3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jamu Obat herbal Indonesia selama ini lebih dikenal dengan nama jamu dan ijin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI juga digolongkan dalam jamu. Sedangkan jamu sendiri identik dengan serbuk yang harus diseduh dan terasa pahit, sehingga membayangkan minum jamu sebagian masyarakat terasa tidak nyaman. Menyadari hal ini maka produsen jamu mulai membuat inovasi dengan memproduksi jamu dalam bentuk kapsul atau tablet dan sekarang dikenal dengan obat herbal. Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan POM RI No.00.05.4.2411 Tahun 2004, berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:1 1. Jamu, yang merupakan obat tradisional warisan nenek moyang. 2. Obat herbal terstandar, yang dikembangkan berdasarkan bukti-bukti ilmiah, uji pra klinis dan standarisasi bahan baku. 3. Fitofarmaka, yang dikembangkan berdasarkan uji klinis, standarisasi bahan baku dan sudah bisa diresepkan dokter. Khusus fitofarmaka, konsepnya tidak berbeda dengan obat modern karena merupakan obat yang berasal dari tanaman dan telah melalui prosedur uji klinis dan uji pra klinis persyaratan formal produk pengobatan. Hingga tahun 2006 produk jamu yang memiliki ijin di Indonesia jumlahnya sudah ribuan, namun untuk ijin obat herbal terstandar baru terdaftar 17 (tujuh belas produk) sedangkan obat tradisional Indonesia yang sudah memperoleh sertifikat fitofarmaka baru 5 (lima) produk saja.1 Selama ini industri jamu bertahan tanpa dukungan memadai dari pemerintah maupun industri medis. Dokter dan apoteker belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada pasien sehingga pemasaran produk jamu tidak bisa menggunakan tenaga detailer seperti pada obat modern.1,4
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
4
2.2. Kendala Perkembangan Jamu di Indonesia Perkembangan jamu dan obat herbal di Indonesia sering terhambat karena kendala-kendala sebagai berikut1 : 1. Pengolahan bahan jamu/herbal yang belum terstandar, terutama mutu. 2. Industri jamu/obat herbal juga sering tidak jujur dengan menambahkan bahanbahan kimia ke dalam produknya sehingga sering menimbulkan efek samping yang tidak dikehendaki. 3. Kurangnya penelitian ilmiah dan dukungan pemerintah terus-menerus. 4. Sebagian masyarakat tidak tahan dengan rasa pahit dan aroma tidak enak. 5. Tidak semua bahan baku obat herbal dibudidayakan secara serius sehingga seringkali bahan obat herbal tertentu hilang di pasaran karena kesulitan bahan baku. 6. Biaya penelitian untuk uji pra klinis dan uji klinis sangat mahal sehingga menjadi kendala utama bagi industri jamu yang kebanyakan merupakan industri kecil dan menengah. Oleh sebab itu, setiap dokter yang berupaya menanggulangi penyakit rematik dapat merekomendasikan pasiennya untuk menggunakan obat tradisonal yang sudah teruji secara klinis dan aman untuk dikonsumsi..1,4
2.3. Nyeri dan Inflamasi pada Rematik Nyeri dan inflamasi merupakan tanda bahwa sendi tersebut telah mengalami gangguan. Hampir semua gangguan reumatik disertai dengan nyeri atau nyeri dan inflamasi. Perkecualian pada sendi neuropatik (neuropathic joint), ialah suatu keadaan hilangnya rasa nyeri akibat keadaan tertentu seperti tabes dorsalis atau siringomielia. Rasa nyeri ini penting karena menunjukkan adanya mekanisme proteksi dari badan. Adanya rasa nyeri menunjukkan bahwa si penderita harus mengurangi penggunaan yang berlebihan dari sendi tersebut, sedangkan
adanya
inflamasi
menunjukkan
bahwa
penderita
harus
mengistirahatkan sendi tersebut. Pada sendi neuropatik, di mana si penderita tidak merasa nyeri, telah terbukti akan terjadi kerusakan sendi yang lebih cepat. Selain itu gangguan fungsi baru terjadi setelah ada kerusakan mekanikal yang nyata. Sebaliknya pada artritis jenis lainnya gangguan fungsi sudah mulai tampak pada awal penyakit bersamaan dengan timbulnya rasa nyeri. 4 Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
5
