BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Berburuk sangka adalah salah satu sifat buruk yang dapat merusak pikiran dan menghambat hubungan silaturrahim di antara manusia. Jika sikap ini terdapat di dalam diri seseorang, maka yang dirusaknya adalah pikiran, ide, dan pandangannya. Hal yang kedua yang dirusak oleh sikap berburuk sangka adalah hubungannya dengan orang lain. Kalau setiap manusia memiliki sikap berburuk sangka di dalam diri mereka, maka hubungan antara dia dan orang lain pasti tidak baik. Orang yang paling beruntung adalah orang yang paling bisa menjaga hatinya. Jika hatinya mudah capek dan menjadi busuk, maka salah satu penyebabnya adalah buruk sangka atau su>’u al-z}an. Apapun yang disangkakan akan mempengaruhi cara berfikir, bersikap, dan cara mengambil keputusan. Allah SWT berfirman dalam QS. al-Hujurat ayat 12,
ِ ِ ِ يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا ِ ض ُك ْم ُ ب بَ ْع ْ َ َ َ اجتَنبُوا َكث ًريا م َن الظَّ ِّن إِ َّن بَ ْع َ َ ْ َض الظَّ ِّن إ ْْثٌ َوََل ََتَ َّس ُسوا َوََل يَ ْغت 1
ِِ اا َ ِ ٌم ُّ ُِ َضا أ ً بَ ْع ٌ ب أَ َ ُ ُك ْم أَ ْن يَْ ُك َ َْ َم أَ ي َمْتًا َ َك ِْ تُ ُ ووُ َوااَّ ُوا اللَّيَ إِ َّن اللَّيَ اَ َّو
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari keburukan orang dan janganlah sebahagian kamu menggunjing atas sebahagian yang lain. Adakah di antara kamu suka memakan daging saudaranya
Al-Qur‟an, 49:12.
1
1 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
yang mati? Maka kamu membenci (memakan)nya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.2
Selain akan merusak hati, kebahagiaan, dan akhlak, buruk sangka akan merusak kedudukan di sisi Allah. Termasuk orang yang keji menurut pandangan Allah karena telah melakukan dosa. Hanya kenikmatan yang dirasakan ketika berburuk sangka, dan sesudahnya hanya tersisa rasa lelah karena hati dan pikiran telah disibukkan oleh prasangka yang bukan-bukan. Namun, perlu diketahui, ada prasangka buruk yang diperbolehkan. Shaykh al-Sa‘di menjelaskan Surat alHujurat ayat 12 di atas, “Allah melarang sebagian besar prasangka terhadap sesama mukmin, karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa.” Yaitu prasangka yang tidak sesuai dengan fakta dan bukti-bukti. Maknanya, jika suatu prasangka didasari bukti atau fakta, maka tidak termasuk sebagian prasangka yang dilarang. Maka prasangka yang didasari oleh bukti-bukti, atau pertanda, atau sebab-sebab yang menguatkan tuduhan itu dibolehkan. Semisal jika melihat seorang yang datang ke parkiran motor lalu membuka paksa kunci salah satu motor dengan terburu-buru, boleh saja berprasangka bahwa ia ingin mencuri. Atau melihat orang-orang berkumpul di pinggir jalan disertai botol-botol khamr dengan wajah kuyu dan mata sayu, boleh berprasangka bahwa mereka sedang mabukmabukan. Dan contoh semisalnya.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia (Jakarta: Sari Agung, 2002), 1034. 2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Kalau sikap iri pada awalnya bersumber dari dalam hati seseorang, maka sikap berburuk sangka ini bersumber dari otak dan pikiran manusia. Ini berarti bahwa sikap berburuk sangka ini ada di dalam diri seseorang dan tidak ada yang tahu sifat ini kecuali dirinya. Tidak ada orang lain yang tahu tentang sikap buruk sangka itu, karena tersembunyi di dalam pikiran manusia. Yang tahu ada keberadaannya, atau tidak di dalam hati setiap orang adalah dirinya sendiri. Kemudian sikap buruk sangka itu berwujud dalam bentuk sikap, ucapan, atau kata-kata yang keluar dari mulut pemiliknya. Dari sinilah baru orang lain tahu, bahwa di dalam hatinya ada buruk sangka. Sikap iri sangat berbahaya karena sikap ini akan memenuhi otak dan pikiran seseorang yang sempit itu. Orang yang memiliki sikap buruk sangka, maka saraf-saraf otak akan terganggu karena terpenuhi dengan pikiran-pikiran yang negatif. Saraf-saraf yang akan melahirkan pikiran-pikiran yang positif tidak dapat berfungsi dengan baik karena tertutup oleh pikiran-pikiran negatif. Kiranya tidak ada yang lebih mampu menjelaskan tentang dampak negatif yang ditimbulkan oleh perasaan atau prasangka tidak adanya keadilan dan persamaan antara sesama saudara selain firman Allah SWT yang menceritakan ucapan saudara-saudara Nabi Yusuf as:
