ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso)
Skripsi
Oleh Fariz Huzein NIM. 080810101039
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER 2013
ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso)
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ekonomi Pembangunan (S1) dan mencapai gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Fariz Huzein NIM 080810101039
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER 2013
ii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Ayahanda (Alm. Imam Jahdi) dan ibunda (Asni Moerinda) tercinta yang senantiasa memberi dukungan setiap langkah-langkah aku, kasih sayang, doa serta pengorbanan yang tidak dapat di hitung. Kalian memang merupakan penyemangat hidup aku. 2. Kakak-kakakku, Fahmi Hakim dan Helmi Rahman serta adikku Ilham Maulana, terima kasih atas kasih sayang dan doanya. 3. Guru-guru sejak TK sampai Perguruan Tinggi terhormat, yang telah memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran 4. Almamater Fakultas Ekonomi Universitas Jember
iii
MOTTO
“ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar “ ( Al-Baqarah : 153 )
“ Hal yang mudah akan terasa sulit jika yang pertama dipikirkan adalah kata SULIT. Yakinlah bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan “
“Jangan awali hari dengan penyesalan hari kemarin, karena akan mengganggu hebatnya hari ini, dan akan merusak indahnya hari esok”
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fariz Huzein NIM
: 080810101039
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso)” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, Juni 2013 Yang menyatakan,
Fariz Huzein NIM 080810101039
v
SKRIPSI
ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso)
Oleh Fariz Huzein NIM 080810101039
Pembimbing Dosen Pembimbing I : Dr. Teguh Hadi Prianto SE., M.Si Dosen Pembimbing I : Edy Santoso SE., M.Sc
vi
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul Skripsi
: ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus: Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap
Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat
Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso) Nama Mahasiswa
: Fariz Huzein
NIM
: 080810101039
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi
: Ekonomi Regional
Tanggal Persetujuan : 12 Mei 2013
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Teguh Hadi Prianto SE., M.Si NIP. 19700206 199403 1 002
Edy Santoso SE., M.Sc NIP. 19751105 200812 1 001
Ketua Jurusan,
Dr. I Wayan Subagiarta, S.E., M.Si NIP. 19600412 198702 1 001
vii
PENGESAHAN Judul Skipsi ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso) Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama
: Fariz Huzein
NIM
: 080810101039
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal: 28 Juni 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Susunan Panitia Penguji
1. Ketua
: Drs. Badjuri, ME NIP. 19531225 198403 1 002 2. Sekretaris : Dr. Regina Niken W, SE., M.Si NIP. 19740913 200112 2 001 3. Anggota : Edy Santoso, SE., M.Sc NIP. 19751105 200812 1 001
(....................................) (....................................) (....................................)
Mengetahui/Menyetujui, Universitas Jember Fakultas Ekonomi Dekan,
Dr. M Fathorrazi SE., M.Si NIP. 19630614 199002 1 001
Foto 4 X 6 warna
viii
ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus: Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso) Fariz Huzein Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tahap perencanaan terhadap kinerja fasilitator pada PNPM-MP di kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso; untuk mengetahui pengaruh tahap pelaksanaan terhadap kinerja fasilitator pada PNPM-MP di kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso; untuk mengetahui pengaruh tahap perencanaan terhadap efektivitas PNPM-MP di Kecamatan tegalampel Kabupaten Bondowoso; untuk mengetahui pengaruh tahap pelaksanaan terhadap efektivitas PNPM-MP di Kecamatan tegalampel Kabupaten Bondowoso; dan untuk mengetahui kinerja fasilitator terhadap efektivitas PNPM-MP di Kecamatan tegalampel Kabupaten Bondowoso. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dilengkapi dengan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan berdasarkan persepsi masyarakat miskin tentang PNPM-MP. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga sosial yang terkait dengan penelitian ini. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modelling atau SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perencanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator; tahap pelaksanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator; tahap perencanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM-MP; tahap pelaksanaan berpengaruh signifikandan positif terhadap efektivitas PNPM-MP; dan kinerja fasilitator berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM-MP. Kata kunci : Efektivitas PNPM-MP, Kinerja Fasilitator, Tahap Pelaksanaan, dan Tahap Perencanaan.
ix
ANALYSIS OF THE EFFECTIVENESS OF COMMUNITY EMPOWERMENT PROGRAM (Case Study: The Poor Perception of The National Program on The Empowerment of Rural Society Independent Sub Regency Tegalampel Bondowoso) Fariz Huzein Economics and Development Studies, Faculty of Economics, University of Jember
ABSTRACT
The purpose of this study to determine the effect on the performance of the planning stage in PNPM-MP facilitators in Tegalampel subdistrict Bondowoso district; implementation phase to determine the effect on the performance of the facilitators in PNPM-MP in Tegalampel subdistrict Bondowoso district; planning stage to determine the effect on the effectiveness of PNPM-MP in Tegalampel subdistrict Bondowoso district; to determine the effect of the implementation phase of the effectiveness of PNPM-MP in Tegalampel subdistrict Bondowoso district, and to determine the effectiveness of the performance of facilitators PNPM-MP in Tegalampel subdistrict Bondowoso district . The data used in this study is primary data that comes with secondary data. Primary data were collected by the poor public perception of the PNPM-MP. Secondary data is data obtained from government or social institutions associated with this study. The analysis model used in this study is Structural Equation Model (SEM). The results showed that the planning significant and positive impact on the performance of the facilitator; stages of implementation significant and positive impact on the performance of facilitators; stages of planning significant and positive impact on the effectiveness of PNPM-MP; signifikandan positively influence the implementation phase of the effectiveness of PNPM-MP, and the performance of facilitators significant and positive impact on the effectiveness of PNPM-MP. Keywords: Effectiveness PNPM-MP, Facilitator Performance, implementation phase, and Planning phase.
x
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso)”. Skripsi ini disusun bertujuan untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Dalam penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini, tentunya tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada kesempatan ini menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Teguh Hadi Prianto SE., M.Si dan Edy Santoso SE., M.Sc, selaku pembimbing I dan II yang dengan perhatian dan kesabarannya telah memberikan dorongan, bimbingan, dan sampai dengan selesainya penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. I Wayan Subagiarta SE., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember. 3. Bapak Dr. M Fathorrazi SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jember. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jember yang telah memberikan ilmu kepada saya sampai akhir saya dapat menyelesaikan studi ini. 5. Seluruh karyawan dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Jember yang memberikan waktunya demi kelancaran penelitian. 6. Ayahanda Alm. Imam Jahdi dan Ibunda Asni Moerinda, yang penuh tanggung jawab dan cinta kasih telah mendidik saya, yang senantiasa memberikan semangat dan doanya, sehingga saya dapat menyelesaikan setiap tahap dari proses pendidikan dan cita-cita saya.
xi
7. Kakak-kakakku, Fahmi Hakim, Helmi Rahman, dan Heni Dewi serta adikku Ilham Maulana yang selalu memberikan dorongan dan cinta kasih kepada saya selama proses pendidikan. 8. Bapak Karsanto, SE selaku kepala Unit Pengelola Kegiatan PNPM-MP Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso yang senantiasa membantu penulis dalam pencarian data dan memberikan informasi yang dibutuhkan. 9. Sahabatku (Yusuf Rendy, Henny Novika, Endy Rusmanhadi, Bebsy Jiwa Akbar, Inayatul, Khaerul yahya, Feri Marwanto, Septian Triyudana, Denny Andrian, Dody Rahmanto, Taufik Hidayat, Alvian, Gema Budiarto, Makhrus Afif, dan Pandu Setyo) yang selalu memberikan semangat dan dukungan. 10. Teman-teman seperjuangan IESP 2008 terima kasih telah menjadi teman baikku selama kuliah. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, Dengan segala kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman yang penulis miliki, maka disadari sepenuhnya skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan guna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa Fakultas Ekonomi pada khususnya.
Jember, Juni 2013
Penulis
xii
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL………………………………………………………….
i
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………... iii HALAMAN MOTTO…………………………………………………………… iv HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………….. v HALAMAN PEMBIMBING.….………………………………………………. vi HALAMAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI……………………………
vii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………..
viii
ABSTRAK………………………………………………………………………. ix ABSTRACT……………………………………………………………………..
x
PRAKATA………………………………………………………………………. xi DAFTAR ISI……………………………………………...…………………….. xiii DAFTAR TABEL………………………………………………………… ......... xvi DAFTAR GAMBAR……………………………………...…………………… xviii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xix BAB.1.PENDAHULUAN………………………………………………………. 1 1.1 Latar belakang……………………………………..……………….
1
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………..
5
1.3 Tujuan penelitian……………………………………………………
5
1.4 Manfaat penelitian………………………………………………….. 6 BAB.2.TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..
7
2.1 Landasan Teori………………………..……………………………. 7 2.1.1 Teori Pembangunan…………………………………………… 7 2.1.2 Konsep Kemiskinan ……………………………………..........
7
2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat..…………………………………..
10
2.1.4 Konsep Persepsi…………………………………………….…
12
2.1.5 Efektivitas PNPM-Mandiri Pedesaan…………………………
13
xiii
2.1.6 PNPM Mandiri Pedesaan……………………………………...
16
2.2 Tinjauan Penelitian Sebelumnya………………………………....... 20 2.2.1 Kerangka Konseptual………………………………………….
26
2.2.2 Hipotesis Penelitian………………………………………….... 27 BAB.3.METODE PENELITIAN…………………………………….………..
29
3.1 Jenis Penelitian…..…………………………………………….……
29
3.2 Jenis data………………………………………….…..…………….
29
3.3 Metode Pengumpulan Data………………….…..………………...
30
3.4 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ……….……………
30
3.4.1 Populasi………………………………………………………..
30
3.4.2 Metode Pengambilan Sampel …………………….…….…….
30
3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Variabel………………….…...
31
3.5.1 Identifikasi Variabel…………………………………………..
31
3.5.2 Definisi Variabel……………………………………………...
31
3.6 Skala Pengukuran…………………………………...……………..
33
3.7 Uji Instrumen…………...…………………………………………..
34
3.7.1 Uji Validitas…………………………………………….……..
34
3.7.2 Uji Reliabilitas……………….………………………….…….. 34 3.8 Metode Penelitian Data………………………………………..…… 35 3.8.1 Uji Asumsi SEM………………………………….………..….
35
3.8.2 Struktur Equation Modelling ( SEM)……………..…….…….
36
3.9 Kerangka Pemecahan Masalah……………………….……….….
40
BAB.4. PEMBAHASAN ………………………………………..……..………
43
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian……………………….…....
43
4.1.1 Letak dan Keadaan geografis……………………..…….……
43
4.1.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Umur...….
43
4.2 Deskriptif Hasil Penelitian……………….………………………...
45
4.2.1 Deskriptif Karakteristik Responden……….………………….
45
4.2.2 Deskriptif Variabel Penelitian…………………………………
47
xiv
4.3 Pengujian Instrumen Data…..……………………………………..
53
4.3.1 Uji Validitas Konstruk Eksogen..…………………………….
53
4.3.2 Uji Validitas Konstruk Endogen………………….…………..
54
4.3.3 Uji Reliabilitas……………………..………………………….
55
4.4 Evaluasi Uji Asumsi SEM …………………………………………
56
4.4.1 Uji Normalitas…………………………………………………
56
4.4.2 Uji Multikolinearitas…………………………………………..
57
4.4.3 Uji Outliers……………………………………………………. 57 4.5 Hasil Analisis SEM…………………………………………………. 58 4.5.1 Uji Model……………………………………………………...
58
4.5.2 Uji Kausalitas………………………………………………….
59
4.5.3 Pengaruh Antar Variabel Penelitian…………………………… 61 4.6 Pembahasan………………………………………………………....
64
4.6.1 Pengaruh Tahap Perencanaan Terhadap Kinerja Fasilitator…..
65
4.6.2 Pengaruh Tahap Pelaksanaan Terhadap Kinerja Fasilitator…..
65
4.6.3 Pengaruh Tahap Perencanaan terhadap Efektivitas PNPM-MP. 66 4.6.4 Pengaruh Tahap Pelaksanaan Terhadap Efektivitas PNPM-MP. 67 4.6.5 Pengaruh Kinerja Fasilitator Terhadap Efektivitas PNPM-MP.. 67 BAB.5. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………..
68
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 68 5.2 Saran………………………………………………………………… 69 DAFTAR PUSTAKA……….…………………………………………………..
70
LAMPIRAN………………………….………………………………………….
xx
xv
DAFTAR TABEL
Halaman 1.1
Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga miskin Menurut Klasifikasi Kecamatan Tegalampel Kabupaten bondowoso Thun 2009 – 2011………
4
2.1
Penelitian Sebelumnya…………………………………………………….
22
3.1
Uji Kesesuaian Model …………………………………………………….
39
4.1
Komposisi Menurut Jenis kelamin di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso Tahun 2011…………………………………………………..
4.2
Komposisi Penduduk Menurut
44
Kelompok Umur di Kecamatan
Tegalampel Kabupaten Bondowoso Tahun 2011…………………………
44
4.3
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin………………………...…..
45
4.4
Distribusi Responden Menurut umur……………………………………...
46
4.5
Distribusi Jawaban Responden Menurut Klasifikasi Tingkatan Skor Tentang Tahap Perencanaan………………………………………………
4.6
Distribusi Jawaban Responden Menurut Klasifikasi Tingkatan Skor Tentang Tahap Pelaksanaan……………………………………………….
4.7
49
Distribusi Jawaban Responden Menurut Klasifikasi Tingkatan Skor Tentang Kinerja Fasilitator………………………………………………..
4.8
48
51
Distribusi Jawaban Responden Menurut Klasifikasi Tingkatan Skor Tentang Efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan…………………………….
52
Loading Factors (Λ) Pengukuran Variabel Eksogen……………………..
54
4.10 Loading Factors (Λ) Pengukuran Variabel Endogen……………………..
55
4.11 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas………………………………………...
56
4.12 Indeks Kesesuaian Model SEM...................................................................
58
4.13 Nilai Koefisien Jalur dan Pengujian Hipotesis……………………………
59
4.14 Pengaruh Langsung Variabel Penelitian…………………………………..
61
4.9
xvi
4.15 Pengaruh Tidak Langsung Variabel Penelitian……………………………
62
4.16 Total Pengaruh Variabel Penelitian……………………………………….
63
4.17 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis……………………………….......
64
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 2.1
Kerangka Konseptual.,………………………………………………….....
27
3.1
Kerangka Pemecahan Masalah……………………………………………
41
4.1
Diagram Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin…………………..
46
4.2
Distribusi Responden Menurut Umur……………………………………..
47
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
: Hasil Jawaban Responden
Lampiran 3
: Hasil distribusi Responden
Lampiran 4
: Hasil Confimatory Factor Analysis Variabel Eksogen
Lampiran 5
: Hasil Confimatory Factor Analysis Variabel Endogen
Lampiran 6
: Hasil Uji Reliabilitas Data
Lampiran 7
: Hasil Uji SEM
Lampiran 8
: Hasil Model Revisi SEM
xix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada kenyataan yang masih luasnya tingkat kemiskinan terutama di pedesaan. Pada umumnya di negara yang berkembang seperti Indonesia ini masalah pendapatan rendah dan masalah kemiskinan merupakan masalah utama dalam pembangunan ekonomi. Dalam upaya meningkatkan pendapatan perkapita dari distribusi pendapatan merupakan dimensi yang perlu mendapat perhatian terutama untuk melihat tingkat pendapatan dan pembagian pendapatan diantara warga masyarakatnya. Aspek ini terkait dengan masih besarnya rakyat miskin di Indonesia, yang terutama di pedesaan. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan merata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (LEMHANNAS, 1997:17-18). Kemiskinan merupakan keadaan yang timbul ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Menurut BAPPENAS, (dalam Crescent 2003:4) mendefinisikan “kemiskinan sebagai suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi”. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya kualitas penduduk seperti terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini sedang
1
2
dihadapkan pada kenyataan yang masih luasnya tingkat kemiskinan terutama di pedesaan. Kemiskinan juga merupakan sebuah hubungan sebab akibat (kausalitas melingkar) artinya tingkat kemiskinan yang tinggi terjadi karena rendahnya pendapatan perkapita, pendapatan perkapita yang rendah terjadi karena investasi perkapita yang juga rendah. Tingkat investasi perkapita yang rendah disebabkan oleh permintaan domestik perkapita yang rendah juga dan hal tersebut terjadi karena tingkat kemiskinan yang tinggi dan demikian seterusnya, sehingga membentuk sebuah lingkaran kemiskinan sebagai sebuah hubungan sebab dan akibat (teori Nurkse) dan telah dibuktikan untuk contoh kasus lingkar kemiskinan di Indonesia (Sumanta, dalam Apriyanti, 2011:1-2). Sebuah studi tentang kemiskinan mengemukakan sebuah kesimpulan menarik mengenai mengapa berbagai program pemerintah tidak mengubah kondisi kemiskinan yaitu banyaknya penduduk yang membutuhkan bantuan tetapi tidak tersentuh, sebab penentuan kelompok sasaran program pengentasan kemiskinan sangat dipengaruhi oleh kepentingan aparat pelaksana, sehingga yang paling membutuhkan bantuan sering terpinggirkan. Data tersedia pada umumnya hanya menjelaskan indikasi program-program yang telah dan akan dilaksanakan tidak dapat mengungkapkan efektivitas penggunaan dalam mengatasi kemiskinan di daerah atau dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Serta berapa banyak penduduk miskin yang telah diangkat derajat hidupnya melalui program tersebut. Hal ini menunjukkan secara umum masih banyaknya masalah dalam pelaksanaan program pengentasan kemiskinan di Indonesia, sehingga program tersebut belum dapat dikatakan efektif (Yunus, 2009:59). Salah satu konsepsi dan paradigma yang saat ini cukup populer dikembangkan adalah
melalui pemberdayaan
masyarakat.
