JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN Volume 3 Nomor 1, April 2015, 15-26
Analisis Efisiensi Pemasaran Usaha Purse Seine di Kota Ambon (Marketing Efficiency Analisis of Purse Seine Business in Ambon City) Lilian Mathilda Soukotta1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura, Ambon Artikel Masuk Artikel Diterima
: 26 Januari 2015 : 13 Maret 2015
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemasaran dengan pendekatan struktur, perilaku dan penampilan pasar dari pemasaran hasil tangkapan purse seine di Kota Ambon. Data diperoleh dari repsponden yaitu nelayan pemilik purse seine dan pedagang ikan. Analisis data mencakup integrasi pasar dan elastisitas transmisi harga. Selanjutnya, analisis struktur dan perilaku pasar digunakan untuk menggambarkan penampilan pasar secara nyata yang terjadi di Kota Ambon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Struktur pasar yang terjadi adalah tidak terintegrasi sempurnaatau oligopsoni; (2) Perilaku pasar yaitu perilaku pedagang pengecer cenderung secara cepat menaikan harga jika harga ikan segar naik, sebaliknya agak lambat menurunkan harga jika harga ikan segar mengalami penurunan; dan (3) Pada basis lokasi pasar, jumlah pengecer lebih sedikit daripada jumlah produsen, tidak terdapat hambatan bagi produsen dan pengecer untuk keluar masuk pasar; ikan segar yang dipasarkan umumnya berkualitas sama kecuali pada musim ikan dimana terdapat ikan segar yang disimpan untuk dipasarkan kembali. Kata kunci: Efisiensi, Struktur Pasar, Perilaku Pasar, Penampilan Pasar, Usaha Purse Seine.
Abstract: The purpose of this research is to evaluate efficiency of the marketing system in terms of market structure, behavior and performance of the purse-seiner catch at Ambon city fish market.The data required for evaluation were collected from the owner of the purse seine and fish trader.The data then were analyzed by market integration and price transmission elasticity. In addition, analyses of the market structure and market behavior were utilized to describe market performance that was significantly occurred in the fish market. Results show that: (1) market integration occurred is imperfect integration or oligopsony;(2) market behavior is relativelly varied, i.e., retailers tend to increase fish price if the market price is sharply increasing, but they are very slow in reducing the price if the fish price is decreasing; (3) for each market location, retailer is fewer than fish producer; no barriers for producer and retailer to entry and exit from the market; in general fresh fish marketed have high quality except for condition of the abundant catch where some fish are stored in the cool box for seiling at the next day. Key words: Efficiency, Market Structure, Market Conduct, Market Performance, Purse-Seine
Business.
1
Korespondensi Penulis: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura email:
[email protected]
© 2015 LAREDEM
16 Analisis Efisiensi Pemasaran Usaha Purse Seine di Kota Ambon Pendahuluan Purse seine merupakan alat tangkap (gear) dominan menangkap ikan pelagis yang
membentuk gerombolan. Alat tangkap ini berbentuk empat persegi panjang dilengkapi tali kerucut yang dikerutkan melalui cincin dan diikatkan pada bagian bawah jaring. Prinsip penangkapan ikan dengan purse seine adalah melingkari gerombolan ikan dengan menggunakan jaring, kemudian bagian bawah jaring dikerucutkan sehingga ikan-ikan akan terkumpul di bagian kantong. Ikan layang (Decapterus sp) merupakan jenis ikan yang dominan tertangkap dengan purse seine, selain ikan selar (Rastrelliger sp), lemuru (Sardinella sp), dan tongkol (Auxis sp) serta jenis pelagis kecil lainnya. Usaha perikanan purse seine di Kota Ambon terus berkembang dan pada tahun 2013 Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan bantuan kapal tangkap kepada kelompok nelayan di Negeri Latuhalat dan Negeri Laha Kota Ambon sebanyak 3 (tiga) armada penangkapan dengan nilai investasi sebesar Rp 1.587.475.000 (Siwalima News, 2013). Bantuan ini diberikan untuk peningkatan produksi hasil tangkapan, peningkatan pendapatan nelayan dan pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat Kota Ambon. Tercatat pada tahun 2010 terdapat 58 unit armada purse seine di Kota Ambon. Sebagian besar hasil tangkapannya dipasarkan oleh pedagang ikan di