PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Oleh: ALFI NUR SANTI NIM. 123911031
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: ALFI NUR SANTI
NIM
: 1239111031
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Semarang, 8 Juni 2016 Pembuat Penyataan,
Alfi Nur Santi NIM : 123911031
ii
KEMENTERIAN AGAMA R.I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387 PENGESAHAN Naskah skrispi berikut ini Judul : Problematika Pembelajaran Matematika Kelas V SD Islam Hidayatullah Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 Penulis : Alfi Nur Santi NIM : 123911031 Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah telah diajukan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Pengujii Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 8 Juni 2016 DEWAN PENGUJI Penguji I, Penguji II, . H. Fakrur Rozi,M.Ag NIP 19691220 199503 1 00 1 Penguji III,
Dr. H. Abdul Wahib, M.Ag NIP 19600615 199103 1 00 4 Penguji IV,
Drs. H. Sholeh Kaelani,M.Pd Aang Khunaifi,M.Ag NIP 19520219 198003 1 00 1 NIP 19771026 200501 1009 Pembimbing
Budi Cahyono, S.Pd, M.Si NIP. 19801215 200912 1 003
iii
NOTA DINAS Semarang, 8 Juni 2016. Kepada Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr.wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul
Nama NIM Jurusan
: Problematika Pembelajaran Matematika Kelas V SD Islam Hidayatullah Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 : Alfi Nur Santi : 123911031 : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah. Wassalamua’alaikum wr.wb.
Pembimbing,
Budi Cahyono, S.Pd, M.Si NIP. 19801215 200912 1 003
iv
ABSTRAK
Judul
: Problematika Pembelajaran Matematika Kelas V SD Islam Hidayatullah Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016
Penulis
: Alfi Nur Santi
NIM
: 123911031
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang problematika pembelajaran matematika dikelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang. Pertanyaan pelaksanaan
pembelajaran
penelitian terkait dengan
matematika,
dan
problematika
matematika di kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: Apa sajakah problematika pembelajaran matematika kelas VD SD Islam Hidayatullah
Semarang
Tahun
Pelajaran
2015/2016
?.
Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di SD Islam Hidayatullah Semarang dengan sumber data peserta didik, guru dan kepala sekolah untuk mendapatkan data tentang problematika pembelajaran matematika kelas V SD Islam Hidayatullah Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Problem yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu problem baik menyangkut masalah proses pembelajaran matematika maupun subjek yaitu siswa dan guru.
v
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang terdiri dari tahap perencanaan, pengumpulan data awal, data utama, dan data akhir, serta penyelesaian.. Datanya diperoleh berdasarkan observasi,
metode
angket,
interview
/
wawancara
dan
dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui proses triangulasi sumber dan metode. Semua data dianalisis dengan pendekatan Kualitatif dan metode analisis datanya dengan pengelompokkan sumber data hasil penelitian yang disajikan dalam analisis. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
matematika kelas VD SD Islam Hidayatullah kurang optimal dalam proses maupun hasil belajar. Pada pelaksanaan pembelajaran matematika terdapat problem – problem yang ditemukan. Problem tersebut meliputi problem yang dialami oleh siswa sebagai subjek pembelajaran dan problem dari guru. Problematika dalam pembelajaran matematika yaitu siswa yang kesulitan dalam menghitung, pemahaman bahasa matematika yamg masih kurang ( kesulitan pada soal cerita) , kesulitan dalam persepsi visual dan persepsi auditori ( soal pecahan ), kurangnya minat dan motivasi terhadap pelajaran matematika. Sedangkan problem guru yaitu jarang/kurang dalam mneggunakan alat/media pembelajaran dan metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Kata kunci: Problematika, Pembelajaran matematika.
KATA PENGANTAR بسم اهلل الرحمن الرحيم Syukur alhamdulillah segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan nikmat, hidayah, dan karuniaNya,
sehingga
penyusun
dapat
menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “ Problematika Pembelajaran Matematika Kelas V SD Islam Hidayatullah Semarang Tahun Pelajaran 2015 / 2016 ” dengan baik. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Tugas Akhir Skripsi ini banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena
itu,
dalam
kesempatan
ini
penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
semua
pihak
yang
telah
membantu
dalam
penyusunan laporan Tugas Akhir Skripsi ini terutama kepada: 1. Dr.H. Rahardjo,M.Ed.St, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang 2. H. Fakrur Rozi, M.Ag selaku Ketua Jurusan PGMI Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
vi
3. Prof. Dr. H. Moh Erfan Soebahar, M.Ag selaku Wali Dosen yang senantiasa memberikan dukungan,, motivasi dan do’a bagi peneliti 4. Budi
Cahyono,S.Pd,M.Si sebagai pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi. 5. Bapak dan Ibu Dosen , Jurusan Pendidikan
Guru
Madrsah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas
Islam
Negeri
Walisongo
Semarang atas segala jasanya yang telah memperlancar studi peneliti. 6. Ratna Arumsari S.S, Kepala Sekolah SD Islam Hidayatullah Semarang yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 7. Mohamad Kambali, S.Si dan Supriyanto, S.Pd sebagai Waka Kurikulum yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 8. Hj. Siti Mustaqimah, S.Pd.I , selaku guru kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang yang telah memberikan penjelasan dan data-data yang diperlukan serta motivasi bagi penulis. 9. Peserta didik kelas VD dan seluruh keluarga besar SD Islam Hidayatullah Semarang
yang telah bersedia
memberikan data-data yang diperlukan. 10. Teman-teman Jurusan PGMI angkatan 2012, teman PPL,dan teman – teman KKN Posko 41 yang bersamaku
melewati suka dan duka dalam menempuh studi / kuliah di kampus. 11. Bapak Supriyadi dan Almh.Ibu Munzaenah tercinta yang senantiasa
memberikan
semangat,
dukungan
dan
do’anya bagi peneliti. 12. Mas Agus, Mb ika, Mbak Ana, Mb Nunung dan dik Niam tersayang yang telah memberikan perhatian, semangat dan do’anya. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan, dukungan dan kerjasamanya. 14. Almamater Demikian
penyusunan
skripsi
yang
dapat
dilaksanakan. Penulis menyadari, dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semarang, 8 Juni 2016 Penulis,
Alfi Nur Santi NIM. 123911031
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................. .. i PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... ii PENGESAHAN .......................................................................... . iii NOTA PEMBIMBING .............................................................. .
iv
ABSTRAK .................................................................................. .
v
KATA PENGANTAR ................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 9
BAB II : LANDASAN TEORI .................................................... 13 A. Deskripsi Teori ............................................................... 13 1. Pembelajaran Matematika .......................................... 13 a. Pengertian Pembelajaran ....................................... 13 b. Pengertian Matematika .......................................... 17 c. Tujuan Mata Pelajaran Matematika ....................... 19 d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika SD/MI ................................................................... 22 e. Materi Matematika Kelas V SD/MI ……………. 22
vii
2. Hakikat Pembelajaran Matematika MI / SD .............. 27 a. Hakikat Matematika ............................................. 27 b. Metode Pembelajaran Matematika ....................... 29 c. Pendekatan dalam Pembelajaran Matematika ...... 31 3. Hasil Belajar Matematika .......................................... 32 a. Pengertian Hasil Belajar ........................................ 32 b. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar . ............................................................................... 34 4. Problematika Pembelajaran Matematika .................... 35 a. Permasalahan Guru dalam Pembelajaran Matematika ........................................................... 37 b. Permasalahan Siswa dalam Pembelajaran Matematika ........................................................... 40 c. Permasalahan Pembelajaran Matematika………. 47 B. Kajian Pustaka ................................................................ 51 C. Kerangka Berfikir ............................................................ 54
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................ 58 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................... 58 B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 59 C. Subjek Penelitian ............................................................. 60 D. Sumber Data ................................................................... 60 E. Fokus Penelitian ............................................................... 61 F. Teknik Pengumpulan Data.............................................. 62
G. Uji Keabsahan Data ........................................................ 65 H. Teknik Analisis Data ...................................................... 66
BAB IV: DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA ......................... 72 A. Profil Lembaga ............................................................... 72 B. Deskripsi Data ................................................................ 79 C. Analisis Data ................................................................... 100 D. Pembahasan .................................................................... 101 E. Keterbatasan Penelitian ................................................... 121
BAB V: PENUTUP ...................................................................... 123 A. Kesimpulan ..................................................................... 123 B. Saran ................................................................................ 123 C. Kata Penutup .................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... LAMPIRAN .................................................................................. RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Peserta Didik Kelas VD
Lampiran 2
Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 3
Pedoman Wawancara Guru Kelas VD
Lampiran 4
Pedoman wawancara Siswa Kelas VD
Lampiran 5
Angket Guru Kelas VD
Lampiran 6
Dokumentasi Foto Penelitian
Lampiran 7
Nilai Belajar Peserta Didik Kelas VD
Lampiran 8
Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
Lampiran 9
Surat Pengesahan Proposal
Lampiran 10
Surat Izin Riset
Lampiran 11
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Secara formal dan institusional, Sekolah Dasar masuk pada kategori pendidikan dasar. Pendidikan dasar menurut Undang undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 17 ayat 1 dan 2 merupakan jenjang pendidikan yang dilandasi jenjang menengah, pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.1 Pendidikan yang dimaksudkan dalam Undang - undang No. 20 Tahun 2003 tersebut adalah pendidikan yang berbentuk Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah. Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan
1
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2013 ) , hlm. 69
1
pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Sekolah Dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006). Adapun dilihat dari tujuan pendidikan Sekolah Dasar, menurut Mirasa dkk. (2005) dimaksudkan sebagai proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar setiap siswa, dimana setiap siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri dan adanya suasana yang memberikan kemudahan (kondusif ) bagi perkembangan dirinya secara optimal.2 Pembelajaran akan terwujud efektif, apabila dalam prosesnya tercipta suatu pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel, Maine (1954), Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam kelompok pembelajaran berbasis guru (teacher centered learning) mulai dari
ceramah,
tugas
membaca,
presentasi
guru
dengan
audiovisual dan bahkan demonstrasi oleh guru, siswa hanya dapat
2
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, .....hlm. 70
2
mengingat materi pembelajarn maksimal sebesar 30 %. Dalam pembelajaran dengan metode diskusi yang tidak didominasi oleh guru (bukan diskusi kelas, whole class discussion, dan guru sebagai pemimpin diskusi) , siswa dapat mengingat sebanyak 50 %. Jika para siswa diberi kesempatan melakukan sesuatu (doing something) mereka dapat mengingat 75 %. Praktik pembelajaran belajar
dengan
cara
mengajar
(learning
by
teaching)
menyebabkan mereka mampu mengingat sebanyak 90 % materi.3 Hal ini menunjukkan pembelajaran akan berhasil, jika peserta didik belajar sambil melakukan sesuatu, sedangkan sebaliknya apabila pembelajaran hanya mendengarkan saja tidak ada variasi dalam penggunaan metode, maka pembelajaran hanya monoton saja dan tidak berjalan efektif. Di samping itu, peran fungsional bagi guru dalam pembelajaran aktif yang utama adalah sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivisme. Fasilitator adalah seseorang yang membantu peserta didik untuk belajar dan memiliki ketrampilan - ketrampilan yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai fasilitator , guru menyediakan fasilitas pedagogis, psikologis, dan akademik bagi pengembangan dan pembangunan struktur kognitif siswanya. Dengan kata lain, guru wajib dan harus menguasai teori pendidikan dan metode
3
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2012 ), hlm. 12
3
pembelajaran serta mumpuni dalam penguasaan bahan ajar agar pembelajaran aktif bergulir dengan lancar.4 Matematika adalah salah satu bidang studi hidup, yang perlu dipelajari karena hakikat matematika adalah pemahaman terhadap pola perubahan yang terjadi di dalam dunia nyata dan didalam pikiran manusia serta keterkaitan diantara pola-pola tersebut secara realistik. Walaupun matematika beroperasi berdasarkan aturan-aturan (rules) yang perlu dipelajari, tetapi kegiatan belajar ditujukan lebih dari hanya dapat melakukan operasi matematika sesuai dengan aturan-aturan matematika yang diungkapkan dalam bahasa matematika.5 Peranan matematika dalam kehidupan juga pernah dilontarkan 1 abad sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW oleh Phytagoras yang menyatakan bahwa “ angka – angka mengatur segalanya ”dan 1 abad setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW, Galileo dari Galilea mengatakan bahwa “mathematic is the language in which God wrote the universe” (matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menulis alam semesta). Mereka menemukan bahwa ada satu aturan atau
4
5
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, .......hlm. 20
Martini Jamaris, Kesulitan Belajar, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2014 ), hlm. 177
4
persamaan matematika dalam segala hal yang telah diciptakan Allah sebagai bahasa universal di alam semesta.6 Pembelajaran efektif merupakan tolak ukur keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Sebab dalam proses pembelajaran aktivitas yang menonjol ada pada peserta didik. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik , mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan percaya pada diri sendiri. Dan pembelajaran dikatakan efektif apabila hasil belajar dan aktivitas belajar siswa yang belajar dengan pendekatan pemecahan masalah lebih baik dari siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada tingkat ketuntasan tertentu. Disisi lain, pembelajaran akan berhasil dengan dipengaruhi oleh kondisi ideal dalam kelas tersebut. Lingkungan kelas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman, menyenangkan, dan bersih berperan
penting
dalam
menunjang
keefektivan
belajar.
Lingkungan juga akan memengaruhi mental siswa secara
6
Salma Alif Sampayya, Keseimbangan Matematika Dalam Al-qur’an, ( tt : Repbulika, 2007 ), hlm. 17
5
psikologis dalam menerima informasi dari guru di dalam kelas. Dan banyak hal yang dapat dilakukan dalam sebuah kelas untuk memberikan kenyamanan kepada siswa. Penyusunan meja kursi yang memungkinkan siswa dapat menerima akses informasi dengan baik dan merata.7 Disamping lingkungan kelas yang sangat berpengaruh, ternyata minat siswa juga berdampak pada keberhasilan dalam proses pembelajaran. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat lagi, dan akhirnya mencapai prestasi yang dinginkan. Faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar adalah suasana pengajaran. Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif diantara siswa tentunya akan memberikan nilai yang lebih pada proses pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat meningkat secara maksimal.8 Hasil Observasi di kelas VD dengan guru kelas VD Hj. Siti Mustaqimah, S.PdI pada tanggal 6 – 7 Agustus 2015 di SD Islam 7
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, .....,hlm. 53-55 8
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, ..... , hlm. 17-18
6
Hidayatullah yang terletak di Jl. Durian Selatan 1/6 Srondol Wetan Banyumanik Semarang 50263. Pada proses pembelajaran yang dilakukan di SD Islam Hidayatullah terutama di kelas VD berpedoman pada kurikulum umum (Departemen Pendidikan) dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kegiatan siswa ketika proses pembelajaran matematika meliputi siswa datang, duduk, menulis materi yang telah dituliskan oleh guru di papan tulis, mendengarkan guru menjelaskan
materi
dan
mengerjakan
tugas.
Sehingga
menyebabkan, pembelajaran matematika kurang optimal dengan dilihat dari hasil belajar para peserta didik yang kurang tuntas. Hal ini menunjukkan para peserta didik kurang aktif atau cenderung pasif di dalam kelas, padahal pembelajaran dikatakan berhasil apabila peserta didik aktif ketika proses pembelajaran. Dalam realitanya, pada tanggal 18 Februari 2016 ketika proses observasi dan wawancara beberapa peserta didik kelas VD , mereka mengatakan cenderung kurang menyukai pelajaran matematika, karena materi yang terdapat pada pembelajaran matematika dianggap sulit dan banyak sekali rumus-rumus dalam materinya. Selain itu, kurangnya minat peserta didik terhadap pelajaran matematika sendiri yang cukup rendah. Hal ini ditunjukkan kurang antusiasnya beberapa peserta didik ketika proses pembelajaran matematika, bahkan tak jarang mereka mengikuti pelajaran dikarenakan terpaksa atau adanya keharusan, padahal peserta didik tersebut tidak menaruh minat terhadap
7
pelajaran tersebut. Sehingga nilai pelajaran peserta didik kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Selain kurangnya minat, ketika dalam proses pembelajaran Matematika juga dihadapkan kurang aktifnya peserta didik, padahal diharapkan peserta didik menjadi aktif sehingga dalam proses belajar mengajar bukan lagi siswa sebagai objek, tetapi sebagai subyek atau pelaku dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran matematika kurang optimal dan kurang sesuai dengan teori yang ada. Dimana ketika proses pembelajaran matematika diharapkan atau menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif, dengan melakukan berbagai eksplorasi yang bersifat dinamis daan melibatkan disiplin ilmu yang terkait dan menghindari proses pembelajaran yang kaku, otoriter, dan menutup diri pada kegiatan menghafal. Oleh sebab itu,
pembelajaran
matematika
hendaknya
mampu
menumbuhkembangkan pandangan siswa yang memandang matematika sebagai “ science ” bukan hanya terbatas pada pola – pola dan perhitungan angka.9 Selain itu, perlu adanya metode yang bervariasi dalam pembelajaran matematika , ditunjang dengan media serta alat peraga yang tepat , sehingga diharapkan prestasi peserta didik pada mata pelajaran Matematika bisa lebih baik dan meningkat, serta mampu melebihi kriteria kelulusan madrasah (KKM) yang ditentukan oleh Sekolah tersebut. 9
8
Martini Jamaris, Kesulitan Belajar, .......hlm. 177
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian yang akan diteliti
dengan
judul
adalah
“PROBLEMATIKA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016” .
B.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apa sajakah problematika pembelajaran matematika kelas V SD Islam Hidayatullah Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah tersebut , maka terdapat tujuan penelitian yang akan dilakukan ini. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan mengatasi problematika pembelajaran Matematika kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang Tahun Pelajaran 2015 / 2016. B.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik bersifat teoritis maupun praktis, sebagai berikut:
9
1.
Manfaat Teoritis a.
Dengan
adanya
menambah
dan
penelitian
ini
memperkaya
dapat
khasanah
keilmuan tentang pembelajaran Matematika serta dapat dijadikan pertimbangan untuk lebih memperhatikan problem-problem peserta didik pada
pembelajaran
Matematika
sehingga
menemukan solusi yang tepat. b.
Menjadi
referensi
membahas
kajian
mahasiswa
untuk
penelitian
tentang
problematika pembelajaran Matematika. 2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Sekolah, Penelitian diharapkan dapat memberikan saran yang baik bagi Sekolah untuk meningkatkan mutu atau akriditasi Sekolah dan dapat meningkatkan prestasi para peserta didik khususnya pada mata pelajaran Matematika.
b.
Bagi
Guru,
dengan
penelitian
ini
dapat
meningkatkan profesional guru serta
akan
mendapatkan masukan dan informasi mengenai masalah yang terkait dengan problematika pembelajaran matematika . c.
Bagi Siswa, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan prestasi belajarnya, khususnya
10
mata pelajaran Matematika, sehingga dapat memperoleh nilai prestasi belajar yang tinggi. d.
Bagi
Peneliti,
diharapkan
peneliti
dapat
memecahkan suatu masalah, khususnya mata pelajaran Matematika.
11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori 1.
Pembelajaran Matematika a.
Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1 Pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Dalam UU No. 2 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ( Depdiknas, 2003:7 ).2 Pada prinsipnya pembelajaran tidak
sama
dengan
pengajaran.
Pembelajaran
1
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009 ), hlm. 2 2
Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, ( Yogyakarta : Teras, 2012 ), hlm. 4
13
menekankan pada aktivitas peserta didik, sedangkan pengajaran menekankan pada aktivitas pendidik.3 Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal , antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.4 Atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan , potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut. Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjut Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Umum (SMU) disebut matematika sekolah. Menurut Soedjadi, matematika sekolah adalah unsur atau bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. 3
Muh. Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar & Pembelajaran, (Yogyakarta : Teras, 2012 ), hlm. 6 4
Amin Suyitno, Dasar- dasar dan proses pembelajaran matematika I ( Semarang : UNNES , 2006 ), hlm. 28
14
Hal tersebut menunjukkan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki
perbedaan
antara
lain
dalam
hal
penyajiannya, pola pikirnya, keterbatasan semestanya, dan tingkat keabstrakannya.5 Guru
matematika
yang
profesional
dan
mempunyai wawasan landasan yang dapat dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika. Wawasan itu berupa dasar – dasar teori belajar yang dapat diterapkan untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran matematika, diantaranya yaitu : 6 a.
