Analisa Karakteristik Hujan di Kota Bandar Lampung Margaretta Welly1) abstract Knowledge of the characteristics of rainfall causes floods and droughts is an important thing. This research intends to investigate the characteristics of rainfall in the city of Bandar Lampung in order to predict and anticipate events of drought and flood in Bandar Lampung. The data used in this study is the annual rainfall data obtained from four rainfall stations in Bandar Lampung from 1987 until 2006. The stations that are: Pahoman Station, Sukarame, Sumur Putri, and Kemiling (Sumber Rejo). The results showed that the pattern and trend of the respective data from each of the stations the rain is not too different from each other. Most of the stations showed decreased dy namically on rainfall. Although this decline did not occur in the rest of the station, but in general decline is clearly visible when the trend was taken fourth. A dry year, the year in which the annual precipitation totals less than 90% of the average annual rainfall, dominated after the year 2000. Most of the rainfall in the year El Nino is below the average annual precipitation. Near Pahoman, there have been five times the annual rainfall is below average at the time of El Nino (1991, 1992, 1993, 2002, 2004). Near Sukarame, there has been four times the annual rainfall is below average at the time of El Nino (1991, 1997, 2002, 2004). At the Sumur Putri station, there has been four times the annual rainfall is below average at the time of El Nino (1991, 1993, 2002, and 2004). Near Kemiling, there has been four times the annual rainfall is below average at the time of El Nino (1991, 1992, 1997, 2002). This suggests the possibility of EL Nino events are associated with a decrease in rainfall in each station. Keywords: characteristics, rainfall, Bandar Lampung Abstrak Pengetahuan mengenai karakteristik curah hujan penyebab banjir dan kekeringan adalah hal yang penting. Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki karakteristik curah hujan di Kota Bandar Lampung dalam rangka memperkirakan dan mengantisipasi peristiwa kekeringan dan banjir di Bandar Lampung. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data hujan tahunan yang didapat dari 4 Stasiun Hujan di Bandar Lampung dari tahun 1987 sampai 2006. Stasiun-stasiun itu adalah: Stasiun Pahoman, Sukarame, Sumur Putri, dan Kemiling (Sumber Rejo). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola dan trend dari masing-masing data dari masing-masing masing stasiun hujan tidaklah terlalu berbeda satu sama lain. Sebagian besar stasiun menunjukkan penurunan secara dinamis pada curah hujan. Walaupun penurunan ini tidak terjadi pada seluruh stasiun, tetapi secara umum penurunan terlihat jelas apabila keempat trend tersebut diambil rata-ratanya. Tahun kering, tahun di mana curah hujannya kurang dari 90% hujan rata-rata tahunan, mendominasi setelah tahun 2000. Sebagian besar curah hujan pada tahun El Nino berada di bawah rata-rata curah hujan tahunan.Di Stasiun Pahoman, telah terjadi lima kali curah hujan tahunan yang berada di bawah rata-rata pada saat El Nino (1991, 1992, 1993, 2002, 2004). Di Stasiun Sukarame, telah terjadi empat kali curah hujan tahunan yang berada di bawah rata-rata pada saat El Nino (1991, 1997, 2002, 2004). Di Stasiun Sumur Putri, telah terjadi empat kali curah hujan tahunan yang berada di bawah rata-rata pada saat El Nino(1991, 1993, 2002, dan 2004). Di Stasiun Kemiling, telah terjadi empat kali curah hujan tahunan yang berada di bawah rata-rata pada saat El Nino (1991, 1992, 1997, 2002). Hal ini menunjukkan kemungkinan kejadian EL Nino berkaitan dengan penurunan curah hujan di masing-masing stasiun. Kata kunci: Karakteristik, Hujan, Bandar Lampung
1
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No 1 Gedong Meneng, Bandar Lampung. Surel:
[email protected].
