21
3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah Aceh. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan November 2010. Gambar 10 menunjukkan lokasi penelitian.
Peta Sebaran Kawasan Perikanan Tangkap Aceh besar
Gambar 10 Lokasi penelitian. 3.2
Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survey. Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara dan observasi lapangan dengan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder. 1) Data primer Pengumpulan data primer didapatkan dengan cara wawancara terstruktur kepada pelaku perikanan tangkap (stakeholder) berdasarkan panduan kuisioner dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan: 1) jumlah dan jenis alat tangkap, 2) jumlah dan jenis ikan pelagis, 3) ukuran kapal
22
dan alat tangkap purse seine, 4) aktivitas penangkapan, 5) data biaya operasional penangkapan dan 6) data harga ikan per kilogram dan total penghasilan per trip. Responden yang dituju adalah pemilik unit penangkapan purse seine (pukat langgar) sebanyak 10 responden, pedagang pengumpul (toke bangku) sebanyak 5 orang, nelayan purse seine sebanyak 50 responden, Pegawai Kantor UPTD Penangkapan TPI Lambada Lhok dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Besar sebanyak 7 responden. Data aktivitas penangkapan ikan juga akan dilakukan dengan wawancara langsung dengan nelayan/pawang purse seine. Data alat tangkap akan dikumpulkan melalui wawancara dengan nelayan dan pengamatan langsung terhadap ukuran (panjang dan lebar) dan bahan alat tangkap purse seine termasuk bagian-bagiannya pada saat nelayan melakukan perbaikan alat tangkap di darat. Data yang dikumpulkan untuk analisis kapasitas penangkapan purse seine yaitu: data fisik sejumlah armada purse seine (gross tonnage/GT dan kekuatan mesin), data aktivitas penangkapan (daerah penangkapan, lama trip, jumlah trip perbulan), data alat tangkap (panjang dan lebar jaring) dan data produksi hasil tangkapan (jumlah dan jenis ikan). Wawancara langsung dengan nelayan (pawang) dan pengamatan terhadap jumlah dan jenis ikan hasil tangkapan saat pendaratan ikan di TPI dilakukan untuk menambah keakuratan data tersebut di atas. 2) Data sekunder Data sekunder diambil dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Besar meliputi jumlah unit armada penangkap ikan, jumlah nelayan. Pendataan jumlah armada kapal purse seine yang ada di Kabupaten Aceh Besar. Data yang harus dikumpulkan untuk pendataan antara lain data fisik kapal, data aktivitas penangkapan dan data alat tangkap. Data yang dikumpulkan untuk mengestimasi Maximum Economic Yield (MEY) yaitu: biaya operasi penangkapan, harga ikan, dan komposisi produksi ikan hasil tangkapan purse seine (tahun 2005–2010). Data tersebut diperoleh melalui penelusuran pustaka dan studi literatur pada instansi terkait, baik di Kabupaten Aceh Besar maupun di Pemerintah Aceh. Tabel 2 menunjukkan data sekunder.
23
Tabel 2 Data sekunder berdasarkan sumber dan informasi yang diperoleh No 1.
Sumber Data
Keterangan
Dinas Kelautan dan Perikanan a. Hasil tangkapan, nilai produksi,dan jenis Kabupaten Aceh Besar. ikan b. Rencana strategis DKP Kabupaten Aceh Besar c. Jumlah dan jenis unit penangkapan.
2.
Badan Pusat Statistik Kabupaten a. Keadaan umum daerah penelitian Aceh Besar. b. Letak geografis daerah penelitian c. Jumlah penduduk dan d. Keadaan perikanan secara umum.
3.3
Analisis Data
3.3.1
Pengukuran kapasitas pemanfaatan Pengukuran kapasitas pemanfaatan (capacity utilization) dianalisis dengan
menggunakan
teknik
data
envelopment
analysis
(DEA),
analisis
data
menggunakan software AB.QM version 3.0, yang dilanjutkan menggunakan program microsoft excel version 2007. Dalam analisis tersebut menggunakan model panel data dengan multi input (terdiri dari input tetap (fixed input) dan input berubah (variable input)), single output (total tangkapan). Input tetap terdiri dari 1) volume kapal (GT), 2) mesin utama (PK), 3) panjang jaring (m). Variable input terdiri dari: 1) ABK (orang), 2) lampu (watt), 3) palkah (m3), dan 4) trip total. Langkah pertama tentukan vektor output sebagai u dan vektor input sebagai x. Ada m outputs, n inputs dan j unit penangkapan ikan atau pengamatan. Input dibagi menjadi fixed input (xf) dan variable input (xv.). Kapasitas output dan nilai pemanfaatan sempurna dari input, selanjutnya dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Tsitsika et al. 2008):
24
Max θ 1 θ , z ,λ
subject to J
θ1u jm ≤ ∑ z j u jm ,
(output dibandingkan DMU)
j =1
J
∑z j =1
j
x jn ≤ x jn ,
n∈ xj
j
x jn = λ jn x jn ,
n ∈ xv
J
∑z j =1
z j ≥ 0,
j = 1, 2,..., J ,
λ jn ≥ 0,
n = 1,2,....,N,
Keterangan:
θ1 uj xjn λ j
zj
= nilai pengukuran untuk setiap observasi (> 1) = output untuk tahun ke-j yaitu 1 output (hasil tangkapan) = input ke-n yang digunakan, terdiri dari 1 input tetap (jumlah upaya masing-masing alat tangkap) = tingkat penggunaan input variabel ke-n = intensitas penggunaan variabel zj adalah variabel intensitas untuk j tahun pengamatan; θ1 nilai efisiensi
teknis atau proporsi dengan mana output dapat ditingkatkan pada kondisi produksi pada tingkat kapasitas penuh; dan λ jn adalah rata-rata pemanfaatan variabel input (variabel input utilization rate, VIU), yaitu rasio penggunaan input secara optimum xjn terhadap pemanfaatan Inputan dari pengamatan xjn. Kapasitas output pada efisiensi teknis (technical efficiency capacity output, TECU) kemudian didefinisikan dengan menggandakan θ 1* dengan produksi sesungguhnya.
Kapasitas
pemanfaatan
(CU),
berdasarkan
pada
output
pengamatan, kemudian dihitung dengan persamaan berikut: TECU =
1 u = * * θ1 u θ1
Metode penghitungan ini kemungkinan besar mengandung bias, karena pembilang dalam penghitungan CU, output pengamatan, tidak dihasilkan pada tingkat efisiensi teknis. Untuk mengatasinya kedua input (baik variabel dan fixed)
25
harus dibatasi oleh kondisi sekarang. Efisiensi teknologi dari output, pada level observasi. Max θ 2 θ ,z
Subject to J
θ 2 u jm ≤ ∑ z j u jm ,
m = 1,2,....,m,
j =1
J
∑z j =1
j
x jn ≤x jn ,
n = 1,2,....,n,
z j ≥ 0,
j = 1,2,....,j,
λ jn ≥ 0,
n ∈ xv
Diasumsikan j=1,2....,J adalah jumlah kapal/perahu yang diobservasi sebagai decision making units (DMU). Keterangan:
θ1 = nilai pengukuran untuk setiap observasi (> 1) uj xjn
λj
zj
= output untuk tahun ke-j yaitu 2 output (hasil tangkapan dan biaya operasional) = input ke-n yang digunakan, terdiri dari 1 input tetap (jumlah input atau n=5) = tingkat penggunaan input variabel ke-n = intensitas penggunaan variabel
Efisiensi teknis kemudian diukur sebagai: TE =
1
θ
* 2
Keterangan: TE = Efisiensi teknis Kapasitas pemanfaatan dalam kondisi efisiensi teknis yang tak bias kemudian di hitung sebagai:
CU =
θ 2*u θ 2* = θ1*u θ1*
3.3.2 Pendugaan parameter ekonomi Model Gordon Schaefer digunakan untuk menganalisis model bioekonomi purse seine. Model bioekonomi yang digunakan adalah model bioekonomi statik
26
dengan harga tetap. Model ini disusun dari model parameter biologi, biaya operasi penangkapan dan harga ikan. Asumsi yang dipergunakan dalam model static Gordon Schaefer ini adalah harga ikan per kg (p) dan biaya penangkapan per unit upaya tangkap adalah konstan (Fauzi dan Anna
2005). Total penerimaan nelayan dari usaha
penangkapan (TR) adalah: TR = p.C keterangan: TR p C
= total revenue (penerimaan total) = harga rata-rata ikan hasil survey per kg (Rp) = jumlah produksi ikan (kg)
Total biaya penangkapan (TC) dihitung dengan persamaan: TC = c.E keterangan: TC c E
= total cost (biaya penangkapan total) = total pengeluaran rata-rata unit penangkapan ikan (Rp) = jumlah upaya penangkapan untuk menangkap sumberdaya ikan (unit)
Sehingga keuntungan bersih usaha penangkapan ikan (π) adalah: π
= TR - TC
π
= p.C - c.E
π
= p (aE-bE2) – cE
3.3.3 Perumusan strategi Analisis yang digunakan untuk membuat perumusan strategi adalah analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan identifikasi yang sistematis dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan, peluang dan ancaman yang dihadapinya serta dari strategi yang menggambarkan paduan terbaik diantaranya. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan Kekuatan (Strengths) dan Peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan Kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats). Apabila diterapkan secara tepat, asumsi sederhana ini mempunyai implikasi yang berpengaruh untuk merancang suatu strategi yang berhasil. Tabel 3 dan 4 menunjukkan matrik IFAS dan matrik EFAS.
