JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 415 – 427 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 415 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts
ANALISIS DAN ALTERNATIF SOLUSI LALU LINTAS DI BUNDARAN JALAN TEUKU UMAR DENPASAR Pandu Abraham Saleh, Umbu Jesse Ratudima, Bambang Pudjianto *), YI. Wicaksono*) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Pertumbuhan volume lalu lintas jalan terus meningkat khususnya di wilayah kota Denpasar. Hal ini membuat kemacetan di kota Denpasar pada jam – jam sibuk terutama pada bundaran Teuku Umar. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi dan mencari solusi terhadap kemacetan di bundaran Teuku Umar. Dalam kasus ini di coba dicari solusi dengan rekayasa lalu lintas dan pembangunan underpass dibundaran Teuku Umar. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei langsung pada ke enam pendekat di kaki bundaran pada waktu puncak pagi,siang dan sore hari. Adapun data yang diambil adalah jumlah kendaraan yang melewati pendekat yang masuk bundaran dan keluar bundaran. Analisis kinerja bundaran dilakukan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Hasil kinerja bundaran pada kondisi eksisting memiliki nilai tundaan rata – rata bundaran 16,98 det/jam pada kondisi skenario 1 dengan rekayasa lalu lintas nilai tundaan rata – rata bundaran turun menjadi 8,07 det/jam tetapi memiliki konsekuensi penambahan jumlah kendaraan pada ruas Jalan Teuku Umar Timur, Jalan Teuku Umar Barat, Jalan Imam Bonjol dan Jalan Diponegoro dimana derajat kejenuhan sebelum direkayasa lalu lintas 0,43, 0,21, 0,55, 0,64 dan sesudah di rekayasa lalu lintas naik menjadi 0,58, 0,24, 0,66, 0,80. Pada skenario 2 (pembangunan underpass) nilai tundaan rata – rata bundaran turun menjadi 4,53 det/jam dan nilai ini lebih kecil dibandingkan skenario 1 (rekayasa lalu lintas). Dalam mengatasi kemacetan di bundaran Teuku Umar direkomedasikan skenario 2 yaitu pembangunan underpass. Pembangunan underpass dapat terealisasi bila pembebasan lahan di sekitar dipersiapkan secara baik. kata kunci : Bundaran Teuku Umar Denpasar, Rekayasa lalu lintas, Underpass,Tundaan rata-rata bundaran, Derajat kejenuhan bundaran ABSTRACT The volume growth of road traffic continues to increase rapidly especially in the city of Denpasar. This makes the traffic jam occurred in the city of Denpasar on rush hour, especially at Teuku Umar roundabout. The aim of research is to evaluate and find solustion occlusion at Teuku Umar roundabout. In the case try solution of traffic engineering and Development underpass .Data collection is done by a direct survey on six approaches at the foot of the roundabou at the peak hour of the morning, afternoon and evening. The captured data is the number of vehicles passing through the street that enter and roundabout exit. Analysis of the performance of the roundabout by using the *)
Penulis Penanggung Jawab
415
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 416
