkan hidupnya. Namun harus diakui, pendekatan ini masih harus menempuh perjalanan panjang untuk dapat menjadi etika berbisnis di setiap perusahaan. Pada konteks green marketing ini, bagaimanakah sesungguhnya penilaian konsumen akan produkproduk yang memperhatikan aspek lingkungan dan faktor apa saja yang menjadi pembentuk atau berpengaruh terhadap perilaku ekologis konsumen. Akan dikaji dan dianalisis secara empiris hubungan antara elemen yang memengaruhi perilaku ekologis konsumen pada produk-produk yang environmentallymarketed, yaitu produk kosmetik dengan merk yang banyak digunakan wanita seperti Citra dan Dove. Selanjutnya, banyak variabel selain bauran pemasaran yang mendorong perilaku ekologis konsumen. Variabel-variabel tersebut dapat dikelompokkan menjadi nilai individu, kepercayaan atau pengetahuan, kebutuhan dan motivasi, perilaku dan karakteristik individu, gaya hidup, emosi/afek ekologikal dan komitmen. H1: Faktor bauran pemasaran, karakteristik individu, pengetahuan, nilai individu, emosi/afek ekologikal dan gaya hidup mampu membentuk perilaku ekologis konsumen? Apa yang membuat suatu produk yang ramah lingkungan menjadi suatu perdebatan serius antara environmentalis, pejabat pemerintah, perusahaan manufaktur dan konsumen. Apakah hanya bahan atau produk telah cukup dianggap menjadi suatu yang ramah lingkungan, ataukah kemasannya yang harus aman. Pemberian label pada produk mempunyai tujuan dalam menyampaikan informasi kepada konsumen atas atribut produk (Kotler 2002). Dalam suatu penelitian di Amerika, Inggris, Australia dan Afrika Selatan, bahwa konsumen mengartikan informasi produk ramah lingkungan pada label kemasan berbeda dengan apa yang dimaksud oleh pemasar, sebagai contoh dalam suatu kasus bahwa konsumen mengartikan produk tersebut telah berlabel ramah lingkungan, konsumen lain merasa ragu karena produk yang mempromosikan ramah lingkungan tersebut tidak secara detail
Fathor. A.S., Analisis Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Ekologis Konsumen
menginformasikan kriteria kualitas ramah lingkungan (Polonsky et al., 2002 dalam Queensland Goverment (2002). Penelitian lain mengidentifikasikan bahwa pengaruh atas pemberian informasi ramah lingkungan terhadap produk sangat bervariasi (Queensland Goverment (2002). H2: Produk hijau berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen? Harga adalah elemen penting dalam marketing mix. Kebanyakan para pelanggan bersedia membayar dengan harga premium jika ada persepsi tambahan terhadap nilai produk. Peningkatan nilai ini dapat disebabkan oleh kinerja, fungsi, desain, bentuk yang menarik atau kecocokan selera. Keunggulan dari sisi lingkungan hanya merupakan bonus tambahan, tetapi sering kali menjadi faktor yang menentukan antara nilai produk dan kualitas. Produk yang ramah lingkungan sering kali lebih murah jika biaya product life cycle diperhatikan (Queensland Goverment, 2002). Model konseptual yang dikemukakan oleh Ottman (1992), Voss (1991), Reitman (1992) dalam Queensland Goverment (2002) mengenai keinginan konsumen untuk membayar dengan harga premium atas produk yang ramah lingkungan, berseberangan dengan penelitian oleh Capelins dan Strahan (1996 dalam Queensland Goverment (2002) yang menerangkan bahwa keinginan konsumen untuk membayar dengan harga premium atas produk ramah lingkungan hanya berkisar 5% sampai dengan 10% dari harga untuk produk konvensional. (Capelins dan Strahan. 1996). H3: Harga premium berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen? Pilihan di mana dan kapan untuk membuat produk selalu tersedia dapat memberikan pengaruh signifikan pada pelanggan. Sangat sedikit pelanggan yang benar-benar hanya ingin membeli produk karena keramah lingkungannya saja. Penjual yang ingin mencapai kesuksesan dalam penjualan produk yang ramah lingkungan seharusnya memposisikan produknya secara luas di pasar sehingga dapat lebih dikenali (Queensland Goverment, 2002). Beberapa tipe distribusi cocok dengan sejumlah tipe produk. Pelanggan akan lebih puas, jika produk tersedia di banyak toko, karena mereka akan menawarkan di mana saja dan kapan saja mereka mau (Ferris, Oliver, & de Kluyver, 1989 dan Smith, 1992 dalam Yoo, Donthu, & Lee, 2000). Distribusi intensif menekan lamanya waktu pelanggan untuk mencari toko dan berkeliling dari
139
