4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Kabupaten Banyuwangi terletak diantara koordinat 7o43` - 8o46` Lintang Selatan (LS) dan 113o53` - 114o38` Bujur Timur (BT) dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010) : 1. Sebelah Utara
:
Kabupaten Situbondo dan Bondowoso
2. Sebelah Timur
:
Selat Bali
3. Sebelah Selatan
:
Samudra Indonesia
4. Sebelah Barat
:
Kabupaten Jember dan Bondowoso
Wilayahnya yang berbatasan langsung dengan dua perairan yang berpotensi tinggi, yaitu perairan Selat Bali dan Samudra Hindia, menjadikan Kabupaten Banyuwangi daerah yang potensial di bidang perikanan dan merupakan salah satu daerah perikanan utama di Jawa Timur. Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km yang membujur sepanjang batas Selatan dan Timur Kabupaten Banyuwangi serta dengan jumlah pulau sebanyak 10 buah. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi 5.782,5 km2 dibagi dalam wilayah administrasi yaitu 24 Kecamatan dan 189 Desa serta 28 Kelurahan (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian 0-1000 meter diatas permukaan laut, yang merupakan dataran rendah, sedikit miring arah Barat Laut ke Tenggara. Dataran tinggi terletak dibagian Barat dan Utara dimana terdapat gunung-gunung yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, Bondowoso dan Jember. Sedangkan bagian timur dan selatan ± 75% merupakan dataran rendah persawahan. Jenis tanah yang ada di kabupaten Banyuwangi merupakan tanah jenis Regosol, Lathosol, Podsolik, dan Gambut (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). 2) Keadaan iklim Daerah Kabupaten Banyuwangi memiliki iklim tropis dengan suhu ratarata 25o-29o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun
22
dijumpai periode bulan basah, bulan lembab dan bulan kering (theory oldeman) dimana bulan basah dengan curah hujan diatas 200 mm yaitu vulan Januari, Mei, dan Oktober dengan rata-rata hari hujan berturut-turut 20, 24, dan 29. Sedangkan bulan kering adalah bulan Juli, September, dan November dengan curah hujan dibawah 100 mm, bulan-bulan yang lain merupakan bulan lembab dengan tingkat curah hujan rata-rata 100-200 mm. Menurut perhitungan Schmidt-Ferguson, tahun 2010 dikategorikan mempunyai iklim sangat basah dikarenakan perbandingan antara rata-rata banyaknya bulan-bulan kering dan rata-rata banyaknya bulan basah berada di level 0-0,143 (yang dikategorikan iklim sangat basah) (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Tabel 5 Curah hujan dan hari hujan tahun 2010 No
Bulan
Suhu(Co)
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan
1
Januari
27,0
306,0
20
2
Februari
27,6
112,3
14
3
Maret
28,8
163,7
14
4
April
28,1
181,7
14
5
Mei
28,1
288,2
24
6
Juni
27,3
154,1
16
7
Juli
26,8
98,3
17
8
Agustus
26,7
122,0
15
9
September
27,6
80,7
13
10
Oktober
27,8
207,7
19
11
November
28,8
33,7
13
12
Desember
27,5
139,4
20
Rata-rata
27,7 1.887,8
199
Jumlah
Sumber : Badan Meteorologi dalam Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010
3) Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010 sebesar 1.613.474 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut yang bermatapencaharian sebagai
23
nelayan / perikanan sebesar 30.535 orang atau 1,98% dari total penduduk yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi dengan rincian sebagai berikut : Tabel 6 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian sektor perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun 2009 No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2 3
Nelayan perairan umum Pembudidaya ikan Nelayan penangkap ikan di laut
2.150 5.430 22.955
7,04 17,78 75,18
Jumlah
30.535
100
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010
Kondisi penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan berada di 11 (sebelas) kecamatan berpantai yakni Wongsorejo, Muncar, Pesanggaran, Purworejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Silirragung, Rogojampi, Bangorejo, dan Tegaldlimo, sedangkan untuk pembudidaya tambak (payau) dan pembenihan (hatchery) berada di 8 (delapan) Kecamatan, namun yang masih beroperasi hanya berada di 2 (dua) Kecamatan yakni, Wongsorejo dan Kalipuro, pembudidaya ikan tawar terdapat dihampir semua kecamatan sewilayah Kabupaten Banyuwangi (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). 4.1.2 Keadaan wilayah laut, pesisir, pantai dan sungai Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah laut dimana Selat Bali yang terletak di sebelah Timur dengan dominasi ikan permukaan (pelagis), dan hasil terbesar yaitu ikan lemuru (Sardinella lemuru) serta Samudra Indonesia yang terletak di sebelah Selatan dengan dominasi ikan demersal di samping ikan pelagis kecil dan besar. Banyuwangi mempunyai pesisir pantai sepanjang ± 282 km, beberapa wiyah pesisir merupakan lahan yang potensial bagi budidaya air payau/ tambak, pembenihan udang windu (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Kabupaten Banyuwangi memiliki 81 sungai dengan panjang keseluruhan mencapai ± 735 km yang berfungsi untuk pertanian, perikanan, dan lain – lain. Sungai – sungai tersebut ada yang bermuara di Selat Bali yaitu Sungai Lo, Sungai Setail, Sungai Kalibaru, Sungai Sepanjang, serta Sungai Kempit. Selain itu juga terdapat 7 waduk dengan luas mencapai 4,0 ha serta 2 rawa luasnya mencapai 1,5 ha (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010).
