ISSN : 0853 - 2516 ANALISA FINANSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA SAPI POTONG SISTEM KEREMAN Oleh : Dra. Achadyah Prabawati
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi “Pembangunan” Jember ABSTRAK Kabupaten Jember merupakan salah satu sentra populasi potong di Jawa timur. Perhatian khusus perlu diberikan pada peternak sapi potong di Kabupaten Jember, terutama untuk menentukan bagaimana cara sapi-sapi yang dipelihara lebih menguntungkan secara finansial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha pada aspek finansial serta sesitivitas faktor-faktor yang mempengaruhi usaha penggemukan sapi potong sistem kereman. Metodologi penelitian dengan penghitungan NPV, IRR, B/C Ratio serta PBP dan sensitifitas menggunakan Regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPV yang selalu positif. Sementara IRR menunjukkan 61% ada diatas bunga bank. Mengenai Net B/C Ratio antara 0,31 sampai dengan 0,6 mencapai sekitar 56% dari responden. Mengenai Pay Back Periode paling banyak yaitu 43% diatas 1 tahun, Berdasarkan hasil analisa Sensitiditas diperoleh bahwa faktor biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan dan biaya pakan sangat berpengaruh terhadap pendapatan peternak I. PENDAHULUAN
di Kabupaten Jember, terutama untuk
1.1 Latar Belakang
menentukan bagaimana cara sapi-
Kabupaten Jember merupa-
sapi yang dipelihara lebih mengun-
kan salah satu sentra populasi potong
tungkan secara finansial sehingga
di Jawa timur. Perhatian khusus perlu
pada akhirnya dapat meningkatkan
diberikan pada peternak sapi potong
pendapatan peternak, untuk itu usaha
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
1
ISSN : 0853 - 2516 penggemukan sapi potong merupa-
mempunyai
kan
gemukan sapi kereman jenis kawin
suatu
altenatif
yang
dapat
ditingkatkan.
acuan
bahwa
peng-
lokal atau kawin suntik sebagai suatu
Upaya pengembangan sistem
usaha
yang
dapat
meningkatkan
pengusahaan (agribisnis) sapi potong
pendapatan. Sehubungan dengan hal
di kabupaten Jember masih sangat
tersebut peneliti ingin mengetahui
prospektif, dalam usaha pengem-
analisa investasi (pasar, teknis dan
banganya harus dilakukan secara
finansial) serta faktor sosial ekonomi
menyeluruh, berkelanjutan dan saling
yang berpengaruh terhadap usaha
terkait
penggemukan sapi potong sistem
dari
berbagai
subsistem.
Secara konsep menurut Winarno
kereman di kabupaten Jember
(1997)
1.2. Identifikasi Masalah
bahwa
sistem
agribisnis
merupakan kegiatan yang sinergi,
Berdasarkan latar belakang
dimana antara subsistem saling ada
diata
keterkaitan dan tidak terpisahkan
beberapa
mulai
berikut :
dari
proses
produksi,
pengolahan sampai pada pemasaran
maka
dirumuskan
permasalahan
sebagai
1. Bagaimana kelayakan usaha pada
hasil.
aspek Kondisi masyarakat pedesaan
finansial
untuk
usaha
penggemukan sapi potong sistem
pada umumnya bersifat subsistem dalam usaha pertaniannya, sehingga
dapat
kereman? 2. Bagaimana
usaha-usaha teknologi yang bersifat
sesitivitas
faktor-
faktor yang mempengaruhi usaha
asing tidak mudah diterima secara
penggemukan sapi potong sistem
langsung, disamping karena kele-
kereman?
mahan
dalam
permodalan.
Oleh
karena itu analisa investasi perlu dilakukan
agar
masyarakat
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Vol.9 No.2
April 2009
2
ISSN : 0853 - 2516 1.3.1. Tujuan Penelitian
2. Sebagai alternatif pola usaha tani
Keberhasilan usaha pengge-
utnuk meningkatkan pendapatan
mukan sapi potong secara kereman
dan kesejahteraan bagi petani.
dipengaruhi beberapa faktor, oleh karena itu tujuan penelitian yang ingin dcapai untuk mengetahui:
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN
1. Kelayakan usaha penggemukan sapi
potong
sistem
kereman
KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Telaah Peneliti Terdahulu
ditinjau dari aspek finansial.
Penelitian
2. Sensitifvitas faktor-faktor yang mempengaruhi
usaha
mukan
potong
sapi
peternakan
bidang
dilakukan
oleh
pengge-
Isnaini dkk menyimpulkan bahwa
sistem
Kecamatan Bululawang Kabupaten
kereman.
Malang
1.3.2. Kegunaan Penelitian Mengacu
yang
pada
mempunyai
rata-rata
peternak berusia 42,54 tahun dan
pada
tujuan
tergolong usia produktif. Responden
penelitian, maka hasil yang diperoleh
mempunyai
dari
rata-rata selama 14 tahun, danini
penelitian
memberikan
diharapkan beberapa
dapat
manfaat
pengalaman
menunjukkan
bahwa
beternak
responden
khususnya usaha penggemukan sapi
mempunyai pengalaman yang cukuo
potong, adapun kegianaan penelitian
dalam mengembangbiakkan sapinya.
yang diharapkan adalah :
Dalam hal pendidikan kebanyakan
1. Sebagai bahan informasi bagi
responden masih buat huruf yaitu
pemerinth
Kabupaten
Bondo-
sekitar
54,10%
sedangkan
woso tentang kelayakan usaha
selebuhnya yaitu 49,90% memiliki
dan faktor-faktor yang mem-
pendidikan formal tertinggi yaitu
pengaruhi pada pengge-mukan
Sekolah Dasar.
sapi potong.