Teori Thorndike Teori ini memandang peserta didik selembar kertas putih , penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahunan secara pasif. Pandangan belajar seperti ini mempunyai dampak
terhadap
pandangan
mengajar.
Mengajar dipandang sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran yang disusun secara 5
Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, ( Jakarta : direktorat jendral pendidikan tinggi departemen pendidikan nasional, 2000 ), hlm. 37 6
Gatot Muhsetyo,dkk, Materi pokok pembelajaran matematika SD , (Jakarta : Universitas terbuaka, 2008 ), hlm. 8
15
cermat, mengkomunikasikan bahan kepada peserta didik, dan membawa mereka untuk praktik menggunakan konsep atau prosedur baru. Konsep dan prosedur baru ini akan semakin mantap jika makin banyak latihan. Pada prinsipnya teori ini menekankan banyak memberi praktik dan latihan kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai dengan baik. b.
Teori Jean Piaget Teori ini merekomendasikan perlunya pengamatan terhadap tingkat perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan pelajran matematika
diberikan,
terutama
untuk
menyesuaikan keabstrakkan bahan matematika dengan kemampuan berpikir abstrak anak pada saat
itu.
Penerapan
teori
Piaget
dalam
pembelajaran matematika yang telah diberikan, sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memahami materi baru. c.
Teori Vygotsky Teori Vygotsky berusaha mengembalikan model konstruktivistik belajar mandiri dari piaget menjadi belajar kelompok. Melalui teori ini
16
peserta
didik
dapat
memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam dengan guru sebagai fasilitator. Dengan kegiatan
beragam
,
peserta
didik
akan
membangun pengetahuannnya sendiri melalui diskusi,
tanya
pengamatan,
jawab,
pencatatan,
kerja
kelompok,
pengerjaan,
dan
presentasi. d.
Teori Georgepolya ( pemecahan masalah ) Pemecahan masalah merupakan realisasi dari keinginan meningkatkan pembelajaran matematika sehingga peserta didik mempunyai pandangan atau wawasan yang luas dan mendalam ketika menghadapi suatu masalah. 7
b.
Pengertian Matematika Pengertian Matematika menurut Depdiknas yang dikutip oleh Muhammad Yunus berasal dari bahasa latin manthein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang semuanya berkaitan dengan penalaran.8
7
Sukir, “ Cooperatif learning tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar matematika materi menghitung luas segi banyak kelas VI MI Raudlatussibyan sampang Demak tahun pelajaran 2014 / 2015”, skripsi ( Semarang : Insitut Agama Islam Negeri Walisongo, 2014 ), hlm. 19 – 21 8
Muhammad Yunus, “ Peningkatkan prestasi belajar mata pelajaran matematika materi pokok penjumlahan dan pengurangan pecahan melalui
17
Matematika, menurut Ruseffendi (1991) adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Menurut James yang dikutip oleh Andi Hakim N matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya.9 Ciri utama mata pelajaran Matematika menurut Depdiknas yang dikutip oleh Muhammad Yunus adalah penalaran deduktif yaitu kebenaraan suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten, namun demikian lebih lanjut disampaikan metode inquiry siswa kelas V MI Ma’arif selak, pabelan mungkid Magelang tahun pelajaran 2015 / 2016 “, skripsi ( Semarang : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan , UIN Walisongo, 2014 ), hlm 9 9
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2014), hlm. 1
18
bahwa matematika juga dapat bekerja secara induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi pikiran ini harus
secara
deduktif
dengan
argument
yang
konsisten.10 Dari definisi - definisi diatas dapat disimpulkan bahwa matematika nerupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menggunakan istilah yang didefenisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti serta dapat digunakan dalama pemecahan masalah yang berkaitan dengan bilangan. c.
Tujuan Mata Pelajaran Matematika Secara umum, tujuan pembelajaran Matematika disekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan
penataan
matematika.
11
nalar
dalam
penerapan
Menurut Permendiknas RI No. 22
Tahun 2006 tujuan mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 10
Muh. Yunus,...., hlm 10
11
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, .....hlm. 70
19
1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi
matematika
dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan
dan
pernyataan
matematika. 3.
Memecahkan
masalah
yang
meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4.
Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram,
atau
media
lain
untuk
memperjelas keadaan atau masalah. 5.
Memiliki
sikap
menghargai
kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.12 Sedangkan secara khusus tujuan pembelajaran matematika adalah untuk :
12
20
Permendiknas RI NO.22 Tahun 2006, hlm. 417
a)
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
berhitung
(menggunakan
bilangan)
sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, b)
Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika,
c)
Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, dan
d)
Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Selain itu, tujuan belajar matematika adalah
mendorong siswa untuk menjadi pemecah masalah berdasarkan proses berpikir yang kritis, logis dan rasional.13 Dan tujuan pengajaran matematika agar siswa dapat berkonsultasi dengan mempergunakan simbol-simbol, matematika.
13
angka-angka
dan
bahasa
dalam
14
Martini Jamaris, Kesulitan Belajar,...... hlm.177
14
Etik Faridatul Kumala “ Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Penerapan Model Teams Games Tournament ( TGT ) Materi Operasi Hitung Bilangan Kelas V MI Miftahul Huda Sumburejo Kabupaten Semarang TH. 2014”. Skripsi ( Semarang, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan , UIN Walisongo Semarang , 2015 ) , hlm. 14
21
d.
Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika SD/MI Ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek- aspek sebagai berikut : 1.
Bilangan
2.
Geometri dan pengukuran
3.
Pengolahan data.15
e. Materi Matematika Kelas V SD/MI Kelas V Semester 1 16 : Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Bilangan
1.1 Melakukan
1. Melakukan operasi
operasi
hitung
hitung bilangan
bilangan
bulat
bulat dalam
termasuk
pemecahan
penggunaan sifat-
masalah
sifatnya, pembulatan, dan penaksiran 1.2 Menggunakan faktor untuk
22
15
Permendiknas RI NO.22 Tahun 2006, hlm. 417
16
Permendiknas RI NO.22 Tahun 2006, hlm. 427- 428
prima
menentukan KPK dan FPB 1.3 Melakukan operasi
hitung
campuran bilangan bulat 1.4 Menghitung perpangkatan dan
akar
sederhana 1.5 Menyelesaikan masalah
yang
berkaitan dengan
operasi
hitung, KPK dan FPB 2.1 Menuliskan
Geometri dan
tanda waktu
Pengukuran 2.
Menggunakan
dengan
pengukuran
menggunakan
waktu, jarak,
sudut, dan
notasi 24 jam 2.2
Melakukan
kecepatan dalam
operasi hitung
pemecahan
satuan waktu
masalah
2.3
Melakukan
23
pengukuran sudut 2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan 2.5
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan
3. Menghitung luas bangun sederhana
datar
luas
trapesium
dan
dan
layang-
menggunakannya dalam pemecahan masalah
3.1 Menghitung
layang 3.2 Menyelesaikan masalah
yang
berkaitan dengan
luas
bangun datar
24
4. Menghitung
4.1 Menghitung
volume
volume
kubus
kubus
dan balok dan
dan balok
menggunakann
4.2 Menyelesaikan
ya
dalam
masalah
yang
pemecahan
berkaitan
masalah
dengan volume kubus dan balok
Kelas V, Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 5.1 Mengubah pecahan
Bilangan 5. Menggunakan pecahan
ke dalam
pemecahan masalah
bentuk
persen
dan desimal serta sebaliknya 5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai
bentuk
pecahan 5.3 Mengalikan membagi
dan berbagai
bentuk pecahan 5.4 Menggunakan pecahan
dalam
25
masalah perbandingan
dan
skala Geometri dan Pengukuran 6.
6.1 Mengidentifikasi
Memahami sifat-sifat
sifat-sifat
bangun dan hubungan
datar
antar bangun
6.2
bangun
Mengidentifikasi sifat-sifat
bangun
ruang 6.3 Menentukan jaringjaring
berbagai
bangun
ruang
sederhana 6.4
Menyelidiki sifat
sifat-
kesebangunan
dan simetri 6.5 Menyelesaikan masalah
yang
berkaitan bangun
dengan datar
bangun sederhana
26
dan ruang
2.
Hakikat Pembelajaran Matematika MI / SD a.
Hakikat Matematika Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari siswasiswi dan diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari matematika lanjut dan mata pelajaran lain. Seorang guru
MI
yang
akan
mengajar
mata
pelajaran
matematika memerlukan pemahaman yang memadai tentang hakikat matematika dan bagaimana matematika yang memiliki karakteristik unik dan khas harus diajarkan kepada siswa-siswi. Pemahaman tentang hakikat matematika dan pembelajaran matematika merupakan syarat mutlak bagi guru untuk dapat mengajar dengan baik. Menurut
Tanggih
(dalam
Hudojo,
2005)
matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan bilangan serta operasi - operasinya melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Begle (dalam Hudojo , 2005)
menyatakan
bahwa
sasaran
atau
objek
penelaahan matematika adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip. Fakta merupakan konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Beberapa
contoh
fakta sebagai berikut : “ 3 + 4 yang dipahami sebagai tiga tambah empat ”, “ 3 x 5 = 5 + 5 + 5 = 15 ”. Konsep
27
adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek , apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan. Contoh konsep sebagai berikut. Segitiga adalah suatu konsep. Dengan konsep itu kita dapat membedakan mana yang merupakan contoh segitiga dan mana yang bukan segitiga. Prinsip adalah objek matematika yang kompleks. Prinsip dapat terdiri dari atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Contoh - contoh tentang prinsip adalah sifat distributif dalam aritmatika, teorema pytagoras. Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika yang lain. Contohnya adalah “ penjumlahan, perkalian”. “ sama dengan, lebih besar”. Dari uraian tersebut, jelas bahwa penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi lebih dititik beratkan kepada hubungan, pola, bentuk, struktur, fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Hal ini berarti bahwa matematika itu berkenaan dengan gagasan yang berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis, dimana konsep – konsepnya abstrak dan penalarannyaa deduktif.17
17
Esti Yuli Widayanti, dkk. Pembelajaran Matematika MI, ( Surabaya : Aprinta, 2009 ), hlm. Paket 1-6,1-7,1-8.
28
b.
Metode Pembelajaran Matematika Metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Hakikat metode mengajar matematika adalah cara yang teratur yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan. Metode mengajar
berbeda
dengan
metode
pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah cara menyajikan meliputi menguraikan, memberi contoh, dan latihan suatu materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu.
Dalam
beberapa
metode
metode
pembelajaran
mengajar,
digunakan
sedangkan
metode
mengajar ada di dalam salah satu kompenen rencana pelaksanaan pembelajaran. Kedudukan
metode
mengajar
tidak
kalah
pentingnya dengan komponen lain dari pembelajaran matematika
seperti
pendekatan
pembelajaran
matematika. Metode mengajar matematika yang efektif, tepat pemilihannya sesuai dengan pokok bahasan matematika tertentu akan meningkatkan daya serap peserta didik dalam belajar matematika. Metode mengajar matematika adalah cara yang dapat digunakan untuk membelajarkan suatu bahan pelajaran yang dalam realisasinya diperlukan satu atau lebih teknik. Setiap metode mempunyai kelebihan, kelemahan, dan teknik
29
yang disarankan. Tidak ada satupun metode mengajar yang berlaku untuk semua materi pokok bahasan matematika. Sebagai guru matematika kita memerlukan metode mengajar agar mengajar sebagai proses memberi perlakuan kepada peserta didik lebih terarah, teratur dan tidak sembarangan atau asal mengajar saja. Keteraturan dalam mengajar itu diperlukan kalau kita ingin tujuan belajar secara efektif tercapai. Pembelajaran matematika merupakan proses membangun pemahaman peserta didik tentang fakta, konsep,
prinsip,
dan
skill
sesuai
dengan
kemampuannya. Ketika ingin menerapkan metode pembelajaran matematika dalam rangka menanamkan konsep matematika, ada pengertian yang abstrak pada matematika. Kita dapat mengklasifikasi objek dan kejadian, konsep dan bukan konsep. Suatu konsep dapat ditunjukkan dengan suatu yang konkret dan abstrak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep yaitu kondisi internal dan eksternal. Selain itu, dalam hal ini peserta didik perlu mempelajari konsep melalui
definisi,
observasi,
mendengar,
melihat,
memegang, mendiskusikan, memikirkan bermacammacam konsep dan bukan konsep. Pemantapan penguasaan konsep dapat melalui proses persepsi, (tanggapan)
30
abstraksi
(daya
untuk
memperoleh
pengertian dan membedakan satu dengan yang lainnya), dan
generalisasi
(penggunaan
pengertian
yang
18
dimiliki). c.
Pendekatan dalam Pembelajaran Matematika Pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang dapat memperjelas arah yang ditetapkan sering kali juga disebut juga kebijakan guru atau pengajar agar mencapai
tujuan
pembelajaran.
Pendekatan
pembelajaran diartikan sebagi cara yang ditempuh oleh guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran
yang
direncanakan agar siswa memahami konsep yang sedang dipelajarinya. Pendidikan materi berkembang dengan pesatnya akibat dari penemuan pendekatan yang terbaik dalam pembelajarn matematika. Perkembangan pendekatan pembelajaran matematika itu dipicu oleh adanya sederatan masalah pada siswa yang berkenaan dengan prestasi belajarnya. Secara garis besar ada dua pendekatan dalam pembelajaran matematika yaitu pendekatan materi dan pendekatan pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran matematika menurut Erman Suherman dkk ada dua yaitu pendekatan metodologik / instructional approach berkenaan dengan 18
Ali Hamzah & Muhlisrarini, Perencanaan dan Starategi Pembelajaran Matematika, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014 ), hal. 257-260
31
cara siswa mengadaptasi konsep yang disajikan kedalam struktur kognitifnya sesuai dengan cara guru menyajikannya (intuitif, induktif, deduktif, tematik, realistik) dan pendekatan material/ material approach yaitu penyajian konsep melalui konsep yang lain. Pada
pendekatan
material
misalkan
guru
menjelaskan tentang deret aritmatika menggunakan konsep bilangan bulat, bilangan prima dan sebagainya yakni menerangkan konsep deret menggunakan konsep bilangan.
Makna
pendekatan
materi
adalah
pembelajaran suatu pokok bahasan matematika tertentu menggunakan materi matematika yang lain.19 3.
Hasil Belajar Matematika a.
Pengertian Hasil Belajar Makna hasil belajar yaitu perubahan – perubahan yang terjadi pada diri siswa , baik yang menyakut aspek kognitif, afektif , dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Nawawi dalam K. Brahim yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
19
Ali Hamzah & Muhlisrarini , Perencanaan dan Starategi Pembelajaran Matematika , ....hal. 231-232
32
Secara sederhana , yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajara itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang
relatif
menetap.
Dalam
kegiatan
pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan – tujuan pembelajaran. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai
telah
sesuai dengan tujuan
yang
dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan , tetapi juga sikap dan ketrampilan20 Dengan mengetahui prestasi belajar siswa dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak itu termasuk kelompok anak yang pandai, sedang atau kurang. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan 20
sesuatu
dalam
mempelajari
materi
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran,.....hal. 5-6
33
pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.21 b.
Faktor – faktor yang memengaruhi hasil belajar Menurut teori Gestalt belajar merupakan suatu proses perkembangan, artinya bahwa secara kodrati jiwa
raga
Perkembangan
anak
mengalami
sendiri memerlukan
perkembangan. sesuatu yang
berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini , hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama ,siswa dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual , motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Kedua,
lingkungan
yaitu
sarana
dan
prasarana,
kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan. Menurut Wasliman, hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik antara berbagai faktor yang memengaruhi baik faktor internal maupun eksternal. 1.
Faktor internal : faktor yang bersumber dari daalam
21
peserta
didik
yang
memengaruhi
Muhammad Fathurrohman & Suistyorini, Belajar dan Pembelajaran Meningkatkan Mutu Pembelajaran Standart Nasional, ( Yogyakarta : Teras, 2012), hal. 117
34
kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi kecerdasan,
minat
dan
perhatian,
motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. 2.
Faktor eksternal : faktor yang berasal dari luar peserta didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Kualitas pengajaran disekolah sangat ditentukan
oleh guru, sebagaimana dikemukakan oleh Wina Sanjaya, bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan pembelajaran.
dalam Guru
implementasi dalam
prose
suatu
strategi
pembelajaran
memegang peranan yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia sekolah dasar, tak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain. Sebab siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.22 4.
Problematika Pembelajaran Matematika Tujuan pembelajaran umum matematika adalah supaya siswa mampu dan terampil dalam menggunakan matematika. Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan
22
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran,.....hal. 12- 13
35
mengembangkan pengetahuannya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget bahwa pengetahuan atau pemahaman
siswa
itu
ditemukan
dibentuk,
dan
dikembangkan oleh siswa itu sendiri. Khususnya dalam pembelajaran matematika, proses pembelajaran matematika perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Hal ini penting, sebab hasil-hasil penelitian masih menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah dasar masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam penelitiannya, Sumarmo dkk. mengemukakan bahwa hasil belajar matematika siswa sekolah dasar belum memuaskan, juga adanya kesulitan belajar yang dihadapi siswa dan kesulitan yang dihadapi guru dalam mengerjakan matematika. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa tersebut, tentu banyak faktor yang menyebabkannya. Permasalahan yang klasik dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah tentang penerapan metode pembelajaran matematika yang masih terpusat pembelajaran pada
guru
dan
penerapan
model
pembelajaran
23
konvensional.
23
36
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran,.....hal. 190 – 192
a.
Permasalahan
Guru
dalam
Pembelajaran
Matematika 1)
Permasalahan Penerapan Metode Pembelajaran Metode
adalah
suatu
cara
yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar , metode
diperlukan
penggunaannya
oleh
bervariasi
guru
dan
seseuai
dengan
tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.24 Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan
metode
sebagai
salah
satu
komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dari hasil
analisis
yang
dilakukan,
lahirlah
pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat
motivasi
ekstrinsik,
sebagai
strategi
pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.25 Mengajar
yang
berhasil
menuntut
penggunaan metode yang tepat. Setiap guru 24
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta : PT Rineka Cipta ), hlm. 46 25 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ....hlm. 72
37
tentu mempunyai metode dan seorang guru yang baik akan memahami dengan baik metode yang digunakannya. Setiap guru dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat dalam melaksanakn pembelajaran. Namun yang perlu ditekankan bahwa metode apapun yang direncanakan guru hendaknya dapat
mengakomodasi
secara
menyeluruh
prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar yaitu berpusat pada siswa (student centered ), belajar dengan
melakukan
mengembangkan
(learning
by
kemampuan
doing), sosial,
mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, dan
mengembangkan
ketrampilan memecahkan. 2)
kreativitas
dan
26
Permasalahan terkait dengan jarangnya guru dalam penggunaan media pembelajaran Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi
26
38
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran, ..., hlm. 43-44
pelajaran. Kadang - kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.27 Padahal
disaat
proses
pembelajaran
matematika, guru tidak jarang menggunakan media. Pada saat peneliti melakukan observasi, guru hanya menggunakan media – media itu saja. Seperti halnya papan tulis, spidol, dan bolpoin. Bahkan menurut penuturan siswa kelas VD mereka menyatakan bahwa guru jarang menggunakan alat atau
media pembelajaran
matematika. Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi
27
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, ( Jakarta : Kencana Prenadamedia Group ), hal. 162
39
siswa, Edgar Dale melukisnya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience). Kerucut pengalaman Edgar Dale pada saat ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale
itu
memberikan
gambaran
bahwa
pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melaui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya
melalui
pengalaman
langsung
sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit yang akan diperoleh siswa.28 b.