24
4.1.3 Keadaan umum perikanan di Kabupaten Banyuwangi Wilayah perairan di Kabupaten Banyuwangi yang dibatasi oleh lautan yaitu Selat Bali di sebelah Timur dan Samudra Hindia di sebelah Selatan merupakan salah satu daerah perikanan utama di Jawa Timur. Sesuai dengan potensi sumberdaya perikanan yang tersedia, maka peningkatan kontribusi sub sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Banyuwangi dilaksanakan melalui peningkatan
usaha-usaha
diversifikasi,
intensifikasi,
ekstensifikasi,
dan
rehabilitasi yang meliputi usaha penangkapan di perairan umum, rehabilitasi hutan mangrove, dan terumbu karang. Pengembangan produksi tersebut memenuhi konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, sedangkan komoditas-komoditas yang mempunyai pasaran baik di luar negeri diarahkan untuk ekspor (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Selat Bali yang luasnya 960 mil2 memiliki potensi penangkapan maksimum lestari (MSY) untuk ikan pelagis dengan hasil ikan yakni lemuru (Sardinella lemuru) sebesar 46.400 ton dan untuk Muncar memiliki MSY 25.256 ton / tahun. Sedangkan untuk jenis ikan dasar, ikan hias, nener, dan benur belum ada penelitian, namun demikian sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar. Samudra Indonesia yang luasnya ± 2.000 mil2 (belum termasuk Zona Ekonomi eksklusif 200 mil) dengan basis utamanya Pancer dan Grajagan memiliki potensi lestari sebesar 212.500 ton / tahun yang terdiri dari ikan demersal sebesar 103.000 ton / tahun dan ikan permukaan sebesar 109.500 ton / tahun. Tingkat pengusahaan sumberdaya perikanan dan kelautan di Selat Bali sudah dilakukan secara intensif sehingga dinyatakan padat tangkap, sedangkan tingkat pengusahaan di perairan Samudra Indonesia masih relatif rendah sehingga masih memungkinkan untuk ditingkatkan beberapa kali lipat, dan pengusahaan di ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) 200 mil masih perlu untuk di eksploitasi (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Usaha penangkapan di perairan pantai yang masih potensial dilaksanakan melalui motorisasi dan modernisasi unit penangkapan. Jenis alat tangkap yang dikembangkan adalah trammel net, gillnet, pancing rawai, dan purse seine dengan menggunakan perahu motor tempel dan kapal motor (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010).