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
3
ISSN : 0853 - 2516 Menurut Toeilibere (1983) penurunan
populasi
sapi
potong
diterima Rp 160.100,- dengan nilai B/C
Ratio
1,26
itu
di
daerah
disebabkan oleh tingkatpemotongan,
Wonosobo. Sementara harga daging
kematian
yang
berupa pertambahan bobot badan
kelahiran.
pada waktu penelitian dilakukan
bahwa
adalah Rp 3.000,- /Kg bobot hidup.
penigkatan populasi dapat diusaha-
Analisa usaha penggemukan sapi di
kan melalui pengendalian pemo-
Wonogiri
tongan
maupun
Ongole dan persilangan Brahman
pencegahan penyakit ternak serta
menurut Siregar dan Tambing (1995)
peningkatan
Pada
jumlah keuntungan untuk 2 ekor dan
produksi
5 ekor sapi masing-masing adalah Rp
aspek
80.441,- dan Rp 156.000,- serta 1,18
populasi ternak, tingkat konsumsi,
dan 1,16 untuk B/C Ratio. Adapun
neraca
keuntungan rata-rata yang diperoleh
dan
melebihi
pengeluaran
tingkat
Selanjutnya
dikatakan
dan
hakekatnya ternak
import
reprodiktifitas. peningkatan
berkaitan
ekspor
dengan
impor
komoditi
peternakan.
pada
sapi
peranakan
Rp 190.367,- per ekor selama 6 bulan
Analisa usaha penggemukan
proses penggemukan. Pertambahan
sapi potong sebanyak 10 ekor dengan
bobot badan rata-rata 0,8 Kg/ hari
lama penggemukan selama 6 bulan
dengan harga sapi waktu penelitian
mendapat keuntungan sebesar Rp
Rp 3.250,- /Kg bobot hidup.
3.265.000,- dengan nilai B/C rasio
Penelitian
dengan
1,33 (Sugeng, 1992). Berdasarkan
kemitraan
Kusnadi
memelihara 50 ekor dengan masa
(1992)
sapi
peranakan
dimana
pola
Ongole dengan lama pengemukan 6
pemeliharaan
bulan dan biaya produksi per ekor Rp
kemudian
605.400,-
Rp
produksi menghasilkan pendapatan
765.500,- sehingga kentungan yang
kumulatif selama 3 tahun sebesar Rp
serta
penerimaan
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
selama
plasma
dijual
April 2009
60
hari
sebagai
hasil
4
ISSN : 0853 - 2516 68.076.800,-
dengan
indikator
Internal Rate of Return (IRR) sebesar
pakan, biaya tenaga kerja, biaya listrik dan air.
25,76% sementara Net Present alue
Tujuan analisis suatu kegiatan
(NPV) dengan discount factor 20%
menurut Gray (1997) anatara lain
diperoleh
adalah
hasil
3.708.237,-
sebesar
Rp
:
a)
mengetahui
tingkat
serta Revenue Cost
keuntungan yang dicapai melalui
Ratio (R/C Ratio) sebesar 1,011
investasi dalam suatu kegiatan, b)
(Badan
menghindari
Agribisnis
Departemen
Pertanian, 1999).
daya,
2.2
terhadap
Landasan Teori Dalam kegiatan usaha dapat
paling
c)
pemborosan mengadakan
peluang
sumber penilaian
investasi
menguntungkan,
dan
diharapkan pendapatan dan apabila
menentukan prioritas investasi.
dapat ditingkatkan maka investasi
2.2.1. Analisa Usaha
kegiatan usaha juga akan meningkat. Kondisi
ini
diharapkan
nantinya untuk
Analisa
usaha
d)
adalah
dapat
mengukur dan menilai suatu kegiatan
mengurangi
yang akan atau sedang dilakukan,
perbedaan pendapatan masyarakat.
adapun
Biaya kegiatan adalah seluruh biaya
antara lain adalah :
yang
1. Net Present Value (NPV)
dikeluarkan
yang
untuk
menda-
kriteria
yang
digunakan
tangkan penghasilan dimasa yang
Net Present Value adalah
akan datang dan menurut Cahyo. H
merupakan selisih antara benefit
(2004) dapat diklasifikasikan atas : a)
dengan Cost yang telah dipresent
Biaya Investasi, yaitu biaya untuk
valuekan. Bila Net Present Value
pembelian bibit atau bakalan sapi
sama dengan nol maka usaha tersebut
potong. b) Biaya Operasional, yaitu
tidak
biaya
selama
Sehingga semakin besar Net Present
proses produksi yang meliputi biaya
Value maka semakin besar harapan
yang
dikeluarkan
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
memperoleh
April 2009
keuntungan.
5
ISSN : 0853 - 2516 untuk memperoleh keuntungan dari
tersebut tidak layak untuk dilakukan
usaha tersebut.
karena tidak menguntungkan.
2. Internal Rate of Return (IRR)
5. Pay Back Periode (PBP)
Internal Rate of Return adalah
PBP adalah jangka waktu
tingkat perbandingan antara benefit
kembalinya investasi yangh telah
dengan
yang menunjukkan
dikeluarkan melaui keuntungan yang
kemampuan suatu kegiatan usaha
diperoleh dari suatu usaha. Dengan
untuk menghasilkan pengembalian
asumsi bahwa bunga modal pinjaman
investasi. Kriteria dari Internal Rate
saat penelitian dilakukan sebesar
of Return adalah harus lebih besar
18% dan maksimal 50%.
dari discount rate.
2.2.2. Operasional Usaha
Cost
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
perbandingan
Pramono
masa
penggemukan
bahwa
Net Benefit Cost Ratio adalah tingkat
Menurut
antara
net
bakalan
dengan
sistem
(1993) sapi
kereman
adalah :a) Sapi bakalan berumur < 2
benefit dengan Cost yang mana
tahun
apabila Net Benefit Cost Ratio
adalah 6 bulan, b) Sapi bakalan
kurang dari satu maka kegiatan usaha
berumur 2 - 3 tahun maka masa
tersebut tidak layak untuk dilakukan
penggemukan adalah 4 bulan,
karena tidak menguntungkan.
Sapi bakalan berumur > 3 tahun
4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross
maka masa penggemukan adalah 4
B/C Ratio)
maka
masa
penggemukan
c)
bulan.