toko ke toko, menyediakan tempat yang nyaman untuk melakukan pembelian, dan mempermudah untuk mendapat pelayanan yang berhubungan dengan produk. Semakin meningkatnya intensitas distribusi, pelanggan mempunyai waktu dan tempat untuk mengetahui nilai suatu produk. Meningkatnya nilai produk, paling banyak disumbang oleh dari penurunan pengorbanan yang pelanggan lakukan untuk memperoleh produk. Peningkatan nilai seperti ini akan meningkatkan kemungkinan pelanggan untuk melakukan pilihan, kepuasan pelanggan, penghargaan kualitas, brand loyalty, dan peningkatan brand equity. Lain halnya menurut penelitian Velasguez (2002) dalam Anja Schaefer, di mana dalam pendistribusian, transportasi produk yang ramah lingkungan dengan mempunyai jarak yang jauh dikritisi hanyalah membuang sumber daya yang ada. (Velasquest. 2002). H4: Distribusi/tempat produk hijau berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen? Mempromosikan suatu produk dan jasa untuk memperoleh pasar dapat dilakukan dengan iklan, public relations, promosi penjualan direct marketing dan on-site promotions. Penjual produk hijau yang cerdas akan dapat menekankan kredibilitas produk yang ramah lingkungan dengan menggunakan sustainable marketing juga alat dan praktik komunikasi (Queensland Goverment, 2002). Para pengecer banyak juga yang mulai menyadari perlunya komitmen pada lingkungan dengan melakukan promosi penggunaan kantong ramah lingkungan sebagai pengganti kantong plastik.Istilah-istilahsepertiphosphatefree,recyclable, refillable, ozon friendly, dan ramah lingkungan adalah sesuatu yang paling sering disosialisasikan sebagai green marketing. Kunci sukses dari green marketing adalah kredibilitas. Dengan tidak terlalu membesarbesarkan keunggulan lingkungan pada produk atau membentuk harapan yang tidak realistis pada pelanggan, maka komunikasi tentang keunggulan lingkungan cukup dilakukan melalui tokoh-tokoh yang dapat dipercaya. H5: Promosi produk hijau berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen? Faktor Karakteristik Individu yang digunakan adalah Pendidikan, sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan pada pendidikan, profil karakteristik individuterbuktiberkorelasidenganperilakukonsumen ”hijau” (Arbuthnot, 1997; Schwartz & Miller, 1991; Newell & Green, 1997 dalam Bui, 2005). Sedangkan
140
Pamator, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2011
menurut Sandahl dan Robertson (1989), konsumen ramah lingkungan adalah mereka yang kurang berpendidikan dan mempunyai income yang lebih rendah dibandingkan rata-rata populasi. Pendapatan, konsumen dengan pendapatan medium atau tinggi lebih mungkin bertindak dalam perilaku yang ramah lingkungan disebabkan tingkat pendidikan yang tinggi dan bertambah sensitifnya mereka terhadap masalah lingkungan (Berkowitz dan Lutterman, 1998 dalam Hariyadi 2009). H6: Karakteristik Individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen? Pengetahuan dikenal sebagai karakteristik yang memengaruhi semua fase dalam proses pengambilan keputusan, secara spesifik pengetahuan adalah konstruk yang relevan dan penting yang memengaruhi bagaimana konsumen mengumpulkan dan mengatur informasi (Alba dan Hutchinson, 1987) serta seberapa banyak informasi digunakan untuk pembuatan keputusan (Bruck, 1985) dan bagaimana konsumen mengevaluasi produk dan jasa (Murray dan Schlcater, 1990 dalam Hariyadi 2009). Vinning dan Ebreo (1990) serta Chan (1999) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai isu lingkungan merupakan prediktor penting dari perilaku ramah lingkungan. H7: Pengetahuan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen? Sikap terbentuk berdasarkan nilai-nilai yang diyakini pada suatu situasi yang spesifik dan digunakan oleh konsumen untuk memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan (Homer & Kahle, 1988 dalam Hariyadi 2009). Nilai Individu ini bersifat lebih stabil namun lebih abstrak dibandingkan dengan sikap maupun tindakan seorang konsumen. Sikap merupakan beberapa keyakinan terhadap suatu objek atau tindakan tertentu, di mana nilai menjadi kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi perilaku konsumen (Schwartz, 1992 dalam Hariyadi 2009). Secara teoretis, nilai dapat memengaruhi perilaku seseorang karena nilai adalah kognisi yang paling abstrak, namun nilai akan berpengaruh terhadap perilaku dengan dimediasi oleh sikap. H8: Nilai individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen? Afek konsumen pada lingkungan merupakan tingkat emosi lokalitas seorang individu terhadap