Nyeri pada penyakit rematik terutama disebabkan oleh adanya inflamasi yang mengakibatkan dilepaskannya mediator-mediator kimiawi. Kinin dan mediator kimiawi lainnya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsangan atau stimulus. Pada artritis reumatoid nyeri dan inflamasi disebabkan oleh terjadinya proses imunologik pada sinovia yang mengakibatkan terjadinya sinovitis dan pembentukan pannus yang akhirnya menyebabkan kerusakan sendi. 4 Pada artritis gout adanya deposit kristal asam urat pada sinovia atau rongga sendi akan mengakibatkan terjadinya inflamasi. Pada osteoartritis tidak selalu ditemukan adanya inflamasi, hanya pada kira-kira 40% kasus yang disertai inflamasi yang disebabkan oleh lepasnya kristal kalsium-pirofosfat atau serpihan rawan sendi ke dalam rongga sendi. 4 Osteoartritis ialah penyakit yang bermula dari gangguan rawan sendi, sedangkan diketahui bahwa rawan sendi tidak mempunyai persarafan. Nyeri pada osteoartritis dapat disebabkan antara lain oleh : 4 1. Terjadinya mikrofraktur di antara trabekula tulang subkondral. 2. Terjadinya bendungan vena akibat perubahan bentuk trabekula tulang subkondral. 3. Regangan dari saraf periosteal yang berakhir pada osteofit. 4. Regangan ligamen akibat deformitas atau akibat efusi sendi dan 5. Karena regangan otot. Hal yang penting ialah membedakan antara nyeri yang disebabkan perubahan mekanikal dengan nyeri yang disebabkan inflamasi. Perubahan mekanikal disebabkan oleh perubahan anatomis yang lanjut akibat beratnya penyakit. Nyeri mekanikal timbul setelah penderita melakukan aktivitas dan tidak timbul pada pagi hari atau setelah penderita beristirahat serta tidak disertai dengan kaku sendi (joint stiffness). Perubahan mekanikal ini memerlukan pula pengobatan mekanikal seperti artroplasti (joint replacement) atau artrodesis (joint fusion). Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi pagi hari atau setelah duduk lama. Nyeri inflamasi ini akan berkurang bila diberikan latihan atau obat anti-inflamasi non steroid. Pada artritis reumatoid nyeri paling berat biasanya pada pagi hari, membaik pada siang hari Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
6
dan sedikit lebih berat pada malam hari. Sebaliknya pada osteoartritis nyeri paling berat pada malam hari, pagi hari terasa lebih ringan dan membaik pada siang hari. Ada 2 faktor yang berperanan dalam beratnya rasa nyeri pada penderita penyakit rematik, yaitu beratnya penyakit dan ambang nyeri dari si penderita. Makin bertambah berat penyakit makin bertambah pula rasa nyeri dan bila perjalanan penyakit dapat dihentikan (remisi) seperti pada artritis reumatoid, maka rasa nyeri akan pula berkurang. Pasien dengan ambang nyeri yang tinggi akan merasa sedikit nyeri dan hanya membutuhkan sedikit obat serta dapat tetap bekerja seperti biasa. Semula dianggap bahwa pasien dengan ambang nyeri yang tinggi akan mengalami kerusakan sendi yang lebih cepat karena penderita tetap akan menggunakan sendi yang sakit tersebut terus menerus. Hal tersebut didasarkan pada penemuan bahwa pada sendi neuropatik terjadi kerusakan sendi yang lebih cepat. Tetapi hingga sekarang belum ada bukti penelitian bahwa pendapat tersebut benar. Pada penyakit artritis gout, karakteristik nyeri yang terjadi, yaitu berupa serangan akut yang hebat timbul pada waktu bangun pagi hari, padahal malam hari sebelumnya penderita tidak merasakan apa-apa, rasa nyeri dan inflamasi ini biasanya sembuh dan sangat responsif dengan pengobatan. Pada artritis reumatoid dan osteoartritis rasa nyeri timbul sesuai dengan beratnya penyakit. Pada artritis reumatoid sifat nyerinya tajam (sharp pain) sedangkan pada osteoartritis lebih ringan (dull pain). Pada spondilitis ankilosis rasa nyeri biasanya tidak terlalu hebat, dan justru pada penyakit ini penderita harus tetap aktif bergerak, sebagai bagian dari pengobatan untuk mencegah terjadinya kekakuan. Pada anak terdapat perbedaan, suatu penelitian pada artritis kronik juvenil mendapatkan bahwa sebagian besar penderita hanya merasa nyeri ringan dan tidak ada korelasi antara beratnya penyakit dengan rasa nyeri. Rasa nyeri mengakibatkan gangguan fungsi dan rasa putus asa dari si penderita, sehingga diperlukan pengobatan untuk mengatasinya.