Gross Benefit Cost Ratio
Lokasi pembuatan kandang
adalah tingkat perbandingan antara
tidak
gross benefit dengan Cost yang mana
lingkungan. Penentuan atau peilihan
apabila Gross Benefit Cost Ratio
lokasi kandang hendaknya memenuhi
kurang dari satu maka kegiatan usaha
ketentuan :
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
terlepas
April 2009
daripertimbangan
6
ISSN : 0853 - 2516 1. Tidak
berdekatan
dengan
8. Areal
yang
ada
pemukiman penduduk atau
memungkinkan
pun bangunan umum seperti
perluasa kandang.
masih untuk
sekolah, masjid, puskesmas dan lain sebagianya.
Pakan sapi adalah tumbuhan
2. Tidak ada rasa keberatan dari pihak
tetngga
hijau dan konsentrat. Hijauan yang
apabila
tumbuh diIndonesia relatif cepat
bangunan kandang terpaksa
tumbuh tetapi kandungan gizinya
harus dilakukan pada lokasi
relatif rendah. Dalam kondisi ini
yang
maka diperlukan tambahan kon-
berdekatan
dengan
rumah penduduk.
sentrat dengan komposisi ransum: a)
3. Pembuangan air limbah dan kotoran
harus
tersalurkan
dengan baik
Untuk
hijauan
yang
berkualitas
rendah seperti jerami padi, pucuk tebu, dan limbah pertanian lainnya
4. Persediaan air bersih cukup
maka dibandingkan dengan konsen-
5. Jarak kandang dengan rumah
trat adalah 45:55. b) Untuk hijauan
penduduk adalah sekitar 10
yang berkualitas menengah sampai
meter.
tinggi seperti rumput raja, rumput
6. Letak areal kandeng ataupun
setaria, leguminosa seperti lamtoro
lantai kandang adalah sekitar
gung, glirisidia atau gamal dan
20-30 cm lebih tinggi dari
kaliandra maka dibandingkan dengan
permukaan lahan sekitar.
konsentrat adalah 60:40.
7. Lokasi kandang agak jauh dari tempat-tempat keramaian
2.3 Kerangka Pemikiran.
ataupun lalu lintas manusia dan kendaraan.
Usaha
sapi
adalah usaha merawat sapi dalam kurun
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
penggemukan
Vol.9 No.2
waktu
April 2009
tertentu
agar
7
ISSN : 0853 - 2516 pertumbuhannya
cepat
meningkat
pembuatan kandang agar sapi yang
sesuai yang diharapkan. Dengan
dipelihara aman dan bebas dari
pertumbuhan dalam waktu yang telah
gangguan.
ditentukan tersebut maka harga sapi
Dengan perubahan periode
pasti akan meningkat. Sementara
maka berarti ada perubahan harga
biaya
untuk
dari setiap barang yang diperjual
memelihara sapi tersebut lebih kecil
belikan. Hal ini juga daging sapi
dari
sapi.
dengan perubahan periode maka
Sehingga dapat diharapkan mempe-
yang pasti akan meningkat pula.
roleh keuntungan dengan merawat
Apalagi dengan perubahan bobot
sapi tersebut.
maka pasti akan meningkatkan harga
yang
dikeluarkan
peningkatan
harga
Biaya yang harus dikeluarkan
jualnya.
untuk merawat sapi adalah harga beli bibit atau sapi bakalan, sementara
2.4
Hipotesis
semakin tinggi harga belinya maka
Berdasarkan latar belakang
semakin besar biaya yang harus
dan kerangka pemikiran maka dapat
dikeluarkan. Biaya pakan adalah
dirumuskan hipotesis sebagai berikut
harga
yang
1. Usaha penggemukan sapi potong
merupakan biaya harus dikeluarkan
dengan sistem kereman layak
untuk memelihara kehidupan dari
dilaksanakan secara finansial.
sapi. Biaya obat-obatan adalah harga
2. Faktor yang mempengaruhi usaha
beli
beli
dari
dari
pakan
obat-obatan
yang
penggemukan
sapi
potong
merupakan biaya harus dikeluarkan
meliputi biaya bibit / bakalan,
untuk memelihara sapi dari penyakit.
biaya pakan, biaya obat-obatan,
Biaya tenaga kerja adalah upah
biaya tenaga kerja dan biaya
tenaga kerja yang harus dikeluarkan
pembuatan kandang.
untuk merawat sapi, dan Biaya
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
8
ISSN : 0853 - 2516 Metode
III METODE PENELITIAN
yang
digumakan
dalam penelitian ini adalah diskriptif,
3.1 Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di
komparatif dan korelasional. Metode
Kecamatan Silo dan Sumberjambe.
deskriptif merupakan suatu metode
Kabupaten Jember. Pemilihan daerah
yang memberikan gambaranm atau
ini didasarkan pada metode sampling
lukisan sistematik, factual dan akurat
secara sengaja (purposive sampling
mengenai
fakta-fakta,
method). Dasar pertimbangan pemi-
hubungan
antara
lihan
variable yang diselidika. Metode
lokasi
penelitian
bahwa
serta
fenomena
komparatif
satu sentra peternakan sapi potong di
menganalisa factor-faktor penyebab
Jawa Timur dan memiliki potensi
terjadinya fenomena dan memban-
dalam
dingkan fenomena tertentu dimana
usaha
dipakai
dan
Kabupaten Jember merupakan salah
pengembangan
dapat
sifat
penggemukan sapi potong dengan
data
cara kereman.
semua kejadiantelah selesai. Metode
Menurut Statistik
yang dikumpulakan
untuk
setelah
Badan
Pusat
Korelasional merupakan kelanjutan
2006
bahwa
dari metode deskriptif yang mencari
Jember
populasi sapi potong di Kabupaten
hubungan
Jember sebanyak 182.398 ekor dan di
variable yang diteliti( Soetriono,
kecamatan Silo terdapat 12.227 ekor
2004).
dengan 151 peternak dan Kecamatan
3.3. Metode pengambilan Populasi
Sumberjambe 11.105 ekor dengan 131
peternak.