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
1. Latar Belakang Hujan air yang jatuh dari atmosfir ke permukaan bumi. Hujan adalah air dalam bentuk tetesan yang berasal dari proses kondensasi uap air di atmosfer. Hujan merupakan komponen yang terpenting dari siklus hidrologi karena hujan adalah penyuplai sebagian besar air tawar di bumi. Tiga karakteristik curah hujan yang penting adalah jumlah, frekuensi, dan intensitasnya. Nilai ketiga karakteristik tersebut berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain, dari hari ke hari, bulan ke bulan dan juga tahun ke tahun. Pengetahuan mengenai karakteristik hujan sangat penting untuk dikuasai dalam rangka perencanaan pemanfaatan air hujan secara optimal. Alat penakar hujan (rain gauge) adalah alat untuk memperkirakan kedalaman curah hujan (biasanya dalam mm) yang terjadi di suatu daerah (biasanya diukur dalam satu meter persegi). Satu milimeter diukur curah hujan adalah setara dengan satu liter curah hujan per meter persegi. Secara umum, tipe alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan otomatis. Alat pengukur hujan manual dioperasikan dengan menggunakan tenaga manusia. Artinya pencatatan curah hujan dilakukan secara manual. Adapun alat pengukur hujan otomatis dapat mencatat curah hujan secara otomatis dalam jangka waktu yang panjang. Pola curah hujan di Indonesia yang secara astronomis terletak diantara 66LU dan 1 16 LS, dan sebagian besar berada di sekitar khatulistiwa, memiliki curah hujan yang cukup besar, terutama di Indonesia bagian barat. Indonesia mempunyai rata-rata curah hujan2000-3000 mm/tahun. Semakin ke Timur curah hujannya semakin kecil, terkecuali Maluku dan papua. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi dengan intensitas hujan yang cukup tinggi di Indonesia. Dengan potensi air hujan yang cukup besar, tentunya dapat dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan fakta yang berbeda, air sangat sulit didapatkan saat musim kemarau bahkan sampai menyebabkan kekeringan di beberapa tempat, namun disisi lain air begitu berlimpah saat musim penghujan, bahkan sampai menyebabkan banjir. Melihat fakta tersebut bisa dikatakan pada dasarnya air hujan masih belum dimanfaatkan secara optimal. 2. Identifikasi Masalah Kota Bandar Lampung merupakan kota yang sedang berkembang, baik dari segi infrastruktur maupun sarana dan prasarananya. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah daratan 169,21 km² yang terbagi ke dalam 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan dengan populasi penduduk 902.885 jiwa (2012). Diproyeksikan pertumbuhan penduduk kota ini akan mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2030. Saat ini kota Bandar Lampung merupakan pusat jasa, perdagangan, dan perekonomian di provinsi Lampung. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson, iklim Bandar Lampung tipe A; sedangkan menurut zone agroklimat Oldeman, tergolong Zone D3, yang berarti lembab sepanjang tahun. Curah hujan berkisar antara 2.257 – 2.454 mm/tahun. Jumlah hari hujan 76-166 hari/tahun. Kelembaban udara berkisar 60-85%, dan suhu udara 23-37 °C. Kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot dengan arah dominan dari Barat (Nopember-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur (Juni-Agustus), dan Selatan (September-Oktober). Banjir adalah salah satu problem di Kota Bandar Lampung. Pada Januari tahun 2013 Banjir di Kota Bandar Lampung merendam 265 rumah di 20 lokasi. Bencana di ibukota Provinsi Lampung itu menewaskan tiga orang. Pada bulan Juli tahun 2013 ratusan rumah warga di beberapa tempat di Kota Bandarlampung terendam banjir akibat curah hujan tinggi, dan adanya tanggul sungai yang jebol. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
180
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