isu-isu lingkungan. Chan dan Lau (2000) mengkonseptualisasikan sejumlah pengetahuan (ecological knowledge), tingkat emosi/afek ekologikalitas (ecological affect) dan tingkat verbal (ecological intention) dan komitmen aktual (ecological behavior) terhadap isu lingkungan. Berbagai konstrak psikologi seperti emosi (afek), pengetahuan, dan sikap kesadaran terhadap lingkungan merupakan faktor determinan penting dalam perilaku konsumen yang bertanggung jawab pada lingkungan (Chan, 2001). Bukti empiris tinjauan literatur menunjukkan adanya konsistensi yang mendukung adanya hubungan positif antara afek ekologikal dan niat pembelian produk yang ramah lingkungan (Chan, 1999; Chan & Lau, 2000). H9: emosi/afek ekologikal terhadap lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen? Gaya hidup menurut Engel, Blackwel dan Miniard (1995 dalam Junaedi, 2005) adalah pola di mana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya. Mowen dan Minor (1998 dalam Junaedi, 2005) gaya hidup sebagai pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia menggunakan waktu danuang. Kotler (2002) menyatakan bahwa gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam psikografiknya, yang mencakup interes dan opininya. The Jakarta Consulting (2006 dalam Attayaya, 2009) gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, citra dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra untuk merefleksikan status sosialnya. Dengan demikian gaya hidup merupakan sebuah kerangka referensi yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu, terutama bagaimana ia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah dibutuhkan simbol-simbol status tertentu yang sangat berperan dalam memengaruhi perilaku konsumsinya. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian De Young (1986 dalam Junaedi, 2005) menyimpulkan bahwa kecermatan gaya hidup moderat berhubungan positif dengan daur ulang kaca dan kertas. Artinya, bahwa gaya hidup seseorang dapat memengaruhi terhadap perilaku ekologis konsumen. H10: Gaya hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen?
Fathor. A.S., Analisis Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Ekologis Konsumen
Metode Penelitian Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive nonprobabilistic sampling yaitu dalam mengambil sampel dasar yang digunakan adalah pertimbangan untuk menyesuaikan diri dengan beberapa kriteria penelitian untuk meningkatkan ketepatan sampel (Sugiyono, 2007). Sedangkan jumlah sampelnya sebesar 10 (Jumlah Variabel Independent + Dependent) x 9 = 90 Responden (Sugiyono, 2007). Data primer dikumpulkan berdasarkan jawaban respondendenganmenggunakankuesioner.Pertanyaanpertanyaan dalam kuesioner disusun berdasarkan kerangka yang telah diadopsi oleh peneliti-peneliti lain dan telah disesuaikan dengan karakteristik penelitian ini. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner akan diuji tingkat validitas dan reliabilitas. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan teknik statistik yaitu Multiple Regresion Analysis yaitu sebuah teknik analisis yang secara simultan membangun suatu hubungan matematis antara dua variabel atau lebih variabel independen dan sebuah variabel dependen yang berskala minimal interval (Sugiyono, 2007). Model multiple regresion adalah sebagai berikut: Y =
b0 + b1 X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + e Di mana: X1 : Produk hijau X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 Y b0 e
: Harga premium : Distribusi/tempat : Promosi : Karakteristik Individu : Pengetahuan : Nilai individu : Emosi/Afek Ekologikal : Gaya hidup : Perilaku ekologis konsumen : Konstanta : error
Pengujian secara simultan (Ftest) Untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan Uji F yang dilakukan untuk mengetahui hubungan secara simultan. Untuk
141
Uji F hitung dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut: R2/K Fhitung = (1-R2)/(n-k-1) Di mana: R2 = koefisien determinasi K = jumlah parameter N = jumlah sampel Adapunkriteriakeputusannyaadalahapabila Fhitung > Ftabel (n-1), maka dikatakan secara bersama-sama variabel independen/bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, demikian sebaliknya. Pengujian secara parsial (t-Test) Uji t berfungsi mengetahui signifikasi antara variabel independen (variabel X) terhadap variabel dependen (variabel Y) secara parsial. Rumus yang digunakan untuk menghitung uji t adalah sebagai berikut: b1 Thitung = Seb1 Di mana: b1 Seb1
= koefisien regresi = standart error
Adapun kaidah pengujiannya adalah apabila thitung > ttabel (n-1), maka dikatakan bahwa secara parsial atau masing-masing variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Dalam pengujian ini, peneliti menggunakan taraf signifikan sebesar 5%. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini mengambil objek pelanggan mini market di Kabupaten Bangkalan Madura sebanyak 90 sampel. Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden berusia antara 20–30 tahun. Berdasarkan status perkawinan bahwa sebagian besar responden sudah menikah. Distribusi berdasarkan jenis pekerjaan tampak bahwa sebagian besar jenis pekerjaanresponden adalah PNS.
142
Pamator, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2011
Tabel 1.