Penelitian
secara
statistic
antar
dan Sampel
ini
Pengambilan sample dilaku-
dilaksanakan pada bulan Maret –
kan
April 2006 di Kecamatan Silo dan
Stratified Multiple Stage Sampling
Sum,ber jambe Kabupaten Jember.
(Husein,2001) yaitu: 1) menentukan
3.2 Metode Penelitian
desa/ kelurahan di Kecamatan. 2)
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
dengan
cara
April 2009
Proportionate
9
ISSN : 0853 - 2516 menentukan dusun/ RW dari desa
Kriteria keputusan NPV > 0
yang dipilih. 3) menetukan jumlah
berarti usaha penggemukan
peternak
sapi
yang
dijadika
sebagai
potong
layak
untuk
responden.
diusahakan dan menguntung-
3.4 Analisa Data
kan.
Analisa data dalam penelitian
b. Internal Rate of Return (IRR)
ini dilakukan secara deskriptif yang
IRR adalah pendapatan bunga
dilanjutkan
atas keuntungan usaha sapi
dengan
pengujian
statistic. 2.4.1. Aspek
Finansial,
untuk
menguji kelayakan usaha penggemukan sapi potong ditinjau dari aspek financial digunaka
criteria
investasi sebagai berikut :
benefit dengan cost yang valuekan
(Pudjosumarto,1990) adapun rumusnya adalah NPV
diperoleh.
Kriteria
keputusan
adalah
apabila IRR > bunga modal berarti
usaha
penggemuka
sapi potng layak diusahakan dan mengunutngkan.
B/C)
NPV adalah selisih antara
dipresent
yang
c. Net Benefit Cost Ratio (Net
a. Net Present Value (NPV)
telah
potong
Net
B/C
merupakan
perbandingan antara pendapatan bersih terhadap cost yang
telah
dipresent-
valuekan. Adapun rumusnya
B 1i n
n
B : Benefit pendapatan usaha I : Investasi i : tingkat bunga n : tahun
adalah atau
Cn
1i
n
Kriteria keputusan Net B/C > 1 berarti usaha penggemukan sapi
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Bn - C n
Net B/C
Vol.9 No.2
potong
April 2009
layak
untuk
10
ISSN : 0853 - 2516 diusahakan
dan
menguntungkan.
pendapatan usaha penggemukan sapi potong digunakan model Regresi
d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Bn Gross B/C n C n 1i
Kriteria keputusan Gross B/C
linier berganda dengan rumus : Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 Keterangan : b1-b6
: Koefisien regresi
Y
: Pendapatan Peternak
X1
: Biaya tenaga Kerja
X2
: Biaya Bibit
X3
: Biaya Obat-obatan
PBP adalah jangka waktu
X4
: Biaya Pakan
kembalinya investasi yangh
X5
: Umur
telah
X6
: Jumlah Keluarga
> 1 berarti usaha penggemukan sapi potong layak untuk
diusahakan
dan
menguntungkan. e. Pay Back Periode (PBP)
dikeluarkan
melaui
Untuk
keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha. Adapun
Investasi PBP NetBenefitRata rata
pinjaman
:
Bunga saat
social
pengaruh
ekonomi
terhadap
pendapatan usaha penggemukan sapi
rumusnya adalah
Asumsi
factor
menguji
modal
potong dilakukan uji F dengan rumus KuadratTengah Re gresi KuadratTengah Sisa pengambilan keputusan,
F
Kriteria
penelitian
apabila F hitung > F table maka Ho
dilakukan sebesar 18% dan
ditolak dan menerima Hi. Artinya
maksimal 50%.
secara keseluruhan variable bebas
2.4.2. Analisis Sensitifitas, pengu-
berpengaruh nyata terhadap varibael
jian hipotesis mengenai pengaruh
terikat.
factor
social
ekonomi
terhadap
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
11
ISSN : 0853 - 2516 Untuk
melihat
pengaruh
4.
Biaya obat-obatan adalah biaya
variable bebas secara partial diguna-
pembelian
kan uji t dengan rumus
ongkos untuk merawat sapi yang
t hitung
b , JKS Sb Sb i
serta
diternak.
i
i
obat-obatan
2
i
5.
Biaya pakan adalah biaya untuk pembelian jenis makanan yang
Kriteria
pengambilan
keputusan,
akan diberikan kepada sapi yang
apabila apabila t hitung > t table maka Ho ditolak dan menerima Hi.
diternak. 6.
Biaya tenaga kerja adalah upah
Artinya koefisien regresi dari factor
bagi tebaga kerja yang merawat
tetentu berpengaruh nayat terhadap
kandang sapi serta sapi yang
variable tertentu.
diternak. 7.
3.5 Operasional Variabel 1.
meminimisasi
8.
Investasi
pembuatan kandang dan beli
membantu
operasional
jumlah
beternak
dalam sapi
potong.
permodalan yang dipakai untuk 9.
Pendapatan
peternak
adalah
harga jual sapi potng setelah
bibit. 3.
Anggota Keluarga adalah berapa
dapat adalah
yang
jumlah anggota keluarga yang
ruang
gerak sapi. 2.
waktu
potong.
diternak untuk dijual sebagai
dengan
adalah
digunakan selama beternak sapi
Sapi kereman adalah sapi yang
sapi potong didalam kandang
Usia
diternakan.
Cost adalah biaya operasional selama usia beternak hingga
10. Profit adalah keuntungan yang merupakan selisih harga jual sapi
penjualan sapi tersebut.
potong yang telah diternakan dengan semua biaya yang pernah
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
12
ISSN : 0853 - 2516 dikeluarkan
selama
sapi
diternakkan.