Kota Ambon. Pemasaran ikan di tingkat pedagang pengecer dilakukan oleh papalele melalui 2 (dua) bentuk saluran pemasaran sebagai berikut. Pertama nelayan → pedagang pengumpul → pedagang pengecer → konsumen. Kedua: nelayan → pedagang pengecer → konsumen. Bentuk saluran kedua memberikan bagian harga yang lebih besar kepada nelayan (Lesilolo, 2004). Pemasaran ikan segar di Kota Ambon tidak terlepas dari masalah. Dalam berita Antara News (2012), dikemukakan bahwa pedagang di pasar Mardika dan Nusaniwe Kota Ambon mulai menjual ikan beku ketika ketersediaan ikan segar menipis akibat produksi menurun. Menurut Tomek dan Robinson (1977) seperti dikutip Lilimantik (2011), bahwa komoditi perikanan berfluktuasi menurut jumlah produksi dan harga. Fluktuasi produksi disebabkan hasil tangkapan yang tergantung pada musim, sedangkan fluktuasi harga diakibatkan oleh pergeseran permintaan dan penawaran ikan segar di Kota Ambon. Harga ikan segar hasil tangkapan purse seine akan menentukan perilaku pasar usaha tersebut. Efisiensi pemasaran merupakan tujuan akhir dari sistem pemasaran ikan. Pengukuran efisiensi dapat dilakukan melalui konsep persaingan yang menghendaki penetapan kriteria meliputi aspek struktur pasar, perilaku dan penampilan pasar. Stuktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaman pasar yang dapat diukur melalui perubah harga, biaya dan marjin pemasaran serta jumlah komoditas yang diperdagangkan (Dahl dan Hammond, 1977) yang dikutip Fransiska (2003). Stifell (1975) dan Asmarantika (1985) seperti dikutip Melania (2007) juga mengukur perilaku pasar dari korelasi harga antara petani dengan harga konsumen. Perilaku pasar yang tercermin dalam aksis suatu usaha atau pembeli dapat membantu untuk memahami pemasaran. Perilaku pasar mengacu pada pola dari tingkah laku usaha yang menunjukkan cara beradaptasi dengan pasar dimana usaha tersebut bertindak sebagai penjual dan pembeli. Perilaku dan struktur pasar usaha perikanan purse seine di Kota Ambon diindikasikan dalam penampilan pasar atau keragaman pasar. Melalui penampilan pasar, dapat diketahui seberapa jauh tingkah laku usaha di pasar memberikan kontribusi terbaik untuk dicapai sesuai dengan tujuan sosial ekonomi masyarakat. Sejauh mana sistem pemasaran ikan segar dari hasil tangkapan purse seine berlangsung, dengan efisiensi sistem melalui sruktur, perilaku dan tingkah laku pasar merupakan permasalahan utama yang dianalisis. Dengan demikian, penelitian ini penting dilakukan untuk mengkaji efisiensi pemasaran hasil tangkapan purse seine di Kota Ambon yang memberikan gambaran mengenai mekanisme koordinasi kegiatan produksi (hasil tangkapan purse seine), distribusi dan konsumsi di Kota Ambon.
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26
Lillian M. Soukotta
17
Metodologi Penelitian
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dipilih dengan purposive sampling yaitu lokasi secara sengaja ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu. Lokasi usaha perikanan purse seine di Kota Ambon meliputi negeri Laha, negeri Hative Besar, negeri Latuhalat, Dusun Arilow, Dusun Silale, Dusun Seri, negeri Hutumuri, dan negeri Leahari. Sedangkan pasar yang menjadi aktivitas pemasaran/penjualan adalah Pasar Tawiri, Pasar Wayame, Pasar Rumah tiga, Pasar Passo, Pasar Arumbai dan Pasar Benteng.
Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah keseluruhan nelayan pemilik usaha purse seine dan pedagang yang pada umumnya memasarkan ikan layang (Decapterussp) dan ikan tongkol (Auxis sp). Sebanyak 31 nelayan pemilik usaha purse seine dan 35 penjual ikan di Kota Ambon. Menurut Wahdi (2011), unsur-unsur sampel dipilih secara sengaja agar dapat memenuhi tujuan penelitian. Unsur-unsur ini dipilih untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Metode Pengambilan data Data dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung berdasarkan daftar pertanyaan/kuisioner dengan nelayan pemilik usaha purse seine ataupun anak buah kapal (ABK) sebagai responden. Data berkaitan dengan pemasaran diperoleh dari mereka yang bertanggung jawab dalam proses pemasaran hasil tangkapan purse seine, pedagang perantara (pembeli atau penjual hasil tangkapan purse seine). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui instansi terkait dan bahan-bahan pustaka yang berhubungan dengan substansi penelitian.