Distribusi Karakteristik Responden
No
Keterangan
1
Usia
2
Status Perkawinan
3
Pekerjaan
Jawaban < 20 tahun 20–30 tahun 31–40 tahun Belum Menikah Menikah Pelajar/Mahasiswa PNS Pedagang/Wiraswasta/Lainnya
Frek 15 64 11
% 16,7 71,1 12,2
26 64
28,9 71,1 22,2 47,8 30
20 43 27
Sumber: Data primer diolah
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden untuk Variabel produk 1
Pernyataan
2
Skor Jawaban Responden 3 4 F % F % 2 50 2,2 55,6 4 4,4 62 68,9 11 12,2 54 60 14 15,6 57 63,3
% 42,2 25,6 27,8 12,2
Total F % 90 100 90 100 90 100 90 100
62,2 67,8 60 75,6 71,1
27 16 19 14 17
30 17,8 21,1 15,6 18,9
90 90 90 90 90
100 100 100 100 100
4,2 4 4 4,1 4,0 4,1
63 50 53
70 55,6 58,9
20 19 24
22,2 21,1 26,7
90 90 90
100 100 100
4,1 4 4 4,1
3,3 14,4 4,4 2,2
65 58 62 60
72,2 64,4 68,9 66,7
20 17 23 26
22,2 18,9 25,6 28,9
90 90 90 90
100 100 100 100
4,1 4 4,2 4,1 4,2
4
4,4
56
62,2
29
32,2
90
100
3,3 1,1
8 2 3
8,9 2,2 3,3
65 70 61
72,2 77,8 67,8
16 15 25
17,8 16,7 27,8
90 90 90
100 100 100
1 2 0 0
1,1 2,2 0 0
5 5 4 10
5,6 5,6 4,4 11,1
59 58 67 64
65,5 64,4 74,4 71,1
25 25 19 16
27,8 27,8 21,1 17,8
90 90 90 90
100 100 100 100
0 0
0 0
10 9
11,1 10
58 58
64,4 64,4
22 23
24,4 25,6
90 90
100 100
4,3 4,2 4,1 4,1 4,2 4,1 4,2 4,2 4,2 4,1 4,2 4,1 4,1
Q1 Q2 Q3 Produk (X1) Q4
% 0 0 0 0
F 0 1 0 8
% 0 1,1 0 8,9
Q5 Q6 Q7 Q8 Harga (X2) Q9
1 0 0 0 0
1,1 0 0 0 0
1 1 0 1 3
1,1 1,1 0 1,1 3,3
5 12 17 7 6
5,6 13,3 18,9 7,8 6,7
56 61 54 68 64
Q10 Q11 Distribusi (X3) Q12
0 0 2
0 0 2,2
3 2 2
3,3 2,2 2,2
4 19 9
4,4 21,1 10
Q13 Q14 Q15 Promosi (X4) Q16
0 0 0 1
0 0 0 1,1
2 2 1 1
2,2 2,2 1,1 1,1
3 13 4 2
0
1
1,1
1,1 0 0
3 1
0 0 0 0 0 0
Q17 0 Karakteristik Individu (X5) Q18 1 Q19 0 Q20 0 Pengetahuan (X6) Q21 0 Q22 0 Q23 0 Q24 0 Nilai Individu (X7) Q25 0 Q26 0
5 F 38 23 25 11
F 0 0 0 0
Mean 4,4 4,2 4,2 4,2 3,8
Fathor. A.S., Analisis Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Ekologis Konsumen
143
Lanjutan Tabel 2.