guidelines Indonesia Highway Capacity Manual (MKJI) 1997. The results of the performance of the roundabout on the existing condition have average delay in roundabout 16,98 sec/hours at condition scenario 1 with traffic engineering average delay in roundabout drop to 8,07 sec/hours consequence incresing the number of venicles on Teuku Umar Timur street, Teuku Umar Barat street, Imam Bonjol street, Diponegoro street which degree of saturation before 0,43, 021, 0,55, 0,64 and after the traffic egineering rise to 0,58,0,24,0,66, 0,80. In scenario 2 with development underpass average delay in roundabout drop to 4,53 sec/hours and value is smaller than scenario 1 traffic engineering to overcome congestion at Teuku Umar roundabout its recommendation scenario 2 development underpass. Development underpaas could occur when land acquistion well prepared. keywords: Teuku Umar roundabout at Denpasar, Traffic engineering, Underpass , Average delay in roundabout, Degree of saturation in roundabout PENDAHULUAN Jumlah penduduk kota Denpasar sebanyak 833.900 jiwa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,55 persen per tahun berdasarakan survei BPS tahun 2013. Tingkat pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi naik 10 persen pertahun menurut Dinas Perhubungan tahun 2013 perkembangan kendaraan dikabupaten/kota terutama diwilayah SARBAGITA (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan). Pengerakan kendaraan tersebut memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap beban lalu lintas. Berbagai permasalahan lalu lintas telah dirasakan di kota Denpasar, diantaranya kian meningkatkan tundaan, antrian dan kemacetan lalu lintas pada ruas-ruas jalan utama di kota Denpasar, salah satunya adalah dibundaran Teuku Umar. Maskud dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengevalusi penyebab kemacetan dan mencari solusi terhadap kemacetan di bundaran Teuku Umar pada jam – jam sibuk.Sedangkan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah: 1. Mengevaluasi kinerja bundaran Teuku Umar pada kondisi Existing condition. 2. Memberikan suatu rekomendasi peningkatan kelancaran lalu lintas di bundaran Teuku Umar. 3. Mengetahui dampak rekayasa lalu lintas terhadap ruas jalan di bundaran Teuku Umar. METODOLOGI Kerangka pikir penelitian secara menyeluruh penyusunan laporan tugas akhir ini dapat digambarkan dalam suatu diagram alir pada Gambar 1. DATA LALU LINTAS EKSITING Hasil survey Pengambilan data ini dilakukan dalam satu hari, yaitu hari Selasa untuk mewakili hari kerja/weekdays. Waktu pengambilan data pada pagi, siang dan sore hari berturut-turut pada jam 06:00-08:00, 12:00-14:00, dan 16:00-18.00 jumlah kendaraan yang masuk dapat dilihat Tabel 1. 416
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 417
Mulai
Survey lokasi dan identifikasi masalah
Perumusan masalah
Study pustaka
Perencanaan survey
Data Primer 1. Geometri Bundaran 2. Kondisi Jalan 3. Volume Lalu Lintas jam puncak
Data Skunder 1. Peta Lokasi 2. Lalu Lintas Harian Rata-rata 3. Tataran Transportrasi Lokal 4. Volume Lalu Lintas Jalan 5. Lebar Sisi Jalan
Data Cukup
Data Cukup
Penetapan skenario
Skenario I Manajemen lalu lintas
Kondisi Eksisting
Skenario II Perubahan fisik (Underpass)
Bandingkan skenario I, II, dan Eksisting
Optimal
SELESAI
Gambar 1. Bagan alir prosedur pengerjaan tugas akhir Tabel 1. Jumlah kendaraan masing – masing waktu puncak kend/jam Waktu Pagi Siang Sore
A 2958 2485 2793
B 796 428 528
C+D 2433 1980 2106
E 263 196 225
F 901 681 782
Total 7351 5770 6434
Sumber : Hasil survei, 2015
417
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 418