Kabupaten
Jember
adalah
termasuk daerah sentra peternakan
11. Net Present Value adalah nilai pendapatan
peternak
apabila
sapi
potong
Kecamatan
di
Silo
Jawa dan
timur.
kecamatan
diperhitungkan pada masa awal
Sumberjambe
beli bibit dengan pengaruh suku
kecamatan sentra peternakan sapi
bunga perbangkan.
potong di Kabupaten Jember. Hal ini
12. Internal Rate Of return adalah suku
bunga
yang
diperoleh
adalah
wilayah
nampak pada Jumlah peternak sapi potong diwilayah tersebut adalah %
dengan beternak sapi potong.
untuk kecamatan Silo dan % untuk
13. Pay Back Periode adalah waktu
kecamatan Sumberjambe dari 24
pengembalian investasi dengan cara beternak sapi potong.
kecamatan se Kabupaten Jember. 4.2 Karakteristik Responden
14. Analisis financial adalah análisa
Responden adalah peternak
usaha berdasarkan nilai finansial
yang dipilih untuk dijadikan obyek
yang diperoleh dengan usaha
penelitian, dimana masing-masing
ternak sapi potong.
mempunyai
15. Analisa
sensitifitas
adalah
statistik
untuk
analisa
mengetahui faktor-faktor yang paling
berpengaruh
karakteristik
yang
berbeda. 4.2.1
Pengalaman Beternak Pengalaman merupakan salah
terhadap
satu karakteristik yang melekat pada
pendapatan peternak.
diri responden, yang seiring dengan IV HASIL PENELITIAN DAN
akan meningkat pula pengalaman
PEMBAHASAN 4.1 Keadaan
bertambahnya usia responden maka
Umum
Daerah
responden.
Penelitian
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
13
ISSN : 0853 - 2516 Semakin lama pengalaman
enggan
membantu
dalam
beternak seseorang maka semakin
peternakan.
Sekitar
mengetahui kondisi yang sedang
responden
mempunyai
terjadi pada hewan ternaknya. Dan
keluarga dengan seorang istri dan 1
semakin
mengatasi
sampai dengan 3 orang anak. Hal ini
yang akan terjadi.
akan memudahkan apabila peternak
cepat
permasalahan Separuh
dari
pengalaman beternak,
dalam
responden
yang
punya
cukup
dalam
17%
punya
sementara
punya
banyak
pengalaman
%
dari
jumlah
akan mengalami kesulitan. 4.2.3
Kepemilikan
Jumlah
Ternak
pengalaman yang relatif sedikit dan 34%
60
usaha
Jumlah kepemilikan ternak sapi kereman dilokasi penelitian
dalam beternak sapi kereman.
adalah berkisar antara 1 sampai
4.2.2
dengan 4 ekor per kepala keluarga.
Anggota Keluarga Anggota
adalah
Hal tersebut tidak lepas dari skala
sebagai sumber daya manusia yang
usaha peternakan sapi tetapi sebagai
merupakan keuntungan yang tidak
usaha
ternilai secara ekonomi oleh keuarga.
tersebut sebagai tabungan, yaitu bila
Bahkan banyak kelangkaan tenaga
ada kepentingan untuk sesuatu yang
kerja
mendadak maka ternak sapi tersebut
banyak
keluarga
terjadi
dibeberapa
daerah surplus pertanian. Hal ini karena
kerja
Dan
ternak
mudah diuangkan.
pertanian
Jumlah kepemilikan ternak
kurang diminati oleh kaum generasi
sapi kereman yang paling banyak
muda.
adalah 1 sampai dengan 2 ekor sapi Anggota
dimiliki
oleh
dibidang
sampingan.
keluarga peternak
yang adalah
merupakan karunia yang tak ternilai
yaitu sekitar 66%
dari responden,
sementara sekitar 7 % mempunyai jumlah sapi diatas 10 ekor.
harganya, karena mereka akan tidak
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
14
ISSN : 0853 - 2516 responden. Sementara sapi dengan
4.3 Keadaan Peternakan Keadaan
peternakan
sapi
usi dibawah 2 tahun ada sekitar 31%
kereman secara umum di daerah
dan yang dengan usia diatas 3 tahun
penelitian dapat digambarkan melalui
sekitar 19% dari sapi yang diternak
aplikasi teknologi panca usaha tani
oleh responden.
ternak sapi kereman sebagai berikut : 4.3.1
Paling
banyak
responden
adalah memilih sapi untuk bibit
Bibit Sapi Kereman Memiliki bibit sapi kereman
dengan harga antara Rp2000.000,-
yang berasal dari keturunan sapi luar
sampai dengan Rp 3000.000,- per
negeri seperti Limousin, Siemental
ekor, dan ini mencapai sekitar 42%
dan Brangus menjadi dambaan setiap
dari sapi yang diternakkan oleh
petani. Petani ternak yang sekarang
responden. Sementara sapi dengan
memelihara sapi lokal dikarenakan
harga dibawah Rp2000.000,- ada
kondisi permodalan untuk beralih ke
sekitar 34% dan yang dengan harga
bibit ternak unggul masih belum
diatas Rp 3000.000,-sekitar 25% dari
cukup.
sapi yang diternak oleh responden. Sapi yang akan digemukkan
Biaya investasi usaha sapi
biasanya adalah sapi jantan yang
kereman punya kondisi yang rata-rata
muda dan dewasa. Umur sapi yang
yaitu
akan digemukkan adalah berkisar 1 –
besaran investasi sekitar 32% , yaitu
1,5 tahun dengan bobot sapi minimal
antara 13% sampai dngan 16%
kelompok
untukamsing masing kelompok di
200 Kg. Paling
masing-masing
banyak
responden
adalah memilih sapi untuk bibit
setiap desa penelitian. 4.3.2
dengan usia antara 2 sampai dengan
Biaya Obat-obatan Untuk
mencegah
3 tahun, dan ini mencapai sekitar
menghindari
50% dari sapi yang diternakkan oleh
penyakit ternak maka perlu dilakukan
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
terjadinya
dan
April 2009
wabah
15
ISSN : 0853 - 2516 sanitasi kandang secara rutin dan
masing desa penelitian. Sementara
teratur. Serta untuk menghindari
untuk biaya tertinggi yaitu diatas
terjadinya
Rp1000.000,-
ternak
penumpukan
maka
peternak
kotoran didaerah
4.3.3
penelitian juga melakukan pember-
Biaya Pakan Pakan
ternak
di
daerah
sihan kandang walaupun hanya sekali
penelitian
berasal
per hari di pagi hari. Apabila ternak
makanan
ternak
dalam kondisi sakit maka peternak
konsentrat. Hijauan makanan ternak
harus menghubungi petugs medis
berasal dari hijauan segar seperti
peternakan
daun-daunan
setempat.
