WACANA BAHASA INDONESIA DAN PENGAJARANI\IYA Oleh:
FIKIP UNTVf,
-frilIT
ffiTi
MAGELANG
ABSTMCT Discorse is part of linguistic study. '4s a lingaistict study, discourse is placedin the highest Rank Discourse study includes sentence, phrase, clause, fragment and conplete discourse. The discourse can be analyzed from the various point of view, for examples an analyisis of discourse element and sentence analysis' Discourse analysis is one materials applied in teaching discourse, we can aply either deuctive or inductive pattern (model)
Key Word: discource, Iinguidicg teaching, deduc'tive, indudive
A.
PENDAHULUAN
Istilah wacana diadopsi dari kata discourse dalam bahasa lnggris. Dalam perkembangannya, wacana diangkat dalam istilah linguistik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa waiana rierupakan sitah satu cabang- ilmu bahas a (lingulsiik). Dalam linguistik, wacana berada pada tatara yang paling tinggi, di atas tataran kalimat. Banyak hal yang dikaji dari wacana. Dalam konteks tata bahasa, wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi (Kridalaksana 1,993 231). Dengan demikian wacana mengkaji tentang kalimat, frasa, klausa, paragraf, penggalan wacana, serta wacana utuh.
r24
VoL 9, No. 19, Nopember 2009
:
I 24-1 36
Berdasarkan uraian tentang cakupan kajian wacana di atas, tampaklah bahwa kaliimat memiliki tataran paling rendah dalam wacana. Selain itu, kalimat juga dapat dikatakan sebagai modal pernTbentukan wacana. Atas dasar uraian di atas, wacana adalah satuan bahasa di atas tatilran kalimat yang digunakan untuk berkornunikasi. Wacana sebagai alat komunikasi, dapat dianalisis dari berbagai'sudut pandang. Cakupan analisis wacana antara lain analisis elemen wacana, analisis ltubungan antar elemen, maupun analisis kalimat'kolimat sebagai satuan terkecil dari wqcqna. Analisis wacana juga merupakan salah satu nnateri pengajaran wacana. Kegiatan analisis wacana sebagai salah satu bentuk pengajaran berpola induktif.
1.
Strategi Pengajaran Wacana Pengajaran wacana, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi, tampaknya kurang bervariasi. Diikatan kurang bervariasi karena atas dasar amatan, pengajaran wacana masih banyak yang berpola deduktif. Pola pengaliaran deduktif adalat wacana diajarkan berangkat dari irtif un atau deskripsinya, kemudian pembelaj ar melanjutkan dengan membuat wacana atas pemahaman batasan wacana pada tiap jenis wacana. Melihat kenyataan pengajaran wacana seperti tersebut di atas, perlulah kiranya, strategi pengajaran wacana dikembangkan. Pengembangan strategi oengajaran wacana dengan pola induktif. Hal ini tidak berarti bahwa pola deduktif itu kuno, tetapi pengajaran wacana selain deduktif juga induktif. Pengajaran secara induhif adalah strategi pengajaran yang berangkat dari wujud wacana. Wujud wacana yang dimakud adalah wacana yang telah dihasilkan, baik lisan
t25
Wacana Bahasa Indonesia Dan Pengajarannya
(Ilari
ll/ahyono)
maupun tertulis, yang terhrang dalam berbagai jenis wacana. wacana tersebut kemudian dianalisis berdasarkan unsur pembentuknya. Dari arualisis tersebut, dikembangkan dengan menemukan ciri-ciri wacana atas dasarjenisnya. Pengembangan selanjutnya adalah mengarahkan mahasiswa, bflsa membuat wacana. Wacana yang dibuat
Dari wujud
dikembangkan atas dasar temuan mengenai ciri-ciri tiap jenis wacana. Strategi pengajaran deduktif dan induktif, diharapkan m&lnpu meningkatkan kompetensi mahasiswa.
t
Analisis Wacana Sebagai Strategi Pengajaran Induktif Analisis wacana sebagai salah satu wujud pengajaran secara induktif, dapat dilakukan untuk menemukan ciri-ciri tiap jenis wacana. Wacana dapat di analisis elemen-elemen pembentuknya dan hubungan antar elemennya. Selain itu, wacana dapat dianalisis dari bagian kalimat dengan selukbeluk kalimat itu sendiri. Dalam konteks ini, analisis wacana yang dikemukakan adalah analisis wacana tentang elemen.elemenrrya dan hubungan antar elemen. Analisis wacana dari segi kalimat, menjadi pembahasan tersendiri. Analisis kalimat dibicarakan pada bagian pengajaran kalimat secara induktif.
3.
Struktur Wacana Pada dasarnya, wacana terbentuk karena ada komponen pembentuk. Komponen pembentu wacana a"dalah informasi dan elemen pengungkap informasi. Kedua komponen bekerja sama untuk membentuk satu wacana yang utuh.