Metode Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Analisis kuantitatif a. Analisis integrasi pasar Digunakan untuk menentukan struktur pasar dengan menggunakan analisis regresi dengan asumsi jika harga faktor lain tetap, maka harga ditingkat produsen (Pf) dan harga di tingkat konsumen (Pr) adalah linier. Model persamaannya adalah sebagai berikut (Azzaino, 1982 dalam Lilimantik, 2011): Pf = α + β Pr Koefisien regresi antara Pr dan Pf adalah: β
(∑
∑
f (∑
∑ f)⁄n
(∑
) ⁄n)(∑ f (∑ f) ⁄n)
Keterangan: Pr = Harga eceran/harga jual ditingkat pedagang (Rp/kg) Pf = Harga di nelayan (Rp/kg) n = Jumlah sampel α = Intercept β = koefesien regresi (slope)
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26
18 Analisis Efisiensi Pemasaran Usaha Purse Seine di Kota Ambon Kriteria Penilaian: Jika β < 1, maka struktur pasarnya adalah monopsony atau oligopsoni karena kenaikan harga satu unit ditingkat pengecer diikuti kenaikan harga yang lebih kecil dari satu unit di tingakat nelayan (produsen). Jika β = 1, maka struktur pasarnya adalah persaingan sempurna yang berarti pembentukan harga antar pasar lebih terintegrasi ditingkat pengecer diikuti kenaikkan harga satu unit di tingkat nelayan (produsen). Jika β > 1 maka struktur pasarnya adalah monopoli atau oligopoly karena kenaikan harga satu unit ditingkat pengecer diikuti kenaikkan harga yang lebih besar dari satu unit di tingkat nelayan (produsen). b. Analisis elastisitas transmisi harga. Analisis ini untuk mengetahui perilaku pasar, melalui analisis hubungan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat kosumen akhir. Elastisitas transmisi harga dirumuskan sebagai berikut (George dan King, 1971dalam Lilimantik, 2011): β
f
Keterangan: = Elastisitas transmisi harga Pr = Harga ditingkat kosumen (Rp/kg) Pf = Harga ditingkat nelayan produsen (Rp/kg) Kriteriapenilaian: Jika < 1, artinya perubahan harga 1% ditingkat kosumen akan mengakibatkan perubahan harga yang kurang dari 1% ditingkat produsen. Jika = 1, artinya perubahan harga 1% ditingkat kosumen mengakibatkan perubahan 1% ditingkat produsen. Jika > 1, artinya perubahan harga 1% ditingakat kosumen mengakibatkan perubahan harga > 1% di tingkat produsen. 2.
Analisis Kualitatif Analisis kualitatif meliputi analisis struktur dan perilaku pasar yang akan menggambarkan analisis penampilan pasar dan menguraikan kondisi yang terjadi pada saat berlangsung penelitian di lapangan.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun 2010, hasil tangkapan usaha purse seine didominasi oleh jenis ikan layang (Decapterus ruselli) sebesar 31,6% dan ikan tongkol (Auxis thazard) sebesar 21,8%. Kedua jenis ikan tersebut mendominasi seluruh jenis pelagis kecil yang tertangkap dengan purse seine. Tabel 1 menunjukkan produksi ikan layang dan tongkol di Kota Ambon pada bulan Desember 2012 dan bulan April 2013 masing-masing 1.130.251 kg dan 886.957 kg. Produksi rata-rata sejak Desember sampai dengan April 2013 berfluktuasi dan cendrung menurun. Rata-rata produksi ikan tongkol Desember 2012 hingga April 2013 berfluktuasi dan cenderung menurun pada bulan April. Produksi tertinggi pada bulan Februari dan terendah pada bulan April. Unit usaha purse seine desa Hative Besar menghasilkan produksi tertinggi dibandingkan dengan desa lainnya.