Pernyataan Emosi/Afek (X8) Q27 Q28 Gaya Hidup (X9) Q29 Q30 Q31 Q32 Q33 Q34 Q35 Q36 Prilaku Ekologis (Y)
1 F 1
2 % 1,1
F 1
% 1,1
Skor Jawaban Responden 3 4 F % F % 9 10 56 62,2
5 F 23
% 25,6
0 0
0 0
3 0
3,3 0
5 6
5,6 6,7
62 59
68,9 65,6
20 25
22,2 27,8
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 4 0 1
0 1,1 0 0 4,4 0 1,1
3 5 4 6 34 1 7
3,3 5,5 4,4 6,7 37,8 1,1 7,8
56 62 65 63 40 63 62
62,2 68,9 72,2 70 44,4 70 68,9
31 22 21 21 12 26 20
34,4 24,4 23,2 23,3 13,3 28,9 22,2
F
Total %
90 90
100 100
90 90 90 90 90 90 90 90
100 100 100 100 100 100 100 100
Mean 4,1 4,1 4,1 4,1 4,2 4,3 4,2 4,2 4,2 3,7 4,3 4,1 4,1
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap 9 variabel secara umum nilai mean dari 9 variabel ini berada pada daerah baik. Uji Validitas dan Reliabilitas Tabel 3. Variabel Produk (X1)
Hasil Uji Validitas Item-item Variabel Bebas dan Terikat
Indikator Signifikansi Keterangan Q1 0,000 Valid Q2 0,000 Valid Q3 0,000 Valid Harga Q4 0,000 Valid (X2) Q5 0,000 Valid Q6 0,000 Valid Q7 0,000 Valid Q8 0,000 Valid Distribusi Q9 0,000 Valid (X3) Q10 0,000 Valid Q11 0,000 Valid Promosi Q12 0,000 Valid (X4) Q13 0,000 Valid Q14 0,000 Valid Q15 0,000 Valid Karakteristik Q16 0,000 Valid Individu Q17 0,000 Valid (X5)
Lanjutan Tabel 3. Variabel Indikator Signifikansi Keterangan Pengetahuan Q18 0,000 Valid (X6) Q19 0,000 Valid Q20 0,000 Valid Q21 0,000 Valid Nilai Individu Q22 0,000 Valid (X7) Q23 0,000 Valid Q24 0,000 Valid Q25 0,000 Valid Emosi/Afek (X8) Q26 0,000 Valid Q27 0,000 Valid Gaya Hidup (X9) Q28 0,000 Valid Q29 0,000 Valid Prilaku Ekologis Q30 0,000 Valid (Y) Q31 0,000 Valid Q32 0,000 Valid Q33 0,000 Valid Q34 0,000 Valid Q35 0,000 Valid Q36 0,000 Valid Sumber: Data Olahan SPSS
Berdasarkan Tabel di atas diketahui semua nilai koefisien korelasi adalah positif dan semua nilai peluang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan sebagai alat ukur untuk mendapatkan data adalah valid.
144 Tabel 4.
Pamator, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2011
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Bebas dan Terikat Variabel
Produk (X1) Harga (X2) Distribusi (X3) Promosi (X4) Karakteristik Individu Pengetahuan (X6) Nilai Individu (X7) Emosi/Afek (X8) Gaya Hidup (X9) Perilaku Ekologis (Y)
Koef. Apha 0,694 0,691 0,777 0,615 (X5) 0,721 0,656 0,813 0,752 0,647 0,868
Uji Heteroskedastisitas
Ket. Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber: Data primer diolah
Tabel di atas juga menunjukkan semua nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,60. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan (alat ukur) sudah reliabel.
Didasarkan pada grafik Scatterplot terlihat titiktitik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berati tidak terjadi Heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Sumber: Data Olahan SPSS
Uji Multikolinieritas Tabel 5. Nilai VIF Hasil Uji Multikolinieritas X ke Y Variabel Tolerance VIF Keterangan X1 0,560 1.787 Non Multikolinieritas X2 0,483 2.071 Non Multikolinieritas X3 0,572 1.748 Non Multikolinieritas X4 0,470 2.128 Non Multikolinieritas X5 0,891 1.122 Non Multikolinieritas X6 0,278 3.593 Non Multikolinieritas X7 0,379 2.639 Non Multikolinieritas X8 0,396 2.523 Non Multikolinieritas X9 0,449 2.228 Non Multikolinieritas Sumber: Data Olahan SPSS
Berdasarkan Tabel diketahui bahwa semua nilai VIF lebih kecil dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada variabel bebas tidak terdapat multikolinieritas, yaitu tidak mempunyai korelasi yang erat satu sama lain.
Sumber: Data primer diolah
Hasil analisis tampak bahwa grafik Normal P-P plot of Regression Standardized Residual terlihat titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi layak dipakai. Uji Hipotesis Hasil dari analisis yang telah dilakukan dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Fathor. A.S., Analisis Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Ekologis Konsumen
145
Tabel 6. Hasil analisis regresi linear berganda Unstandardized Sig. Coefficients 5,505 Constanta 0,045 0,425 Produk (X1) -0,140 0,323 Harga (X2) -0,040 0,815 Distribusi (X3) 0,434 0,015 Promosi (X4) -0,061 0,764 Karakteristik Individu (X5) -0,323 0,285 Pengetahuan (X6) 0,416 0,033 Nilai Individu (X7) 0,623 0,056 Emosi/Afek (X8) Gaya Hidup (X9) 1,317 0,000 Variabel Terikat Y : Perilaku Ekologis Konsumen R 0,810 F 16, 985 R Square 0,656 Sig F 0,000 Adjusted R Square 0,618 α 0,05 N 90 Variabel Bebas
Ket. Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Sumber: Data Olahan SPSS
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh model persamaan sebagai berikut: Y =
5,505 + 0,425 X1 - 0,140 X2 - 0,040 X3 + 0,434 X4 - 0,061 X5 - 0,323 X6 + 0,416 X7 + 0,623 X8 + 1,317 X9 + e
Berdasarkan hasil persamaan regresi dapat dijelaskan bahwa variabel bebas yakni variabel produk (X1), harga (X2), distribusi (X3), promosi (X4), karakteristik individu (X5), pengetahuan (X6), nilai individu (X7), emosi/afek (X8) dan gaya hidup (X9) secara bersama-sama memberikan efek sebesar 61,8% (Adjusted R Square) terhadap variabel perilaku ekologis konsumen (Y). Untuk membuktikan hipotesis dapat dilihat dari signifikansinya sebagai berikut: 1) signifikansi uji F sebesar 0.00 menunjukkan bahwa secara serempak variabel bebas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel perilaku ekologis konsumen. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan faktor bauran pemasaran, karakteristik individu, pengetahuan, nilai individu, emosi/afek ekologikal dan gaya hidup mampu membentuk perilaku ekologis konsumen dapat diterima atau terbukti kebenarannya. 2) Signifikansi uji t pada variabel Produk (X1) sebesar 0,04. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa produk (X1) berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) dapat diterima atau terbukti kebenarannya. 3)Signifikansiujitpadavariabelharga(X2)sebesar0,32.
Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa harga (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) ditolak atau tidak terbukti kebenarannya. 4) Signifikansi uji t pada variabel distribusi (X3) sebesar 0,81. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa distribusi (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) ditolak atau tidak terbukti kebenarannya. 5) Signifikansi uji t pada variabel promosi (X4) sebesar 0,01. Dengan demikian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa promosi (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) dapat diterima atau terbukti kebenarannya. 6) Signifikansi uji t pada variabel karakteristik individu (X5) sebesar 0,76. Dengan demikian hipotesis keenam yang menyatakan bahwa karakteristik individu (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) ditolak atau tidak terbukti kebenarannya. 7) Signifikansi uji t pada variabel pengetahuan (X6) sebesar 0,28. Dengan demikian hipotesis ketujuh yang menyatakan bahwa pengetahuan (X6) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) ditolak atau tidak terbukti kebenarannya. 8) Signifikansi uji t pada variabel nilai individu (X7) sebesar 0,03. Dengan demikian hipotesis kedelapan yang menyatakan bahwa nilai individu (X7) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) dapat diterima atau terbukti kebenarannya. 9) Signifikansi uji t pada variabel emosi/ afek (X8) sebesar 0,05. Dengan demikian hipotesis
146
Pamator, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2011
kesembilan yang menyatakan bahwa emosi/afek (X8) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) dapat diterima atau terbukti kebenarannya. 10) Signifikansi uji t pada variabel gaya hidup (X9) sebesar 0,00. Dengan demikian hipotesis kesepuluh yang menyatakan bahwa gaya hidup (X9) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) dapat diterima atau terbukti kebenarannya. Var iabel produk, harga, distribusi, promosi, karakteristik individu, pengetahuan, nilai individu, emosi/afek dan gaya hidup secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel perilaku ekologis konsumen. Secara umum kondisi ini dapat dipahami, mengingat hasil analisis deskriptif distribusi jawaban responden sebelumnya memperlihatkan bahwa ratarata responden memberikan penilaian yang cukup baik terhadap semua indikator variabel penelitian. Hasil penelitian ini sama dengan temuan penelitian Junaedi (2005), Haryadi (2009), Anonim (tanpa tahun) dan Fathor (2011). Produk berpengaruh terhadap perilaku ekologis konsumen. Variabel ini juga mendapatkan penilaian yang baik dari responden, hal ini terlihat dari kontribusi nilai rata-rata indikator yang berada pada daerah baik. Hasil ini juga mampu didukung oleh signifikansi validitas data yang dianalisis, selain itu variabel ini juga memiliki tingkat reliabilitas data yang baik. Hasil penelitian ini sama dengan temuan penelitian Haryadi (2009). Produk yang ramah lingkungan tersebut berhubungan secara positif dengan pilihan konsumen pada produk tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk ramah lingkungan semakin banyak dipilih pelanggan Reitman (1992) dan Voss (1991) dalam Hariyadi (2009). Harga tidak berpengaruh terhadap perilaku ekologis konsumen. Variabel ini juga mendapatkan penilaian yang baik dari para responden, hal ini terlihat dari kontribusi nilai rata-rata indikator yang berada pada daerah baik. Hasil ini juga mampu didukung oleh signifikansi validitas data yang dianalisis, selain itu variabel ini juga memiliki tingkat reliabilitas data yang baik. Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian Haryadi (2009). Rao dan Bergen (1992) dan Vlosky et al. (1999) dalam Haryadi (2009). Distribusi tidak berpengaruh terhadap perilaku ekologis konsumen. Variabel ini juga mendapatkan penilaian yang baik dari para responden, hal ini terlihat dari kontribusi nilai rata-rata indikator yang berada pada daerah baik. Hasil ini juga mampu didukung