126
YoI. 9, No. ) 9, Nopember 20A9 : I 24-l 36
INFOMASI Letak Informasi Penting Di Atas Di bawah
Struktur Wacana ELEMEN Berdasarkan
Nilai Informasi
o Makala h Artikel
.
Kedudukan (relasi)
wacana
qr
berita
o o ;Skripsi o tesis
(d
J. a
c
.d
L{
d
g
3.1
Sifat Kehadiran
J
CI
! z
+ +: cl
c\
L
CB
-!
(* .E
tr
rc
cl
L
J v
C)
q)
s a
:
o
_v
Informasi Wacana
Wacana merupakan salah satu bentuk komunikasi, Sebagai salah satu bentuk komunikasi, tentu saja wacana menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada orang lain. Dengan demikian menunjukkan bahwa keberadaan informasi dalam wacana berarti sangat penting. Tidaklah mungkin wacana tidak memuat informasi. Berdasarkan sifat Informasi, dalam wacana mengandung 2 macam i nformasi. B erdasarkan sifatnya informasi ada y ang penting dan fidak penting. Informasi penting adalah bagian wacana yang harus dikemukakan. informasi ini menjadi bagian pokok dalam wacana. Informasi tidak penting memiliki pengertian bahwa kehadiran informasi tersebut dalam wacana sebagai penjelas informasi penting. Berdasarkan letak informasi, secara umum ada dua macam letak informasi, yaitu informasi penting terletak di bagian bawah dan ada wacana yang menyampaikan informasi pentingnya di bagian atas. Perbedaan letak informasi penting bergantung pada tujuan wacana dan dapat juga berdasarkan jenisnya.
r27
Wacana Bahasa Indonesia Dan Pengajarannya
(Iari
Wahyono)
Wacana yang memiliki informasi penting di bagian bawah biasanya wacana ilmiah. Dalam wacana ilmiah biasanya bagian awal menyampaikan konsep-konsep yang rnenjadi dasar pembahasan, barulah informasi penting disampaikan. Jenis wacana ini antara lain makalatq disetasi, tesis, skripsi, artikel ilmiah. Wacana yang memiliki intormasi penting di bagian awal biasanya terdapat dalam wacana berita. Dalam wacana berita Bagian awal disampaikan teniang pokok informasi, bagian selanjutnya bertugas sebagi penjelas informasi pokok.
3.2
EIemen-elemen Wacana Sebagai Bagian Analisis Komponen yang lain dari wacana, adalah komponen elemen. Sebenarnya elemen wacana merupakalr elemen yang penting. Tanpa elemen pembentuk wacana tidak dapat berdiri tegak, Dalam wacana terdapat berbagai unsur yang membentuk wacana. Unsur-unsur pembentuk wacana dapat dikelompokkan berdasarkan nilai informatif, sifat kehadirannya, dan kedudukon nya.
Berdasarkan nilai informasinya, elemen pembentuknya terdiri atas elemen inti dan elemen luar inti. Elemen inti adalah elemen yang meniadi sentra, atau pokok pembicaraan dalam wacana. Elemen luar inti adaiah elemen bersifat menjelaskan atau mengembangkan informasi inti. Berdasarkan sifat kehedirannya, elemen ada yang bersifat wajib dan mana suka. Elemen wajib mengandung pengertian bahwa elennen tersebut har,us hadir dalam wacana. Tanpa elemen wajib, pesan yang terkandung dalam wacana tidak dapat dimahami maksud yang sesungguhnya. Elemen manasuka memiliki kehadiran yang bersifat bebas, bisa hadir dan bisa tidak hadir Jika elemen manasuka tidak hadir, informasi masih tetap bisa di pahami. Berdasarkan kedudukannya, ada empat macam relasi. Keempat relasi yang dimaksud adalah relasi(l) koordinatif 128
VoL9, No.
19,
Nopember 2009: 124-136
(masing-masing bagian berkedudukan sama), (2) subordinatif (ada bagian yang berfungsi superordinat dan subordinat/bagian dari superordinat), (3) Atributif (ada superordinat dan subordinat atau elernen bawahan berelasi koordinati diberkedudukan sama), dan (4) komplemenaif masing-masing bagian saling rnelengkapi, tidak ada elemen atasan dan bawahan, elemen inti dan atribut, misalnya makalah).
(
4.
HuburnganAntarelemen Wacana dapat juga dianalisis mengenai hubungannya. Hubungan yang dimaksud adalah bahwa dalam wacana ada unsur yang menjadi pengait bentuk antar bagian (kohesi) dan pengait hubungan secara semantis (koherensr). Kohesi dan koherensi bertugas sebagai pembentuk wacana yang padu.