Fasilitas
yang
dai
hijauan
(HMT)
berasal
dan
dari
kesehatan hewan yang disediakan
rumput-rumputan, tanaman biji-bijian
oleh
tebatas.
dan, jenis kacang-kacangan. Hijauan
Sehingga peternak harus menyedia-
makanan ternak secara umum didapat
kan obat-obatan secara swadaya.
dari merumput dansebagian kecil
Penyakit yang seing menyeang dan
dibudidayakan
dapat dikendalikan langsung oleh
terutama unutk rumput jenis unggul
pemilik tenak adalah pnyakit cacing.
seperti rumput gajah dan raja. Untu,
Dengan mengaplikasikan bolus anti
memenuhi
cacing pada awal pemelihaaan sedikit
ternaknya mka peternak menambah
tehinda dai gangguan paasiter cacing
dengan
yang amat mengganggu petumbuhan
dedak halus, bungkil kacang tanah
pemeintah
sangat
tenak.
pakan
secara
kebutuhan
konsentrat
pribadi.,
pakan
seperti
dan bungkilkaspro (gamblong) serta Biaya
obat-obatan
untuk
ampas tahu. Peternak yang ingin
kelompok terendah dan menengah
memperoleh hasilyang cepat maka
punya kisaran yang rata dimana
harus memacu pertumbuhan dari
masing-masing adalah sekitar 17%
ternaknya dengan cara memberikan
sampai dengan 20 % untuk masing-
makanan tambahan secara khusus.
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
16
ISSN : 0853 - 2516 Biaya pakan hijauan yang paling
dominan
adalah
dibawah
Rp1000.000,- yaitu sekitar 66% dari
diatas Rp 5000.000,-sekitar 10% dari responden. 4.3.4
Biaya Tenaga Kerja
responden, sementara 24% untuk biaya
pakan
hijauan
Rp1000.000,-
antara
sampai
Rp2000.000,-
dan
dengan
sekitar
10%
Bagi
peternak
mengoperasionalkan sapinya
dengan
orang maka pasti memerlukan uang untuk
diatas Rp2000.000,-
perawatan tersebut
Biaya pakan konsentrat yang dominan
adalah
dibawah
perawatan mempekerjakan
mengeluarkan biaya pakan hijauan
paling
yang
membayar
Biaya paling
ongkos
tenaga
dominan
biaya
kerja
adalah
yang
dibawah
Rp2000.000,- yaitu sekitar 69% dari
Rp2000.000,- yaitu sekitar 66% dari
responden, sementara 26% untuk
responden, sementara 27% untuk
biaya
biaya
pakan
Rp2000.000,-
konsentrat sampai
Rp5000.000,-
dan
antara dengan
sekitar
6%
tenaga
kerja
Rp2000.000,Rp5000.000,-
sampai dan
antara dengan
sekitar
7%
mengeluarkan biaya pakan konsentrat
mengeluarkan biaya tenaga kerja
diatas Rp5000.000,-
diatas Rp5000.000,-
Paling
banyak
responden
mengeluarkan biaya pakan antara
4.3.5
Kandang sapi kereman tidak
Rp2000.000,- sampai dengan Rp 5000.000,-
per
ekor,
dan
ini
Biaya Investasi Kandang
membutuhkan ukuran yang terlalu
mencapai sekitar 49% dari sapi yang
besar,
diternakkan oleh responden. Semen-
gerak dari sapi. Semakin gerak yang
tara
terbatas
pengeluaran
biaya
pakan
karena
untuk
maka
mengurangi
energi
yang
dibawah Rp2000.000,- ada sekitar
dikeluarkan ternak makin sedikit,
40% dan pengeluaran biaya pakan
yang berarti energi pakan akan
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
17
ISSN : 0853 - 2516 diubah
menjadi
Padaumumnya penelitian
energi
peternak
tidak
daging.
apabila NPV bernilai positif berarti
didaerah
usaha penggemukan sapi potong
memperhatikan
ukuran kandang yang sebenarnya
layak
Semua
dan untuk lainnya tidak dibedakan
pernah
dalam ukurannya.
usaha
paling
tenaga
dominan
kerja
adalah
diusahakan
responden
peternakan
sapi
kereman,
yang
disini nampak dalam data dimana
dibawah
semua responden selalu mempunyai NPV yang bernilai positif.
responden, sementara 27% untuk
4.4.1.2. Internal
tenaga
Rp2500.000,Rp5000.000,-
kerja sampai
antara
of
Return
(IRR)
dengan
IRR adalah pendapatan bunga atas keuntungan usaha sapi potong
mengeluarkan biaya tenaga kerja
yang diperoleh. Kriteria keputusan
diatas Rp5000.000,-
adalah apabila IRR > bunga Bank
4.4 Hasil Penelitian
berarti usaha penggemuka sapi potng
menguji
sekitar
Rate
9%
4.4.1. Aspek
dan
tidak
mengalami kerugian dalam
Rp2500.000,- yaitu sekitar 64% dari
biaya
dan
menguntungkan.
sehingga ternak yang untuk kereman
Biaya
untuk
Finansial,
untuk
layak diusahakan dan menguntung-
kelayakan
usaha
kan.
penggemukan
sapi
potong
Semua
ditinjau dari aspek financial
pernah
digunaka
usaha
criteria investasi
sebagai berikut :
responden
tidak
mengalami kerugian dalam peternakan
sapi
kereman,
walaupun nampak dalam data dimana
4.4.1.1. Net Present Value (NPV)
IRR < Bunga Bank sebanyak 39%
NPV adalah benefit yang
dari
responden dan yang
mem-
telah dipresent valuekan (Pudjo-
punyai IRR > Bunga Bank sebanyak
sumarto, 1990). Kriteria kepu-tusan
61% dari responden.