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26
Lillian M. Soukotta
19
Tabel 1. Produksi Ikan Layang Usaha Purse Seine di Kota Ambon Desa (Lokasi Nelayan Pemilik Usaha Purse Seine) Desember Laha 40,322 Hative Besar 73,028 Seilale dan Latuhalat 69,109 Seri 54,123 Hutumuri 14,852 Leaihari 6,320 Nusaniwe 7,300 Jumlah 265,053 Rataan 37,865 Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Produksi Ikan Layang (Kg) Januari Februari Maret 34,599 38,697 29,151 78,810 76,409 62,549 69,024 80,747 62,236 59,058 65,981 49,950 14,681 17,822 11,575 6,257 7,995 6,178 7,300 8,358 5,805 269,729 296,010 227,444 38,533 42,287 32,492
April Jumlah 7,448 150,217 21,396 312,192 20,839 301,955 14,400 243,512 4,013 62,944 1,928 28,677 1,991 30,753 72,015 1,130,251 10,288
Fluktuasi produksi ikan pelagis kecil menurut waktu maupun lokasi sangat berperan dalam perubahan harga ikan segar di Kota Ambon. Ini disebabkan hampir seluruh ikan segar jenis pelagis kecil di pasar Kota Ambon diperoleh dari hasil penangkapan dengan alat
purse seine.
Tabel 2. Produksi Ikan Tongkol Usaha Purse Seine di Kota Ambon Desa (Lokasi Nelayan Pemilik Usaha Purse Seine) Desember Laha 27,817 Hative Besar 50,380 Seilale dan Latuhalat 47,677 Seri 37,338 Hutumuri 10,246 Leaihari 4,360 Nusaniwe 5,036 Jumlah 182,853 Rataan 26,122 Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Produksi Ikan Tongkol (Kg) Januari Februari Maret April 23,869 26,696 20,111 5,138 54,369 52,712 43,151 14,761 47,618 55,706 42,935 14,376 40,742 45,518 34,459 9,934 10,128 12,295 7,985 2,769 4,316 5,515 4,262 1,330 5,036 5,766 4,005 1,373 186,079 204,209 156,908 49,681 26,583 29,173 22,415 7,097
Jumlah 118,603 243,763 236,870 192,518 48,640 22,716 23,847 886,957
Pemasaran Ikan Segar di Kota Ambon 1.
Aspek pemasaran mencakup saluran pemasaran dan harga sebagai berikut: Saluran Pemasaran Saluran pemasaran ikan segar dari alat tangkap purse seine di Kota Ambon melibatkan produsen, pedagang perantara, dan konsumen (Gambar 1). Produsen adalah 31 nelayan pemilik purse seine di Kota Ambon, pedagang perantara terdiri atas 35 pedagang pengecer di 6 (enam) lokasi pasar di Kota Ambon. Konsumen adalah penduduk Kota Ambon yang mengkonsumsi ikan jenis layang (Decapterus spp) dan ikan jenis tongkol (Auxis thazard). Pedagang perantara dalam saluran pemasaran ini digolongkan sebagai pedagang pengecer dikarenakan melakukan penjualan barang kepada konsumen akhir di pasar dan membeli barang dari nelayan (Hanafiah dan Saefuddin,2006). Keterlibatan tiga lembaga pemasaran yakni nelayan, pedagang pengecer dan konsumen menunjukkan bahwa kategori tingkat saluran pemasaran ikan segar dari purse seine di Kota Ambon merupakan saluran pemasaran tingkat satu. Artinya, produsen hanya melewati satu lembaga yaitu pedagang perantara atau pedagang pengecer. Salah satu faktor penentu saluran pemasaran adalah hasil tangkapan ikan layang dan ikan tongkol pada umumnya dipasarkan dalam bentuk segar. Ini
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26
20 Analisis Efisiensi Pemasaran Usaha Purse Seine di Kota Ambon disebabkan ikan segar merupakan produk yang mudah rusak dan akan mengalami penurunan mutu setelah tertangkap. Dengan demikian, ikan segar harus diterima konsumen dalam waktu singkat sehingga diperlukan saluran yang pendek dan cepat. Produsen
Pedagang Perantara
Konsumen Akhir
Gambar 1. Saluran Pemasaran IkanSegar dari Purse Seine di Kota Ambon 2.