Pemberdayaan
masyarakat pada dasarnya bertujuan mewujudkan kesejahteraan, kedaulatan dan kemandirian. Kesejahteraan tercemin dari peningkatan kualitas hidup lahir batin dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, terutama di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Kedaulatan terbentuk dari derajat partisipasi yang mampu dilakukan masyarakat dalam pengambilan keputusan
3
pembangunan, sedangkan kemandirian terwujud dari kemampuan swadaya dan gotong-royong
masyarakat
untuk mencukupi
kebutuhan sendiri
melalui
pendayagunaan segenap potensi baik sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan masyarakat, modal finansial, maupun modal sosial yang ada. Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat
(PNPM)
Mandiri
merupakan salah satu program pembangunan yang berfungsi untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di tingkat pedesaan dan perkotaan yang diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap hasil. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, yang ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi obyek
melainkan
sebagai
subyek
upaya
penanggulangan
kemiskinan
(DEPDAGRI, 2008:3). Pelaksanaan PNPM Mandiri di Indonesia dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat. Tahun 2008 diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) serta diprioritaskan pada desadesa tertinggal, atau disebut juga dengan PNPM Mandiri Pedesaan. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang dilaksanakan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah selama ini sering berduplikasi antar proyek sehingga diharapkan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri Pedesaan. Mengingat proses pemberdayaan pada umumnya membutuhkan waktu 5-6 tahun, maka PNPM Mandiri Pedesaan dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium atau Millennium Development Goals (MDGs). Pelaksanaan PNPM Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target-target MDGs tersebut (Somodiningrat, 2009:69).
4
Kecamatan Tegalampel merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bondowoso yang memiliki jumlah keluarga miskin yang cukup besar. Dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat, Kecamatan Tegalampel menghadapi persoalan yang cukup kompleks berkenaan dengan kemiskinan atau penyandang masalah kesejahteraan sosial. Sebagai berikut merupakan klasifikasi rumah tangga miskin dan rumah tangga pada masing-masing desa tahun 2009 – 2010 di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso.
Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin Menurut Klasifikasi Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso Tahun 2009 – 2011.
Desa
2009
2010
RTM RT RTM Karanganyar 807 1309 769 Sekarputih 614 1424 645 Tegalampel 345 746 429 Mandiro 900 1238 984 Tanggulangin 576 812 449 Klabang 1190 979 960 Klabang Agung 225 Purnama 854 JUMLAH 4432 6508 5315 *RTM (Rumah Tangga Miskin), RT (Rumah Tangga) Sumber: BPS Kab Bondowoso, diolah Februari 2013
RT 1760 1610 597 1284 815 1025 324 876 8291
2011 RTM 769 645 429 984 449 960 225 854 5315
RT 1760 1610 597 1284 815 1025 324 876 8291
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa masalah kesejahteraan sosial penduduk masing-masing desa merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Sehingga program pemberdayaan masyarakat seperti PNPM Mandiri Pedesaan sangat dibutuhkan, dengan maksud agar tujuan dari program tersebut dapat terlaksana. PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso dimulai pada tahun 2009. Dari alasan tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari tahu sejauh mana Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus pada persepsi masyarakat miskin terhadap PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso).
5
1.2 Rumusan Masalah Upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan di wilayah perdesaan salah satunya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas program pemberdayaan masyarakat (studi kasus: persepsi masyarakat miskin terhadap PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso). Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Apakah tahap perencanaan berpengaruh terhadap kinerja fasilitator pada PNPM Mandiri Pedesaan Kecamatan tegalampel Kabupaten Bondowoso ? b. Apakah tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap kinerja fasilitator pada PNPM Mandiri Pedesaan Kecamatan tegalampel Kabupaten Bondowoso ? c. Apakah tahap perencanaan berpengaruh terhadap efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan tegalampel Kabupaten Bondowoso ? d. Apakah tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan tegalampel Kabupaten Bondowoso ? e. Apakah kinerja fasilitator berpengaruh terhadap efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan tegalampel Kabupaten Bondowoso ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisis pengaruh tahap perencanaan terhadap kinerja fasilitator pada
PNPM
Mandiri
Pedesaan
Kecamatan
Tegalampel
Kabupaten
Bondowoso; b. Untuk menganalisis pengaruh tahap pelaksanaan terhadap kinerja fasilitator pada
PNPM
Mandiri
Pedesaan
Kecamatan
Tegalampel
Kabupaten
Bondowoso; c. Untuk menganalisis pengaruh tahap perencanaan terhadap efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso;
6
d. Untuk menganalisis pengaruh tahap pelaksanaan terhadap efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso; e. Untuk menganalisis pengaruh kinerja fasilitator terhadap efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso.
1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Umum sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lain terutama yang memiliki objek penelitian yang sama, serta pihak-pihak yang terkait dengan bidang ini; b. Bagi ilmu pengetahuan sebagai sarana pengembangan pengetahuan ilmiah dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi khususnya masalah pemberdayaan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan; c. Bagi objek diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan solusi pemecahan terhadap permasalahan kemiskinan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan a. Aliran Klasik Menurut Adam Smith, dalam berlangsungnya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi. Spesialisasi dalam proses produksi akan dapat meningkatkan ketrampilan tenaga kerja, dapat mendorong ditemukannya alatalat atau mesin baru dan akhirnya dapat mempercepat dan meningkatkan produksi. b. Aliran Post-Keynesian Harrod dan Domar menekankan pentingnya peranan akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan. Hal ini bahwa akumulasi kapital itu mempunyai peranan ganda, yaitu menimbulkan pendapatan dan menaikkan kapasitas produksi dengancara memperbesar persediaan kapital. Pembentukan kapital bila tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan yang sudah ada akan menganggurkan kapital dan tenaga. Karena itu kenaikan pendapatan diperlukan utuk menghindari alat-alat kapital dan pengangguran tenaga kerja. Dengan demikian tujuan teori perkembangan ekonomi ialah menemukan keadaan-keadaan yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat pengerjaan penuh dalam jangka waktu lama, yaitu tingkat perkembangan pendapatan yang dibutuhkan untuk memelihara pendapatan pada tingkat pengerjaan penuh. (Irawan dan Suparmoko, 1990:17-22)
2.1.2 Konsep Kemiskinan Dimensi ekonomi dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang, baik secara finansial maupun semua jenis kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dikatagorikan miskin bilamana seseorang atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok minimumnya, seperti sandang,
7
8
pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. Dimensi ekonomi dapat diukur dengan nilai rupiah meskipun harganya selalu berubah ubah setiap tahunnya tergantung pada tingkat inflasi rupiah (Ellies, 1994:132). Menurut Todaro (dalam Chriswardani, 2009:5), salah satu generalisasi (anggapan sederhana) yang terbilang paling sahih (valid) mengenai penduduk miskin adalah bahwasanya mereka pada umumnya bertempat tinggal di daerahdaerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatan kegiatan lainnya yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional. Pengertian kemiskinan itu sangat luas, dimana mengelompokkan ukuran kemiskinan menjadi 5 macam, yaitu : a. Kemiskinan Absolut, yang diartikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat pendapatan dari seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Ukuran ini dikaitkan dengan batasan pada kebutuhan pokok atas kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara layak. Seseorang yang mempunyai pendapatan dibawah kebutuhan minimum, maka orang tersebut dikatakan miskin; b. Kemiskinan Relatif, yang berkaitan dengan distribusi pendapatan yang mengukur ketidakmerataan. Dalam kemiskinan relatif ini, seseorang yang telah mampu memenuhi kebutuhan minimumnya belum tentu disebut tidak miskin. Kondisi seseorang atau keluarga apabila dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya mempunyai pendapatan yang lebih rendah, maka orang atau keluarga tersebut berada dalam keadaan miskin; c. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapatkan imbalan pendapatan yang rendah; d. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya dimana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan.
9
Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai secara umum; e. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.
Menurut Badan Pusat Statistik (dalam Laksana, 2012:12) kriteria untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin apabila sebagai berikut: a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang; b. Jenis lantai tempat tinggal dari tanah / bambu / kayu murahan; c. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / bersama-sama dengan rumah tangga lain; d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah tangga lain; e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik; f. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai / air hujan; g. Bahan bakar memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah; h. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu; i.
Hanya memebeli satu stel pakaian baru dalam setahun;
j.
Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari;
k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik; l.
Sumber penghasilan rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000,00 per bulan;
m. Pendidikan rendah;
10
n. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000,00 seperti sepeda motor (non-kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat Menurut
Suharto
(dalam
Swedianti,
2011a:5)
mendefinisikan
pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses dimana masyarakat, terutama mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan, dan kelompok terabaikan lainnya, didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Dalam proses ini, lembaga berperan sebagai fasilitator yang mendampingi proses pemberdayaan masyarakat. Pada prinsipnya masyarakatlah yang menjadi aktor dan penentu pembangunan. Usulan-usulan masyarakat merupakan dasar bagi program pembangunan lokal, regional, bahkan menjadi titik pijak bagi program nasional. Pemberdayaan pada dasarnya merupakan suatu proses yang dijalankan dengan kesadaran dan partisipasi penuh dari para pihak untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat sebagai sumber daya pembangunan agar mampu mengenali permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan dan menolong diri menuju keadaan yang lebih baik, mampu menggali dan kelompoknya, serta mampu mengeksistensikan diri secara jelas dengan mendapat manfaat darinya. Pemberdayaan adalah sebuah ”proses menjadi”, bukan ”proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan. Dalam tahap penyadaran, target sasaran yaitu masyarakat miskin diberikan pemahaman bahwa mereka mempunyai hak untuk menjadi berada. Di samping itu juga diberikan penyadaran bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk keluar dari kemiskinannya. Pada tahap ini, masyarakat miskin dibuat mengerti bahwa proses pemberdayaan itu harus berasal dari diri mereka sendiri. Diupayakan pula agar komunitas ini mendapat cukup informasi. Melalui informasi aktual dan akurat terjadi proses penyadaran secara alamiah. Proses ini dapat dipercepat dan dirasionalkan hasilnya dengan hadirnya upaya pendampingan.
11
Tahap pengkapasitasan bertujuan untuk memampukan masyarakat miskin sehingga mereka memiliki keterampilan untuk mengelola paluang yang akan diberikan. Tahap ini dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan, lokakaya dan kegiatan sejenis yang bertujuan untuk meningkatkan life skill dari masyarakat miskin. Pada tahap ini sekaligus dikenalkan dan dibukakan akses kepada sumberdaya kunci yang berada di luar komunitasnya sebagai jembatan mewujudkan harapan dan eksistessi dirinya. Selain memampukan masyarakat miskin baik secara individu maupun kelompok, proses memampukan juga menyangkut organisasi dan sistem nilai. Pengkapasitasan organisasi melalui restrukturisasi organiasasi pelaksana sedangkan pengkapasitasan sistem nilai terkait dengan ”aturan main” yang akan digunakan dalam mengelola peluang. Pada tahap pendayaan, masyarakat miskin diberikan peluang yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki melalui partisipasi aktif dan berkelanjutan yang ditempuh dengan memberikan peran yang lebih besar secara bertahap sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya, diakomodasi aspirasinya serta dituntun untuk melakukan self evaluation terhadap pilihan dan hasil pelaksanaan atas pilihan. Konsep
pemberdayaan
masyarakat
dapat
dikembangkan
sebagai
mekanisme perencanaan dan pembangunan yang bersifat bottom up yang melibatkan peran serta masyarakat dalam berbagai kegiatan perencanaan dan pembangunan. Dengan demikian, program penanggulangan kemiskinan disusun sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berarti dalam penyusunan program penanggulangan kemiskinan dilakukan penentuan prioritas berdasarkan besar kecilnya tingkat kepentingan sehingga implementasi program akan terlaksana secara efektif dan efisien. Melalui pemberdayaan, masyarakat akan mampu menilai lingkungan sosial ekonominya serta mampu mengidentifikasi bidang-bidang yang perlu dilakukan perbaikan. Tahapan selanjutnya dari pemberdayaan adalah mewujudkan masyarakat yang mandiri berkelanjutan. Mandiri adalah langkah lanjut yang rasional dari masyarakat yang telah sejahtera. Dalam kata mandiri telah terkandung pengertian ada usaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan
12
usaha sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Dalam pemandirian masyarakat miskin hendaknya tidak mengabaikan potensi dan kapasitas yang tersisa dalam diri maupun kelompoknya serta menghindarkan diri dari budaya cepat puas dan merasa
cukup.
Dalam
pemandirian
masyarkat
miskin
diajak
untuk
mengembangkan jejaring komunikasi sehingga mereka bisa menambah wawasan dan selalu diingatkan untuk memiliki pikiran yang maju berwawasan jauh ke depan untuk menjangkau kondisi yang lebih baik. 2.1.4 Persepsi Persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalamanpengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi (www.wikipedia.org/wiki/persepsi). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain : a. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda; b. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek;
13
c. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual
vigilance
merupakan
kecenderungan
seseorang
untuk
memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat; d. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya; e. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas; f. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat (Gibson, 2000:55).
2.1.5 Efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan Sumaryadi (2005:105) berpendapat bahwa organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Suatu program atau kegiatan, yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Dalam teori sistem, suatu organisasi dipandang sebagai satu dari sejumlah elemen yang saling tergantung. Aliran input dan output merupakan titik awal dalam menggambarkan suatu organisasi. Tingkat efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan dapat diukur melalui sebagai berikut: a. Tahap perencanaan meliputi sosialisasi, musyawarah, pelatihan, sasaran bantuan, dan Kelembagaan;
14
b. Tahap proses/pelaksanaan meliputi gotong royong, teknologi, ketepatan penggunaan dana dan tujuan program, pengawasan pengadaan barang dan jasa dan waktu pelaksanaan kegiatan; c. Peran Fasilitator meliputi sebagai narasumber, sebagai pelatih, sebagai mediator, sebagai penggerak, dan komunikasi.
Sedangkan tujuan akhir yang diharapkan oleh PNPM Mandiri Pedesaan meliputi Kemampuan meningkatkan kualitas sumber
daya
manusia, kemampuan
meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam mendukung PNPM Madiri Pedesaan, kemampuan memperluas kesempatan kerja serta kemampuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Www.Pnpm-Mandiri.Org). Sehubungan
dari
penjelasan
tersebut
maka
efektivitas
adalah
menggambarkan seluruh siklus perencanaan, proses/pelaksanaan, hasil dan peran Fasilitator yang mengacu pada hasil guna daripada suatu program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dampak dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya. Menurut Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (dalam Swedianti, 2011b:5-6) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya, keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu organisasi, keterlibatan masyarakat menikmati hasil dari pembangunan, serta dalam evaluasi pada pelaksanaan program. Masyarakat merupakan objek dari pembangunan dan sekaligus menjadi subjek pembangunan. Maka pembangunan itu memerlukan partisipasi dari masyarakat. Tanpa adanya partisipasi dari masyarakat maka tujuan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat atau daerah tidak akan tercapai atau bahkan bisa mengalami kegagalan. Oleh karena itu masyarakat sangatlkah penting dalam proses pembangunan.
15
Bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Menurut Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (dalam Swedianti, 2011c:6-7) membagi partisipasi ke dalam beberapa jenis tahapan, yaitu: a. Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatankegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusun rencana kerjanya; b. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek; c. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.
16
2.1.6 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah : a. PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulant untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan; b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. (http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Perdesaan,
diakses
pada
tanggal 25/01/2013) Visi PNPM Mandiri Pedesaan dalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Pedesaan adalah: a. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan; b. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; c. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal;
17
d. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Pedesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Pedesaan yaitu menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok
sasaran,
menguatkan
sistem
pembangunan
partisipatif,
serta
mengembangkan kelembagaan kerjasama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Pedesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Tujuan
Umum
PNPM
Mandiri
Perdesaan
adalah
meningkatnya
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Tujuan Khususnya meliputi: a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan; b. Melembagakan
pengelolaan
pembangunan
partisipatif
dengan
mendayagunakan sumber daya; c. Mengembangkan
kapasitas
pemerintahan
desa
dalam
memfasilitasi
pengelolaan pembangunan partisipatif; d. Menyediakan prasarana sarana dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat; e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir; f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD); g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan. Dalam pelaksanaannya, PNPM Mandiri Perdesaan menekankan prinsipprinsip pokok yang terdiri dari :
18
a. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun administratif; b. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya; c. Keberpihakan pada Orang/ Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung; d. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola; e. Partisipasi/ Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotongroyong menjalankan pembangunan; f. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan
untuk
pengentasan
kemiskinan,
kegiatan
mendesak
dan
bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas; g. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut; h. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antarpemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan; i.
Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
PNPM Mandiri melakukan pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan
19
program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan cara sebagai berikut : a. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program untuk mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program; b. Memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan pelaku utama pembangunan pada tingkat lokal; c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif; d. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis; e. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan. Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut: a. PNPM-Inti: terdiri dari program/kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan, yang mencakup PPK, P2KP, PISEW, dan P2DTK; b. PNPM-Penguatan: terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat berbasis
sektoral,
kewilayahan,
serta
khusus
untuk
mendukung
penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait pencapaian target tertentu. Pelaksanaan programprogram ini di tingkat komunitas mengacu pada kerangka kebijakan PNPM Mandiri. Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat meliputi: a. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial dan ekonomi secara padat karya; b. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam memanfaatkan dana bergulir ini;
20
c. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs; d. Peningkatan
kapasitas
masyarakat
dan
pemerintahan
lokal
melalui
penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.