Permasalahan
Siswa
dalam
Pembelajaran
Matematika Bagi sebagian
orang, matematika dianggap
sebagai kegiatan yang dilakukan dalam menjumlah, 28
40
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran ,......hal 164 – 165
mengurang, dan berkaitan
membagi atau kegiatan yang
penyelesaian
masalah
hitungan
yang
disajikan dalam bentuk soal. Pada hakikatnya meliputi bidang
yang
lebih
luas
dari
aplikasi
angka,
matematika juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran, uang, pola, geometri, dan statistik dan pemecahan masalah. Sebagian anak di sekolah dasar
mengalami
kesulitan
belajar
matematika,
sementara anak yang lainnya belajar matematika dengan mudah tanpa mengalami kesulitan. Bahwa kesulitan yang dialami oleh anak yang berkesulitan matematika adalah sebagai berikut : 1)
Kelemahan dalam menghitung Banyak
siswa
yang
memeliki
pemahaman yang baik tentang berbagai konsep matematika, tetapi hal ini tidak selalu sama dengan kemampuannya dalam menghitung. Siswa tersebut melakukan kesalahan karena mereka salah membaca simbol - simbol matematika dan mengoperasikan angka secara tidak benar. Siswa tersebut mengalami masalah, khususnya di luar sekolah dasar, dimana siswa sekolah dasar harus melakukan kegiatan yang berkaitan dengan matematika dasar dan harus menentukan jawaban yang benar. Kesalahan
41
jawaban yang diberikan siswa berujung pada pelayanan remedial, walaupun siswa tersebut memiliki potensi matematika yang baik. 2)
Kesulitan dalam mentransfer pengetahuan Salah satu kesulitan yang dialami oleh siswa yang berkesulitan matematika adalah tidak mampu menghubungkan konsep - konsep matematika
dengan
kenyataan
yang
ada.
Misalnya, pemahaman siswa konsep segitiga sama kaki belum tentu dapat ditransfer anak dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan segitiga sama kaki seperti mencari luas kertas yang berbentuk segitiga sama kaki. 3)
Pemahaman bahasa matematika yang kurang Sebagian siswa mengalami kesulitan dalam membuat hubungan-hubungan
yang
bermakna matematika. Seperti yang terjadi dalam memecahkan masalah hitungan soal yang disajikan dalam bentuk cerita. Pemahaman tentang cerita perlu diterjemahkan kedalam operasi matematika yang bermakna. Masalah ini disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kemampuan bahasa seperti kemampuan membaca menulis, dan berbicara.
42
4)
Kesulitan dalam persepsi visual Siswa masalah
yang
persepsi
mengalami visual
akan
masalah
-
mengalami
kesulitan dalam memvisualisasikan konsepkonsep
matematika.
Masalah
ini
dapat
diindetifikasi dari kesulitan yang dialami anak dalam
menentukan
panjang
garis
yang
ditampilkan secara sejajar dalam bentuk yang berbeda.
Sebagian
membutuhkan
konsep
matematika
kemampuan
dalam
menggabungkan kemampuan berfikir abstrak dengan kemampuan persepsi visual.29 Selain matematika
itu,
permasalahan
berdasarkan
diatas
pembelajaran masih
terdapat
permasalahan yang lain yaitu kesulitan – kesulitan belajar matematika bagi peserta didik. Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia. Menurut Lerner ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu adanya gangguan dalam hubungan keruangan, abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual-motor, perseverasi, kesulitan mengenal dan memahami simbol, gangguan penghayatan tubuh, kesulitan
29
dalam
bahasa
dan
membaca,
dan
Martini Jamaris, Kesulitan Belajar, ..., hal. 188
43
performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ. a.
Gangguan hubungan keruangan Adanya gangguan dalam memahami konsep-konsep
hubungan
keruangan
dapat
mengganggu pemahaman anak tentang sistem bilangan secara keseluruhan. Karena adanya gangguan tersebut anak mungkin tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan. Untuk mempelajari matematika, anak tidak cukup hanya menguasai konsep hubungan keruangan, tetapi juga berbagai konsep dasar yang lain. Ada empat macam konsep dasar yang harus dikuasai oleh anak pada saat masuk SD. Keempat konsep dasar tersebut adalah konsep keruangan, konsep waktu, konsep kuantitas, dan konsep serbaneka. b.
Abnormalitas Persepsi Visual Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok. Kesulitan semacam ini merupakan salah satu gejala adanya abnormalitas persepssi visual. Anak yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu
44
membedakan bentuk-bentuk geometri. Suatu bentuk bujur sangkar mungkin dilihat oleh anak sebagai empat garis yang tidak saling terkait, mungkin sebagai segi enam, dan bahkan mungkin tampak sebagai lingkaran. Adanya abnormalitas persepsi visual semacam ini tnetu saja dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar matematika,
terutama
dalam
memaahami
berbagai simbol. c.
Asosiasi Visual - Motor Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat menghitung benda-benda secara
berurutan
sambil
menyebutkan
bilangannya “ satu, dua, tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi telah mengucapkan “ lima ”, atau sebaliknya telah menyentuh benda kelima tetapi baru mengucapkan “ tiga”. Anak - anak semacam ini dapat memberikan kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahmi maknanya. d.
Perseverasi Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu
45
disebut perseverasi. Anak demikian mungkin pada mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik,
tetapi
lama-kelamaan
perhatiannya
melekat pada suatu objek tertentu. e.
Kesulitan mengenal dan memahami simbol Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -, =, >, <, dan sebagainya. Keslitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.
f.
Gangguan penghayatan tubuh Anak berkesulitan belajar matematika sering
memperlihatkan
adanya
gangguan
penghayatan tubuh. Anak demikian merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri. g.
Kesulitan dalam bahasa dan membaca Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis. Oleh karena itu, kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya.
46
Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis. h.
Sekor PIQ jauh lebih rendah daripada Sekor VIQ Hasil
tes
intelegensi
dengan
menggunakan WISC menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki sekor PIQ yang jauh lebih rendah daripada sekor VIQ.
Rendahnya
sekor
PIQ
pada
anak
berkesulitan belajar matematika tempaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep keruangan, gangguan persepsi visual, dan adanya gangguan asosiasi visual-motor. 30 c. Permasalahan Pembelajaran Matematika Banyak
orang
yang
memandang
Matematika
merupakan bidang studi yang paling sulit disbanding pelajaran lainnya. Meskipun demikian, semua oang harus mempelaajari Matematika karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari – hari. Seperti
30
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009 ),hlm. 259-262
47
halnya bahasa, membaca dan menulis kesulitan belajar matematika harus segera diatasi sedini mungkin. Sejalan
dengan
perkataan
Marjohan,
Wono
Setyabudhi dosen Matematika dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan “ Pembelajaran Matematika di Indonesia memang masih menekankan menghapal rumusrumus dan menghitung. Bahkan , guru pun otoriter dengan
keyakinannya
pada
rumus-rumus
atau
pengetahuan matematika yang sudah ada”. Dengan pembelajaran seperti ini, memberikan pengaruh terhadap prestasi
Matematika siswa
Indonesia dikancah
31
Internasional.
Hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) melaporkan bahwa prestasi matematika siswa Indonesia berada di peringkat 38 dari 42 negara peserta. Indonesia hanya mampu meraih skor rata-rata 386 poin dai rata-rata skor Internasional yang mencapai 500 poin. Skor rata-rata siswa Indonesia tertinggal jauh dari Negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand yang masing-masing mendapatkan skor 611, 440,dan 427.32 31
Zakaria Ahmad, Perbandingan Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP antara yang mendapatkan Pembelajaran dengan menggunakan Strategi Konflik Kognitif Piaget dan Haswah, Universitas Pendidikan Indonesia. 32 Ina V.S. Mullis, dkk, TIMSS 2011 International Result In Mathematics, ( Chesnut Hills : Boston College, 2012 ), hlm. 46
48
Untuk mempresentasikan rentang kemampuan yang ditunjukkan oleh siswa secara Internasional TIMSS mempunyai empat tingkatan, standar mahir adalah 625, standar tinggi adalah 550, standar menengah 475, dan standar rendah adalah 400. Berdasarkan hasil studi TIMSS, maka kemampuan matematika peserta didik Indonesia berada pada kategori rendah, jauh dari kategori mahir ( 625) , dimana kategori mahir inilah yang ingin dicapai dalam kurikulum pendidikan matematika di sekolah. Hasil TIMSS yang rendah ini menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia belum terbiasa menghadapi soalsoal yang membutuhkan kemampuan tingkat tinggi seperti karakteristik soal TIMSS yang substansinya kontekstual,
menuntut
penalaran,
argumentasi,
dan
kreativitas dalam menyelesaikannya dan masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Hasil dari survey TIMSS tersebut juga merujuk pada suatu kesimpulan bahwa prestasi
peserta
didik
Indonesia
tertinggal
dan
terbelakang. Disisi lain hasil penelitian yang dilakukan oleh Reid mengemukakan
bahwa
karakteristik
anak
yang
mengalami kesulitan belajar matematika ditandai oleh ketidakmampunya dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan aspek – aspek berikut ini :
49
1. Mengalami kesulitan dalam pemahaman terhadap proses pengelompokkan (grouping process) 2. Mengalami kesulitan dalam menempatkan satuan, puluhan, ratusan, atau ribuan dalam operasi hitung (menambah dan mengurang) 3. Kesulitan dalam persepsi visual dan persepsi auditori, meliputi a) Figure ground, b) Tidak
dapat
memahami
adanya
proses
pengurangan dalam operasi pembagian, c) Mengalami kesulitan dalam memahami angka multidigit, d) Diskriminasi : (sukar membedakan angka 8 dan angka 3, sukar membedakan angka 2 dan angka 5, sukar membedakan symbol-simbol operasi hitung). e) Reversal : menukar atau memutar baik tempat digit angka 213 menjadi 231, mengalami kesulitan dalam regrouping f) Spatial : mengalami menulis decimal, mengalami kesulitan
dengan
bilangan
ordinal,
mengalami
kesukaran dalam pecahan, mengalami kesukaran dalam membedakan bentuk g) Memori : memori jangka pendek yaitu mengalami kesukaran dalam mengingat informasi yang baru disajikan. Memori jangka panjang yaitu mengalami
50
kesukaran dalam mengingat fakta dan proses dalam waktu lama. h) Urutan
:
mengalami
kesukaran
dalam
menunjukkan waktu, mengalami kesukaran dalam operasi pembagian, mengalami kesukaran dalam operasi penjumlahan, mengalami kesukaran dalam operasi perkalian. i) Interratif closure : mengalami kesukaran dalam menghitung pola dalam satu rangkaian urutan, mengalami kesukaran dalam memahami peminjaman dan penambahan yang disisipkan dalam operasi pengurangan dan penjumlahan. j) Abtraksi
:
mengalami
kesulitan
dalam
memecahkan masalah , mengalami kesulitan dalam membandingkan mengalami
bilangan
kesukaran
dengan
dalam
simbolnya,
konsep
desimal,
mengalami kesukaran dalam memahami pola hitung.33
B.
Kajian Pustaka Kajian
pustaka
pada
dasarnya
digunakan
untuk
memperoleh suatu informasi tentang teori-teori yang berkaitan dengan judul penelitian dan digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Dalam kajian pustaka ini peneliti menelaah beberapa skripsi dari penelitian terdahulu, antara lain: 33
Martini Jamaris, Kesulitan Belajar,…..hal. 186-188
51
1)
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yunus, 2015 dengan judul
“ Peningkatan Prestasi Belajar Mata
Pelajaran Matematika Materi Pokok Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan melalui metode Inquiry Siswa Kelas V MI Ma’arif Selak, Pabelan, Mungkid, Magelang, Daerah Istimewa Yogyakarta.” Pada skripsi ini menjelaskan tentang masih rendahnya pencapaian hasil nilai mata pelajaran matematika pada MI Ma’arif Selak, Pabelan, Mungkid, Magelang, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini terlihat dari hasil nilai rata-rata ulangan harian semester satu tahun pelajaran 2014/2015 siswa kelas V untuk mata pelajaran matematika KKM 65 adalah 53,20 dengan ketuntasan belajar dengan sebesar 21,43%. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua kali siklus. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam dua kali siklus maka dapat dilihat hasil prestasi siswa kelas V MI Ma’arif Selak, dalam bentuk nilai dengan rata-rata kelas 64,29 dengan ketuntasan belajar sebesar 42,86%,
dengan
pertimbangan
belum
tercapainya
ketuntasan belajar 75%, maka dilanjutkan dengan tindakan silkus dua dengan perolehan nilai rata-rata kelas 72,86 dengan tingkat ketuntasan belajar sebesar 92,86%. 2)
Penelitian yang dilakukan oleh Sukir ( 133911213 ) dengan judul
“Cooperative
Learning
tipe
Jigsaw
dalam
meningkatkan hasil belajar matematika materi menghitung
52
luas segi banyak kelas VI MI Raudlatussibyan Sampang Demak Tahun Pelajaran 2014 / 2015.” Pada skripsi ini menjelaskan tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VI MI Raudlatussibyan Sampang Demak pada materi menghitung luas segi banyak. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research ) pada peserta didik kelas VI MI Raudlatussibyan Sampang Demak, yang mampu meningkatkan hasil belajar dengan ditunjukkan adanya perubahan dalam proses pembelajaran yaitu kesiapan dan keaktifan pada saat proses pembelajaran, juga ditunjukkan adanya peningkatan nilai skor tes akhir dari masing-masing siklus dengan melibatkan komponenkomponen jigsaw dengan nilai rata-rata hasil belajar pada pra siklus mencapai 66,25 dan persentase ketuntasan klasikal hanya mencapai 70,83% , naik pada siklus I menjadi 76,67 dan ketuntasan klasikal 83,33%, naik lagi pada siklus II menjadi 90 dan ketuntasan klasikal menjadi 91,67%. 3)
Penelitian yang dilakukan oleh Etik Faridatul Kumala ( 113911218 ) dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar Matemcatika Dengan Penerapan Model Teams Games Tournament ( TGT ) Materi Operasi Hitung Bilangan Kelas V MI Miftahul Huda Sumberejo Kabupaten
53
Semarang TH . 2014”. Pada skripsi ini menjelaskan tentang penerapan model pembelajaran TGT pada siswa kelas MI Miftahul Huda Sumburejo 01 Kabupaten Semarang
yang
menunjukkan
hasil
belajar
siswa
mengalami peningkatan dari 32,3% dengan nilai rata-rata 54,71 pada prasiklus menjadi 71% dengan nilai rata-rata kelas 69,8 pada siklus I, serta 90,3% dengan rata-rata 72,4 pada siklus II. Berdasarkan pada kajian diatas, hampir terdapat kesamaan antara penelitian yang peneliti akan lakukan dengan penelitianpenelitian sebelumnya, yakni berkaitan tentang pembelajaran Matematika.
Sedangkan
perbedaan
penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah waktu dan tempat, selain itu jenis penelitian terdahulu yaitu penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang berbeda dengan penelitian kualitatif lapangan .
C. Kerangka Berfikir Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal , antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.34 Sedangkan matematika merupakan ilmu pengetahuan yang 34
Amin Suyitno, Dasar- dasar dan proses pembelajaran matematika I ( Semarang : UNNES , 2006 ), hlm. 28
54
diperoleh dengan bernalar yang menggunakan istilah yang didefenisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti serta dapat digunakan dalama pemecahan masalah yang berkaitan dengan bilangan. Tujuan pembelajaran umum matematika adalah supaya siswa mampu dan terampil dalam menggunakan matematika. Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut , seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi
pembelajaran
yang
memungkinkan
siswa
aktif
membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Khususnya dalam pembelajaran matematika, proses pembelajaran
matematika
perlu
mendapat
perhatian
dan
penanganan yang serius. Hal ini penting, sebab hasil-hasil penelitian masih menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah dasar masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam penelitiannya, Sumarmo dkk. (1999) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika siswa sekolah dasar belum memuaskan, juga adanya kesulitan belajar yang dihadapi siswa dan kesulitan yang dihadapi guru dalam mengerjakan matematika. Problematika
ataupun
kesulitan
pembelajaran
matematika itu sendiri, di kelas VD SD Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang yaitu problem yang dialami oleh siswa dan terutama guru yang mengajar di sekolah tersebut.
55
Problematika yang di alami oleh guru pastinya berbeda dibanding guru-guru lain yang mengajar di kelas yang lain pula. Karakteristik yang berbeda diantaranya peserta didik dan juga kemampuan guru yang juga beragam membuat permasalahan yang dialami juga berbeda-beda. Kemudian solusi yang dapat dijadikan pemecahan masalah dalam mengatasi kesulitan belajar matematika pastinya banyak sekali. Dengan masalah yang berbeda-beda maka menjadikan solusi dalam mengatasinya juga berbeda-beda tergantung seberapa besar masalah yang dihadapi. Kedua hal tersebut itulah yang kemudian menjadi fokus masalah penelitian yang akan peneliti laksanakan.
56
BAB III METODE PENELITIAN Metode yaitu suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, mempunyai langkah- langkah yang sistematis ( Neolaka 1986 : 29 ). Metode juga berarti cara yang akan ditempuh untuk lebih mendalami studi. Jadi , metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu bersifat rasional, empiris, dan sistematis ( Sugiyono, 2013: 2 ).1 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti yaitu penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono ( 2013 : 7 ), penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam yaitu sebuah data yang mengandung kegunaan tinggi atau bermakna.2 Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pengalaman
orang-orang,
sebagaimana
dirasakan
orang-orang
bersangkutan. Pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam ( dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka) dianggap metode yang potensial untuk tujuan tersebut. Oleh karena itu, salah satu ciri 1
Amos Neolaka, Metode Penelitian dan Statistik, ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2014 ), hlm. 2 2
Amos Neolaka, Metode Penelitian dan Statistik, ..... hlm. 181
58
penelitian kualitatif adalah bahwa tidak ada hipotesis yang spesifik pada saat penelitian dimulai, hipotesis justru dibangun selama tahap - tahap penelitian, setelah diuji atau dikonfrontasikan dengan data yang diperoleh peneliti selama penelitian tersebut. Sebagaimana umumnya penelitian kualitatif, penelitian berdasarkan perspektif interaksionis simbolik bersifat induktif, dimana berangkat dari kasus – kasus bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata ( ucapan atau perilaku subjek penelitian atau situasi lapangan penelitian ) untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip, proposisi, atau definisi yang bersifat umum.3 B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Hidayatullah Semarang yang terletak di jalan durian selatan 1/6 Srondol Wetan Banyumanik Semarang selain strategis dan mudah dijangkau dari berbagai arah. Seperti MI pada umumnya pendidikan di SD Islam Hidayatullah Semarang ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas I sampai kelas VI. SD Islam Hidayatullah Semarang dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Pihak sekolah, utamanya kepala sekolah, waka kurikulum, wali kelas VD, dan kelas VD SD Islam Hidayatullah sangat mendukung dilaksanakannya penelitian mengenai problematika pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran matematika. 3
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2010 ), hlm. 156
59
2. Adanya problematika yang dihadapi siswa dan guru dalam pembelajaran matematika di kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 - 29 bulan Februari 2016. Adapun untuk melaksanakan penelitian ini peneliti melakukan beberapa kegiatan, diantaranya : 1. Melakukan permohonan izin penelitian kepada kepala sekolah, 2. Melakukan observasi bertujuan untuk mencari gambaran umum dan khusus tentang obyek yang akan diteliti, 3. Mengumpulkan data angket, wawancara dan dokumentasi yang diperlukan, 4. Melakukan analisis data. C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang. Jumlah siswa 35 orang, yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 22 siswa laki-laki. D. Sumber Data Menurut Lofland yang dikutip oleh Lexy J.Moleong bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.4 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto sumber data dalam penelitian
4
Lexy J.Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya , 2009 ), hlm. 157
60
adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.5 Dalam hal ini, sumber data penelitian terbagi dalam dua kelompok yaitu : a. Data Primer, menurut Sugiyono yang dikutip oleh Rinesti Witasari yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.6 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VD dan pengajar mata pelajaran Matematika di SD Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang. b. Data Sekunder, menurut Sugiyono yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen dan buku-buku karya Ilmiah yang relevan dengan tema penelitian ini yang berfungsi sebagai sumber data penunjang. E. Fokus Penelitian Fokus adalah permasalahan yang akan dibahas atau diuji. Dalam
penelitian
ini
lebih
difokuskan
kepada
problematika
pembelajaran matematika siswa kelas VD SD Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang. Peneliti juga membatasi masalah yang diteliti yaitu : 5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2013 ), hlm. 172 6
Rinesti Witasari “ Problematika pembelajaran Baca Tulis AlQur’an ( BTQ ) Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah ( M.I ) Ma’arif Krakal Kebumen Tahun 2013/2014”, skripsi Rinesti Witasari, ( Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2014 )
61
a. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Siswa kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 b. Problematika Pembelajaran Matematika Siswa kelas VD SD
Islam
Hidayatullah
Semarang
Tahun
Pelajaran
2015/2016 F. Teknik Pengumpulan Data 1) Pengamatan ( observasi ) Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartiakan sebagai “ pengamatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap subyek dengan menggunakan seluruh alat inderanya”.7 Observasi ( observation ) atau pengamatan merupakan suatu teknik
atau
cara
mengumpulkan
data
dengan
jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepagawaian yang sedang rapat, dsb. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif
ataupun
nonpartisipatif.