Harga Harga rata-rata pembelian ikan tongkol dan ikan layang per loyang (yaitu Desember hingga April 2013) masing-masing adalah Rp 335.238 dan Rp 297.143. (berat 1 loyang ikan tongkol 40 kg; dan ikan layang 30 kg). Harga ikan tongkol rata-rata Rp 8.940/kg, dan ikan layang Rp 8.518/kg. Harga jual kedua jenis ikan ke konsumen yakni, Rp 15.516/kg untuk ikan tongkol (Auxis thazard) dan Rp 20.389/kg untuk ikan layang (Decapterus ruselli). 30.000
Harga (Rp/Kg)
25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Harga Ikan Tongkol di Produsen Harga Ikan Layang di Produsen Harga Ikan Tongkol di Pedagang Pengecer Harga Ikan Layang di Pedagang Pengecer
Gambar 2. Perkembangan Harga Ikan Segar Usaha Purse Seine di Kota Ambon Perkembangan harga ikan tongkol dan ikan layang di tingkat produsen dan pedagang pengecer ditampilkan pada Gambar 2. Harga kedua jenis ikan berfluktuasi dari bulan Desember 2012 hingga bulan April tahun 2013. Fluktuasi harga dipengaruhi oleh volume produksi ikan yang dipasok ke pasar, yang ditentukan musim ikan. Harga ikan terendah terjadi pada bulan Februari dan tertinggi pada bulan April. Ini sejalan perubahan produksi ikan pada Tabel 1 dan 2, yaitu produksi ikan dari purse seine tertinggi pada pada bulan Februari.
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26
Lillian M. Soukotta
21
Struktur Pasar Struktur pasar dan perubahan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat pengecer dipahami melalui integrasi pasar. Model untuk menggambarkan hubungan antara harga di tingkat produsen (Pf) dan harga di tingkat pengecer (Pr) pemasaran ikan segar dari purse seine di Kota Ambon adalah Pf = 5.480,29 + 0.185 Pr. Model ini dapat memprediksi dengan baik pengaruh antara harga di tingkat pedagang pengecer terhadap harga di tingkat produsen (nelayan purse seine) karena nilai Fhitung (47,465) yang memiliki nilai signifikan pada taraf kepercayaan 99%. Artinya perubahan harga ikan di tingkat pengecer berpengaruh nyata terhadap harga di tingkat produsen. Pengaruh positif pada koefisien regresi mengindikasikan naiknya harga ikan hasil tangkapan usaha purse seine ditingkat pengecer akan diikuti dengan naiknya harga ikan di tingkat produsen. Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Harga Ikan di Tingkat Produsen dan Tingkat Pengecer No. Parameter Regresi 1. R (korelasi) 2. R2 (determinasi) 3. α (intercept) 4. β (slope) 5. Fhitung Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Nilai 0,768 0,590 5.480,29 0,185 47,465
Tingkat Signifikan 0,000 0,002 0,000
Perubahan harga di tingkat pengecer dan produsen terlihat pada nilai koefesien regresi slope (β) sebesar 0,185. Nilai ini lebih kecil dari satu (β < 1), artinya kenaikan harga Rp 1,00 di tingkat pengecer diikuti kenaikan harga Rp 0,185 di tingkat produsen. Perbedaan besaran kenaikan harga (dimana ditingkat pengecer lebih dari di tingkat produsen) mengindikasikan struktur pasar ikan dari purse seine di Kota Ambon bersifat tidak terintegrasi sempurna atau struktur pasar adalah oligopsoni karena kenaikan harga satu unit ditingkat pengecer diikuti kenaikan harga yang lebih kecil di tingkat produsen (nelayan produsen ikan dari purse seine). Kenaikan harga di tingkat pengecer lebih besar dari harga di tingkat produsen, disebabkan oleh tingginya biaya pemasaran yang ditanggung oleh pengecer. Ini terjadi karena pengecer berupaya memperoleh keuntungan dalam penjualan ikan hasil tangkapan purse seine di Kota Ambon. Jarak antara tempat pendaratan ikan oleh armada purse seine dan pasar yang tersebar di wilayah Kota Ambon cenderung menimbulkan biaya transportasi yang ditanggung pengecer dalam akibat penggunaan sarana transportasi. Hasil riset menunjukkan pengecer mengalokasikan biaya transportasi tiap aktivitas penjualan sebesar Rp 5.000.Selain itu, biaya konsumsi dan retribusi tempat berjualan juga dikeluarkan oleh pengecer. Dengan demikian penentuan harga jual ikan pada tingkat pengecer disesuaikan dengan biaya yang dikorbankan oleh pengecer. Menurut Mulyadi (2001), pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan profit yang wajar. Artinya harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up. Menurut Raju dan Open yang dikutip Kurnia (2002), efisiensi harga dapat diukur melalui korelasi harga untuk komoditi yang sama pada berbagai tingkat pasar. Berdasarkan distribusi pedagang pengecer dengan jumlah relatif sedikit pada lokasilokasi pemasaran ikan, diduga terdapat praktek oligopsoni dalam pemasaran ikan segar dari purse seine. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), pada pasar oligopsoni terdapat pihak pembeli benda tertentu dalam jumlah sedikit. Misalnya, terdapat lima pedagang pengecer di Pasar Wayame, tiga pengecer di pasar Passo, dua pengecer masing-masing di Pasar Arumbai dan Pasar Rumah Tiga. Jumlah pedagang pengecer yang tidak tersebar
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26