2.2 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Hasil penelitian Rahmantika (2011) tentang “Analisis Efektifitas Program Pinjaman Dana Bergulir Pada Unit Pengelola Kegiatan (Upk) Pnpm Mandiri Dan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (Spp) Di Kecamatan Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2008-2010” dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, menunjukkan bahwa Efektifitas Pengelolaan dana bergulir dipengaruhi oleh 3 hal yaitu Unit Pengelola Kegiatan (UPK) sebagai pengelola dan penyalur seluruh dana bergulir di tingkat kecamatan, aturan dan prosedur atau mekanisme perguliran, serta pemanfaat langsung berupa kelompok peminjam sebagai pengelola dan penyalur dana bergulir kepada anggotanya. Efektifitas pengelolaan dana bergulir oleh Unit Pengelola kegiatan dapat dilihat dari kinerja UPK tahun 2008-2010. Secara umum kinerja UPK semakin membaik dari tahun ketahun. Terutama dengan tidak adanya Kelompok peminjam yang melakukan tunggakan. Efektifitas Prosedur mekanisme perguliran, yang didapat dari kuesioner yang dibagikan kepada pemanfaat dana bergulir, dianggap sudah efektif baik persepsi umum terhadap PNPM, proses seleksi, proses penyaluran dan pencairan dana serta proses pendampingan. Hasil penelitian Karina (2011) tentang “Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (Pnpm-Mp) (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm-Mp Di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)”, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi peserta program PEB PNPMMP sedang pada tahap perencanaan, tergolong tinggi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil, sedangkan pada tahap evaluasi kegiatan tergolong rendah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir adalah tingkat
21
pendidikan, tingkat pendapatan, persepsi, dan kepemimpinan. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan efektivitas program PEB PNPM-MP. Efektivitas program PEB PNPM-MP mencakup peningkatan pendapatan masyarakat dan pengembangan modal sosial yang ada di masyarakat. Modal sosial yang ada di masyarakat terbagi menjadi tiga, yaitu tingkat kepercayaan, tingkat jaringan sosial, dan tingkat kerjasama. Setelah masyarakat mengikuti program PEB PNPM-MP, sebagian besar masyarakat mengalami peningkatan pendapatan dan pengembangan modal sosial. Berdasarkan penelitian Nanik (2011) tentang “Dampak PNPM-MP Bidang Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh faktor bantuan modal dan faktor kinerja tenaga pendamping terhadap faktor pemberdayaan keluarga miskin pada PNPM; pengaruh faktor bantuan modal dan faktor kinerja tenaga pendamping terhadap faktor kesejahteraan masyarakat; serta pengaruh pemberdayaan miskin terhadap faktor kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Model analisis yang digunakan adalah analisis Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling atau SEM). Hasil penelitian bahwa faktor bantual modal dan faktor kinerja tenaga pendamping berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor pemberdayaan masyarakat miskin pada PNPM; bantuan modal dan faktor kinerja tenaga pendamping berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor kesejahteraan masyarakat; serta faktor pemberdayaan miskin berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Menurut penelitian Sidartawan (2011) tentang “Dampak PNPM Mandiri Pedesaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember, dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor bantuan langsung masyarakat dan faktor kinerja tenaga pendamping terhadap faktor pemberdayaan masyarakat pada Program Pengembangan Kecamatan (PPK); mengetahui faktor bantuan langsung masyarakat dan faktor kinerja tenaga pendamping
terhadap
kesejahteraan
masyarakat;
serta
pengaruh
faktor
22
pemberdayaan masyarakat terhadap faktor kesejahteraan masyarakat pada Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Model analisis yang digunakan adalah Analisis Model persamaan Struktural (Structural Equation Modeling atau SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor bantuan langsung masyarakat dan faktor kinerja tenaga pendamping berpengaruh signifikan dan positif terhadap faktor pemberdayaan masyarakat pada Program Pengembangan Kecamatan (PPK); faktor bantuan langsung masyarakat dan faktor kinerja tenaga pendamping berpengaruh signifikan dan positif terhadap kesejahteraan masyarakat; serta pengaruh faktor pemberdayaan masyarakat berpengaruh signifikan dan positif terhadap faktor kesejahteraan masyarakat pada Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Menurut penelitian Andari (2012) tentang “Pengaruh Pemberdayaan Ekonomi Dalam PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kemiskinan di Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang, dengan model analisis yang digunakan adalah Analisis Model persamaan Struktural (Structural Equation Modeling atau SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian modal berpengaruh terhadap pemberdayaan keluarga miskin. Variabel ketepatan program berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat miskin, variabel pemberian modal, ketepatan program,
dan
pemberdayaan
ekonomi
mempunyai
pengaruh
terhadap
kesejahteraan masyarakat miskin.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama & Judul Rahmantika. (Analisis Efektifitas Program Pinjaman Dana Bergulir Pada Unit Pengelola Kegiatan (Upk) Pnpm Mandiri Dan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (Spp) Di Kecamatan
Variabel Efektivitas dana bergulir, kinerja UPK, mekanisme perguliran
Metode Analisis Deskriptif Kualitatif
Hasil 1. Efektifitas Pengelolaan dana bergulir dipengaruhi oleh 3 hal yaitu Unit Pengelola Kegiatan (UPK) sebagai pengelola dan penyalur seluruh dana bergulir di tingkat kecamatan, aturan dan prosedur atau mekanisme perguliran, serta
23
Lanjutan Tabel 2.1 Nama & Judul
Variabel
Metode Analisis
Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2008-2010)
Karina Swedianti. (Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm-Mp Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor)
Hasil pemanfaat langsung berupa kelompok peminjam sebagai pengelola dan penyalur dana bergulir kepada anggotanya; 2. Efektifitas pengelolaan dana bergulir oleh Unit Pengelola kegiatan dapat dilihat dari kinerja UPK tahun 2008-2010. Secara umum kinerja UPK semakin membaik dari tahun ketahun. Terutama dengan tidak adanya Kelompok peminjam yang melakukan tunggakan. 3. Efektifitas Prosedur mekanisme perguliran, yang didapat dari kuesioner yang dibagikan kepada pemanfaat dana bergulir, dianggap sudah efektif baik persepsi umum terhadap PNPM, proses seleksi, proses penyaluran dan pencairan dana serta proses pendampingan.
Partisipasi masyarakat, karakterisitik individu, manajemen program, efektivitas program ekonomi bergulir.
Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
1. Partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP terbagi menjadi empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap monitoring atau evaluasi. partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan sedang, tahap pelaksanaan dan hasil tinggi, sedangkan tahap evaluasi sangat rendah; 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
24
Lanjutan Tabel 2.1 Nama & Judul
Variabel
Metode Analisis
Hasil tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, persepsi, dan kepemimpinan; 3. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan efektivitas program PEB PNPM-MP. Efektivitas program PEB PNPM-MP mencakup peningkatan pendapatan masyarakat dan pengembangan modal sosial yang ada di masyarakat. Modal sosial yang ada di masyarakat terbagi menjadi tiga, yaitu tingkat kepercayaan, tingkat jaringan sosial, dan tingkat kerjasama. Setelah masyarakat mengikuti program PEB PNPM-MP, sebagian besar masyarakat mengalami peningkatan pendapatan dan pengembangan modal sosial.
Nanik Indah Rupiani (Dampak PNPM-MP Bidang Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember)
Bantuan modal, kinerja tenaga pendamping, pemberdayaan keluarga miskin, dan kesejahteraan masyarakat
Model 1. faktor bantuan modal dan Persamaan faktor kinerja tenaga Struktural pendamping berpengaruh (Structural positif dan signifikan Equation terhadap faktor Modeling pemberdayaan masyarakat atau SEM) miskin pada PNPM; 2. bantuan modal dan faktor kinerja tenaga pendamping berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor kesejahteraan masyarakat; 3. serta faktor pemberdayaan miskin berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
25
Lanjutan Tabel 2.1 Nama & Judul
Variabel
Sidartawan (Dampak PNPM-MP Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember)
Bantuan langsung masyarakat, kinerja tenaga pendamping, pemberdayaan masyarakat, dan kesejahteraan masyarakat
Retno Wulan Andari (Pengaruh Pemberdayaan Ekonomi Dalam PNPM Mandiri perkotaan Terhadap Kemiskinan di Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang Tahun 2010
Pemberian modal, ketepatan program, pemberdayaan masyarakat, dan kesejahteraan masyarakat.
Fariz Huzein. (Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Program Nasional
Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kinerja fasilitator, dan efektivitas PNPM-MP
Metode Hasil Analisis Model 1. faktor bantuan langsung Persamaan masyarakat dan faktor Struktural kinerja tenaga pendamping (Structural berpengaruh signifikan dan Equation positif terhadap faktor Modeling pemberdayaan masyarakat atau SEM) pada Program Pengembangan Kecamatan (PPK); 2. faktor bantuan langsung masyarakat dan faktor kinerja tenaga pendamping berpengaruh signifikan dan positif terhadap kesejahteraan masyarakat; 3. pengaruh faktor pemberdayaan masyarakat berpengaruh signifikan dan positif terhadap faktor kesejahteraan masyarakat pada Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember Model 1. pemberian modal Persamaan berpengaruh terhadap Struktural pemberdayaan keluarga (Structural miskin; Equation 2. Variabel ketepatan Modeling program berpengaruh atau SEM) terhadap pemberdayaan masyarakat miskin; 3. variabel pemberian modal, ketepatan program, dan pemberdayaan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat miskin. Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling atau SEM)
26
Lanjutan Tabel 2.1 Nama & Judul
Variabel
Metode Analisis
Hasil
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso)
2.2.1 Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan tinjauan pustaka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan terhadap efektivitas PNPM-MP melalui kinerja fasilitator di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso. Tahap perencanaan (X1) dapat diukur melalui 5 (Lima) indikator yaitu Sosialisasi (X 1.1), Musyawarah (X1.2), Pelatihan (X1.3), Sasaran Bantuan (X1.4), dan Kelembagaan (X1.5). Tahap pelaksanaan (X2) diukur melalui 5 (Lima) indikator yaitu Gotong royong (X2.1), Teknologi (X2.2), Ketepatan penggunaan dana dan tujuan program (X2.3), Pengawasan pengadaan barang dan jasa (X2.4), dan Waktu pelaksanaan kegiatan (X2.5). Kinerja fasiliator (Z) diukur melalui 5 (Lima) indikator yaitu Sebagai narasumber (Z1), sebagai pelatih (Z2), sebagai mediator (Z3), sebagai penggerak (Z4), dan komunikasi (Z5). Efektivitas PNPM-MP (Y) diukur melalui 4 (Empat) indikator yaitu sumber daya manusia (Y1), keswadayaan masyarakat (Y2), kesempatan kerja (Y3), dan kesejahteraan masyarakat (Y4). Didalam penelitian ini digunakan analisis jalur yang menggambarkan pengaruh langsung antara variabel tahap perencanaan (X1) dan tahap pelaksanaan (X2) terhadap kinerja fasilitator (Z) dan efektivitas PNPM-MP (Y). Pengaruh tidak langsung variabel tahap perencanaan (X1) dan tahap pelaksanaan (X2) terhadap efektivitas PNPM-MP (Y) melalui kinerja fasilitator (Z). Untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 2.1 berikut ini:
27
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
Tahap Perencanaan (X1)
H3 H1
Z1
Y1
Z2
Kinerja Fasilitator (Z)
Z3 Z4
Y2 Y3 Y4
Z5
H2 H4
Tahap Pelaksanaan (X2)
X2.1
H5
Efektivitas PNPM-MP (Y)
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.2.2 Hipotesis Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang bersifat sementara atau suatu dugaan, anggapan, pendapat asumsi yang mungkin benar atau salah, yang masih harus dibuktikan kebenarannya, dengan melakukan suatu penelitian dan uji hipotesis. Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu peneliti maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1
: Diduga tahap perencanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator;
28
H2
: Diduga tahap pelaksanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator;
H3
: Diduga tahap perencanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM-MP;
H4
: Diduga tahap pelaksanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM-MP
H5
: Diduga kinerja Fasilitator berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM-MP.
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan methode explanatory, yaitu jenis penelitian yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel–variabel melalui pengujian hipotesis, dalam penelitian ini metode eksplanatori digunakan untuk mengolah hasil penelitian, membantu merumuskan permasalahan yang terjadi, dan identifikasi untuk penelitian selanjutnya dalam mengambil keputusan yang akurat dari hasil penelitiannya. Penelitian ini juga menggunakan metode diskriptif, yaitu jenis penelitian yang menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifatsifat hubungan antar fenomena yang diselidiki (Usman, 2009:4). Metode diskriptif ini digunakan untuk menjelaskan analisis permasalahan, melakukan pemahaman dasar pada teori dan hasil penelitian terdahulu utuk kemudian mengungkap hipotesis yang akan diuji.
3.2 Jenis Data a. Data Primer Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari obyeknya (Santoso dan Tjiptono, dalam Kusumawati, 2012a;19). Data primer dalam penelitian ini adalah berupa jawaban dari kuesioner atas pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti; b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang didapat secara tidak langsung dari sumber informasi yang bukan di usahakan sendiri oleh peneliti. Misalnya berupa laporan-laporan, dokumen, literatur, dan bacaan yang berhubungan dengan penelitian ini.
29
30
3.3 Metode Pengumpulan Data a. Kuesioner Metode pengumpulan data dengan cara memberikan kepada responden sejumlah pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. b. Wawancara Salah satu teknik pengumpulan data secara langsung atau interview secara langsung antara peneliti dan responden/informan yang diwawancara.
3.4 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 3.4.1 Populasi Menurut Arikunto (1998:153) populasi (universe), adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga, pada penelitian ini populasinya adalah rumah tangga miskin di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso sebanyak 5315 RTM pada tahun 2011. 3.4.2 Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan teknik random sampling, yaitu mengambil sebagian sampel dari populasi yang ada dalam penelitian ini secara acak. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah sampel = Jumlah Indikator x 5 sampai 10 Karena dalam penelitian ini terdapat 19 indikator, maka jumlah sampel yang digunakan adalah : Jumlah sampel = 19 x 6 = 114 Hal ini mengacu pada pendapat Roscoe (dalam Kusumawati, 2012b:20) menyatakan bahwa ukuran sampel yang layak adalah berkisar antara 30-500. Sehubungan dengan menggunakan AMOS, maka Ghazali (2008a:64) menyatakan bahwa apabila ukuran sampel terlalu besar maka model menjadi sangat sensitiv sehingga sulit untuk mendapatkan goodness of fit yang baik. Ukuran yang harus dipenuhi adalah minimum berjumlah 100 s.d 200 dan selanjutnya menggunakan
31
perbandingan 5 s.d 10 observasi untuk setiap estimated parameter. Dengan mengacu pada kedua pendapat tersebut maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sejumlah 114 responden. 3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasinal Variabel 3.5.1 Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dikelompokan menjadi tiga macam yaiitu: a. Variabel eksogen (X), yaitu variabel bebas atau variabel yang tidak tergantung pada variabel lain. Yang termasuk variabel independen dalam penelitian ini adalah tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan;. b. Variabel endogen atau intervening (Z), yaitu variabel perantara yang secara konkret pengaruhnya tidak tampak tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan tergantung yang sedang diteliti. Dalam hal ini yang merupakan variabel intervening adalah kinerja fasilitator; c. Variabel endogen terikat (Y), yaitu variabel yang terikat atau tergantung pada variabel lain. Dalam hal ini yang merupakan variabel endogen terikat adalah efektivitas PNPM-MP.
3.5.2 Definisi Variabel Operasional Variabel Operasional merupakan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi Operasional yang dimaksudkan untuk menjelaskan istilahistilah yang digunakan dalam penelitian. Untuk mengetahui masalah-masalah tersebut maka definisi dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. X1 adalah persepsi masyarakat miskin pada tahap perencanaan yang diukur melalui indikator sebagai berikut: 1) Sosialisasi PNPM-MP, proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat tentang PNPM-MP; 2) Musyawarah, merupakan suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk merencanakan dan memecahkan persoalan (mencari jalan keluar)
32
guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut dengan kegiatan PNPM-MP; 3) Pelatihan, mempersiapkan pelaku PNPM-MP untuk mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan membantu peserta memperbaiki prestasi; 4) Sasaran bantuan, bahwa sasaran penerima bantuan dari program PNPMMP adalah masyarakat miskin sebagai pemegang peran utama dalam pelaksanaan program dan telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin; 5) Kelembagaan,
yaitu
lembaga
pengengola
kegiatan
PNPM-MP
merupakan lembaga yang dipercaya dan aspiratif untuk mendorong timbul dan berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat. b. X2 adalah persepsi masyarakat miskin pada tahap pelaksanaan yang diukur melalui indikator sebagai berikut: 1) Gotong royong, pelaksanaan kegiatan program melibatkan keikutsertaan masyarakat miskin, pemerintah setempat dan kelompok peduli untuk bersama-sama menanggulangi kemiskinan di wilayahnya; 2) Teknologi, penggunaan teknologi dalam kegiatan pelaksanaan program menggunakan teknologi yang sederhana, tepat, dan biaya murah; 3) Ketepatan penggunaan dana dan tujuan program, kesesuaian alokasi dana dan tujuan program saat pelaksanaan program sehingga bantuan tidak menyimpang; 4) Adanya pengawasan pengadaan barang dan jasa kegiatan PNPM di lapangan untuk menghindari kecurangan; 5) Waktu pelaksanaan kegiatan di lapangan sesuai dengan rencana program. c. Z adalah persepsi masyarakat miskin terhadap kinerja fasilitator yang diukur melalui indikator sebagai berikut: 1) Sebagai narasumber, yaitu kemampuan menyediakan dan kesiapan memberikan informasi, kemampuan menjawab pertanyaan, memberikan ulasan, gambaran analisis maupun memberikan saran yang kongkrit dan realistis yang berkaitan dengan program;
33
2) Sebagai pelatih, yaitu kemampuan membantu masyarakat dalam mempelajari dan memahami keterampilan atau pengetahuan baru dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan program; 3) Sebagai mediator, yaitu berperan sebagai orang yang dapat menengahi terjadinya perbedaan kepentingan antara kelompok atau individu di masyarakat; 4) Sebagai penggerak, yaitu kemampuan merangsang dan mendorong masyarakat untuk menemukan serta mengenali potensi dan kapasitasnya sendiri; 5) Komunikasi, yaitu kemampuan menjalin hubungan sosial dan antar manusia, yaitu kemampuan untuk membina hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan rekan kerja, berkaitan dengan bagaimana memperlakukan dan berinteraksi dengan masyarakat. d. Y adalah efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan. Indikatornya sebagai berikut: 1) Kemampuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia; 2) Kemampuan meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam mendukung PNPM Madiri Pedesaan; 3) Kemampuan memperluas kesempatan kerja; 4) Kemampuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3.6 Skala Pengukuran Skala pengukuran adalah acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval dalam alat ukur. Alat ukur tersebut jika digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitaif. Menurut Sugiono, (dalam Kusumawati, 2012c:22), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Untuk keperluan penellitian analisis kuantitas maka jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut : a. Sangat Tidak Setuju (STS)
=1
b. Tidak Setuju (TS)
=2
34
c. Netral (N)
=3
d. Setuju (S)
=4
e. Sangat Setuju (SS)
=5
3.7 Uji Instrumen 3.7.1 Uji Validitas Suatu tes atau alat instrument pengukuran dapat dikatakan valid apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurannya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Dimyati, 2009a: 32). Suatu alat ukur yang valid mampu mengungkapkan data dengan tepat dan memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat artinya pengukuran tersebut mampu memberikan gambaran yang mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara subjek yang satu dengan yang lainnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisis konfirmatory (confirmatory faktor analysis) pada masing-masing variabel laten. Indikatorindikator dari suatu variabel dikatakan valid jika mempunyai
loading faktor
signifikan pada (α = 1%).
