SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES TINGKAT SMP SEDERAJAT SE-KECAMATAN KALIWIRO KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2008/2009
Skripsi Diajukan dalam rangka penyelesaian studi starata I Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Cici Nur Chasanah 6101405529
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk diajukan dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada : Hari
:
Tanggal
:
Menyetujui
Dosen Utama
Dosen pendamping
Dosen Pendamping I
Dosen Pendamping II
Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd. NIP. 131404316
Drs. Bambang Priyono, M.Pd. NIP. 131571552
Mengetahui : Ketua Jurusan PJKR
Drs. Bambang Priyono, M.Pd. NIP. 131571552
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada : Hari
: Rabu
Tanggal
: 16 September 2009
Pukul
: 10.00-11.00 WIB
Tempat
: Ruang Ujian Skripsi PJKR
Panitia Ujian Ketua
Sekertaris
Drs. M. Nasution, M.Kes NIP. 196404231990021001
Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd NIP. 19620425198601001
Dewan Penguji
1. Drs. Zaeni, M.Pd NIP. 195807091984031004
2. Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd NIP. 196102301984032001
3. Drs. Bambang Priyono, M.Pd. NIP. 1960042219806011001 iii
SARI Cici Nur Casanah, 2009. Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP Negeri se Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Skripsi. Jurusan PJKR. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M. Pd., Pembimbing II : Drs. Bambang Priyono, M. Pd. Kata Kunci. Persepsi, Kinerja Guru. Penjasorkes Adanya stigma-rumor negatif yang selama ini membebani profesi guru Penjasorkes tentang kinerja yang rendah memicu untuk melakukan penelitian secara empiris tentang persepsi guru-guru non penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP Negeri se Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo. Permasalahan yang dikaji bagaimana persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Non Penjasorkes? Subjek yang diteliti adalah 92 orang guru non Penjasorkes untuk dimintai informasinya tentang persepsi mereka terhadap kinerja guru Penjasorkes di sekolahnya. Data diperoleh dari kuesioner tentang persepsi kinerja guru meliputi kompetensi keperibadian, pedagogik, profesional dan sosial. Data yang diperoleh dianalis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru Penjasorkes di SMP Negeri se Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menurut persepsi guru non Penjasorkes tergolong tinggi, walaupun kompetensi pedagogik masuk dalam kategori kurang baik, yaitu hanya mencapai 70.65%. terbukti dari tingginya ke tiga kompetensi yaitu kompetensi kepribadian mencapai 95.65%, kompetensi professional sebesar 80.43%.dan kompetensi sosial sebesar 58.70%.Guru penjasorkes tersebut memiliki kompetensi kepribadian dan profesional yang lebih baik daripada kompetensi pedagogik dan kompetensi sosialnya. Disarankan guru Penjasorkes untuk meningkatkan kompetensi Pedagogik terutama, memahami peserta didik, merancang pembelajaran, seperti membuat RPP, Silabus, dll. Melaksanakan pembelajaran dengan tidak malas-malasan, evaluasi hasil pembelajaran dan mengembangkan peserta didik. Berkaitan dengan kompetensi sosialnya guru penjakes perlu meningkatkan berkomuikasi secara efektif atau dapat bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekolah atau dapat bekerja sama dengan baik dengan teman sejawat.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Survei Persepsi Guru non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Tingkat SMP Sederajat se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo 2009”. Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasijh yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melajutkan studi. 2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNNES yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan selama penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah sabar dan teliti dalam memberikan petunjuk, dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
v
5. Bapak Drs. Bambang Priyono, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dan teliti dalam memberikan petunjuk, dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo yang telah memberanikan ijin penelitian. 7. Kepada seluruh SMP Negeri yang ada di kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo yang telah membrikan ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian dan semua fasilitas yang mendukung jalannya penelitian ini. 8. Kepada seluruh Guru dan Staff SMP Negeri yang ada di kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penulis melaksanakan penelitian 9. Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca, serta dapat menambah pengetahuan dan pada penulis khususnya.
Semarang, Agustus 2009
Penulis
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO: “Jangan pernah kita merasa memiliki, karena suatu saat kita akan merasa kehilangan” “Sahabat dengan diri sendiri itu penting, karena di dunia ini tanpa bersahabat dengan diri sendiri, seseorang tak mungkin bisa berteman dengan orang lain”
PERSEMBAHAN: Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:
Ibunda Kyky Diana dan Ayahanda Muhdiraharjo tercinta.
Yuliandi putra c.S.T yang telah memberi semangat dan dukungan.
Adek-adekku tercinta(Dhery, Nada, Rheva)
Temen-temen PJKR C dan Temen-temen PJKR Angkatan ’05 .
Temen_temen kost Bledek Girl, makasih all buat semangat N persahabatan kita Lanjutkan!!
Almamater FIK UNNES
vii
DAFTAR ISI Hal. JUDUL ..................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii SARI ......................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .............................................................................. v MOTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................ ix DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv LAMPIRAN .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 11 1.3 Penegasan Istilah ......................................................................... 11 1.3.1 Persepsi......................................................................... 11 1.3.2 Kinerja ......................................................................... 12 1.3.3 Kompetensi ................................................................. 12 1.4 Tujuan Penelitian......................................................................... 14
viii
Hal. 1.5 Manfaat Penelitian....................................................................... 14 BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 15 2.1Tinjauan Persepsi ..................................................................... 15 2.1.1 Pengertian Persepsi .......................................................... 15 2.1.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi ................................ 16 2.1.3 Bentuk-Bentuk Persepsi .................................................. 18 2.1.4 Pengertian Guru ............................................................... 19 2.1.5 Peran Guru....................................................................... 19 2.1.6 Kompetensi Kepribadian .................................................. 23 2.1.7 Kompetensi Pedagogik .................................................... 24 2.1.8 Kompetensi Profesional ................................................... 25 2.1.9 Kompetensi Sosial .......................................................... 26 2.2Profesi dan Syarat-syarat Menjadi Guru Profesional .................. 27 2.2.1 Profesi Guru..................................................................... 27 2.2.2 Profesionalisme Guru ....................................................... 27 2.2.3 Syarat-syarat Menjadi Guru Profesional ........................... 28 2.2.4 Strateg Upaya .................................................................. 31 2.3Kinerja Guru ............................................................................. 35 2.3.1 Pengertian Kinerja Guru .................................................. 35 2.3.2 Penilaian Kinerja ............................................................. 36 2.3.3 Profil Kinerja Guru Penjas ............................................... 38 ix
Hal. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 40 3.1 Jenis penelitian. ........................................................................... 40 3.2 Populasi ...................................................................................... 40 3.3 Sampel ....................................................................................... 41 3.4 Instrumen Penelitian .................................................................... 41 3.5 Teknik Analisis Data ................................................................... 42 3.6 Validitas dan Reabilitas ............................................................... 43 3.6.1 Validitas ............................................................................. 43 3.6.3 Reliabilitas ......................................................................... 44 3.7 Metode Analisis Data .................................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 47 4.1 Kompetensi Kepribadian ............................................................. 47 4.2 Kompetensi Pedagogik ................................................................ 49 4.3 Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik ................................... 51 4.4 Kompetensi Sosial sebagai Pendidik ............................................ 53 4.5 Persepsi Data Guru non-Penjasorkes Terhadap Guru Penjasorkes per Bidang Studi ......................................................................... 55 4.5.1 Persepsi Guru Matematika Terhadap Guru Penjasorkes ...... 56 4.5.2 Persepsi Guru Indonesia Terhadap Guru Penjasorkes .......... 57 4.5.3 Persepsi Guru Inggris Terhadap Guru Penjasorkes .............. 59 x
Hal. 4.5.4 Persepsi Guru IPA Fisika Terhadap Guru Penjasorkes ........ 60 4.5.5 Persepsi Guru IPA Biologi Terhadap Guru Penjasorkes ...... 62 4.5.6 Persepsi Guru IPS Terhadap Guru Penjasorkes ................... 63 4.5.7 Persepsi Guru PAI Terhadap Guru Penjasorkes................... 65 4.5.8 Persepsi Guru Kesenian Terhadap Guru Penjasorkes .......... 66 4.5.9 Persepsi Guru BP/BK Terhadap Guru Penjasorkes.............. 68 4.5.10 Persepsi Guru PKN Terhadap Guru Penjasorkes ............... 70 4.5.10 Persepsi Guru Bahasa Jawa Terhadap Guru Penjasorkes ... 70