Penyajian Data Sebelum dapat menghitung derajat kejenuhan di bundaran Teuku Umar Denpasar kita perlu mengolah data yang telah didapatkan dari survey pengamatan lapangan, adapun data yang kita gunakan adalah data kendaraan yang pagi dikarenakan memiliki jumlah kendaraan terbesar adapun pergerakan kendaraan dari setiap pendekat sebagai berikut:
a. Kendaraan yang masuk bundaran dari pendekat A
b. Kendaraan yang masuk bundaran dari pendekat B
c. Kendaraan yang masuk bundaran dari pendekat C+D
d. Kendaraan yang masuk bundaran dari pendekat E
e. Kendaraan yang masuk bundaran dari pendekat F
e. Kendaraan yang masuk bundaran dari semua pendekat
Gambar 2. Pergerakan kendaraan di setiap pendekat
418
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 419
Adapun untuk mengetahui jenis – jenis kendaraan yang masuk ke dalam bundaran Teuku Umar terdapat di table 2 : Tabel 2. Pergerakan arus lalu lintas dalam jalinan Kode Pendekat Asal
LV HV MC UM
A
Total LV HV MC UM
B
Total
C+D
LV HV MC UM
Total LV HV MC UM
E
Total LV HV MC UM
F
Total
A 6 0 0 0 6 AUT 22 0 16 0 38 BRT2 325 19 536 0 880 CDST 0 0 34 0 34 ELT2 1 0 15 0 16 FLT
B 31 0 37 0 68 ALT 0 0 0 0 0 BUT 105 0 223 0 328 CDRT 0 0 31 3 31 EST 80 0 263 6 343 FST
Tujuan C+D E 637 0 46 0 1042 12 3 0 1725 12 AST ART1 62 0 0 4 278 22 3 0 340 26 BLT BST 0 12 0 1 0 85 0 0 0 98 CDUT CDLT1 0 0 0 0 27 0 1 0 27 0 ERT EUT 48 4 0 0 94 9 0 0 142 13 FRT1 FRT2
F 9 19 20 0 48 ART2 12 0 31 0 43 BRT1 77 6 103 0 186 CDLT2 0 0 36 3 36 ELT1 0 0 0 0 0 FUT
Sumber : Hasil survei, 2015
ANALISIS DATA EKSITING Kondisi Geometrik Didalam pengukuran lebar masuk (W1 dan W2) , lebar jalinan (Ww) panjang jalinan (Lw) pendekat kita menggunakan Gogle Earth maka diperoleh data geometrik bagian jalinan pada bundaran (roundabout) di jalan Teuku Umar Denpasar terdiri atas 5 (lima) bagian jalinan. Pendekat dan denah keluar sebaiknya diberi notasi A, B, C, D, E dan F, sesuai arah jarum jam sebagaimana terlihat pada gambar di bawah. 419
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 420
Gambar 3. Sketsa Lokasi Bundaran (roundabout) Teuku Umar Tabel 3. Data geometrik persimpangan No
Bagian Jalinan
1 2 3 4 5
AB B(C+D) (C+D)E EF FA
Lebar Masuk Pendekat 1 (W1) Pendekat 2 (W2) (m) (m) 14,95 8,92 3,47 21,59 17,53 10,33 5,31 25,38 10,11 13,20
Lebar Jalinan (Ww) (m) 25,1 12,26 17,81 23,22 15,28
Panjang Jalinan (Lw) (m) 26,52 56,54 38,11 12,13 23,80
Analisis kondisi existing Kapasitas (C) Untuk menghitung kapasitas suatu jalinan kita membutuhkan kapasitas dasar terlebih dahulu dimana rumus kapasitas dasar dilihat dibawah ini. Co = 135 x Ww1,3 x (1+WE/Ww)1,5 x (1-Pw/3)0,5 x (1+Ww/Lw)-1,8 ............................(1) Tabel 4. Kapasitas dasar Bagian Jalinan AB BCD CDE EF FA
135 x WW1,3 (1+WE/WW)1,5 (1-PW/3)0,5 8910,65 1,79 0,83 3510,52 3,51 0,85 5704,23 2,10 0,84 8966,08 1,89 0,96 4674,06 2,34 0,86
(1+WW/LW)-1,8 0,28 0,70 0,50 0,13 0,41
CO 3748,89 7356,13 5080,97 2155,2 3850,92
Setelah kita mendapatkan kapasitas dasar di setiap jalinan baru kita bisa mendapatkan nilai kapasitas dimana rumus kapasitas terdapat di bawah ini : C = Co x FCS x FRSU.......................................................................................................(2) 420
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 421
Tabel 5. Kapasitas Bagian Jalinan AB BCD CDE EF FA
Kapasitas Dasar (CO) 3748,89 7356,13 5080,97 2155,20 3850,92
FCS
FRSU
0,94 0,94 0,94 0,94 0,94
0,93 0,93 0,93 0,93 0,93
Kapasitas (C) 3277 6431 4442 1884 3366