3.7.2 Uji Reliabilitas Selain harus valid, instrument juga harus reliabel (dapat diandalkan). Instrument reliabel apabila alat ukur tersebut memperoleh hasil-hasil yang konsisten. Dengan demikian instrument ini dapat dipakai dengan aman karena dapat bekerja dengan baik pada waktu yang berbeda dan kondisi yang berbeda (Dimyati, 2009b:32). Jadi reliabilitas menunjukkan seberapa besar pengukuran dapat memberikan hasil yang reliatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama. Ghozali (2008b:233) menyatakan nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,7 , bila penelitian yang dilakukan adalah eksploratori maka nilai 0,6-0,7 pun masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model baik.
35
3.8 Metode Penelitian Data 3.8.1 Uji Asumsi Structural Equation Modelling (SEM) Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada masing-masing variabel laten, maka dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah prasyarat yang diperlukan dalam permodelan SEM dapat terpenuhi adalah asumsi multivariate normal, tidak adanya multikolinearitas atau singularitas dan outlier. a. Uji Normalitas Normalitas yaitu sebaran data yang akan dianallisis, untuk melihat apakah asumsi normalitas dapat dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut. Uji normalitas perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data univariat maupun normalitas multivariate dimana beberapa variabel yang digunakan sekaligus dalam analisis terakhit. Untuk menguji dilanggar atau tidaknya, maka dapat dilakukan dengan nilai statistik z untuk skewness dan kurtosisnya dan secara empirik dapat dilihat dengan critical ratio (CR) skewness value. Jika dipergunakan tingkat signifikan 1% (0,01), maka nilai CR yang berada diantara -2,58 sampai dengan 2,58 (-2,58 ≤ CR ≥ 2,58) dikatakan data distribusi normal, baik secara univariate maupun secara multivariate (Ghozali, 2005a: 128). b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas dapat dilihat melalui determinan matriks konvarians. Nilai determinan yang sangat kecil atau mendekati nol, maka menunjukkan indikasi terdapatnya masalah multikolinearitas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian (Tabachnick dan Fidell, dalam Ghozali, 2008c:231). c. Uji Outliers Outliers adalah kondisi observasi dari suatu data yang memiliki karateristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya yang muncul dan dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozalli, 2008d:227). Apabila terjadi outliers dapat dilakukan perlakuan khusus outliers-nya asal bagaimana munculnya outliers tersebut. Deteksi terhadap multivariate outliers dilakukan
36
dengan memperhatikan nilai mahalnobis distance. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai chi square pada derajat kebebasan (degree of freedom) sebesar jumlah variabel indikator pada tingkat signifikasi p < 0,01. Kasus yang mempunyai nilai mahalnobis distance lebih besar dari nilai chi square yang disarankan, maka kasus tersebut adalah multivariate outliers square yang disaratkan, maka kasus tersebut adalah multivariate outliers (Ghozali, 2005b: 130). 3.8.2 Structural Equation Modelling (SEM) Analisis data dilakukan dengan melalui : (1) mengelompokkan data sejenis dalam suatu table (tabulasi), (2) menganalisi data dengan melakukan perhitunganperhitungan menurut metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis yang akan digunakan adalah Structural
Equation Modelling
(SEM)
dengan
menggunakan program. SEM memiliki karakteristik utama yang membedakan teknik multivariate yang lain. Adapun karakteristik utama dari SEM sebagai berikut: a. Estimasi
hubungan
ketergantungan
pada
(multivariate
dependence
relationship); b. Memungkinkan untuk mewakili konsep yang sebelumnya tidak teramati dalam hubungan yang ada serta memperhitungkan kesalahan pengukuran dalam proses estimasi. Setelah uji asumsi Structural Equation Modelling (SEM),
maka
dilanjutkan uji kelayakan model. Untuk menguji kelayakan model yang dikembangkan dalam model persamaan structural, maka akan digunakan beberapa indeks kelayakan model. Paket software statistic AMOS 18.0 juga digunakan untuk mengidentifikasi model yang diajukan memenuhi kriteria model persamaan structural yang baik. Adapun kriteria tersebut adalah : a. X2 (Chi Square Statistic), nilai chi square yang kecil akan menghasilkan nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikasi dan hal itu menunjukkan
37
bahwa input matriks kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan; b. Significant Probability yang dapat diterima atau mengidentifikasikan kesesuaian model baik adalah probability sama dengan atau lebih besar 0,01 (1%); c. Root Mean Square of Approximation (RMSEA) mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu model dengan matriks konvarians populasinya. RMSEA merupakan ukuran yang mencoba model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima; d. Goodness of Fit Indeks (GFI) digunakan untuk menghitung proporsi tertimbang
dari
varians
dalam
matriks
kovarians
populasi
yang
terestimasikan. Indeks ini mencerminkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat model yang diprediksi dan dibandingkan dengan data yang sebenarnya. Nilai GFI berkisar dari nol (poor fit)
sampai
0,1
(perfect
fit).
Nilai
GFI
yang
mendekati
1,0
mengidentifikasikan model yang memiliki kesesuaian yang baik. Nilai GFI yang dikatakan baik adalah lebih besar atau sama dengan 0,90; e. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) menyatakan bahwa AGFI adalah analog R2 (R Square) dalam regresi berganda. Fit indeks ini disesuaikan terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima atau tidaknya model. Tingkat penerimaan model yang direkomendasikan bila mempunyai nilai sama atau lebih besar 0,90; f. Normed Chi Square (CMIN/DF) adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chi square dibagi dengan degree of freedom. Nilai yang direkomendasikan untuk menerima kesesuaian sebuah model adalah nilai CMIN/DF yang lebih kecil atau sama dengan 2,0 atau 3,0; g. Tuker Lewis Index (TLI) adalah sebuah struktur incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model
38
adalah lebih besar atau sama dengan 0,90 dan nilai yang mendekati 1,0 menunjukkan model fit yang sangat baik; h. Comperative Fit Index (CFI) juga dikenal sebagai Bentler Comperative Index. CFI merupakan indeks kesesuaian incremental yang juga membandingkan model yang diuji dengan null model. Indeks yang mengindikasikan bahwa model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik adalah apabila CFI lebih besar atau sama dengan 0,95. Model teoritis dibangun melalui telaah pustaka, yang kemudian akan diuraikan lagi sebagai model yang akan dianalisis dengan menggunakan SEM sebagai berikut: a. Pengembangan model berbasis teori Langkah pertama yang dilakukan model persamaan structural adalah mengembangakan model yang memiliki justifikasi model yang kuat. Dalam studi ini, hal tersebut telah tertuang dalam kerangka konseptual; b. Pengembangan diagram jalur (path diagram) Pada langkah ini, model akan disajikan dalam sebuah path diagram untuk nantinya dapat diestimasi.; c. Konversi diagram alur ke persamaan Persamaan structural dibangun dengan pedoman sebagai berikut : Variabel endogen = Variabel eksogen + Variabel endogen + Error. Persamaan yang dihasilkan dalam studi ini adalah persamaan (structural model), karena tujuan studi ini adalah ingin mengetahui hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti; d. Memilih matriks input dan estimasi model; Matriks input yang digunakan dalam penelitian ini adalah kovarians. Teknik estimasi yang digunakan adalah maximum likelihood estimation, dengan 2 tahap, yaitu: 1) Teknik confirmatory faktor analysis Terdapat dua uji dasar yaitu a) Uji kesesuaian model (goodness of fit test)
39
Pengujian dilakukan dengan pendektan nilai goodness of fit, dapat dilihat dalam Tabel 3.1 Tabel 3.1 Uji Kesesuaian Model No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Goodness of Fit Indeks X chi square Significance Probability RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI
Cut of Value Diharapkan Kecil ≥ 0,01 ≤ 0,08 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≤ 2,00 ≥ 0,90 ≥ 0.95
2
Sumber : Ferdinand, (2002:61) confirmatory
faktor
analysis
digunakan
untuk
menguji
inidimensionalitas dan dimensi yang menjelaskan faktor laten. b) Uji signifikan bobot faktor: 1) Nilai lamda atau faktor loading; 2) Bobot faktor atau regression weight 2) Teknik full structural equation model Pengujian structural equation model juga dilakukan dengan dua macam pengujian yaitu : a) Uji kesesuaian model goodness of fit test; b) Uji kuasalitas regression weight. e. Menilai kemungkinan munculnya masalah identifikasi Masalah identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala sebagai berikut : 1) Standart error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar; 2) Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang seharusnya disajikan; 3) Muncul angka-angka aneh, seperti varians error yang negative; 4) Menculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang diperoleh;
40
f. Evaluasi kriteria goodness of fit. Pada langkah ini kesesuaian model di evaluasi, melalui telaah terhadap beberapa kriteria goodness of fit. Untuk itu tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mengevaluasi apakah data yang digunakan telah memenuhi asumsi SEM. g. Interprestasi dan identifikasi model Langkah yang berakhir adalah menginterprestasikan model dan modifikasi model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dan kovarians residual harus bersifat simetrik.
3.9 Kerangka Pemecahan Masalah Untuk mengetahui proses dalam penyelesaian permasalahan, maka dapat digambarkan kerangka pemecahan masalah sebagai berikut:
41
START
Pengumpulan Data
Tidak
Uji Validitas Uji Reliabilitas Ya
Analisis Data: Structural Equation Modelling (SEM) 1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of fit test) 2. Uji Kausalitas (Reggression Weight)
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
STOP
Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Ketarangan : a.
Start merupakan berbagai persiapan materi untuk mencari data;
b.
Melakukan pengumpulan data. Tahap ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner pada responden berupa pertanyaan;
c.
Melakukan uji validitas dan uji reliabilitas bertujuan untuk menguji tingkat kevalidan data dan tingkat kestabilan hasil pengukuran dengan menggunakan analisis faktor konfirmatori;
42
d.
Uji Structural Equation Modelling (SEM) yaitu model analisis yang memungkinkan untuk melakukan estimasi atas sejumlah persamaan regresi yang berbeda tetapi terkait satu sama lain secara bersamaan dengan membuat model structural. Pada pengujian SEM juga dilakukan dengan dua pengujian yaitu: 1) Uji kesesuaian model goodness of fit test Pengujian ini digunakan untuk mengukur kesesuaian input observasi atau sesungguhnya (matrik kovarian atau korelasi) dengan prediksi dari model yang diajukan (proposed model) 2) Uji kausalitas (regression weight) Tahap ini menguji kausalitas hipitesis yang dikembangkan dalam model. Dari model yang sesuai maka dapat diinterpretasikan koefisien lajur.
e. Pembahasan; f. Menarik suatu kesimpulan dari analisis tersebut dan memberikan saran sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan; g. Stop yaitu menunjukkan berakhirnya penelitian yang dilakukan dengan pemberian hasil akhir dari peneliti.
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Dan Keadaan Geografis Kabupaten Bondowoso merupakan sebuah Kabupaten yang berada di Jawa Timur Indonesia, memiliki luas 1.560,10 km2 yang terletak pada posisi 7”50”10” sampai 7”56”41” Lintang Selatan dan 113”48”10 sampai 113”48”26” Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten ini terdiri atas 23 kecamatan, 199 Desa dan 10 Kelurahan. Kecamatan Tegalampel merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bondowoso. Kecamatan Tegalampel terdiri dari 8 Desa yaitu Desa Karanganyar, Sekarputih, Tegalampel, Mandiri, Tanggulangin, Klabang, Klabang Agung, dan Purnama. Kecamatan Tegalampel mempunyai 43 Dusun/Pendukuhan, 158 Rukun Tangga dan 51 Rukun warga. Adapun batas luas wilayah Desa Mojomulyo Kecamatan Puger Kabupaten Jember sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kabupaten Bondowoso
Sebelah Barat
: Kecamatan Wringin
Sebelah Selatan
: Kecamatan Bondowoso dan Kecamatan Binakal
Sebelah Timur
: Kecamatan Taman Krocok
4.1.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Umur Menurut monografi Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso tahun 2011, jumlah penduduk di Kecamatan Tegalampel sebanyak 24.775 orang yang terdiri atas 11.934 orang penduduk laki-laki dan 12.841 orang penduduk perempuan. Data persebaran penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.1.
43
44
Tabel
4.1
Komposisi
Menurut
Jenis
kelamin
di
Kecamatan
Tegalampel
KabupatenBondowoso Tahun 2011 Jenis Kelamin Jumlah ( Orang ) Laki – laki 11.934 Perempuan 12.841 Jumlah 24.775 Sumber: Profil Kecamatan. Kecamatan Tegalampel, 2013
Persentase ( % ) 48,2 51,8 100 %
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso yang lebih dominan adalah perempuan dengan persentase sebesar 51.8 % dari keseluruhan jumlah penduduk Desa Mojomulyo. Sedangkan jumlah penduduk laki – laki sebesar 48.2 %. Untuk lebih lengkapnya keadaan penduduk menurut umur di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso Tahun 2011
No
Uraian
Laki – Laki
Perempuan
Jumlah
1
0–9
1728
1687
3415
2
10 – 19
1720
1666
3386
3
20 – 29
1576
1756
3332
4
30 – 39
1729
1847
3576
5
40 – 49
1651
1744
3395
6
50 – 59
1284
1285
2569
7
60 +
2246
2856
5102
11934
12841
24775
Jumlah
Sumber Profil Kecamatan. Kecamatan Tegalampel, 2013
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa jumlah penduduk umur 60+ tahun mendominasi dari keseluruhan jumlah penduduk menurut kelompok umur yaitu sebesar 5.102 jiwa, jumlah penduduk yang mendominasi kedua umur 30 – 39 tahun yaitu sebesar 3.576 jiwa, jumlah penduduk yang mendominasi ketiga umur 0 – 9 tahun yaitu sebesar 3415 jiwa, jumlah penduduk yang mendominasi
45
keempat umur 40 – 49 tahun yaitu sebesar 3.395 jiwa, jumlah penduduk yang mendominasi kelima
umur 10 – 19 tahun yaitu sebesar 3.386 jiwa, jumlah
penduduk yang mendominasi keenam umur 20 – 29 tahun yaitu sebesar 3332 jiwa, dan jumlah penduduk yang mendominasi ketujuh umur 50 – 59 tahun yaitu sebesar 2.569 jiwa.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden Deskripsi responden membahas mengenai karakteristik individual responden. Karakteristik tersebut akan diuraikan menurut Jenis kelamin dan umur. a. Jenis Kelamin Pada PNPM Mandiri Pedesaan tidak dibatasi oleh aspek jenis kelamin. Oleh sebab itu baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam berpartisipasi penyelenggaraan pembangunan pada PNPM Mandiri Pedesaan. Adapun data mengenai karakteristik responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin No. 1 2
Jenis Kelamin Laki-Laki Wanita Jumlah Sumber: Data Diolah, Mei 2013
Jumlah (Orang) 93 21 114
Persentase (%) 81,5 18,5 100
46
18.50%
Laki-Laki Perempuan
81.50%
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 4.3 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa responden terdiri atas laki-laki dan perempuan. Namun secara kuantitas jumlah responden laki-laki hampir lima kali lipat dibandingkan dengan jumlah responden perempuan, di mana laki-laki sebanyak 93 orang (81,5%) dan wanita sebanyak 21 orang (18,5%). Besarnya jumlah laki-laki dalam berpartisipasi pada PNPM Mandiri pedesaan selama ini disebabkan lebih banyak program fisik seperti pembangunan sarana prasarana umum. b. Umur Umur merupakan usia responden dalam penelitian ini. Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut umur No
Umur (Tahun)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1
20 – 29
26
22,8
2
30 – 39
41
35,9
3
40 – 49
31
27,2
4
50 – 59
14
12,4
5
60 +
2
1,7
114
100
Jumlah Sumber: Data diolah, Mei 2013
47
1.70% 12.40%
22.80%
20 - 29 30 - 39
27.20%
40 - 49 35.90%
50 - 59 60 +
Gambar 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur Berdasarkan Tabel 4.4 dan gambar 4.2 di atas dapat diketahui bahwa masyarakat yang berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Pedesaan sebagian besar memiliki umur 30 - 39 tahun sebanyak 41 orang (35,9%).
4.2.2 Diskripsi Variabel Penelitian Untuk
mempermudah
menganalisis
data
secara
kuantitatif
serta
mempermudah dalam penarikan kesimpulan dalam penelitian ini, maka di bawah ini akan dipaparkan jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah diajukan. a. Tahap Perencanaan Data yang diperoleh dari responden berupa skor pertanyaan yang telah diajukan mengenai indikator tahap perencanaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil jawaban responden menurut klasifikasi tingkatan skor dari masing-masing pernyataan tentang tahap perencanaan pada Tabel 4.5 sebagai berikut:
48
Tabel 4.5
Distribusi Jawaban Responden Menurut Klasifikasi Tingkatan Skor Tentang Tahap Perencanaan
No.