25
Tabel 7 Perkembangan armada perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun 20092010 2009 2010 Kecamatan PTM PMT KM PTM PMT KM Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo Jumlah
35 52 15 25 34 22 183
4.454 472 395 420 403 210 52 512 225 7.143
624 70 440 1.134
67 18 40 47 12 32 32 20 30 298
3.604 410 456 345 220 240 65 375 80 5.795
715 105 170 72 63 72 50 140 135 1.522
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010
Tabel
diatas
menjelaskan
bahwa
armada
perikanan
Kabupaten
Banyuwangi mengalami penurunan sebesar 11,08 % pada tahun 2010, yaitu berkurang 845 unit dari tahun 2009. Armada paling banyak yaitu pada kecamatan Muncar sebanyak 4386 unit pada tahun 2010, sedangkan armada paling sedikit terdapat di kecamatan Kabat yaitu sebanyak 147 unit pada tahun 2010. Alat tangkap yang terdapat di Kabupaten banyuwangi jenisnya sangat bervariasi. Banyak sekali alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan. Alat tangkap yang paling dominan di Kabupaten Banyuwangi adalah pancing dengan jumlah 4190 unit. Alat tangkap ini banyak digunakan karena pengoperasian alat ini terhitung mudah dan tidak memerlukan banyak modal. Sedangkan alat tangkap yang paling sedikit di wilayah ini yaitu pukat pantai dengan jumlah 25 unit. Alat tangkap ini sedikit digunakan karena hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap ini tidak terlalu besar, sehingga masyarakat enggan untuk menggunakan alat tangkap ini, sedangkan alat tangkap yang banyak menangkap ikan yaitu pukat cincin, alat tangkap ini banyak dijumpai di wilayah Kecamatan Muncar. Pukat cincin menyumbang produk perikanan yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi, ikan yang ditangkap khususnya ikan lemuru yang merupakan komoditas paling utama yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi Jumlah alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 8.
26
Tabel 8 Jumlah alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010
Kalipuro
Banyuwangi
Kabat
Rogojampi
Muncar
Tegaldlimo
Purwoharjo
Pesanggaran
10
30
11
5
-
42
-
20
-
118
Pukat Pantai
-
-
25
-
-
-
-
-
-
25
3
Pukat Cincin
-
-
-
-
-
203
-
13
4
220
4
J.Insang Hanyut
6
80
-
6
185
384
-
41
32
734
5
J.Insang Tetap
-
-
-
-
-
105
-
10
15
130
6
Bagan Tancap
-
-
-
-
-
136
-
-
-
136
7
Serok
-
-
-
-
-
224
-
-
-
224
8
Trammel Net
-
-
-
-
-
-
-
240
60
300
9
Rawai Tetap
-
-
-
-
-
-
-
35
40
75
10
Rawai Hanyut
-
-
10
-
-
321
-
-
-
331
11
Pancing Lain
850
810
235
40
417
1121
120
285
312
4190
12
Sero
-
-
-
-
-
142
-
-
142
142
13
Bubu
-
-
-
-
-
85
-
-
85
85
14
Perangkap lain
-
-
5
-
-
-
-
-
-
5
15
Lain-lain
23
-
-
-
-
1240
260
315
264
2102
No
Alat Tangkap
1
Payang
2
jumlah
Wongsorejo
Kecamatan
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010
Nelayan di daerah Banyuwangi di bagi menjadi dua jenis, yaitu nelayan juragan dengan anak buah kapal (pandega). Pandega di Kabupaten Banyuwangi jumlahnya lebih banyak dari juragan. Jumlah nelayan pada tahun 2010 sebanyak 22.955 jiwa. Bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang jumlah nelayannya 24.651 jiwa terjadi penurunan. Jumah juragan dan pandega yang paling banyak terdapat di Kecamatan Muncar, jumlahnya berturut-turut 1.908 dan 12.716 jiwa. Hal ini disebabkan alat tangkap yang terdapat di Kecamatan Muncar jumlahnya paling banyak di Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan jumlah juragan paling sedikit terdapat di Kecamatan Siliarung sebanyak 4 jiwa dan pandega yang jumlahnya paling sedikit terdapat di Kecamatan Bangorejo sebanyak 11 jiwa. Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 9.