oleh signifikansi validitas data yang dianalisis, selain itu variabel ini juga memiliki tingkat reliabilitas data yang baik. Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian Haryadi (2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (tempat) saluran distribusi yang intensif belum tentu memberikan pengaruh atas perilaku konsumen. Sangat sedikit pelanggan yang benar-benar ingin membeli produk hanya karena keramahlingkungannya saja. Penjual yang ingin mencapai kesuksesan dalam penjualan produk yang ramah lingkungan seharusnya memposisikan produknya sebagai produk penting untukkehidupannya sehingga dapat lebih menimbulkan kepekaan sadar lingkungan. Promosi berpengaruh terhadap perilaku ekologis konsumen. Variable ini juga mendapatkan penilaian yang baik dari para responden, hal ini terlihat dari kontribusi nilai rata-rata indikator yang berada pada daerah baik. Hasil ini juga mampu didukung oleh signifikansi validitas data yang dianalisis, selain itu variabel ini juga memiliki tingkat reliabilitas data yang baik. Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian Haryadi (2009). Pemberian informasi ramah lingkungan terhadap produk sangat bervariasi karena informasi seringkali tidak konsisten satu sama lain sehingga tak heran konsumen merasa bingung atau ragu. Tampaknya hal ini membuat konsumen hijau merasa rancu terhadap tujuan dari promosi tersebut terhadap produk hijau. Mereka merasa promosi tersebut tidak sejalan dengan program produk berwawasan lingkungan. Karakteristik individu tidak berpengaruh terhadap perilaku ekologis konsumen. Variabel ini juga mendapatkan penilaian yang baik dari para responden, hal ini terlihat dari kontribusi nilai ratarata indikator yang berada pada daerah baik. Hasil ini juga mampu didukung oleh signifikansi validitas data yang dianalisis, selain itu variabel ini juga memiliki tingkat reliabilitas data yang baik. Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian Haryadi (2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik individu tidak menjadi dasar bahwa konsumen akan berperilaku ekologis. Secara umum, peneliti berargumen bahwa individu yang menyukai hal-hal ekologis bukan dikarenakan karakteristik individu baik itu usia, jenis kelamin pendidikan maupun pendapatan, berarti perilaku itu muncul karena kesadaran penuh dari konsumen untuk sadar lingkungan. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu tidakefektif sebagai prediktor perilaku ekologis.
Fathor. A.S., Analisis Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Ekologis Konsumen
Profil individu tersebut sangat rendah kemampuannya untuk meramalkan tingkah laku tanggung jawab sosial terhadap lingkungan. Tampaknya perilaku ekologis terhadap suatu produk lebih didasarkan pada perilaku konsumen, karakteristik perorangan, dan intensitas pembelian. Pengetahuan tidak berpengaruh terhadap perilaku ekologis konsumen. Variabel ini juga mendapatkan penilaian yang baik dari para responden, hal ini terlihat dari kontribusi nilai rata-rata indikator yang berada pada daerah baik. Hasil ini juga mampu didukung oleh signifikansi validitas data yang dianalisis, selain itu variabel ini juga memiliki tingkat reliabilitas data yang baik. Hasilpenelitianinisamadengantemuanpenelitian Haryadi (2009) dan Fathor (2011) dan bertentangan dengan hasil penelitian Junaedi (2005) dan Anonim (tanpa tahun). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan pelanggan maka belum tentu akan memengaruhi perilaku konsumen. Keputusan pemilihan produk lebih tergantung pada komitmen pribadi, dengan kata lain seberapa besar konsumen memandang perilaku yang mendukung keberlangsungan lingkungan sebagai sesuai yang penting bagi dirinya maupun bagi masyarakat pada umumnya. Seringkali seseorang secara individual merasa tidak nyaman dan tidak mudah melakukan suatu kegiatan yang mendukung lingkungan, misalnya mereka merasa bahwa daur ulang sangat penting bagi masyarakat jangka panjang, namun secara personal mereka tetap membeli barang-barang dengan kemasan anorganik karena kemudahan dan kepraktisannya. Nilai individu berpengaruh terhadap perilaku ekologis konsumen. Variabel ini juga mendapatkan penilaian yang baik dari para responden, hal ini terlihat dari kontribusi nilai rata-rata indikator yang berada pada daerah baik. Hasil ini juga mampu didukung oleh signifikansi validitas data yang dianalisis, selain itu variabel ini juga memiliki tingkat reliabilitas data yang baik. Hasil penelitian ini sama dengan temuan penelitian Junaedi (2005), Anonim (tanpa tahun) dan Fathor (2011). Emosi/afek berpengaruh terhadap perilaku ekologis konsumen. Variabel ini juga mendapatkan penilaian yang baik dari para responden, hal ini terlihat dari kontribusi nilai rata-rata indikator yang berada pada daerah baik. Hasil ini juga mampu didukung oleh signifikansi validitas data yang dianalisis, selain itu variabel ini juga memiliki tingkat reliabilitas data yang baik. Hasil penelitian ini sama dengan temuan penelitian Junaedi (2005) an Anonim (tanpa tahun).