Pernyataan
1
2
3
4
5*
1
Sosialisasi PNPM-MP yang dilakukan oleh Tim Sosialisasi sudah berjalan 7 51 47 9 efektif. 2 Proses musyawarah desa perencanaan kegiatan PNPM-MP berjalan melalui 5 45 48 16 mekanisme yang benar. 3 Proses pelatihan bagi pelaku PNPM-MP 10 53 50 1 sudah berjalan efektif. 4 Sasaran bantuan PNPM-MP yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 52 52 10 masyarakat miskin. 5 Lembaga pengelola kegiatan PNPM-MP adalah lembaga yang dipercaya dan aspiratif untuk mendorong timbul dan 8 52 46 8 berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat. *5 = sangat Setuju, 4 = Setuju, 3 = Netral, 2 = Tidak Setuju, 1 = Sangat Tidak Setuju Sumber: Data primer diolah (lampiran 3)
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa jawaban responden mengenai tahap perencanaan yang mempunyai lima (5) indikator penilaian. Jawaban responden mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh tim sosialisasi berjalan efektif sejumlah 7 orang menyatakan tidak setuju, 51 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 47 orang dan 9 orang menyatakan sangat setuju. Penilaian tentang proses musyawarah perencanaan kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan menunjukkan bahwa sejumlah 5 orang tidak setuju, 45 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 48 orang dan 16 orang menyatakan sangat setuju. Indikator ketiga tentang proses pelatihan bagi pelaku PNPM Mandiri Pedesaan sudah berjalan efektif diketahui bahwa sejumlah 10 orang tidak setuju, 53 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 50 orang dan 1 orang menyatakan sangat setuju. Penilaian tentang indikator keempat mengenai sasaran PNPM Mandiri Pedesaan sesuai kebutuhan masyarakat miskin menunjukkan bahwa sejumlah 52
49
orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 52 orang dan 10 orang menyatakan sangat setuju. Penilaian tentang indikator kelima mengenai Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan merupakan lembaga
yang
dipercaya
dan
aspiratif
untuk
mendorong
timbul
dan
berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat menunjukkan bahwa 8 orang menyatakan tidak setuju, 52 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 46 orang dan 8 orang menyatakan sangat setuju. b. Tahap Pelaksanaan Data yang diperoleh dari responden yang berupa skor dari pertanyaan yang diajukan mengenai indikator tahap pelaksanaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Di bawah ini akan disajikan mengenai hasil jawaban responden menurut klasifikasi tingkatan skor dari masing-masing pernyataan tentang Tahap Pelaksanaan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Menurut Klasifikasi Tingkatan Skor Tentang Tahap Pelaksanaan No. 1
Pernyataan
1
Pelaksanaan kegiatan PNPM-MP dilaksanakan secara gotong royong. 2 Pelaksanaan kegiatan PNPM-MP menggunakan teknologi yang sederhana, tepat, dan biaya murah. 3 Penggunaan dana pelaksanaan kegiatan PNPM-MP telah sesuai dengan rencana program sehingga bantuan tidak menyimpang. 4 Pengawasan pengadaan barang dan jasa kegiatan PNPM-MP di lapangan cukup efektif untuk menghindari kecurangan. 5 Waktu pelaksanaan kegiatan PNPM-MP di lapangan sesuai dengan rencana program. *5 = Sangat Setuju, 4 = Setuju, 3 = netral, 2 = Tidak Setuju, 1 Sumber: Data primer diolah (lampiran 3)
2
3
4
5*
3
43
57
11
5
42
51
16
14
49
48
3
5
58
48
3
7
48
45
14
= Sangat Tidak Setuju
Berdasarkan Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa jawaban responden mengenai tahap perencanaan yang mempunyai Lima (5) indikator penilaian.
50
Jawaban responden pada indikator petama mengenai pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan dilaksanakan secara gotong-royong sejumlah 3 orang menyatakan tidak setuju, 43 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 57 orang dan 11 orang menyatakan sangat setuju. Penilaian indikator kedua tentang pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan menggunakan teknologi yang sederhana, tepat dan biaya murah menunjukkan bahwa 5 orang menyatakan tidak setuju, 42 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 51 orang dan 16 orang menyatakan sangat setuju. indikator ketiga tentang penggunaan dana pelaksanaan kegiatan PNPM-MP telah sesuai dengan rencana program menunjukkan bahwa 14 orang menyatakan tidak setuju, 49 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 48 orang dan 3 orang menyatakan sangat setuju Indikator keempat mengenai pengawasan kegiatan PNPM-MP cukup efektif untuk menghindari kecurangan diketahui bahwa sejumlah 5 orang menyatakan tidak setuju, 58 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 48 orang dan 3 orang menyatakan sangat setuju. Indikator kelima mengenai waktu pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan di lapangan sesuai dengan rencana program diketahui bahwa sejumlah 7 orang menyatakan tidak setuju, 48 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 45 orang dan 14 orang menyatakan sangat setuju. c. Kinerja Fasilitator Data yang diperoleh dari responden yang berupa skor dari pertanyaan yang diajukan mengenai indikator kinerja fasilitator dapat dilihat pada lampiran 3. Di bawah ini akan disajikan mengenai hasil jawaban responden menurut klasifikasi tingkatan skor dari masing-masing pernyataan pada Tabel 4.7.
51
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Menurut Klasifikasi Tingkatan Skor TentangKinerja Fasilitator No
Pertanyaan
1
2
3
4
5*
1
Mampu memberikan informasi, menjawab pertanyaan, memberikan ulasan, gambaran analisis maupun 8 50 47 9 memberikan saran yang kongkrit dan realistis yang berkaitan dengan program. 2 Mampu membantu masyarakat dalam mempelajari dan memahami keterampilan baru dalam upaya 12 46 43 13 pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan program. 3 Mampu berperan sebagai orang yang dapat menengahi terjadinya perbedaan 5 55 43 11 kepentingan anatara kelompok atau individu di masyarakat. 4 Mampu merangsang dan mendorong masyarakat untuk menemukan serta 9 50 48 7 mengenali potensi diri masyarakat. 5 Mampu menjalin hubungan komunikasi 5 43 62 4 dan berinteraksi dengan masyarakat. *5 = Sangat Setuju, 4 = Setuju, 3 = netral, 2 = Tidak Setuju, 1 = Sangat Tidak Setuju Sumber: Data primer diolah, 2013 (lampiran 3)
Berdasarkan Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa jawaban responden mengenai kinerja fasilitator yang mempunyai lima (5) indikator penilaian. Jawaban responden mengenai kemampuan memberikan informasi, menjawab pertanyaan, memberikan ulasan, gambaran analisis maupun memberikan saran yang kongkrit dan realistis yang berkaitan dengan program sejumlah 8 orang menyatakan tidak setuju, 50 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 47 orang dan 9 orang menyatakan sangat setuju. Penilaian tentang kemampuan membantu masyarakat dalam mempelajari dan memahami keterampilan baru dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan program menunjukkan bahwa sejumlah 12 orang tidak setuju, 46 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 43 orang dan 13 orang menyatakan sangat setuju. Indikator ketiga tentang kemampuan berperan sebagai orang yang dapat menengahi terjadinya perbedaan kepentingan antara kelompok atau individu di masyarakat, diketahui bahwa
52
sejumlah 5 orang tidak setuju, 55 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 43 orang dan 11 orang menyatakan sangat setuju. Penilaian tentang indikator keempat mengenai kemampuan merangsang dan mendorong masyarakat untuk menemukan serta mengenali potensi diri masyarakat menunjukkan bahwa sejumlah 9 orang menyatakan tidak setuju, 50 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 48 orang dan 7 orang menyatakan sangat setuju. Penilaian tentang indikator kelima mengenai kemampuan menjalin hubungan komunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat menunjukkan bahwa 5 orang menyatakan tidak setuju, 43 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 62 orang dan 4 orang menyatakan sangat setuju d. Efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan Data yang diperoleh dari responden yang berupa skor dari pertanyaan yang diajukan mengenai indikator efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan dapat dilihat pada lampiran 3. Di bawah ini akan disajikan mengenai hasil jawaban responden menurut klasifikasi tingkatan skor dari masing-masing pertanyaan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Menurut Klasifikasi Tingkatan Skor TentangEfektivitas PNPM Mandiri Pedesaan No
Pertanyaan
1
2
3
4
5*
1
PNPM-MP mampu meningkatkan 4 53 51 6 kualitas sumber daya manusia. 2 PNPM-MP mampu meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam 11 57 39 7 penyelenggaraan pembangunan. 3 PNPM-MP mampu memperluas 2 45 49 18 kesempatan kerja. 4 PNPM-MP mampu meningkatkan 11 40 48 15 kesejahteraan masyarakat. *5 = Sangat Setuju, 4 = Setuju, 3 = netral, 2 = Tidak Setuju, 1 = Sangat Tidak Setuju Sumber: Data primer diolah, 2013 (lampiran 3)
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat diketahui bahwa jawaban responden mengenai efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan yang mempunyai Empat (4) indikator penilaian. Jawaban responden pada indikator petama mengenai
53
kemampuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejumlah 4 orang menyatakan tidak setuju, 53 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 51 orang dan 6 orang menyatakan sangat setuju. Penilaian indikator kedua tentang kemampuan meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan menunjukkan bahwa 11 orang menyatakan tidak setuju, 57 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 39 orang dan 7 orang menyatakan sangat setuju. Indikator ketiga mengenai kemampuan memperluas kesempatan kerja diketahui bahwa sejumlah 2 orang menyatakan tidak setuju, 45 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 49 orang dan 18 orang menyatakan sangat setuju. Hasil penilaian indikator keempat tentang kemampuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat menunjukkan bahwa 11 orang menyatakan tidak setuju, 40 orang menyatakan netral. Sedangkan responden yang menyatakan setuju sejumlah 48 orang dan 15 orang menyatakan sangat setuju
4.3 Pengujian Instrumen Data 4.3.1 Uji Validitas Konstruk Eksogen Uji validitas ditujukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan benar-benar tepat untuk mengukur objek (instrumen) yang diukur. Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur serta mengungkapkan data dari variabel-variabel yang diteliti secara tetap. Uji ini dilakukan dengan menggunakan analisis faktor konfirmatory (confirmatory faktor analysis) pada masing-masing variabel laten, yaitu tahap perencanaan (X1) dan tahap pelaksanaan (X2) dengan menggunakan program AMOS versi 18. Indikator-indikator dari suatu variabel dikatakan valid jika mempunyai loading faktor > 0,5 pada tingkat signifikan α =1% (α=0,01).
54
Tabel 4.9. Loading Factors (Λ) Pengukuran Variabel Eksogen Indikator Loading Factor X1.1 0,679 X1.2 0,719 X1.3 0,630 X1.4 0,597 X1.5 0,670 X2.1 0,645 X2.2 0,700 X2.3 0,681 X2.4 0,573 X2.5 0,661 * standar deviasi mendekati nol Sumber: lampiran 4
C.R. 7,020 7,372 6,540 6,257 * 6,650 7,194 7,038 5,968 *
P *** *** *** *** * *** *** *** *** *
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan analisis dengan CFA maka konstruk eksogen terbukti valid dan model memenuhi kriteria sehingga dapat memenuhi analisis selanjutnya.
4.3.2 Uji Validitas Konstruk Endogen Variabel yang dapat digunakan sebagai indikator dari variabel kinerja fasilitator (Z) dan efektivitas PNPM-MP (Y), ditunjukkan dari nilai loading factor atau koefisien lamda masing-masing indikator yang disajikan pada Tabel 4.9 dengan ketentuan seluruh variabel laten yang dikonstruksi oleh indikatorindikatornya memiliki nilai loading > 0,5 pada tingkat signifikansi, α=0,01; dengan ketentuan besarnya CR harus lebih besar dari 2.58 atau nilai signifikansi lebih kecil dari 0,01 maka indikator-indikator ini sesuai dianalisis dengan CFA, dengan kata lain indikator-indikator valid dalam mengukur skor variabel latennya.
55
Tabel 4.10. Loading Factors (Λ) Pengukuran Variabel Endogen C.R.
P
Keterangan
Z1
Loading Factor 0,656
6,547
***
Valid
Z2
0,730
7,130
***
Valid
Z3
0,653
6,506
***
Valid
Z4
0,655
6,557
***
Valid
Z5 Y1
0,624 0,656
* *
* *
Valid Valid
Y2
0,707
6,624
***
Valid
Y3
0,715
6,637
***
Valid
6,931
***
Valid
Indikator
Y4 0,765 * standar deviasi mendekati 0 (nol) Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan hasil CFA masing-masing konstruk endogen menunjukkan bahwa indikator pembentuk variabel kinerja fasilitator dan efektivitas PNPM-MP terbukti valid dan memenuhi kriteria goodness fit model.
4.3.3 Uji Reliabilitas Selanjutnya
dilakukan
uji
reliabilitas
indikator-indikator
dalam
mengkonstruksi variabel laten yang diwakilinya dengan metode construct reliability. Formula construct reliability adalah: Construct reliability =
( standardiz ed loading )
2
( standardiz ed loading ) j 2
Hasil uji reliabilitas terhadap kemampuan indikator-indikator dalam mengkonstruksi variabel laten dapat dilihat dari nilai construct reliability (Lampiran 6) dijelaskan pada Tabel 4.11 berikut.
56
Tabel 4.11.Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas No.
Variabel
Koefisien Alpha
Keterangan
0,794 0,788 0,887 0,815
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
1 Tahap Perencanaan (X1) 2 Tahap Pelaksanaan (X2) 3 Kinerja Fasilitator (Z) 4 Efektivitas PNPM-MP (Y) Sumber: Lampiran 6
Dengan demikian indikator-indikator telah reliabel membentuk variabel laten yang diwakilinya dengan cukup baik. Berdasarkan hasil uji instrumen data tersebut dapat disimpulkan bahwa skor variabel-variabel penelitian yang bersifat laten telah dapat diestimasi dengan valid dan reliabel oleh indikatornya masingmasing, dan telah bersifat interval, sehingga dengan demikian dapat digunakan sebagai input untuk analisis persamaan struktural.
4.4 Evaluasi Asumsi Structural Equation Modelling (SEM) Evaluasi asumsi SEM ini dibedakan atas tiga macam, yaitu:, uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji outliers. 4.4.1 Uji normalitas Uji normalitas perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data univariat maupun normalitas multivariate dimana beberapa variabel yang digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Untuk menguji dilanggar/tidaknya asumsi normalitas, maka dapat dilakukan dengan menggunakan nilai statistic z untuk skewnes dan kurtosisnya dan secara empirik dapat dilihat pada critical ratio (CR). Jika digunakan tingkat signifikan 1%, maka nilaii CR yang berada diantara -2,58 sampai dengan 2,58 (-2,58 ≤ CR ≤ 2,58) dikatakan data berdistribusi normal, baik secara univariat maupun multivariate (Ghozali, 2008:128). Hasil pengujian normalitas atau assessment of normality (CR) (lampiran 8) memberikan nilai CR sebesar -2,436 terletak diantara (-2,58 ≤ CR ≤ -2,58 (α =0,01), sehingga dapat dikatakan bahwa data multivariate normal. Selain itu juga data univariat normal ditunjukan oleh semua nilai critical ratio semua indikator diantara (-2,58 ≤ CR ≤ 2,58).
57
4.4.2 Multikolinieritas Dapat dilihat melalui determinan matriks kovarians. Nilai determinan yang sangat kecil atau mendekati nol, menunjukan indikasi terdapatnya masalah multikoliniaritas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian (Tabachnick and Fidell, 1998 dalam Ghozali, 2008: 131). Hasil pengujian (Lampiran 8) memberikan nilai determinant of sample covariance matrix sebesar 1,090 nilai ini jauh dari angka nol sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terdapat masalah multikolinieritas dan singularitas pada data yang dianalisis. Sehingga data dapat dilanjutkan sebagai data dalam penelitian ini.
4.4.3 Uji Outlier Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun secara multivariate yaitu muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimiliki dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasiobservasi lainnya. Apabila terjadi outliers dapat dilakukan perlakuan khusus pada outliernya asal diketahui bagaimana munculnya outlier. Deteksi terhadap multivariate outlier dilakukan dengan memperhatikan nilai Mahalanobis distance. Kreteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai Chi Square pada derajat kebebesan (degree of freedom) sebesar jumlah variabel indikator pada tingkat signifikan p< 0.01 (Ghozali, 2008:130). Hasil uji outliers pada penelitian nampak pada mahalnobis distance atau mahalnobis d-squared. Untuk menghitung nilai mahalnobis distance berdasarkan nilai Chi Squares pada derajat bebas (jumlah variabel indikator) pada tingkat p<0,01 adalah sebesar 36,191 (berdasarkan Tabel distribusi χ2 df 19). Jadi data yang memiliki jarak mahalnobis distance lebih besar dari 36,191 adalah multivariate outlier. Hasil uji outlier pada lampiran 8 menunjukan bahwa tidak ada satu pun kasus yang memiliki nilai mahalnobis distance lebih besar dari 36,191 maka dapat disimpulkan tidak ada multivariate outlier dalam data penelitian.
58
4.5 Hasil Analisis Structural Equation Modelling (SEM) 4.5.1 Uji Model Berdasarkan cara penentuan nilai dalam model, maka variabel pengujian model pertama ini dikelompokkan menjadi variabel eksogen (exogenous variabel) dan variabel endogen (endogenous variable). Variabel eksogen adalah variabel yang nilainya ditentukan di luar model. Variabel endogen adalah variabel yang nilainya ditentukan melalui persamaan atau dari model hubungan yang dibentuk, termasuk dalam kelompok variabel eksogen adalah tahap perencanaan (X1) dan tahap pelaksanaan (X2), dan variabel endogen kinerja fasilitator (Z) dan efektivitas PNPM-MP (Y). Pengujian model pada SEM bertujuan untuk melihat kesesuaian model, hasil pengujian kesesuaian model dalam studi ini disajikan berdasarkan Tabel 4.12, diketahui bahwa dari tujuh kriteria yang digunakan untuk menilai layak/tidaknya suatu model terpenuhi, dan semua kreteria terpenuhi,dengan demikian dapat dikatakan model dapat diterima yang berarti ada kesesuaian model dengan data.
Tabel 4.12 Indeks Kesesuaian Model SEM Kriteria
Nilai Cut Off
Hasil Perhitungan
Keterangan
Chi square
Diharapkan lebih kecil (< 187.530)
184.510
Baik
>0.01
0.015
Baik
≤ 0.08 ≥0.90 ≥0.90 ≤ 2 atau 3 ≥0.90 ≥0.95
0.049 0.866 0.824 1.272 0.964 0.970
Baik Marginal Marginal Baik Baik Baik
Signifikan Probability RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI Sumber : Lampiran 8
Evaluasi model menunjukkan dari delapan kriteria goodness of fit indices sudah semua yang memenuhi kriteria dan sudah mendekati nilai kritis yang disarankan, dengan demikian merujuk pada prinsip parsimony, model secara
59
keseluruhan dapat dikatakan telah sesuai dengan data dan dapat dianalisis lebih lanjut. 4.5.2 Uji Kausalitas Berdasarkan model empirik yang diajukan dalam penelitian ini dapat dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan melalui pengujian koefisien jalur pada model persamaan struktural. Tabel 4.13 menyajikan hasil uji hipotesis dengan melihat nilai p value. Jika nilai p value lebih kecil dari 0.01 maka hubungan antar variabel signifikan. Setelah diketahui bahwa model dalam analisis ini telah fit maka analisis selanjutnya adalah mengetahui tingkat hubungan dan signifikansi atau kebermaknaan hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian ini. Hasil pengujian dengan program AMOS memberikan hasil model persamaan struktural yang menunjukkan adanya hubungan antar variabel tahap perencanaan dengan kinerja fasilitator, tahap pelaksanaan dengan kinerja fasilitator, tahap perencanaan dengan efektivitas PNPM-MP, tahap pelaksanaan dengan efektivitas PNPM-MP, dan kinerja fasilitator dengan efektivitas PNPM-MP. Setelah diketahui gambaran hubungan antara variabel-variabel penelitian ini maka selanjutnya akan dipaparkan hasil pengujian hipotesis. Dalam hal ini akan disajikan nilai koefisien jalur antar variabel berikut signifikansi hasil uji hipotesis pada Tabel 4.13, sebagai berikut:
Tabel 4.13. Nilai Koefisien Jalur dan Pengujian Hipotesis Variabel
Koefisien Jalur
X1 → Z X2 → Z X1 → Y X2 → Y Z → Y Sumber: Lampiran 8
0.631 0.414 0.447 0.286 0.322
CR
p-value
Keterangan
5.731 4.301 3.973 3.964 2.941
0.000 0.000 0.000 0.000 0.003
Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa tahap perencanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator.