27
Tabel 9 Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 No
Kecamatan
Juragan
Pandega
Jumlah
1.908
12.716
14.624
1
Muncar
2
Pesanggaran
382
1.140
1.522
3
Purwoharjo
750
1.652
2.402
4
Wongsorejo
370
805
1.175
5
Kalipuro
390
292
682
6
Banyuwangi
210
498
708
7
Kabat
62
120
182
8
Rogojampi
475
994
1.469
9
Tegaldlimo
117
42
159
10
Siliragung
4
12
16
11
Bangorejo
5
11
16
Jumlah
4.673
18.282
22.955
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010
Perkembangan
volume
produksi
hasil
tangkapan
di
Kabupaten
Banyuwangi secara umum mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010. Produksi perikanan paling besar di dominasi oleh Kecamatan Muncar sebesar ± 94,81 % dari semua produksi penangkapan ikan dilaut. Hal ini disebabkan karena usaha penangkapan ikan di Muncar merupakan sentra kegiatan perikanan di Kabupaten Banyuwangi, disamping itu kegiatan penangkapan ikan sudah dilaksanakan secara intensif dengan armada dan alat tangkap perikanan yang cukup memadai. Kecamatan Muncar juga memiliki banyak perusahaan pengolahan ikan. Ikan yang paling banyak diolah yaitu ikan lemuru, sebagian besar hasil tangkapan yang terdapat di Kecamatan Muncar ini yaitu ikan lemuru. Hal tersebut menjadikan Kecamatan Muncar merupakan penyumbang paling besar pendapatan dari sector perikanan yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan produksi perikanan paling kecil terdapat di Kecamatan Bangorejo, hal ini diakibatkan karena jumlah alat tangkap yang terdapat di kecamatan ini sedikit dan tidak didukung dengan armada yang memadai sehingga menyebabkan produksi di Kecamatan ini paling sedikit. Perkembangan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 10.
28
Tabel 10 Perkembangan volume produksi hasil tangkapan Kabupaten Banyuwangi tahun 2009-2010 2009 2010 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kecamatan
Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo Siliragung Bangorejo Jumlah
Produksi
Nilai produksi
Produksi
Nilai produksi
(ton)
(juta)
(ton)
(juta)
48.304,4 1.284,3 426,2 672,4 523,2 8,5 4,2 126,3 15,2 3,6 2,7 51.371
147.948,6 5.779,2 2.237,8 4.370,2 3.034,6 55,5 25,2 808,4 93 19,6 15 164.387,3
27.746,4 411,8 700,4 160,2 66,6 27,9 17 104,5 29 0 0 29.264,3
137.604,1 2.831,5 3.833,2 1.265,9 468,1 196,4 111,8 779,7 271,2 0 0 147.362,2
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010
Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu penyumbang produk perikanan di Indonesia. Produk perikanan yang dihasilkan sebagian besar berasal dari laut, sedangkan untuk perikanan budidaya belum begitu besar. Produk perikanan laut menduduki peringkat pertama di daerah Banyuwangi. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, bahwa di daerah banyuwangi terdapat beberapa jenis alat tangkap. Alat tangkap yang ada memiliki produktivitas yang berbeda – beda. Alat tangkap yang paling banyak produktivitasnya yaitu purse seine dengan jumlah hasil tangkapan yaitu 23.435,4 ton/tahun. Hal ini disebabkan karena alat tangkap ini mempunyai efektifitas penangkapan yang tinggi, sehingga dapat menangkap ikan dalam jumlah besar. Jumlah purse seine di Kabupaten Banyuwangi juga banyak, sehingga secara otomatis hasil tangkapan yang didapatkan oleh nelayan yang mengoperasikan alat tangkap purse seine juga banyak. Sedangkan alat tangkap yang mempunyai produktivitas paling rendah di Kabupaten Banyuwangi adalah alat tangkap bagan dengan jumlah hasil tangkapan 257,5 ton/tahun. Berikut ini adalah produksi penangkapan ikan di laut berdasarkan alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi.