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
7
2.4. Obat Anti-Inflamasi Obat anti-inflamasi adalah obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel pembentukannya.5 Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh inflamasi adalah gejala yang lazim ditandai dengan bengkak, panas, kemerahan, rasa nyeri, dan kelainan fungsi. Pada proses ini terjadi pembebasan histamin dan mobilisasi leukosit karena adanya suatu rangsangan.4 Penggunaan obat haruslah rasional dan tepat guna untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal serta menekan efek samping sekecil mungkin. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat anti-inflamasi terbagi ke dalam dua golongan yaitu obat anti-inflamasi golongan steroid dan nonsteroid.4 Diperlukan pemahaman yang baik akan mekanisme kerja obat antiinflamasi non steroid (OAINS), sebelum memutuskan obat mana yang tepat diberikan pada penderita yang sedang diobati.5 Obat anti-inflamasi nonstreoid (AINS) merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.4 2.4.1. Obat Anti-Inflamasi Golongan Nonsteroid6 Obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin (aspirin-like drugs). Klasifikasi kimiawi AINS, tidak banyak manfaat kliniknya, karena ada AINS dari subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda, sebaliknya ada obat AINS yang berbeda subgolongan tetapi memiliki sifat yang serupa. Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
8
2.4.1.1. Klasifikasi Obat AINS6
Gambar 1. Klasifikasi obat AINS6 2.4.1.2. Mekanisme Kerja6 Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin (PG2) terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda. Enzim siklooksigenase terdapat 2 isoform disebut KOKS-1 dan KOKS-2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan ekspresinya unik. Secara garis besar KOKS-1 esensial dalam pemeliharaan berbagai fungsi dalam kondisi normal di berbagai jaringan khususnya ginjal, saluran cerna dan trombosit. Di mukosa lambung, aktivasi KOKS-1 menghasilkan prostasiklin yang bersifat sitoprotektif. Siklooksigenasi-2 ini diinduksi berbagai stimulus inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksin dan faktor pertumbuhan. Tromboksan A2, yang disintesis trombosit oleh KOKS-1, menyebabkan agregasi trombosit, vasokonstriksi dan proliferasi otot polos. Sebaliknya prostasiklin (PGI2) yang disintesis oleh KOKS-2 di endotel makrovaskular melawan efek tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit, vasodilatasi dan efek anti-proliferatif. Prostaglandin hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau inflamasi. Penelitian telah membuktikan bahwa PG menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi. Jadi PG menimbulkan keadaan hiperalgesia,
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
9
kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata. 2.4.1.3. Efek Farmakodinamik6 Kebanyakan obat mirip-aspirin, terutama yang baru, lebih dimanfaatkan sebagai anti-inflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal, seperti artritis reumatoid, osteoartritis dan spondilitis ankilosa. Tetapi harus diingat bahwa obat mirip-aspirin ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki atau mencegah kerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal ini. 2.4.1.4. Efek Samping6 Selain menimbulkan efek terapi yang sama obat mirip-aspirin juga memiliki efek samping serupa, karena didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis PG. Selain itu kebanyakan obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam misalnya lambung, ginjal dan jaringan inflamasi. Jelas bahwa efek obat maupun efek sampingnya akan lebih nyata di tempat dengan kadar yang lebih tinggi. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Efek samping lain ialah gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 (TXA2) dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan.