60
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa nilai koefisien jalur antara tahap perencanaan terhadap kinerja fasilitator adalah sebesar 0,631 dengan nilai p-value (signifikansi) sebesar 0,000 kurang dari 0,01. Hasil ini mendukung (menerima) hipotesis pertama pada penelitian ini yang menyatakan tahap perencanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator pada PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso. Hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa tahap pelaksanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator. Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa nilai koefisien jalur antara tahap perencanaan terhadap kinerja fasilitator adalah sebesar 0,414 dengan nilai p-value (signifikansi) sebesar 0,000 kurang dari 0,01. Hasil ini mendukung (menerima) hipotesis kedua pada penelitian ini yang menyatakan tahap pelaksanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator pada PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa tahap perencanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM-MP. Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa nilai koefisien jalur antara tahap perencanaan terhadap kinerja fasilitator adalah sebesar 0,447 dengan nilai p-value (signifikansi) sebesar 0,000 kurang dari 0,01. Hasil ini mendukung (menerima) hipotesis ketiga pada penelitian ini yang menyatakan tahap perencanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso. Hipotesis keempat dalam penelitian ini menyatakan bahwa tahap pelaksanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM-MP. Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa nilai koefisien jalur antara tahap perencanaan terhadap kinerja fasilitator adalah sebesar 0,286 dengan nilai p-value (signifikansi) sebesar 0,000 kurang dari 0,01. Hasil ini mendukung (menerima) hipotesis keempat pada penelitian ini yang menyatakan tahap pelaksanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso.
61
Hipotesis kelima dalam penelitian ini menyatakan bahwa kinerja fasilitator berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja fasilitator. Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa nilai koefisien jalur antara tahap perencanaan terhadap kinerja fasilitator adalah sebesar 0,322 dengan nilai p-value (signifikansi) sebesar 0,003 kurang dari 0,01. Hasil ini mendukung (menerima) hipotesis kelima pada penelitian ini yang menyatakan kinerja fasilitator berpengaruh signifikan dan positif terhadap efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan hasil yang ada maka dapat disimpulkan bahwa semua hipotesis hipotesis terbukti berpengaruh.
4.5.3 Pengaruh Antar Variabel Penelitian Dalam persamaan struktural yang melibatkan banyak variabel dan jalur antar variabel terdapat pengaruh antar variabel yang meliputi pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total. Untuk itu akan dibahas secara rinci masingmasing pengaruh tersebut. a. Pengaruh Langsung Antar Variabel Penelitian Hubungan langsung terjadi antara variabel laten eksogen tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan dengan variabel endogen intervening kinerja fasilitator dan variabel endogen efektivitas PNPM-MP. Tabel 4.14 menyajikan hasil direct mengenai hubungan langsung yang terjadi diantara variabel-variabel laten eksogen dan endogen.
Tabel 4.14. Pengaruh Langsung Variabel Penelitian Variabel Endogen Pengaruh Langsung
Variabel Eksogen Sumber: Lampiran 8
Kinerja Fasilitator
Tahap Perencanaan
0,631
Efektivitas PNPMMP 0,447
Tahap Pelaksanaan
0,414
0,286
Kinerja Fasilitator
0,000
0,322
62
Berdasarkan pada Tabel 4.14, dapat dijelaskan besar pengaruh langsung dari variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen. Ada dua pengaruh langsung pada kinerja fasilitator (Z), yakni tahap perencanaan (X1) dan tahap pelaksanaan (X2). Pengaruh langsung yang terbesar pada kinerja fasilitator (Z) adalah tahap perencanaan (X1). Terdapat tiga pengaruh langsung pada efektivitas PNPM-MP (Y), yakni tahap perencanaan (X1), tahap pelaksanaan (X2) dan kinerja fasilitator (Z). Pengaruh langsung yang terbesar pada efektivitas PNPM-MP (Y) adalah tahap perencanaan (X1). Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel laten tersebut memberikan kontribusi yang besar dalam mempengaruhi efektivitas PNPM-MP.
b. Pengaruh Tidak Langsung Antar Variabel Penelitian Hubungan tidak langsung terjadi antara variabel laten eksogen tahap perencanaan (X1) dan tahap pelaksanaan (X2) dengan variabel laten efektivitas PNPM-MP (Y) melalui kinerja fasilitator (Z). Tabel 4.15 menyajikan hasil indirect mengenai hubungan tidak langsung yang terjadi diantara variabel-variabel laten eksogen dan endogen.
Tabel 4.15. Pengaruh Tidak Langsung Variabel Penelitian Variabel Endogen Pengaruh Langsung
Variabel Eksogen
Kinerja Fasilitator
Tahap Perencanaan
0,000
Efektivitas PNPMMP 0,203
Tahap Pelaksanaan
0,000
0,133
Kinerja Fasilitator
0,000
0,000
Sumber: Lampiran 8
Berdasarkan pada Tabel 4.15, dapat dijelaskan besar pengaruh tidak langsung dari variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen. Ada dua pengaruh tidak langsung pada efektivitas PNPM-MP (Y), yakni tahap perencanaan (X1) dan tahap pelaksanaan (X2). Pengaruh tidak langsung yang terbesar pada efektivitas PNPM-MP (Y) adalah tahap perencanaan (X1). Hal ini
63
menunjukkan bahwa variabel-variabel laten tersebut memberikan kontribusi yang besar dalam mempengaruhi efektivitas PNPM-MP.
c. Pengaruh Total Antar Variabel Penelitian Hubungan total terjadi antara variabel tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan dengan variabel kinerja fasilitator dan variabel endogen efektivitas PNPM-MP. Tabel 4.16 menyajikan hasil total effect mengenai hubungan yang terjadi diantara variabel-variabel laten eksogen dan endogen.
Tabel 4.16. Total Pengaruh Variabel Penelitian Variabel Endogen Pengaruh Langsung
Variabel Eksogen
Kinerja Fasilitator
Tahap Perencanaan
0,631
Efektivitas PNPMMP 0,650
Tahap Pelaksanaan
0,414
0,419
Kinerja Fasilitator
0,000
0,322
Sumber: Lampiran 8
Berdasarkan pada Tabel 4.16, dapat dijelaskan besar total pengaruh dari variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen. Total pengaruh langsung pada efektivitas PNPM-MP (Y), yakni tahap perencanaan (X1) dan tahap pelaksanaan (X2). Pengaruh total yang memiliki kontribusi paling besar terhadap kreatifitas adalah tahap perencanaan (X1). Hal ini menunjukkan bahwa variabelvariabel laten tersebut memberikan kontribusi yang besar dalam mempengaruhi efektifitas PNPM-MP. Rangkuman hasil pengujian hipotesis disajikan dalam Tabel 4.27, dari tabel tersebut diketahui bahwa semua hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, ada lima hipotesis diterima.
64
Tabel 4.17. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis No.
Keterangan
1
Tahap perencanaan berpengaruh terhadap kinerja fasilitator 2 Tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap kinerja fasilitator 3 Tahap perencanaan berpengaruh terhadap efektivitas PNPM-MP 4 Tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap efektivitas PNPM-MP 5 Kinerja fasilitator berpengaruh terhadap efektivitas PNPM-MP Sumber: Lampiran 8
Hipotesis
Hasil Pengujian
Hipotesis 1
Positif dan signifikan
Hipotesis 2
Positif dan signifikan
Hipotesis 3
Positif dan signifikan
Hipotesis 4
Positif dan signifikan
Hipotesis 5
Positif dan signifikan
4.6 Pembahasan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPMMP) merupakan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Dalam penelitian ini ingin membuktikan dan menganalisis efektivitas program tersebut secara fakta di lapangan. Dalam mengukur efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Berjalannya tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan dibutuhkan fasilitator yang berperan sebagai narasumber, pelatih, mediator dan penggerak, dimana masyarakat sebagai pemeran utama dalam pembangunan. Secara umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri
Pedesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso terbukti efektif. Hal ini dapat dilihat dari persepsi masyarakat miskin pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kinerja fasilitator dan PNPM Mandiri Pedesaan cukup baik. PNPM Mandiri Pedesaan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (masyarakat miskin), dengan adanya program tersebut masyarakat memiliki keterampilan sesuai bidangnya. PNPM Mandiri Pedesaan dapat meningkatkan
keswadayaan
masyarakat
dalam
mendukung
program
pembangunan, sehingga pembangunan di kecamatan tegalampel menjadi lebih baik demi sarana penunjang dalam kehidupannya. Selain itu dapat memperluas kesempatan kerja. Masyarakat miskin yang berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Pedesaan memiliki pendapatan tambahan, sehingga dapat meningkatkan
65
kesejahteraan masyarakat miskin. Hasil penelitian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) berdasarkan analisis jalur pada penelitian ini dapat dijelaskan pada sub bab sebagai berikut: 4.6.1 Pengaruh Tahap Perencanaan Terhadap Kinerja Fasilitator Tahap perencanaan merupakan rumusan awal kegiatan yang akan dilaksanakan kedepannya. Tahap ini merupakan proses menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Perencanaan sangat mempengaruhi output yang akan dihasilkan. Dalam PNPM Mandiri Pedesaan dibutuhkan suatu perencanaan yang matang demi menghasilkan tujuan yang dapat dinikmati oleh masyarakat banyak. Oleh karena itu perlu adanya pendamping masyarakat untuk menuntun berjalannya tahap perencanaan ini yaitu fasilitator. Sehingga kinerja fasilitator dapat mempengaruhi berjalannya tahap perencanaan. Berdasarkan nilai perhitungan analisis jalur, tahap perencanaan berpengaruh signifikan dengan kinerja fasilitator, total pengaruhnya sebesar 0,631%. Pada penelitian ini terlihat ada pengaruh secara langsung yang diberikan pada tahap perencanaan terhadap kinerja fasilitator. Pada penelitian ini terlihat pengaruh secara langsung yang diberikan tahap perencanaan terhadap kinerja fasilitator terbukti signifikan. Hal itu berarti bahwa hipotesis pertama yang menyatakan tahap perencanaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja fasilitator, terbukti. Berdasarkan hasil penilaian responden menunjukkan bahwa tahap perencanaan yang dipersepsikan cukup baik oleh masyarakat miskin. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kinerja fasilitator akan mempengaruhi jalannya tahap perencanaan. 4.6.2 Pengaruh Tahap Pelaksanaan terhadap Kinerja Fasilitator Tahap pelaksanaan merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan. Jadi menggerakkan masyarakat dalam berpartisipasi pada program pembangunan dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
66
yang dikehendaki secara efektif. Tahap pelaksanaan ini sebagai proses lanjutan dari tahap perencanaan. Demi melancarkan jalannya tahap pelaksanaan ini dibutuhkan fasilitator sebagai pendamping masyarakat. Berdasarkan dari jawaban responden secara keseluruhan menunjukkan bahwa sebagian responden mempunyai persepsi setuju tentang tahap pelaksanaan. Hasil nilai perhitungan analisis jalur, tahap pelaksanaan berpengaruh signifikan dengan kinerja fasilitator, total pengaruhnya sebesar 0,414%. Pada penelitian ini terlihat ada pengaruh secara langsung yang diberikan pada tahap pelaksanaan terhadap kinerja fasilitator. Pada penelitian ini terlihat pengaruh secara langsung yang diberikan tahap perencanaan terhadap kinerja fasilitator terbukti signifikan. Hal itu berarti bahwa hipotesis kedua yang menyatakan tahap perencanaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja fasilitator, terbukti.
4.6.3 Pengaruh Tahap Perencanaan terhadap Efektivitas PNPM-MP Efektivitas suatu program erat kaitannya dengan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Artinya suatu program atau kegiatan dikatakan efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Dalam efektivitas PNPM Mandiri Pedesaan dapat diukur berdasarkan tahap perencanaan. Persepsi responden menunjukkan bahwa secara keseluruhan sebagian responden mempunyai persepsi sangat baik tentang tahap perencanaan dan efektivitas PNPM-MP. Berdasarkan nilai perhitungan analisis jalur pengaruh yang ditimbulkan variabel tahap perencanaan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas PNPM-MP, total pengaruhnya sebesar 0,65% dimana pengaruh secara langsung sebesar 0,472% dan tidak langsung sebesar 0,203%. Pada penelitian ini terlihat ada pengaruh secara langsung yang diberikan pada tahap perencanaan terhadap efektifitas PNPM-MP.
Tahap perencanaan yang dipersepsikan
mempunyai efek positif terhadap efektivitas PNPM-MP secara keseluruhan.
67
4.6.4 Pengaruh Tahap Pelaksanaan Terhadap Efektivitas PNPM-MP Tahap pelaksanaan merupakan proses mewujudkan suatu perencanaan yang sudah disepakati. Dalam PNPM-MP, tahap pelaksanaan mempengaruhi efektivitas PNPM-MP. Persepsi responden menunjukkan bahwa secara keseluruhan sebagian responden mempunyai persepsi sangat baik tentang tahap pelaksanaan dan efektivitas PNPM-MP. Berdasarkan nilai perhitungan analisis jalur pengaruh yang ditimbulkan variabel tahap pelaksanaan terhadap efektivitas PNPM-MP, total pengaruhnya sebesar 0,419% dimana pengaruh secara langsung sebesar 0,286% dan tidak langsung sebesar 0,133%. Pada penelitian ini terlihat ada pengaruh secara langsung yang diberikan tahap pelaksanaan terhadap efektivitas PNPMMP. Tahap pelaksanaan yang dipersepsikan mempunyai efek positif terhadap efektivitas PNPM-MP secara keseluruhan. 4.6.5 Pengaruh Kinerja Fasilitator Terhadap Efektivitas PNPM-MP Kinerja fasilitator sebagai pendamping masyarakat dalam kegiatan PNPMMP mempengaruhi efektivitas PNPM-MP. Meningkatnya kinerja fasilitator, maka akan semakin meningkat pula kapasitas dan keswadayaan masyarakat dalam program pembangunan, hal ini akan berdampak pada peningkatan efektivitas PNPM-MP. Persepsi responden menunjukkan bahwa secara keseluruhan sebagian responden mempunyai persepsi cukup baik tentang kinerja fasilitator dan efektivitas PNPM-MP. Berdasarkan nilai perhitungan analisis jalur pengaruh yang ditimbulkan variabel kinerja fasilitator terhadap efektivitas PNPM-MP, total pengaruhnya sebesar 0,322%. Penelitian ini terlihat ada pengaruh secara langsung yang diberikan kinerja fasilitator terhadap efektivitas PNPM-MP. Kinerja fasilitator yang dipersepsikan secara langsung mempunyai efek positif terhadap efektivitas PNPM-MP secara keseluruhan. Hal itu menunjukkan bahwa adanya perasaan puas pada kinerja fasilitator dapat mempengaruhi efektivitas PNPM-MP.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) dan hasil analisis data tentang efektivitas PNPM-MP, maka diperoleh kesimpulan bahwa : a. Tahap perencanaan (X1) berpengaruh signifikan terhadap kinerja fasilitator (Z). Artinya tahap perencanaan dikatakan berjalan baik dan efektif tergantung pada kinerja fasilitator. Semakin baik kinerja fasilitator, maka tahap perencanaan akan semakin berjalan dengan baik dan efektif. b. Tahap pelaksanaan (X2) berpengaruh signifikan terhadap kinerja fasilitator (Z). Artinya tahap pelaksanaan dikatakan berjalan baik dan efektif tergantung pada kinerja fasilitator. Semakin baik kinerja fasilitator, maka tahap pelaksanaan akan semakin berjalan dengan baik dan efektif. c. Tahap perencanaan (X1) berpengaruh signifikan terhadap efektivitas PNPMMP (Y). Artinya tahap perencanaan dilaksanakan dengan baik dan berjalan efektif, maka akan berdampak pada peningkatan efektivitas PNPM-MP di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso; d. Tahap pelaksanaan (X2) berpengaruh signifikan terhadap efektivitas PNPMMP (Y). Artinya tahap pelaksanaan dilaksanakan dengan baik dan berjalan efektif, maka akan berdampak pada peningkatan efektivitas PNPM-MP di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso; e. Kinerja fasilitator (Z) berpengaruh signifikan terhadap efektivitas PNPM-MP (Y). Artinya kinerja fasilitator semakin baik dan berjalan efektif sebagai pendamping masyarakat, maka akan berdampak pada peningkatan efektivitas PNPM-MP di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso.
68
69
5.2 Saran Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran yang perlu disampaikan adalah : a. Fasilitator perlu adanya peningkatan kinerja sebagai pendamping masyarakat guna
untuk
meningkatkan
keswadayaan
masyarakat
dalam
proses
pembangunan. b. Partisipasi
masyarakat
sangat
dibutuhkan dalam
Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan sebagai pemeran utama dalam pembangunan, untuk itu perlu adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan tujuan dari program tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Andari, Retno Wulan. 2010. Pengaruh Pemberdayaan Ekonomi Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kecamatan Limajang Kabupaten Lumajang. Tesis. UNEJ Apriyanti, Liyana. 2011. Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang. Skripsi. UNDIP. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 2010. Kecamatan Tegalampel Dalam Angka 2009. BPS Kab Bondowoso. ……...2011. Kecamatan Tegalampel Dalam Angka 2010. BPS Kab Bondowoso. Criswardani, Suryawati. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. http://www.jmpk-online.net/Volume_8/Vol_08_No_03_2005.pdf. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2008. Pto (Petunjuk Teknis Operasional) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Pnpm) Mandiri Perdesaan. Jakarta: Tim Koordinasi Pnpm Mandiri Perdesaan. Dimyati, Mohamad. 2009. Analisis SEM Dalam Uji Pengaruh Beberapa Variabel Terhadap Loyalitas. Jakarta: Mitra Wacana Media. Ellies,S.1994. The Dimension of Proverty. Jakarta:Kumarian Press. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. ………2008. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program AMOS Ver. 16.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gibson, James L. 2000. Organisisi, Perilaku, Struktur dn Proses. Jakarta: Erlangga. Irawan & Suparmoko. 1990. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty. Kusumawati, Henny Novika. 2012. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Jember. Skripsi. UNEJ.