BAGAN HUtsUNGAN ANTAR ELEMEN KOHESI leksikal sramatikal
losis
KOFIERENSI pentahapan kronologis
penan
Sebagai alat pemadu antar bagain, kohesi terbagi atas dua macam, yaitu kohesi gramntikal dan kohesi leksikal Kohesi gramatikal adalah l<eterkaitan gramatikal antara bagian-bagian dalam wacana. Kohesi leksikal keterkaital antar a b agian-b agi an wacana (B aryad i 2002 : l8). Kohesi gramatikal terinci menjadi empiat bagian, yaitu (1\ penunjulran (anafioris dan kataforis), (2) penggctntian (pengganti persona dan atau lokatif) , (3) pelesapan (proposisi yang lesaplZ, dan (4) perangkaian Kohesi leksikal dapat dirinci menjadi lima rincian. Kelima rincian tersebut adalah (l) pengulangan (pengulangan kata/bagian pokok), (2) hiponiml (bagian secara hirarkis), (3) sinonim 129
Ilacana Bahasa Indonesia Dan Pengajarannya
(Ilari
Wahyono)
(beda kata makna sama), (4) antoniml (perlawanan kata), dan
(5)
kolokasi (makna yang berdekatan). Berikut ini
dipaparkan mengenai bagan kohesi gramatikal dan leksikal. Bagan Kohesi Gramatika Wacana (referansi) Pelesapan Penggantian Penunjukan (substitusion) (ellypsis
. lnl
o berikut
Persona
L o
k a
ti o itu
.
f
berikut ini
Ia Dia
s
i n
i o'tersebut
o
lnt
Nya
s
it o diatas
.
u
begini
Mereka
s
a
n a
o demikia
o
demikia
o
yakin
no besini o besitu
beliau
n
130
a
kohesi
Perangk aian (conjung tion) Ditamba h lagi lebih lagi
I
VoL9,No.
19,
Nopember 2009: 121-136
Bagan Kohesi Leksikal Wacana Pengulangan
Hiponimi
(reiteration)
Sinonim
Antoni
Kolokas
(synonim)
miant (anton ymi) Lawan kata
i (collocat ion) Makna
Mengulang kata
Hubungan hirarkis
Makna sama
Kata pokok di ulang pada bagian berikutnya
Mata, telinga hidung, pipi, mulut (hiponimi dari keoala)
Naik:meningkat Lebih-rambah
pendeka
tan
Pergix pulang
Mati:al marhum
Koherensi (keterkaitan makna semantis) terinct beberapa, yaitu (1) koherensi logis (kausalita, kontras, aditif, rincian, temporal), (2) koherensi kronologis (konjungsi: temporal, hubungan kala, hubungan aspek), (3) koherensi pentahapan (kegiatan dilakukan secara bertahap, dan (4) kohesi perian.
MACAM DAN CIRI KOHERENSI Macam koherensi
Ciri koherensi
Penanda koherensi
Jenis
wacana
a b0
o
Kausalitas Kontras
. oleh sebab
itu
.. akantetapi
Aditif
. disamnineh itu
funcian
. dibedakan ..
l3l
0 a
.
o
. .
o IA
J4
c).:
I{acana Bahasa Indorvsia Dan Pengajarannya
Temporal Hubungan temooral Hubunean kala Hubungan
v) b0
o o
o ,i4
Pada awal .. Lalu, kemudiarl sesudah
itu
Dulu, sekarang
Akan, belurn,
sudah
asoek Pentahapan
ncran
Kegiatan
(IIari Wahyono)
Setelah
itu, kemud,iarl
terhadap
lalu
nnclan
dibedakan. meniadi
a d (n
tr Prosedural
deskriosi
Tiap-tiap jenis wacana (terutama tertulis) memiliki ciri koherensi yang berbeda. lSecara umum dapat dikernukakan sebagai berikut. Koherensi logis banyak ditemnrkan dalam wacana eksposisi. Koherensi kronologis, dapat dijumpai di wacana narasi. Sedangkan koherensi pentahapan dan kohesi perian, masing masing terdapat pada wacana prosedural dan wacana deskripsi.
Jenis jenis Wacana Secara umumr jenis wacana yang kita kenal ada lima, yaitu (1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argur'.nentasi, dan (5) persuasi. Kelima jenis wacana tersebut di ataslah yang sering dijadikan sebagai bahan pengajaran wacana. Sebenarnya jika dikaji lebih dalam mengenai jenis-jenis wacana, terdapat lebih dari lflma jenis wacana. Baryadi 2002 (9-14) mengemukakan bahwa jenis -jenis wacana dapat dibedakan dengan dasar tertentu. Dasar media yang dipakai klasifikasi jenis wacana antara lain (2) partisipan keaktifan komunikasi, (3) untuk mewujudkannya, tujuan pembuatan wacana, (4) bentuk wacana, (5) langsung tidaknya mengungkapkan, (6) genre sastra, (7) isi wacana leebih. Lebih lanjut aneka jenis wacana dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
(l)
132
VoL9, No.
