Aljabar Hipergraf Dan Aplikasinya Oleh: Mulia Astuti Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu Jl. Raya Kandang Limun, Bengkulu Irawati, Intan Muchtadi‐Alamsyah Ahmad Muchlis, Achirul Akbardan Muliana. A. Halim Algebra Research Group, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung (ITB), Jl.Ganesha no.10 Bandung 40132,
Abstrak. Dalam makalah ini telah dibangun pohon filogenetik untuk menentukan kedekatan hubungan kekerabatan dari 16 organisme, dengan menggunakan pendekatan Aljabar hipergraf. Langkah pertama adalah menggunakan hipergraf berarah untuk merepresentasikan siklus asam sitrat sebagai jaringan metabolik kemudian menghitung jarak antara 2 jaringan metabolik dengan menggunakan operasi‐operasi aljabar seperti dalam penelitian sebelumnya[8] sehingga diperoleh matrik jarak. Selanjutnya program Matlab R2007b digunakan untuk membangun pohon filogenetik dengan Algoritma Neighbor Joining (Neighbor Joining Algorithm). Kemudian telah dibangun pula pohon filogenetik pembanding yang diperoleh berdasarkan urutan nukleotida gen 16S rRNA pada masing‐masing organisme yang sama. Dari penelitian ini diperoleh bahwa, terdapat sepasang organisme pada kedua pohon filogenetik yang dihasilkan, yang memiliki kekerabatan dekat berdasarkan urutan gen 16S rRNA tetapi memiliki kekerabatan yang jauh berdasarkan jaringan metaboliknya ataupun sebaliknya. Kata kunci: Filogenetik, aljabar hipergraf, jaringan metabolic, algoritma neighbor joining, siklus asam sitrat, urutan nukleotida, gen 16S rRNA.
1. Pendahuluan
Metabolisme di dalam sel merupakan reaksi metabolik yang dikatalisis oleh
enzim tertentu. Variasi proses dan hasil metabolisme ditentukan oleh enzim yang terlibat dalam reaksi tersebut. Sedangkan variasi enzim (baik struktur maupun urutan asam aminonya) sangat ditentukan oleh kode urutan asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA). Urutan nukleotida DNA yang menjadi kode untuk mensintesis enzim (protein) atau RNA disebut dengan gen[24].
Gen juga merupakan penentu metabolisme atau pengendali kehidupan. Suatu
sifat yang dipunyai oleh suatu organisme merupakan hasil proses metabolisme yang terjadi di dalam sel. Begitu juga halnya dengan variasi penampilan dan morfologi suatu organisme merupakan penampakan variasi gen‐gennya dan sangat tergantung kepada keragaman proses dan hasil metabolisme yang terjadi di dalam setiap sel penyusun organisme tersebut[22].
Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya dengan tema Kontribusi Aljabar dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Penelitian dan Pembelajaran Matematika untuk Mencapai World Class University yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta pada tanggal 31 Januari 2009
Mulia A, Irawati, Intan Muchtadi‐Alamsyah, Ahmad M, Achirul A, Muliana. AH
Metabolisme dalam sel hidup dapat direpresentasikan oleh jaringan metabolik yang didefinisikan oleh metabolit‐metabolit dan sistem reaksi kimianya. Salah satu contoh jaringan metabolik adalah siklus asam sitrat[7]. Huynen MA, Dandekar dan Bork[14] telah menyelidiki eksistensi gen yang mengkodekan enzim‐enzim yang mengkatalis reaksi yang terlibat dalam siklus asam sitrat pada 16 urutan genom lengkap. Genom adalah semua informasi genetik yang dimiliki oleh sel. Kemampuan organisme untuk menghasilkan suatu produk metabolit dikendalikan oleh genom yang dimilikinya. Selanjutnya, Hasil yang diperoleh[14] adalah bahwa sebagian besar organisme, memiliki siklus asam