Dalam
observasi
partisipatif ( participatory observation ) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi non pasrtisipatif ( non participatory observation ) pengamat
7
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Suatu Tindakan Dasar , ( Surabaya : Sie Surabaya, 2000), cet.4, hlm. 40
62
tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.8 Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terkait problematika pembelajaran Matematika kelas VD di SD Islam Hidayatullah. 2) Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai halhal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.9 Dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mengetahui daftar nama peserta didik kelas VD dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pembelajaran Matematika SD Islam Hidayatullah Semarang. 3) Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya : 2011 ), hlm. 220 9
Suharsimi Arikunto, Praktik......, hlm. 274
63
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
berdasarkan tujuan tertentu.10 Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menetapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara ( interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi, atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian.11 4) Angket Menurut pengertiannya, angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang ( responden ), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut
bersedia
memberikan
respons
sesuai
dengan
10
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2010 ), hlm. 181 11
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan.......,
hlm. 216
64
permintaan pengguna. Orang yang diharapkan memberikan respons ini disebut responden. Menurut cara memberikan respons, angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup. a. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk
sedemikian
rupa
sehingga
responden
dapat
memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka digunakan apabila peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada responden. b. Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan centang pada kolom atau tempat yang sesuai.12 G. Uji Keabsahan Data Untuk menghindari kekeliruan data yang telah terkumpul perlu dilakukan pengecekan keabsahan data. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Terdapat 4 kriteria yang
digunakan
yaitu:
derajat
kepercayaan
(credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) , dan kepastian (confirmability), dengan teknik triangulasi, ketekunan pengamatan, pengecekan teman sejawat ( Moleong, 2013 : 324 ).
12
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian , ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010 ), hlm.100-103
65
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu / sumber lain namanya adalah triangulasi.13 Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.14 H. Teknik Analisis Data Analisis data adalah suatu cara menganalisis data yang diperoleh selama peneliti mengadakan penelitian sehingga akan diketahui kebenaran atas suatu permasalahan. Untuk penelitian tindakan kelas analisis data tidak dilaksanakan pada kahir penelitian, namun dilakukan sepanjang proses penelitian. Data yang terkumpul akan mempunyai arti jika dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono, analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak untuk membuat kesimpulan yang lebih luas ( generalisasi / inferensi ). 13
15
Statistik deskriptif digunakan untuk
Amos Neolaka, Metode Penelitian dan Statistik,..... hlm. 179
14
Lexy J.Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya , 2009 ),hal. 330 15
Sugiyono , Statistik Untuk Penelitian,.... hlm. 21
66
mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari prosentase serta menyajikan data yang menarik, mudah diacak, dan diikuti alur berpikirnya, misalnya bentuk grafik dan tabel.16 Jadi, data penelitian yang berupa nilai ulangan peserta didik diolah dengan mencari rata-rata dan prosentase ketuntasan, kemudian disajikan dalam tabel, kemudian divisualisasikan dalam bentuk diagram. Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi,
interview
menggunakan
teknik
dan analisa
dokumentasi, deskriptif
maka kualitatif
penulis dengan
pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas dan sederhana tentang
pengelolaan
kelas
dalam
rangka
mengefektifkan
pembelajaran siswa, sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap responden. Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Reduksi Data. 16
Suharsimi Arikunto, dkk., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ......hlm. 131-132
67
Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik atau diverifikasi. Data yang diperoleh dari lapangan langsung ditulis dengan rinci dan sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai
dengan
fokus
menyimpulkannya.
penelitian
Reduksi
data
agar
mudah
dilakukan
untuk untuk
mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan serta membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu. b. Display data atau Penyajian Data. Yaitu mengumpulkan data atau informasi secara tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang sudah ada disusun dengan menggunakan teks yang bersifat naratif, selain itu bisa juga berupa matriks, grafik, networks dan chart. Dengan alasan supaya peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data,17serta untuk memudahkan peneliti
17
Nasution,S., Metode Penelitian ( Bandung: TARSITO, 1988 ), hlm. 129.
Naturalistik-Kualitatif,
68
dalam memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya.18 c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi. Yaitu merupakan
rangkaian
analisis
data
puncak.
Meskipun begitu, kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang valid. Oleh karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau ulang dengan cara memverifikasi kembali catatan-catatan selama penelitian dan mencari pola, tema, model, hubungan dan persamaan untuk diambil sebuah kesimpulan.19
18
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , ( Bandung: CV. Alfabeta, 2005 ), hlm. 95 19 Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, ( Bandung: TARSITO, 1988), hlm. 130
69
70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SD Islam Hidayatullah Semarang, berdasarkan hasil uraian dan analisa data yang peneliti peroleh melalui wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi,
maka
didapat
kesimpulan
problematika
pembelajaran matematika di SD Islam Hidayatullah Semarang sebagai berikut ; dari sudut pandang siswa didapat bahwa siswa masih
kesulitan
dalam
menghitung,
pemahaman
bahasa
matematika yang kurang, kesulitan dalam persepsi visual dan persepsi auditori, minat dan motivasi siswa kelas VD yang masih kurang terhadap pelajaran matematika.
Sedangkan sudut
pandang guru dan kepala sekolah didapat bahwasanya Guru kurang / jarang menggunakan alat / media pembelajaran, dan kurang menggunakan metode yang inovatif dan bervariasi.
B.
Saran Setelah
melakukan
penelitian
tentang
problematika
pembelajaran matematika di kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang, maka peneliti memberikan beberapa saran berikut: 1. Kepada Pihak Sekolah, hendaknya menyediakan media pembelajaran secara lengkap baik berupa media sederhana maupun media yang sudah berbasis komputer karena untuk menunjang
pencapaian
prestasi
belajar
siswa
dan 123
melengkapi sarana dan prasarana pendidikan termasuk laboratorium
matematika
agar
siswa
dapat
belajar
khusunya matematika dengan optimal, mendorong guru kelas terutama dalam mengajar mata pelajaran untuk lebih profesional dibidangnya, menjalin hubungan dengan berbagai pihak untuk pengadaan buku teks. 2. Bagi Guru, hendaknya kreatif dan berani mencoba untuk menerapkan metode-metode yang berprinsip PAIKEM, membiasakan
diri
untuk
membuat
RPP
(Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) ketika setiap kali guru hendak mengajar agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan maksimal dan dalam proses pembelajaran hendaknya lebih memperhatikan keadaan kesiapan dan konsentrasi siswa, agar lebih terfokus pada materi waktu kegiatan belajar sedang berlangsung. Dan guru hendaknya memberi motivasi kepada siswa agar tumbuh keberaniannya dalam mengikuti contoh yang diberikan oleh guru, ketika siswa tampil di depan kelas, serta siswa harus diaktifkan dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh. 3. Bagi Siswa, supaya lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika dan tekun dalam belajar matematika dan lebih banyak berlatih menghitung serta berlatih mengerjakan soal cerita matematika meningkatkan kemahiran dalam matematika.
124
untuk dapat
4. Bagi Orang Tua, agar selalu membimbing, memberi perhatian dan mengawasi anak mereka untuk lebih giat belajar matematika , bukan hanya diserahkan kepada sekolah tetapi orang tua juga ikut mengontrol belajar anak tersebut. 5. Upaya
-
upaya
untuk
Mengatasi
Problematika
Pembelajaran matematika Upaya yang dilakukan dalam mengatasi problematika pembelajaran matematika di SD Islam Hidayatullah adalah sebagai berikut: a) Guru kelas VD SD Islam Hidayatullah mengidentifikasi dan mengklasifikasi kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan klasifikasi baik, sedang dan kurang, sehingga dalam penanganannya dalam pembelajaran terdapat jam tambahan berbeda sesuai tingkat kemampuan mereka.b) Selalu memberi motivasi, arahan, dan pujian kepada siswa sebelum dan sesudah pelajaran, untuk selalu berlatih, tidak putus asa, dan ilmu yang akan diperoleh akan sangat berharga sebagai bekal hidup di masyarakat dan bekal ibadah kepada Allah SWT. c) Problem hubungan timbal balik dalam pembelajaran guru berupaya memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan memberi pertanyaan tentang materi pelajaran, baik ditengahtengah pembelajaran maupun sesudah materi selesai diajarkan. d)
Persoalan
ketidakfahaman
siswa
menerima
pelajaran
matematika, guru berupaya memberi penjelasan secara mendalam
125
dan mengulang-ulang materi sampai betul-betul faham kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika
C. Kata Penutup Alhamdulillahirrobbil ‘alaamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan pertolongan-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini walaupun dengan banyak hambatan, rintangan, dan cobaan namun semua dapat terlewati berkat do’a dari orang-orang terdekat, juga kesungguhan saya untuk menyelesaikannya. Saya sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan, hal ini karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya khususnya, dan pembaca pada umumnya dan serta lembaga pendidikan yang terkait. Amin ya Robbal ‘Alamiin.
126
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
Penelitian ini menyajikan hasil penelitian yang dilakukan di SD Islam Hidayatullah Semarang, yang penyajiannya meliputi : problematika
pembelajaran
matematika.
Problematika
pembelajaran matematika berisi tentang temuan-temuan kasus berdasarkan dari paparan data hasil penelitian di SD Islam Hidayatullah Semarang. Upaya mengatasi problematika berisi tentang usaha guru dan madrasah baik yang masih berupa program maupun
sudah dilaksanakan untuk memperbaiki
pembelajaran dan hasil belajar matematika di SD Islam Hidayatullah Semarang. A. Profil Lembaga Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Hidayatullah Semarang, yaitu pada siswa dan guru kelas VD pada sekolah tersebut. Adapun yang akan diteliti adalah problematika pembelajaran matematika kelas V SD Islam Hidayatullah Semarang. Oleh karena itu untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang obyek penelitian, peneliti akan mendriskripsikan SD Islam Hidayatullah Semarang secara keseluruhan.
72
1. Tinjauan Historis SD Islam Hidayatullah a. Yayasan Abul Yatama Yayasan Abu Yatama didirikan di Semarang pada tanggal 23 Juni 1984 berasas Islam dan bercirikan ahlussunnah wal jama’ah. Yayasan Abul Yatama didirikan dengan maksud untuk: 1) Memberikan beasiswa pendidikan kepada anakanak dari keluarga kurang mampu terutama yatim mulai tingkat TK sampai dengan perguruan tinggi. 2) Memberikan bantuan sosial kepada kaum dhu’afa, terutama para janda. 3) Menyebarluaskan pendidikan dan ajaran Islam yang dijiwai oleh iman dan taqwa. b. Visi Yayasan 1) Memadukan Dzikir, fikir dan ikhtiar 2) Menyemai Benih insan khoirul ummah c. Misi Yayasan 1) Memberikan fasilitas yang memadai bagi usaha perkembangan manusia (guru, siswa, tenaga administrasi, pengurus yayasan) sebagai bekal pengalaman ajaran agama Islam, khususnya dalam hal keimanan, ketaqwaan dan ikhtiar yang 73
mendasari
penguasaan
ilmu
pengetahuan,
tekhnologi dan seni ( IPTEKS ). 2) Meningkatkan
pengetahuan
dan
kreativitas
sehingga mencapai derajat pengetahuan yang tinggi dan dapat membentuk manusia ( guru, siswa, karyawan) yang unggul, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT yang selalu berorientasi kepadaNya (Allah Centris). 3) Mendorong kebersamaan antara masyarakat, orangtua, murid, siswa, pengurus, guru dan karyawan. 4) Mendorong perbaikan berkelanjutan sebagai manifestasi dan pengalaman Iman, Taqwa, penguasaan IPTEKS, dan ikhtiar sehingga menjadi pelopor dalam berbagai bidang. Dalam mencapai tujuan tersebut diatas yayasan mendirikan lembaga baik formal maupun non formal dan usaha-usaha lain untuk mendukung maksud dan tujuan diatas. Saat ini yayasan Abul yatama diketuai oleh : H. Umar Toha,M.Ba,M.Sc. Lembaga Pendidikan Islam Hidayatullah menerapkan konsep berkelanjutan, konsep ini diwujudkan dalam tahap-tahap pendidikan yang ada sekarang ini, yakni: 74
1) Pada jenjang TK dan SD diprioritaskan pada penguasaan
pengetahuan
dan
menumbuh
kembangkan motivasi. 2) Pada jenjang SMP dan SMA diprioritaskan pada proses pembentukan skill dan perlibatan, pembiasaan dalam mengaplikasikan ilmunya. Kabid dikdasmen LPIH membawahi 4 jenjang pendidikan sekolah yaitu: 1) Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak ( KB-TKIH ) 2) Sekolah Dasar ( SDIH ) 3) Sekolah Menengah Pertama ( SMPIH ) 4) Sekolah Menengah Atas ( SMAIH ) d. Visi LPI Hidayatullah 1) Memadukan Dzikir, fikir dan ikhtiar 2) Menyemai Benih insan khoirul ummah e.
Misi LPI Hidayatullah 1) Memberikan bekal iman dan taqwa 2) Menciptakan lingkungan pendidikan kondusif 3) Mengoptimalkan kemampuan akademik 4) Menumbuhkan etos kerja/ikhtiar 5) Kompetensi lulusan 6) Istiqomah dalam ibadah 7) Tartil dalam membaca Al- Qur’an
75
8) Hafal Juz Amma 9) Hafal hadits dan doa-doa harian 10) Berbakti pada orang tua 11) Berperilaku baik 12) Disiplin dan bertanggung jawab 13) Bersemangat juang 14) Memiliki budaya bersih dan sehat 15) Mastery learning. 2. Tinjauan
Geografis
SD
Islam
Hidayatullah
Semarang SD Islam Hidayatullah yang terletak di jalan durian selatan 1/6 Srondol Wetan Banyumanik Semarang selain strategis dan mudah dijangkau dari berbagai arah juga memiliki banyak kelebihan dan prestasi. Setiap tahunnya SD Islam Hidayatullah selalu mengirimkan siswa yang berprestasi ke tingkat Kecamatan maupun tingkat Kota Semarang terutama pada ajang lomba MAPSI. Hal ini menunjukkan bahwa SD Islam Hidayatullah mampu menjadikan Sekolah Dasar Islam yang unggul berbasis dakwah. Standar mutu lulusan SD Islam Hidayatllah Semarang Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis Islami, SD Islam Hidayatullah memiliki kriteria standar mutu lulusan: 76
a) Tartil membaca Al-Qur’an b) Hafal Al-Qur’an Juz ke-30 ( Juz’Amma ) c) Tertib dalam shalat d) Berbakti kepada orangtua dan keluarga e) Tuntas belajar pada semua mata pelajaran f) Gemar membaca g) Cakap dalam komunikasi h) Amanah dan bertanggung jawab i) Disiplin j) Mandiri dan percaya diri k) Bersahaja dan rendah hati l) Berbudaya bersih dan sehat. Visi SD Islam Hidayatullah : 1. Memadukan dzikir, fikir, ikhtiar 2. Menyemai benih insan khoiru ummah Misi SD Islam Hidayatullah : 1. Menjadi sekolah dasar Islam unggul berbasis dakwah 2. Menjadi sekolah dasar Islam rujukan. Kurikulum yang Diselenggarakan di SD Islam Hidayatullah Semarang : SD
Islam
Hidayatullah
merupakan
yayasan
pendidikan formal yang berkembang dengan perpaduan kurikulum umum dan berorientasi keagamaan dan sekolah 77
internasional. Untuk itu, SD Islam Hidayatullah menggunakan 4 kurikulum dasar yang dipadukan. Berikut rincian secara jelas. 1. Kurikulum Umum ( Departemen Pendidikan) Disesuaikan
dengan
peraturan
Kementerian
Pendidikan Nasional Negara Indonesia menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2. Kurikulum Agama ( Departemen Agama) Karena SD Islam Hdayatullah merupakan sekolah yang berorientasi pada keagamaan, maka sekolah inimenggunakan kurikulum agama dengan pembagian sebagai berikut. a. kelas 1 dan 2 menggunakan PAI, meliputi : akidah, fikih, Al-Qur’an b. kelas 3 menggunakan PAI, meliputi : akidah, fikih, AlQur’an, SKI c. kelas 4, 5, dan 6 menggunakan PAI, meliputi : akidah, fikih, Al-Qur’an, SKI, dan Bahasa Arab. 3. BAQ ( Baca Al-Qur’an) Menggunakan metode UMMI yang berasal dari KPI Surabaya. Metode UMMI merupakan salah satu metode baca tartil dan cepat.
78
4. Kurikulum Cambridge Selain
itu,
kurikulum
sekolah
ini
internasional
Hidayatullah
bekerja
juga karena
sama
menggunakan SD
dengan
Islam
Al-Irsyad
Singapura untuk menuju sekolah islam internasional.1
B. Deskripsi Data Data yang diambil dari informan, dalam bentuk wawancara dan angket yang digunakan oleh peneliti ada pada lampiran - lampiran. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, wawancara dengan siswa kelas VD SD islam Hidayatullah yang meliputi siswa dari beberapa daerah di Semarang. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas VD dan juga kepala sekolah SD islam Hidayatullah Semarang. Dan wawancara dengan kepala sekolah, dimana hasil yang diperoleh sebagaimana wawancara terhadap tercantum pada lampiran 2, 3,dan 4. Penelitian ini tentang problematika pada pembelajaran matematika telah penulis lakukan dengan mengambil 35 responden dari kelas VD SD Islam Hidayatllah Semarang. Penulis melakukan wawancara kepada 35 responden dengan kategori
pertanyaan
yaitu
pelaksanaan
pembelajaran
matematika dan problematika pembelajaran matematika yang
1
79
Arsip data SD Islam Hidayatullah Semarang
berarti bahwa penulis ingin mengetahui lebih mendalam mengenai problematika atau permasalahan - permasalahan yang dirasakan siswa maupun guru . Penulis menyusun dan merangkum dari jawaban jawaban mereka kedalam teks yang mudah dipahami penulis maupun pembaca. Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Adapun responden memiliki jawaban yang beragam atau variatif. Dari 35 responden, penulis memilih 3 siswa kelas VD terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah, sehingga didapatkan hasil yang bermacam – macam. Adapun hasil jawaban wawancara dengan sebagai berikut : a. Siswa dengan indeks prestasi tinggi Nama
: E.A.V
Kelas
: VD
Alamat
: Jl. Srondol Asri, Blok H No. 5
Pertanyaan : 1. Peneliti
1: Apakah kamu menyukai pelajaran matematika ? kenapa kamu suka sama matematika ?