3
ٍ َِ َ ٍ ُمب
َِب إِ َ أَبِ نا ِمنَّا وَ ن ب ٌ إِ َّن أَبااَا ل ِ ُّ َ َوو ُ َوأَ ُ ووُ أ َ َْ ُ ُ ْ َ َ ُ َُإ ْ َالُوا ل
Al-Qur‟an, 12:8.
3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, 4 ayah kita dalam kekeliruan yang nyata,
Keyakinan dan prasangka mereka tersebut akhirnya mengantarkan mereka untuk melakukan perbuatan yang sangat memalukan dan berbahaya terhadap hak saudara dan orang tua mereka sendiri,
5
ِِ َ َ ْوًما َا
ِا ْ ت لُوا يوو أَ ِو ااْ وو أَ ا َ ْ لَ ُكم وجي أَبِ ُكم واَ ُكواُوا ِمن ب ع ِو َ ُ ُ ُ َْ ْ َ ْ ُْ َ ْ ُ ً ْ ُ َُ
bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepadamu, dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik.6
Begitulah rasa benci dan buruk sangka dalam hati mereka yang telah melampaui batas, hingga pada akhirnya setan membuat penilaian mereka terhadap kenyataan menjadi salah dan kacau. Kecintaan ayah mereka terhadap Yusuf sedemikian besar makin nampak menumpuk di mata mereka. Akhirnya perbuatan yang sangat tercela dan berbahaya menjadi sesuatu yang ringan dilakukan yang terealisir dalam upaya membunuh saudara yang berasal dari ayah yang sama.7 Anak senantiasa peka terhadap perubahan perilaku yang terjadi terhadap dirinya. Anak yang merasa diperlakukan tidak adil, biasanya akan menempuh jalan permusuhan terhadap saudara-saudaranya. Hal ini dilakukan untuk menghukum dirinya sendiri dan orang tuanya. Biasanya reaksi yang dilakukan 4
Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1 s/d 30 Transliterasi (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), 459. 5 Al-Qur‟an, 12:9. 6 Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 459. 7 Izzat Iwadh Khalifah, Maka Ajarilah Kami Cinta (t.k.: Bumi Media, t.th), 33.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
anak atas perlakuan tidak adil terhadap dirinya adalah dengan mengasingkan diri. Bahkan tidak jarang yang menimbulkan kelainan psikologis terhadap dirinya, seperti menutup diri dan rendah diri. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap adil terhadap anakanaknya. Sebagai orang tua, penting untuk berperilaku adil terhadap seluruh anakanaknya agar tidak timbul kecemburuan yang mengganggu keharmonisan keluarga. Berlaku adil terhadap anak-anak dan memperlakukan mereka secara sama tanpa pilih kasih mampu menghilangkan penyakit dengki dan dendam di hati mereka. Karena itu, Islam mewajibkan berlaku adil kepada anak-anak sekaligus melarang untuk melebihkan dan mengutamakan salah satu dari mereka. Sebab, hal itu dapat mengakibatkan mereka durhaka kepada orang tuanya. Anak adalah tumpuan cinta dan kasih sayang kedua orang tuanya. Allah SWT menjadikan anak sebagai salah satu bagian dunia yang membuat hati kedua orang tua tertambat padanya. Seperti disebutkan dalam firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 14 yang berbunyi:
8
ِ ب الل ِ ِ اا ِمن الن ِ ُيِّ َن لِلن َ ِّساا َوالْبَن َ ُّ ُ َّاا َ َ َّه َو
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak9
Perlakuan yang adil terhadap anak sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang mereka, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Jika sejak masa kanak-
Al-Qur‟an, 3:14. Al-Muyassar, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 96.