BAB V PENUTUP ................................................................................... 73 5.1 Simpulan .................................................................................... 73 5.2 Saran ........................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1 hasil jawaban dari pertanyaan ............................................................... 6 Tabel 2 hasil jawaban dari pertanyaan ............................................................... 6 Tabel 3 hasil jawaban dari pertanyaan ............................................................... 7 Tabel 1 Karakteristik Guru Efektif dan Guru Tradisional .................................. 39 Tabel 1 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase ................................................. 46 Tabel 1 Tingkat Kompetensi Kepribadian Guru Penjasorkes ............................. 48 Tabel 2 Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Penjasorkes .................................50 Tabel 3 Tingkat Kompetensi Profesional Guru Penjasorkes ...............................52 Tabel 4 Tingkat Kompetensi Sosial Guru Penjasorkes........................................54 Tabel 5 Persepsi guru Matematika terhadap guru Penjasorkes ............................56 Tabel 6 Persepsi Guru Bahasa Indonesia Terhadap Guru Penjasorkes ................57 Tabel 7 Persepsi Guru Bahasa Inggris Terhadap Guru Penjasorkes ....................59 Tabel 8 Persepsi Guru IPA Fisika Terhadap Guru Penjasorkes ...........................60 Tabel 9 Persepsi Guru IPA Biologi Terhadap Guru Penjasorkes.........................62 Tabel 10 Persepsi Guru IPS Terhadap Guru Penjasorkes ....................................63 Tabel 11 Persepsi Guru PAI Terhadap Guru Penjasorkes ...................................66 Tabel 12 Persepsi Guru Kesenian Terhadap Guru Penjasorkes ...........................67 Tabel 13 Persepsi Guru BP/BK Terhadap Guru Penjasorkes ..............................68 Tabel 14 Persepsi Guru PKn Terhadap Guru Penjasorkes...................................70 Tabel 15 Persepsi Guru Bahasa Jawa Terhadap Guru Penjasorkes......................71 xii
DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1 Persepsi terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Penjasorkes…........48 Gambar 2 Persepsi Guru terhadap Kompetensi Pedagogik Guru penjasorkes ....50 Gambar 3 Persepsi Guru terhadap Kompetensi Profesional Guru penjasorkes ...52 Gambar 4 Persepsi Guru terhadap Kompetensi Sosial Guru penjasorkes ...........55 Gambar 5 Persepsi Guru Matematika Terhadap Guru Penjasorkes .....................57 Gambar 6 Persepsi Guru Bahsa Indonesia Terhadap Guru Penjasorkes ..............58 Gambar 7 Persepsi Guru Bahasa Inggris Terhadap Guru Penjasorkes .................60 Gambar 8 Persepsi Guru IPA Fisika Terhadap Guru Penjasorkes .......................61 Gambar 9 Persepsi Guru IPA Biologi Terhadap Guru Penjasorkes .....................63 Gambar 10 Persepsi Guru IPS Terhadap Guru Penjasorkes ................................64 Gambar 11 Persepsi Guru PAI Terhadap Guru Penjasorkes................................66 Gambar 12 Persepsi Guru Kesenian Terhadap Guru Penjasorkes .......................68 Gambar 13 Persepsi Guru BK/BP Terhadap Guru Penjasorkes...........................69 Gambar 14 Persepsi Guru PKn Terhadap Guru Penjasorkes ..............................71 Gambar 15 Persepsi Guru Bahasa Jawa Terhadap Guru Penjasorkes .................72 Gambar 1 Persepsi Guru NonPenjasorkes Terhadap Kompetensi Guru Penjasorkes......................................................................................................73
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Hal 1. Kisi-Kisi Kuisioner Persepsi Guru Bidang Studi Non Penjaskes Terhadap ................................................................................................................... 77 2. Kuisioner ................................................................................................ 80 3. Penghitungan Validitas Angket............................................................... 83 4. Penghitungan Reabilitas Angket ............................................................. 84 5. Tabel Perhitungan Validitas Dan Reabilitas ............................................ 85 6. Data Hasil Penelitian Tentang Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Di Smp Negeri Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo .................................................................................................. 87 10. Deskripsi Presentase Aspek .................................................................. 93 11. Analisis Deskriptif Presentasi ............................................................... 95 12. Dokumentasi Penelitian...........................................................................102 13. Usulan Tema Skripsi................................................................................106 14. Sk Pembimbing........................................................................................107 15. Sk Penetapan Dosen Pembimbing...........................................................108 16. Surat Izin Penelitian Fik Ke Diknas Wonosobo......................................109 17. Surat Izin Penelitian Dari Diknas Ke Sekolah.........................................110 18. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di Sekolah....................111
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan
nasional
di
bidang
pendidikan
adalah
upaya
untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia yang seutuhnya. Dalam pembangunan nasional, semua warga negara Indonesia dituntut aktif serta dalam pembangunan nasional. Pembangunan nasional pada
hakekatnya
adalah
pembangunan
manusia
Indonesia
seutuhnya
dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman. Pembinaan dan upaya peningkatan manusia yang ditinjau pada peningkatan kesehatan jasmani dan rokhani seluruh masyarakat, disiplin dan sportivitas serta pengembangan prestasi yang dapat mempangkitkan rasa kebangsaan nasional (Engkos Kosasi, 1993:5). Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk membina manusia, karena hanya melalui pemenuhan pendidikanlah didapat manusia-manusia yang baru yang berorientasi pada pembangunan. Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 2004 mengamanatkan bahwa kita perlu meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk mendapatkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan kualitas 1
2
sumber daya manusia sendiri secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang dengan hak dukungan dan perlindungan sesuai dengan potensinya. Pendidikan Jasmani merupakan suatu bagian integral dari pendidikan secara menyeluruh yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani guna mendorong hidup sehat menuju pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, dan ekonomi yang serasi, selaras dan seimbang (Depdikbud, 1999:1067). Sedang menurut Engkos Kosasih (1993:18), pendidikan jasmani berkenaan dengan aktifitas yang menggunakan kelompok otot-otot besar dan hasil yang diperoleh merupakan sumbang bagi kesehatan dan pertumbuhan anak didik sehingga ia menyadari benar bahwa dari proses pendidikan terssebut pertumbuhan jasmani akan berkembang dengan baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang sering kita dengar sekarang ini adalah penggantian kurikulum pendidikan yang diterapkan pada sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai pada tingkat menengah. Perubahan kurikulum tidak lepas dari upaya pemerintah untuk menemukan suatu kurikulum yang cocok dan sesuai sehingga terwujudnya pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan berkualitas bagi guru dan siswa dapat mengikutinya dengan baik sehingga hasil akhir dari pendidikan adalah menciptakan generasi muda bangsa yang berkualitas dan memiliki kompetensi dibidangnya.
3
Pada awalnya kurikulum 1994
telah lama diterapkan pada lembaga
pendidikan sekolah tingkat dasar dan menengah dan dinilai masih mempunyai kekurangan, yakni mayoritas masih berbasis pada materi sehingga keaktifan guru dan siswa kurang berperan aktif mendukung pelaksanaan pembelajaran kurikulum ini. Sehingga pemerintah pada tahun 2001 melalui Departemen Pendidikan Nasional mensosialisasikan kurikulum baru yang bernama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pelaksanaannya baru berlangsung tahun pelajaran 2004/2005 dengan harapan mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun dalam pelaksanaanya KBK belum membuahkan hasil yang signifikan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama konsep KBK belum dipahami secara benar oleh guru sebagai ujung tombak di kelas, akibatnya ketika guru melakukan penjabaran materi dan program pengajaran di kelas tidak sesuai dengan KBK. Kedua, draf
kurikulum yang terus menerus mengalami perubahan, akibatnya guru
mengalami
kebingungan
rujukan
sehingga
muncul
kesemrawutan
dalam
pelaksanaannya. Ketiga belum adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni yang bisa dipakai pegangan guru ketika menjalankan tugas intruksional bagi siswanya. Akibatnya, ketika melaksanakan pembelajaran, guru hanya mengandalkan pengalaman yang dimilikinya, yang mayoritas berbasis materi sehingga tidak ada kemajuan yang berarti (Masnur Muslih,2007:12). Maka munculah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menggantikan KBK, yang dilaksanakan mulai tahun 2006/2007 (melalui Peraturan Meteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 sebagai upaya perbaikan celah
4
kelemahan dan kekurangan yang terdapat didalam KBK bisa ditanggulangi, baik perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Terlepas dari kelemahan-kelemahan tersebut pembelajaran dalam KBK atau KTSP harus dilaksanakan setiap kelas pada satuan tingkat dasar dan menengah. Hal ini berarti guru harus mempunyi wawasan yang cukup tentang strategi pembelajaran mata pelajaran yang diampunya, minimal dalam bentuk panduan yang dapat dipakai sebagai pegangan ketika akan melaksanakan pembelajaran di kelas (Masnur Muslih,2007:12). Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan diharapkan dapat menciptakan suasana lingkungan yang kondusif, sebab sekarang ini banyak asumsi dan pandangan masyarakat yang mengeluhkan kualitas dan kinerja guru Penjasorkes dalam menjalankan tugas pokoknya di sekolah. Kalau diperhatikan secara sekilas, setiap permasalahan pendidikan jasmani selalu merupakan permasalahan yang unik. Tetapi yang terpenting adalah, bahwa pandangan dan pendapat tentang pendidikan jasmani selalu ditemukan didalam sistem pendidikan pada umumnya. Permasalahan yang sering saya dengar adalah sifat dan perlakuan keras/kasar yang dilakukan Guru Penjasorkes terhadap murid-muridnya. Hal ini dapat saya contohkan dengan isuisu/berita yang saya dapat, misalnya : Ferdian(18), siswa SMKN 1 Padang, masih dalam proses penyembuhan setelah kakinya patah akibat ditendang oleh seorang gurunya. Alasan penendangan itu karena Ferdian terlambat masuk sekolah.(Wartawan Kompas Agnes Rita
5
Sulistyawati:http://www.balitbangham.go.id/detail6.php?ses=&i d=71). Tanggal 7 September 2005 terjadi kasus yang memprihatinkan di SD X di wilayah Kecamatan Guntur Demak. Seorang guru Penjasorkes memukul anak didiknya. Tragisnya pemukulan tidak hanya terhadap satu siswa, melainkan hampir seluruh siswa putra dan disaksikan siswi yang menjerit-jerit. (Indra
Ari :
http://www.suaramerdeka.com/harian/0509/27/opi05.htm).