19,
Nopember 2009 : 124-136
MACAM-MACAM WACANA NO 1
DASAR
l.
MEDIA
2. 2
KEAKTIFAN PARTISIPAN
J
TUruAN
JSNIS WACANA Wacana Lisan Wacana tertulis WacanaMonolog Wacana Dialce Wacana naratif Wacana deskriotif Wacana eksposisi Wacana arsumentatif Wacana persuasif
l. 2. l. 2. 3. 4. 5. 6. Wacana informatif 7. Wacana prosedural 8. Wacana hortaton 9. Wacana rezulatif 10. Wacana humor I l. Wacana iurnalistik
4
1.
BENTIJK
2. 3. 4. 5
1.
KELANGSUNGAN
6
GENRE SASTRA
7
ISI
2. l. 2. 3.
1.
2. 3. 4. 133
Wacana eoistulari Wacana kartun Wacana komik Wacana mantra Wacana lanesuns Wacana tidak lanssuns Wacana Drosa Wacana puisi Wacana drama Wacana politik Wacana olah rasa Wacana ilmiah Wacana pertanian. dll
Il'acana Bahasa Indonesia Dan Pengajarannya
(IIari Wahyono)
Standard Kompetensi Standard kompetensi tentang wacana yang harus dmiliki mahasiswa rsebagai calon guru, mencakupi (1) kecakapan kognitif: mengetahui dan memahami wacana tentang hakikatnya, unsurunsur pembangun wacana, hubungan antar elemen, menganalisis wacana, (2) kecakapan psikomotorik: mampu membuat rwacana, dan (3) kecakaphn efektif: membuat wacana berdasarkan pada ciri dan kaidah bahasa Indonesia. Berdasarkan ketiga kecakapan di atas, dapat dirumuskan mengenai standard kompetensi yang harus dimiliki malnasiswa, Adapun standard kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa yaitu: rnampu menganalisis berbagai jenis wacana didasarkan pada unsur pembentuk wacana, hingga ditemukannya ciri-ciri tiap jenis wacana, 2) rnampu membuat wacana (berbagaijenis) berdasarkan ciri-ciri ttiap jenis wacana. 3) Nlampu membuat materi ajar tentang wacana.
l)
Tuj uan Pengajaran Wacana Wacana dengan berbagai seluk-beluknya diajark an agar.
1) mahasiswa mampu memahami ciri-ciri tiap jenis
2) 3)
wacana berdasarkan temuan dari analisis yang dilakukan, mahasiswa mampu membuat wacana dalam berbagai jenis berdasarkan ciri-ciri tiap wacana, dan dapat rnembuat materi ajar wacana.
t34
Vol. 9, No.
19,
Nopember 2009 : I 24-l 36
DAF'TAR PUSTAKA
Alwi,
At. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.
Hasarn et-
Baryadi,, I' P^rqptom o. 2002. Dasar4asar ,onarisis wacana daram ttmu Bahasa. yogyakarta: pustaka Gondo Suli.
Brown, Giillian dan George
yule.
l9gl. Discourse Analysis. Carmbridge: Cambridge University press.
Ibrahim,_
Abd. Syukur. 1993 Kajian Tindnktutur.
Usaha Nasional.
Surabaya:
Leech,.Goeffrey 19g6. principles of pragmatics. New york: LOngman.
Levinson,S.t:*f C. 19g3. pragmatics. New york: press. unrversrty
Mey, Jacob Well.
L. Igg3. progmatics An Introduction.
Cambridge
USA: Black
Purwo,. Mambang Kaswanti. lgg4. Deiksis dolam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. Rustono. 1989. pokok_pokok pragmatik, Semarang: CV IKIP Semarang press. Samsuri. 1986. Analisi Wacana. Malang: IKIp Malang.
135
Wacana Bahasa Indotpsia Dan Pengajarannya
(Hari Wahyono)
Suparno dan Martutik. 1998. lYaeqnqBahasa Infunesia. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tallei. 1988. Analisis Wacana (Suatu Pengantar). Manado: Bina Patria.
Wedhawati" Gloria Supomo, dan Laginern. 1979. Wacana
Bahasa' Jawa. Jakarta: Pusat Pernbinaan
dan
Pengembangan Bahasa
Wong Khek Seng. 1995. Kesinambungan Topik Dalam Bahasa Melayu. Selangor: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka.
Ralat:
Transformatika kali ini terdapat kesalahan penulisan running title vol.9 Nc.l9 2009, yang benar : Nomor 19 Tahun ke - 9 November 2009, demikian ralat Redaksi PimPinan Tertanda
iuiul"nnuitan
ini.
iil;;b..
T36
{