8 9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
kanak mendapat perlakuan tidak diskriminatif, ramah dan adil, baik dari orang tua maupun lingkungannya, biasanya mereka tumbuh menjadi orang yang mampu bersikap
toleran,
pluralis,
dan
menghargai
perbedaan
yang
ada
di
lingkungannya.10 Pola pendidikan yang adil adalah model pendidikan anak yang mengedepankan prinsip-prinsip tidak membedakan antara anak yang satu dengan anak yang lain secara proporsional. Sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kondisi masing-masing. Anak perempuan dan laki-laki memang berbeda, akan tetapi tidak boleh dibeda-bedakan. Dalam kenyataannya, membeda-bedakan anak adalah salah satu penyebab utama terjadinya penyimpangan masalah kejiwaan pada diri anak tersebut. Fenomena seperti ini tentu memilki dampak negatif yang sangat buruk, sehingga membantu terjadinya penyimpangan, baik dalam perilaku maupun kejiwaan anak. Karena, pada dasarnya perilaku seperti ini akan melahirkan perasaan dengki dan benci di samping menumbuhkan perasaan takut dan tertekan. Pada gilirannya, situasi ini akan menimbulkan kegemaran berkelahi, permusuhan dan kezaliman pada diri anak. Sebab itu, Islam mewajibkan berlaku adil kepada semua anak dan melarang keras tindakan membeda-bedakan salah satu di antara mereka baik dari segi materi maupun non materi. Rasulullah SAW bersabda:
10
Maria Ulfah Anshor dan Abdullah Ghalib, Parenting with Love Panduan Islami Mendidik Anak Penuh Cinta dan Kasih Sayang (Bandung: Mizania, 2010).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
11
ب أَ ْن اَ ْع ِلُوا بَ ْ َ أَاْ ُ ِس ُك ْم ُّ ُِ ب أَ ْن اَ ْع ِلُوا بَ ْ َ أ َْوََل ِ ُك ْم َك َ ا ُّ ُِ َ إِ َّن اللَّيَ اَ َعا
Sesungguhnya Allah mencintai kamu berlaku adil di antara anak-anakmu sebagaimana dia mencintai kamu untuk berlaku adil di antara dirimu sendiri. (HR alDa>ruqut}niy)
Perintah-perintah Rasulullah SAW ini menunjukkan betapa pentinganya nilai keadilan dalam keluarga. Hal ini dikedepankan untuk mencegah timbulnya kedengkian di antara saudara. Para ahli penelitian pendidikan anak menyimpulkan bahwa faktor yang paling dominan terhadap timbulnya rasa dengki dalam diri anak adalah adanya pengutamaan saudara yang satu di antara saudara yang lain.12 Begitu pula yang terjadi pada salah seorang remaja perempuan yang bertempat tinggal di Gedangan, Sidoarjo. Dia merupakan anak ke-dua dari tiga bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya di keluarga itu. Dalam kondisi keluarga tersebut, dia merasa bahwa orang tuanya terutama ibunya bersikap tidak adil terhadap dirinya. Dia menilai bahwa ibunya lebih sayang dan perhatian kepada kedua saudara laki-lakinya. Sehingga dampak negatif dari prasangka buruk anak tersebut kepada orang tuanya adalah tumbuh di dalam hatinya rasa benci yang ditujukan pada ibunya dan dengki terhadap saudaranya. Atas perlakuan tidak adil tersebut, tentu saja melahirkan dampak negatif di antara anak dan ibunya. Anak menjadi tidak patuh pada perintah sang ibu dan tidak percaya bahwa kasih sayang ibu itu ada untuk anaknya.13
‘Ali Ibn ‘Umar al Da>ruqut}niy, Sunan al Da>ruqut}niy juz 3, (Lebanon: Ar-Resalah Publishers, 2004), 458. 12 Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-Laki (Jakarta: Gema Insani, 2007), 41. 13 Rosyida, Wawancara, Gedangan, 07 Maret 2017. 11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
Berdasarkan contoh kasus di atas, hendaknya antara orang tua dan anak dibangun sebuah komunikasi yang baik. Salah satu pedoman bagi orang tua dalam menerima dan menyampaikan informasi dari dan kepada anak adalah melalui model komunikasi. Model komunikasi ini diperlukan agar antara orang tua dan anak terjadi saling tukang informasi. Dengan membiasakan diri berkomunikasi dengan anak-anaknya, orang tua akan lebih dekat dengan mereka sehingga anakanak pun merasa lebih dekat kepada keduanya dan merasa diperhatikan. Selain itu, orang tua akan lebih mengetahui segala sesuatu yang dikehendaki anak-anak mereka dan anak-anak pun akan lebih mengetahui segala sesuatu yang dikehendaki orang tua mereka, terutama tujuan-tujuan pendidikan serta pengasuhan yang diterapkan terhadap mereka.14 Jika kebiasaan-kebiasaan ini berjalan, akan tercipta lingkungan komunikatif dalam keluarga dan menghilangkan kesan keangkeran, represif, dan galak, serta terciptanya nilai-nilai persahabatan antara orang tua dan anakanaknya. Jika komunikasi yang baik dan relasi yang harmonis membangun perilaku sosial yang positif, maka sebaliknya komunikasi yang rusak, atau tidak ada komunikasi orang tua dan anak tidak mendapat nilai-nilai dari orang tua dan mencari hal tersebut dari lingkungan dan membangun perilaku antisosial.15 Keterbukaan harus sering diasah dan dibiasakan dalam komunikasi antara anak dan orang tua. Meluangkan waktu untuk berbicara secara terbuka dari hati ke hati dengan anak secara rutin. Keterbukaan menjadikan sang anak akan 14
Anang Harris Himawan, Bukan Salah Tuhan Mengazab Ketika Perzinaan Menjadi Berhala Kehidupan (Solo: Tiga Serangkai, 2007), 49. 15 Jarot Wijanarko, Intim Orang Tua Anak Smart Parenting di Era Digital (Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagis, t.th), 122.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
lebih percaya kepada orang tua unutuk mengutarakan, permasalahan dan keinginan yang dimilikinya. Kejujuran serta keterusterangan antara anak dan orang tua pun bisa dibangun dengan baik.16 Kesalahpahaman dan miskomunikasi dapat memperburuk situasi dan konflik mungkin muncul. Bahkan kurangnya komunikasi antara anggota dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak adil terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, bicarakan dengan orang tua setiap kali anak mengalami ketidakadilan, bukannya terlibat dalam persaingan antarsaudara. Sebaiknya katakan kepada orang tua bahwa apa pun yang mereka lakukan sudah menyakiti hsti anaknya, karena mereka mungkin tidak menyadari hal itu, dan jika anak tidak mengungkapkan, mereka mungkin tidak tahu tentang hal itu. Anak tidak mau mendengar atau memperhatikan, apalagi mematuhi apa pun yang dikatakan orang tua dapat ditimbulkan rasa iri hati anak terhadap saudaranya atau orang lain. Anak terlanjur menilai orang tua telah pilih kasih dan membeda-bedakan di antara anak-anaknya, sehingga sifat curiga anak berkembang sedemikian besar. Anak pun selalu mensalah-tafsirkan perkataan orang tua kepadanya. Dianggapnya orang tua semata-mata ingin memojokkannya dan selalu menyalahkannya saja. Persepsi buruk terhadap perlakuan orang tua yang dianggapnya tidak adil inilah yang dapat menyebabkan anak selalu membangkang atau melawan perlakuan orang tua terhadap dirinya. Anak pun cenderung melakukan perbuatan yang bertentangan dengan apa yang diinginkan
16
Chairinniza Graha, Keberhasilan Anak di Tangan Orang Tua (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
orang tuanya, sebagai wujud pelampiasan kejengkelannya, pemberontakannya atau cara dia menarik perhatian orang tuanya.
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak negatif dari sikap buruk sangka? 2. Bolehkah orang tua bersikap pilih kasih? 3. Bagaimana Islam memandang perilaku adil orang tua dalam keluarga? 4. Mengapa Rasulullah melarang orang tua untuk pilih kasih? 5. Bagaimana dampak perlakuan tidak adil terhadap anak? 6. Apa alasan orang tua atau guru membeda-bedakan anak? 7. Bagaimana al-Qur‟an melarang sikap buruk sangka? 8. Bagaimana para mufassir menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan prasangka buruk anak terhadap orang tua? Banyak sekali masalah yang dapat ditemukan dari latar belakang masalah diatas. Oleh karena itu, agar pembahasan fokus pada satu titik maka pembahasan dibatasi pada pengertian adil menurut para mufassir, penafsiran ayat-ayat yang membahas tentang prasangka buruk anak terhadap orang tua menurut al-Qur‟an yaitu surat Yusuf ayat 8-10, serta kontekstualisasinya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
C.
Rumusan Masalah Berdasarkan gambaran umum latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penafsiran surat Yusuf ayat 8-10 mengenai prasangka buruk anak terhadap orang tua? 2. Bagaimana kontekstualisasi prasangka buruk anak terhadap orang tua menurut al-Qur‟an surat Yusuf ayat 8-10 pada kasus diskriminasi di Gedangan Sidoarjo?
D.
Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk menjelaskan penafsiran surat Yusuf ayat 8-10 mengenai prasangka buruk anak terhadap orang tua 2. Untuk menyajikan perilaku adil orang tua terhadap anak menurut al-Qur‟an dalam kontekstualisasinya pada kasus diskriminasi di Gedangan Sidoarjo
E.
Kegunaan Penelitian Dalam sebuah penelitian, sudah seyogyanya penelitian tersebut mampu memberikan manfaat khusunya untuk kepentingan keilmuan dalam bidang tafsir dan sebagai langkah untuk melanjutkan penelitian ini. Adapun kegunaan penelitian ini dapat berupa kegunaan praktis dan kegunaan teoritis.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
1. Kegunaan Praktis Motivasi dan sumbangan gagasan kepada penelitian selanjutnya yang akan meneliti penelitian yang serupa berhubungan dengan sikap adil orang tua terhadap anak-anaknya menurut al-Qur‟an Surat Yusuf ayat 8-10. 2. Kegunaan Teoritis Sumbangan wacana ilmiah kepada dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam dalam rangka meperkaya khazanah keilmuan berkaitan sikap adil orang tua terhadap anak-anaknya menurut al-Qur‟an Surat Yusuf ayat 810.
F.
Tinjauan Pustaka Pembahasan mengenai keadilan terhadap anak telah banyak dilakukan dari berbagai sudut pandang. Tetapi pembahasan dengan menggunakan al-Qur‟an sebagai rujukan pertama belum ditemukan. Hal ini menunjukkan masih banyak ruang untuk membahas masalah ini. Berikut dipaparkan beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki masalah serupa, diantaranya yaitu: 1.
Hak-hak Anak dalam Perspektif Islam, HM. Budiyanto, Jurnal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam jurnal dijelaskan sekurang-kurangnya ada tujuh macam hak anak yang harus diperhatikan oleh setiap orang tuanya menurut ajaran Islam, yaitu: pertama, hak untuk hidup dan tumbuh berkembang; kedua, hak mendapatkan perlindungan dan penjagaan dari siksa api neraka; ketiga, hak mendapatkan nafkah dan kesejahteraan; keempat,
hak
mendapatkan pendidikan dan pengajaran; kelima, hak mendapatkan keadilan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
dan persamaan derajat; keenam, hak mendapatkan cinta kasih; dan ketujuh, hak untuk bermain. 2.
Keadilan untuk Anak; Penguatan Sistem Hukum Adat dalam Penanganan Anak Berkonflik dengan Hukum, Hasnul Arifin Melayu, Jurnal UIN ArRaniry Banda Aceh. Jurnal tersebut berisi tentang perlindungan pada anak dari kejahatan telah banyak dilakukan. Namun, bagaimana melindungi anakanak yang berkonflik dengan hukum (ABH) dengan mengikutsertakan peran masyarakat jarang ditemui. Biasanya anak akan ditahan dalam tahapan sementara sambil menunggu proses sidang di pengadilan. Bagaimana seharusnya melindungi anak-anak yang melakukan kejahatan. Salah satu tujuan utama dari kegiatan ini adalah bagaimana masyarakat harus berperan aktif dalam menangani masalah ini.
3.
Hadis-hadis Tentang Sikap Adil Orang Tua terhadap Anak (Studi Ma‟anil Hadis), Shohihatul Ummah, Tahun 2008. Skripsi mahasiwa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini berisi hadis-hadis tentang sikap adil orang tua terhadap anak dan pemahaman hadis yang bersifat universal. Perintah bersikap adil terhadap anak ini berlaku bagi setiap umat manusia mulai dari zaman Nabi hingga sekarang. Sikap orang tua yang meperlakukan anaknya dengan tidak adil (diskriminasi) maka akan mempunyai dampak yang tidak baik, baik bagi orang tua itu sendiri, anak yang diberi perhatian lebih maupun anak yang tidak dapat perhatian dari orang tuanya.
4.
Hibah Orang Tua Terhadap Anak Antara Pemerataan dan Keadilan Perspektif Hukum Islam, Feri Al-Farisi, tahun 2010. Skripsi mahasiwa UIN Sunan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Kalijaga Yogyakarta ini berisi hukum Islam mengatur hibah harta yang diberikan orang tua kepada anaknya adalah dengan cara berlaku adil kepada setiap anaknya, dengan jalan menyamaratakan bagian masing-masing. Berdasarkan beberapa penelitian diatas, penulis menegaskan bahwa skripsi yang akan dibahas tidak ada kesamaan yang mendasar dengan penelitian diatas. Dalam penelitian ini, sedikit mirip dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Shohihatul Ummah. Hanya saja dalam penelitian ini fokus pada kajian tafsir al-Qur‟an.
G.
Metode Penelitian Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah, memerlukan adanya suatu metode yang sesuai dengan masalah yang dikaji, karena metode merupakan cara bertindak agar kegiatan penelitian bisa dilaksanakan secara rasional dan terarah demi mencapai hasil yang maksimal.17 1.
Jenis Penelitian Kajian penelitian ini berdasarkan atas kajian pustaka atau literatur. Oleh karena itu penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka (library research), yaitu penelitian yang berusaha menghimpun data dari khazanah literatur yang ada kaitannya dengan pembahasan penelitian ini dan menjadikan dunia teks sebagai objek utama analisisnya.
2.
Sumber Data
17
Anton Bakker, Metode Penelitian (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 10.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Data penelitian ini menggunakan data kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk kata atau kalimat.18 Ada dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder, yang perinciannya sebagai berikut: a.
Sumber Data Primer Sumber primer adalah sumber yang berasal dari tulisan dan buku-buku yang berkaitan langsung dengan pembahasan ini. Sumber utama penelitian ini adalah al-Qur‟an dan kitab-kitab tafsir, yaitu antara lain: 1.
Fi< Z{ila>l al Qu’ra>n karya Sayyid Qut}ub Ibra>hi>m H{usayn al Sha>rabi
2.
Tafsi>r al Mara>ghi karya Ahmad Ah{mad Mus{t{afa> al Mara>ghi
3.
Tafsi>r al Qur’a>n al H{aki>m (Tafsi>r al-Mana>r) karya Muh{ammad ‘Abduh
b.
4.
Tafsir Al-Azhar karya Hamka
5.
Tafsir Al Mishbah karya M. Quraish Shihab
Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah buku-buku kepustakaan yang erat kaitannya dengan pembahasan penelitian ini, yaitu antara lain: 1.
Parenting with Love Panduan Islami Mendidik Anak Penuh Cinta dan Kasih Sayang karya Maria Ulfah Anshor dan Abdullah Ghalib
2.
Mendidik Anak Laki-Laki karya Adnan Hasan Shalih Baharits
3.
Maka Ajarilah Kami Cinta karya Izzad Iwadh Khalifah
4.
Tuntun Anakmu di Jalan Allah karya Hamid „Abd al Khaliq
18
Amirul Hadi & H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia. 1998), 126.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
3.
5.
Be excellent menjadi Pribadi Terpuji karya Ahmad yani
6.
Menjadi Ibu Dambaan Umat karya Nurjannah Ismail
Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis yang berarti analisis dilakukan dengan cara menyajikan deskripsi sebagaimana adanya, tanpa campur tangan pihak peneliti.19 Usaha pemberian deskripsi atas fakta tidak sekedar diuraikan, tetapi lebih dari itu, yakni fakta dipilih-pilih menurut klasifikasinya, diberi intepretasi, dan refleksi.20 Pendekatan bisa diartikan sebagai cara atau metode analisis yang didasarkan pada teori tertentu. Karena objek penelitian ini adalah al-Qur‟an surat Yusuf ayat 8-10 maka pendekatan yang relevan adalah pendekatan tafsir tahlili atau analitis. Tafsir tahlili terbagi menjadi dua macam: Pertama, bi almatsur atau riwayat, dengan cara mengemukakan berbagai riwayat dan pendapat para ulama. Begitu juga dijelaskannya latar belakang turunnya ayat (asbab al-nuzul), serta penjelasan tentang kosakata yang terdapat di dalamnya. Selain itu juga menggunakan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan ayat tersebut. Namun sangat jelas terasa riwayat mendominasi penafsiran sehingga dari uraian yang demikian panjang pendapat mufasir hanya ditemukan beberapa baris saja. Jadi dalam tafsir riwayat ini tetap ada analisis tapi sebatas adanya riwayat. Karena dalam tafsir riwayat, riwayat itulah yang
19
Siswantoro, Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2004), 49. 20 Ibid., 50.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
menjadi subjek penafsiran.21 Kedua, bi al ra’yi atau pemikiran, dengan cara memberikan interpretasi terhadap ayat-ayat al-Qiur‟an dengan pemikiran subjektifitas mufasir. Jadi para mufasir relatif memperoleh kebebasan, sehingga mereka agak lebiih otonom berkreasi dalam memberikan interpretasi selama masih dalam batas-batas yang diizinkan oleh syara‟ dan kaidah-kaidah yang mu‟tabar. Itulah salah satu sebab yang membuat tafsir dalam bentuk al-ra‟yi dengan metode analitis dapat melahirkan corak penafsiran yang sangat beragam.22 Peneliti lebih cenderung untuk menggunakan cara kedua. Yaitu berusaha menafsirkan ayat dengan menggunakan ra‟yi. Dengan demikian peneliti bisa secara otonom dalam menafsirkan ayat asalkan masih dalam kaidah-kaidah yang telah ditetapkan.
H.
Sistematika Pembahasan Rencana penulisan skripsi ini akan disusun dalam empat bab. Hal ini dimaksudkan agar mampu memberikan gambaran yang utuh dan terpadu mengenai masalah yang akan diteliti, dengan rincian sebagai berikut: Bab I akan menjelaskan Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
21
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 45-46. 22 Ibid., 50.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Bab II akan menjelaskan tentang tinjauan umum tentang prasangka buruk anak terhadap sikap adil orang tua, sikap buruk sangka, dampak buruk sangka, penerapan perilaku adil orang tua terhadap anak, dampak perilaku adil dan tidak adil orang tua terhadap anak, serta hukum sikap adil orang tua terhadap anak. Bab III akan menjelaskan tentang penafsiran prasangka buruk anak terhadap orang tua dalam surat Yusuf ayat 8-10 yang meliputi tinjauan umum surat Yusuf ayat 8-10 serta Ibrah surat Yusuf ayat 8-10 terhadap kasus diskriminasi di Gedangan Sidoarjo. Bab IV, akan menjelaskan penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id