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
10
2.4.2. Obat Anti-Inflamasi Golongan Steroid7 2.4.2.1. Biosintesis dan Kimia Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolesterol, yang kemudian dengan bantuan berbagai enzim diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan 21 atom karbon dan androgen lemah dengan 19 atom karbon.7
Tabel 1. Beberapa Kortikosteroid Alami dan Sintetis yang Banyak Dimanfaatkan untuk Penggunaan Umum12 Agen
Aktivitas
Antiinflamasi
Topikal
Penahan
Dosis Oral Ekuivalen (mg)
Bentuk-bentuk yang tersedia
garam
Glucocorticoid kerja singkat hingga sedang
Hydrocortisone (cortisol)
1
1
1
20
Oral, injeksi, topikal
0,8
0
0,8
25
Oral, injeksi, topikal
Prednisone
4
0
0,3
5
Oral
Prednisolone
5
4
0,3
5
Oral, injeksi, topikal
Methylprednisolone
5
5
0
4
Oral, injeksi, topikal
Meprednisone2
5
0
4
Oral, injeksi, topikal
0
4
Oral, injeksi, topikal
0
2
Oral, injeksi
Cortisone
Glucocorticoid kerja menengah 53
Triamnicolone
5
Paramethasone2
10
Fluprednisolone
15
7
0
1,5
Oral
Bethamethasone
25-40
10
0
0,6
Oral, injeksi, topikal
Dexamethasone
30
10
0
0,75
Oral, injeksi, topikal
Fludrocortisone
10
10
250
2
Oral, injeksi, topikal
Desoxycortisone acetate
0
0
20
Glucocorticoid kerja lama
Minerolcorticoid
1 2 3
Injeksi, pellet
Potensi relatif terhadap Hydrocortisone. Di luar Amerika Serikat Acetonide : hingga 100
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
11
2.4.2.2. Mekanisme Kerja Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini yang akan menghasilkan efek fisiologik steroid.7
2.4.2.3. Farmakodinamik Efek kortikosteroid kebanyakan berhubungan dengan besarnya dosis, makin besar dosis terapi makin besar efek yang didapat. Tetapi disamping itu juga ada keterkaitan kerja kortikosteroid dalam kerjasama ini disebut permissive effects yaitu kortikosteroid diperlukan supaya terjadi suatu efek hormon lain, diduga mekanismenya adalah melalui pengaruh steroid terhadap pembentukan protein yang mengubah respons jaringan terhadap hormon lain. Misalnya otot polos bronkus tidak akan berespons terhadap katekolamin bila tidak ada kortikosteroid, dan pemberian kortikosteroid dosis fisiologis akan mengembalikan respons tersebut.7
2.4.2.4. Farmakokinetik Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral diabsorpsi cukup baik. Untuk mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh, ester kortisol dan derivat sintetiknya diberikan secara IV. Untuk mendapatkan efek yang lama kortisol dan esternya diberikan secara IM. Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan lama kerja juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein. Prednison adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh.7
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
12
2.4.2.5. Indikasi Untuk terapi substitusi yaitu pemberian kortikosteroid di sini bertujuan memperbaiki kekurangan akibat insufisiensi sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal sendiri (insufisiensi primer) atau hipofisis (insufisiensi sekunder). Sediaan kortikosteroid berupa prednison diindikasikan untuk artritis reumatoid, asma bronkhial, bursitis erimatosus, nefrosis, radang, dan alergi.7
2.4.2.6. Kontraindikasi Sebenarnya
sampai
sekarang
tidak
ada
kontraindikasi
absolut
kortikosteroid. Bila obat akan diberikan untuk beberapa hari atau beberapa minggu, kontraindikasi relatif yaitu diabetes melitus, tukak peptik/duodenum, infeksi berat, hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lain patut diperhatikan.7
2.4.2.7. Efek Samping Ada
dua
penyebab
timbulnya
efek
samping
pada
penggunaan
kortikosteroid. Efek samping dapat timbul karena penghentian pemberian secara tiba-tiba atau pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar. Pemberian kortikosteroid jangka lama yang dihentikan tiba-tiba dapat menimbulkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, artralgia dan malaise.7