29
Tabel 11 Produksi penangkapan ikan di laut berdasarkan alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 Produksi Nilai produksi No Alat Tangkap (Ton) Rp (juta) 23.435,4
100.573,2
2.240,5
15.760,1
Gill Net
946,8
6.407,1
4
P. Rawai
908,3
8.985,1
5
Pancing lainnya
1.005,5
10.694,3
6
Bagan
257,5
1.004,8
7
Lain-lain
470,2
3.937,8
29.264,3
147.362,3
1
Purse Seine
2
Payang
3
Jumlah
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010
4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar 4.2.1 Letak Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar terletak di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Muncar terletak di tepi pantai (Selat Bali) pada posisi 8o24’ – 8o30’ Lintang Selatan dan 114o15’38’’-114o21’5’’ Bujur Timur yang memiliki teluk bernama Teluk Pangpang, serta mempunyai panjang pantai yang mencapai 13 km dengan pendaratan ikan sepanjang 4,5 km (UPT PPP Muncar 2010). Jarak Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dengan pusat Kecamatan Muncar adalah 2 km atau sekitar 10 menit, dengan kota kabupaten Banyuwangi sejauh 37 km dengan lama perjalanan sekitar 1,5-2 jam, serta dengan ibukota provinsi adalah 332 km yang dapat ditempuh antara 8-9 jam, Kecamatan Muncar mempunyai penduduk sebanyak 140.125 jiwa dan masyarakatnya terutama dari segi struktur budaya nelayan dari suku Jawa, Madura, Osing, dan Bugis. Suku asli yang terdapat di Kecamatan Muncar yaitu suku Jawa, sedangkan suku pendatang yaitu suku Madura, Osing, dan Bugis. Suku pendatang rata – rata bermatapencaharian sebagai nelayan, hal ini disebabkan karena suku-suku pendatang mendatangi tempat – tempat yang dianggap mempunyai hasil tangkapan yang melimpah (UPT PPP Muncar 2010).
30
4.2.2 Unit penangkapan ikan 1) Kapal penangkapan ikan Kapal penangkapan ikan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu jenis kapal motor (KM), perahu motor temple (PMT), dan perahu tanpa motor (PTM). Kapal motor dibagi menjadi kapal motor kurang dari 5 GT, 5-10 GT , dan 10-30 GT. Jumlah armada penangkapan ikan di Muncar dari tahun 2001 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 2.
Tabel 12 Perkembangan jumlah kapal penangkapan ikan di Pelabuhan Pantai Muncar tahun 2001 - 2010 KM Tahun PTM PMT 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
48 29 48 215 121 121 96 96 121 121
1.151 1.112 1.208 1.705 1.070 1.070 1.401 1.401 676 676
Jumlah <5 GT 547 533 566 566 566 566 566 566 566 566
5-10 GT 258 258 253 319 319 319 319 319 319 319
10-30 GT 746 198 198 193 193 189 189 189 189 189
Jumlah 1551 989 1017 1078 1078 1074 1074 1074 1074 1074
Perkem -bangan (%)
2.750 2.130 2.273 2.998 2.269 2.265 2.571 2.571 1.871 1.871
-22,5 6,7 31,9 -24,3 -0,2 13,5 0 -27,2 0
Sumber : UPT PPP Muncar 2010
Tabel 12 diatas menjelaskan bahwa perkembangan armada penangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) muncar dari tahun 2001 sampai 2010 mengalami fluktuasi. Terjadi penambahan dan pengurangan armada dalam beberapa kurun waktu tesebut. Jenis kapal yang paling banyak dipakai di daerah Muncar yaitu jenis perahu motor tempel, hal ini dikarenakan perahu motor tempel dapat menempuh jarak wilayah penangkapan yang lebih jauh dari pada perahu tanpa motor, serta jika dibandingkan dengan kapal motor, harga perahu motor tempel lebih murah. Sedangkan jenis kapal yang paling sedikit di wilayah Muncar yaitu jenis perahu tanpa motor, hal ini dikarenakan daya jelajah mesin ini tidak
31
terlalu jauh, sehingga akan berpeluang mendapatkan hasil tangkapan yang sedikit. Biasanya perahu ini dipakai oleh nelayan kecil untuk sekedar memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
1800 1600
Jumlah armada ( unit )
1400 1200 1000
PTM
800
PMT KM
600 400 200 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Gambar 2 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPP Muncar tahun 2001-2010
Grafik diatas menjelaskan bahwa fluktuasi perahu tanpa motor di Muncar pada tahun 2001 sampai dengan 2010 tidak terlalu signifikan, hal ini terlihat dari jumlah perahu tanpa motor dari tahun 2001 sampai dengan 2010 kenaikan dan penurunannya tidak terlalu besar, tetapi dapat terlihat pada tahun 2003-2004 kenaikan jumlah perahu tanpa motor mencapai persentase lebih dari 100 %, setelah itu terjadi kenaikan dan penurunan tetapi tidak terlalu signifikan. Perkembangan yang terjadi pada perahu motor tempel di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar pada kurun waktu 2001 sampai dengan 2010 sama dengan perkembangan pada perahu tanpa motor. Tidak terjadi perubahan yang signifikan, hanya saja pada tahun 2008-2009 terjadi penurunan lebih dari 50 %. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan. Musim yang tidak menentu membuat nelayan tidak bisa memprediksi musimmusim yang banyak terdapat ikan, sehingga membuat nelayan tidak melaut.