(BPBD) Bandar Lampung pada tahun 2014 menyatakan terdapat 12 kecamatan yang rawan bencana alam longsor dan banjir di kota Bandar Lampung. Pengetahuan mengenai karakteristik curah hujan penyebab banjir dan kekeringan adalah hal yang penting untuk dikuasai. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk menye lidiki karakteristik curah hujan di Kota Bandar Lampung dalam rangka memperkirakan dan mengantisipasi peristiwa kekeringan dan banjir di Bandar Lampung. 3. Data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data hujan yang didapat dari 4 Stasiun Hujan di Bandar Lampung dari tahun 1987 sampai 2006. Stasiun-stasiun itu adalah: A. Stasiun Pahoman B. Stasiun Sukarame C. Stasiun Sumur Putri D. Stasiun Kemiling (Sumber Rejo) Data curah hujan tahunan dari masing-masing stasiun adalah sebagai berikut: Tabel 1. Curah Hujan Tahunan untuk Stasiun Hujan di Bandar Lampung. Tahun/Stasiun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Sumber: Data
Pahoman (mm) 2415,5 1917,3 1965,5 1919,1 1768,5 1967,6 3393,7 1680,7 2412,0 2412,0 1659,9 2382,3 2020,8 1154,0 186,1 1654,0 1194,0 1689,3 1708,0 1439,0
Sukarame (mm) 2026,0 2135,0 2643,5 1830,0 1255,0 1719,5 1981,5 1272,0 1926,5 1333,0 1146,9 2552,5 2187,1 595,2 488,0 1737,2 1316,5 988,6 279,0 448,5
Sumur Putri (mm) 2189,0 2126,0 1459,8 1597,8 2052,5 2243,0 391,1 1245,5 1784,0 2086,0 408,8 1832,0 1143,9 1099,5 0,0 1769,0 2475,9 1309,3 6948,9 1436,7
Kemiling (mm) 2092,0 2219,0 1563,6 1742,9 2028,0 2631,0 2402,0 1935,0 2796,0 2003,0 1326,0 2999,4 2554,0 1831,0 0,0 1883,0 1446,0 2789,8 2404,0 1937,0
Secara visual dapat dilihat bahwa terdapat beberapa data yang tidak valid. Artinya data tersebut dicurigai bukan berasal dari kelompok data yang bersangkutan.Verifikasi data dilakukan terhadap data yang dianggap tidak valid. Data-data invalid tersebut diberi tanda arsiran pada tabel 2. Data hujan yang salah atau hilang dapat diganti dengan memperki rakan data tersebut menggunakan Metode Rechiprocal. Data-data yang dibutuhkan dalam Metode Rechiprocal adalah data hujan tahunan dari stasiun-stasiun yang terdekat dengan stasiun yang data hujannya hilang dan jarak stasiun-stasiun terdekat tersebut dengan stasiun yang data hujannya hilang. Rumus yang dipakai adalah:
[1]
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...
181
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
Di mana: P4 adalah curah hujan yang dicari (mm) P1..P3 adalah curah hujan tahunan di masing-masing stasiun terdekat (mm) L1..L4 adalah jarak antara stasiun yang dicari curah hujannya dengan stasiun sekitar (km) Tabel 2. Data Curah Hujan Tahunan untuk Stasiun Hujan yang Invalid Tahun/Stasiun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Pahoman (mm) 2415,5 1917,3 1965,5 1919,1 1768,5 1967,6 3393,7 1680,7 2412,0 2412,0 1659,9 2382,3 2020,8 1154,0 186,1 1654,0 1194,0 1689,3 1708,0 1439,0
Sukarame (mm) 2026,0 2135,0 2643,5 1830,0 1255,0 1719,5 1981,5 1272,0 1926,5 1333,0 1146,9 2552,5 2187,1 595,2 488,0 1737,2 1316,5 988,6 279,0 448,5
Sumur Putri (mm) 2189,0 2126,0 1459,8 1597,8 2052,5 2243,0 391,1 1245,5 1784,0 2086,0 408,8 1832,0 1143,9 1099,5 0,0 1769,0 2475,9 1309, 3 6948,9 1436,7
Kemiling (mm) 2092,0 2219,0 1563,6 1742,9 2028,0 2631,0 2402,0 1935,0 2796,0 2003,0 1326,0 2999,4 2554,0 1831,0 0,0 1883,0 1446,0 2789,8 2404,0 1937,0
Sumber: Data
Metode lain yang dapat dipakai adalah metpde aritmatik yaitu dengan merata-rata jumlah curah hujan di daerah sekitar. Berdasarkan rumus aritmatik maka data yang invalid dapat diganti dengan data hasil hitungan. Tabel 3. Data Curah Hujan Tahunan untuk Stasiun yang Telah Dikoreksi. Tahun/Stasiun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Sumber: Data
182
Pahoman (mm)
Sukarame (mm)
2415,5 1917,3 1965,5 1919,1 1768,5 1967,6 3393,7 1680,7 2412,0 2412,0 1659,9 2382,3 2020,8 1154,0 1404,0 1654,0 1194,0 1689,3 1708,0 1439,0
2026,0 2135,0 2643,5 1830,0 1255,0 1719,5 1981,5 1272,0 1926,5 1333,0 1146,9 2552,5 2187,1 1361,5 1549,4 1737,2 1316,5 1929,5 3687,0 1604,2
Sumur Putri (mm) 2189,0 2126,0 1459,8 1597,8 2052,5 2243,0 2592,4 1245,5 1784,0 2086,0 1377,6 1832,0 1143,9 1099,5 1434,3 1769,0 2475,9 1309,3 1377,6 1436,7
Kemiling (mm) 2092,0 2219,0 1563,6 1742,9 2028,0 2631,0 2402,0 1935,0 2796,0 2003,0 1326,0 2999,4 2554,0 1831,0 1857,0 1883,0 1446,0 2789,8 2404,0 1937,0
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
Setelah data diverifikasi maka barulah sifat statitistiknya dapat diketahui. Dari hasil data di atas, parameter statistik untuk masing-masing data hujan adalah: Tabel 4. Parameter statistik untuk masing-masing data hujan. No.