sitrat yang tidak lengkap dan adanya perubahan pada gen‐gen tertentu yang memungkinkan organisme untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang baru. Dengan mengetahui variasi jalur metabolik dalam bentuk siklus asam sitrat pada masing‐masing organisme, kita dapat menerangkan kedekatan hubungan kekerabatan antar organisme berdasarkan siklus asam sitrat pada organisme tersebut dan menggambarkannya dalam pohon filogenetik. Berdasarkan penelitian yang lainnya, pohon filogenetik juga dapat dikonstruksi berdasarkan urutan nukleotida gen 16S rRNA setiap organisme dengan menggunakan program ClustalW program MEGALIGN dari DNASTAR[1] atau menggunakan program ClustalW 1.83 dan program Phylip 3.5c[2]. Dalam makalah ini telah dibangun pohon filogenetik untuk menentukan kedekatan hubungan kekerabatan dari 16 organisme hasil penelitian[14], dengan menggunakan pendekatan Aljabar hipergraf. Langkah pertama adalah menggunakan hipergraf berarah untuk merepresentasikan siklus asam sitrat sebagai jaringan metabolik kemudian menghitung jarak antara 2 jaringan metabolik dengan menggunakan operasi‐operasi aljabar seperti dalam penelitian sebelumnya[11] sehingga diperoleh matrik jarak. Selanjutnya program Matlab R2007b digunakan untuk membangun pohon filogenetik dengan Algoritma Neighbor Joining (Neighbor Joining Algorithm).
144
Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya
Aljabar Hipergraf Dan Aplikasinya
Hasil yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan pohon filogenetik yang dibangun berdasarkan urutan nukleotida gen 16S rRNA dari 16 organisme yang sama dengan menggunakan program ClustalW 1.83 dan program phylip3.5c. 2. Hipergraf
Definisi 1 Misalkan V = {v1, v2 ,..., vn } adalah himpunan hingga, dan misalkan
ε = {Ei , i ∈ I } adalah koleksi dari himpunan bagian dari V. Koleksi ε menjadi suatu
hipergraf pada V jika Ei ≠ φ , i ∈ I dan Υ E i = V dan H (V , ε ) disebut hipergraf. i∈I
Elemen‐elemen v1 , v 2 ,...v n disebut vertek dan himpunan‐himpunan E1 , E 2 ,..., E n disebut hiperedge.
Untuk menggambarkan Hiperedge Ei , jika Ei > 2 digambarkan sebagai
kurva yang mengelilingi semua vertek Ei . Jika Ei = 2 digambarkan sebagai garis yang menghubungkan kedua vertek tersebut. Jika Ei = 1 digambarkan sebagai loop
seperti dalam suatu graf. Jelas, jika Ei = 2, i = 1,..., m hipergraf adalah graf[8].
E1
E4
v8
E5
v7 v5
v1 v2
v3 E2
E6
v4
v6
E3
Gambar 1 Hipergraf H (V , ε )
Dari hipergraf gambar 1 diatas diperoleh: (1) Hiperedge Ei adalah himpunan
bagian
dari
V = {v1, v2 ,..., v8}
E1 = {v1 , v 2 , v3 }, E 2 = {v1 , v 4 }, E3 = {v 4 , v5 , v6 },
,
yaitu
E 4 = {v 2 , v5 , v7 }, E5 = {v7 , v8 }, E 6 = {v5 } . Jadi diperoleh Ei ⊂ V , U Ei = V dan i Ei ≠ φ ; (2) Dua vertek dikatakan bertetangga (adjacent) dalam H = (V , E ) jika
ISBN : 978‐979‐16353‐2‐5
145
Mulia A, Irawati, Intan Muchtadi‐Alamsyah, Ahmad M, Achirul A, Muliana. AH
terdapat hiperedge Ei yang memuat kedua titik tersebut. Contoh : v1 bertetangga
dengan v3 karena ∃{v1 , v3 } ⊂ E1 ; (3) Dua hiperedge dikatakan bertetangga (adjacent) jika irisannya bukan himpunan kosong. Contoh: E1 bertetangga dengan E4 karena E1 ∩ E4 = {v2 } ≠ φ ; dan (4) Hipergraf sederhana adalah hipergraf dengan semua
hiperedge berbeda, yaitu Ei ⊆ E j ⇒ i = j . Contoh: E6 ⊆ E4 ⇒ 6 ≠ 4 . Jadi hipergraf
seperti gambar 1 bukan hipergraf sederhana, hipergraf tersebut dapat menjadi hipergraf sederhana jika hiperedge E6 dihilangkan dan vertek v5 boleh tidak dihilangkan.