32
Karena faktor tersebut membuat banyak kapal yang rusak, sehingga kapal motor tempel jumlahnya juga berkurang. Kapal motor di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dibagi dalam tiga jenis sesuai dengan penjelasan diatas. Jumlah paling banyak yaitu kapal motor dengan kapasitas kurang dari 5 GT. Jumlah ini stabil dari tahun 2003 sampai dengan 2010 sebanyak 566 unit. Sedangkan untuk kapal berkapasitas 5-10 GT jumlahnya terbanyak kedua. Jumlah paling banyak terdapat pada tahun 2004 dan stabil hingga tahun 2010. Kapal motor terakhir yang ada di muncar yaitu berkapasitas 10-30 GT, jumlahnya tidak terlalu besar, tetapi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya, jumlah kapal motor yang berkapasitas 10-30 GT di Muncar paling banyak. Jika dilihat pada grafik, terjadi penurunan jumlah kapal dengan kapasitas 10-30 GT, hal ini juga dikarenakan musim yang tidak menentu, sehingga dapat berdampak pada berkurangnya jumlah armada di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Penjabaran dari jumlah armada penangkapan di PPP Muncar dapat dilihat pada Gambar 3.
189 unit
121 unit
PTM 319 unit
PMT 676 unit
KM < 5 GT KM 5‐10 GT KM 10‐30 GT
566 unit
Gambar 3 Jumlah kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar tahun 2010
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kapal terbanyak pada tahun 2010 yaitu pada jenis perahu motor tempel dengan jumlah 676 unit (36,1 %), hal ini dikarenakan perahu motor tempel harganya lebih murah jika
33
dibandingkan dengan kapal motor dan daya jelajahnya lebih jauh jika dibandingkan dengan perahu tanpa motor. Diurutan kedua jumlah kapal paling banyak yaitu kapal motor berkapasitas kurang dari 5 GT sebanyak 566 unit (30,25 %), sedangkan posisi selanjutnya berturut-turut kapal motor 5-10 GT berjumlah 319 unit (17 %), kapal motor 10-30 GT berjumlah 189 unit (10,1 %) dan perahu tanpa motor berjumlah 121 unit (6,46 %). 2) Alat tangkap Alat tangkap yang dioperasikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar diantaranya purse Seine, payang, gill net, pancing tonda, rawai hanyut, pancing ulur, bagan tancap, sero (banjang), dan lain-lain. Perkembangan jumlah alat tangkap di Muncar dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Muncar tahun 2001-2010 Alat penangkapan ikan Tahun
purse
Pa-
gill
rawai
pancing
bagan
Seine
yang
net
hanyut
ulur
tancap
2001
190
94
102
102
305
2002
190
94
102
102
2003
190
93
102
2004
190
93
2005
142
2006
Jumlah
sero
lain-lain
142
138
454
1.527
304
174
149
455
1.570
102
305
174
149
455
1.570
102
102
305
174
149
455
1.570
112
276
181
342
174
142
894
2.263
166
112
276
181
442
174
142
1.012
2.510
2007
185
44
255
181
395
129
142
612
1.948
2008
185
44
255
181
395
129
142
788
2.124
2009
203
42
679
121
516
120
224
214
2.124
2010
203
42
679
121
516
120
224
214
2.124
Sumber : UPT PPP Muncar 2010
Perkembangan alat tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar jumlahnya naik turun setiap tahunnya. Penambahan alat tangkap paling besar terjadi pada tahun 2004-2005 yaitu sebesar 693 alat tangkap dan penurunan alat tangkap paling besar terjadi pada tahun 2006-2007 yaitu sebesar 562 alat tangkap. Jumlah alat tangkap paling banyak di Muncar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebanyak 2.510 unit, sedangkan jumlah alat tangkap paling sedikit terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 1.527 unit.