Derajat Kejuhan (DS) Di setiap jalinan jalan memiliki derajat kejenuhan berbeda dikarenakan jumlah jalinan jalan tersebut memiliki volume kendaraan yang masuk berbeda nilai derajat kejenuhan dapat kita dapat dari pembagian volume masuk bundaran di bagi dengan kapasitas. DS = Qsmp / C.....................................................................................................................(3) Tabel 6. Derajat kejenuhan (DS) Bagian Jalinan AB BCD CDE EF FA
Kapasitas (C) 3277 6431 4442 1884 3366
Arus Masuk Bagian Jalinan (Q) 2743 2420 1678 1670 1858
Derajat Kejenuhan (DS) 0,84 0,38 0,38 0,89 0,55
Tundaan Lalu Lintas rata – rata (DT) dan Tundaan rata – rata bundaran (DR) Tundaan lalu lintas bagian jalinan adalah tundaan rata-rata lalu lintas per kendaraan yang masuk ke bagian jalinan. Tundaan lalu lintas ditentukan dari hubungan empiris antara tundaan lalu lintas dan derajat kejenuhan. Tundaan lalu lintas bundaran (DTR) adalah tundaan rata-rata per kendaraan yang masuk ke dalam bundaran. Hitung sebagai berikut : DT = Ʃ (Qi x DTi) / Qmasuk ; i = 1,2,3..n .........................................................................(4) Jumlah dari nilai-nilai tersebut merupakan tundaan lalu lintas bundaran total. Dengan total tundaan lalu lintas rata – rata setiap jalinan dibagi arus total Qmasuk,maka didapatkan tundaan lalu lintas bundaran (DTR) .Tundaan bundaran (DR) adalah tundaan lalu lintas rata-rata per kendaraan masuk bundaran dan dihitung sebagai berikut : DR = DTR + 4
(det/smp) ................................................................................................(5)
Rumusnya adalah dengan menambahkan tundaan geometrik rata-rata (det/smp) pada tundaan lalu lintas.
421
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 422
Tabel 7. Nilai Tundaan lalu lintas rata – rata dan Tundaan bundaran rata - rata Bagian Jalinan AB BCD CDE EF FA
DS 0,84 0,38 0,38 0,89 0,55
DT det/smp 15 2,57 3,39 15 5,85
Q 2743 2420 1678 1670 1858
DTTOT det/jam 41145 6219 5688 25050 10869
DTR
DR DTR + 4
12,98
16,98
Pelung antrian – antrian bagian tiap jalinan Pelung antrian tiap jalinan kita dapat dari nilai derajat kejenuhan di setiap jalinan dimana nilai antrian tiap jalinan memiliki batas atas dan batas bawah peluang antri QP% pada bagian jalinan ditentukan berdasarkan kurva antrian empiris, dengan derajat kejenuhan sebagai variabel masukan. Peluang antrin bundaran ditentukan sebagai berikut : QP% = maks. Dari (QP%) ; i = 1...n .................................................................................(6) Batas atas (dalam %) QP% = 26,65 x DS – 55,55 x DS2 +108,57 x DS3 Batas bawah (dalam %) QP% = 9,41 x DS + 29,967 x DS4,619…...........................................................................(7) Tabel 8. Peluang antrian – antrian tiap bundaran Batas Atas Batas Bawah Bagian Dejarat Jalinan Kejenuhan (DS) 26,65DS-55,55DS^2+108,57DS^3 9,41DS+ 9,967DS^4,619 AB 0,84 47,05 21,05 BCD 0,38 7,95 3,87 CDE 0,38 7,99 3,89 EF 0,89 55,59 25,51 FA 0,55 16,04 7,12 SOLUSI YANG DIRENCANAKAN Dari perhitungan kondisi eksisting di bundaran Teuku Umar Denpasar didapatkan nilai derajat kejenuhan (DS) pada jalinan pada jalinan AB dan EF sebesar 0,84 dan 0,89 nilai DS kedua jalinan diatas 0,75 dan dibutuhkan solusi yang direncanakan agar nilai DS pada masing-masing jalinan tersebut dibawah 0,75. Beberapa gambaran usulan adalah memperbaiki kinerja bundaran dengan dua skenario yaitu : 1. Skenario 1 dengan rekayasa lalu lintas yaitu mengubah arah lalu lintas yang dominan membebani dari dua arah diubah menjadi satu arah dengan mengalihkan lalu lintas ke jalan alternatif. 422