Definisi 2 Ukuran H = (V , E ) didefinisikan sebagai size ( H ) =
∑E
Ei ∈E
i
dimana Ei
adalah kardinalitas atau derajat dari hiperedge Ei i = 1, 2,..., m . Contoh: dari hipergraf
gambar 1 diperoleh: size( H ) = E1 + ... + E6 = 3 + 2 + 3 + 3 + 2 + 1 = 14
Definisi 3 Dalam H = (V , E ) , hiperedge disebut maximal, jika hiperedge tersebut tidak termuat dalam hiperedge lain. Contoh: dari hipergraf gambar 1 diperoleh, semua hiperedge adalah maksimal kecuali E6 = {v5 } karena E6 termuat dalam hiperedge lain
yaitu E3 dan E4
Hipergraf H = (V , E ) dapat direpresentasikan oleh matriks incidence
⎧ 1; vi ∈ E j , i = 1,2,..., n [eij ] ∋ eij ∈ {0,1}, eij = ⎨ ⎩0; vi ∉ E j , j = 1,2,..., m
dengan n baris menyatakan vertek dan m kolom menyatakan hiperedge. Dari hipergraf gambar 1 diperoleh matrik incidence sebagai berikut: ⎡1 ⎢1 ⎢ ⎢1 ⎢ [eij ] = ⎢0 ⎢0 ⎢0 ⎢ ⎢0 ⎢⎣0
146
1 0 0 0 0⎤ 0 0 1 0 0 ⎥⎥ 0 0 0 0 0⎥ ⎥ 1 1 0 0 0⎥ 0 1 1 0 1⎥ 0 1 0 0 0⎥ ⎥ 0 0 1 1 0⎥ 0 0 0 1 0 ⎥⎦
Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya
Aljabar Hipergraf Dan Aplikasinya
Dari matriks incidence E ( H ) diatas, jumlah dari elemen barisnya menyatakan
derajat dari vertek, yaitu jumlah hiperedge yang dimiliki vertek tersebut. yaitu
v1 = 2, v 2 = 2, v3 = 1, v 4 = 2, v5 = 3, v6 = 1, v7 = 2, v8 = 1
3 Hipergraf berarah
Hipergraf berarah adalah hipergraf dengan hiperedge berarah. Hiperedge
berarah atau hiperarch adalah pasangan terurut E=(X,Y) dengan X adalah pangkal E dan Y ujung E. Selanjutnya, notasi T(E) adalah himpunan pangkal hiperedge E dan H(E) adalah himpunan ujung hiperedge E[13].