EAV 1
: Sangat suka, karena bisa melatih logika, kreatif, dan bisa berhitung. 80
2. Peneliti 2 : Menurut kamu, apakah pelajaran matematika mudah atau sulit ? EAV
2 : Mudah
3. Peneliti
3
: Menurut kamu, bagaimana suasana
pembelajaran
matematika
dikelas?
Menyenangkan atau membosankan ? : Kadang – kadang menyenangkan dan
EAV 3
juga ramai. 4. Peneliti 4
: Menurut kamu, bagaimana cara guru mengajar matematika di kelas ? apakah sangat jelas dan memahamkan / cukup jelas / kurang jelas dan memahami ?
EAV 4 5. Peneliti
: Jelas dan bisa dimengerti, simple. 5
:
Menurut
menggunakan
kamu,
apakah
Guru
alat
media
dalam
/
pembelajaran matematika ? EAV 5
: Seringnya papan tulis.
6. Peneliti 6 : Menurut kamu , apakah guru menguasai setiap
materi
disampaikannya ? EAV 6 81
: Iya, menguasai baik.
matematika
yang
7. Peneliti 7 : Menurut kamu, apakah guru matematika mengajar dengan metode yang tepat / cocok, sehingga mempermudah siswa memahami materi ? EAV 7
: Iya.
8. Peneliti 8
: Apakah Guru matematika mendorong siswa untuk aktif ataupun bertanya dalam kegiatan belajar mengajar ?
EAV 8 9. Peneliti
: Iya. 9 : Apakah Guru matematika mengadakan diskusi atau tanya jawab dengan siswa ?
EAV 9 10. Peneliti
: Iya. 10
: Apakah kamu bertanya saat belum
paham
terhadap
materi
yang
telah
diajarkan guru ? EAV 10
: Tidak sering, tetapi pernah bertanya.
b. Siswa dengan indeks prestasi sedang Nama
: AKR.
Kelas
: VD
Alamat
: Perum. Srondol Bumi Indah, Blok U No. 6 82
Pertanyaan : 1. Peneliti 1 : Apakah kamu menyukai pelajaran matematika ? AKR 1
: Biasa saja
2. Peneliti 2 : Menurut kamu, apakah pelajaran matematika mudah atau sulit ? AKR 2 3. Peneliti 3
: Sedang – sedang saja. :
Menurut kamu, bagaimana suasana
pembelajaran
matematika
dikelas?
Menyenangkan atau membosankan ? AKR 3 4. Peneliti 4
: Membosankan : Menurut kamu, bagaimana cara guru mengajar matematika di kelas ? apakah sangat jelas dan memahamkan / cukup jelas / kurang jelas dan memahami ?
AKR 4
: Jelas
5. Peneliti 5: Menurut kamu, apakah Guru menggunakan alat
/
media
dalam
matematika ? AKR 5 : Tidak , kecuali papan tulis. 83
pembelajaran
6. Peneliti 6
: Menurut kamu , apakah guru menguasai setiap
materi
matematika
yang
disampaikannya ? AKR 6
: Iya, menguasai .
7. Peneliti 7 : Menurut kamu, apakah guru matematika mengajar dengan metode yang tepat / cocok , sehingga
mempermudah siswa
memahami materi ? AKR 7 8. Peneliti 8
: Iya, ceramah dan tanya jawab. : Apakah Guru matematika mendorong siswa untuk aktif ataupun bertanya dalam kegiatan belajar mengajar ?
AKR 8 9. Peneliti 9
: Iya : Apakah Guru matematika mengadakan diskusi atau tanya jawab dengan siswa ?
AKR 9
: Jarang
10. Peneliti 10 : Apakah kamu bertanya saat belum paham
terhadap
materi
yang
telah
diajarkan guru ? kenapa ? AKR 10
: Tidak pernah, karena ketika menerangkan sudah jelas jadi tidak tanya. 84
c. Siswa dengan indeks prestasi rendah Nama
: ABP.
Kelas
: VD
Alamat
: Villa Mulawarman No. 23
Pertanyaan : 1. Peneliti 1
:
Apakah kamu menyukai pelajaran
matematika ? ABP 1
: Cukup suka
2. Peneliti 2 : Menurut kamu, apakah pelajaran matematika mudah atau sulit ? kalau sulit dibagian mana ? ABP 2
: cukup sulit, cara mengerjakan soal matematika.
3. Peneliti 3
: Menurut kamu, bagaimana suasana pembelajaran
matematika
dikelas?
Menyenangkan atau membosankan ? ABP 3
: Biasa saja.
4. Peneliti 4 : Menurut kamu, bagaimana cara guru mengajar matematika di kelas ? apakah sangat jelas dan memahamkan / cukup jelas / kurang jelas dan memahami ? 85
ABP 4 5. Peneliti
: Jelas 5:
Menurut
kamu,
menggunakan
alat
/
apakah
Guru
media
dalam
pembelajaran matematika ? ABP 5
: Tidak, seringnya pakai papan tulis.
6. Peneliti 6 : Menurut kamu , apakah guru menguasai setiap
materi
matematika
yang
disampaikannya ? ABP 6
: Menguasai dan menyampaikan dengan baik.
7. Peneliti 7 : Menurut kamu, apakah guru matematika mengajar dengan metode yang tepat / cocok, sehingga
mempermudah siswa
memahami materi ? ABP 7 8. Peneliti 8
: Tepat , ceramah. : Apakah Guru matematika mendorong siswa untuk aktif ataupun bertanya dalam kegiatan belajar mengajar ?
ABP 8
: Iya, mendorong aktif.
86
9. Peneliti 9
: Apakah Guru matematika mengadakan diskusi atau tanya jawab dengan siswa ?
ABP 9
: Jarang
10. Peneliti 10
: Apakah kamu bertanya saat belum paham terhadap materi yang telah diajarkan guru ?
ABP 10
: Jarang
Dari hasil wawancara dengan beberapa dapat disimpulkan
bahwasanya
mengalami
kesulitan
siswa
belajar
kelas
VD
terhadap
masih
pelajaran
matematika. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa mengalami problem pembelajaran matematika dengan perbedaan yang ada. Beberapa
ada
yang
menyatakan
kesulitan
dalam
mengerjakan soal menghitung seperti penuturan siswi VD SRR yang menyatakan sulit berhitung dengan angka yang banyak. Selain kesulitan menghitung terdapat kesulitan dalam soal cerita, dimana apabila terdapat soal cerita terkadang
siswa
merasa
kesulitan
bahkan
apabila
kemampuan bahasa matematika siswa yang kurang maka yag terjadi siswa akan kesulitan dalam memcahkan soal dalam bentuk cerita. Disamping soal cerita, terdapat siswa 87
yang kesulitan dalam memecahkan soal pecahan, hal ini kesulitan siswa terutama dalam perkalian maupun pembagian soal matematika. Selain itu, minat siswa juga kurang dengan jawaban mereka yang mengatakan matematika pelajaran yang sulit. Selain itu, hasil wawancara dengan siswa, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru atau wali kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang. Hasil wawancara sebagai berikut : Nama Responden : SM NIC
: B.588.0796.054
Pertanyaan : 1. Peneliti 1 : Apakah Bapak / Ibu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) sendiri atau tidak ? SM
1
:
membuat
sendiri,tetapi
bukan
RPP
melainkan lesson plan yaitu rancangan pembelajaran yang lebih praktis dan simple dibandingkan RPP. 2. Peneliti 2 : Apakah Bapak / Ibu dalam mengajar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran di RPP ? SM
2
:
mengajar
sesuai
dengan
langkah
pembelajaran didalam lesson plan, bukan RPP. Kalau RPP pada kurikulum KTSP, sedangkan Lesson plan pada kurikulum Cambridge yang mengacu kurikulum 88
internasional Al-Irsyad Singapura. Dikarenakan pada lesson plan terdapat point-point yang akan dicapai dalam proses pembelajarannya, tapi diupayakan sesuai dengan apa yang akan dicapai. 3. Peneliti 3 :
Bagaimana proses pembelajaran
matematika di kelas VD SD Islam Hidayatullah dilaksanakan? SM 3
: untuk proses pembelajaran matematika di
kelas VD sendiri berjalan dengan baik, akan tetapi tidak
semuanya berhasil. Ada beberapa anak yang
masih kesulitan dalam belajar matematika terutama dalam hal
menghitung
dan
pemahaman
soal
matematika. 4. Peneliti 4 : Apakah Bapak / Ibu mengembangkan materi pokok setiap kali mengajar ? SM 4
: tidak selalu, sesuai materi yang akan
diajarkan. Pelajaran matematika dapat dikembangkan atau dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, jadi menyesuaikan materinya. 5. Peneliti 5 pendekatan pembelajaran?
89
: Apakah Bapak / Ibu melakukan active
learning
ketika
proses
SM 5
: kalau itu harus dilakukan ketika proses
pembelajaran, dikarenakan diharapkan siswa dapat aktif tidak hanya diam atau pasif dalam pembelajaran tersebut. 6. Peneliti 6 : Apa metode dan pendekatan yang sering Bapak / Ibu gunakan ketika proses pembelajaran matematika SM 6
di kelas ?
: untuk metode yaitu penugasan,demonstrasi,
ceramah ( ketika menjelaskan materi ), dan diskusi (menyelesaikan pemecahan masalah soal matematika) 7. Peneliti 7 : Menurut Bapak / Ibu, metode apa yang tepat SM 7
dalam menyampaikan materi matematika? : berkaitan dengan metode yang tepat,
semuanya tergantung atau sesuai dengan kondisi dan materi yang diajarkan, artinya tidak semua materi cocok dengan satu metode saja tetapi saling bergantian. 8. Peneliti
8
:
Menurut
Bapak
/
Ibu,
metode
pembelajaran apa yang tepat / cocok untuk karakter siswa yang
pasif maupun siswa yang mengalami
kesulitan belajar ?
90
SM 8 : untuk metode yang cocok pada siswa yang pasif maupun kesulitan dalam belajar mungkin metode demonstrasi
atau praktik, sehingga siswa
akan merasa senang dengan praktik langsung. 9. Peneliti 9 : Apakah Bapak / Ibu menggunakan alat / media pembelajaran ketika proses mengajar ? SM 9
: untuk alat / media disesuaikan dengan
materinya, tetapi biasanya ketika mengajar alat / media yang sering digunakan yaitu bolpoin, spidol, papan tulis. 10. Peneliti
10 : Menurut Bapak /
Ibu,
media
pembelajaran yang efektif itu seperti apa? Dan contohnya dalam pembelajaran matematika ? SM 10
: media pembelajaran sangatlah bermacam
- macam, tidak ada media yang paling efektif artinya penggunaan media akan efektif apabila sesuai dengan materi yang diajarkan. Misal contohnya : materi bangun dengan media / alat peraga bangun. Hal yang paling penting tidak hanya menggunakan satu media saja, selain itu siswa
diajarkan
dengan
benda-benda nyata atau konkret bukan abstrak. 11. Peneliti 11:
Faktor apa yang menyebabkan
keberhasilan dalam pembelajaran Matematika? 91
SM 11
:
banyak faktor dalam keberhasilan
pembelajaran matematika yaitu situasi atau kondisi kelas, kemampuan anak, motivasi, guru, dan orang tua. 12. Peneliti 12 : Apabila pembelajaran Matematika belum berhasil, faktor – faktor apa yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam pembelajaran matematika ? SM 12 belum
: faktornya yaitu kemampuan siswa yang menguasai
dikarenakan
materi
matematika,
hal
ini
apabila di awal tingkatan belum bisa
maka sampai selanjutnya tidak akan bisa atau mengalami kesulitan, bahkan terkadang siswa hanya hafal konsepnya tetapi tidak bisa memahaminya. 13. Peneliti 13 : Menurut Bapak / Ibu, apa sajakah kesulitan siswa dalam belajar matematika ? SM 13
:
kesulitan siswa yaitu menghitung dan
belum memahami konsep matematika terutama soal cerita. 14. Peneliti 14 : Bagaimana Bapak / Ibu mengetahui maupun mengidentifikasi kesulitan belajar siswa terhadap pembelajaran matematika ?
92
SM 14
: dapat dilihat dari hasil evaluasi, misalnya
pada soal ulangan siswa menjawabnya salah dan tidak bisa berarti siswa mengalami kesulitan pada soal dan materi tersebut. 15. Peneliti 15 : Apakah Bapak / Ibu dalam proses pembelajaran melakukan pengaturan / setting tempat duduk ? SM 15
: iya, tetapi tidak selalu berubah-ubah dalam
setiap pembelajaran,akan tetapi pengaturan tempat duduk perlu dilakukan. 16. Peneliti 16 : Apakah dalam proses pembelajaran matematika peserta didik terlibat aktif ? SM 16
: tidak semuanya, akan tetapi dalam
prosesnya peserta didik diberi acuan untuk aktif misalnya ketika diskusi siswa diberi
kesempatan
aktif dalam kelompoknya. 17. Peneliti 17 : Bagaimana Bapak / Ibu mengatasi siswa yang pasif dalam pembelajaran ? SM 17 : caranya dengan melakukan pendekatan pada siswa tersebut.
93
18. Peneliti 18 :
Bagaimana
cara Bapak /
Ibu
menciptakan lingkungan kelas yang kondusif dan menyenangkan ? SM 18 : untuk menciptakan lingukungan kelas yang kondusif dan menyenangkan dengan memberikan teladan / contoh, diberi nasehat agar tidak ramai, dan tentunya dengan menguasai kelas sehingga siswa tenang tidak gaduh dalam proses pembelajaran di kelas. 19. Peneliti 19 : Bagaimana Bapak / Ibu menumbuhkan minat
peserta
didik
terhadap
pembelajaran
matematika ? SM 19
: cara menumbuhkan suka atau minat peserta
didik terhadap matematika yang pertama siswa diapresiasi, yang kedua soal matematika dibuat mudah. Hal yang dilakukan siswa diberi soal yang mudah agar tidak
menganggap sulit, kemudian
diapresiasi atau dipuji apabila mampu mengerjakan dan diberi motivasi juga. 20. Peneliti 20 :
Apakah Bapak / Ibu selalu
merencanakan dan remedial
dan
melaksanakan
pengayaan
dalam
program pembelajaran
matematika ? 94
SM 20 : iya merencanakan remedial, dikarenakan harus memenuhi standar sekolah, tetapi untuk program remedial menyesuaikan waktu , seperti hari sabtu siswa libur. Akan tetapi bagi siswa yang masih kurang, diminta masuk untuk tambahan belajar. Dari hasil wawancara dengan guru kelas VD dapat disimpulkan bahwasanya proses pembelajaran matematika masih mengalami problem. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban guru yang mengatakan bahwa siswa mengalami problem pembelajaran matematika. Problem pada proses pembelajaran matematika diantaranya siswa masih kesulitan terutama dalam hal menghitung dan pemahaman soal matematika.
Nama Responden : R.A NIC
: C-588-0883.118
Ijazah Terakhir : Sarjana / S1 Jurusan
: Sastra Inggris ( UNDIP )
Pertanyaan : 1.
Secara Umum Jaminan mutu apa yang ditawarkan kepada masyarakat, memasukkan Hidayatullah?
95
sehingga putra-putri
masyarakat mereka
tertarik ke
SD
untuk Islam
Jawaban : Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis Islami, SD Islam Hidayatullah memiliki kriteria standar mutu lulusan: a. Tartil membaca Al-Qur’an b. Hafal Al-Qur’an Juz ke-30 (Juz’Amma) c. Tertib dalam shalat d. Berbakti kepada orangtua dan keluarga e. Tuntas belajar pada semua mata pelajaran f. Gemar membaca g. Cakap dalam komunikasi h. Amanah dan bertanggung jawab i. Disiplin j. Mandiri dan percaya diri k. Bersahaja dan rendah hati l. Berbudaya bersih dan sehat 2. Apakah SD Islam Hidayatullah mempunyai ciri khas yang berbeda dengan SD lain? Jawaban : SD Islam Hidayatullah merupakan yayasan pendidikan formal yang berkembang dengan perpaduan kurikulum umum dan berorientasi keagamaan dan sekolah internasional. Ciri khas yang berbeda dengan sekolah-sekolah yang lain yaitu kurikulumnya,dimana di SD Islam Hidayatullah menggunakan / mengacu pada 4 96
kurikulum dasar yang dipadukan. Diantaranya sebagai berikut : 1) Kurikulum Umum ( Departemen Pendidikan) Disesuaikan
dengan
peraturan
Kementerian
Pendidikan Nasional Negara Indonesia menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2) Kurikulum Agama ( Departemen Agama) Karena
SD
Islam
Hdayatullah
merupakan
sekolah yang berorientasi pada keagamaan, maka sekolah ini menggunakan kurikulum agama dengan pembagian sebagai berikut. a. kelas 1 dan 2 menggunakan PAI, meliputi : akidah, fikih, Al-Qur’an b. kelas 3 menggunakan PAI, meliputi : akidah, fikih, Al-Qur’an, SKI c.
kelas 4, 5, dan 6 menggunakan PAI, meliputi : akidah, fikih, Al-Qur’an, SKI, dan Bahasa Arab.
3) BAQ ( Baca Al-Qur’an) Menggunakan metode UMMI yang berasal dari KPI Surabaya. Metode UMMI merupakan salah satu metode baca tartil dan cepat. 4) Kurikulum Cambridge Selain
itu,
sekolah
ini
juga
menggunakan
kurikulum internasional karena SD Islam Hidayatullah 97
bekerja sama dengan Al-Irsyad Singapura untuk menuju sekolah islam internasional. 3. Bagaimana untuk sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran , terutama pelajaran Matematika ? Jawaban : Untuk sarana dan prasarana di SD Islam Hidayatullah terdapat Ruang multimedia, lab. Komputer, ruang musik, dan perpustakan. Selain itu setiap kelas terdapat LCD . 4. Apakah Bapak / Ibu telah melaksanakan program supervisi, dan bagaimana pelaksanaan program tersebut ? Jawaban : Pelaksanaan program supervisi di SD Islam Hidayatullah sudah terlaksana / berjalan. Pelaksanaan dilakukan dengan mensupervisi guru pertama,hal ini untuk mengetahui perkembangan guru, supervisi ini disebut dengan supervisi klinis. 5. Bagaimana Bapak / Ibu mengelola pendidik dan tenaga kependidikan di SD Islam Hidayatullah ? Jawaban : Dalam mengelola pendidik dan tenaga kependidikan di SDIH yaitu dengan mengamalkan visi. Tetapi
dalam
pengelolaan
pendidik
dan
tenaga
kependidikan terdapat kendala-kendala yang dihadapi, dikarenakan di SDIH jumlah tenaga dan kependidikannya 98
banyak tentu bermacam-macam baik dari segi usia, latar belakang pendidikan, dan sebagainya. 6. Apakah di SD Islam Hidayatullah terdapat program Evaluasi Diri Sekolah ? dan bagaimana Pelaksanakan Evaluasi Diri Sekolah ( EDS ) tersebut ? Jawaban : Belum 7. Bagaimana cara untuk mengevaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan di SD Islam Hidayatullah ? Jawaban : Untuk mengevaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan di SDIH yaitu ada 4 cara, meliputi : pengamatan, pemantauan, data dan supervisi. 8. Khusus untuk pelajaran matematika, apakah ada program-program khusus diluar kurikulum Pemerintah? Jawaban : Untuk program-program khusus tidak ada, hanya saja di SDIH terdapat ekstrakurikuler yang dimana ada ekstrakurikuler OSN. Artinya siswa yang suka terhadap mata pelajaran matematika dan ipa dan mengembangkan dan mempelajari lebih di kegiatan ekstrakurikuler. 9. Berapa prosentase keberhasilan pembelajaran matematika di SD Islam Hidayatullah? 99
Jawaban : Untuk prosentase keberhasilan sendiri sekitar 90% di SDIH, artinya pembelajaran matematika di SDIH relatif bagus. 10.Adakah prestasi yang di raih guru / siswa berkaitan dengan mata pelajaran matematika ? Jawaban : Prestasi untuk guru yaitu Juara 1 LPPM tingkat se-jateng,sebanyak 2x. Sedangkan bagi siswa yaitu Juara OSN finalis se-Kota Semarang, finalis FRSI di Jakarta, dan Juara II & III dalam kompetisi matematika di PPS UNNES. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SD Islam Hidayatullah dapat disimpulkan bahwasanya proses pembelajaran matematika berjalan dengan cukup baik walaupun disisi lain, pada realitnya pada proses pembelajaran matematika
masih kurang optimal tanpa adanya sarana
prasarana yang mendukung dalam kegiatan pembelajaran matematika.