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 423
2. Skenario 2 dengan pembangunan underpass yaitu untuk arah lalu lintas arah dominan yaitu Jalan Teuku Umar Timur ke Jalan Teuku Umar Barat. ANALISIS SOLUSI YANG DIRENCANAKAN Solusi skenario 1 : Rekayasa Lalu Lintas Kondisi geometrik pada solusi kondisi 1 rekayasa lalu lintas sama seperti kondisi skenario eksisting dimana nilai lebar masuk (W1 dan W2) , lebar jalinan (Ww), panjang jalinan (Lw) serta perhitungan pada kapasitas dasar (Co) dan kapasitas (C) sama seperti kondisi eksisting. Perbedaan terjadi pada analisis perhitungan nilai derajat kejenuhan (Ds), nilai tundaan lalu lintas rata – rata (DT) dan nilai tundaan bundaran rata – rata (DR) dan nilai peluang antrian – antrian tiap bundaran yang dapat di lihat di bawah ini. Derajat Kejuhan (DS) Derajat kejenuhan pada skenario 1 rekayasa lalu lintas berbeda dengan kondisi eksisting dikarenakan jumlah kendaraan yang masuk bundaran berkurang disebabkan volume kendaraan di Jalan Tarakan dan Jalan Pulau Misol tidak masuk kedalam bundaran terlihat turunya nilai derajat kejenuhan tiap jalinan. Tabel 9. Derajat kejenuhan (DS) skenario 1 Bagian Jalinan AB BCD CDE EF FA
Kapasitas (C) 3271 5713 4951 2238 3353
Arus Masuk Bagian Jalinan (Q) 2685 1946 1337 1227 1728
Derajat Kejenuhan (DS) 0,82 0,34 0,27 0,55 0,52
Tundaan Lalu Lintas rata – rata (DT) dan Tundaan rata – rata bundaran (DR) Tundaan lalu lintas rata – rata (DT) pada skenario 1 rekayasa lalu lintas jauh berkurang di bandingkan dengan kondisi eksisiting dimana nilai derajat kejenuhan (DS) bundaran jauh lebih kecil dan berpengaruh pada nilai tundaan bundaran rata – rata (DR) yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kondisi eksisting. Tabel 10. Nilai Tundaan lalu lintas rata – rata dan Tundaan bundaran rata – rata skenario 1 Bagian Jalinan AB BCD CDE EF FA
DS 0,82 0,34 0,27 0,55 0,52
DT det/smp 5,86 1,60 1,27 2,57 2,42
Q 2685 1946 1337 1227 1728
DTTOT det/jam 15746 3109 1693 3156 4176
DTR
DR DTR + 4
4,07
8,07
423
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 424
Pelung antrian – antrian bagian tiap jalinan Pelung antrian tiap jalinan didapat dari nilai derajat kejenuhan di setiap jalinan dimana nilai peluang antiran pada skenario 1 rekayasa lalu lintas jauh lebih kecil dibandingkan kondisi eksisting disebabkan nilai derajat kejenuhan pada skenario 1 rekayasa lalu lintas berkurang dibandingkan kondisi eksisting. Tabel 11. Peluang antrian – antrian tiap bundaran skenario 1 Bagian Jalinan
Dejarat Kejenuhan (DS)
AB BCD CDE EF FA
0,82 0,34 0,27 0,55 0,52
Batas Atas 26,65DS - 55,55DS^2 + 108,57DS^3 44,50 6,92 5,28 15,81 13,84
Batas Bawah 9,41DS + 29,967DS^4,619 19,77 3,41 2,61 7,03 6,25
Analisis dampak ruas – ruas akibat skenario 1 rekayasa lalu lintas Dalam memilih skenario 1 rekayasa lalu lintas akan terjadi penambahan jumlah kendaraan di Jalan Teuku Umar Timur, Jalan Teuku Umar Barat, Jalan Imam Bonjol, Jalan Diponegoro yang membuat nilai derajat kejenuhan DS pada tiap ruas meningkat penjelasan terdapat di tabel dibawah ini : Tabel 12. Kondisi Ruas – Ruas Jalan yang dipengaruhi akibat Skenario 1 : Rekayasa Lalu Lintas Ruas Jalan
Volume
Kapasitas