22 Analisis Efisiensi Pemasaran Usaha Purse Seine di Kota Ambon secara merata di masing-masing pasar (enam pasar) mengakibatkan ada sebagian pasar hanya terdapat 2-5 pedagang pengecer yang menjual/memasarkan hasil tangkapan usaha purse seine. Kepekaan perubahan harga di tingkat produsen sebagai akibat perubahan harga di tingkat konsumen dilakukan melalui analisis Elastisitas Transmisi Harga, sekaligus penentuan efisiensi harga adalah tercantum pada Tabel 4. Nilai elastisitas transmisi harga antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat pengecer adalah kurang dari satu ( < 1), sebesar 0,383. Nilai tersebut mengindikasikan bila terjadi perubahan harga sebesar 1% di tingkat pedagang pengecer maka terjadi perubahan harga sebesar 0,383% di tingkat nelayan purse seine sebagai produsen. Menurut Sudiyono (2004), elastisitas transmisi harga (Et) merupakan perbandingan perubahan nisbi harga di tingkat pengecer dengan perubahan harga di tingkat produsen. Yuniarti (2009), menjelaskan bahwa, elastisitas transmisi harga untuk hasil-hasil pertanian umumnya bernilai kurang dari satu ( < 1). Hal ini menunjukan bahwa laju perubahan harga di tingkat produsen lebih kecil daripada laju perubahan harga di tingkat pengecer dan pasar berbentuk persaingan tidak sempurna. Kondisi ini dapat terjadi akibat kurangnya informasi harga di tingkat produsen sehingga lebih menguntungkan pengecer karena keputusan menaikan harga ditentukan pengecer, sedangkan produsen hanya sebagai penerima harga yang lemah dalam pembentukan harga. Tabel 4 memperlihatkan rasio harga dan nilai elastisitas transmisi harga ikan segar hasil tangkapan purse seine di kota Ambon. Tabel 4. Rasio Harga dan Nilai Elastisitas Transmisi Harga No. Koefisien 1. Pf 2. Pr 3. Pr/Pf 4. β (slope) 5. Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Nilai Rp 8.871 Rp 18.370 2,071 0.185 0,383
Nilai elastisitas transmisi harga kurang dari satu menunjukkan ikan segar hasil tangkapan usaha purse seine bersifat inelastis. Artinya perubahan harga di tingkat pengecer tidak dapat ditransmisikan secara sempurna sampai ke tingkat nelayan purse seine di Kota Ambon.
Perilaku Pasar pada Pasar Ikan di Kota Ambon Perilaku pasar yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah pola tingkah laku dari lembaga pemasaran ikan yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga pemasaran melakukan kegiatan pembelian dan penjualan. Ini dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas harga serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga pemasaran yang terlibat. Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa perilaku pasar (market conduct) merupakan gambaran tingkah laku lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar untuk tujuan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya yang meliputi kegiatan pembelian, penjualan, penentuan harga serta siasat pasar seperti patokan harga, penimbangan curang dan lain-lain. Pembelian ikan segar biasanya dilakukan pengecer yang selalu membeli langsung dari produsen atau pemilik alat tangkap purse seine. Kemudian, para pedagang akan memperhitung seluruh biaya yang telah dikeluarkan ditambah keuntungan untuk penentuan harga ikan di tingkat pengecer. Berbagai siasat dilakukan pedagang dalam penentuan harga ikan biasanya tidak diketahui oleh produsen, karena pedagang
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26
Lillian M. Soukotta
23
perantara/pengecer menanggung seluruh biaya pemasaran seperti seperti biaya transpor, es, retribusi dan biaya lainnya. Kondisi ini terjadi akibat tidak tersedianya tempat pelelangan ikan sehingga pedagang secara bebas menentukan harga ikan segar hasil tangkapan purse seine. Hal lain yang juga mendorong pengecer yaitu secara cepat menaikan harga ikan jika harga ikan segar di tingkat nelayan pemilik purse seine meningkat. Namun, pengecer sangat lambat menurunkan harga apabila harga ikan segar di tingkat nelayan pemilik purse seine di Kota Ambon mengalami penurunan. Perilaku pedagang pengecer teridentifikasi dipengaruhi oleh biaya yang harus dikeluarkan dalam pemasaran ikan segar di Kota Ambon. Misalnya, pada saat harga ikan segar di tingkat produsen meningkat, sebagian pedagang/pengecer mengalami kesulitan untuk memperoleh modal atau biaya untuk membeli ikan segar dari produsen. Perilaku penentuan harga ikan segar yang berfluktuasi dalam jangka pendek di tingkat produsen terjadi karena sifat produk ikan segar sangat tergantung pada musim, sehingga jumlah produksi relatif tidak stabil. Jika jumlah produksi (hasil tangkapan ikan tongkol dan ikan layang) meningkat maka harga ditingkat produsen relatif stabil. Sebaliknya, jika terjadi penurunan produksi maka harga ditingkat produsen meningkat, dimana produsen berupaya memperoleh keuntungan ataupun menutupi biaya operasional yang dikeluarkan selama melakukan aktivitas penangkapan. Hanafiah dan Saefuddin (2006) mengemukakan bahwa kebanyakan harga produk perikanan berfluktuasi secara musiman. Perubahan harga ini terjadi karena perubahan produksi, dan harga musiman ikan segar bervariasi lebih besar dibandingkan dengan harga ikan olahan.