34
Jenis alat tangkap yang paling banyak di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar yaitu pancing ulur, dan gill net. Jumlah alat tangkap tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sedangkan pada alat tangkap payang, dari tahun 2001-2010 jumlahnya mengalami penurunan. Pada alat tangkap purse seine jumlahnya mengalami peningkatan setiap tahunnya, walaupun pada tahun 20042005 jumlahnya mengalami penurunan, tetapi secara keseluruhan rata-rata jumlahnya meningkat setiap tahunnya. Pada penelitian ini, objek yang dilihat adalah ikan lemuru, dan alat tangkap yang digunakan paling banyak digunakan untuk menangkap ikan lemuru yaitu purse seine, payang, dan bagan. Jumlah purse seine di Muncar berjumlah 1844 unit, pada alat tangkap payang jumlah lebih sedikit yaitu 770 unit sedangkan untuk alat tangkap bagan jumlahnya kedua terbanyak setelah purse seine yaitu 1510 unit. Perkembangan jumlah alat tangkap ini dapat dilihat pada tabel 10.
250
Jumlah (Unit)
200
150 Purse seine 100
Payang Bagan
50
0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun
Gambar 4 Perkembangan jumlah alat tangkap penangkap ikan lemuru di PPP Muncar tahun 2001-2010
Kapal yang digunakan dalam armada adalah jenis perahu motor tempel dengan kapasitas 15-30 GT. Muncar memiliki sistem penangkapan yang menggunakan alat tangkap purse seine menggunakan dua mesin. Untuk alat tangkap payang, jenis kapal yang digunakan yaitu perahu motor tempel dengan
35
kapasitas 2-5 GT. Sedangkan untuk alat tangkap bagan, kapal yang digunakan cukup untuk menuju ke daerah tempat bagan tersebut berada, sehingga tidak memerlukan kapal dengan kapasitas yang besar. Daerah pengoperasian alat tangkap diatas antara lain di daerah Pengambengan, Karangante, Senggrong, Teluk Pangpang, sedangkan untuk alat tangkap purse seine dapat dioperasikan lebih jauh karena kapal yang digunakan dapat menempuh jarak ke daerah penangkapan kapasitasnya juga lebih besar. Daerah pengoperasiannya yaitu Pondokimbo, Celikan Bawang, dan Pandean.
3) Nelayan Mata pencaharian yang ada di Muncar salah satunya yaitu nelayan. Di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar terdapat dua jenis nelayan, yaitu nelayan asli dan nelayan andon. Nelayan asli adalah nelayan yang bertempat tinggal di daerah Muncar dan seluruh waktunya digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Sedangkan nelayan andon adalah nelayan yang tempat tinggalnyanya terdapat di luar daerah Muncar atau dapat dikatakan sebagai nelayan pendatang. Nelayan ini biasanya berasal dari daerah Madura dan Bali. Jumlah nelayan andon dapat berubah sewaktu-waktu. Perubahan itu dapat berupa perubahan positif (penanbahan) ataupun negatif (pengurangan). Jumlah nelayan di Muncar dari tahun mengalami fluktuasi. Terjadi penambahan jumlah dan pengurangan jumlah nelayan di setiap tahunnya. Daerah Muncar pada tahun 2009-2010 mangalami penambahan jumlah nelayan. Penambahan jumlah nelayan terjadi pada tahun 2008-2009 yaitu sebesar 8,75 %, sedangkan pengurangan jumlah nelayan paling besar teradi pada tahun 2004-2005 yaitu sebesar -5,50 %. Tetapi secara umum, jumlah nelayan di Muncar mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah nelayan ini diakibatkan adanya banyaknya nelayan-nelayan yang berasal dari daerah luar Muncar bermigrasi ke daerah Muncar, sehingga terjadi penambahan nelayan. Penambahan nelayan ini mempengaruhi penambahan jumlah alat tangkap yang ada di daerah Muncar dari tahun 2006 sampai dengan 2010. Jumlah nelayan yang terdapat di daerah Muncar dapat dilihat pada Tabel 14.
36
Tabel 14 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar tahun 2001-2010 Nelayan (jiwa) Tahun Jumlah Perkembangan (%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : UPT PPP Muncar 2010
11.818 12.251 12.233 11.958 11.300 11.685 12.762 12.257 13.330 13.360
3,66 -0,14 -2,24 -5,50 3,40 9,21 -3,95 8,75 1,22