Gambar 2 Hipergraf berarah D (V , E )
Matriks incidenci dari hipergraf berarah D (V , E ) adalah matriks [ a ij ] yang
didefenisikan sebagai berikut:
⎧− 1 jika vi ∈ T ( E j ); i = 1,2,..., n ⎪ aij = ⎨1 jika vi ∈ H ( E j ); j = 1,2,..., m ⎪ 0 lainnya ⎩
Dari hipergraf berarah D (V , E ) gambar 2 diperoleh matrik incidence sebagai berikut:
ISBN : 978‐979‐16353‐2‐5
147
Mulia A, Irawati, Intan Muchtadi‐Alamsyah, Ahmad M, Achirul A, Muliana. AH
0 0 0⎤ ⎡− 1 1 ⎢− 1 0 0 1 0 ⎥ ⎢ ⎥ ⎢1 0 0 0 0⎥ ⎢ 0 −1 1 0 0⎥ ⎥ [aij ] = ⎢ ⎢0 0 1 1 0 ⎥ ⎢ 0 0 −1 0 0 ⎥ ⎢0 0 0 ⎥ − 1 1⎥ ⎢ ⎢⎣ 0 0 0 0 − 1⎥⎦
4. Representasi Jaringan Metabolik Sebagai Hipergraf Berarah Proses metabolisme dalam sel hidup dapat direpresentasikan oleh jaringan metabolic yang didefinisikan oleh metabolit dan sistem reaksi kimianya. Jaringan
metabolic M ( X , ε ) dapat direpresentasikan oleh hipergraf berarah, dengan notasi X
menyatakan himpunan metabolit (vertek pada hipergraf berarah) dan notasi ε menyatakan himpunan reaksi kimia (hiperarc pada hipergraf berarah)[7]. Misalkan reaksi kimia:
E1 : v1 → v2 + v3 ,
E2 : v2 → v4 ,
E3 : v4 → v5 ,
E4 : v3 + v6 → v5 yang dapat digambarkan sebagai jaringan metabolik M ( X , ε ) : V1
E1
V2
E2
V4
E3
v3
E4
v5
v6
Gambar 3 Jaringan metabolik M ( X , ε )
Jaringan metabolik
M ( X , ε ) dapat direpresentasikan oleh matriks
stoikhiometri N = [ nij ] dengan nij menyatakan koefisien stoikhiometri, masing‐masing baris menyatakan metabolit vi dan masing‐masing kolom menyatakan reaksi E j dengan
148
Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya
Aljabar Hipergraf Dan Aplikasinya
⎧ 1 jika vi ∈ E j + ; i = 1,2,..., n ⎪ − nij = ⎨− 1 jika vi ∈ E j ; j = 1,2,..., m ⎪ 0, lainnya ⎩
Dari jaringan metabolik M ( X , ε ) gambar 3 diperoleh: (1) Himpunan metabolit
X = {v1 , v2 , v3 , v4 , v5 , v6 } ; (2) Himpunan reaksi kimia ε = {E1, E2 , E3 , E4 } dimana E j
merupakan multiset ( E j − , E j + ) ; (3) Himpunan reaksi educt E j − ⊆ X yang terdiri dari
E1− = {v1}, E2 − = {v2 }, E3− = {v4 }, E4 − = {v3 , v6 } ; dan (4) Himpunan reaksi product
+ E j ⊆ X yang terdiri dari E1+ = {v2 , v3}, E2 + = {v4 }, E3+ = {v5 }, E4 + = {v5 } [11].
Matriks stoikhiometri dari jaringan metabolik M ( X , ε ) gambar 3 adalah:
⎡− 1 0 0 0 ⎤ ⎢ 1 −1 0 0 ⎥ ⎥ ⎢ ⎢ 1 0 0 − 1⎥ N =⎢ 0 1 −1 0 ⎥ ⎥ ⎢ ⎢0 0 1 1⎥ ⎢ 0 0 0 − 1⎥ ⎦ ⎣
Selanjutnya definisikan operasi aljabar pada dua jaringan metabolik. misalkan
M ' ( X ' , ε ' ) dan M " ( X " , ε " ) adalah dua jaringan metabolic maka: (1) M ' = M " jika
dan hanya jika X ' = X " dan ε ' = ε " ; (2) Gabungan M = M '∪M " = ( X '∪ X " , ε '∪ε ") ; (3)
Irisan M = M'∩M"= ⎣ X'∩X",ε'∩ε"⎦ ; (4) Difference M = M '\M " = ⎣(sup p(ε '\ε " ), ε '\ε " ) ⎦ ;
dan (5) Symmetric difference M = M ' ΔM " = ⎣M '∪M "\ M '∩M "⎦ . Jaringan metabolik M ( X , ε ) disebut clean, jika sup ε = ∪{E E ∈ ε } =X dan notasi ⎣M ⎦ adalah operator
clean dan ⎣M ⎦ = ( Suppε , ε ) [11].