Laksana, Angga Duwan Putra. 2012. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Desa Mojomulyo Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Skripsi. UNEJ. Lembaga Ketahanan Nasional. 1997. Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka. Rahmantika. 2011. Analisis Efektifitas Program Pinjaman Dana Bergulir Pada Unit Pengelola Kegiatan (Upk) Pnpm Mandiri dan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (Spp) di Kecamatan Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2008-2010.Skripsi. Universitas Andalas. Rupiani, Nanik Indah. 2011. Dampak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Bidang Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Tesis. UNEJ Sastropoetro, Santoso. 1998. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi Dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni. Sidartawan. 2011. Dampak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Tesis. UNEJ. Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom Dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Citra Utama. Sumodingrat, Gunawan. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan bangsa. Jakarta: Elex Media Komputindo. Swedianti, Karina. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Tim Crescent. 2003. Menuju Masyarakat Mandiri (Pengembangan Model Sistem Keterjaminan Sosial). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Usman, H. 2009. Metodelogi Penelitian Sosial, Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara. Yunus, R. 2009. Aspek Kelembagaan Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Provinsi Sul-Sel. Disertasi Unhas. Maksasar. (http://www.ppk.or.id/downloads/Kebijakan-PNPM-Mandiri/pdf), Diakses Pada Tanggal 25/01/2013)
(Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Pnpm_Mandiri_Perdesaan), Diakses Pada Tanggal 25/01/2013) (Http://Id..wikipedia.org/wiki/persepsi), Diakses pada tanggal 3/7/2013) (Http://www.Ppk.Or.Id/Downloads/Pto/pnpm-mandiri-pedesaan), pdf. Diakses Pada Tanggal 18/1/2013). (Www.Pnpm-Mandiri.Org). Diakses Tanggal 28 Desember 2012.
Lampiran 1
A. IDENTITAS RESPONDEN No. Responden
:
Nama
:
Umur
:
(diisi oleh peneliti)
B. PETUNJUK PENGISIAN 1. Dari daftar pertanyaan yang ada dikelompokkan dalam 4 (empat) bagian utama indikator pengukuran (Lihat Tabel).
2. Responden diharapkan membaca terlebih dahulu diskripsi masing-masing pertanyaan sebelum memberikan jawaban.
3. Responden dapat memberikan jawaban dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Hanya satu jawaban saja yang dimungkinkan untuk setiap pertanyaan.
4. Pada masing-masing pertanyaan terdapat lima alternative jawaban yang mengacu pada teknik skala Likert, yaitu:
SS
: Sangat Setuju
=5
S
: Setuju
=4
N
: Netral
=3
TS
: Tidak Setuju
=2
STS : Sangat Tidak Setuju = 1 5. Data responden dan semua informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya, oleh sebab itu dimohon untuk mengisi kuesioner dengan sebenarnya dan seobjektif mungkin.
DAFTAR KUESIONER
A. TAHAP PERENCANAAN No
Pernyataan
1.
Sosialisasi PNPM-MP yang dilakukan oleh Tim Sosialisasi sudah berjalan efektif. Proses musyawarah desa perencanaan kegiatan PNPM-MP berjalan melalui mekanisme yang benar. Proses pelatihan bagi pelaku PNPM-MP sudah berjalan efektif. Sasaran bantuan PNPM-MP yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin. Lembaga pengelola kegiatan PNPM-MP adalah lembaga yang dipercaya dan aspiratif untuk mendorong timbul dan berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat.
2.
3. 4.
5.
1
2
3
4
5
B. TAHAP PELAKSANAAN No
Pernyataan
1.
Pelaksanaan kegiatan PNPM-MP dilaksanakan secara gotong royong. Pelaksanaan kegiatan PNPM-MP menggunakan teknologi yang sederhana, tepat, dan biaya murah. Penggunaan dana pelaksanaan kegiatan PNPM-MP telah sesuai dengan rencana program sehingga bantuan tidak menyimpang. Pengawasan pengadaan barang dan jasa kegiatan PNPM-MP di lapangan cukup efektif untuk menghindari kecurangan. Waktu pelaksanaan kegiatan PNPM-MP di lapangan sesuai dengan rencana program.
2.
3.
4.
5.
1
2
3
4
5
C. KINERJA FASILITATOR No
Pernyataan
1.
Mampu memberikan informasi, menjawab pertanyaan, memberikan ulasan, gambaran analisis maupun memberikan saran yang kongkrit dan realistis yang berkaitan dengan program. Mampu membantu masyarakat dalam mempelajari dan memahami keterampilan baru dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan program. Mampu berperan sebagai orang yang dapat menengahi terjadinya perbedaan kepentingan anatara kelompok atau individu di masyarakat. Mampu merangsang dan mendorong masyarakat untuk menemukan serta mengenali potensi diri masyarakat. Mampu menjalin hubungan komunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
2.
3.
4.
5.
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
D. PNPM MANDIRI PEDESAAN No 1. 2.
3. 4.
Pernyataan PNPM-MP mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. PNPM-MP mampu meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan. PNPM-MP mampu memperluas kesempatan kerja. PNPM-MP mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Lampiran 2
HASIL JAWABAN RESPONDEN NO RS P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
X11
X12
X13
X14
X15
X21
X22
X23
X24
X25
Z1
Z2
Z3
Z4
Z5
Y1
Y2
Y3
Y4
4 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 5 3 4 4
4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 5 4 4 4 3 4 3 4 5
3 3 4 3 3 2 4 3 4 3 5 3 4 4 2 4 4 3 4
4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 3 3 4 3 4 4 3 5
3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 4 3 3 5
4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 5
4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 5 4 4 3 3 5 4 4 5
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 4 4
4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4
4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 5 4 4 4 2 5 3 3 5
3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 5 4 3 3 3 4 3 4 5
4 3 3 3 4 3 4 3 3 2 5 4 3 3 2 4 3 3 4
3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4
3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 5
4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4
4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 5 4 4 3 2 5 4 3 4
3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 5 3 3 4 3 4 3 3 4
4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 5
3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 2 5 3 3 5
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
3 3 4 3 4 3 4 4 3 5 2 3 4 4 4 2 5 3 3 4 3 5 4 3 5 3
3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 5 3 5 3 4 5 3 4 3 4 4 3
3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3
3 4 4 4 5 3 5 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 5 4 3 4 3
2 3 4 4 4 2 4 3 4 5 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2
3 3 4 4 5 3 5 3 4 5 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 5 4 4 4 3
2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 4 4 5 3 5 4 3 3 3 5 4 3 5 3
3 3 4 4 3 2 4 3 4 4 2 3 3 3 4 2 5 3 4 4 2 4 4 3 4 2
3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 4 5 3 4 3 3 4 3
2 4 4 3 3 2 5 4 3 3 2 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 5 3 4 5 2
3 4 3 4 4 2 5 3 4 3 2 4 4 3 5 3 4 3 3 3 2 4 4 4 4 3
2 3 3 4 5 3 5 3 4 4 2 3 3 4 3 2 4 4 3 3 2 5 3 4 5 2
2 3 4 3 4 2 4 4 3 5 3 3 3 4 4 3 5 4 3 5 3 4 3 3 4 3
3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 4 3 3 3 4 3 4 4 2 5 3 3 5 2
3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 5 3
3 3 4 4 4 2 5 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 5 3
2 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 2 5 3 3 4 2
3 4 3 4 5 3 5 4 4 5 3 3 4 4 5 3 4 4 3 5 3 4 4 4 5 3
2 3 3 3 4 3 5 3 3 4 2 3 3 4 4 2 5 3 3 4 2 5 3 3 4 2
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 5 4 4 4 3 3 4 3 5 3 3
3 5 4 3 4 3 4 3 4 3 5 4 3 5 3 5 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3
3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 4 3 4 4 2 4 3 3 4 2 4
3 5 3 3 3 4 4 3 5 3 4 3 4 4 3 5 3 4 3 3 3 4 3 5 3 3
3 5 4 4 4 3 4 4 4 2 5 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3
3 5 4 3 3 4 4 3 4 2 5 3 4 4 2 5 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4
3 5 3 4 4 3 4 3 4 3 5 3 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4
4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 4 4 3 5 3 5 3 4 4 2 3 3 3 3 2 3
4 4 4 3 4 4 3 3 5 3 4 4 4 3 2 4 4 3 3 2 3 4 3 4 2 3
4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 5 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 5 3 3
3 5 3 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 5 2 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4
4 5 3 3 4 4 4 3 4 2 5 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 4 5 2 4
3 4 3 3 3 4 3 4 5 3 5 3 3 3 2 5 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3
4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 5 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3
4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3
4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3
3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4
4 5 4 3 3 4 3 3 5 3 5 4 3 5 3 5 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3
4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 5 4 3 4 2 5 4 4 3 2 4 4 4 5 2 3
72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
4 3 3 3 2 5 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3
5 3 4 3 3 5 4 3 2 3 4 3 3 2 4 4 3 4 4 4 3 3 2 5 4 3
4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 4
4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 5 4 4
4 3 3 4 2 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 5 3 4
4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 3 3
5 3 4 3 2 5 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 5 3 3
4 3 4 3 2 4 3 4 2 4 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4
4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4
5 3 3 4 3 5 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 4 5 4 3
5 4 3 3 2 5 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3
5 4 3 4 3 5 4 4 2 4 4 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 4 5 3 4
4 3 4 4 3 5 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 2 4 3 5 3 4
4 3 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 3 2 5 4 3
4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3
4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 5 3 4
5 3 3 3 2 5 4 4 2 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 2 4 4 3
5 4 3 4 2 5 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 5 4 3
5 4 4 3 3 5 3 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 3
98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114
4 4 2 3 4 4 4 3 2 4 5 4 3 3 4 3 3
3 5 3 4 4 4 4 4 3 5 5 3 4 4 3 4 5
4 4 3 4 3 3 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4
4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4
3 5 2 4 4 3 4 4 2 5 5 3 4 3 4 3 4
3 5 3 3 4 4 4 3 2 5 4 3 4 4 4 3 4
4 5 3 3 3 4 4 4 2 5 5 3 3 3 4 4 4
4 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4
3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 5
3 4 3 3 3 4 3 4 3 5 5 4 3 4 3 4 5
4 4 3 3 4 3 3 4 2 4 5 3 4 3 3 3 4
3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 5 3 4 3 4 3 5
3 5 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 3 3 4 4 5
3 5 2 4 3 3 4 4 3 5 4 3 4 4 3 3 4
4 4 2 4 4 3 4 4 2 5 5 3 4 3 4 4 5
4 5 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 2 4 3 4 3 4 2 5 5 4 4 3 3 4 5
4 5 3 4 3 4 4 3 2 5 4 3 4 3 4 3 5
4 5 2 4 4 3 4 4 3 5 5 3 3 3 4 4 5
Lampiran 3 HASIL DISTRIBUSI RESPONDEN
Frequency Table X1.1 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
7
6,1
6,1
6,1
Netral
51
44,7
44,7
50,9
Setuju
47
41,2
41,2
92,1
9
7,9
7,9
100,0
114
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
X1.2 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
5
4,4
4,4
4,4
Netral
45
39,5
39,5
43,9
Setuju
48
42,1
42,1
86,0
Sangat Setuju
16
14,0
14,0
100,0
114
100.0
100.0
Total
X1.3 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Setuju
10
8,8
8,8
8,8
Netral
53
46,5
46,5
55,3
Setuju
50
43,9
43,9
99,1
1
0,9
0,9
100,0
114
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
X1.4 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Netral
52
45,6
45,6
45,6
Setuju
52
45,6
45,6
91,2
Sangat Setuju
10
8,8
8,8
100,0
114
100,0
100,0
Total
X1.5 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
8
7,0
7,0
7,0
Netral
52
45,6
45,6
52,6
Setuju
46
40,4
40,4
93,0
8
7,0
7,0
100,0
114
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
X2.1 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
3
2,6
2,6
2,6
Netral
43
37,7
37,7
40,4
Setuju
57
50,0
50,0
90,4
Sangat Setuju
11
9,6
9,6
100,0
114
100,0
100,0
Total
X2.2 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
5
4,4
4,4
4,4
Netral
42
36,8
36,8
41,2
Setuju
51
44,7
44,7
86,0
Sangat Setuju
16
14,0
14,0
100,0
114
100,0
100,0
Total
X2.3 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Setuju
14
12,3
12,3
12,3
Netral
49
43,0
43,0
55,3
Setuju
48
42,1
42,1
97,4
3
2,6
2,6
100,0
114
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
X2.4 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
5
4,4
4,4
4,4
Netral
58
50,9
50,9
55,3
Setuju
48
42,1
42,1
97,4
3
2,6
2,6
100,0
114
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
X2.5 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
7
6,1
6,1
6,1
Netral
48
42,1
42,1
48,2
Setuju
45
39,5
39,5
87,7
Sangat Setuju
14
12,3
12,3
100,0
114
100,0
100,0
Total
Z1 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
8
7,0
7,0
7,0
Netral
50
43,9
43,9
50,9
Setuju
47
41,2
41,2
92,1
9
7,9
7,9
100,0
114
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
Z2 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Setuju
12
10,5
10,5
10,5
Netral
46
40,4
40,4
50,9
Setuju
43
37,7
37,7
88,6
Sangat Setuju
13
11,4
11,4
100,0
114
100,0
100,0
Total
Z3 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
5
4,4
4,4
4,4
Netral
55
48,2
48,2
52,6
Setuju
43
37,7
37,7
90,4
Sangat Setuju
11
9,6
9,6
100,0
114
100,0
100,0
Total
Z4 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
9
7,9
7,9
7,9
Netral
50
43,9
43,9
51,8
Setuju
48
42,1
42,1
93,9
7
6,1
6,1
100,0
114
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
Z5 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
5
4,4
4,4
4,4
Netral
43
37,7
37,7
42,1
Setuju
62
54,4
54,4
96,5
4
3,5
3,5
100,0
114
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
Y1 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
4
3,5
3,5
3,5
Netral
53
46,5
46,5
50,0
Setuju
51
44,7
44,7
94,7
6
5,3
5,3
100,0
114
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
Y2 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Setuju
11
9,6
9,6
9,6
Netral
57
50,0
50,0
59,6
Setuju
39
34,2
34,2
93,9
7
6,1
6,1
100,0
114
100,0
100,0
Sangat Setuju Total
Y3 Cumulative Frequency Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Percent
2
1,8
1,8
1,8
Netral
45
39,5
39,5
41,2
Setuju
49
43,0
43,0
84,2
Sangat Setuju
18
15,8
15,8
100,0
114
100,0
100,0
Total
Y4 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Setuju
11
9,6
9,6
9,6
Netral
40
35,1
35,1
44,7
Setuju
48
42,1
42,1
86,8
Sangat Setuju
15
13,2
13,2
100,0
114
100,0
100,0
Total
Lampiran 4
HASIL CONFIMATORY FACTOR ANALYSIS VARIABEL EKSOGEN
Analysis Summary Date and Time Date: Friday, May 17, 2013 Time: 5:46:04 PM Title eksogen: Friday, May 17, 2013 5:46 PM Notes for Group (Group number 1) The model is recursive. Sample size = 11
Your model contains the following variables (Group number 1) Observed, endogenous variables X15 X14 X13 X12 X11 X23 X22 X21 X24 X25 Unobserved, exogenous variables X1 e5 e4 e3 e2 e1 X2 e8 e7 e6 e9 e10
Variable counts (Group number 1) Number of variables in your model: Number of observed variables: Number of unobserved variables: Number of exogenous variables: Number of endogenous variables:
22 10 12 12 10
Parameter summary (Group number 1)
Fixed Labeled Unlabeled Total
Weights 12 0 8 20
Covariances 0 0 1 1
Variances 0 0 12 12
Means 0 0 0 0
Intercepts 0 0 0 0
Total 12 0 21 33
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
X15 X14 X13 X12 X11 X23 X22 X21 X24 X25
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
X1 X1 X1 X1 X1 X2 X2 X2 X2 X2
Estimate 1.000 .782 .843 1.137 1.015 .954 1.035 .853 .687 1.000
S.E.
C.R.
P
.125 .129 .154 .145 .136 .144 .128 .115
6.257 6.540 7.372 7.020 7.038 7.194 6.650 5.968
*** *** *** *** *** *** *** ***
Label par_1 par_2 par_3 par_4 par_5 par_6 par_7 par_9
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
X15 X14 X13 X12 X11 X23 X22 X21 X24 X25
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
X1 X1 X1 X1 X1 X2 X2 X2 X2 X2
Estimate .670 .597 .630 .719 .679 .681 .700 .645 .573 .661
Lampiran 5
HASIL CONFIMATORY FACTOR ANALYSIS VARIABEL ENDOGEN
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 Y1 Y2 Y3 Y4
<--<--<--<--<--<--<--<--<---
Z Z Z Z Z Y Y Y Y
Estimate 1.000 1.204 1.201 1.531 1.227 1.000 1.371 1.387 1.673
S.E.
C.R.