Penampilan Pasar ProduksiIkan Purse Seine Penampilan atau keragaan pasar produksi ikan merupakan kondisi yang sering diukur dengan kriteria antara lain: (1) kemajuan teknologi, (2) orientasi untuk perkembangan dari lembaga-lembaga pemasaran, (3) efisiensi penggunaan sumber, dan (4) perbaikan produk dan maksimisasi jasa-jasa dengan biaya serendah-rendahnya. Menurut Lilimantik (2011) terdapat empat karakteristik pasar yang penting dikembangkan dalam penentuan struktur pasar dan perilaku pasar. 1. Jumlah besar penjual dan pembeli Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah produsen (nelayan pemilik usaha purse seine) lebih sedikit dari jumlah pedagang pengecer. Walaupun secara keseluruhan jumlah pedagang pengecer lebih banyak dari produsen, namun jika dikaji masing-masing lokasi pasar, maka jumlah pedagang pengecer lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah produsen. Hal ini memungkinkan pedagang pengecer untuk dapat berpindah dalam aktivitas pembelian ikan segar dari produsen lain, jika tidak menemukan kesepakatan harga dengan produsen sebelumnya. 2. Sifat hasil produk Ikan segar (ikan tongkol dan layang) di tingkat produsen (nelayan pemilik purse seine) memiliki kulitas yang relatif sama, kecuali pada musim ikan. Pada musim ikan, identik dengan berlimpahnya ikan hasil tangkapan. Jika ikan tidak habis terjual, maka disimpan dan selanjutnya di jual kembali pada hari berikutnya. Oleh sebab itu kualitasnya tidak seragam dibanding kualitas sebelumnya. Sebelum dijual ke pedagang pengecer, maka fungsi standarisasi dan grading dilakukan oleh produsen. Ikan segar yang tertangkap di kelompokan menurut kualitas dan ukuran ke dalam wadah (loyang, ember atau bakul) kemudian dijual kepada pedagang pengecer. 3. Hambatan keluar masuk pasar Produsen maupun pedagang pengecer tidak dibatasi secara langsung karena tidak ada peraturan resmi untuk menghalangi produsen maupun pedagang pengecer untuk menjalankan fungsi pembelian dan penjualan. Misalnya sistem lelang yang ditetapkan oleh produsen seperti di Dusun Silale, dan Desa Latuhalat, yang
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26
24 Analisis Efisiensi Pemasaran Usaha Purse Seine di Kota Ambon
4.