147
Gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku ekologis konsumen. Variabel ini juga mendapatkan penilaian yang baik dari para responden, hal ini terlihat dari kontribusi nilai rata-rata indikator yang berada pada daerah baik. Hasil ini juga mampu didukung oleh signifikansi validitas data yang dianalisis, selain itu variabel ini juga memiliki tingkat reliabilitas data yang baik. Hasil penelitian ini sama dengan temuan Fathor (2011). Simpulan Faktor bauran pemasaran, karakteristik individu, pengetahuan, nilai individu, emosi/afek ekologikal dan gaya hidup mampu membentuk perilaku ekologis konsumen. Dengan demikian hipotesis pertama diterima. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa produk (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) dapat diterima. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa harga (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) ditolak. Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa distribusi (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) ditolak. Hipotesis kelima yang menyatakan bahwa promosi (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) dapat diterima. Hipotesis keenam yang menyatakan bahwa karakteristik individu (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) ditolak. Hipotesis ketujuh yang menyatakan bahwa pengetahuan (X6) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) ditolak. Hipotesis kedelapan yang menyatakan bahwa nilai individu (X7) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) dapat diterima. Hipotesis kesembilan yang menyatakan bahwa emosi/afek (X8) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) dapat diterima. Hipotesis kesepuluh yang menyatakan bahwa gaya hidup (X9) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ekologis konsumen (Y) dapat diterima. Daftar Pustaka Alba, J.W. & Hutchinson, J.W. (1987) “Dimension of consumer expertise”, Journal of Consumer Research, Vol. 13, March, pp. 411–454. Anonim. (2009) Peran pengetahuan dan Emosi/Afek
148
Pamator, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2011
Ekologikal konsumen pada isu lingkungan: Studi empiris perilaku konsumen hijau. diakses dari http://members.fortunecity.com/lingkungan/ artikel/GeerakanKHijau.htm.Tuesday, Oktober 27, 2009. Anja Schaefer. (2005) Some Consideration Regarding The Ecological Sustainability of Marketing System Open University Business School.. Sekaran, U. 2006. Research Methods for Business, 4th Ed. John, Wiley & Sons Inc, New York. Attayaya. (2009) Pemasaran Berwawasan Lingkungan Hidup. diakses dari http://members.fortunecity. com/lingkungan/artikel/GerakanKHijau.htm. Tuesday, Oktober 27, 2009. Brucks, M. (1985) The effects of product knowledge on information search behaviour. Journal of Consumer Research. Vol. 12, No. 6, pp. 1–16. Bui, My H. (2005) Environmental Marketing: A Model of Consumer Behaviour. Loyola University New Orleans. Association of Collegiate Marketing Educators pp. 20. Byrne, Michael. (2003) Understanding Consumer Preferences Across Environmental Marketing Mix Variations. OIKOS University of Newcastle Chan, Ricky, Y.K. (1999) “Environmental Attitudes and Behavior of Consumers in China: Survey Findings and Implications,” Journal of International Consumer Marketing, 11: 4, pp. 25–52. Chan, Ricky, Y.K.& Lorett, B.Y. Lau (2000), “Antecedents of Green Purchases: A Survey in China,” Journal of Consumer Marketing, Vol.
17 No. 4, pp. 338–357. Fathor. (2011) Pengaruh Nilai Individu, Pengetahuan dan Gaya Hidup terhadap Penentu Perilaku Ekologis Konsumen. Jurnal Neobis. Haryadi, Rudi. (2009) Pengaruh Strategi Green Marketing terhadap Pilihan Konsumen melalui Pendekatan Marketing Mix (Studi Kasus pada The Body Shop Jakarta). Tesis. Program Studi Magister Manajemen. Universitas Diponegoro Semarang. Junaedi, M.F. Shellyana. (2005) Pengaruh kesadaran lingkungan pada niat beli produk hijau: studi perilaku konsumen berwawasan lingkungan. Jurnal benefit, vol. 9, No. 2, Desember. Hal. 189–201. Kotler, Philip. (2002) Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi Milenium, PT. Prenhallindo Jakarta. Queensland Goverment, 2002. Green Marketing-The Competitive Advantage of Sustainability. Samdahl, D.M. & R. Robertson. (1989) “Social determinants of environmental concern: specification and test of the model”, Environment and Behavior, Vol. 21, No. 1, pp. 57–81. Straughan, Robert D. & James A. Roberts. (1999) “Environmental segmentation alternatives: a look at green consumer behavior in the new millennium,” Journal of Consumer Marketing, Vol. 16, No. 6, pp. 558–575. Sugiyono. (2007) Statistik untuk Penelitian, cetakan keduabelas, edisi revisi, CV ALFABETA, Bandung.