2.5. Prednison Prednison merupakan kortikosteroid sintetik yang umumnya dikonsumsi oral dan dapat pula melalui injeksi intra muskular, intra rektal dan juga topikal seperti untuk obat tetes mata atau obat tetes telinga serta digunakan untuk mencegah pelepasan mediator dari dalam tubuh yang dapat menyebabkan inflamasi. Prednison efektif digunakan sebagai imunosupresan dan dapat mempengaruhi sistem imun tubuh. Karena itu dapat diberikan pada penyakit autoimun, penyakit inflamasi (asma, alergi berat, lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid, dan sebagainya), uveitis, serta untuk mencegah reaksi penolakan pada transplantasi organ.8,9,10
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
13
Secara biologis prednison bagian dari glukokortikoid yang akan berubah menjadi prednisolon di hati. Struktur kimia prednison sama dengan prednisolon seperti kortison dengan hidrokortison. Indikasi dan dosis prednison oral hampir sama dengan prednisolon.11
Gambar 2. Struktur kimia dari prednisolon12 Sifat Kimia Prednison mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C21H26O5, dihitung terhadap zat yang dikeringkan.8,9,10
Sifat Fisika Berupa sebuk hablur putih atau praktis putih, tidak berbau, melebur pada suhu 2300 disertai peruraian. Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol, kloroform, dioksan dan metanol.8,9,10 Dosis8 Untuk pemberian oral, dosis sekitar 1-4 tablet/hari yang masing-masing mengandung 5mg prednison. Untuk anak 1-2mg/kg BB/hariyang dibagi menjadi 3-4 kali pemberian. Indikasi13 Artritis reumatoid, asma bronkhial, bursitis erimatosus, nefrosis, radang, & alergi. Kontraindikasi13 Ulkus peptikum, osteporosis, psikosis atau psikoneurosis berat, tuberkulosa aktif, infeksi akut, vaksin.
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
14
Efek Samping9 Efek jangka pendek yang dapat terjadi dari penggunaan prednison yang tidak sesuai dosis seperti peningkatan kadar glukosa darah terutama pada pasien penderita diabetes mellitus, retensi cairan, insomnia, serta euphoria. Efek jangka panjang diantaranya sindroma cushing, osteoporosis yang diinduksi steroid, glaucoma, diabetes mellitus tipe 2, migrain, nyeri perut, serta peningkatan berat badan.
2.6.
Beberapa Contoh Jenis Tanaman Obat untuk Mengobati Penyakit
Rematik a. Asam Jawa14 Nama Ilmiah Tamarindus indica L. Nama Daerah Asam jawa, celangi, tangkal asem (Sunda); dan asem (Jawa). Bagian yang Digunakan Buah, daun, biji, dan kulit pohon. Kandungan Kimia Buah asam jawa mengandung asam apel, asam sitrat, asam anggur, asam tartrat, asam suksinat, pektin, dan gula invert. Buah asam jawa yang masak di pohon per 100 gramnya mengandung nilai kalori sebanyak 239 kalori; protein 2,8 gram; lemak 0,6 gram; karbohidrat 62,5 gram; kalsium 74 mg; fosfor 113 mg; zat besi 0,6 mg; vitamin A 30 SI; vitamin B1 0,34 mg; serta vitamin C 2mg. Kulit bijinya mengandung flobatanin serta bijinya mengandung albumin dan pati. Khasiat dan Manfaat Zat kimia yang terkandung dalam asam jawa bersifat antiradang, penurun panas, antibiotik, dan untuk menghilangkan bengkak. Berkhasiat mengobati asma, batuk, demam, panas, rematik, dsb.
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
15
b. Beringin15,16 Nama Ilmiah Ficus benyamina L. Sifat dan Khasiat Rasa sedikit pahit, astringen, sejuk. Antipiretik, antiradang, antibiotik, diaforetik, dan diuretik. Digunakan untuk menghilangkan nyeri pada rematik dan memar akibta terpukul atau terbentur. Kandungan Kimia Akar udara mengandung asam amino, fenol, gula dan asam orange. c. Daun Dewa15,16 Nama Ilmiah Gynura pseudo-china DC. Sifat dan Khasiat Daun dewa bersifat manis, tawar, dingin dan sedikit toksik. Berkhasiat sebagai anti-inflamasi, antipiretik, analgesik, pembersih darah, penyejuk darah dan membuyarkan bekuan darah. Digunakan untuk pengobatan nyeri rematik dan bengkak akibat terbentur. Kandungan Kimia Mengandung alkaloid, saponin, flavonoida, minyak asiri dan tanin. d. Daun Duduk15,16 Nama Ilmiah Desmodium triquetrum [L.] D.C. Sifat dan Khasiat Herba ini rasanya sedikit pahit, sejuk. Berkhasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi, parasitisid, stomakik dan diuretik. Kandungan Kimia Daun mengandung tanin, alkaloida hipaforin, trigonelin, bahan penyamak, asam silikat dan K2O. Buah mengandung saponin dan flavonoida sedangkan akar mengandung saponin, flavonoida dan tanin.