Stasiun Hujan
1. Pahoman 2. Sukarame 3. Sumur Putri 4. Kemiling Sumber: Perhitungan
Rata-rata
Stdev.
1907,9 1859,7 1731,6 2122,0
515,8 602,8 449,6 466,5
Minimum 1154,0 1146,9 1099,5 1326,0
Maximum 3393,7 3687,0 2592,4 2999,4
Skewness 1,15 1,52 0,39 0,24
Kurtosis 2,41 3,31 -1,00 -0,70
4. Hasil Penelitian 4.1. Trend Trend atau kecenderungan dilakukan untuk mengetahui apakah data mengalami kenaikan atau penurunan tiap tahunnya. Untuk mengetahui trend nya maka data terlebih dahulu harus diplotkan menjadi grafik, baru setelah itu dapat diketahui trend nya. Grafik dari data di atas dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Plot data
Gambar 2. Trend masing-masing stasiun
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...
183
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa pola dan trend dari masing-masing data dari masing-masing masing stasiun hujan tidaklah terlalu berbeda satu sama lain. Sebagian besar stasiun menunjukkan penurunan secara dinamis pada curah hujan. Walaupun penurunan ini tidak terjadi pada seluruh stasiun, tetapi secara umum penurunan terlihat jelas apabila keempat trend tersebut diambil rata-ratanya. Trend hujan yang tidak menurun me nunjukkan kenaikan yang tidak signifikan jika dibandingkan dengan trend yang menurun. 4.2. Penentuan Tahun Basah/Kering Tahun basah adalah tahun yang curah hujannya lebih besar dari cirah hujan tahunan ratarata sedangkan tahun kering adalah tahun yang curah hujannya kurang dari curah hujan rata-rata. Identifikasi tahun basah dan tahun kering dilakukan dengan mengolah data curah hujan tahunan menggunakan program Microsoft Excel. Pengelompokan tahun basah dan tahun kering dilakukan berdasarkan parameter berikut: 1. Jika data curah hujan tahun x di Stasiun A < rata-rata curah hujan tahunan Stasiun A dikurangi 10% maka tahun x di Stasiun A mengalami tahun kering. 2. Jika data curah hujan tahun x di Stasiun A > rata-rata curah hujan tahunan Stasiun A ditambah 10% maka tahun x di Stasiun A mengalami tahun basah. 3. Jika data curah hujan tahun x di Stasiun A > rata-rata curah hujan tahunan Stasiun A dikurangi 10% dan < rata-rata curah hujan tahunan Stasiun A ditambah 10% maka tahun x di Stasiun A mengalami tahun normal. Berdasarkan ketentuan di atas maka keadaan masing-masing stasiun adalah sebagai berikut: a. Stasiun Pahoman Rata-rata = 1907.9 mm Batas tahun kering = 1717.1 mm Batas tahun basah = 2098.6 mm Tabel 5. Curah hujan stasiun Pahoman. Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
184
R (mm) 2415.5 1917.3 1965.5 1919.1 1768.5 1967.6 3393.7 1680.7 2412.0 2412.0 1659.9 2382.3 2020.8 1154.0 1404.0 1654.0 1194.0 1689.3 1708.0 1439.0
Keterangan Tahun Basah Tahun Normal Tahun Normal Tahun Normal Tahun Normal Tahun Normal Tahun Basah Tahun Kering Tahun Basah Tahun Basah Tahun Kering Tahun Basah Tahun Normal Tahun Kering Tahun Kering Tahun Kering Tahun Kering Tahun Kering Tahun Kering Tahun Kering
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
b. Stasiun Sukarame Rata-rata = Batas tahun kering = Batas tahun basah =
1859.7 mm 1673.7 mm 2045.7 mm Tabel 6. Curah hujan stasiun Sukarame Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
R (mm) 2026.0 2135.0 2643.5 1830.0 1255.0 1719.5 1981.5 1272.0 1926.5 1333.0 1146.9 2552.5 2187.1 1361.5 1549.4 1737.2 1316.5 1929.5 3687.0 1604.2
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...
