11. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 1. Kerangka Pemikiran Definisi Transfonnasi Struktural
1.1.
Transformasi struktural merupakan suatu proses yang terjadi pada masa transisi dari sistem ekonomi tradisional ke
sistem ekonomi modern.
Dalam proses
ini, akibat
meningkatnya pendapatan dapat meningkatkan akumulasi modal fisik dan kualitas manusia, dan pergeseran komposisi permintaan, perdagangan, produksi serta pemanfaatan tenaga kerja
(Chenery, 1981; dansyrquin, 1988).
Transformasi
struktural tidak akan mendorong permintaan dalam jika hanya
negeri,
karena adanya peningkatan pendapatan
tanpa
disertai dengan perubahan distribusi pendapatan, khususnya pangsa dari 40 % golongan termiskin. Masalah distribusi pendapatan ini merupakan
kritikan
terhadap kansep pemikiran Chenery dan Syrquin. Meningkatkanya pangsa
pendapatan 40 %
golongan termiskin akan
mendorong permintaan domestik terutama
terhadap barang-
barang kebutuhan dasar. Dalam hubungan ini beberapa
ahli
berpendapat bahwa transformasi struktural ditentukan oleh perbaikan distribusi pendapatan, disamping peningkatan pendapatan. tan
Gupta (1988) berpendapat
bahwa
peningka-
pendapatan dari golongan berpendapatan rendah akan
meningkatkan permintaan terhadap barang-barang dan jasa
KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS
produksi sektor padat karya di dalam negeri, dan karenanya dapat
mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian
sasaran transformasi struktural adalah meningkatnya peranan
ekonomi
rakyat yang
diceminkan
oleh meningkatnya
peranan sektor ekonomi produktif yang menjamin
terjadinya
distribusi pendapatan.
Evolusi
1.2.
Pemikiran tentang Transfomasi Struktural
Pemikiran transformasi struktural tentang pergeseran tenaga kerja dan investasi dari sektor primer
ke
sektor
sekunder dan yang terakhir ke sektor tersier dikemukakan Fisher (1935) dan Clark (1940).
oleh
Selanjutnya Rostow
(1960) dan Lewis (1954) meninjau transformasi struktural dari
segi peningkatan laju akumulasi modal
oleh
Kuznets (1960), Chenery (1981), dan
dan
terakhir
Syrquin
(1988)
meninjaunya dari segi peningkatan pendapatan. Teori transformasi struktural Fisher (1935) sebenarnya mempunyai
persamaan dengan 3 tahapan ~erakhir dari
teori
tahapan pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh
List.
List mengemukakan bahwa ada 5 tahapan pertumbuhan
ekonomi yang didasarkan pada pergeseran distribusi
tenaga
kerja, yaitu : (1) masyarakat biadab ; (2) masyarakat
peng-
gembala
ternak; (3) masyarakat pertanian; (4) masyarakat
pertanian-manufaktur; dan (5) masyarakat manufaktur-perdagangan (Hoselitz, 1960). Tetapi Fisher menekankan
trans-
formasi
tenaga
struktural dari segi
adanya pergeseran
KBRANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
kerja dan
investasi yang bersifat permanen
dari
sektor
pertanian ke sektor industri dan akhirnya ke sektor jasa. Perkembangan selanjutnya, Clark (1951) berpendapat bahwa pertumbuhan
ekonomi yang
disertai
dengan
transformasi
dapat dicapai, dengan cara: (1) meningkatkan produktivitas pada
setiap sektor dan (2) mengalihkan tenaga kerja dari
sektor dengan produktivitas rendah ke sektor dengan produktivitas tinggi. Berbeda
dengan Fisher dan Cllark, Rostow lebih mene-
kankan kepada laju akumulasi modal untuk terjadinya perubahan struktur ekonomi. Dalam hubungan ini Rostow mengemukakan
lima
tradisional; tinggal
tahapan pertumbuhan yaitu:
(1) masyarakat
(2) pra kondisi untuk tinggal
landas;
(4)
masa konsumsi tinggi.
landas;
(3)
gerakan menuju kematangan; dan
(5)
Sejalan dengan Rostow, Lewis dalam
Ekonomi Dualistiknya, menekankan tentang pergeseran
sum-
berdaya dari sektor tradisional ke sektor modern. Pembuktian secara empiris tentang transformasi struktural dilakukan oleh Kuznets (1960) dan pendekatan statistik dilakukan oleh Chenery (1960).
secara
Kuznets beran-
gapan bahwa peningkatan tabungan dan investasi merupakan syarat keharusan, tetapi belum memenuhi syarat kecukupan bagi pertumbuhan ekonomi .