C. Analisis Data Analisis data adalah proses mengatur urutan data dan mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
100
rumusan kerja seperti yang disarankan oleh data.2 Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan semua data yang didapat untuk kemudian disajikan dalam analisis. Hasil observasi, wawancara, angket dan dokumen dapat
diketahui
bahwasanya
problem
pembelajaran
matematika yaitu problem dari siswa sendiri dan problem dari guru. Problematika pembelajaran matematika bagi siswa, yaitu : 1. Kesulitan dalam menghitung 2. Pemahaman bahasa matematika siswa yang kurang 3. Kesulitan dalam persepsi visual dan persepsi auditori 4. Kurangnya Minat dan Motivasi siswa kelas VD SD Islam H 5. idayatullah Problematika pembelajaran matematika bagi guru, yaitu : 1. Kurang / jarang menggunakan alat / media pembelajaran 2. Metode pembelajaran yang kurang bervariasi
D. Pembahasan Setelah mendapatkan jawaban dari wawancara siswa, wawancara guru, angket guru dan wawancara kepala sekolah
2
Nana Sudjana, Dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm. 102
101
dapat
diketahui
mengenai
problematika
pembelajaran
matematika. Pembelajaran di kategorikan berhasil apabila semua siswa dapat menerima dan memahami materi yang disajikan oleh guru. Materi pelajaran dapat diterima oleh siswa apabila penyajiannya mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran yang ada, sehingga siswa dapat tuntas dalam menerima pelajaran, dibuktikan dengan hasil evalusi. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, standarisasi atau taraf keberhasilan dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut: a) Istimewa (maksimal), apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat 95 dikuasai siswa. b) Baik sekali (optimal), apabila sebagian besar 76 % - 99 % bahan pelajaran dikuasai siswa. c) Baik (minimal), apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60 % - 75 % yang dikuasai siswa. d) Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60 % yang dapat dikuasai oleh siswa.3 Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan angket yang penulis laksanakan, ada beberapa problematika dalam pembelajaran matematika, diantaranya:
3
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, hal. 121
102
1) Faktor Siswa a. Siswa masih kesulitan dalam menghitung Banyak siswa yang memiliki pemahaman yang baik tentang berbagai konsep matematika, tetapi hal ini tidak selalu sama dengan kemampuannya dalam menghitung.4 Hal tersebut diperkuat dengan angket guru. Peneliti 1 : Apakah Bapak / Ibu merasa cukup dengan penguasaan materi matematika yang ditetapkan kurikulum ? Guru 1 : Belum puas Alasan : karena anak-anak belum menguasai materi matematika dan pada dasarnya untuk belajar matematika dari bawah belum cukup terutama hafalan perkalian dan pebagian, siswa belum menguasai sehingga selanjutnya akan tidak mampu.5
Bahkan siswa kelas VD yang bernama M.AP menuturkan bahwasanya pelajaran matematika terlalu banyak menghitung dan banyak sekali rumus rumusnya.6
4
Martini Jamaris, Kesulitan belajar, ......hal. 188
5
Angket Guru Kelas VD Bu Hj. Siti Mustaqimah, S.Pd.I pada tanggal 17 Februari 2016 6
Wawancara dengan M. Andy Prananto siswa kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 18 Februari 2016
103
Peneliti 1 : Apakah kamu menyukai pelajaran matematika ? M.AP 1 : Kurang suka Peneliti 1 : Kenapa kurang suka dengan matematika ? M.AP 1 : Banyak hitung dan rumus.
SRR juga mengatakan pelajaran matematika sulit terutama menghitung dengan angka yang banyak.7 Hal tersebut diakui oleh guru kelas VD yang mengatakan : : “ Bagaimana proses pembelajaran matematika di kelas VD SD Islam Hidayatullah dilaksanakan ? ” Guru SM 3 : “ Untuk proses pembelajaran matematika di kelas VD sendiri berjalan dengan baik, akan tetapi tidak semuanya berhasil. Ada beberapa anak yang masih kesulitan dalam belajar matematika terutama dalam hal menghitung dan pemahaman soal matematika ”.8 Peneliti 3
Jadi , dalam hal ini Peneliti berasumsi bahwa probem yang dialami oleh siswa yaitu mereka masih mengalami kesulitan
belajar
matematika,
terutama
dalam
menghitung, karena dalam matematika terkait dengan ilmu hitung.
7
Wawancara dengan Syifaa Rizqina R. siswi kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 18 februari 2016 8
Wawancara dengan guru kelas VD Hj. Siti Mustaqimah, S.Pd pada tanggal 23 Februari 2016
104
b. Pemahaman bahasa matematika siswa yang kurang Sebagian siswa mengalami kesulitan dalam membuat hubungan - hubungan yang bermakna matematika. Seperti yang terjadi dalam memecahkan masalah hitungan soal yang disajikan dalam bentuk cerita. Pemahaman tentang cerita perlu diterjemahkan kedalam operasi matematika yang bermakna. Masalan ini disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kemampuan bahasa seperti kemampuan membaca menulis, dan berbicara.9 Berdasarkan wawancara dengan siswa kelas VD , sebagian siswa mengakui bahwasanya mereka mengalami kesulitan pada pelajaran matematika yaitu pada soal cerita.10 Untuk problem yang dialami oleh siswa pada soal cerita pelajaran matematika , bahwasanya hal tersebut sama dengan pendapat guru kelas VD SD Islam Hidayatullah
pada saat
wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada narasumber.
9
10
Martini Jamaris, Kesulitan Belajar,...., hlm. 41
Wawancara dengan Sultan Nabiel Gushava S. siswa kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 18 Februari jam 14.15
105
Peneliti 13
: “ Menurut Bapak / Ibu, apa sajakah kesulitan siswa dalam belajar matematika ? ”
Guru SM 13 : “ Kesulitan siswa yaitu menghitung dan belum memahami konsep matematika terutama soal cerita.11
Jadi
dalam
kesimpulannya,
Peneliti
berpendapat bahwasanya siswa mengalami problem dalam pembelajaran matematika terkait dengan bentuk soal – soal cerita, dikarenakan pemahaman bahasa matematika siswa yang kurang. c. Kesulitan dalam persepsi visual dan persepsi auditori Siswa yang mengalami kesulitan dalam persepsi visual biasanya akan mengalami kesulitan dalam memvisualisasikan konsep - konsep matematika. Masalah ini dapat diindetifikasi dari kesulitan yang dialami anak dalam menentukan panjang garis yang ditampilkan secara sejajar dalam bentuk yang berbeda. Sebagian konsep matematika membutuhkan kemampuan
dalam
menggabungkan
kemampuan
berfikir abstrak dengan kemampuan persepsi visual.12 11
Wawancara dengan Guru Kelas VD SD Islam Hidayatullah pada tanggal 23 Februari 2016 12
Martini Jamaris, Kesulitan Belajar, ..., hal. 188
106
Menurut
penuturan
SJN
siswi
kelas
VD
mengatakan bahwasanya ketika peneliti melakukan wawancara, dia berkata merasa kesulitan dalam soalsoal pecahan matematika.13 Peneliti 2 : “ Apakah pelajaran matematika mudah ? ” SJN 2
: “ Ada yang mudah, ada yang sulit
Peneliti 2 : “ Menurut kamu yang sulit dalam pelajaran matematika apa ? ” SJN 2
: “ Soal pecahan bu .”
Hasil wawancara peneliti dengan pertanyaan yang diajukan kepada Guru Kelas VD yaitu : Peneliti 12 : “ Apabila pembelajaran Matematika belum berhasil, faktor - faktor apa yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam pembelajaran matematika ? ” Guru SM 12 : “ Faktornya yaitu kemampuan siswa yang belum menguasai materi matematika, hal ini dikarenakan apabila di awal tingkatan belum bisa maka sampai selanjutnya tidak akan bisa atau mengalami kesulitan, bahkan terkadang
13
Wawancara dengan Saphura Jelita Nuraini siswi kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 18 februari 2016
107
siswa hanya hafal konsepnya tetapi tidak bisa memahaminya.” 14
Jadi, dapat simpulkan apabila dalam mempelajarai matematika siswa yang mengalami kesulitan di tingkat sebelumnya maka siswa tersebut akan kesulitan dalam pembelajaran matematika yang lainnya seperti kesulitan soal pecahan. d. Kurangnya Minat dan Motivasi siswa kelas VD SD Islam Hidayatullah Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar
terhadap
pelajaran
akan
memusatkan
perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat lagi, dan akhirnya mencapai prestasi yang dinginkan.15 Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa. Suatu kegiatan belajar 14
Wawancara dengan guru kelas VD SD Islam Hidayatullah pada tanggal 23 Februari 2016 15
E. Mulyasa, Implementasi KTSP Kemandirian guru dan Kepala Sekolah, .............., hlm. 17
108
tidak sesuai dengan minat siswa akan memungkinkan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan. Dengan adanya minat dan tersedianya rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan diri siswa, maka siswa akan mendapatkan kepuasan batin dari kegiatan belajar tadi. Dalam dunia pendidikan disekolah, minat memegang peranan penting dalam belajar. Karena minat ini merupakan suatu kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu benda, atau kegiatan tertentu. Maka berdampak
semakin
jelas
terhadap
bahwa
kegiatan
minat
yang
akan
dilakukan
seseorang. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar,
minat
tertentu
dimungkinkan
akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan adanya minat siswa terhadap sesuatu dalam kegiatan belajar itu sendiri. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Hartono ( 2005 : 14 ) yang menyatakan bahwa minat memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Bahan
109
pelajaran,
pendekatan,
ataupun
metode
pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat peserta didik menyebabkan hasil belajar tidak optimal.16 Berdasarkan jawaban angket Guru, peneliti berasumsi tentang pertanyaan yang peneliti ajukan yaitu : : “ Bagaimana Bapak / Ibu menumbuhkan minat baca dan memanfaatkan perpustakaan pada siswa ?” Guru kelas 19 : “ Diminta membaca buku atau diberi tugas ke perpustakan ”. Alasan : untuk menumbuhkan minat baca siswa dan memanfaatkan perpustakan pada siswa itu sangat susah, maka caranya cukup diminta atau dibujuk dengan memberi tugas pelajaran tertentu untuk membaca buku dan datang ke perpustakan, itupun terkadang siswa terpaksa melakukannya.17 Peneliti 19
Tetapi berbeda dengan jawaban ketika wawancara dengan beberapa siswa kelas VD, seperti yang dikatakan ABP saat peneliti bertanya : Peneliti 2 : “ Menurut kamu, apakah pelajaran matematika mudah atau sulit ? kalau sulit dibagian mana ? ” ABP 2
: “ Cukup sulit, cara mengerjakan soal matematika.”
16
E. Mulyasa, Implementasi KTSP Kemandirian guru dan Kepala Sekolah, ................, hlm 66-67 17
Angket Guru kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 17 Februari 2016
110
Selain itu, pada saat observasi pembelajaran matematika
di kelas VD SD Islam Hidayatullah
Semarang pada tanggal 26 Januari 2016
selama
pembelajaran matematika berlangsung sangat kelihatan siswa kurang merespon dalam menerima penjelasan dari guru, dan kurang antusias dilihat dari ekspresi mereka. Bahkan saat diberikan tugas kelompok tidak semua siswa terlibat dalam mengerjakan tugas, juga mereka butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan soal dari materi yang baru saja disampaikan.18 Hal ini juga dipertegas pendapat guru saat wawancara tentang pertanyaan yang peneliti ajukan yaitu Peneliti 19 : “ Bagaimana Bapak / Ibu menumbuhkan minat peserta didik terhadap pembelajaran matematika?. ” Guru 19
: “ Cara menumbuhkan suka atau minat peserta didik terhadap matematika yang pertama siswa diapresiasi, yang kedua soal matematika dibuat mudah. Hal yang dilakukan siswa diberi soal yang mudah agar tidak menganggap sulit, kemudian diapresiasi atau dipuji apabila mampu 19 mengerjakan dan diberi motivasi juga.”
18
Wawancara dengan siswa kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 18 Februari 2016 19
Wawancara dengan guru kelas VD SD Islam Hidayatullah pada tanggal 23 Februari 2016
111
Peneliti berasumsi, bahwa siswa kurang berminat dalam pembelajaran matematika dan kurang termotivasi untuk belajar matematika, karena dari wawancara yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, sehingga motivasi belajar matematika sangat kurang. Salah satu siswa kelas VD, HP menuturkan bahwasanya pelajaran matematika lebih sulit dibandingkan pelajaran ilmu pengetahuan alam. 2) Faktor Guru a. Kurang
/
jarang
menggunakan
alat
/
media
pembelajaran Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi
kondisi
pemahaman
pembelajar
tentang materi yang diajarkan. Hamalik (1986) mengemukakan
bahwa
pemakaian
media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh pada psikologis terhadap pembelajar.
112
Levie & Lentz dalam Arsyad Azhar (2004) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu : 1) Fungsi atensi Merupakan inti media visual, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian
pembelajar
untuk
berkonsentrasi pada isi pelajaran. Media gambar khususnya overhead projektor dapat menenangkan dan
mengarahkan
perhatian
pembelajar
kepada
pelajaran yang mereka terima, meskipun pada awalnya materi pelajaran itu tidak disenangi sehingga mereka tidak memperhatikan. 2)
Fungsi afektif Media
visual
dapat
terlihat
dari
tingkat
kenikmatan pembelajar ketika belajar. Lambang atau gambar visual dapat menggugah emosi dan sikap pembelajar. Dalam memperhatikan isi pelajaran yang diberikan. 3) Fungsi kognitif Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4) Fungsi kompensatoris 113
Media
pembelajaran
terlihat
dari
hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu pembelajar yang
lemah
mengorganisasikan
dalam
membaca
informasi
dan
untuk
mengingatnya
kembali. Dengan kata lain media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan pembelajar yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Berdasarkan jawaban angket Guru dapat diketahui bahwasanya penggunaan media pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan. Peneliti 17 : “Menurut Bapak / Ibu, bagaimana penggunaan media pembelajaran yang efektif ? ” Guru 17 : “ Penggunaan media sesuai dengan materi yang diajarkan ”. Alasan : artinya tidak ada media yang efektif, karena media bermacam-macam dan sesuai dengan materi yang diajarkan guru. Jadi guru memilih media pembelajaran sesuai materi pelajaran tersebut, seperti materi bangun maka akan lebih cocok dengan media bangun, yang penting tidak hanya menggunakan satu media dan siswa diajarkan dengan benda – benda 20 konkret atau nyata bukan abstrak.
20
Angket Guru Kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 17 Februari 2016
114
Menurut
sebagian
siswa
kelas
VD
mengatakan, bahwasanya Guru jarang menggunakan media pembelajaran matematika bahkan salah satu siswa yang bernama AKR. berkata tidak pernah kecuali papan tulis saja.21 Peneliti 5 : “ Apakah Guru menggunakan alat / media dalam pembelajaran matematika ?” : “ Tidak, kecuali papan tulis.”
AKR 5
Hal
senada
dikatakan
guru
kelas
VD
mengakui untuk alat / media disesuaikan dengan materinya, tetapi biasanya ketika mengajar alat / media yang sering digunakan yaitu bolpoin, spidol, papan tulis. Peneliti 9
: “ Apakah Bapak / Ibu menggunakan alat / media pembelajaran ketika proses mengajar ?”.
Guru 9
: Untuk alat / media disesuaikan dengan materinya, tetapi biasanya ketika mengajar alat / media yang sering digunakan yaitu bolpoin, spidol, papan tulis.22
21
Wawancara dengan Adhimas Kurnia R.siswa kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 18 Februari 2016 22
Wawancara dengan Hj. Siti Mustaqimah, S.Pd.I guru kelas VD SD Islam Hidayatullsh Semarang pada tanggal 23 Februari 2016
115
Selain itu, diungkapkan pula Kepala Sekolah bahwasanya untuk sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran di SD Islam Hidayatullah yaitu terdapat Ruang multimedia, lab. Komputer, ruang musik, dan perpustakan, serta terdapat LCD di setiap kelas kecuali kelas V. Tetapi untuk
LCD
dapat
dipinjam
apabila
guru
membutuhkannya. Peneliti 3 : “ Bagaimana untuk sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran , terutama pelajaran Matematika ? ”. Kepsek 3 : “ Untuk sarana dan prasarana di SD Islam Hidayatullah terdapat Ruang multimedia, lab. Komputer, ruang musik, dan perpustakan. Selain itu setiap kelas terdapat LCD.” 23
Peneliti berasumsi, bahwa di SD Islam Hidayatullah memang di beberapa kelas sudah dilengkapi dengan LCD Proyektor, tetapi untuk kelas VD belum terdapat LCD. Akan meminjam
LCD
Proyektor
tetapi guru dapat diperpustakan
bila
memerlukan dalam pembelajaran, tapi kenyataannya menurut penuturan siswa kelas VD
guru
jarang
menggunakan fasilitas tersebut. Hal itulah yang menjadi problem dalam keberhasilan pembelajaran 23
Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 24 Februari 2016
116
matematika. Padahal media pembelajaran sangat menunjang proses pembelajaran dalam memahami materi tersebut. b. Metode pembelajaran yang kurang bervariasi Metode “sebagai
pembelajaran
cara
yang
dapat
diartikan
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran ”. Kedudukan metode mengajar tidak kalah pentingnya dengan komponen lain dari pembelajaran matematika seperti pendekatan pembelajaran
matematika.
Metode
mengajar
matematika yang efektif , tepat pemilihannya sesuai dengan pokok bahasan matematika tertentu akan meningkatkan daya serap peserta didik dalam belajar matematika. Metode
mengajar
yang
dipergunakan
pendidik membawa peserta didik kepada bagaimana memahami konsep matematika. Kepentingan metode disini
akan
membawa
peserta
didik
kepada
pengembangan kemampuan dan potensi rasional/nalar dalam
dirinya.
Sebagai
guru
matematika
kita
memerlukan metode mengajar agar mengajar sebagai proses memberi perlakuan kepada peserta didik lebih 117
terarah , teratur dan tidak sembarangan atau asal mengajar saja. Keteraturan dalam mengajar itu diperlukan kalau kita ingin tujuan belajar secara tercapai.24
efektif
pembelajaran
Sehingga
matematika
dalam
diperlukan
proses pemilihan
metode yang tepat sehingga dapat memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Sebagai guru dalam mengajarkan matematika perlu
mengembangkan
metode
pembelajaran
mengingat kondisi siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda.
Dalam mengajar matematika
guru tidak hanya menggunakan ceramah saja, dikarenakan
apabila
matematika
dengan
guru
menerangkan
berbicar
terus
materi menerus
dikhawatirkan siswa akan merasa bosan atau jenuh. Sehingga menyebabkan konsentrasi siswa menurun dan prose pembelajaran akan terganggu serta tidak memenuhi
proses
keberhasilan
pembelajaran
matematika itu sendiri. Secara keseluruhan siswa kelas VD SD Islam Hidayatullah menyatakan guru matematika mengajar dengan metode yang tepat / cocok, mereka mengatakan guru mengajar dengan ceramah dan 24
Ali Hamzah & Muhlisrarini, Perencanaan dan Starategi Pembelajaran Matematika,.............., hal. 257-260
118
kelompok. Menurut F.Ab berkata metodenya tepat walaupun tergantung siswanya yang memahaminya. Peneliti 7 : “ Menurut kamu, apakah guru matematika mengajar dengan metode yang tepat / cocok, sehingga mempermudah siswa memahami materi ? ”. FAb 7
: “ Iya, tergantung siswa memahami.”