27
Tabel 3 Pembuatan Matrik IFAS Faktor Internal
Bobot
Rating
Bobot * Rating
Rating
Bobot * Rating
2. Kekuatan …………….
2. Kelemahan …………….
Total
1,0
Tabel 4 Pembuatan Matrik EFAS Faktor Internal
Bobot
1. Peluang …………….
2. Ancaman …………….
Total
1,0
Langkah-langkah pembuatan matrik IFAS dan EFAS adalah sebagai berikut (Rangkuti 2005): 1) Isi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemanahan pada IFAS dan serta peluang dan ancaman pada EFAS 2) Beri bobot pada kolom 2 antara 0-1, nilai 1,0 untuk faktor yang dianggap sangat penting dan 0,0 untuk faktor yang dianggap tidak penting 3) Beri nilai rating pada kolom 3. Rating adalah pengaruh yang diberikan factor, nilai 1 untuk pengaruh yang sangat kecil dan nilai 4 untuk pengaruh yang sangat besar 4) Kolom 4 adalah hasil perkalian bobot dan rating 5) Jumlahkan total skor yang didapatkan dari kolom 4. Nilai total menunjukkan reaksi organisasi terhadap faktor internal dan eksternal. Nilai 1,00-1,99 menunjukkan posisi internal atau eksternalnya rata-rata, sedangkan nilai 3,004,00 menunjukkan posisi internal atau eksternalnya kuat. Setelah membuat matrik IFAS dan matrik EFAS dilanjutkan dengan pembuatan matrik SWOT. Tabel 5 menunjukkan matrik SWOT.
28
Tabel 5 Matriks SWOT IFAS
EFAS Opportunities (O) ............................ Threaths (T) ............................
Strengths (S)
Weaknesses (W)
.....................
........................
.....................
........................
Strategi SO
Strategi WO
Strategi ST
Strategi WT
Langkah-langkah pembuatan matriks SWOT sebagai berikut 1) tulis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kolom yang telah ada, 2) cocokkan tiap pasang faktor sehingga terbentuk strategi SO, WO, ST dan WT dan catat semua strategi yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Setelah membuat matrik SWOT dilanjutkan dengan pembuatan matrik IE. Tabel 6 menunjukkan matrik internal eksternal (IE). Tabel 6 Matrik internal eksternal (IE) KEKUATAN INTERNAL BISNIS Tinggi (3,0-4,0)
STABILITY
Sedang (2,0-2,99)
Rendah (1-2,99)
5
4
Lemah (1,0-2,99)
3 RETRENCHMENT
GROWTH Konsentrasi melalui Integrasi horizontal
GROWTH Konsentrasi integrasi vertikal
Tinggi (3,0-4,0) DAYA TARIK INDUSTRI
Rata-rata (2,0-2,99)
2
1
Turnaround 6
GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal
Hati-hati
RETRENCHMENT
Captive Company atau Divestment
STABILITY Tak ada perubahan profit strategi
7
8
9
GROWTH Difersifikasi Konsentrik
GROWTH Difersifikasi Konglomerat
RETRENCHMENT Bangkrut atau Likuidasi
Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu 1) growt strategy merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2, dan 5), 2) stability strategy diterapkan tanpa mengubah arah startegi yang ditetapkan, 3) retrenchment strategy (sel 3, 6 dan 9) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.