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
16
2.7. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) KLT ialah suatu metode pemisahan fitokimia dari campuran zat dengan menggunakan sebuah lapisan tipis bahan penjerap, karena penggunaan lapisan tipis ini maka prosesnya disebut Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Campuran zat yang akan dipisahkan berupa larutan dan ditotolkan berupa titik atau pita. Setelah itu lempeng diletakan didalam bejana tertutup rapat yang berisi cairan eluasi atau fase gerak yang cocok. Pemisahan dianggap berhasil bila zat dapat berpisah satu dengan yang lainnya sepanjang lapisan bahan penyerap (lempeng) berupa bercak. Selanjutnya
senyawa yang
tidak
berwarna harus ditampakkan dengan
menggunakan pereaksi warna yang cocok. 17,18,19,20,21
Ada beberapa komponen penting dalam Kromatografi Lapis Tipis, yaitu : 1. Fase diam (fase stasioner) Bahan penjerap disebut juga fase diam, fase stasioner, atau fase tidak bergerak sebab bahan ini memang tetap tinggal diam selama proses pemisahan. Bahan penjerap atau fase diam terdiri atas bahan berbutir-butir yang ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Penjerap pada umumya adalah silica gel, Al oksida, kieselguhr, selulosa dan turunannya, poliamid, dan lain-lain. Panjang lapisan tipis fase diam tersebut adalah 200 mm dengan lebar 200 mm atau 100 mm. untuk analisis tebalnya 0,1 – 0,3 mm, sebelum digunakan lapisan tersebut disimpan dalam lingkungan yang tidak lembab dan bebas uap laboratorium. Lempeng yang paling banyak digunakan adalah lempeng dengan fase diam silika gel GF254 dimana pada sinar UV λ 254 nm lempeng dapat berflourosensi dan bercaknya gelap, sedangkan dengan sinar UV λ 366 nm lempeng akan gelap dan bercaknya berflourosensi. 2. Fase gerak (cairan eluasi) Fase gerak adalah media angkut dan terdiri dari suatu atau beberapa pelarut, bergerak di dalam fase diam yaitu lapisan berpori, karena adanya gaya kapiler. Angka banding campuran sederhana atau multi komponen pelarut dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume total 100. Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
17
Pemilihan fase gerak tergantung pada faktor-faktor antara lain sifat dan kelarutan dari campurannya. Untuk mendapatkan daya pemisah yang baik umumnya digunakan campuran dari pelarut yang mempunyai polaritas yang berbeda, Karena daya eluasinya dapat disesuaikan sehingga berlaku untuk semua jenis senyawa yang terkandung dalam cuplikan. Persyaratan yang harus dipenuhi pelarut baik pelarut tunggal maupun campuran yaitu mampu menghasilkan pemisahan yang baik, tidak merusak lapisan adsorben yang digunakan, dan tidak bereaksi dengan senyawa yang dipisahkan. Cairan eluasi biasanya berupa zat organik yang mudah menguap agar memudahkan pengerjaan selanjutnya dan kejenuhan dalam bejana kromatografi dapat tercapai sehingga efektifitas pemisahan lebih baik dan waktu pengembangan lebih singkat. Jika cairan eluasi dibuat dari campuran dua bahan atau lebih, sebaiknya hanya dipakai 2-3 kali saja. 3. Pereaksi semprot Untuk menimbulkan bercak yang berwarna, lazimnya disemprot dengan larutan pereaksi. Lempeng yang telah dieluasi diambil dari bejana lalu dikeringkan di udara, diamati dalam sinar biasa, sinar UV λ 254 nm dan sinar UV λ 366 nm. Setelah itu disemprotkan dengan larutan pereaksi jika perlu dipanaskan dalam oven pada suhu tertentu, lalu diamati sekali lagi pada sinar biasa, sinar UV λ 254 nm dan sinar UV λ 366 nm. a.