25
Disisi lain guru berpendapat untuk metode dan pendekatan yang sering digunakakn ketika proses pembelajaran matematika di kelas yaitu penugasan, demonstrasi, ceramah ( ketika menjelaskan materi ), dan diskusi ( menyelesaikan pemecahan masalah soal matematika ). Peneliti 6 : “ Apa metode dan pendekatan yang sering Bapak / Ibu gunakan ketika proses pembelajaran matematika di kelas ? ”. Guru 6
: Untuk metode yaitu penugasan, demonstrasi, ceramah ( ketika menjelaskan materi ), dan diskusi ( menyelesaikan pemecahan masalah 26 soal matematika ).
Hal
ini
dapat
disimpulkan
bahwasanya
metode yang digunakan guru kurang bervariasi 25
Wawancara dengan Faza Abdillah, siswa kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 18 Februari 2016 26
Wawancara dengan guru kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang pada tanggal 23 Februari 2016
119
walaupun sudah terdapat metode demonstrasi dan diskusi,
tetapi
dalam
proses
pembelajarnnya
terkadang siswa kurang aktif dan antusias. Padahal metode pembelajaran sangat mendukung keberhasian pembelajaran. Diharapkan dengan kreativitas guru dalan merancang pembelajaran dengan metode yang bervariasi
maka
akan
terwujud
kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan, aktif, kreatif, dan berhasil memenuhi standar yang telah ditetapkan. Jadi , dari pembahasan problematika dari faktor siswa dan guru dapat disimpulkan adanya problematika pada SD Islam Hidayatullah di kelas VD Sebagai berikut : a. Siswa kesulitan dalam menghitung b. Pemahaman bahasa matematika siswa yang kurang c. Kesulitan dalam persepsi visual dan persepsi auditori d. Kurangnya minat dan motivasi siswa kelas VD e. Kurang / jarang menggunakan alat / media pembelajaran f.
Metode pembelajaran yang kurang bervariasi. 120
E. Keterbatasan Penelitian Penelitian
ini
tidak
terlepas
dari
keterbatasan
-
keterbatasan. Keterbatasan tersebut diantaranya yaitu: 1) Keterbatasan sumber informan. Dari sini penelitian tidak dapat secara keseluruhan menjelaskan problem-problem pembelajaran
matematika
di
SD
Islam
Hidayatullah
Semarang. 2) Keterbatasan waktu. Keterbatasan waktu membuat peneliti tidak bisa secara detail menggambarkan keseluruhan dalam hal pembelajaran matematika di kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang. Sehingga peneliti hanya memilki waktu sesuai keperluan yang berhubungan dengan penelitian saja. 3) Keterbatasan kemampuan . Penelitian tidak lepas dari teori , oleh karena itu peneliti menyadari sebagai manusia biasa masih mempunyai banyak kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini, baik keterbatasan tenaga dan kemampuan berfikir, khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan penelitian sesuai dengan kemampuan keilmuan serta bimbingan dari dosen. 4) Keterbatasan tempat. Penelitian yang peneliti lakukan hanya terbatas pada satu tempat, yaitu di SD Islam Hidayatullah 121
Semarang. Apabila ada hasil penelitian ditempat lain yang berbeda, tetapi kemungkinannya tidak jauh menyimpang dari hasil penelitian yang penulis lakukan. 5) Kekhawatiran
sekolah
terhadap
penelitian
tentang
problematika pembelajaran matematika yang dilakukan peneliti. Hal ini terlihat oleh peneliti selama penelitian berlangsung, narasumber ( guru ) sedikit tampak rasa khawatir karena madrasah seperti akan disorot perihal pembelajaran matematika pada penelitian ini.
122
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman , Mulyono , 2009, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta Zakaria, Ahmad, Perbandingan Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP antara yang mendapatkan Pembelajaran dengan menggunakan Strategi Konflik Kognitif Piaget dan Haswah : Universitas Pendidikan Indonesia. Arikunto, Suharsimi , 2010, Manajemen Penelitian , Jakarta : PT Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi , 2013,
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta : PT Rineka Cipta Djamarah , Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Rineka Cipta Fathurrohman, Muhammad & Sulistyorini , 2012, Pembelajaran
Meningkatkan
Nasional, Yogyakarta : Teras
Mutu
Belajar dan
Pembelajaran
Standart
Hamzah, Ali & Muhlisrarini, 2014, Perencanaan dan Starategi Pembelajaran Matematika, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Heruman, 2014, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, Jamaris, Martini , 2014, Kesulitan Belajar, Bogor : Ghalia Indonesia Komsiyah, Indah , 2012, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Teras Moleong, Lexy J., 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya Muhammad Fathurrohman & Suistyorini, 2012 , Belajar dan Pembelajaran
Meningkatkan
Mutu
Pembelajaran
Standart
Nasional, Yogyakarta : Teras Muhsetyo, Gatot dkk , 2008, Materi pokok pembelajaran matematika SD , Jakarta : Universitas terbuaka Mullis, Ina V.S. dkk,, 2012,
TIMSS 2011 International Result In
Mathematics, (Chesnut Hills : Boston College Mulyana, Deddy, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Nasution , S., 1988, Metode PenelitianNaturalistik - Kualitatif, Bandung : TARSITO Neolaka, Amos , 2014, Metode Penelitian dan Statistik, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, Permendiknas RI NO. 22 Tahun 2006 Riyanto, Yatim , 2000, Metodologi Penelitian Suatu Tindakan Dasar , Surabaya : Sie Surabaya Sampayya, Salma Alif, 2007, Keseimbangan Matematika Dalam AlQur’an, tt : Repbulika Sanjaya, Wina, 2006, Strategi Pembelajaran , Jakarta : Kencana Prenadamedia Group Soedjadi, 2000, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta : direktorat jendral pendidikan tinggi departemen pendidikan nasional Sudjana , Nana dan Ibrahim, 2001, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo Sugiyono , 2005, Memahami Penelitian Kualitatif , Bandung : Alfabeta
CV.
Sugiyono , 2005, Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta Sugiyono , 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung : Alfabeta Susanto, Ahmad , 2013, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta : Kencana Prenadamedia Group Suyitno, Amin , 2006, Dasar- dasar dan proses pembelajaran matematika I , Semarang : UNNES Sukmadinata, Nana Syaodih , 2011, Metode Penelitian Pendidikan , Bandung : PT Remaja Rosdakarya Slameto, 2009 , Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya , Jakarta : PT Rineka Cipta Warsono dan Hariyanto, 2012, Pembelajaran Aktif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya Widayanti , Esti Yul, dkk. 2009,
Pembelajaran Matematika MI,
Surabaya : Aprinta, Etik Faridatul Kumala “ Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Penerapan Model Teams Games Tournament (TGT) Materi
Operasi Hitung Bilangan Kelas V MI Miftahul Huda Sumburejo Kabupaten Semarang TH. 2014”, skripsi (Semarang, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan , UIN Walisongo Semarang , 2015) Muhammad Yunus, “ Peningkatkan prestasi belajar mata pelajaran matematika materi pokok penjumlahan dan pengurangan pecahan melalui metode inquiry siswa kelas V MI Ma’arif selak, pabelan mungkid Magelang tahun pelajaran 2015 / 2016 “, skripsi (Semarang : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan, UIN Walisongo, 2014) Rinesti Witasari “ Problematika pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ ) Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah (M.I) Ma’arif Krakal Kebumen Tahun 2013/2014”, skripsi Rinesti Witasari, (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2014) Sukir , “ Cooperatif learning tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar matematika materi menghitung luas segi banyak kelas VI MI Raudlatussibyan sampang Demak tahun pelajaran 2014 /
2015”, skripsi (Semarang : Insitut Agama Islam Negeri Walisongo, 2014)
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Peserta Didik Kelas VD KELAS 5D TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 WALI KELAS : SITI MUSTAQIMAH, S.Pd.I
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
NIS 303953 303218 303183 303221 303257 303258 303294 303642 303189 303299 303303 303227 303197 303228 303304 303199 303267 303954
19. 303311 20. 303201
NAMA ABROR MUHAMMAD FATHUR ABYANNAUFAL ALTHAF NUGRATAMA ADHIMAS KURNIA RAMADHAN ADJI BAGAS PRABOWO ANITA RAHARJAYANTI ARKAN SAVERO ASADEL ATHARIANDI KUSUMA BHARTYAKSA BAGAS ANDARU ELMEYRA AGHNA VANIA FAHMI ANANTA FATIH IZZUL MUSLIMN FAZA ABDILLAH GHINA ALIYA RIZKIANA GOLDA MAHARAY HANY PUSPITA ARYANI KAYLA WAFEEQA SUMARDI KHAIRANI ASNA SEPTIANI LUTHFIANSYAH RIDWAN KUSWANTO MUCHAMMAD DENEB LUBNA GHIFARI MUHAMMAD AHSAN ATA TAUFIK
JK L L L L P L L L P L L L P L P P P L L L
21. 303202 22. 303240
L L
33. 303286
MUHAMMAD ANDY PRANANTO MUHAMMAD ARIFYAN NAUFAL HARTANTO MUHAMMAD FAKHRI AKMAL ARIF NABILA RAMADHANI NAFISA HILMY NAQYALUNA GIAN KHALILIA NIZAM NOVYANDA WIBOWO RACHEL NAJWA DENISA ROHEDY SHABRINA ZAHRANI JODISAPUTRA SAPHURA JELITA NUR AINI SEJATI SIDIK SULTAN NABIEL GUSHAVA SUPRIYANTO SULTAN SYARIF RIZQULLAH
34. 303283
SYIFAA RIZQINA RAMADHANI
P
35. 303217
VALIZA NAURA ANJARI
P
23. 303242 24. 25. 26. 27. 28. 29.
303274 303317 303246 303247 303248 303214
30. 303215 31. 303250 32. 303285
L P L P L P P P L L L
Lampiran 2 Pedoman Wawancara dengan Kepala Madrasah Nama Responden
: Ratna Arumsari, S.S
NIC
: C-588-0883.118
Ijazah Terakhir
: Sarjana / S1
Jurusan
: Sastra Inggris ( UNDIP )
Pertanyaan : 1. Secara Umum Jaminan mutu apa yang ditawarkan kepada masyarakat,
sehingga
masyarakat
tertarik
untuk
memasukkan putra-putri mereka ke SD Islam Hidayatullah? Jawaban : Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis Islami, SD Islam Hidayatullah memiliki kriteria standar mutu lulusan: a. Tartil membaca Al-Qur’an b. Hafal Al-Qur’an Juz ke-30 (Juz’Amma) c. Tertib dalam shalat d. Berbakti kepada orangtua dan keluarga e. Tuntas belajar pada semua mata pelajaran f.
Gemar membaca
g. Cakap dalam komunikasi h. Amanah dan bertanggung jawab i.
Disiplin
j.
Mandiri dan percaya diri
k. Bersahaja dan rendah hati l.
Berbudaya bersih dan sehat
2. Apakah SD Islam Hidayatullah mempunyai ciri khas yang berbeda dengan SD lain? Jawaban : SD Islam Hidayatullah merupakan yayasan pendidikan formal yang berkembang dengan perpaduan kurikulum umum dan berorientasi keagamaan dan sekolah internasional. Ciri khas yang berbeda dengan sekolah-sekolah yang lain yaitu
kurikulumnya,dimana
di
SD
Islam
Hidayatullah menggunakan / mengacu pada 4 kurikulum dasar yang dipadukan. Diantaranya sebagai berikut : 1)
Kurikulum
Umum
(
Departemen
Pendidikan) Disesuaikan
dengan
peraturan
Kementerian Pendidikan Nasional Negara Indonesia
menggunakan
kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2)
Kurikulum
Agama
(
Departemen
Agama) Karena
SD
Islam
Hdayatullah
merupakan sekolah yang berorientasi pada keagamaan,
maka
sekolah
ini
menggunakan kurikulum agama dengan pembagian sebagai berikut.
a. kelas 1 dan 2 menggunakan PAI, meliputi : akidah, fikih, Al-Qur’an b. kelas 3 menggunakan PAI, meliputi : akidah, fikih, Al-Qur’an, SKI c. kelas 4, 5, dan 6 menggunakan PAI, meliputi : akidah, fikih, Al-Qur’an, SKI, dan Bahasa Arab. 3)
BAQ ( Baca Al-Qur’an) Menggunakan metode UMMI yang berasal dari KPI Surabaya. Metode UMMI merupakan salah satu metode baca tartil dan cepat.
4)
Kurikulum Cambridge Selain menggunakan
itu,
sekolah
kurikulum
ini
juga
internasional
karena SD Islam Hidayatullah bekerja sama dengan Al-Irsyad Singapura untuk menuju sekolah islam internasional. 3. Bagaimana untuk sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran , terutama pelajaran Matematika ? Jawaban : Untuk sarana dan prasarana di SD Islam Hidayatullah terdapat Ruang multimedia, lab. Komputer, ruang musik, dan perpustakan. Selain itu setiap kelas terdapat LCD .
4. Apakah Bapak / Ibu telah melaksanakan program supervisi, dan bagaimana pelaksanaan program tersebut ? Jawaban : Pelaksanaan program supervisi di SD Islam Hidayatullah sudah terlaksana / berjalan. Pelaksanaan dilakukan dengan mensupervisi guru
pertama,hal
ini
untuk
mengetahui
perkembangan guru, supervisi ini disebut dengan supervisi klinis. 5. Bagaimana Bapak / Ibu mengelola pendidik dan tenaga kependidikan di SD Islam Hidayatullah ? Jawaban : Dalam mengelola pendidik dan tenaga kependidikan
di
SDIH
yaitu
dengan
mengamalkan visi. Tetapi dalam pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan terdapat kendala-kendala yang dihadapi, dikarenakan di SDIH jumlah tenaga dan kependidikannya banyak tentu bermacam-macam baik dari segi usia,
latar
belakang
pendidikan,
dan
sebagainya. 6. Apakah di SD Islam Hidayatullah terdapat program Evaluasi Diri Sekolah ? dan bagaimana Pelaksanakan Evaluasi Diri Sekolah ( EDS ) tersebut ? Jawaban : Belum
7. Bagaimana pendidik
cara dan
untuk tenaga
mengevaluasi kependidikan
pendayagunaan di
SD
Islam
Hidayatullah? Jawaban : Untuk mengevaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan di SDIH yaitu ada 4 cara, meliputi : pengamatan, pemantauan, data dan supervisi. 8. Khusus untuk pelajaran matematika, apakah ada programprogram khusus diluar kurikulum Pemerintah? Jawaban : Untuk program-program khusus tidak ada, hanya saja di SDIH terdapat ekstrakurikuler yang dimana ada ekstrakurikuler OSN. Artinya siswa yang suka terhadap mata pelajaran matematika dan ipa dan mengembangkan dan mempelajari lebih di kegiatan ekstrakurikuler. 9. Berapa prosentase keberhasilan pembelajaran matematika di SD Islam Hidayatullah? Jawaban : Untuk prosentase keberhasilan sendiri sekitar 90% di SDIH, artinya pembelajaran matematika di SDIH relatif bagus. 10. Adakah prestasi yang di raih guru / siswa berkaitan dengan mata pelajaran matematika ? Jawaban : Prestasi untuk guru yaitu Juara 1 LPPM tingkat se-jateng,sebanyak 2x.
Sedangkan bagi siswa yaitu Juara OSN finalis se-Kota Semarang, finalis FRSI di Jakarta, dan Juara II & III dalam kompetisi matematika di PPS UNNES
Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas VD Nama Responden
: Hj. Siti Mustaqimah,S.Pd.I
NIC
: B.5888.0796.054
Ijazah Terakhir
: Sarjana/S1
Jurusan
: PGMI ( IAIN WALISONGO )
Pertanyaan
:
1. Apakah
Bapak /
Ibu
membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ) sendiri atau tidak ? Jawaban : membuat sendiri,tetapi bukan RPP melainkan lesson plan yaitu rancangan pembelajaran yang lebih praktis dan simple dibandingkan RPP. 2. Apakah Bapak / Ibu dalam mengajar sesuai dengan langkahlangkah pembelajaran di RPP ? Jawaban : mengajar sesuai dengan langkah pembelajaran di dalam lesson plan, bukan RPP. Kalau RPP pada kurikulum KTSP, sedangkan Lesson plan pada kurikulum Cambridge yang mengacu kurikulum internasional Al-Irsyad Singapura. Dikarenakan pada lesson plan terdapat point-point yang akan dicapai
dalam
proses
pembelajarannya,
tapi
diupayakan sesuai dengan apa yang akan dicapai. 3. Bagaimana proses pembelajaran matematika di kelas VD SD Islam Hidayatullah dilaksanakan?
Jawaban : untuk proses pembelajaran matematika di kelas VD sendiri berjalan dengan baik, akan tetapi tidak semuanya berhasil. Ada beberapa anak yang masih kesulitan dalam belajar matematika terutama dalam hal menghitung dan pemahaman soal matematika. 4. Apakah Bapak / Ibu mengembangkan materi pokok setiap kali mengajar ? Jawaban : tidak selalu, sesuai materi yang akan diajarkan. Pelajaran matematika dapat dikembangkan atau dikaitkan
dengan
kehidupan
sehari-hari,
jadi
menyesuaikan materinya. 5. Apakah Bapak / Ibu melakukan pendekatan active learning ketika proses pembelajaran? Jawaban : kalau itu harus dilakukan ketika proses pembelajaran, dikarenakan diharapkan siswa dapat aktif
tidak
hanya
diam
atau
pasif
dalam
pembelajaran tersebut. 6. Apa metode dan pendekatan yang sering Bapak / Ibu gunakan ketika proses pembelajaran matematika di kelas ? Jawaban : untuk metode yaitu penugasan, demonstrasi, ceramah ( ketika menjelaskan materi ), dan diskusi (menyelesaikan
pemecahan
masalah
soal
matematika). 7. Menurut Bapak / Ibu, metode apa yang tepat dalam menyampaikan materi matematika?
Jawaban : berkaitan dengan metode yang tepat, semuanya tergantung atau sesuai dengan kondisi dan materi yang diajarkan, artinya tidak semua materi cocok dengan satu metode saja tetapi saling bergantian. 8. Menurut Bapak / Ibu, metode pembelajaran apa yang tepat / cocok untuk karakter siswa yang pasif maupun siswa yang mengalami kesulitan belajar ? Jawaban : untuk metode yang cocok pada siswa yang pasif maupun kesulitan dalam belajar mungkin metode demonstrasi atau praktik, sehingga siswa akan merasa senang dengan praktik langsung. 9. Apakah Bapak / Ibu menggunakan alat / media pembelajaran ketika proses mengajar ? Jawaban : untuk alat / media disesuaikan dengan materinya, tetapi biasanya ketika mengajar alat / media yang sering digunakan yaitu bolpoin, spidol, papan tulis. 10. Menurut Bapak / Ibu, media pembelajaran yang efektif itu seperti apa? Dan contohnya dalam pembelajaran matematika ? Jawaban : media pembelajaran sangatlah bermacam-macam, tidak ada media yang
paling efektif artinya
penggunaan media akan efektif apabila sesuai dengan materi yang diajarkan. Misal contohnya : materi bangun dengan media / alat peraga bangun. Hal yang paling penting tidak hanya menggunakan
satu media saja, selain itu siswa diajarkan dengan benda-benda nyata atau konkret bukan abstrak. 11. Faktor
apa
yang
menyebabkan
keberhasilan
dalam
pembelajaran Matematika? Jawaban : banyak faktor dalam keberhasilan pembelajaran matematika
yaitu
situasi
atau
kondisi
kelas,
kemampuan anak, motivasi, guru, dan orang tua. 12. Apabila pembelajaran Matematika belum berhasil, faktor – faktor apa yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam pembelajaran matematika ? Jawaban : faktornya yaitu kemampuan siswa yang belum menguasai materi matematika, hal ini dikarenakan apabila di awal tingkatan belum bisa maka sampai selanjutnya
tidak
akan
bisa
atau
mengalami
kesulitan, bahkan terkadang siswa hanya hafal konsepnya tetapi tidak bisa memahaminya. 13. Menurut Bapak / Ibu, apa sajakah kesulitan siswa dalam belajar matematika ? Jawaban : kesulitan siswa yaitu menghitung dan belum memahami konsep matematika terutama soal cerita. 14. Bagaimana Bapak / Ibu mengetahui maupun mengidentifikasi kesulitan belajar siswa terhadap pembelajaran matematika ? Jawaban : dapat dilihat dari hasil evaluasi, misalnya pada soal ulangan siswa menjawabnya salah dan tidak bisa
berarti siswa mengalami kesulitan pada soal dan materi tersebut. 15. Apakah Bapak / Ibu dalam proses pembelajaran melakukan pengaturan / setting tempat duduk ? Jawaban : iya, tetapi tidak selalu berubah-ubah dalam setiap pembelajaran,akan tetapi pengaturan tempat duduk perlu dilakukan. 16. Apakah dalam proses pembelajaran matematika peserta didik terlibat aktif ? Jawaban : tidak semuanya, akan tetapi dalam prosesnya peserta didik diberi acuan untuk aktif misalnya ketika diskusi siswa diberi kesempatan aktif dalam kelompoknya. 17. Bagaimana Bapak / Ibu mengatasi siswa yang pasif dalam pembelajaran ? Jawaban : caranya dengan melakukan pendekatan pada siswa tersebut. 18. Bagaimana cara Bapak / Ibu menciptakan lingkungan kelas yang kondusif dan menyenangkan ? Jawaban : untuk menciptakan lingukungan kelas yang kondusif dan menyenangkan dengan memberikan teladan / contoh, diberi nasehat agar tidak ramai,dan tentunya dengan menguasai kelas sehingga siswa tenang tidak gaduh dalam proses pembelajaran di kelas.