Jalan Teuku Umar Timur Jalan Teuku Umar Barat Jalan Imam Bonjol Jalan Diponegoro
1677 1151 1826 2388
2883 4885 2766 2982
(DS) Sebelum Direkayasa 0,43 0,21 0,55 0,64
(DS) Sesudah Direkayasa 0,58 0,24 0,66 0,80
Solusi skenario 2 : pembangunan underpass Kondisi geometrik pada solusi kondisi 2 pembangunan underpass sama seperti kondisi skenario eksisting dimana nilai lebar masuk (W1 dan W2), lebar jalinan (Ww), panjang jalinan (Lw) serta perhitungan pada kapasitas dasar (Co) dan kapasitas (C) sama seperti kondisi eksisting. Perbedaan terjadi pada analisis perhitungan nilai derajat kejenuhan (Ds), nilai tundaan lalu lintas rata – rata (DT) dan nilai tundaan bundaran rata – rata (DR) dan nilai peluang antrian – antrian tiap bundaran yang dapat di lihat di bawah ini. Derajat Kejuhan (DS) Derajat kejenuhan pada skenario 2 pembangunan underpass berbeda dengan kondisi eksisting dikarenakan jumlah kendaraan yang masuk bundaran berkurang disebabkan 424
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 425
volume kendaraan masuk dan keluar dari Jalan Teuku Umar Timur menuju Jalan Teuku Umar Barat tidak membebani bundaran itu berpengaruh turunya nilai derajat kejenuhan tiap jalinan. Tabel 13. Derajat kejenuhan (DS) skenario 2 Bagian Jalinan AB BCD CDE EF FA
Kapasitas (C) 2830 6917 4556 1805 3577
Arus Masuk Bagian Jalinan (Q) 843 142 754 685 715
Derajat Kejenuhan (DS) 0,30 0,02 0,17 0,38 0,20
Tundaan Lalu Lintas rata – rata (DT) dan Tundaan rata – rata bundaran (DR) Tundaan lalu lintas rata – rata (DT) pada skenario 2 pembagunan underpass jauh berkurang di bandingkan dengan kondisi eksisiting dimana nilai derajat kejenuhan (DS) bundaran jauh lebih kecil dan berpengaruh pada nilai tundaan bundaran rata – rata (DR) yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kondisi eksisting. Tabel 14. Nilai Tundaan lalu lintas rata – rata dan Tundaan bundaran rata – rata skenario 2 Bagian Jalinan AB BCD CDE EF FA
DT det/smp 1,40 0,10 0,78 1,78 0,94
DS 0,30 0,02 0,17 0,38 0,20
Q 843 142 754 685 715
DTTOT det/jam 1178 14 585 1219 670
DTR
DR DTR + 4
0,53
4,53
Pelung antrian – antrian bagian tiap jalinan Pelung antrian tiap jalinan kita dapat dari nilai derajat kejenuhan di setiap jalinan dimana nilai peluang antiran pada skenario 2 pembangunan underpass jauh lebih kecil dibandingkan kondisi eksisting disebabkan nilai derajat kejenuhan pada skenario 2 pembangunan underpass berkurang dibandingkan kondisi eksisting. Tabel 15. Peluang antrian – antrian tiap bundaran skenario 2 Bagian Jalinan
Dejarat Kejenuhan (DS)
AB BCD CDE EF FA
0,30 0,02 0,17 0,38 0,20
Batas Atas 26,65DS - 55,55DS^2 + 108,57DS^3 5,88 0,52 3,38 8,05 3,97
Batas Bawah 9,41DS + 29,967DS^4,619 2,91 0,19 1,56 3,91 1,90 425
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 426
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis eksisting, analisis skenario 1(rekayasa lalu lintas) dan analisis skenario 2 (pembangunan underpass) pada bundaran Teuku Umar, maka dapat diambil beberapa kesimpulan. 1. Pada saat jam sibuk kondisi eksisting kinerja bundaran sudah mencapi kondisi jenuh, dengan hasil perhitungann derajat kejenuhan pada tiap jalinan diatas 0,75 dan derajat kejenuhan yang besar di dapat dari dua jalinan yaitu jalinan AB dan EF dimana nilai derajat kejenuhan di dua jalinan tersebut sebesar 0,84 dan 0,89 dan nilai tundaan rata – rata bundaran adalah sebesar 16,98 det/ jam . 