Dilihat dari contoh diatas, memang citra atau nama baik seorang guru Penjasorkes dipandang sebelah mata dan sering berperilaku tidak menyenangkan terhadap anak didiknya. Setelah melakukan survai dibeberapa SMP Negeri di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo, dengan sampel 92 Guru Non Penjasorkes. Dari SMP Negeri I Kaliwiro didapat sampel 26 Guru Non Penjasorkes, Dari SMP Negeri II Kaliwiro didapat sampel 18 Guru Non Penjasorkes, SMP Negeri III Kaliwiro didapat sampel 23 Guru Non Penjasorkes, SMP Negeri IV Kaliwiro didapat sampel 12 Guru Non Penjasorkes, SMP Negeri V Kaliwiro didapat sampel 13 Guru Non Penjasorkes. Setelah melakukan survei dapat diketahui hasil survei sebagai berikut:
6
Bagaimana Kinerja Guru Penjasorkes? Tabel 1.1 Hasil jawaban dari pertanyaan. NO
KRITERIA
JUMLAH RESPONDEN
1
Baik Sekali
24
2
Baik
53
3
Sedang
15
4
Kurang
-
Seberapa pentingkah Penjasorkes diajarkan di sekolah? Tabel 1.2 Hasil jawaban dari pertanyaan. NO
KRITERIA
JUMLAH RESPONDEN
1
Sangat Penting
21
2
Penting
62
3
Tidak Penting
9
4
Tidak Tahu
-
7
Bagaimana Guru Penjasorkes melaksanakan tugasnya? Tabel 1.3 Hasil jawaban dari pertanyaan. NO
KRITERIA
JUMLAH RESPONDEN
1
Sangat Profesional
18
2
Profesional
68
3
Kurang Profesional
6
4
Tidak Tahu
-
Dari data hasil survei 5 sekolah di atas, dapat dikatakan bahwa persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes dipandang sudah baik dan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Hal itu dikarenakan banyaknya guru non Penjasorkes yang memberi respon positif terhadap guru Penjasorkes di SMP Negeri Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo. Namun dari hasil survei di atas, juga dapat disimpulkan bahwa tidak semua guru Penjasorkes berpredikat positif karena setiap manusia mempunyai kekurangan dalam berperilaku sehingga menimbulkan persepsi yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan masih adanya kekurangan yang ditunjukkan oleh guru Penjasorkes yang berupa kurangnya kinerja dan keprofesionalitasan guru Penjasorkes dimata guru non Penjasorkes. Tentu saja hal itu didorong oleh pribadi masing-masing individu guru Penjasorkes itu sendiri.
8
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP Negeri seKecamatan Kaliwiro dihadapkan permasalahan sebagai berikut: Masih banyak dipertanyakan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dalam melaksanakan tugas mengajar. Sebab guru sangat berperan dalam pencapaian hasil belajar. Dalam pencapaian hasil belajar terdapat beberapa faktor meliputi kemampuan mengajar, cara mengajar, dan metode yang digunakan dalam mengajar. Penelitian ini mengambil kinerja guru yang lebih jelas dinamakan kompetensi profesional dimana diartikan sebagai perangkat kemampuan atau keahlian seorang guru sebagai tenaga profesional kependidikan yang diperoleh melalui pengalaman, pendidikan, dan pelatihan dalam kurun waktu tertentu (Rusli Ibrahim, 2000:1) . Sikap guru yang profesional akan mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar ini sangat dibutuhkan dalam era globalisasi dengan berbagai kemajuan khususnya kemajuan ilmu dan teknologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Uzer Usman, 2006:1) Sebagai guru Penjasorkes yang profesional harus memperhatikan kondisi pelaksanaan Penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan Kaliwiro sebagai berikut: Kedudukan guru sebagai pelaksana proses belajar mengajar, juga harus mengetahui dan menerapkan program pengajaran dan harus disiplin dalam melaksanakan tugas tersebut dengan baik dan pembuatan Program Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES), Silabus dan Rencana Pelaksanaa Pengajaran ( RPP ), Dalam penelitian ini guru mata pelajaran adalah objek peneltian, karena guru mata pelajaran adalah rekan kerja guru Penjasorkes, dimana mereka mengetahui
9
kinerja dan kompetensi guru Penjasorkes dalam proses kegiatan pembelajaran disekolah, dimana seringnya berkomunikasi dan bersosialisasi antar guru mata pelajaran sehingga rekan guru mengetahui aktivitas sehari-hari dan dapat memberikan persepsinya terhadap kinerja guru Penjasorkes dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Mutu pendidikan di kecamatan Kaliwiro cukup baik, sebab sudah tersebar tempat belajar atau sekolah mulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Didukung oleh SDM yang akan sadar pentingnya pendidikan. Sekolah Menengah Pertama/SMP Negeri di kecamatan Kaliwiro. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP se-Kecamatan Kaliwiro dihadapkan permasalahan khususnya pada guru Penjasorkes sebagai berikut: a. Sarana dan Prasarana Peralatan dalam pembelajaran Penjasorkes seperti bola sepak, bola basket, bola voli, bola kasti, peralatan atletik, peralatan senam dan lain–lain di SMP Negeri kecamatan Kaliwiro masih banyak yang belum terpenuhi. Sebagian besar sudah rusak, tidak layak dipakai. Guru Penjasorkes dalam pembelajaran masih menggunakan peralatan apa adanya. Untuk tempat pembelajaran misalnya lapangan sepak bola, di kecamatan Kaliwiro lapangan sepak bolanya tergolong dekat untuk SMP Negeri 1, SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 5. Untuk SMP Negeri 3 dan 4 tempatnya jauh dari SMP sehingga butuh waktu yang lama untuk menuju tempat pembelajaran Penjasorkes.
10
b.
Tempat Secara umum bangunan SMP Negeri se kecamatan Kaliwiro layak digunakan
untuk kegiatan belajar mengajar. Jarak antara sekolah yang satu dengan yang lain berjauhan. Lapangan untuk pembelajaran Penjasorkes di SMP Negeri kecamatan Kaliwiro ada yang jauh dari sekolahan yaitu SMP Negeri 3 dan 4 Kaliwiro sedangkan SMP 1, 2 dan 5 jaraknya cukup dekat dengan lapangan. Jadi waktu untuk pembelajaran Penjasorkes berkurang bagi SMP Negeri 3 dan 4 Kaliwiro dan siswa sudah capek karena sebelum ke lapangan siswa-siswi berjalan cukup jauh. Sehingga pembelajaran Penjasorkes kurang maksimal dilaksanakan. c. SDM Sebagaian besar guru di kecamatan Kaliwiro sudah mengikuti sertifikasi, jadi dituntut profesional dalam mengajar. Untuk guru Penjasorkes SMP kecamatan Kaliwiro masih kurang. Disebabkan banyak yang pensiun dan juga ada yang menjadi kepala sekolah. Untuk siswa-siswi SMP Negeri kecamatan Kaliwiro kebanyakan antusias menerima pelajaran Penjasorkes. Jadi menurut siswa pelajaran Penjasorkes sangat menyenangkan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP Negeri seKecamatan Kaliwiro dihadapkan permasalahan sebagai berikut: Masih banyak dipertanyakan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dalam melaksanakan tugas mengajar. Sebab guru sangat berperan dalam pencapaian hasil belajar. Dalam pencapaian hasil belajar terdapat beberapa faktor meliputi kemampuan mengajar, cara mengajar, dan metode yang digunakan dalam mengajar.
11
Bertitik tolak dari pokok pikiran dan pendapat dari masyarakat yang telah dipaparkan didepan, maka timbulah suatu pertanyaan bagaimana kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Untuk itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul: ” Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Tingkat SMP Sederajat se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 ” 1.2 Rumusan Masalah Dari penjabaran mengenai latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam masalah ini adalah : ” Bagaimana Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Tingkat SMP Sederajat se-Kecamatan Kaliwiro Tahun 2009 ” 1.3 Penegasan Istilah Untuk menghindari agar tidak terjadi salah pengertian dalam penafsiran judul skripsi ini, penulis merasa perlu untuk membuat batasan yang memperjelas dan mempertegas istilah yang dimaksud dalam penelitian ini sebagai berikut : 1.3.1 Persepsi Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. ”http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi” (2008:1), bahwa persepsi itu merupakan pengertian kita tentang situasi sekarang dalam artian pengalaman-pengalaman kita yang telah lalu. Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu
12
evaluasi yang ditunjukan terhadap suatu objek yang berupa program kinerja guru dan dinyatakan secara verbal. a. Tanggapan Positif Tanggapan Positif yaitu Pandangan terhadap suatu objek dan menuju kepada suatu keadaan dimana subjek yang memberikan tanggapan cenderung menerima objek (Progran Kinerja Guru) yang ditangkapnya sesuai dengan pribadinya. b. Tanggapan Negatif Tanggapan Negatif yaitu Pandangn terhadap suatu objek dan menunjukan terhadap suatu keadaan dimana subjek yang memberikan tanggapan cenderung menolak objek (Program Kinerja Guru) yang ditangkapnya karena tidak sesuai dengan pribadinya. 1.3.2 Kinerja Pengertian kinerja menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ” prestasi yang diperlihatkan kemampuan kerja, suatu yang diharapkan”. Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) “Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya ”. 1.3.3 Kompetensi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS.Purwadarminta) dalam Moh.User Usman (2007:16) kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan sesuatu hal istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang dikemukakan sebagai berikut.