Gambar 4 memberikan mengilustrasikan operasi dasar pada dua jaringan
metabolik.
ISBN : 978‐979‐16353‐2‐5
149
Mulia A, Irawati, Intan Muchtadi‐Alamsyah, Ahmad M, Achirul A, Muliana. AH
M’. Rickettsia Prowazekii
M”. Chlamydia trachomatis
Pospoenol-piruvat
Piruvat
Asetil-KoA Piruvar dehidrogenase (1.2.4.1)
Pospoenol-piruvat karboksikinase (4.1.1.49) Malik enzim (1.1.1.38)
Sitrat oksaloasetat
Sitrat sintase(4.1.3.7) Akonitase(4.2.1.3)
Malat dehidrogenase (1.1.1.37) Isositrat
Malat
Fumarase (4.2.1.2) class II
Isositrat dehidrogenase(1.1.1.42)
2-ketoglutarat
Fumarat 2-ketoglutarat dehidrogenase (1.2.4.2)
Suksinat dehidrogenase(1.3.99.1)
Suksinil-KoA sintetase(6.2.1.5) Suksinat
Suksinil-KoA
(a).Union M '∪M "
(b).Intersection M '∩M "
(c). Difference M '\M "
(d). Symmetric difference M ' ΔM "
Gambar 4 Operasi dari dua jaringan metabolik
150
Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya
Aljabar Hipergraf Dan Aplikasinya
Definisi 4. Jarak dari dua jaringan metabolik tak kosong M1 dan M 2 didefinisikan sebagai: d ( M 1 , M 2 ) =
M 1ΔM 2
M1 ∪ M 2
= 1−
M1 ∩ M 2 M1 ∪ M 2
dengan M menyatakan jumlah
reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan M ( X , ε ) .
Teorema Untuk suatu jaringan metabolik M 1 , M 2 dan M 3 , memenuhi sifat berikut: 1. 0 ≤ d ( M 1 , M 2 ) ≤ 1
2. d ( M 1 , M 2 ) = 0 ⇔ M 1 = M 2 3. d ( M 1 , M 2 ) = d ( M 2 , M 1 )
4. d ( M 1 , M 3 ) ≤ d ( M 1 , M 2 ) + d ( M 2 , M 3 )
5. Membangun Pohon Filogenetik Menggunakan Aljabar Hipergraf
Langkah‐langkah membangun pohon filogenetik dengan menggunakan Aljabar
Hipergraf, berdasarkan jaringan metabolik adalah sebagai berikut: 1. Tentukan data jaringan metabolic pada masing‐masing organisme, yaitu data siklus asam sitrat 16 organisme yang diperoleh dari hasil penelitian[14]. 2. Tentukan
d (M1, M 2 ) =
jarak
antara
M 1ΔM 2
M1 ∪ M 2
= 1−
kedua
M1 ∩ M 2 M1 ∪ M 2
jaringan
metabolic
yaitu:
;
M1 dan M 2 adalah Jaringan metabolik organisme 1 dan 2.
3. Konstruksi matriks jarak dengan elemennya menyatakan jarak yang diperoleh dari (2). Metode matrik jarak (Distance matrix) ini pada dasarnya dikembangkan atas dasar sistem fenetik dan pada umumnya dikombinasikan dengan Algoritma Neighbor Joining untuk menentukan kemungkinan pohon terbaik [21] 4. Selanjutnya Algoritma Neighbor Joining digunakan untuk memperoleh pohon filogenetik, dengan langkah sebagai berikut[18]:
ISBN : 978‐979‐16353‐2‐5
151
Mulia A, Irawati, Intan Muchtadi‐Alamsyah, Ahmad M, Achirul A, Muliana. AH
a. Untuk masing‐masing titik ujung, hitung: ui =
∑ Dij n−2 j
b. Tentukan pasangan titik ujung, i dan j dengan Dij − ui − u j terkecil c. Hubungkan ujung i dan j, bentuk titik ujung baru misal x. Panjang cabang dari titik ujung baru, x ke i dan j adalah:
vi = 1 ( Dij + (ui − u j )) 2
v j = 1 ( Dij + (u j − ui )) 2
d. Hitung jarak antara titik baru dengan setiap titik ujung lain, yaitu:
Dij , k = ( Dik + D jk − Dij ) / 2
e. Ganti titik ujung i dan j dengan titik lainnya, ulangi proses perhitungan mulai dari no.4 sampai hanya 2 titik yang tersisa. 5. Selanjutnya program Matlab R2007b digunakan untuk proses perhitungan (4). Sehingga diperoleh pohon filogenetik berikut ini: Chlamydia Haemophilus Escherichia mycobacterium Saccharomyces Bacillus Synechocystis Rickettsia Helicobacter Mycoplasma Treponema Pyrococcus Methanococcus Methanobacterium Archaeolobus Aquifex
Gambar 5 Pohon filogenetik berdasarkan data jaringan metabolik.