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
18
ISSN : 0853 - 2516 4.4.1.3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Ratio antara 0,75 sampai dengan 0,99, dan ini mencapai sekitar 50%
Net
B/C
merupakan
dari responden. Sementara perolehan
pendapatan
Gross Benefit Cost Ratio dibawah
bersih terhadap cost yang telah
0,75 ada sekitar 9% dan perolehan
dipresent
Gross Benefit Cost Ratio diatas 1
perbandingan
antara
valuekan.
Kriteria
keputusan Net B/C > 1 berarti usaha
sekitar 41% dari responden.
penggemukan sapi potong layak
4.4.1.5. Pay Back Periode (PBP)
untuk
diusahakan
dan
menguntungkan. Paling
PBP adalah jangka waktu kembalinya investasi yangh telah
banyak
responden
memperoleh Net Benefit Cost Ratio
dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha.
antara 0,31 sampai dengan 0,6 dan ini
mencapai
sekitar
56%
Paling
banyak
responden
dari
memperoleh Pay Back Periode diatas
responden. Sementara perolehan Net
1 tahun sekitar 43% dari responden,
Benefit Cost Ratio dibawah 0,3 ada
dan perolehan Pay Back Periode
sekitar 49% dan perolehan Net
antara 0,9 tahun sampai dengan 1
Benefit Cost Ratio diatas 0,61 sekitar
tahun ini mencapai sekitar 30% dari
4% dari responden.
responden. Sementara perolehan Pay
4.4.1.4. Gross Benefit Cost Ratio
Back Periode dibawah 0,6 tahun ada
(Gross B/C)
sekitar 27% .
Kriteria keputusan Gross B/C
4.4.2. Analisis Sensitifitas
> 1 berarti usaha penggemukan sapi
Untuk menguji agregat dari
potong layak untuk diusahakan dan
pengaruh
menguntungkan.
terhadap
Paling memperoleh
banyak Gross
responden
Benefit
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
factor
social
ekonomi
pendapatan
usaha
penggemukan sapi potong dilakukan
Cost
Vol.9 No.2
April 2009
19
ISSN : 0853 - 2516 uji F. Kriteria pengambilan kepu-
maka Ho ditolak dan menerima H
tusan, apabila F hitung > F table Tabel 2. Anova Untuk Analisa Regresi Berganda Keterangan Sum of Squares df Mean Square
F
Sig
Regression 52.150 9 5.794 19.246 0.000 Residual 28.000 93 0.301 Total 80.151 102 Predictors: (Constant), Tenaga Kerja, Bibit, Obat-obatan, Pakan, Usia, Anggota Keluarga Dependent Variable: Pendapatan Peternak
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh Nilai F sebesar 19.246 yang lebih besar dari F table sebesar . Berarti Ho ditolak dan menerima Hi dimana secara keseluruhan variable bebas berpengaruh nyata terhadap varibel terikat Tabel 3. Model Summary Untuk Analisa Regresi Berganda Keterangan
koefisien
R R Square Adjusted R Square Standard Error of Estimate Durbin Watson Untuk
bagaimana
Pendapatan Peternak dengan semua
kekuatan hubungan pengaruh antara
variabel independentnya tergolong
pendapatan usaha penggemukan sapi
kuat,
potong
variable
bahwa
secara
bersama
bersama-sama memberikan pengaruh
dilakukan
dengan
sebesar 65,1% terhadap variabel
dengan
independentnya sama, Analisa
menguji
0.807 0.651 0.617 0.54871 1.841
maka
semua
Koefisien
Determinasi
sehingga variabel
Pendapatan
dapat
dikatakan
bebas
Peternak.
secara
Sementara
Berganda (R2). Karena nilai R2 =
sisanya sebesar 34.9% (100%-65.1%)
0,651 maka menunjukkan
bahwa
dipengaruhi oleh faktor lain diluar
korelasi
antara
model regresi. Dengan kata lain
/
hubungan
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
20
ISSN : 0853 - 2516 variabilitas
Peternak
65.1%. Sedangkan pengaruh sebesar
dengan
34.9% disebabkan oleh variabel-
menggunakan variabel Tenaga Kerja,
variabel lain diluar model ini atau
Bibit, Obat-obatan, Pakan, Usia dan
faktor external.
yang
Pendapatan
dapat
diterangkan
Anggota Keluarga adalah sebesar Tabel 4. Koefisien Regresi Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pendapatan Peternak Unstandarized Coefficients B Std. Error
Variabel
(constant) 0.941 Tenaga Kerja 0.408 Bibit -0.015 Obat-obatan 0.161 Pakan 0.018 Usia -0.235 Anggota Keluarga -0.059
0.799 0.074 0.011 0.044 0.004 0.140 0.037
t
sig
1.178 5.525 -1.399 3.670 4.372 -1.586 -1.577
0.242 0.000 0.165 0.000 0.000 0.095 0.118
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh factor social ekonomi terhadap pendapatan usaha penggemukan sapi potong digunakan model linier berganda dengan rumus : Y= 0.941 + 0.408 X1 - 0.015 X2 + 0.161 X3 + 0.018 X4 – 0.235 X5 – 0.059 X6 b1-b6 X1 X3 X5
: Koefisien regresi : Biaya tenaga Kerja : Biaya Obat-obatan : Umur
Y X2 X4 X6
Biaya tenaga Kerja dengan koefisien
regresi
sebesar
0.408
: Pendapatan Peternak : Biaya Bibit : Biaya Pakan : Jumlah Keluarga meningkatkan sebesar 0,408 bagi Pendapatan Peternak Sapi Potong.
artinya bahwa semakin bertambah Rp
Biaya Bibit dengan koefisien
1000,- Biaya tenaga Kerja maka akan
regresi sebesar -0,015 artinya bahwa semakin bertambah Rp 1000.,- Biaya
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
2
ISSN : 0853 - 2516 Bibit maka akan menurunkan sebesar
Untuk
melihat
0,015 bagi Pendapatan Peternak Sapi
variable
Potong.
digunakan uji t. Kriteria pengambilan
Biaya Obat-obatan dengan koefisien
regresi
sebesar
0.161
bebas
pengaruh
secara
partial
keputusan, apabila apabila t hitung > t
table
maka
artinya bahwa semakin bertambah Rp
menerima
1000,- Biaya Obat-obatan maka akan
regresi
meningkatkan sebesar 0,161 bagi
berpengaruh
Pendapatan Peternak Sapi Potong.
tertentu.