13
Menurut Broke and Ston dalam Moh. Uzer Usman (2007:14) kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang nampak sangat berarti. Charles E.Jhonson dalam Moh. Uzer Usman (2007:14) kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan komdisi yang diharapkan. Istilah kompetensi berhubungan dengan dunia pekerjaan. Kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu (Rustyah, 1982). Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam, kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan
tugas
yang
diperoleh
melalui
pendidikan
dan
latihan
(Herry,1998).http://www.diplb.or.id/2006/index.php/menu=profilepro=57 Dalam bidang keguruan, kompetensi mengajar dapat dikatakan merupakan kemampuan dasar yang mengimplikasikan apa yang seharusnya dilaksanakan guru dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru yang sebenarnya. Dengan gambaran pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan yang mencakup kecakapan dalam berbagai bidang yang digeluti dan direflesikan dalam bentuk yang dapat dipertanggung jawabkan. Kompetensi berlaku di segala bidang dan faktor. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam
14
bidang yang digeluti, sehingga dapat melaksanakan profesi keguruannya dengan penuh tanggung jawab. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui ” Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Tingkat SMP Sederajat se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 ” 1.5 Manfaat Penelitian a. Bagi pihak sekolah informasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengambil langkah-langkah melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. b.
Memberikan informasi kepada guru dalam peningkatan pengetahuan dan profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c. Dari hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan untuk prodi PJKR tentang kekurangan dan kelebihan kinerja pembelajaran guru. d. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut yang mempunyai relevansinya. e. Berguna bagi pembaca yaitu dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi dalam peningkatan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Persepsi Sejak induvidu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luar. Individu secara langsung menerima stimulus atau rangsangan dari luar disamping dari dalam dirinya sendiri. Individu mengenali dunia dengan menggunakan alat inderanya. Melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus yang diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu mengalami persepsi. Ada beberapa syarat terjadinya persepsi yaitu, adanya objek persepsi, alat indera atau reseptor yang merupakan alat untuk menerima stimulus, dan adanya perhatian. 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi dapat diartikan sebagai penafsiran atau menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak. Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. "http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi" (2008 : 1), bahwa persepsi itu merupakan pengertian kita tentang situasi sekarang dalam artian pengalaman-pengalamaan kita yang telah lalu. 15
16
Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkannya, mengalami, dan mengelola pertanda atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Sedangkan menurut seorang ahli psikologis mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana seseorang individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasi stimulus dari lingkungannya. Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku terhadap suatu obyek atau permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi persepsi seseorang nantinya akan mempengaruhi perilaku yang dipilihnya. (Abizar, 1988 : 18). Cara pandang sekelompok orang psikologis juga berpendapat persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209). Dalam
hal
ini,
persepsi
mencakup
penerimaan
stimulus
(inputs),
pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri. 2.1.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi Persepsi tidak hanya sekedar proses penginderaan tetapi terdapat proses pengorganisasian dan penilaian yang bersifat psikologis. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut:
17
a. Objek Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu. b. Reseptor Reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. Dan alat indera merupakan syaraf fisiologi. c. Perhatian Untuk menyadari alat untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau kosentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Dan perhatian merupakan Saraf psikologi (Bimo Walgito, 1992 : 70). Adapun Perpedaan persepsi individu satu dengan yang lain dapat di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut. a. Perhatian, biasanya individu tidak menganggap seluruh rangsangan yang ada di sekitarnya sekaligus, tetapi memfokuskan perhatiannya pada satu atau dua
18
objek saja. Perbedaan fokus antara satu dengan yang lain menyebabkan perbedaan persepsi diantara mereka. b. Set, adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul c. Kebutuhan, merupakan kebutuhan-kebutuhan sesaat yang menetapkan pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan pula perbedaan persepsi
.
d. Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula dalam persepsi e. Ciri kepribadian seseorang berpengaruh terhadap persepsi. 2.1.3 Bentuk-Bentuk Persepsi Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan dinyatakan secara verbal, sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan yang berdasarkan penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja, jika stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif mencakup proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses seluruh stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari, stimulus yang akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan bermakna baginya.
19
2.1.4 Pengertian Guru Guru secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Karena tugasnya itulah, guru dapat menambah kewibawaannya dan keberadaan guru sangat diperlukan masyarakat, mereka tidak meragukan lagi akan urgensinya guru bagi anak didik. Menurut Undang -Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah 2.1.5 Peran Guru Sedikitnya ada 19 peran guru yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet dan kulminator ( Manan dalam Mulyasa , 2005 ). Sedangkan menurut Undang -Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang Undang No. 14 Tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik. a. Guru Sebagai Pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan
20
disiplin. Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kenerja, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. b. Guru Sebagai Pengajar Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kenerja dan memahami materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan teknologi, sehingga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal yang up to date dan tidak ketinggalan jaman. Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relative murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet dengan tanpa batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio dan surat kabar yang setiap saat hadir di hadapan kita. Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi Dan ilmu pengetahuan telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru sebagai pengajar. Masihkah guru diperlukan mengajar di depan kelas seorang diri , menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan. Untuk itu guru harus senantiasa
21
mengembangkan profesinya secara profesional, sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan sepanjang hayat. c. Guru Sebagai Pembimbing Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggung jawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru harus berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru memiliki hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya. d. Guru Sebagai Pengarah Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarahkan peserta didik dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan menemukan jati dirinya. Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta didik dapat membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.
22
e. Guru Sebagai Pelatih Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kenerja dasar sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik. Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kenerja dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin. f. Guru Sebagai Penilai Penilaian atau evaluasi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan
23
baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal. 2.1.6 Kompetensi Kepribadian Kompetensi
kepribadian
merupakan
kemampuan
personal
yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan indikator esensial sebagai berikut: a. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan memeliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. b. Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik. c. Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. d. Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
24
e. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. 2.1.7 Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut: a. Memahami peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memamahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidenti- fikasi bekal-ajar awal peserta didik. b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidik-an untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
25
c. Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik. 2.1.8 Kompetensi Profesional Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Secara
rinci
masing-masing
elemen
kompetensi
subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
tersebut
memiliki
26
a.
Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
2.1.9 Kompetensi Sosial Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut: a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
27
2.2 Profesi dan Syarat – syarat Menjadi Guru Profesional 2.2.1 Profesi Guru Guru sebagai profesi, bukan lagi dianggap sebagai pekerjaan biasa, tetapi suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan keahlian tertentu yang tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang. Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan ayat 2 berbunyi pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Di dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengakuan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. 2.2.2 Profesionalisme Guru Perihal teori tentang guru professional telah banyak dikemukakan oleh para pakar manajeman pendidikan seperti Rice & Bishoprick (1971) dan Glickman (1981).
28
Guru professional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas–tugasnya sehari–hari. (Rice & Bishoprick :1971). Guru dikatakan professional bilamana orang orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Maksudnya adalah seseorang yang bekerja secara professional bilamana memiliki kemampuan keja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik–baiknya. Adapun Glickman juga mengamukakan guru yang memiliki tingkat abstraksi yang tinggi adalah guru yang mampu mengelola tugas, menemukan berbagai permasalahan dalam tugas dan mampu secara mandiri memecahkannya.(Bafadal Ibrahim, 2008: 05 ) Kematangan professional guru ditandai dengan perwujudan guru yang memiliki : (1) keahlian, (2) rasa tanggung jawab, dan (3) rasa kesejawatan yang tinggi. Guru yang professional ialah mereka yang memiliki keahlian baik yang menyangkut materi keilmuan yang dikuasainya maupun ketrampilan metodologinya. 2.2.3 Syarat – Syarat Menjadi Guru Profesional Menjadi seorang guru dibayangkan
sebagian
orang,
bukanlah pekerjaan dengan
bermodal
gampang, penguasaan
seperti yang materi
dan
menyampaikannya kepada peserta didik, hal ini belum cukup untuk dikatakan sebagi guru yang memiliki pekerjaan profesional. Guru harus memiliki berbagai ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya dan menjaga kode etik guru. Guru professional harus memiliki persyaratan yang meliputi (1) memiliki bakat sebagai guru, (2) memiliki keahlian sebagai guru, (3) memiliki keahlian yang
29
baik dan terintegrasi, (4) memiliki mental yang sehat, (5) berbadan sehat, (6) memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, (7) berjiwa Pancasila, (8) merupakan warga negara yang baik. Sedangkan menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (4) memilik kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Kualitas profesionalisme ditunjukkan oleh Lima untuk kerja sebagai berkut: 1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal. Berdasarkan kriteria ini, jelas bahwa guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar ideal. la akan mengidentifikasikan airinya kepada figur yang dipandang memiliki standar ideal.