152
Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya
Aljabar Hipergraf Dan Aplikasinya
6. Membangun Pohon Filogenetik Berdasarkan Gen 16s rRNA
Langkah‐langkah membangun pohon filogenetik berdasarkan gen 16S rRNA
adalah sebagai berikut: 1. Menentukan urutan nukleotida gen 16S rRNA dari 16 organisme yang terdiri dari 3 kelompok yaitu 4 Archea, 11 Bacteria dan 1 Eukaryote dengan cara, masuk ke web NCBI (National Centre of Biotechnological Information): http://www.ncbi.nlm.nih.gov/, pilih nucleotide, ketik nama organisme dan tekan Go. 2. Simpan hasil yang diperoleh dalam format FASTA, dengan cara pilih Display‐ FASTA, selanjutnya pilih send to‐file 3. Analisis penjajaran terhadap data urutan nukleotida masing‐masing fragmen DNA terhadap urutan nukleotida pembanding dilakukan menggunakan Program ClustalW 1.83, dengan cara buka http://srs6.ebi.ac.uk/, pilih Tools‐ Similarity dan Homology‐Clustal W, copy dan paste file dalam format FASTA yang berisi data urutan nukleotida yang akan dijajarkan, pilih output format phylip dan tekan Run. 4. Pohon filogenetik dibangun menggunakan program Phylip 3.5c (Phylogeny Inference Package), dengan data masukan (infile) yang berasal dari hasil penjajaran langkah 3, dalam bentuk *.phy atau *.aln dengan cara buka http://bioweb.pasteur.fr/cgibin/seqanal/phylogeny/phylip‐uk.html
Pada programs for molecular sequence data, pilih dnadist dan pilihan parameter‐parameter lainnya mengikuti parameter yang tersedia (default). pada Program for distance matrix data, pilih neighbor dan compute a consensus tree. klik advanced, klik choose file dan pilih file dengan format phylip Hasil consensus tree diterjemahkan menjadi bentuk pohon dengan bantuan drawgram (pada phylip), klik run drawgram klik plotfile.ps. yaitu program Phylodendron (drawing Phylogenetic trees, oleh D.G. Gilbert versi 0.8d) dan
ISBN : 978‐979‐16353‐2‐5
153
Mulia A, Irawati, Intan Muchtadi‐Alamsyah, Ahmad M, Achirul A, Muliana. AH
dapat
diakses
melalui
situs
www.es.embnet.org/Doc/phylodendron/treeprint‐form.html sehingga diperoleh pohon filogenetik berikut:
Gambar 6 Pohon filogenetik berdasarkan pada 16s rRNA 7. Analisis Pohon Filogenetik Terdapat perbedaan antara dua pohon filogenetik yang dihasilkan, yaitu pohon filogenetik Gambar 5 menggambarkan peklasifikasian makhluk hidup berdasarkan sistem klasifikasi fenetik, yaitu berdasarkan data metabolit yang dihasilkan dan enzim yang mengkatalis reaksi yang terlibat dalam siklus asam sitrat. Siklus