Keterangan Tahun Normal Tahun Basah Tahun Basah Tahun Normal Tahun Kering Tahun Normal Tahun Normal Tahun Kering Tahun Normal Tahun Kering Tahun Kering Tahun Basah Tahun Basah Tahun Kering Tahun Kering Tahun Normal Tahun Kering Tahun Normal Tahun Basah Tahun Kering
185
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
c. Sumur Putri Rata-rata = Batas tahun kering = Batas tahun basah =
1731.6 mm 1558.4 mm 1904.7 mm Tabel 7. Curah hujan stasiun Sumur Putri
186
Tahun
R (mm)
Keterangan
1987
2189.0
Tahun Basah
1988
2126.0
Tahun Basah
1989
1459.8
Tahun Kering
1990
1597.8
Tahun Normal
1991
2052.5
Tahun Basah
1992
2243.0
Tahun Basah
1993
2592.4
Tahun Basah
1994
1245.5
Tahun Kering
1995
1784.0
Tahun Normal
1996
2086.0
Tahun Basah
1997
1377.6
Tahun Kering
1998
1832.0
Tahun Normal
1999
1143.9
Tahun Kering
2000
1099.5
Tahun Kering
2001
1434.3
Tahun Kering
2002
1769.0
Tahun Normal
2003
2475.9
Tahun Basah
2004
1309.3
Tahun Kering
2005
1377.6
Tahun Kering
2006
1436.7
Tahun Kering
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
d. Kemiling Rata-rata = Batas tahun kering = Batas tahun basah =
2122.0 mm 1909.8 mm 2334.2 mm Tabel 8. Curah hujan stasiun Kemiling Tahun
R (mm)
Keterangan
1987
2092.0
Tahun Normal
1988
2219.0
Tahun Normal
1989
1563.6
Tahun Kering
1990
1742.9
Tahun Kering
1991
2028.0
Tahun Normal
1992
2631.0
Tahun Basah
1993
2402.0
Tahun Basah
1994
1935.0
Tahun Normal
1995
2796.0
Tahun Basah
1996
2003.0
Tahun Normal
1997
1326.0
Tahun Kering
1998
2999.4
Tahun Basah
1999
2554.0
Tahun Basah
2000
1831.0
Tahun Kering
2001
1857.0
Tahun Kering
2002
1883.0
Tahun Kering
2003
1446.0
Tahun Kering
2004
2789.8
Tahun Basah
2005
2404.0
Tahun Basah
2006
1937.0
Tahun Normal
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...
187
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
Hasil-hasil di atas dapat dirangkum sebagai berikut: Tabel 9. Tahun Kering dan Tahun Basah untuk Stasiun Hujan di Bandar Lampung Tahun
Pahoman
Sukarame
Sumur Putri
Kemiling
1987
Tahun Basah
Tahun Normal
Tahun Basah
Tahun Normal
1988
Tahun Normal
Tahun Basah
Tahun Basah
Tahun Normal
1989
Tahun Normal
Tahun Basah
Tahun Kering
Tahun Kering
1990
Tahun Normal
Tahun Normal
Tahun Normal
Tahun Kering
1991
Tahun Normal
Tahun Kering
Tahun Basah
Tahun Normal
1992
Tahun Normal
Tahun Normal
Tahun Basah
Tahun Basah
1993
Tahun Basah
Tahun Normal
Tahun Basah
Tahun Basah
1994
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Normal
1995
Tahun Basah
Tahun Normal
Tahun Normal
Tahun Basah
1996
Tahun Basah
Tahun Kering
Tahun Basah
Tahun Normal
1997
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Kering
1998
Tahun Basah
Tahun Basah
Tahun Normal
Tahun Basah
1999
Tahun Normal
Tahun Basah
Tahun Kering
Tahun Basah
2000
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Kering
2001
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Kering
2002
Tahun Kering
Tahun Normal
Tahun Normal
Tahun Kering
2003
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Basah
Tahun Kering
2004
Tahun Kering
Tahun Normal
Tahun Kering
Tahun Basah
2005
Tahun Kering
Tahun Basah
Tahun Kering
Tahun Basah
2006
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Kering
Tahun Normal
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tahun kering mendominasi setelah tahun 2000. Se lama periode 1987-2004 telah terjadi tujuh kali El Nino, yaitu tahun 1987, 1991, 1992, 1993, 1997, 2002, dan 2004. Dari tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar curah hujan pada tahun El Nino berada di bawah rata-rata curah hujan tahunan. Di Stasiun Pahoman, telah terjadi lima kali curah hujan tahunan yang berada di bawah rata-rata pada saat El Nino (1991, 1992, 1993, 2002, 2004). Di Stasiun Sukarame, telah terjadi empat kali curah hujan tahunan yang berada di bawah rata-rata pada saat El Nino (1991, 1997, 2002, 2004). Di Stasiun Sumur Putri, telah terjadi empat kali curah hujan tahunan yang berada di bawah rata-rata pada saat El Nino(1991, 1993, 2002, dan 2004). Di Stasiun Kemiling, telah terjadi empat kali curah hujan tahunan yang berada di bawah rata-rata pada saat El Nino (1991, 1992, 1997, 2002). Hal ini menunjukkan kemungkinan kejadian EL Nino berkaitan dengan penurunan curah hujan di masing-masing stasiun. 5. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pola dan trend dari masing-masing data dari masing-masing masing stasiun hujan tidaklah terlalu berbeda satu sama lain. Sebagian besar stasiun menunjukkan penurunan secara dinamis pada curah hujan. Walaupun penurunan ini tidak terjadi pada seluruh stasiun, tetapi secara umum penurunan terlihat jelas apabila keempat trend tersebut diambil rata-ratanya.
188
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
A. Tahun kering, tahun di mana curah hujannya kurang dari 90% hujan rata-rata tahunan, mendominasi setelah tahun 2000. B. Selama periode 1987-2004 telah terjadi tujuh kali El Nino, yaitu tahun 1987, 1991, 1992, 1993, 1997, 2002, dan 2004. Sebagian besar curah hujan pada tahun El Nino berada di bawah rata-rata curah hujan tahunan. Hal ini menunjukkan kemungkinan kejadian EL Nino berkaitan dengan penurunan curah hujan di masing-masing stasiun. DAFTAR PUSTAKA Aldrian, E. & Susanto, R. D. (2003) Identification of three domain rainfall regions within Indonesia and their relationship to sea surface. Climatology 23, 1435–1452. As-Syakur, A. (2010) The impact of El Nino and La Nina in Indonesia. Article retrieved from website: http://mbojo.wordpress.com/2010/03/18/el-nino-dan-la-nina-sertadampaknya-di-indonesia/. Soemarto, C.D. (1999). Hidrologi Teknik. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya. Subarkah. (1980). Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, Penerbit Idea Dharma, Bandung. Suripin. (2004). Drainase Perkotaan yang. Berkelanjutan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Lawton, R. O., Nair, U. S., Pielke, R. A. & Welch, R. M. (2001) Climatic impact of tropical lowland deforestation on nearby montane cloud forests. Science 294, 584–587. McBride, J. L., Haylock, M. R. & Nicholls, N. (2003) Relationships between the maritime continent heat source and the El Nino southern oscillation phenomenon. American Meteorological Society 16, 2905–2914.
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...
189
Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 3, Desember 2015
190
Margaretta Welly, Analisa karakteristik hujan...