~uznetkdan Chenery beranggapan
bahwa selain peningkatan akumulasi modal (fisik dan kualitas manusia),
juga diperlukan suatu perubahan
struktur
perekonomian yang saling berkaitan, agar terjadi perubahan dari perekonomian tradisional ke perekonomian modern. KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTESIS
1.3.
Proses Transformasi Struktural Secara skematis proses transformasi struktural seba-
gai
akibat adanya peningkatan pendapatan dan pemerataan
pendapatan disajikan pada Gambar 2.1. Pada
Gambar
2.1
dapat
dilihat bahwa
peningkatan
pendapatan dan meningkatnya pemerataan pendapatan
dapat
merubah pola permintaan domestik dalam mengkonsumsi barang-barang pertanian.
Peningkatan pendapatan masyarakat
(dan peningkatan populasi) akan menggeser permintaan dari barang-barang makanan pertanian
(pertanian) ke barang-barang non
(industri dan jasa).
Hal ini
sejalan dengan
hukum Engel (Bennet dan Kassarjian, 1983) bahwa
elastisi-
tas pendapatan terhadap permintaan (income e l a s t i c i t y
of
demand) barang-barang pertanian menurun dengan meningkatnya pendapatan.
Penurunan pendapatan ini terutama
dise-
babkan
oleh peningkatan konsumsi barang-barang bernilai
tinggi
dan keterbatasan fisik manusia dalam mengkonsumsi
makanan .
Berdasarkan hasil penelitian,
ternyata bahwa
elastisitas pendapatan terhadap permintaan bahan makanan dari
negara yang berpenghasilan rendah lebih kecil dari
satu, yaitu
sekitar 0,6 sampai 0,9 dan
untuk
negara-
negara maju mendekati nol, yaitu sekitar 0,2 sampai 0,3 (Mellor, 1980) . permintaan
Elastisitas
pendapatan
terhadap
barang-barang industri berkisar
sampai 1/90 (Herrick dan Kindleberger, 1983). pola
permintaan
akan mendorong
terjadinya
dari
1,11
Perubahan
transformasi
struktur produksi. KBRANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTBSIS
pertumbuhan ekonomi >
Ekonomi Tradisional
masa transisi
Ekonomi Modern
I
TRANSFORMASI STRUKTURAL
1 Pendapat an Perubahan Distribusi Pendapatan
I
Investasi , Penerimaan Pemerintah Pendidikan
I
1
m Urbanisasi
Struktur Produksi
Struktur Permintaan
Permintaan Domest ik
Gambar 2.1.
Proses Akumulasi
Permintaan Luar ~ a e r a h / Luar Negeri
Proses Pertumbuhan Ekonomi
r'l Transformasi Struktur Tenaga Kerja
Transformasi struktur produksi ditandai dengan terjadinya penurunan pangsa relatif sektor pertanian Produk Domestik Bruto.
terhadap
Keadaan ini mencerminkan
relatif
lambatnya peningkatan laju pertumbuhan produksi dan nilai tambah bruto (NTB) sektor pertanian terhadap pertanian (Anwar, 1983). makin pangsa
Fisher-Clark berpendapat
tinggi pendapatan suatu negara, maka relatif
sektor non
sektor primer.
makin
Penurunan pangsa
bahwa kecil sektor
pertanian disebabkan oleh peningkatan pendapatan yang akan meningkatkan daya jasa.
beli masyarakat
terhadap barang
dan
Sebaliknya laju permintaan terhadap barang-barang
pertanian makin
menurun
karena
elastisitas pendapatan
terhadap permintaan barang-barang pertanian lebih
rendah
dari barang-barang non-pertanian. Sukirno
(1982) dan Timrner (1991) menyatakan bahwa
penurunan pangsa relatif sektor pertanian disebabkan oleh (1) semakin lambatnya permintaan barang-barang pertanian dibandingkan terhadap barang-barang non-pertanian dan adanya kemajuan teknologi produksi di
(2)
sektor pertanian.
Pendapat yang terakhir menjadi sahih, jika kemajuan teknologi menyebabkan kelebihan penawaran dan sebagian besar tenaga kerja bekerja
di
sektor pertanian.
Apabila
keadaan ini terjadi, maka realokasi sumberdaya ke
sektor
non-pertanian menjadi sangat penting. Johnston dan
Kilby (1975) berpendapat bahwa
negara-negara penghasil minyak (pangsa migas terhadap
bagi PDB
KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS
lebih dari 2
%),
penurunan pangsa relatif sektor pertanian
juga berkaitan dengan meningkatnya laju pertumbuhan sektor pertambangan.