asam sitrat adalah pusat atau jalur utama metabolisme. Jika organisme tersebut berada di daerah ekstrim atau adanya perubahan lingkungan maka akan ada perubahan pada gen‐gen tertentu yang memungkinkan organisme untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang baru[14]. Akibatnya siklus asam sitrat tersebut dapat berubah atau ada enzim yang mengkatalis reaksi tertentu dalam siklus asam sitrat tersebut yang hilang. Jadi pengklasifikasian 16 organisme tersebut adalah berdasarkan kelompok lingkungan hidupnya. Oleh karena itu terdapat sepasang organisme pada pohon filogenetik Gambar 6 yang memiliki
154
Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya
Aljabar Hipergraf Dan Aplikasinya
kekerabatan dekat berdasarkan urutan gen 16S rRNA tetapi memiliki kekerabatan yang jauh berdasarkan jaringan metaboliknya yaitu pada pohon filogenetik Gambar 5 ataupun sebaliknya. Sedangkan pohon filogenetik Gambar 6 merupakan pohon filogenetik yang menggambarkan pengklasifikasian 16 organisme berdasarkan sistem klasifikasi filogeni, pohon filogenetik diperoleh berdasarkan urutan gen 16S rRNA. Walaupun gen‐gen 16S rRNA tidak memperhatikan enzim yang mengkatalis reaksi dan metabolit yang dihasilkan pada metabolisme setiap organisme, tetapi gen 16S rRNA ini dapat memberikan informasi yang benar untuk menjelaskan hubungan evolusi karena bersifat sangat lestari dan perubahan yang relatif lambat[26]. Jika terjadi perubahan pada gen 16S rRNA maka akan terbentuk organisme baru yang menyebabkan terjadinya evolusi 8. Kesimpulan
Dari dua pohon filogenetik yang dihasilkan, yaitu pohon filogenetik berdasarkan
jaringan metabolic dan pohon filogenetik berdasarkan urutan nukleotida gen 16S rRNA ini diperoleh bahwa, terdapat sepasang organisme yang memiliki kekerabatan dekat berdasarkan urutan gen 16S rRNA tetapi memiliki kekerabatan yang jauh berdasarkan jaringan metaboliknya ataupun sebaliknya. Hal ini terjadi karena organisme tersebut, jika berada di daerah ekstrim atau adanya perubahan lingkungan, akan mengakibatkan adanya perubahan pada gen‐gen tertentu yang memungkinkan organisme untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang baru[14]. Sehingga siklus asam sitratnya dapat berubah atau ada enzim yang mengkatalis reaksi tertentu dalam siklus asam sitrat tersebut yang hilang. Jadi pohon filogenetik berdasarkan jaringan metabolic, menggambarkan pengklasifikasian 16 organisme tersebut berdasarkan kelompok lingkungan hidupnya.