2. Dalam mengurangi nilai derajat kejenuhan pada jalinan AB dan EF dan untuk meningkat tingkat layanan bundaran maka dilakukan alternatif solusi : a. Skenario 1 : Rekayasa lalu lintas Menggunakan data eksisting didapatkan nilai derajat kejenuhan (DS) yang kecil dibawah 0,75 tetapi nilai jalinan di AB tetap tinggi dimana nilai derajat kejenuhan jalinan sebesar 0,82 dan nilai tundaan rata – rata pada bundaran (DT) sebesar 8,07 det/ jam Dalam perekayasaan lalu lintas terjadi perpindahan volume kendaraan pada masing – masing ruas dimana pembebanan kendaraan itu membuat derajat kejenuhan (DS) pada empat jalan yaitu Jalan Teuku Umar Timur, Teuku Umar Barat, Jalan Imam Bonjol dan Jalan Diponegoro yang awal 0,43, 0,21, 0, 55 dan 0,64 meningkat menjadi 0,58, 0,24, 0,66 dan 0,80. b. Skenario 2: Pembangunan underpass Pada pembangunan akan sulit tercapai kerena membutuhkan pembebasan lahan yang besar pada ruas A (Jalan Teuku Umar Timur) dan D (Jalan Teuku Umar Barat) tetapi derajat kejenuhan (DS) dibawah 0,75 dan nilai tundaan rata – rata pada bundaran (DR) turun 4,53 det/ jam. 3. Penggunaan skenario 1 rekayasa lalu lintas dan skenario 2 pembangunan underpass dapat mengurangi kemacetan yang ada bundaran Teuku Umar tetapi dalam mengurangi derajat kejenuhan skenario 2 pembangunan underpass lebih baik dibandingkan skenario 1 dimana dijalinan AB skenario 1 rekayasa lalu lintas masih memiliki derajat kejenuhan 0,82 sedangkan di skenario 2 pembangunan underpass nilai derajat kejenuhan jalinan AB 0,30 .Adapun derajat kejenuhan rata – rata bundaran diskenario 2 pembangunan underpass lebih baik dari skenario 1 rekayasa lalu lintas dimana derajat kejenuhan rata – rata bundaran (DR) 4,53 det/ jam sedangkan skenario 1 rekayasa lalu lintas derajat kejenuhan rata – rata bundaran (DR) 8,07 det/ jam sehingga di rekomdasikan skenario 2 pembangunan underpass dalam mengurangi kemacetan di bundaran Teuku Umar. SARAN Dari kesimpulan yang telah dijelaskan, terdapat beberapa saran yang diusulkan diperlukan berapa besar lahan dingunakan untuk pembanguan underpass agar dapat menampung jumlah kendaraan dari Jalan Teuku Umar Timur ke Jalan Teuku Umar Barat.
426
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 427
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2004. Bundaran. Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992. Standar Perencanaan Geometri untuk Jalan Perkotaan, Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Jakarta. Dinas Perhubungan kota Denpasar, 2014. Kinerja Jalan Teuku Umar Denpasar Bali, Denpasar Dinas Perhubungan kota Denpasar, 2014.Tatanan Trasportasi kota Denpasar,Denpasar Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah., 2004. Bundaran. Ibrahim Reza, Permana, 2013. Analisis Kinerja Bundaran (Studi Kasus: Bundaran MastripJember), TugasAkhir2013,(Online)diaksesdari:https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q= &esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBwQFjAAahUKEwiQ4N KYqHHAhVCCY4KHeKVDh8&url=http%3A%2F%2Frepository.unej.ac.id%2Fbitstre am%2Fhandle%2F123456789%2F5162%2FIbrahim%2520Reza%2520Permana_1. pdf%3Fsequence%3D1&usg=AFQjCNGWXcKhEBsVtfR8fCCh5jfscOdjNA&bv m=bv.102022582,d.c2E. Rof‘in, 2011. Analisis Kinerja Bagian Jalinan Bundaran tak bersinyal (Studi Kasus: Simpang Tujuh Universitas Negeri Semarang). Skirpsi 2011, (Online) diakses dari: http://dokumen.tips/documents/5101406017-a.html.
427