30
2. Meningkatkan dan memelihara citra profesi. Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional. Perwujudan dilakukan melalui berbagai cara seperti penampilan, cara. bicara, penggunaan bahasa, pustur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi, dsb. 3. Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat
meningkatkan dan memperbaiki kualitas
pengetahuan dan keterampilannya. Berdasarkan kriteria ini, para guru diharapkan selalu berusaha mencari" dan memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan profesinya. Berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan antara lain: (a) mengikuti kegiatan ilmiah sepertii lokakarya, seminar, dsb. (b) mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan, (c) melakukan penelitian dap pengabdian pada masyarakat, (d) menelaah kepustakaan, membuat karya ilmiah, (e) memasuki organisasi profesi. 4. Mengejar kualitas dan cita-vita dalam profesi. Hal ini mengandung makna bahwa profesionalisme yang tinggi ditunjukkan dengan adanya upaya untuk selalu mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu aktif dalam seluruh kegiatan dan perilakunya untuk menghasilkan kualitas yang ideal. Secara kritis ia akan selalu mencari
31
dan secara aktif selalu memperbaiki diri untuk memperoleh hal-hal yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya. 5. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Profesionalisme ditandai dengan kualitas derajat kebanggaan akan profesi yang dipegangnya. Dalam kaitan ini diharapkan agar para guru memiliki rasa bangga dan percaya diri akan profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan penghargaan akan pengalamannya di masa lalu, berdedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya sekarang, dan meyakini akan potensi dirinya bagi perkembangan di masa depan. 2.2.4 Strategi Upaya Peningkatan profesionalisme hendaknya dilaksanakan secara terpadu konsepsional dan sistematis. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan antara lain: 1. Melalui pelaksanaan tugas Pengembangan
profesionalisme melalui pelaksanaan
tugas pada
dasarnya merupakan upaya menterpadukan antara potensi profesional dengan pelaksanaan tugastugas pokoknya. Dengan cara ini tugas-tugas yang diberikan dalam kegiatan pelaksanaan tugas, secara langsung ataupun tidak langsung merupakan upaya peningkatan profesionalisme. Pendekatan ini sifatnya lebih informal karena sudah terkait dengan pelaksanaan tugas sehari-hari. Cara ini sangat tepat dalam berbagai situasi melalui kegiatan-kegiatan:
32
a. kerja kelompok untuk menumbuhkan rasa menghormati dan pemahaman sosial, b. diskusi kelompok untuk bertukar pikiran membahas masalah yang dihadapi bersama, c. melaksanakan
tugas
dan
tanggung
jawab
diberikan
sehingga
dapat
meningkatkan ketrampilan dan rasa percaya diri, 2. Melalui responsi Peningkatan profesionalisme melalui responsi dilakukan dalam bentuk suatu interaksi secara formal atau informal yang biasanya dilakukan melalui berbagai interaksi seperti pendidikan dan latihan, senminar lokakarya, ceramah, konsultasi, studi banding penggunaan media, dan forum-forum lainnya. Hal yang dapat menunjang responsi ini adalah apabila para guru berada dalam suasana interaksi sesama guru memiliki kesamaan latar belakang dan tugas misal MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Dalam pendekatan ini MGMP sebagai satu wadah
para
guru
mata
pelajaran
sejenis
dapat
dimanfaatkan
untuk
mengembangkan profesionalisme guru. Melaui MGMP para guru akan memperoleh peluang untuk saling tukar pengetahuan dan pengalaman sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan Wawasan dan kualitas diri pribadi serta profesi.
MGMP
dapat
mengembangkan
suatu
program
kerja
yang
memungkinkan para guru sejenis dapat berkembang misalnya mendatangkan pakar dalam bidangnya sebagai fasilitator dalam lokakarya, pelatihan studi kasus, dsb.
33
3. Melalui penelusuran dan perkembangan diri Pada dasarnya peningkatan profesionalisme akan sangat tergantung pada kualitas pribadi masing-masing. Kenyataannya setiap orang memiliki keunikan sendiri-sendiri dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu upaya peningkatan profesionalisme seyogianya berpusat pada keunikan potensi kepribadian masing-masing. Pendekatan ini -
dirancang
untuk
membantu guru agar potensi pribadi dapat berkembang secara optimal dan berkualitas sehingga pada gilirannya dapat membawa kepada perwujudan profesionalisme secara lebih bermakna. Potensi pribadi merupakan bagian dari keseluruhan kepribadian dalam bentuk kecakapan-kecakapan yang terkandung. balk aspek fisik, emosional, maupun intelektual. Apabila potensi pribadi ini dapat dikembangkan secara efektif, maka akan menjadi kecakapan nyata yang secara terpadu membentuk kualitas kepribadian seseorang. Peningkatan profesionalisme dapat diperoleh melalui suatu perencanaan yang sistematis dengan menata dan mengembangkan potensi-potensi pribadi. Perencanaan ini merupakan suatu rangkaian proses kegiatan yang terarah dan sistematis dalam mengenal, menata, dan mengembangkan potensi pribadi agar mencapai suatu perwujudan diri yang bermakna. 4. Melalui dukungan sistem Berkembangnya profesionlisme guru akan banyak tergantung pada kondisi sistem dimana guru bertugas. Oleh karena itu, upaya. peningkatan profesionalisme
seyogyanya
berlangsung
dalam
sistem
organisasi
dan
34
manajemen yang kondusif. Untuk hal ini perlu diupayakan agar organisasi dan lingkungan tertata sedemikian rupa sehingga menjadi suatu sistem dengan manajemen yang menunjang pengembangan profesionalisme guru. Manajemen dan sarana penunjang; yang memadai sangat diperlukan untuk membentuk lingkungan kerja yang kondusif bagi pelaksanaan tugas anda secara efektif. Manajemen berbasis sekolah kalau dilaksanakan dengan baik akan menunjang bagi terwujudnya otonomi pedagogis guru yang pada gilirannya dapat meningkatkan profesionalisme. Mengingat
besarnya
peran
guru
pada
tingkat
institusional
dan
instruksional, maka manajemen pendidikan harus memprioritaskan manajemen guru. Isi utama yang berkenaan dengan manajemen guru adalah bagaimana menciptakan suatu pengelolaan pendidikan yang memberikan suasana kondusif bagi guru untuk melaksanakan tugas profesionalnya secara kreatif dan produktif serta
memberikan
jaminan
kesejahteraan
dan
pengembangan
karirnya.
Manajemen guru harus mencakup fungsi-fungsi yang berkenaan dengan: (1) profesionalisme, standar, sertifikasi dan pendidikan pra jabatan, (2) rekrutmen dan penempatan, (3) promosi dan mutasi, (4) gaji, insentif, dan pelayanan, (5) supervisi dan dukungan profesional
35
2.3 Kinerja Guru 2.3.1 Pengertian Kinerja Guru Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan tergantung pada bagaimana para personel dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam organisasi sekolah berhasil tidaknya tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja guru, karena tugas utama guru adalah mengelola kegiatan belajar mengajar. Berkenaan dengan kinerja guru sebagai pengajar, menurut Uzer Usman (2005:16), mencakup aspek kemampuan personel, kemampuan professional, dan kemampuan sosial. Bedasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, kinerja adalah suatu hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh pekerja dalam bidang pekerjannya, menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu dan di evaluasi oleh orang-orang tertentu. Kinerja guru atau prestasi guru merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan pada kecakapan, kemudian pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsure-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar. Kinerja seorang guru dilihat dari sejauh mana guru tersebut melaksanakan tugasnya dengan tertib dan bertanggung jawab, kemampuan menggerakkan dan memotivasi siswa untuk belajar dan kerjasama dengan guru lain.
36
Dalam penelitian ini, kinerja guru dalam proses mengajar adalah hasil kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh seorang guru berdasarkan kemampuannya mengelola kegiatan belajar mengajar dari mulai membuka pelajaran sampai menutup pelajaran. Kinerja guru sebenarnya tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi lebih luas lagi mencakup hak dan wewenang guru yang dimiliki. Namun demikian proses belajar mengajar dipandang sebagai sebuah posisi dimana muara segala kinerja guru tertampung didalamnya. 2.3.2 Penilaian Kinerja Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang tinggi. Untuk mengetahui apakah tugas, tanggung jawab dan wewenang guru sudah dilaksakan atau belum maka perlu adanya penilaian objektif terhadap kinerja. Penilaian pelaksanaan pekerjaan ini adalah suatu proses yang dipergunakan oleh organisasi untuk menilai pelaksanaan pekerjaan pegawai. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya mengadakan penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang penting. Berbicara tentang kinerja guru erat kaitannya dengan standar kinerja yang dijadikan ukuran untuk mengadakan pertanggungjawaban. Penilaian kinerja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan organisasi sesuai dengan standar yang dibakukan dan sekaligus sebagai umpan balik bagi pekerja sendiri untuk dapat mengetahui kelemahan, kekurangannya sehingga dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kinerjanya.
37
Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-ugas pokok mengajar dengan menggunakan patokanpatokan tertentu. Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, yang dilihat dari penampilannya dalam melakukan proses belajar mengajar. Diknas sampai saat ini belum melakukan perubahan yang mendasar tentang kinerja guru, dan secara garis besar ,asih mengacu pada rumusan 12 kompetensi dasar yang haris dimiliki guru yaitu : a) Menyusun rencana pembelajaran b) Melaksanakan pembelajaran c) Menilai prestasi belajar d) Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar e) Memahami landasan kependidikan f) Memahami tingkat perkembangan siswa g) Memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajaran h) Manerapkan kerja sama dalam pekerjaan i) Memanfaatkan kemampuan IPTEK dalam pendidikan j) Menguasai keilmuan k) Menguasai ketrampilan sesuai materi pembelajaran l) Mengembangkan profesi (Depdikbud, 2004:7)
38
2.3.3 Profil Kenerja Guru Penjas Seorang guru pendidikan jasmani harus dapat memahami kebutuhan akan modifikasi olahraga sebagai suatu pendekatan alternatif dalam mengajar pendidikan jasmani mutlak perlu dilakukan. Guru dalam ini harus memiliki kemampuan untuk melakukan modifikasi keterampilan yang hendak diajarkan agar sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Ditinjau dari konteks isi kurikulum, pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani secara praktis tidak tampak tidak adanya kesinambungan. Tugas ajar yang diberikan oleh guru untuk SD, SLTP dan SLTA pada hakikatnya tidak berbeda. Demikian pula, ketidakjelasan dalam tata urutan dan tingkat kesukaran tugas-tugas ajar tersebut. Pemahaman akan modifikasi olahraga ini penting karena penerapan model pembelajaran pendidikan jasmani tradisional yang selama ini dilakukan sering mengabaikan tugas-tugas ajar yang sesuai dengan taraf perkembangan anak. Mengajar anak-anak SD disamakan dengan anak-anak SLTP, padahal model/gaya mengajar merupakan alat bagi guru untuk menyajikan materi kepada siswa yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa dengan tetap mengorientasikan pembelajaran pendidikan jasmani berbasis pada siswa. Adapun bebarapa perbedaan yang membandingkan antara guru yang memakai pendidikan jasmani tradisional dengan guru yang memakai pendidikan jasmani efektif
sehingga
praktek
dalam
melakukan
pembelajaran
ada
perbedaan.