ISBN : 978‐979‐16353‐2‐5
155
Mulia A, Irawati, Intan Muchtadi‐Alamsyah, Ahmad M, Achirul A, Muliana. AH
9. References [1] Akhmaloka., Suharto, A., Nurbaiti, S., Tika, I.N., Warganegara, F.M. (2006): Ribotyping identification of thermophilic bacterium from papandayan crater. Proc. ITB Eng.Science. 38B no 1, 1‐10 [2] Aminin, L.N.A, (2008): Biodiversitas Bakteri Termofilik Sumber Air Panas Gedong Songo, Jawa Tengah, Disertasi Doktor Program Studi Kimia, ITB. [3] Ardianto R.(2007): Analisis Bayes pada Rantai Markov Kontinu dalam Membangun Pohon Filogenetik, Tesis Magister Program Studi Matematika, ITB, [4] Bastian, G., (2008): Quantitative Analysis of Metabolic Networks and Design of Minimal Bioreaction Models: a Brief Tutorial, Center for Systems Engineering and Applied Mechanics (CESAME) Universite catholique de Louvain, Belgium [5] Bunke, H., (1997): A graph distance metric based on the maximal common subgraph. Pattern Recognition Letters 19 255‐259 [6] Chakravorty, S., Helb, D., Burday, M., Connel, N., dan Alland, D. (2007): A Detailed Analysis of 16S Ribosomal RNA Gene Segments for the Diagnosis of Pathogenic Bacteria, J. Microbiol. Methods, 69, 330‐339 [7] Christian V. Forst and Klaus Schulten.(1999): Evolution of metabolisms: a new method for the comparison of metabolic pathways using genomic information. In Proceedings of the third annual international conference on Computational molecular biology (RECOMB99), page 174‐181. ACM Press, [8] Claude B,(1976): Graphs and Hypergraphs, University of Paris, second, revised edition [9] Deville Y, Gilbert D.,(2003): An Overview of data models for the analysis of biochemical pathways. Computing science and engineering Department Universite catholique de Louvain, Belgium. [10] Ehrig.K, Heckel.R and Lajios.G, (2006): Molekular Analysis of Metabolic Pathway with Graph Transformation. Department of computer science, University of Leicester, United Kingdom
156
Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya
Aljabar Hipergraf Dan Aplikasinya
[11] Forst, C.V., Flamm, C., Hofacker, I.L., Stadler, P.F.(2006): Algebraic comparison of metabolic networks, phylogenetic inference, and metabolic innovation. BMC Bioinformatics.7:67. [12] Fox, G.E., Stackebrandt, E., dan Hespell, R.B. (1980): The Phylogeny of Prokaryotes, Science, 25, 457‐463 [13] Gallo, G.,(1992): Directed Hypergraph and Applications. Research from the national Research Council of Canada [14] Huynen MA, Dandekar T, Bork P: Variation and evaluation of the citric‐acid cycle: a genomic perspective. Trends Microbiol 1999.7:281‐291. [15] Kusumawati, H.Y., (2008): Biodiversitas Mikroba Termofilik pada Sampel Kawah Hujan, Kamojang‐ Jawa Barat, Disertasi Doktor Program Studi Kimia, ITB. [16] Kyrpides, N.C. dan Olsen, G.J.(1999): Archaeal and Bacterial Hyperthermophiles Horizontal gene exchange or common ancestry, Trends in genetics, 15, 298‐299 [17] Lehninger L.A. (1982): Dasar‐dasar Biokimia Jilid 2. Alih bahasa Thenawidjaja.M Institut pertanian Bogor. Penerbit Erlangga [18] Naruya S, Nei M, (1987): The Neighbor‐joining Method: A New Method for Reconstructing Phylogenetic Tree. Center for Demographic and Population Genetics, The Unyversity of Texas. [19] Pace N.R. (1997): A Molecular View of Microbiol Diversity and the Biosphere, Science, 276, 734‐740 [20] Pachter, L., Sturmfels, B. (2005): The mathematics of phylogenomics. [21] Salemi, M dan Vandamme, A‐M (2003): The Phylogenetic Handbook A Practical Approach to DNA and Protein Phylogeny, Cambridge University Press, UK. [22] Suharsono,: Struktur dan ekspresi gen, Jurusan Biologi FMIPA, Institut Pertanian Bogor.
ISBN : 978‐979‐16353‐2‐5
157
Mulia A, Irawati, Intan Muchtadi‐Alamsyah, Ahmad M, Achirul A, Muliana. AH
[23] Sukandar. U., (2002): Proses Metabolisme, Lecture Note, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri, ITB. [24] Stansfield D.W., Colome.S.J, Cano J.R, (2003): Biologi Molekuler dan Sel, Alih bahasa Fahmi. V. Penerbit Erlangga. [25] Woese, C.R., (1987): Bacterial Evolution, Microbiol.Rev., 51, 221‐271 [26] Woese, C.R., Kandler, O. dan Wheelis, M.L. (1990): Towards a Natural System of Organisms: Proposal for the Domains Archaea, Bacteria, and Eukarya, Proceeding of the National Academy of Sciences, U.S.A, 87, 4576.
158
Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya