Jurnal Biology Science & Education 2014
ANGGI TIAS. P
ABSTRAK SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH RAMAH LINGKUNGAN DI SEKOLAH KOTA MEDAN
Anggi Tias Pratama, Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Biologi, UM Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145, E-mail:
[email protected]
Berdasarkan hasil observasi langsung di lapangan dan wawancara dengan dinas kebersihan kota Medan dapat dijelaskan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dan pihak sekolah dalam menangani sampah secara mandiri masih kurang. Masyarakat masih enggan melakukan pemilahan sampah, akibatnya sampah semakin hari semakin sulit dikelolah. Mencermati fenomena tersebut maka sangatlah diperlukan model pengelolaan sampah yang baik dan tepat serta ramah lingkungan dalam upaya mewujudkan perkotaan yang bersih dan hijau. Solusi Pengolahan Sampah yang ditawarkan, yaitu menerapkan program “6M” dengan baik yaitu mengurangi, menggunakan kembali, mengganti, memisahkan, mendaur ulang, dan mengompos. Pendekatan dan teknologi pengelolaan sampah yang ditawarkan untuk mengatasi masalah sampah yang ada di sekolahsekolah adalah: teknologi composting, pengelolaan sampah mandiri, Pendauran ulang sampah, teknologi bioethanol, memperkenalkan kepada siswa tentang bagaimana cara mengenali sampah berdasarkan sifatnya, dan meminta bantuan kepada pemerintah dan perusahaan untuk menyiapkan bak sampah. Melalui cara ini diharapkan setidaknya masalah persampahan yang ada di sekolah-sekolah pada khususnya dapat dipecahkan. kata kunci : sampah, composting, bioethanol ABSTRACT TRASH PROCESSING SYSTEM ENVIRONMENTALLY FRIENDLY SCHOOL IN THE CITY OF MEDAN Based on the results of direct observation in the field and an interview with the cleanliness of the city of Medan can be explained that the level of public participation and the school in dealing with independently garbage still lacking. People still reluctant to garbage sorting, as a result the dump day prosessing increasingly difficult. Looking at this phenomenon and is very required waste management model of good and proper and environmentally friendly in efforts to create urban clean and green. Waste processing solutions offered, the program is to apply good 6M is to reduce, using back, replacing, separate, recycling, and composting. The BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 1
Jurnal Biology Science & Education 2014
ANGGI TIAS. P
technology of waste management and offered to overcome trash problem in schools, composting is technology, waste management person recyclin the trash technology bioethanol, introduce the students on how to recognize the waste in accordance with nature and ask for aid to governments and companies to prepare trash bins. Through this way hopefully, at least the issue of garbage that there are schools in particular could be resolved Keywords: garbage, composting, bioethanol Sampah
adalah
sisa
kegiatan
yang
Masalah
sampah
disebabkan
yang
diwilayah perkotaan dan menurut data
padat
ataupun
cair.
aktivitas
besar
dilakukan oleh manusia dan proses alam berbentuk
oleh
paling
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan
dinas
atau
secara
menyebutkan bahwa sekitar 60% sampah
dan
yang ada di TPA berasal dari wilayah
meliputi
kota, sedangkan sisanya berasal dari
teknik
yang
sistematis,
dilakukan
menyeluruh,
berkesinambungan
yang
kebersihan
penduduk
Kota
Medan
pengurangan
dan
penanganan
wilayah pinggiran kota dan dari TPA itu
sampah.Sampah
dapat
digolongkan
sendiri. Sampah yang bersumber dari kota
menjadi empat macam berdasarkan sifat
umumnya
fisik dan kimianya yaitu: 1) sampah ada
pemukiman, industri, rumah sakit, dan
yang
atas
tempat makan sehingga tingkat bahayanya
sampah organik seperti sisa sayuran, sisa
lebih besar bila dibandingkan dengan
daging, daun dan lain-lain; 2) sampah
sampah dari wilayah pedesaan. Irawati
yang tidak mudah membusuk seperti
(2002) menyebutkan bahwa sebagian
plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan
masyarakat di pedesaan/kota kecil kecil
bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang
membuang sampah ke sungai, tetapi tidak
berupa debu/abu; dan 4) sampah yang
menyebabkan
berbahaya (B-3) bagi kesehatan, seperti
jumlahnya sedikit dan didukung oleh
sampah berasal dari industri dan rumah
kemampuan
sungai
sakit yang mengandung zat-zat kimia dan
mengadakan
self
agen
pengolahannya
mudah
membusuk
penyakit
yang
terdiri
berbahaya
(Berdasarkan Undang-Undang No. 18
berasal
dari
limbah
permasalahan
yang
sebab
mampu
purification,
masih
terbatas
jadi pada
tingkat rumah tangga.
Tahun 2008). BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 2
Jurnal Biology Science & Education 2014
Pertambahan sampah semakin hari
prilaku
siswa
ANGGI TIAS. P
sekolah
dasar
sampai
semakin banyak, bahkan keberagaman
menengah ikut memberikan sumbangan
dan karakteristiknya semakin beragam,
sampah yang besar dan menurunkan
hal ini disebabkan oleh pertambahan
kualitas lingkungan, terutama pencemaran
jumlah
udara, tanah, dan pencemaran air. Masih
penduduk,
perubahan
pola
konsumsi, dan gaya hidup masyarakat.
banyak
Selain
menempatkan
itu,
meningkatnya
daya
beli
ditemukan
siswa
sampah
yang
bukan
pada
masyarakat terhadap berbagai jenis bahan
tempatnya, sehingga hampir disepanjang
pokok
serta
jalan atau pekarangan sekolah, bahkan di
kegiatan
luar sekolah bertebaran sampah dalam
penunjang pertumbuhan ekonomi suatu
jumlah yang banyak serta jenis yang
daerah juga memberikan kontribusi yang
beragam. Kurangnya kesadaran siswa
besar terhadap kuantitas dan kualitas
dalam
sampah yang dihasilkan. Ada banyak
tempatnya disebabkan oleh kurangnya
masalah
penyadaran dari pihak sekolah terkait
dan
hasil
meningkatnya
teknologi
usaha
yang
atau
ditimbulkan
oleh
menempatkan
bahaya
tersebut
dan
penyuluhan dari dinas terkait maupun dari
pengolahan yang efektif dan efisien.
sekolah tentang pengolahan sampah yang
Pengelolaan
ramah
sampah
solusi
yang
secara
sembarangan dan tidak menggunakan
terhadap
mengganggu lingkungan
kesehatan
kelestarian baik
lingkungam
lingkungan
belum
adanya
(Observasi
dan
Wawancara langsung, 2013).
metode yang tepat akan memberikan dampak
dan
pada
meningkatnya volume sampah, dan hal membutuhkan
sampah
sampah
Fakta yang terlihat sehari-hari
dan
menunjukkan bahwa umumnya sampah
fungsi
yang bersumber dari sekolah, baik dari
biotik
bahan
maupun abiotik (Aryenti, 2011).
organik
maupun
non-organik
dibuang begitu saja dalam satu bak
Menurut dinas kebersihan Kota
sampah yang sama dan tercampur satu-
Medan dan hasil observasi langsung di
sama lain dalam berbagai komposisi,
lapangan, didapatkan informasi bahwa
bahkan siswa cenderung menempatkan
selain
sampah bukan pada tempatnya (dibuang
aktivitas
pemukiman,
industri,
rumah sakit, dan tempat makan, ternyata
sembarangan)
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
dan
kemudian
sampah Page 3
Jurnal Biology Science & Education 2014
ANGGI TIAS. P
berpindah tempat mulai dari tempat
dikarenakan
penampungan
masyarakat tentang pentinggnya menjaga
tempat
sementara
pembuangan
sampai
akhir
ke
(TPA).
kurangnya
kesadaran
kebersihan.Selain itu masyarakat
Berdasarkan hasil observasi juga dapat
pihak
dijelaskan bahwa di kota Medan umunya
pengelolaan sampah merupakan tanggung
dan di sekolah pada khususnya, baru
jawab Pemerintah Kota dalam hal ini
melaksanakan pengolahan sampah dengan
instansi Dinas Kebersihan atau lainnya
menerapkan
yang menangani pengelolaan sampah.
program
3M
yaitu
sekolah
menganggap
dan
bahwa
mengurangi, menggunakan kembali, dan mengompos. Tetapi itupun masi tergolong rendah karena belum semua masyarakat dan
sekolah
dapat
Upaya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan ini perlu dilakukan mulai dari sumber timbulnya sampah, pewadahan, pengumpulan, pemindahan, ke
tahap
pengolahan akhir sampah. Upaya-upaya pemanfaatan kembali sampah yang masih bisa di daur ulang harus dilakukan sehingga dapat mengurangi sampah secara kuantitatif. sejauh
Permasalahannya
manakah
tingkat
adalah kesadaran
masyarakat untuk membantu mengelola sampah
yang
dihasilkan.
Jangankan
mengelola tapi menempatkan sampah pada wadah yang telah disediakan pun sangatlah
langka
Kota Medan merupakan salah satu
dilakukan
kota besar yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terdiri dari
tersebut (Ninggarwati, dkk, 2011).
sampai
Kondisi Sampah Di Kota Medan
menerapkan
pengelolaan sampah melalui program 3M
pengangkutan
PEMBAHASAN
hal
ini
21 Kecamatan dan jumlah penduduknya 2.097.610 jiwa.Timbunan sampah yang di hasilakan oleh masyarakat kota Medan adalah
1,7
ton/hari
dengan
tingkat
pelayanan 70% dari jumlah penduduk (BPS
Kota
peningkatan
Medan, jumlah
2013).
Seiring
penduduk
serta
aktifitas masyarakatnya yang beragam maka volume timbunan dan komposisi sampah juga ikut bertambah.Penambahan jumlah
timbunan
sampah
di
TPA
berpengaruh terhadap luas lahan yang harus disediakan di TPA.pihak institusi dalam hal ini Dinas Kebersihan perlu menyiapkan alternatif jangka panjang untuk
menghadapi
permasalahan
ini,
alternatif yang harus di siapkan yatu BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 4
Jurnal Biology Science & Education 2014
sistem
pengelolaan
sampah
dari
sumbernya. Sementara itu, rendahnya pengetahuan,
kesadaran,
dan
tingkat
diolah
secara
ANGGI TIAS. P
mandiri
dan
menjadi
sumberdaya. Berdasarkan hasil observasi dapat
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
dijelaskan
sampah menjadi suatu permasalahan yang
masyarakat dan pihak sekolah di Kota
perlu
dalam
Medan dalam menangani sampah secara
pengelolaan lingkungan bersih dan sehat
mandiri masih kurang. Masyarakat masih
(Dinas Kebersihan Kota Medan, 2013).
enggan melakukan pemilahan sampah,
mendapat
perhatian
Permasalahan
tingkat
partisipasi
yang
akibatnya sampah semakin hari semakin
harus ditangani oleh Pemerintah Daerah
sulit dikelolah. Mencermati fenomena
Kota Medan sekarang dan akan datang
tersebut maka sangatlah diperlukan model
adalah bagaimana mengelolah sampah
pengelolaan sampah yang baik dan tepat
yang ramah lingkungan sehingga dapat
serta ramah lingkungan dalam upaya
mewujudkan Kota madani yang aman dan
mewujudkan perkotaan yang bersih dan
bersih lingkungannya. Untuk mewujudkan
hijau di kota Medan.Pengelolaan sampah
kota bersih dan hijau, pemerintah telah
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
mencanangkan berbagai program yang
masyarakat dan kualitas lingkungan serta
pada dasarnya bertujuan untuk mendorong
menjadikan sampah sebagai sumberdaya.
dan meningkatkan kapasitas masyarakat
Dari sudut pandang kesehatan lingkungan,
dalam
Program
pengelolaan sampah dipandang baik jika
Adipura misalnya pada tahun 2012 telah
sampah tersebut tidak menjadi media
mampu
Medan
berkembang biaknya bibit penyakit serta
menjadi Kota Adipura karena semua
sampah tersebut tidak menjadi medium
kelurahan
perantara
pengelolaan
Anugerah
terpenting
bahwa
sampah.
mengantarkan
berhasil Adipura.
Kota
mendapatkan Walaupun
menyebarluasnya
suatu
telah
penyakit. Syarat lainnya yang harus
mendapat adipura bukan berarti tidak
dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air
terdapat permasalahan sampah, Apresiasi
dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak
pemerintah dan masyarakat selalu dituntut
mengganggu
untuk melakukan pengelolaan sampah
menimbulkan kebakaran dan yang lainnya
sehingga pada gilirannya sampah dapat
(Aswar, 1986 dalam Nitikesari 2005).
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
nilai
estetis),
tidak
Page 5
Jurnal Biology Science & Education 2014
Menurut
Irawati
ANGGI TIAS. P
(2002)
kurang meratanya sarana kebersihan di
pengolahan sampah (urban solid waste
Kota Medan serta kurangnya kesadaran
management) di kota terbentuk oleh dua
masyarakat
sistem
sistem
dalam penanganan masalah persampahan.
pengolahan sampah formal yakni sistem
Jumlah sekolah di Kota Medan tahun
pengolahan
meliputi
2013 adalah 827 Sekolah Dasar (SD), 337
dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP), 288
pengumpulan, pengangkutan oleh aparat
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
pemerintah
setempat
melalui
Dinas
dan Swasta (Dinas Pendidikan Kota
Kebersihan
daerah.
Kedua
sistem
Medan, 2013) dan jumlah ini tidak
pengolahan sampah informal yaitu suatu
semuanya terlayani oleh Dinas Kebersihan
sistem pengolahan sampah yang terbentuk
Kota Medan
oleh adanya kebutuhan untuk survei dari
Komposisi dan Karakteristik Sampah
pengolahan.
Pertama
sampah
kegiatan-kegiatan
yang pewadahan
sebagian kecil masyarakat kota di tengah transisi
ekonomi
aktif
Dari banyaknya sekolah di Kota Medan yang menghasilkan sampah, maka
juga
dapat diketahui karakteristik sampah yang
memiliki faktor-faktor pendorong dan
dihasilkan yaitu sebagian besar adalah
penghambat dalam upaya peningkatan
limbah plastik dan kertas.
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
Komposisi Sampah
sampah.
sampah
Menurut
ke
berpartisipasi
kota.
Pengelolaan
desa
untuk
perkotaan
hasil
penelitian
Komposisi sampah di beberapa
Nitikesari (2005) faktor-faktor tersebut di
sekolah
antaranya
pendidikan,
komponen sampah baik bahan organik
penempatan tempat sampah di dalam
maupun anorganik. Untuk mengetahui
rumah, keberadaan pemulung, adanya aksi
komposisi sampah di sekolah-sekolah
kebersihan, adanya peraturan tentang
Kota Medan dapat diperoleh dengan cara
persampahan dan penegakan hukumnya.
meneliti langsung dari volume sampah
Timbunan Sampah di Sekolah
yang ditemukan disekitar pekaranagn
adalah
tingkat
yang
disurvei
diketahui
Timbunan sampah yang terdapat di
sekolah atau di bak sampah. Karakteristik
sekolah-sekolah tidak semuanya dapat
sampah di Kota Medan berdasarkan
diangkut ke TPA hal ini disebabkan
sumbernya yaitu : berupa sisa makanan,
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 6
Jurnal Biology Science & Education 2014
kertas, plastik dan pecahan kaca, daun kering kaleng dan kulit/logam (sangat
Kondisi Sekolah
kecil) (Karindo, 2010).
ANGGI TIAS. P
Pengolahan
Sampah
Di
Pelaksanaan sistem pengelolaan sampah di suatu tempat tidak dapat
Pewadahan Sampah Pola pewadahan sampah yang
dilaksanakan tanpa adanya koordinasi
digunakan adalah pola pewadahan sampah
yang
individual dan pola pewadahan sampah
eksternal, masyarakat sekolah dan pihak-
komunal.
pihak terkait yang memberikan andil
1. Pola
pewadahan
diperuntukan bertaraf
individual
bagi
baik
secara
internal
maupun
:
cukup besar dalam peningkatan jumlah
sekolah-sekolah
timbunan sampah. Sistem pengelolaan
Bentuk
yang diterapkan di sekolah-sekolah Kota
tergantung
dari
Medan tidak jauh berbeda dengan sistem
pengadaannya
dari
pengelolaan sampah yang diterapkan di
pemiliknya dengan kriteria: Bentuk
beberapa sekolah yang ada di Indonesia
(Kotak, selinder, kantung, container);
pada umumnya, yaitu sistem pengelolaan
Sifat (Dapat diangkat, tertutup); Bahan
sampah secara konvensional. Pada sistem
(Logam, plastik, alternatif bahan harus
pengelolaan konvensional ini, sampah
bersifat kedap terhadap air, panas
diangkut ke TPS atau ditimbun di halaman
matahari, tahan diperlakukan kasar,
sekolah, bahkan jika volume sampah
mudah dibersikan.); dan Ukuran (10-
semakin membesar dan sudah kering,
50 liter)
maka
yang
unggulan/pavorit. dipakai
kemampuan
2. Pola
pewadahan
dilakukan
pembakaran.
Pola
komunal:
pengumpulan sampah yang diterapkan di
diperuntukan bagi sekolah bertaraf
sekolah adalah pola pengumpulan secara
biasa atau sekolah swasta. Bentuk
langsung
(Kotak); Sifat (Tidak bersatu dengan
berserakan setiap hari jumat)yang dikenal
tanah, dapat diangkat, tertutup); Bahan
dengan nama jumat bersih, namun setelah
(Logam, plastik, tahan diperlakukan
dikumpulkan, sampah hanya dibakar atau
kasar, mudah dibersihkan); Ukuran (5-
ditimbun tanpa diolah menjadi produk
10 liter).
tertentu yang ramah bagi lingkungan.
(memungut
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
sampah
yang
Page 7
Jurnal Biology Science & Education 2014
ANGGI TIAS. P
kewajiban dan hak setiap orang baik
Pengolahan Sampah Yang Ideal Sesuai dengan ketentuan yang
secara individu maupun secara kolektif,
ditetapkan pada Pasal 5 UU Pengelolan
demikian
Lingkungan Hidup No.23 Th.1997, bahwa
pengusaha dan komponen masyarakat lain
masyarakat berhak atas Lingkungan hidup
untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan
sampah dalam upaya untuk menciptakan
hak tersebut, pada Pasal 6 dinyatakan
lingkungan perkotaan dan perdesaan yang
bahwa
baik, bersih, dan sehat.
masyarakat
dan
pengusaha
pula
kelompok
masyarakat
berkewajiban untuk berpartisipasi dalam
Menurut Irawati (2002) membahas
memelihara kelestarian fungsi lingkungan,
masalah pengolahan sampah (urban solid
mencegah dan menaggulangi pencemaran
waste management) akan mengaitkan
dan kerusakan lingkungan. Terkait dengan
berbagai aktor pengelola sampah yaitu
ketentuan tersebut, dalam UU NO.18
pemerintah, masyarakat, pemulung/agen,
Tahun
juga
dan pengusaha daur ulang. Keberhasilan
orang
pengelolaan sampah sangat ditentukan
mempunyai hak dan kewajiban dalam
oleh kerja sama dan peran serta aktif dari
pengelolaan
hal
masing-masing aktor pengelola tersebut.
pengelolaan sampah pasal 12 dinyatakan,
Kenyataannya menunjukkan bahwa kerja
setiap
2008
dinyatakan,
secara
eksplisit
bahwa
setiap
sampah.
orang
Dalam
wajib
mengurangi
dan
dari
sampah
dengan
cara
sampah masih dirasakan terpisah, tidak
berwawasan lingkungan. Masyarakat juga
terpadu dan belum terkoordinasi dengan
dinyatakan berhak berpartisipasi dalam
baik.Hasil observasi menunjukkan bahwa
proses
pengelolaan sampah di kota Medan belum
menangani
pengambilan
keputusan,
masing-masing
dapat
pengelolaan sampah. Tata cara partisipasi
sampah dengan baik, yakni siswa masih
masyarakat dalam pengelolaan sampah
memiliki tingkat partisipasi yang rendah
dapat dilakukan dengan memperhatikan
terhadap pengolahan sampah. Siswa sama
karakteristik dan tatanan sosial budaya
sekali tidak merasa bersalah dengan
daerah masing-masing. Berangkat dari
menggunungnya sampah di tempat-tempat
ketentuan
penampungan sementara sampai berhari-
tentu
menjadi
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
oleh
setiap
pengelola
pengelolaan dan pengawasan di bidang
tersebut,
dilakukan
aktor
sumber
Page 8
Jurnal Biology Science & Education 2014
ANGGI TIAS. P
hari bahkan sampai bermingu-minggu.
gedung bioskop. Untuk menyukseskan
Selain tingkat partisipasi siswa yang
program ini maka dibutuhkan kerja sama
rendah, pemerintah kota Medan juga
yang baik antara aktor pengelolah sampah
belum
kegiatan
yakni masyarakat, pemerintah, pemulung,
tidak
dan pengusaha sehingga dapat menunjang
maksimalnya kinerja pemerintah dalam
terbentuknya jaringan pengolahan sampah
hal ini adalah dinas kebersihan sehingga
yang
upaya
lingkungan.
maksimal
pengolahan
dalam
sampah.
pengelolaan
Karena
sampah
yang
di
sampaikan oleh dinas kebersihan juga terlihat
kontradiksi
dengan
fakta
di
menguntungkan
Kondisi ini
masalah
yang
pengolahan
juga
sampah di sekolah-sekolah yang ada di
masyarakat
kota Medan hampir sama dengan sekolah
maupun pemerintah kota Medan (Dinas
lain, yaitu belum menerapkan program
Kebersihan)
“6M”
menggambarkan
seperti
ramah
Solusi Pengolahan Sampah Ditawarkan Di Sekolah
lapangan. Kondisi
dan
bahwa
masih
melaksanakan
sepenuhnya.
Sesuai
hasil
pengolahan sampah dengan menggunakan
wawancara dengan beberapa guru dan
sistem TPS-TPA. Itu pun masih belum
kepala
maksimal sehingga sampah masih berada
bahwa sampah yang ada di sekolah masih
di mana-mana. Menurut Irawati (2002)
belum sepenuhnya terkelolah dengan baik.
Pengolahan
diterapkan
Menurut informasi dan hasil observasi
yaitu:
mengurangi,
langsung menunjukkan bahwa sampah
kembali,
mengganti,
yang ada di sekitar sekolah tertimbun
budaya
sampah
“6M”
menggunakan memisahkan,
perlu
mendaur
ulang,
dan
sekolah
didapatkan
informasi
hingga mencapai 1 m dan ini dibiarkan
mengompos. Program “6M” merupakan
sampai
upaya pengolahan sampah rumah tangga
menimbulkan
yang dapat dilakukan oleh pemukiman,
mempengaruhi
pertokoan, pasar, fasilitas umum, industri,
Beberapa
dan layanan kesehatan misalnya Rumah
pengelolaan sampah yang ditawarkan
Sakit atau Puskesmas, dan fasilitas umum
untuk mengatasi masalah sampah yang
misalnya Gelanggang Olah Raga dan
ada di sekolah-sekolah adalah:
berminggu-minggu bau
busuk
proses
pendekatan
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
sehigga dan
dapat
pembelajaran. dan
teknologi
Page 9
Jurnal Biology Science & Education 2014
1. Teknologi Komposting: Pengomposan
ANGGI TIAS. P
lebih luas memiliki peluang yang
adalah salah satu cara pengolahan
cukup
sampah
proses
pengolahan sampah secara mandiri.
dekomposisi dan stabilisasi bahan
Model pengelolaan sampah mandiri
secara biologis dengan produk akhir
akan memberikan manfaat lebih baik
yang cukup stabil untuk digunakan di
terhadap
lahan pertanian tanpa pengaruh yang
mengurangi beban TPA.
yang
merupakan
besar
untuk
melakukan
lingkungan
serta
dapat
merugikan (Haug, 1980). Penelitian
3. Pendauran ulang sampah menjadi
yang dilakukan oleh Wahyu (2008)
produk yang bisa digunakan untuk
menemukan
keperluan
bahwa
pengomposan
sehari-hari.
Misalnya
dengan menggunakan metode yang
sampah plastic atau kardus dibuat
lebih
mampu
menjadi tas, dompet, dan baju. Selain
menghasilkan kompos yang memiliki
itu, sampah dari botol atau kaleng-
butiran lebih halus, kandungan C, N,
kaleng bekas dapat dibuat menjadi vas
P, K lebih tinggi dan pH, C/N rasio,
bunga atau kerajinan lain yang bernilai
dan kandungan Colform yang lebih
ekonomi.
modern
rendah
(aerasi)
dibandingkan
dengan
4. Teknologi bioethanol: menggunakan
pengomposan secara
konvensional.
sampah
organic
cair
Pengolahan
dengan
sebagai
bahan
baku
sampah
cara
padat
pembuatan
pengomposan sudah dilakukan di TPA
bioethanol.
buku deru-deru kota Medan tetapi
khususnya diberikan pelatihan tentang
masih secara konvensional.
bagaimana
2. Pengelolaan
sampah
mandiri:
Pengolahan sampah mandiri adalah pengolahan sampah yang dilakukan oleh
masyarakat/siswa
cair
SMA
pemanfaatan dan
padat
pada
sampah menjadi
biethanol dengan teknik fermentasi. 5. Memperkenalkan
kepada
siswa
lokasi
tentang bagaimana cara mengenali
sumber sampah seperti di rumah-
sampah berdasrkan sifatnya sehingga
rumah
siswa diharapkan mampu memisahkan
Masyaraka/pihak
di
organic
Siswa
atau
tangga/sekolah. sekolaht
yang
sampah sesuai dengan sifatnya dengan
umumnya memiliki ruang pekarangan BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 10
Jurnal Biology Science & Education 2014
ANGGI TIAS. P
tujuan agar mudah didaur ulang atau
lingkungan dan seluruhkota agar selalu
lebih mudah dikelolah.
tertata rapi dan asri.
6. Meminta bantuan kepada pemerintah dan perusahaan untuk menyiapkan bak sampah
kepada
seluruh
sekolah-
sekolah yang ada di kota medan Melalui
cara
ini
diharapkan
setidaknya masalah persampahan yang ada di sekolah-sekolah pada khususnya dapat dipecahkan, disamping itu proses daur ulang limbah yang ada dapat bermanfaat untuk bahan baku sektor industri manufaktur (untuk sampah non organik),
industri
pertanian/agribisnis,
maupun untuk penataan pertamanan dan penghijauan kota (untuk sampah organik). KESIMPULAN Model hendaknya
pengolahan
sampah
melibatkan
berbagai
komponen pemangku kepentingan dan memperhatikan
karakteristik
sampah,
karakteristik perkotaan serta keberadaan sosial-budaya
masyarakat
setempat.Pengolahan sampah tanpa sisa, mulaipengumpulandanpengangkutan hingga
pengolahan
barang
bermanfaat
sekitar.
Perlu
sampah untuk
adanya
menjadi
masyarakat peningkatan
motivasi segenap lapisanmasyarakat untuk peduli terhadap sampah, serta menjaga
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Graha Ilmu. Yogyakarta Apriadji, Wied H. 2005. Memproses sampah. Penebar Swadaya. Jakarta Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta Aryenti. 2011. Peningkatan Peranserta Masyarakat Melalui Gerakan Menabung Pada Bank Sampah Di Kelurahan Babakan Surabaya, Kiaracondong Bandung. Jurnal Pemukiman, Vol 6 (1), p. 40-46. . 2011. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Dengan Cara 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Di Lingkungan Permukiman Ditinjau Dari Segi Sosial Ekonomi Masyarakat. Jurnal Permukiman, Vol 6 (2), p. 75-83. Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung Bungin, H. M. Burhan. 2009. Penelitian Kuantitatif. Prenada Media Group. Jakarta Cakra. 2011. Edisi I Agustus Halaman Kota Gunungsitoli. 06 Agustus 2011. http://suratkabarcakra.blogspot.co m/2011/08/edisi-i-agustus-2011halaman-gunung.html Hermawan, Yoni., Roesman, O. H. 2008. Perilaku Pedagang Sayur Dalam Mengelola Lingkungan Hidup. Jurnal Bumi Lestari, Vol 8(2), p. 186-192 KJ Veeger. 1990. Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu-Masyarakat dalam
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 11
Jurnal Biology Science & Education 2014
Cakrawala Sejarah Sosiologi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Mario. 2011. Sampah Menumpuk Di Kantor Walikota Gunungsitoli. Harian Nias Bangkit. 18 Agustus 2011. http://www.niasbangkit.com/2011/08/sampahmenumpuk-di-kantor-wali-kotagunungsitoli/ Muchtar, Rusdi. 1994. Aspek Sosial Budaya Kebiasaan Membuang Sampah. Jurnal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, p. 93-101 Nias, Bangkit. 2012. Martinus Lase : Semua Permintaan Warga Telah Dipenuhi. 6 Juli 2012. http://www.niasbangkit.com/2012/07/martinuslase-semua-permintaan-wargatelah-dipenuhi/ Pariartha Wana W. I. 2011. Sikap Pedagang Kaki Lima Terhadap Lingkungan Di Kota Denpasar. Jurnal Permukiman, Vol 2(1), p. 159-166 Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung Riyanto, S., Darwin, M., Rahmawati. A. 2010. „Korelasi antara pengetahuan dan sikap masyarakat. 25 Januari 2010. http://zaifbio.wordpress.com/2010/ 01/25/korelasi-antarapengetahuan-dan-sikapmasyarakat-terhadap-pemilahansampah-kering-dan-basah-di-desapendem-kecamatan-junrejo-kotabatu/ Ritzer, George. 2003. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Santoso, Urip. 2009. Pengendalian Lingkungan Hidup Untuk Meraih
ANGGI TIAS. P
Adipura. Jurnal Urip Santoso, p. 1-12 Satori, Mohamad. 2010. Pengolahan Sampah Terpadu 3R, Era Baru Manajemen Kota. LPPM. 25 Oktober 2010. http://litabamassb.info/pengelolaan-sampahterpadu-3r-era-baru-manajemensampah-kota/ Sudrajat. 2002. Mengelola Sampah. Penebar Swadaya. Jakarta Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Tchobanoglous, George. Theisen, Hilary. Vigil, Samuel. 1993, Integrated Solis Waste Managemen. McGraww-Hill. New York Widyamoko, H., dkk. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. Abdi Tandur. Jakarta
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 12