Perbandingan pengajaran reflektif dengan pengajaran tradisional (invariant) dapat dilihat pada tabel berikut
39
Tabel 2.1 Karakteristik Guru Efektif dan Guru Tradisional Variabel
Guru Efektif
Guru Tradisional
Perencanaan
Sesuai rencana pelajaran pada kelas dan anak yang berbeda. Didasarkan pada kondisi faktor: (1) irama dan tingkat perkembangan, (2) kebutuhan keterampilan, (3) perhatian dalam topik atau aktivitas.
Gunakan rencana pelajaran yang sama.
Kemajuan
Kurikulum
Peralatan Fasilitas
Disiplin
Rancang setiap kelas yang unik setelah diadakan penilaian awal dari kemampuan dan kebutuhan dan Modifikasi kegiatan dan pelajaran sesuai peralatan dan fasilitas yang ada di lingkungan Berupaya memahami masalah dan mencari penyebab dan pemecahannya, memodifikasi prosedur.
Didasarkan pada faktor seperti: (1) Unit kegiatan 6 minggu, (2) jumlah materi yang telah dicakup dalam satu semester/tahun, (3) rumus yang ditetapkan sebelumnya. Gunakan kurikulum yang telah ditetapkan tanpa faktor seperti kemampuan anak, pengaruh masyarakat atau minat anak Mengajar sesuai dengan peralatan dan fasilitas yang tersedia. Mengasumsi anak bersikap tidak pada tempatnya dan berupaya mengatasi tingkah laku individu/kelas.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan sejak tahap awal persiapan sampai tahap akhir yaitu: menggunakan metode kualitatif. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif naturalistic. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bogdan dan Tailor dalam Moleong (1991 : 3) bahwa prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa uraian kata tertulis atau lisan dari orang kunci dan perilaku yang dapat diamati merupakan metode kualitatif. 3.2 Populasi Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki (Universum). Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama. (Sutrisno Hadi, 1986 : 220). Jadi yang dimaksud populasi adalah seluruh individu yang memiliki sifat yang sama walaupun presentase kesamaan itu sedikit atau dengan kata lain pengertian tersebut mengandung maksud bahwa populasi adalah seluruh individu yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah guru SMP se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo.
40
41
3.3 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2002 : 109). Penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling yaitu semua guru non-penjasorkes tingkat SMP Negeri di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo, dengan jumlah keseluruhan sampel 92 Guru Non Penjasorkes. Dari SMP Negeri I Kaliwiro didapat sampel 26 Guru Non Penjasorkes, Dari SMP Negeri II Kaliwiro didapat sampel 18 Guru Non Penjasorkes, SMP Negeri III Kaliwiro didapat sampel 23 Guru Non Penjasorkes, SMP Negeri IV Kaliwiro didapat sampel 12 Guru Non Penjasorkes, SMP Negeri V Kaliwiro didapat sampel 13 Guru Non Penjasorkes. 3.4 Instrumen Penelitian Pada penelitian ini, pengumpulan fakta dilakukan dengan metode-metode, observasi, dan pengumpulan serta penggunaan bahan-bahan dokumen. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Data yang terkumpul merupakan fakta mengenai dunia nyata yang diperoleh melalui observasi. Usaha pengamatan atau observasi yang cermat, dapat dianggap sebagi salah satu cara penelitian yang paling sesuai bagi para ilmuwan bidang ilmu sosial (Koenjaraningrat, 1980 : 137) Menurut kerlinger (1996 : 858), pada dasarnya terdapat dua cara pengamatan yaitu: a. memperhatikan orang bertindak dan berkata-kata; b. menanyakan kepada orang tentang tindakan-tindakannya sendiri serta perilaku orang lain. Pada penelitian ini observasi akan dilakukan pada tempat-tempat yang berhubungan dengan aspek-
42
aspek program belajar mengajar, tempat proses belajar mengajar, fasilitas belajar mengajar penjas. Pada tempat-tempat tersebut, selain berlangsungnya aktifitas yang berkenaan dengan aspek proses belajar mengajar dengan lingkungan yang ada, juga akan diamati orang-orang yang berkedudukan sebagai pelaku proses belajar mengajar. Tujuan utama observasi adalah mengamati tingkah laku manusia sebagai peristiwa aktual yang memungkinkan kita memandang tingkah laku sebagai proses. Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang penting. Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk dapat mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian mereka merupakan pembantu utama dari metode observasi (Koenjaraningrat, 1980 : 162). 3.5 Teknik Analisis data Analisis data merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian kuantitatif, karena didalamnya terdapat upaya pemahaman dan penelaahan tentang objek penelitian. Analisa data dalam penelitian kuantitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu : mengubah jenis data, memberikan kode, memberikan skor (Suharsimi Arikunto, 2002 : 210).
43
3.6 Validitas dan Reabilitas Dalam pengukuran suatu variabel, membutuhkan hasil yang benar-benar mencerminkan tentang variabel yang diukur, sehingga objektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan uji validitas dan reliabilitas . 3.6.1 Validitas Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Ancok, 1987). Uji validitas
dilakukan untuk
melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukur (Azwar, 2001). Untuk menguji validitas digunakan rumus statistik Koefisien Korelasi Product Moment dari Pearson dengan formula sebagai berikut :
rxy =
n XY X Y
nX
2
X n Y Y 2
Dimana : rxy
: Koefisien korelasi
n
: Jumlah subjek
X
: Skor total X
Y
: Skor total Y
X 2
: Kuadrat jumlah skor total X
2
2
44
X Y
2
2
Y 2
: Jumlah kuadrat skor total X : Jumlah kuadrat skor total Y : Kuadrat jumlah skor total Y
3.6.2 Reliabilitas Menurut Azwar (1992) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Formula statistik yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Alpha, yaitu :
Dimana : Reliabilitas instrumen K
: Banyak butir pertanyaan / banyak soal
∑
: Jumlah varians butir : Varians total
( Suharsimi Arikunto, 2002:171 )
45
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan harga tabel. Kritik product moment dengan taraf signifikansi 5% adalah reliabilitas 0,404. Jika harga lebih besar dari reseptor tabel maka dikatakan instrumen tersebut Reliabel. 3.7 Metode Analisis Data Langkah-langkah menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Data dari angket yang didapat berupa data kualitatif. Agar data tersebut dapat dianalisis maka haruslah diubah menjadi data kuantitatif (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Menguantitatifkan jawaban item pertanyaan dengan memberikan tingkat-tingkat skor untuk masing-masing jawaban sebagai berikut: Jawaban option a diberi skor 4 Jawaban option b diberi skor 3 Jawaban option c diberi skor 2 Jawaban option d diberi skor 1 2. Menghitung frekuensi untuk tiap-tiap kategori jawaban yang ada pada masing-masing variabel/subvariabel. 3. Dari hasil perhitungan dalam rumus akan dihasilkan angka dalam bentuk prosentase. Adapun rumus untuk analisis Deskriptif Prosentase (DP) adalah:
46
Ket: DP : skor yang diharapkan N : jumlah skor maksimum n
: jumlah skor yang diperoleh
(Sutrisno Hadi,1980:164) Analisis data penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga digunakan analisis presentase. Hasil analisis dipresentasikan dengan tabel kriteria diskriptif presentase. Kemudian kalimat yang bersifat kualitatif. Langkah-langkah perhitungan : 1. Menetapkan skor tertinggi. 2. Menetapkan skor terendah. 3. Menetapkan prosentae tertinggi : 100% 4. Menetapkan prosentase terendah : 25% 5. Menetapkan rentang presentase : 100% - 25% = 75% 6. Menetapkan interval = 75% : 4 = 18,75% Tabel 3.1 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase INTERVAL
KETERANGAN
81,25% - 100%
Tinggi
62,50% - 81,25%
Sedang
43,75% - 62,50%
Rendah
25,00% -43,75%
Rendah sekali
( Sutrisno Hadi,1980:164)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini meneliti tentang Survei persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo. Hasil penelitian persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes tingkat SMP Negeri se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo Tahun 2009 yang dilakukan pada sebagian guru SMP Negeri se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo dengan jumlah 92 guru. Persepsi tersebut diukur menggunakan kuesioner tentang persepsi terhadap kinerja guru yang terdiri dari empat kompetensi yakni: kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial, sebagai seorang Pendidik atau tenaga Pengajar.