Ho
ditolak
dan
Hi.
Artinya
koefisien
dari
factor
tetentu
terhadap
variable
Biaya Pakan dengan koefisien
Berdasarkan penelitian maka
regresi sebesar 0.018 artinya bahwa
diperoleh bahwa t table adalah 1,66
semakin bertambah Rp 1000,- Biaya
sementara
Pakan maka akan meningkatkan
mempunyai nilai dibawah t table.
sebesar
Dan untuk variable yang demikian ini
0,018
bagi
Pendapatan
Peternak Sapi Potong. Umur
maka
dengan
koefisien
ada
t
disebut
Sehingga
hitung
tidak
nariabel
yang
significant
yang
punya
regresi sebesar -0,235 artinya bahwa
hubungan yang significant terhadap
semakin bertambah 1 tahun Umur
pendapatan peternak adalah Biaya
peternak maka akan menurunkan
Tenaga kerja yang mempunyai t
sebesar
hitung sebesar 5,525 sementara biaya
0,235
bagi
Pendapatan
Peternak Sapi Potong. Jumlah koefisien
Obat-obatan mempunyai t hitung
Keluarga
regresi
dengan
dan Biaya pakan
-0,059
mempunyai t hitung sebesar 4,372
artinya bahwa semakin bertambah Rp
yang kesemuanya adalah dengan
1000,- Jumlah Keluarga maka akan
significansi 0,000.
menurunkan
sebesar
sebesar 3.670
sebesar
0,059
bagi
Pendapatan Peternak Sapi Potong.
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Sehingga yang mempunyai hubungan yang significant terhadap
Vol.9 No.2
April 2009
2
ISSN : 0853 - 2516 pendapatan peternak adalah biaya
responden, dan yang
diatas 1
ytenaga kerja, biaya obat-obatan dan
sekitar 41% dari responden.
biaya pakan.
Mengenai Pay Back Periode paling banyak yaitu 43% diatas 1 tahun, dan antara 0,9 tahun
V KESIMPULAN DAN SARAN
sampai dengan 1 tahun ini
5.1 Kesimpulan Berdasarkan
hasil
analisa
mencapai
sekitar
30%
yang dilakukan maka dapat ditarik
responden. Sementara perolehan
kesimpulan sebagai berikut :
Pay Back Periode dibawah 0,6
1.
tahun ada sekitar 27% .
Berdasarkan hasil analisa finansial maka dapat disimpulkan
Berdasarkan
hasil
analisa
bahwa usaha peternakan sapi
Sensitiditas
diperoleh
bahwa
kereman layak dilakukan karena
faktor yang sangat mempenga-
selalu menguntungkan. Hal ini
ruhi
dapat dilihat dari NPV yang
mempunyai
selalu positif. Semnetara
IRR
untuk Biaya tenaga kerja adalah
menunjukkan 39% ada dibawah
0.408, selanjutnya Biaya Obat-
bunga bank dan 61% ada diatas
obatan 0.018 dan Biaya pakan -
bunga
Net
0.161. Kondisi ini dianggap
Benefit Cost Ratio antara 0,31
signifikan karena nilai t hitung
sampai dengan 0,6 mencapai
untuk biaya tenaga kerja sebesar
sekitar 56% dari responden dan
5,525 dan untuk biaya obat-
yang diatas 0,61 sekitar 4% dari
obatan sebesar 4,372 serta untuk
responden.
untuk
biaya pakan sebesar -3,.670 yang
Gross Benefit Cost Ratio antara
secara mutlak lebih besar dari t
0,75 sampai dengan 0,99 yang
tabel 1,66. Karena tercermin
mencapai
dalam angka signifikansi sebesar
bank.
Mengenai
Sementara
sekitar
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
2.
50%
Vol.9 No.2
pendapatan
April 2009
koefisien
peternak regresi
3
ISSN : 0853 - 2516 0,000 yang sesuai dengan batas tingkat
kepercayaan
(taraf
signifikansi) 0.95 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yaitu 0,05. Kondisi ini menunjukkan bahwa faktor biaya tenaga kerja, baiay onat-obatan dan biaya pakan sangat
berpengaruh
DAFTAR PUSTAKA
terhadap
pendapatan peternak
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 2005. Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2003-2004. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 2007. Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2005-2006. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember
5.2 Saran Untuk lebih meningkatkan pendapatan peternak sebaiknya para peternak itu tidak harus mempunyai
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial – Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta; Prenada Media Goup Kencana..
berapa banyak sapi yang diternakan tetapi harus tahu bagaimana efisiensi biaya operasional peternakan. Semakin tinggi nilai jual sapi
Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik. Jakarta; Prenada Media Group Kencana..
hasil ternak dan semakin efisien biaya operasional peternakan maka semakin tinggi pula keuntungan yang diterima peternak. Apabila di Indonesia para peternaknya mempunyai sapi yang relatif banyak maka pastilah dapat
El Qodri, Zainal Mustafa. Drs & Drs. Supardi, 1994.Alat-alat Analisa Perencanaan Dan Pengawasan Produksi, BPFE UII. Yogyakarata; Andi Offset.. Nazir, Moh, Ph.D. 2003. Metode Penelitian. Jakarta; Ghalia Indonesia.
diharapkan dapat lebih meningkatkan pendapatan peternak.
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
4
ISSN : 0853 - 2516 Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung; Alfabeta.. Supranto, J. 2002. Statistik Teori Dan terapan. Jakarta; Erlangga.. Usman, Husaini. Dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta ; Bumi Aksara.
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.9 No.2
April 2009
5