Secara
empiris Timmer (1988, 1991) juga
memperkuat penyataan di atas bahwa sektor energi mempunyai peranan dalam penurunan peranan sektor pertanian. Penurunan pangsa sektor pertanian bukan berarti bahwa peranan sektor pertanian selama pertumbuhan ekonomi makin surut.
Menurut
Mellor (1982) selama masa
pertumbuhan
tersebut sektor pertanian masih memberikan sumbangan yang penting
dalam proses
mencukupi
pertumbuhan ekonomi, yaitu:
permintaan yang meningkat
terhadap produksi
hasil-hasil pertanian karena meningkatnya pendapatan; meningkatkan
(1)
pemasukan devisa karena meningkatnya
(2)
ekspor
pertanian; (3) memasok tenaga kerja ke sektor non pertanian;
(4) memasok modal dan bahan mentah untuk
pertumbuhan
industri; dan (5) pasar bagi barang-barang industri. Di
Indonesia peranan sektor pertanian selama proses
pertumbuhan
hanya merupakan pasar
industri dan penghasil devisa dari
bagi
barang-barang
ekspor.
sebagai penyedia bahan baku, modal dan tenaga sektor industri tidak begitu besar.
Hal
oleh kurangnya keterkaitan pertumbuhan dengan
sektor pertanian.
ini
Peranannya kerja untuk disebabkan
sektor industri
Kondisi sektor industri yang
banyak menggunakan input dari luar dan menggunakan teknologi padat lokal
modal menyebabkan kurangnya penggunaan
input
(khususnya dari sektor pertanian) dan kurangnya
KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS
kemampuan menyerap
tenaga kerja dari
sektor pertanian.
Kecilnya keterkaitan antara sektor pertanian dan
sektor
industri baik dari segi produksi maupun penyerapan
tenaga
kerja dapat mempengaruhi proses transformasi struktural. Di lain pihak sektor pertanian tidak dapat menyerap
lebih
banyak tenaga kerja seperti yang terjadi dalam Pembangunan Jangka
Panjang I.
sektor pertanian
Penurunan penyerapan tenaga kerja di ini antara lain disebabkan oleh:
(1)
produk marjinal sektor pertanian semakin menurun; dan
(2)
harga barang
relatif
barang-barang pertanian
non pertanian semakin menurun.
untuk meningkatkan produktivitas
terhadap barangOleh
karena
itu
sektor pertanian
dan
produktivitas tenaga kerja, maka diperlukan kebijaksanaan yang dapat menggeser tenaga kerja dari sektor yang berproduktivitas rendah (pertanian) ke sektor dengan produktivitas tinggi (industri).
Pergeseran tenaga kerja ini
tidak
secara otomatis akan terjadi, tergantung kemampuan
sektor
industri .
tenaga
Persyaratan agar terjadi pergeseran
kerja dari sektor pertanian ke sektor industri adalah: (1) cukup banyak tersedia peluang kesempatan kerja di
sektor
industri yang sangat tergantung pada jenis teknologi
dan
.
perluasan pasar produk industri. Kalau perluasan industri banyak terjadi pada industri hulu, penyerapan tenaga kerja tidak
begitu
besar karena umumnya
digunakan teknologi
padat
modal.
Sebaliknya bila digunakan
teknologi padat
karya dan perluasan terjadi pada industri hilir, pergeser-
WRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS
an
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor (2) kualitas tenaga kerja
lebih besar; oleh
yang
industri
diperlukan
sektor industri dapat dipenuhi oleh kualitas tenaga
kerja dari sektor pertanian; dan (3) upah riil di industri lebih besar Mobilisasi
dari
pada
di
sektor
sektor pertanian.
tenaga kerja dari sektor pertanian
ke
industri dan jasa adalah sangat diperlukan untuk
sektor
terjadi-
nya transformasi struktural. Masalahnya mobilisasi tenaga kerja
ini belum
berlangsung
seperti yany
diharapkan. teknologi
Kenyataannya banyak sektor industri menggunakan padat
modal
yang menghemat tenaga kerja dan memerlukan
ketrampilan yang tinggi.
Sebaliknya kualitas tenaga kerja
di sektor pertanian lebih rendah dan belum siap pindah sektor
industri.