19. Bagaimana Bapak / Ibu menumbuhkan minat peserta didik terhadap pembelajaran matematika ? Jawaban : cara menumbuhkan suka atau minat peserta didik terhadap matematika yang pertama siswa diapresiasi, yang kedua soal matematika dibuat mudah. Hal yang dilakukan siswa diberi soal yang mudah agar tidak menganggap sulit, kemudian diapresiasi atau dipuji apabila mampu mengerjakan dan diberi motivasi juga. 20. Apakah Bapak / Ibu selalu merencanakan dan melaksanakan program remedial
dan pengayaan dalam pembelajaran
matematika ? Jawaban : iya merencanakan remedial, dikarenakan harus memenuhi standar sekolah, tetapi untuk program remedial menyesuaikan waktu , seperti hari sabtu siswa libur. Akan tetapi bagi siswa yang masih kurang, diminta masuk untuk tambahan belajar.
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Siswa Kelas VD Wawancara dengan Siswa Nama Responden : SRR Kelas
: VD
Alamat
: Jl. Bulusan VIII / 77 Tembalang
Pertanyaan : 1. Apakah Anda menyukai pelajaran matematika ? Jawaban : tidak suka 2. Apakah pelajaran matematika mudah? Jawaban : tidak, karena sulit menghitung dengan angka banyak. 3. Bagaimana suasana pembelajaran matematika dikelas? Jawaban : biasa – biasa saja 4. Bagaimana cara guru mengajar matematika ? Jawaban : jelas 5. Apakah Guru menggunakan alat / media dalam pembelajaran matematika ? Jawaban : iya, hanya papan tulis. 6. Menurut Anda, apakah guru menguasai setiap materi matematika yang disampaikannya? Jawaban : baik, menguasai. 7. Menurut Anda, apakah guru matematika mengajar dengan metode yang tepat, sehingga siswa memahami materi?
mempermudah
Jawaban : tepat 8. Apakah Guru matematika mendorong siswa untuk aktif ataupun bertanya dalam kegiatan belajar mengajar? Jawaban : iya, mendorong. 9. Apakah Guru matematika mengadakan diskusi atau tanya jawab dengan siswa? Jawaban : jarang . 10. Apakah kamu bertanya saat belum paham terhadap materi yang telah diajarkan guru ? Jawaban : tidak.
Wawancara dengan Siswa Nama Responden
: SNGS
Kelas
: VD
Alamat
: Jl. Merbau 3 No. 81
Pertanyaan : 1. Apakah Anda menyukai pelajaran matematika ? Jawaban : tidak suka Kenapa tidak suka dengan pelajaran matematika ? Jawaban : sulit 2. Apakah pelajaran matematika mudah? Jawaban : sulit Apa yang sulit dengan pelajaran matematika ? Jawaban : soal cerita 3. Bagaimana suasana pembelajaran matematika dikelas? Menyenangkan / membosankan / biasa-bisa saja Jawaban : biasa – biasa saja 4. Bagaimana cara guru mengajar matematika ? apakah jelas/jelas/cukup jelas/kurang jelas? Jawaban : baik.tetapi kadang jelas kadang tidak. 5. Apakah Guru menggunakan alat / media dalam pembelajaran matematika ? Jawaban : tidak , papan tulis. 6. Menurut kamu, apakah guru menguasai setiap materi matematika yang disampaikannya? Jawaban : iya menguasai.
7. Menurut Anda, apakah guru matematika mengajar dengan metode yang tepat, sehingga
mempermudah
siswa memahami materi? Jawaban : iya, tepat. 8. Apakah Guru matematika mendorong siswa untuk aktif ataupun bertanya dalam kegiatan belajar mengajar? Jawaban : iya, mendorong. 9. Apakah Guru matematika mengadakan diskusi atau tanya jawab dengan siswa? Jawaban : hanya tanya jawab. 10. Apakah kamu bertanya saat belum paham terhadap materi yang telah diajarkan guru ? Jawaban : kadang-kadang .
Wawancara dengan Siswa Nama Responden
: SJN
Kelas
: VD
Alamat
: Dinarmas 9 No. 40 RT 3 / RW 17
Pertanyaan : 1. Apakah Anda menyukai pelajaran matematika ? Jawaban : sedikit suka 2. Apakah pelajaran matematika mudah? Jawaban : ada yang mudah, ada yang sulit Menurut kamu yang sulit dalam pelajaran matematika apa ? Jawaban : soal pecahan 3. Bagaimana suasana pembelajaran matematika dikelas? Apakah menyenangkan / membosankan / biasa – biasa saja ? Jawaban : biasa saja 4. Bagaimana cara guru mengajar matematika ? apakah jelas, cukup / kurang jelas ? Jawaban : jelas 5. Apakah Guru menggunakan alat / media dalam pembelajaran matematika ? Jawaban : tidak 6. Menurut Anda, apakah guru matematika yang disampaikannya? Jawaban : iya menguasai
menguasai setiap materi
7. Menurut Anda, apakah guru matematika mengajar dengan metode yang tepat, sehingga
mempermudah
siswa memahami materi? Jawaban : iya, tepat 8. Apakah Guru matematika mendorong siswa untuk aktif ataupun bertanya dalam kegiatan belajar mengajar? Jawaban : iya, mendorong. 9. Apakah Guru matematika mengadakan diskusi atau tanya jawab dengan siswa? Jawaban : jarang diskusi tai tanya jawab 10. Apakah kamu bertanya saat belum paham terhadap materi yang telah diajarkan guru ? Jawaban : tanya tapi tidak sering.
Lampiran 5 Pedoman Angket Guru Kelas VD ANGKET PENELITIAN PENGANTAR ANGKET Bersamaan ini saya mohon bantuan Bapak / Ibu Guru untuk mengisi angket yang terlampir dalam pengantar ini, untuk melengkapi data penelitian saya dalam menyusun skripsi dengan judul : PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG Setiap jawaban yang Bapak / Ibu berikan akan bermanfaat bagi saya dalam penelitian ini. Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi Bapak / Ibu yang telah meluangkan waktu untuk mengisi angket ini. I. IDENTITAS Nama Lengkap : Hj. Siti Mustaqimah,S.Pd.I NIC
: B.588.0796.054
Guru Kelas
: VD
II. PETUNJUK PENGISIAN
1. Sebelum mengisi angket ini, diharapkan untuk mengisi identitas secara lengkap. 2. Mohon dibaca baik-baik setiap isi pertanyaan dan berikan jawaban serta penjelasannya. 3. Saya mengharapkan semua pertanyaan dapat terjawab dan tidak ada yang terlewatkan.
ANGKET GURU : 1. Apakah Bapak / Ibu merasa cukup dengan penguasaan materi matematika yang ditetapkan kurikulum ? Jawaban : belum puas Alasan
: karena anak-anak belum menguasai materi matematika dan pada dasarnya untuk belajar matematika
dari
bawah
belum
cukup
terutama hafalan perkalian dan pebagian, siswa
belum
menguasai
sehingga
selanjutnya akan tidak mampu. 2. Apakah
Bapak/Ibu
membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebelum mengajar ? Jawaban : iya, membuat tapi bukan RPP melainkan lesson plan. Alasan
: lesson plan hampir sama dengan RPP, ini mengadopsi dari singapura. Dulu ketika kurikulum
KTSP,
membuat
RPP
satu
semester 1x dan dibuat diawal semester bersama guru-guru yang lain, akan tetapi sekarang membuat lesson plan karena lebih praktis dibandingkan RPP. 3. Apakah Bapak/Ibu merumuskan tujuan instruksional sebelum mengajar? Mengapa ? Jawaban : tidak
Alasan : tujuan instruksional terdapat pada kurikulum lama, sekarang sudah diatur pemerintah dan sudah ada sendiri. 4. Untuk karakter siswa yang pasif dan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, metode pembelajaran apa yang Bapak / Ibu gunakan dalam mengajar ? Jawaban : metode demonstrasi Alasan : metode demonstrasi cocok untuk karakter siswa yang pasif, dan siswa yang pasif maupun mengalami kesulitan disendirikan, karena perlu pendekatan dan butuh waktu yanglebih dengan memberi jam tambahan belajar. 5. Metode pembelajaran apakah yang Bapak/Ibu gunakan dalam penyampaian materi bilangan, geometri dan pengukuran ? Jawaban
: penggunaan metode sesuai dengan kondisi dan materi yang diajarkan.
Alasan
:
misalnya materi bangun cocok dengan
metode demonstrasi atau praktik. Intinya tidak semua pelajaran hanya cocok dengan satu metode saja dan sesuai dengan materi tersebut. 6. Menurut Bapak/Ibu, apakah siswa anda mengalami perubahan (kognitif, afektif, psikomotorik) selama KBM? Jawaban : perubahan kognitif ada, tetapi tidak semua
Alasan : perubahan kognitif sebagian ada dan sebagian yang lain belum, artinya tidak semua siswa langsung belajar
mengalami walaupun
perubahan sedikit,
setelah
sedangkan
perubahan afektif / psikomotorik dilakukan dengan menyisipkan selama KBM. 7.
Bagaimana jika rencana pengajaran yang telah dibuat tidak sesuai dengan situasi kelas ? Jawaban
: pengkondisian kelas
Alasan
: hal yang utama dari seorang guru yaitu mampu mengkondisikan kelas. Apabila seorang guru mampu menguasai kelas, insya allah pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Jadi yang perlu dilakukan guru adalah dapat mengkondisikan siswa di kelas, dikarenakan apabila guru menguasai materi tetapi tidak mampu menguasai kelas maka pembelajaran tidak akan berhasil.
8. Menurut Bapak/Ibu, apakah faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa ? Jawaban : banyak faktor . Alasan
: situasi kelas, kemampuan anak (keinginan, semangat), motivasi, guru dan orang tua .
9. Bagaimana
Bapak/Ibu
belajar siswa ?
mengidentifikasi
kemampuan
Jawaban : hasil evaluasi Alasan : dapat diidentifikasi atau diketahui dari hasil evaluasi belajar siswa, hal ini dilihat ketika siswa diberi materi dan siswa yang dapat mengerjakan dengan baik berarti siswa tersebut mampu, sedangkan siswa yang belum bisa mengerjakan dengan baik maka siswa tersebut mengalami kesulitan. 10. Bagaimana Bapak / Ibu mengidentifikasi kesulitan belajar siswa ? Jawaban : sikap atau ekspresi , latihan soal. Alasan
: untuk kesulitan dapat diidentifikasi atau diketahui dari sikap atau ekpresi siswa, apabila siswa belum menguasai dan belum bisa mengerjakan maka siswa akan tampak sedih, serta dilihat dari latihan maka siswa yang tidak bisa dan belum menguasai materi tersebut akan kelihatan ternyata mengalami kesulitan dalam perkalian dan pembagian.
11. Bagaimana tindakan Bapak / Ibu terhadap siswa yang belum mencapai prestasi belajar yang baik ? Jawaban : diberi tambahan jam belajar Alasan : dikarenakan siswa disini dituntut memenuhi standar yang telah ditetapkan sekolah atau hasus memnuhi kriteria ketuntasan minimal
terlebih dahulu.Dan sesuai dengan peraturan sekolah, guru dapat memberi tambahan belajar seusai sekolah dari jam 14.30 – 15.00 atau di hari sabtu. Hal ini diberikan bagi siswa yang belum mencapai presstasi yang baik. 12. Bagaimana pengaturan tempat duduk dan setting ruangan yang sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai ? Jawaban : pengaturan pernah dilakukan walaupun tidak sering. Alasan
: dikarenakan tidak setiap pelajaran terutama matematika di rubah setting ruang kelas, tetapi bergantian. Untuk pengaturan tempat duduk dan setting ruangan selalu berubah walau
tidak
setiap
pelajaran,
hal
ini
dilakukan agar pembelajaran tidak monoton dan siswa tidak bosan. 13. Menurut Bapak / Ibu, apakah suasana kelas yang hening dan kondusif, akan berhasil terhadap proses KBM ? Jawaban : tergantung atau menyesuaikan Alasan : sesuai kondisi, apabila kelas hening dan siswa hanya diam maka proses KBM tidak akan berhasil. Seperti ketika diskusi atau belajar kelompok, siswa yang hanya diam atau pasif
saja maka proses pembelajaran tidak akan berhasil. Berbeda ketika waktu ulangan, tugas maupun ujian maka menghendaki suasana kelas yang hening. 14. Menurut Bapak / Ibu, bagaimana menciptakan suasana KBM yang baik ? Jawaban
:dengan
membuat
proses
pembelajaran
menyenangkan Alasan
: yang pertama mampu mengkondisikan kelas dulu. Yang kedua, penyampaian materi, artinya membuat siswa aktif dalam proses KBM
jadi
membuat
pembelajaran
menyenangkan. 15. Bagaimana Bapak / Ibu mengawali KBM agar tercipta kondisi kelas yang kondunsif ? Jawaban : seperti guru yang lain, yang utama bisa mengusai kelas Alasan
: selain itu wibawa guru, apabila proses KBM dimulai siswa akan mulai diam dengan melihat guru tersebut yang datang ke kelas, dimana wibawa guru dihadapan siswa akan dihormati sehingga anak tidak ramai dan siap untuk belajar.
16. Bagaimana Bapak / Ibu mengatasi kondisi kelas yang gaduh saat KBM berlangsung ?
Jawaban : di diamkan Alasan
: untuk mengatasi kondisi siswa yangg gaduh dikelas maka guru cukup diam, maka siswa akan ikut diam dengan sendirinya dan tidak gaduh.
17. Menurut Bapak / Ibu, bagaimana penggunaan media pembelajaran yang efektif ? Jawaban : penggunaan media sesuai dengan materi yang diajarkan. Alasan
: artinya tidak ada media yang efektif, karena media bermacam-macam dan sesuai dengan materi yang diajarkan guru. Jadi guru memilih media pembelajaran sesuai materi pelajaran tersebut, seperti materi bangun maka akan lebih cocok dengan media bangun,
yang
menggunakan
penting satu
tidak
media
dan
hanya siswa
diajarkan dengan benda – benda konkret atau nyata bukan abstrak. 18. Menurut Bapak/Ibu, media apakah yang sesuai dalam menyampaikan
materi
bilangan,
geometri
dan
pengukuran? Jawaban : sesuai dengan materi dan cocok terhadap materi tersebut.
Alasan
: media bermacam-macam dan melihat materi yang diajarkan, seperti materi pengukuran dapat menggunakan media di sekitar kelas yaitu dengan mengukur meja, tau bisa dengan penggunaan LCD Proyektor. Intinya siswa diajarkan dengan media yang nyata, sehingga pembelajaran akan mengena.
19. Bagaimana Bapak / Ibu menumbuhkan minat baca dan memanfaatkan perpustakaan pada siswa ? Jawaban : diminta membaca buku atau diberi tugas ke perpustakan Alasan : untuk menumbuhkan minat baca siswa dan memanfaatkan perpustakan pada siswa itu sangat susah, maka caranya cukup diminta atau
dibujuk
dengan
memberi
tugas
pelajaran tertentu untuk membaca buku dan datang ke perpustakan, itupun terkadang siswa terpaksa melakukannya. 20. Menurut Bapak / Ibu, apakah siswa yang hanya diam saat KBM
berlangsung
mengganggu
interaksi
belajar
mengajar ? Jawaban : siswa diam tidak akan mengganggu proses KBM. Alasan
: untuk siswa yang hanya diam saat KBM tidak akan mengganggu, hanya saja siswa tersebut
tidak akan tahu dan tidak paham terhadap materi tersebut sehingga hasil belajar siswa tersebut tidak akan tercapai. 21. Apakah yang Bapak / Ibu lakukan terhadap siswa yang apatis terhadap proses belajar mengajar ? Jawaban : dimotivasi dan dipuji Alasan :
yang perlu dilakukan dengan cara siswa tersebut dimotivasi, dipuji dan di rayu atau diangkat harga diri nya sehingga siswa akan merasa senang dan akan termotivasi belajar bahkan berusaha belajar dengan baik. Selain itu, siswa yang apatis atau cuek apabila mendapatkan nilai bagus hendaknya diberi pujian.
22. Menurut Bapak / Ibu, bagaimana menangani masingmasing siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi? Jawaban : dibimbing Alasan : untuk kelas yang klasikal maka terdapat siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi maka mengatasi nya cukup diberi arahan dan bimbingan belajar, terutama bagi yang rendah. 23. Apakah pendekatan pengukuran yang Bapak / Ibu gunakan dalam menilai hasil ulangan siswa ? Jawaban : angka ( ulangan )
Alasan : pengukuran dalam menilai hasil ulangan siswa yaitu dengan angka. 24. Apabila hasil evaluasi terhadap siswa masih rendah, apakah yang Bapak / Ibu akan lakukan ? Bagaimana keterkaitannya dengan proses belajar mengajar ? Jawaban : bimbingan Alasan
: bagi siswa dengan hasil yang rendah, maka dalam
hal
ini
siswa
tersebut
belum
memahami beberapa materi yang diajarkan. 25. Bagaimana Bapak / Ibu menilai efektifitas program pengajaran ? Jawaban : dilihat dari hasil pengajaran Alasan
: menilai efektifitas program pengejaran di ketahui dari hasil evaluasi pembelajarn yang telah ditetapkan diawal tahun, sehingga diketahui sudah sesuai dengan program atau belum dan efektif atau tidaknya program pengajaran tersebut.
Lampiran 6 Dokumentasi Foto Penelitian Dokumen Foto 1. Wawancara dengan Kepala SD Islam Hidayatullah Semarang
2. Wawancara dengan Guru Kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang
3. Wawancara dengan Siswa Kelas VD SD Islam Hidayatullah Semarang
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Alfi Nur Santi
2. Tempat & Tanggal Lahir : Demak, 26 Maret 1994 3.
Alamat Rumah
: Ds. Gajah No. 11 RT 03 / RW 05, Kec. Gajah, Kab. Demak
HP
: 085641280804
E-mail
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal : a. SDN 02 Gajah
Lulus Tahun ( 2006 )
b. MTs Al-Irsyad Gajah Lulus Tahun ( 2009 ) c. MA Al-Irsyad Gajah
Lulus Tahun ( 2012 )
Semarang, 8 Juni 2016
Alfi Nur Santi NIM : 123911031