memungkinkan berbagai pedagang pengecer untuk dapat menjalankan fungsi pembelian. Namun sebagian besar produsen telah memiliki pelanggan dengan pengecer. Kerja sama ini telah terbentuk sejak lama hingga terbentuk suatu ikatan sehingga tidak mudah bagi produsen untuk menjual kepada pedagang pengecer lain yang bukan langganannya. Jadi secara alami terbentuk segmentasi pasar untuk masing-masing produsen dan pedagang pengecer. Pengetahuan tentang harga dan struktur biaya Perkembangan harga ikan segaryang terjadi sebenarnya merupakan perkembangan harga yang selalu terkait dengan harga-harga sebelumnya, seperti biaya produksi di tingkat produsen, dan biaya pemasaran di tingkat pedagang pengecer, ataupun perkembangan harga bahan kebutuhan secara keseluruhan (harga barang lainnya di pasar). Oleh sebab itu perubahan harga yang terjadi bukanlah karena tersedia atau kurangnya informasi yang memadai sehingga memungkinkan para pedagang pengecer ataupun produsen melakukan diskriminasi harga yang menyebabkan harga di tingkat konsumen menjadi tinggi. Biaya produksi di tingkat produsen, terkait dengan biaya operasional kegiatan penangkapan (biaya variabel) maupun biaya perawatan dan retribusi/pajak (biaya tetap). Biaya tersebutakan diperhitungkan dan disesuaikan dengan jumlah produksi untuk menentukan harga jual. Sedangkan di tingkat pedagang pengecer, biaya pemasaran mencakup: biaya pembelian ikan segar, biaya trasnportasi/distribusi, biaya konsumsi, biaya pembelian es, biaya retribusi/pajak tempat berjualan menjadi pertimbangan dalam penentuan harga jual ikan segar kepada konsumen.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan 1. 2.
3.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Struktur pasar ikan produksi purse seine di Kota Ambon adalah pasar yang tidak terintegrasi sempurna atau struktur pasar bersifat oligopsoni. Perilaku pasar tercermin dari perilaku pedagang pengecer yang cepat menaikan harga jika harga ikan segar di tingkat nelayan usaha purse seine meningkat, namun akan lebih lambat menurunkan harga jika harga ikan segar di tingkat produsen (nelayan usaha purse seine di Kota Ambon) menurun. Penampilan pasar dari produksi purse seine menunjukkan bahwa walaupun secara keseluruhan jumlah pedagang pengecer lebih banyak dari produsen, namun jika dilihat dari masing-masing lokasi pasar, maka jumlah pedagang pengecer lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah produsen; kemudian produsen dan pedagang pengecer ini tidak memiliki hambatan untuk keluar masuk pasar, serta ikan segar yang dipasarkan memiliki kualitas relatif sama, kecuali kualitas hanya pada musim ikan.
Saran Dibutuhkan kepedulian instansi terkait terhadap sarana penyimpanan beku pada lokasi pasar maupun tempat pelelangan ikan untuk menghambat fluktuasi harga ikan produksi ikan tidak menentu.
Daftar Pustaka Antaranews. 2012. Stok Ikan Segar di Kota Ambon Kosong, http://ambon.anatranews.com. Diunduh tanggal 13 september 2012.
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26
Lillian M. Soukotta
25
Bacuks L.. 2006. Marketing Margins And Price Transmission on The Hungarian Beef Market . www.google sholar/Price Transmission.com. Diunduh tanggal 3 Agustus 2008. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku. 2010. Laporan Tahunan Statistik Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Tahun 2010. Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Maluku. Hanafiah, A. M dan Saefuddin. A. M.. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Penerbit. Universitas Indonesia, Jakarta. Fransiska, A.. 2003. Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Kembung (Studi Kasus Muara Angke, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta). Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB Bogor. Lesilolo, J.. 2004, Analisis Marjan Pemasaran Ikan Laut Segar di Kota Ambon, Tesis Pada Program Study Margister Manajeman Agribisnis UGM, Yogjakarta. Lilimantik, E.. 2003. Struktur, Perilaku Dan Penampilan Pasar Usaha Budidaya Ikan Mas ( Cyprinus carpio) Dalam Ka amba di Kabupaten Banja p ovinsi Kalimantan Selatan Ju nal Al’ulum volume 3 dan No 4.Oktober 2008. Banjarmasin. Melania, 2007. Struktur, Perilaku dan Keragaan Pasar. Jurnal Eksekutif, Volume 4 Nomor 3. Desember 2007. Banjarmasin. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa , Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Siwalimanews. 2013. KKP Berikan Bantuan Kapal Bagi http://www.siwalimanews.com/. Tanggal 10 Januari 2013.
Nelayan
Latuhalat
dan
Laha.
Wahdi, M.. 2011. Risat Pemasaran. Penerbit.CAPS.Yogyakarta. Yuniarti, T.. 2009. Efisiensi Pemasaran Jambu Mete di Kabupaten Lombok Barat.Wacana Vol. 12 No.1 Januari 2009.
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26
26 Analisis Efisiensi Pemasaran Usaha Purse Seine di Kota Ambon
JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN, 3 (1), 15-26