Hasilnya adalah masih
banyak
ke
tenaga
kerja berada di sektor pertanian. Teori tentang pergeseran ketenagakerjaan sudah banyak dikembangkan model
oleh para pakar ekonomi, yaitu
antara
Fisher-Clark yang telah diuraikan di
lain
atas, model
Lewis dan model Todaro. Model Klasik
tentang
bertolak
dari
masyarakat paham negara
Lewis merupakan kritik ketenagakerjaan.
pandangan bahwa
tidak berlebihan.
tersebut
Analisis
penawaran
kerja
keadaan di
dalam
negara-
negara-negara berkembang
adalah jumlah tenaga kerja yang berlebihan dan modal
Neo-Klasik
Lewis beranggapan bahwa
tidak sesuai dengan
berkembang. Masalah di
terhadap paham Neo-
kekurangan
(Jhingan, 1975; Todaro, 1983; dan Sukirno, 1985). KERANGM PEMIKIRAN DAN H I P O T E S I S
Di dalam model Lewis sistem perekonomian dibagi menjadi sektor, yaitu: (1) sektor tradisional (pertanian), sektor pedesaan
yang subsisten dan
2
adalah
kelebihan penduduk.
Sektor ini dicirikan dengan produktivitas marjinal
tenaga
kerja hampir
sektor
modern upah
sama dengan nol.
Tingkat
dianggap konstan yang besarnya
upah diatas
di
rata-rata
subsisten. Pada tingkat upah ini penawaran
tenaga
kerja dari sektor tradisional elastis sempurna. Berdasarkan asumsi kerja
ini Lewis berpendapdt
dapat
industri
ditarik
bahwa
surplus tenaga
dari sektor pertanian ke
tanpa mengurangi output; dan (2) sektor modern
(industri) dengan produktivitas
tinggi
adalah
penampungan tenaga kerja dari sektor pertanian. eran
sektor
tenaga
tempat Perges-
kerja ke sektor industri dan pertumbuhan
kesempatan kerja di sektor industri dimungkinkan karena adanya peningkatan investasi. Keuntungan yang diinvestasikan kembali akan menciptakan sejumlah kesempatan kerja sebanding dengan tingkat akumulasi modal di sektor tersebut.
Produksi di sektor modern akan meningkat dan keun-
tungan yang diperoleh makin meningkat pula. tumbuhan dan peningkatan
Proses per-
kesempatan kerja
di
sektor
modern terus berlangsung sampai semua surplus tenaga kerja di
sektor tradisional diserap
. oleh
sektor
industri.
Dengan perkataan lain proses tersebut baru berhenti pada saat produktivitas marjinal dengan upah
di
di
sektor modern
sektor pertanian
sama
(Jhingan, 1975; Todaro,
1983). KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS
Di negara berkembang, khususnya di Indonesia, ternyata model Lewis tidak dapat menjawab permasalahan pergeseran
tentang
tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor
industri. Masalahnya penerapan model Lewis sangat tergantung pada tingkat dan jenis teknologi yang digunakan investor. modal, dan
oleh
Apabila pengusaha menggunakan teknologi padat perluasan hanya terjadi pada
industri hulu,
maka surplus tenaga kerja di sektor pertanian tidak
dapat
diserap semuanya oleh sektor industri. Kelemahan-kelemahan asumsi dari model Lewis, antara lain: (1) Asumsi
yang tidak tepat mengenai
mengasumsikan bahwa
teknologi.
keuntungan yang
Lewis
diperoleh akan
diinvestasikan kembali dengan menggunakan
teknologi
yang sama sehingga akan menambah jumlah tenaga
kerja.
Kenyataannya investasi tersebut belum tentu menggunakan teknologi yang sama dan kerja baru.
dapat menciptakan
Dengan mengivestasikan modal
mesin-mesin yang padat modal, maka kerja yang
diserap
akan menjadi
jumlah
tenaga kepada tenaga
lebih kecil bila
dibandingkan dengan teknologi padat karya. (2) Kritik
lainnya
adalah
tidak semua keuntungan yang
diperoleh diinvestasikan kembali. Apabila
terjadi
pelarian modal dan modal yang diinvestasikan kembali menjadi
lebih kecil, maka
jumlah tenaga
kerja yang
diserap menjadi lebih kecil.
KERANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS
Ranis
dan Fei melengkapi kekurangan teori
Penawaran
Tenaga Kerja Tidak Terbatas dari Lewis. Dalam teori Lewis analisis lebih ditekankan kepada pertumbuhan tetapi mengabaikan analisis mengenai
modern,
perubahan yang berlaku di
di
sektor
perubahan-
sektor pertanian.