4.1 Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian sebagai pendidik yang diharapkan oleh UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, memiliki kepribadian dewasa, arif, berwibawa dan berakhlak mulia serta dapat menjadi teladan. Secara riil dapat dilihat dari kedisiplinan, betindak sesuai norma, tata tertib dan komitmen dengan apa yang telah disepakati bersama, sopan dalam bertutur di lingkungan sekolah, menjalankan perannya sebagai guru berpenampilan tepat sesuai situasi dan kondisi. Guru yang memiliki kompetensi kepribadian tinggi akan disegani oleh peserta didik karena tampil dengan penuh kewibawaan sebagai
47
48
pendidik dan menunjukkan komitmen dirinya sebagai umat beragama. Menurut persepsi guru-guru non Penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo Kompetensi Kepribadian guru Penjasorkes tergolong Kurang Baik. Diperoleh gambaran bahwa guru Penjasorkes mampu menampilkan kompetensi kepribadiannya secara kompetensi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1. Tingkat Kompetensi Kepribadian Guru Penjasorkes No
Interval kompetensi
1 77,78 – 100 2 55,56 - 77,78 3 33,33 - 55,56 Jumlah
Kriteria Baik Kurang Baik Tidak Baik
Jumlah Sampel 88 4 0 92
Persentase (%) 95.65 4.35 0.00
Menurut persepsi 92 guru non Penjasorkes menyatakan bahwa guru Penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo telah memiliki kompetensi kepribadian tinggi,dengan Persentase 95.65% kategori Baik dan 4.35% kurang baik 0.00% tergolong tidak baik. Lebih jelasnya dapat dilihat dari pandangan guru tentang kompetensi kepribadian guru Penjasorkes seperti tercantum pada tabel 4.2
Gambar 4.1 Persepsi Guru terhadap Kompetensi Kepribadian guru Penjasorkes
49
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa mayoritas guru memandang bahwa guru Penjasorkes dalam kesehariannya menunjukkan disiplin kerja, bertindak sesuai dengan norma, tata tertib dan komitmen dengan yang telah disepakati, sopan dalam bertutur, berperilaku, berpenampilan
tepat sesuai dengan kondisi, disegani oleh
peserta didik, berwibawa dan komitmen sebagai umat beragama. Tingginya kompetensi kepribadian tersebut banyak faktor pembentuknya antara lain: budaya sekolah yang kuat untuk komitmen menjaga kedisiplinan, bertindak sesuai norma, menjaga kesopanan dan beraklak mulia sesuai dengan agama dan kepercayaan yang diyakini. Disamping itu para guru juga berusaha menjaga image atau citra yang diberikan masyarakat bahwa guru merupakan pekerjaan yang mulia, sehingga melekat pada diri guru untuk menjaga kepercayaan masyarakat.
4.2 Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik juga perlu dimiliki oleh seorang guru karena guru bukan hanya sebagai pengajar namun sebagai pendidik yang mampu memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan mengembangkan peserta didik. Menurut persepsi guru non Penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menyatakan kemampuan pedagogik guru Penjasorkes tergolong Kurang Baik
50
Tabel 4.2. Tingkat Kompetensi Pedagogik Guru Penjasorkes No
Interval kompetensi
1 77,78 – 100 2 55,56 - 77,78 3 33,33 - 55,56 Jumlah
Kriteria Baik Kurang Baik Tidak Baik
Jumlah Sampel 65 21 6 92
Persentase (%) 70.65 22.83 6.52
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa kompetensi pedagodik guru Penjasorkes di SMP Negeri Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo masuk kategori Kurang Baik, dengan persentase 70.65% kategori Baik dan 22.83% kategori kurang baik dan hanya 6.52% masuk kategori tidak baik. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa guru Penjasorkes kurang mampu memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan mengembangkan peserta didik.
Gambar 4.2. Persepsi Guru terhadap Kompetensi Pedagogik guru Penjasorkes
51
Diagram 4.2 tersebut memperlihatkan bahwa guru Penjasorkes membawa peserta didik tidak bersemangat saat pembelajaran Penjasorkes berlangsung, memberikan hukuman secara fisik sesuai dengan karakteristik olahraga. Berkaitan dengan perencanaan pembelajaran guru Penjasorkes semaunya melaksanakan kewajibannya dalam menyusun dan mengembangkan silabus dan RPP, tidak memiliki
inisiatif
untuk
merancang.
seharusnya
Guru
Penjasorkes
juga
mengembangkan media atau sarana belajar sederhana untuk kepentingan proses belajar mengajar, sedangkan berkaitan dengan evaluasi hasil belajar berusaha tepat waktu
dalam menyelenggarakan evaluasi belajar. Dalam hal mengembangkan
peserta didik guru Penjasorkes berusaha membuka diri untuk menjalin keakraban peserta didik dan bertindak bijaksana dan mendidik dalam mengatasi kenakalan peserta didik.
4.3 Kompetensi Profesional sebagai Pendidik Seorang guru Penjasorkes juga dituntut untuk memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik yaitu mengusai bidang studi Penjasorkes secara luas dan mendalam. Bagaimana seorang guru akan mampu mengajar jika tanpa adanya modal penguasaan materi? Berdasarkan hasil persepsi guru non Penjasorkes SMP Negeri seKecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru Penjasorkes tergolong Baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3
52
Tabel 4.3 Tingkat Kompetensi Profesional Guru Penjasorkes No
Interval kompetensi
1 77,78 – 100 2 55,56 - 77,78 3 33,33 - 55,56 Jumlah
Kriteria Baik Kurang Baik Tidak Baik
Jumlah Sampel 74 15 3 92
Persentase (%) 80.43 16.30 3.26
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa guru non Penjasorkes di SMP Negeri seKecematan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tergolong masuk kriteria Baik, dengan persentase 80.43% kategori Baik dan 16.30% kategori Kurang Baik,dan 3.26% untuk kategori Tidak Baik. memandang bahwa guru Penjasorkes di sekolahnya memiliki kompetensi profesional yang tinggi, Data ini menggambarkan guru Penjasorkes menurut persepsi guru non penjasorkes memiliki penguasaan tinggi tentang bidang studi yang diampu.
Gambar 4.3. Kompetensi Profesional Guru Penjasorkes
53
Terlihat pada diagram 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas guru Penjasorkes terampil dalam memberi contoh gerak dalam proses pembelajaran Penjasorkes. Keterampilan yang dimiliki karena tempaan saat mengikuti perkuliahan dan terus diasah melalui kegiatan pembelajaran setiap harinya. Tingginya kompetensi profesional guru Penjasorkes terlihat pula dari kemampuannya memainkan salah satu cabang olahraga bahkan mampu mengajar lebih dari 2 cabang olahraga. Keikursertaan membina salah satu cabang olahraga melalui ekstrakurikuler yang dikelolanya ataupun klub-klub pengembangan diri dalam cabang olahraga membuktikan bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi profesional yang tinggi, Guru Penjasorkes dipandang oleh guru lain sebagai sosok guru yang aktif terlibat dalam penyelenggaraan pertandingan atau perlombaan olahraga di sekolah maupun antar sekolah, namun dalam hal sistem informasi menggunakan komputer maupun internet masih diragukan
4.4 Kompetensi Sosial sebagai Pendidik Kompetensi sosial juga menjadi tuntutan bagi guru Penjasorkes karena kompetensi tersebut sangat diperlukan dalam hal berkomunikasi dan bergaul secara efektif. Secara riil kompetensi sosial guru Penjasorkes dapat dilihat dari cara bersosialisasinya, bekerjasama, mengkomunikasikan gagasan atau ide-ide baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru non Penjasorkes menunjukkan tingkat
54
kompetensi sosial Guru Penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tergolong tinggi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabl 4.4. Tabel 4.4. Tingkat Kompetensi Sosial Guru Penjasorkes No
Interval kompetensi
1 77,78 – 100 2 55,56 - 77,78 3 33,33 - 55,56 Jumlah
Kriteria Baik Kurang Baik Tidak Baik
Jumlah Sampel 54 33 5 92
Persentase (%) 58.70 35.87 5.43
Tabel 4.4 tersebut memperlihatkan bahwa guru Non Penjasorkes memandang bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi sosial tinggi, dengan persentase 58.70% dan 35.87% masuk kriteria Kurang Baik, hanya 5.43% yang masuk kriteria Tidak Baik. Tingginya kompetensi sosial guru Penjasorkes SMP Negeri seKecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo ini menurut persepsi guru non Penjasorkes karena mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekolah, mampu bekerjasama secara baik dengan teman sejawat, mengkomunikasikan ide dengan kalimat yang jelas. Mereka dipandang tidak memiliki permasalahan dengan orang tua peserta didik maupun dengan masyarakat sekitar sekolah terkait kedudukannya sebagai guru dan mereka cenderung aktif dalam kegiatan sosial di sekolah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.4
55
Gambar 4.4 Kompetensi sosial guru Penjasorkes Secara umum keempat kompetensi yaitu kompetensi keperibadian, pedagogik, profesional dan sosial tergolong tinggi, namun ada kompetensi yang mempunyai kompeten kurang baik dengan rata-rata 70.65% yaitu kompetensi pedagogik. Yang memiliki kepribdian sebagai pendidik menduduki urutan tertinggi dengan rata-rata 95.65% diikuti kompetensi profesional sebesar 80.43% dan yang terakhir kompetensi sosial sebagai pendidik dengan rata-rata 58.70%
4.5 Persepsi Guru non-Penjasorkes Terhadap Guru Penjasorkes per Bidang Studi. Adapun
gambaran
guru-guru
non-Penjasorkes
terhadap
guru
non-
Penjasorkes di SMP se-Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo sangat bervariasi dimana dapat kita lihat Penjasorkes di bawah ini.
tabel perhatian guru non-Penjasorkes terhadap guru
56
4.5.1. Persepsi Guru Matematika Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi Matematika terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Gambaran Umum Persepsi Guru Bidang Studi Matematika No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
8
66,67
2
55,55 – 77,77
Sedang
4
33,33
3
33,33 – 55.55
Kurang
0
0
12
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009 Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi Matematika terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 12 guru, sebanyak 8 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 66,67% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 4 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 33,33% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang.