Letak bercak Posisi bercak dinyatakan dengan harga Rf (Retention factor) yaitu perbandingan jarak antara titik penotolan dengan bercak dibanding dengan jarak rambat. Harga Rf merupakan parameter spesifik pada kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram.Ada dua variasi dalam menetapkan harga Rf, yaitu : -
Mengukur jarak antara titik pusat bercak dengan titik penotolan Rf =
Jarak titik pusat bercak dari awal titik penotolan Jarak rambat
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
18
-
Mengukur jarak antara batas atas dan batas bawah bercak dengan titik penotolan Rf =
Batas bawah dari penotolan Batas atas dari penotolan − Jarak rambat Jarak rambat
Jika tujuannya untuk memberikan harga orientasi saja, maka cukup diukur atau ditetapkan harga satu Rf. Bila tujuannya untuk memperlihatkan besarnya bercak, maka digunakan variasi kedua. Angka Rf berkisar antara 0,00 – 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal, sedangkan harga hRf adalah angka Rf dikalikan factor 100 (hundred), menghasilkan angka berkisar 0 – 100. Harga hRf tidak mantap dan sering kali harga itu berubah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya suhu ruang kerja tidak konstan, kualitas cairan rambat yang tidak tepat, kepadatan lapisan silika gel yang juga tidak selalu sama antara lempeng yang satu dengan lempeng yang lain. Untuk mengatasi hal ini jarak bercak dihitung terhadap zat tertentu sebagai baku pembanding, misalnya zat warna, gula dan alkaloid. 17,18,19,20,21
2.8. Spektrofotometer 2.8.1. Prinsip Spektrofotometer terdiri dari dua instrumen, spektrometer untuk memproduksi cahaya dengan beragam wavelength, dan fotometer untuk mengukur intensitas cahaya. Jumlah cahaya yang melewati tuba diukur menggunakan fotometer. Fotometer kemudian mengirimkan sinyal voltase ke display, biasanya galvanometer. Sinyal berubah sesuai jumlah cahaya yang diserap oleh cairan berubah. 22 Jika perkembangan dari warna berhubungan dengan konsentrasi substansi pada larutan maka konsentrasi tersebut bisa diukur dengan menentukan jumlah absorbsi cahaya pada wavelength yang benar. Sebagai contoh, Hb tampak merah karena Hb menyerap sinar hijau dan biru lebih efektif daripada merah. Derajat absorbansi dari cahaya hijau dan biru proposional terhadap konsentrasi Hb. 22
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
19
Ketika cahaya monokromatik (cahaya dengan panjang gelombang spesifik) melewati larutan, biasanya terjadi hubungan kuantitatif (hukum Beer's) antara konsentrasi larutan dan intersitas dari cahaya yang ditransmisikan. 22
I0 adalah intensitas cahaya yang ditransmisikan menggunakan solvent murni, I adalah intensitas dari transmisi cahaya dimana campuran yang diwarnai ditambahkan, c adalah konsentrasi dari campuran yang diwarnai, 1 adalah jarak ketika cahaya melewati larutan, dan k adalah konstan. Jika cahaya 1 adalah konstan (seperti pada spektrofotometer) hukum Beer's dapat ditulis sebagai,
Dimana k adalah konstan baru dan T adalah transmiten dari larutan. Terdapat hubungan logaritmik antara transmiten dan konsentrasi dari campuran yang diwarnai. Sehingga, secara langsung proporsional terhadap konsentrasi dari campuran yang diwarnai. 22
O.D. secara langsung proporsional terhadap konsentrasi dari campuran yang diwarnai. Kebanyakan spektrofotometer memiliki skala yang dibaca pada unit O.D. (absorbansi) yang merupakan skala logaritmik dan pada % transmiten, yang merupakan skala aritmetik. 22
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia
20
2.9. Kerangka Konsep Penyakit rematik
Nyeri
Jamu
Dicampur bahan kimia obat
Bahan kimia obat
Bahan herbal
Terdaftar dan teregistrasi Steroid (prednison)
Efek samping berbahaya
Diuji kandungan steroid (prednison) pada jamu antirematik dengan KLT dan spektrofotometer
Uji pendahuluan..., Aan Anjarwati, FK UI., 2009
Universitas Indonesia