P
Label
.184 .185 .215 .187
6.557 6.506 7.130 6.547
*** *** *** ***
.207 .209 .241
6.624 6.637 6.931
*** par_5 *** par_6 *** par_7
par_1 par_2 par_3 par_4
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 Y1 Y2 Y3 Y4
<--<--<--<--<--<--<--<--<---
Z Z Z Z Z Y Y Y Y
Estimate .624 .655 .653 .730 .656 .586 .707 .715 .765
Lampiran 6 HASIL UJI RELIABILITAS DATA
Konstruk Tahap Perencanaan
Indikator
X11 X12 X13 X14 X15
Jumlah Tahap Pelaksanaan
X21 X22 X23 X24 X25
Jumlah Kinerja Fasilitator
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5
Jumlah Efektivitas PNPMMP
Jumlah
Y1 Y2 Y3 Y4
Standar Loading (λi) 0,679 0,719 0,630 0,597 0,670 3,295 0,645 0,700 0,681 0.573 0,661 3,260 0,656 0,730 0,653 0,655 0,624 3,318 0,656 0,707 0,715 0,585 2,843
Kuadrat Standar Loading
Kesalahan Pengukuran
Construct Reliability
(λi2) 0,461 0,517 0,397 0,356 0,449 2,18 0,416 0,490 0,464 0,328 0,437 2,14 0,431 0,533 0,426 0,429 0,389 2,208 0,431 0,499 0,512 0,585 2,027
(1-λi2) 0,539 0,483 0,603 0,644 0,551 2,82 0,584 0,510 0,536 0,672 0,563 2,86 0,569 0,467 0,574 0,571 0,611 2,792 0,569 0,501 0,488 0,415 1,973
(CR)
0,794
0,788
0,887
0,815
Lampiran 7
HASIL UJI SEM
Modification Indices (Group number 1 - Default model) Covariances: (Group number 1 - Default model)
e11 e6 e5 e4
<--> <--> <--> <-->
M.I. 9.651 4.998 6.374 4.887
e13 e17 e9 e6
Par Change -.070 -.047 -.053 .049
Variances: (Group number 1 - Default model) M.I.
Par Change
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Z3 Z1 X24
<--<--<---
Z1 Z3 X15
M.I. 6.938 6.629 4.099
Par Change -.159 -.170 -.119
Lampiran 8
HASIL MODEL REVISI SEM
Analysis Summary Date and Time Date: Friday, May 17, 2013 Time: 6:18:43 PM Title Uji SEM Revisi: Friday, May 17, 2013 6:18 PM
Variable Summary (Group number 1) Your model contains the following variables (Group number 1) Observed, endogenous variables X11 X12 X13 X14 X15 X25 X24 X23 X22 X21 Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Y1 Y2 Y3 Y4 Unobserved, endogenous variables Z Y Unobserved, exogenous variables X1 e1 e2 e3 e4 e5
X2 e10 e9 e8 e7 e6 e11 e12 e13 e14 e15 e16 e17 e18 e19 p1 p2 Variable counts (Group number 1) Number of variables in your model: Number of observed variables: Number of unobserved variables: Number of exogenous variables: Number of endogenous variables:
44 19 25 23 21
Parameter summary (Group number 1)
Fixed Labeled Unlabeled Total
Weights 25 0 20 45
Covariances 0 0 2 2
Variances 0 0 23 23
Means 0 0 0 0
Intercepts 0 0 0 0
Total 25 0 45 70
Assessment of normality (Group number 1) Variable Y4 Y3 Y2 Y1 Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 X21 X22 X23 X24 X25 X15 X14 X13 X12 X11 Multivariate
min 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 3.000 2.000 2.000 2.000
max 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
skew -.098 .223 .198 .125 -.367 -.015 .318 .046 .065 .043 .014 -.231 .047 .122 .091 .509 -.358 .096 .106
c.r. -.428 .972 .865 .545 -1.601 -.064 1.385 .201 .283 .186 .061 -1.007 .206 .532 .399 2.218 -1.561 .418 .461
kurtosis -.559 -.733 -.217 -.245 -.095 -.291 -.333 -.556 -.311 -.310 -.486 -.525 -.273 -.486 -.274 -.667 -.527 -.540 -.292 -12.889
c.r. -1.219 -1.597 -.473 -.535 -.208 -.633 -.726 -1.211 -.679 -.676 -1.060 -1.144 -.594 -1.059 -.597 -1.454 -1.148 -1.177 -.636 -2.436
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1) Observation number 6 60 69 63 94 10 114 39 48 59 29 54 97 106 25 101
Mahalanobis d-squared 34.154 29.772 29.083 28.432 28.268 27.353 27.317 27.117 26.787 26.120 25.607 25.582 25.309 25.110 24.926 24.597
p1 .018 .055 .065 .075 .078 .097 .097 .102 .110 .127 .142 .142 .151 .157 .163 .174
p2 .868 .988 .981 .976 .950 .969 .936 .905 .890 .925 .941 .901 .893 .873 .850 .861
Observation number 53 34 92 11 93 44 50 9 102 58 51 88 17 30 103 71 46 81 8 83 3 111 24 76 85 87 41 110 15 32 109 73 77 52 55 68 82 98 13 22 19 105 89 2
Mahalanobis d-squared 23.759 23.545 23.114 22.891 22.489 22.456 22.446 21.985 21.300 21.280 21.247 21.028 20.992 20.691 20.651 20.623 20.456 20.404 20.304 20.300 20.236 19.790 19.752 19.623 19.592 19.578 19.554 19.547 19.408 19.376 19.277 19.050 19.048 18.996 18.831 18.729 18.685 18.559 18.494 18.313 17.989 17.843 17.836 17.784
p1 .206 .214 .232 .242 .261 .262 .263 .285 .320 .322 .323 .335 .337 .354 .356 .358 .368 .371 .376 .377 .381 .407 .410 .418 .419 .420 .422 .422 .431 .433 .439 .454 .454 .457 .468 .474 .477 .485 .490 .502 .523 .533 .533 .537
p2 .951 .947 .966 .966 .979 .966 .947 .972 .994 .989 .983 .985 .978 .985 .978 .968 .968 .957 .950 .926 .909 .957 .942 .939 .919 .889 .856 .810 .809 .766 .749 .786 .728 .687 .701 .685 .639 .634 .598 .624 .722 .730 .668 .626
Observation number 4 42 79 74 86 43 66 100 47 99 108 28 113 14 107 75 35 31 23 91 70 84 49 62 64 26 33 7 38 96 27 12 1 61 20 36 104 90 37 5
Mahalanobis d-squared 17.766 17.736 17.709 17.506 17.384 17.332 17.259 17.130 17.075 16.998 16.985 16.969 16.838 16.825 16.779 16.766 16.688 16.619 16.614 16.582 16.150 16.074 16.042 16.001 15.917 15.766 15.617 15.590 15.565 15.542 15.542 15.466 15.377 15.376 15.225 15.065 15.034 14.991 14.949 14.731
p1 .538 .540 .542 .556 .564 .567 .572 .581 .585 .590 .591 .592 .601 .602 .605 .606 .611 .616 .616 .618 .647 .652 .654 .657 .663 .673 .683 .684 .686 .688 .688 .693 .698 .698 .708 .718 .720 .723 .726 .740
p2 .564 .507 .447 .489 .485 .440 .408 .407 .365 .337 .276 .223 .223 .174 .144 .107 .093 .078 .054 .039 .093 .079 .058 .043 .036 .037 .038 .026 .017 .010 .006 .004 .003 .002 .001 .001 .001 .000 .000 .000
Sample Covariances (Group number 1) Y4 Y3 Y2 Y1 Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 X21 X22 X23 X24 X25 X15 X14 X13 X12 X11
Y4 .698 .362 .345 .257 .288 .350 .366 .487 .346 .310 .414 .399 .282 .414 .353 .252 .310 .394 .359
Y3
Y2
Y1
Z5
Z4
Z3
Z2
Z1
X21
X22
X23
X24
X25
X15
X14
X13
X12
X11
.549 .249 .211 .260 .284 .283 .373 .311 .313 .326 .271 .240 .280 .304 .259 .205 .372 .305
.548 .160 .255 .320 .271 .333 .298 .211 .327 .283 .193 .313 .317 .180 .250 .328 .242
.425 .187 .207 .184 .285 .215 .208 .251 .204 .172 .271 .220 .191 .204 .203 .219
.403 .217 .191 .259 .224 .181 .277 .265 .202 .196 .212 .131 .202 .274 .271
.529 .220 .285 .232 .243 .278 .275 .230 .292 .306 .198 .171 .291 .228
.530 .272 .132 .272 .307 .263 .204 .274 .286 .203 .236 .312 .241
.689 .329 .325 .368 .316 .241 .360 .342 .289 .263 .338 .316
.548 .237 .289 .254 .171 .333 .298 .193 .237 .294 .246
.468 .289 .205 .117 .219 .316 .246 .149 .246 .240
.584 .269 .162 .279 .307 .208 .230 .357 .336
.526 .174 .227 .246 .182 .265 .331 .286
.385 .242 .156 .185 .193 .244 .176
.612 .287 .213 .269 .321 .302
.530 .192 .159 .285 .259
.408 .136 .172 .223
.426 .249 .199
.593 .279
.531
Condition number = 73.958 Eigenvalues 5.348 .506 .461 .423 .396 .352 .320 .312 .275 .262 .249 .211 .197 .161 .141 .120 .092 .087 .072 Determinant of sample covariance matrix = 1.090 Notes for Model (Default model) Computation of degrees of freedom (Default model) Number of distinct sample moments: Number of distinct parameters to be estimated: Degrees of freedom (190 - 45):
190 45 145
Result (Default model) Minimum was achieved Chi-square = 184,510 Degrees of freedom = 145 Probability level = ,015
Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimate Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Z Z Y Y Y X11 X12 X13 X14 X15 X25 X24 X23 X22 X21 Z2 Z3 Z4 Y1 Y2 Y3 Y4 Z1 Z5
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
X1 X2 X1 X2 Z X1 X1 X1 X1 X1 X2 X2 X2 X2 X2 Z Z Z Y Y Y Y Z Z
Estimate .638 .385 .373 .220 .265 1.000 1.162 .875 .796 1.065 1.000 .720 .951 1.030 .852 1.276 1.025 1.021 1.000 1.292 1.340 1.621 1.000 .864
S.E. .112 .090 .094 .055 .090
C.R. 5.713 4.301 3.973 3.964 2.941
P *** *** *** *** .003
Label par_18 par_19 par_15 par_16 par_20
.159 .132 .129 .151
7.316 6.616 6.187 7.071
*** *** *** ***
par_1 par_2 par_3 par_4
.109 .128 .137 .121 .171 .171 .147
6.580 7.422 7.547 7.065 7.442 5.990 6.929
*** *** *** *** *** *** ***
par_5 par_6 par_7 par_8 par_9 par_10 par_11
.186 .189 .217
6.963 7.094 7.461
*** par_12 *** par_13 *** par_14
.128
6.731
*** par_21
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Z Z Y Y Y X11 X12 X13 X14 X15 X25 X24 X23 X22
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
X1 X2 X1 X2 Z X1 X1 X1 X1 X1 X2 X2 X2 X2
Estimate .631 .414 .447 .286 .322 .651 .715 .636 .591 .694 .658 .596 .674 .693
X21 Z2 Z3 Z4 Y1 Y2 Y3 Y4 Z1 Z5
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
Estimate .641 .737 .675 .672 .606 .690 .715 .767 .647 .652
X2 Z Z Z Y Y Y Y Z Z
Covariances: (Group number 1 - Default model)
X1 e11
<--> <-->
X2 e13
Estimate .282 .104
S.E. .054 .030
C.R. 5.245 3.433
P Label *** par_17 *** par_22
Variances: (Group number 1 - Default model)
X1 X2 p1 p2 e1 e2 e3 e4 e5 e10 e9 e8 e7 e6 e11 e12 e13 e14 e15 e16 e17 e18
Estimate .225 .265 .040 .033 .306 .290 .253 .266 .275 .347 .248 .287 .304 .276 .319 .315 .289 .290 .232 .269 .288 .268
S.E. .058 .065 .010 .008 .041 .038 .032 .034 .035 .043 .030 .034 .037 .034 .041 .040 .036 .037 .030 .033 .035 .034
C.R. 3.897 4.092 3.898 4.063 7.519 7.697 7.912 7.811 7.797 8.130 8.204 8.331 8.100 8.168 7.791 7.848 8.029 7.939 7.769 8.112 8.191 7.999
P *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** ***
Label par_23 par_24 par_25 par_26 par_27 par_28 par_29 par_30 par_31 par_32 par_33 par_34 par_35 par_36 par_37 par_38 par_39 par_40 par_41 par_42 par_43 par_44
e19
Estimate .288
S.E. .038
C.R. 7.614
P Label *** par_45
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate 1.174 1.210 .588 .511 .476 .368 .425 .452 .455 .543 .419 .410 .481 .455 .356 .432 .481 .349 .404 .512 .424
Z Y Y4 Y3 Y2 Y1 Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 X21 X22 X23 X24 X25 X15 X14 X13 X12 X11
Total Effects (Group number 1 - Default model)
Z Y Y4 Y3 Y2 Y1 Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 X21 X22 X23
X2 .385 .322 .522 .431 .416 .322 .333 .394 .395 .492 .385 .852 1.030 .951
X1 .638 .542 .879 .726 .701 .542 .551 .652 .654 .814 .638 .000 .000 .000
Z .000 .265 .430 .356 .343 .265 .864 1.021 1.025 1.276 1.000 .000 .000 .000
Y .000 .000 1.621 1.340 1.292 1.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
X24 X25 X15 X14 X13 X12 X11
X2 .720 1.000 .000 .000 .000 .000 .000
X1 .000 .000 1.065 .796 .875 1.162 1.000
Z .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Y .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
Z Y Y4 Y3 Y2 Y1 Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 X21 X22 X23 X24 X25 X15 X14 X13 X12 X11
X2 .414 .419 .321 .299 .289 .254 .270 .278 .279 .305 .268 .641 .693 .674 .596 .658 .000 .000 .000 .000 .000
X1 .631 .650 .499 .465 .449 .394 .412 .425 .426 .465 .409 .000 .000 .000 .000 .000 .694 .591 .636 .715 .651
Z .000 .322 .247 .230 .222 .195 .652 .672 .675 .737 .647 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Y .000 .000 .767 .715 .690 .606 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Z Y Y4 Y3 Y2 Y1 Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 X21 X22 X23 X24 X25 X15 X14 X13 X12 X11
X2 .385 .220 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .852 1.030 .951 .720 1.000 .000 .000 .000 .000 .000
X1 .638 .373 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 1.065 .796 .875 1.162 1.000
Z .000 .265 .000 .000 .000 .000 .864 1.021 1.025 1.276 1.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Y .000 .000 1.621 1.340 1.292 1.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Z Y Y4 Y3 Y2 Y1 Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 X21 X22 X23 X24 X25 X15 X14 X13 X12 X11
X2 .414 .286 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .641 .693 .674 .596 .658 .000 .000 .000 .000 .000
X1 .631 .447 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .694 .591 .636 .715 .651
Z .000 .322 .000 .000 .000 .000 .652 .672 .675 .737 .647 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Y .000 .000 .767 .715 .690 .606 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Z .000 .000 .430 .356 .343 .265 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Y .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Z Y Y4 Y3 Y2 Y1 Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 X21 X22 X23 X24
X2 .000 .102 .522 .431 .416 .322 .333 .394 .395 .492 .385 .000 .000 .000 .000
X1 .000 .169 .879 .726 .701 .542 .551 .652 .654 .814 .638 .000 .000 .000 .000
X2 .000 .000 .000 .000 .000 .000
X25 X15 X14 X13 X12 X11
X1 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Z .000 .000 .000 .000 .000 .000
Y .000 .000 .000 .000 .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model) X2 .000 .133 .321 .299 .289 .254 .270 .278 .279 .305 .268 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Z Y Y4 Y3 Y2 Y1 Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 X21 X22 X23 X24 X25 X15 X14 X13 X12 X11
X1 .000 .203 .499 .465 .449 .394 .412 .425 .426 .465 .409 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Z .000 .000 .247 .230 .222 .195 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Y .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Modification Indices (Group number 1 - Default model) Covariances: (Group number 1 - Default model)
e6 e5 e4
<--> <--> <-->
e17 e9 e6
M.I. 5.140 6.278 4.891
Par Change -.048 -.053 .049
Variances: (Group number 1 - Default model) M.I.
Par Change
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
X24
<---
M.I. 4.014
X15
Par Change -.118
Minimization History (Default model) Iter atio n 0
Negative eigenvalues e
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
e e* e e* e* e e e e e e e
Condition #
Smallest eigenvalue
Diamete r
F
NTrie s
Ratio
9
-.840 -.943 -1.389 -.301 -.244 -.014 -.068
1452.82 8 895.560 725.925 684.743 333.788 263.381 217.398 207.323 191.635 185.076 184.519 184.510 184.510
0
5 6 4 2 1 2 0 0 0 0 0 0
9999.00 0 2.411 .523 .122 1.487 .327 .733 .032 .746 .370 .117 .020 .001
9999.00 0 .476 1.048 .863 1.008 .710 .586 .835 .000 1.007 1.006 .985 1.001
4309.872 1929.424 4261.731 4316.673 4272.912 4101.805
19 5 6 10 6 7 9 2 1 1 1 1
Model Fit Summary CMIN Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 45 190 19
CMIN 184.510 .000 1467.695
DF 145 0 171
P .015
CMIN/DF 1.272
.000
8.583
RMR, GFI Model Default model Saturated model Independence model
RMR .024 .000 .255
GFI .866 1.000 .181
AGFI .824
PGFI .661
.090
.163
Baseline Comparisons Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 .874 1.000 .000
RFI rho1 .852 .000
IFI Delta2 .970 1.000 .000
TLI rho2 .964 .000
CFI .970 1.000 .000
Parsimony-Adjusted Measures Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO .848 .000 1.000
PNFI .741 .000 .000
PCFI .822 .000 .000
NCP Model Default model Saturated model Independence model
NCP 39.510 .000 1296.695
LO 90 8.714 .000 1178.065
HI 90 78.445 .000 1422.758
FMIN Model Default model Saturated model Independence model
FMIN 1.633 .000 12.988
F0 .350 .000 11.475
RMSEA .049 .259
LO 90 .023 .247
LO 90 .077 .000 10.425
HI 90 .694 .000 12.591
RMSEA Model Default model Independence model
HI 90 .069 .271
PCLOSE .513 .000
AIC Model Default model Saturated model Independence model
AIC 274.510 380.000 1505.695
BCC 293.865 461.720 1513.867
BIC 397.639 899.878 1557.683
CAIC 442.639 1089.878 1576.683
HI 90 2.774 3.363 14.440
MECVI 2.601 4.086 13.397
ECVI Model Default model Saturated model Independence model
ECVI 2.429 3.363 13.325
LO 90 2.157 3.363 12.275
HOELTER Model Default model Independence model
HOELTER .05 107 16
HOELTER .01 115 17