57
Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.5. Diagram umum Persepsi Guru Matematika Terhadap Guru Penjasorkes 4.5.2 Persepsi Guru Bahasa Indonesia Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi Bahasa Indonesia terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.6 Persepsi Guru Bahasa Indonesia Terhadap Guru Penjasorkes No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
9
69,24
2
55,55 – 77,77
Sedang
4
30,76
3
33,33 – 55.55
Kurang
0
0
13
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009
58
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi Bahasa Indonesia terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 13 guru, sebanyak 9 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 69,24% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 4 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 30,76% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.6. Diagram umum persepsi guru Bahasa Indonesia terhadap Guru Penjasorkes
59
4.5.3 Persepsi Guru Bahasa Inggris Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi Bahasa Inggris terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.7 Persepsi Guru Bahasa Inggris Terhadap Guru Penjasorkes No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
9
90,00
2
55,55 – 77,77
Sedang
1
10,00
3
33,33 – 55.55
Kurang
0
0
10
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009 Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi Bahasa Inggris terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 10 guru, sebanyak 9 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 90,00% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 1 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 10,00% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang.
60
Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.7 Diagram umum persepsi guru Bahasa Inggris terhadap Guru Penjasorkes 4.5.4 Persepsi Guru IPA Fisika Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi IPA Fisika terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.8 Persepsi Guru IPA Fisika Terhadap Guru Penjasorkes No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
5
83,34
2
55,55 – 77,77
Sedang
1
16,66
3
33,33 – 55.55
Kurang
0
0
6
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009
61
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi IPA Fisika terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 6 guru, sebanyak 5 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 83,34% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 1 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 16,66% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Diagram 4.8 Diagram umum persepsi guru IPA Fisika terhadap Guru Penjasorkes
62
4.5.5 Persepsi Guru IPA Biologi Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi IPA Biologi terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.9 Persepsi Guru IPA Biologi Terhadap Guru Penjasorkes No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
6
100,00
2
55,55 – 77,77
Sedang
0
0
3
33,33 – 55.55
Kurang
0
0
6
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009 Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi IPA Biologi terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 6 guru, sebanyak 6 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 100% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang.
63
Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.9 Diagram persepsi guru IPA Biologi terhadap Guru Penjasorkes 4.5.6 Persepsi Guru IPS Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi IPS terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.10 Persepsi Guru IPS Terhadap Guru Penjasorkes No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
11
100
2
55,55 – 77,77
Sedang
0
0
3
33,33 – 55.55
Kurang
0
0
11
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009
64
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi IPS terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 11 guru, sebanyak 11 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 100% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.10 Diagram persepsi guru IPS terhadap Guru Penjasorkes
65
4.5.7 Persepsi Guru PAI Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi PAI terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.11 Persepsi Guru PAI Terhadap Guru Penjasorkes No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
7
100,00
2
55,55 – 77,77
Sedang
0
0
3
33,33 – 55.55
Kurang
0
0
7
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009 Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi PAI terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 7 guru, sebanyak 7 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 100% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang.
66
Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.11 Diagram persepsi guru PAI terhadap Guru Penjasorkes 4.5.8 Persepsi Guru Kesenian Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi Kesenian terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut.
67
Tabel 4.12 Persepsi Guru Kesenian Terhadap Guru Penjasorkes No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
5
71,42
2
55,55 – 77,77
Sedang
1
14,29
3
33,33 – 55.55
Kurang
1
14,29
7
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009 Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi Kesenian terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 7 guru, sebanyak 5 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 71,42% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 1 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 14,29% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 1 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 14,29% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang.
68
Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.12 Diagram persepsi guru Kesenian terhadap Guru Penjasorkes 4.5.9 Persepsi Guru BP/BK Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi BP/BK terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.13 Persepsi Guru BP/BK Terhadap Guru Penjasorkes No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
7
100.00
2
55,55 – 77,77
Sedang
0
0
3
33,33 – 55.55
Kurang
0
0
7
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009
69
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi IPA Fisika terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 7 guru, sebanyak 7 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 100,00% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo
menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Diagram 4.13 Diagram persepsi guru BP/BK terhadap Guru Penjasorkes
70
4.5.10 Persepsi Guru PKN Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi PKN terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.14 Persepsi Guru PKn Terhadap Guru Penjasorkes No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
8
100,00
2
55,55 – 77,77
Sedang
0
0
3
33,33 – 55.55
Kurang
0
0
8
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009 Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi IPA Fisika terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 8 guru, sebanyak 8 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 100,00% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo
menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang.
71
Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.14 Diagram persepsi guru PKn terhadap Guru Penjasorkes 4.5.11 Persepsi Guru Bahasa Jawa Terhadap Guru Penjasorkes Dari hasil peneltian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi Bahasa Jawa terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro tentang kepribadian guru Pendidikan Jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.15 Persepsi Guru Bahasa Jawa Terhadap Guru Penjasorkes No
Interval Persentase
Kategori
Distribusi
%
1
77,78 – 100,00
Baik
5
100
2
55,55 – 77,77
Sedang
0
0
3
33,33 – 55.55
Kurang
0
0
5
100,00
Jumlah
Sumber : Data hasil penelitian 2009
72
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru bidang studi Bahasa Jawa terhadap guru Pendidikan Jasmani tingkat SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 5 guru, sebanyak 5 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 100,00% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sedang, terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria sedang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo
menunjukkan kriteria sedang, dan terdapat sebanyak 0 guru memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0% dari keseluruhan guru SMP di Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo menunjukkan kriteria kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.15 Diagram persepsi guru Bahasa Jawa terhadap Guru Penjasorkes
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu, bahwa kinerja guru Penjasorkes di SMP Negeri se-Kecamatan Kabupaten Wonosobo menurut
Kaliwiro
survei persepsi guru non Penjasorkes tergolong
tinggi, walaupun ada satu kompetensi yang kurang baik, terbukti dari tingginya kompetensi kepribadian sebagai pendidik mencapai 95.65%, kompetensi pedagogik sebesar 70.65%, kompetensi professional sebagai pendidik sebesar 80.43% dan kompetensi sosial sebesar 58.70% Guru penjasorkes tersebut memiliki kompetensi kepribadian dan profesional yang lebih baik daripada kompetensi pedagogik dan sosial sebagai pendidik. Diagram 5.1 Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kompetensi Guru Penjasorkes
73
74
5.2 Saran Dari hasil penelitian, peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi guru penjasorkes dengan tetap menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. 2. Guru penjasorkes hendaknya menyadari arti penting kinerjanya bagi siswa maupun bagi sekolah karena dengan kinerjanya yang baik tersebut tidak hanya dapat membatu siswa mencapai hasil belajar yang optimal tetapi juga akan dapat membatu kelancaran kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sekolah secara umum. 3. Berkaitan dengan kompetensi sosial guru penjasorkes perlu melakukan pendekatan yang lebih optimal dalam bersosialisasi dengan guru non penjasorkes dan lingkungan sekitar. 4. Berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru Penjaskes perlu meningkatkan kemauan dan kemampuannya dalam merancang dan mengembangkan media atau sarana pendukung pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA Abizar. 1988. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa
Agus S. Suryobroto. 2002. Teknologi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Yogyakarta FIK UNY. Alkinson Rita L, Atkinson Richard C, Hilgard Ernest R. (1983). Pengantar Psikologi Alih Bahasa Taufik Nurjanah. Anwar Prabu Mangkunegara. 2000. Psikologi Penelitian suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Azwar. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offet.
Bafadal Ibrahim, 2008. Memahami Cara Belajar Aktif. Jakarta: Rosda Jayapura.
Bimo Walgito. 1992. Psikoligi Sosial. Yogyakarta : Andi offset. __________. 1993. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi offset. Chaplin, C.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono, RajawaliPress. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Depdikbud. Depdikbud. 1999. Penelitian kesegaran Jasmani. Jakarta.
Engkos Kosasih 1993. Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Balai Pustaka
Hamid, Dedi. 2003. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Asokadikta. Jakarta.
75
76
"http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja" "http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi” http://www.unila.ac.id/google. Sabtu, 01 November 2008 / berita/berita depan/mutupendidikan-penilaian-hasil-belajar-siswa-dan-sertifikasi-guru.htm Masnur Muslih. 2007. Organisasi Teori srtuktur dan Proses. Depdikbud: Jakarta
Moh. Uzer Usman. 2006. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia. __________. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa. E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung. __________. 2007. Standar Kenerja dan Sertifikasi Guru. Rosda. Bandung. Rice & Bishoprick 1971 dan Glickman 1981. Pendidikan Guru: Konsep Kurikulum, Strtegi, Bandung: Pustaka Martianana. Rusli Ibrahim. 2000. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Suharsimi, Arikunnto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek ( Edisi Revisi IV), Jakarta : Rineka Cipta. __________. 1999. Jakarta : Rineka Cipta. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka citra. __________. 2006. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Sutomo. Dkk. 1998. Profesi Kependidikan. Semarang :CV.IKIP Semarang Prees.
Sukintaka, (1992). Teori Bermain Pendidikan Jasmani. Yogyakarta : ESA Grafika Solo. Sutrisno Hadi, 1995. Metodologi Research Jilid I, Jakarta : Tarsito
WJS Purwadarminta. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.