Analisis
Ranis dan Fei tidak hanya menekankan kepada sektor modern, juga
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
sektor
pertanian (Sukirno, 1985). Walaupun demikian teori Lewis dan Ranis-Fei tetap belum dapat memecahkan permasalahanpermasalahan yang
terjadi di
negara berkembang karena
asumsi teknologi yang tidak tepat. Teori pergeseran tenaga kerja yang mendekati taan di Dalam
negara-negara berkembang
teori
ini ada dua tahap
adalah Model
dalam penyerapan
kenyaTodaro. tenaga
kerja oleh sektor modern (industri) dari sektor pertanian. Tahap pertama, tenaga kerja dari sektor pertanian bergeser kepada
sektor yang mempunyai produktivitas marjinal yang
sama dengan sektor pertanian, yaitu Tahap jasa
selanjutnya,
sektor jasa informal.
tenaga kerja yang berada
di
informal akan berpindah ke sektor industri
1992).
sektor (Paauw,
Walaupun mendekati keadaan di negara-negara ber-
kembang, berbagai
kritik
juga ada pada
Model
Todaro.
Setelah magang di sektor jasa informal, tenaga kerja belum tentu
dapat pindah ke sektor industri padat
modal,
selama magang tidak melakukan peningkatan kualitas
jika
tenaga
kerja. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Transformasi ketenagakerjaan juga
ditandai dengan
proses migrasi dari desa ke kota (urbanisasi) dan pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan
jasa. Salah satu penyebab terjadinya pergeseran
adalah
itu
tingginya upah riil di perkotaan dan meningkatnya
kesempatan berusaha. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa
transformasi
struktural yang diharapkan terjadi pada suatu negara wilayah
bahwa
pergeseran pola 'permintaan akan merubah
struktur produksi ke arah peningkatan dan
atau
produksi
industri
jasa (formal) dengan landasan sektor pertanian yang
tangguh.
Sehingga pertumbuhan sektor industri dan
berkaitan dengan sektor pertanian.
jasa
Misalnya industri yang
dikembangkan merupakan industri yang berbasis
pertanian,
selain mengembangkan industri manufaktur lainnya.
Peruba-
han struktur produksi juga diharapkan akan merubah
struk-
tur ketenagakerjaan.
Tenaga kerja yang bergeser dari
sektor pertanian dapat diserap oleh sektor j asa
( formal)
.
industri dan
Sehingga urbanisasi merupakan
penyedia
tenaga kerja murah dan bukan sebagai sumber pengangguran, sumber kesenjangan dan sumber timbulnya masalah kriminalitas
di perkotaan. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja
.
dari sektor pertanian (pedesaan) oleh sektor industri dan jasa (formal) serta adanya peningkatan upah maka
diharap-
kan bahwa proses tranformasi struktural akan meningkatkan pendapatan dan memperbaiki tingkat distribusi pendapatan antar golongan, antar sektor dan antar wilayah. KERANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTBSIS
Keadaan perekonomian di Indonesia saat ini menggambarkan berbagai hall antara lain: (1) kesenjangan antar daerah, yaitu
antara Kawasan Timur Indonesia
Kawasan Barat
Indonesia (KBI); (2) belum
keterkaitan pembangunan
(KTI) dan
meningkatnya
antar sektor, khususnya antara
sektor pertanian dan sektor industri; dan (3) kesenjangan antar golongan masyarakat. kan oleh
terjadinya
Hal ini dicermin-
jumlah penduduk miskin, yang pada
sekitar 25,9 juta jiwa atau 13,7 % dari
tahun
total
1993
penduduk
I
Indonesia. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi peningkatan kesejahteraan penduduk yang belum mersakan hasil-hasil pembangunan. Proses
transformasi struktural
tidak
dapat
didasarkan pada kebijaksanaan mekanisme pasar ini mengingat tingkat
keadaan kualitas
Swasono pasar
di
juga terjadi di
dan
yang berbeda-beda.
ini memang tidak hanya terjadi di
berkembang, tetapi
saja. Hal
sumberdaya manusia
penyediaan prasarana ekonomi
Fenomena
hanya
negara-negara
negara-negara maju.
(1994) berpendapat bahwa kebijaksanaan mekanisme negara maju pun tidak
pernah
mampu
mengatasi
ketimpangan-ketimpangan struktural. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
campur tangan pemerintah.
tentunya bertentangan
dengan teori ekonomi
Pendapat
ini
klasik yang
menyatakan bahwa mekanisme pasar 'akan menciptakan pembangunan yang seimbang di antara berbagai
daerah.
Myrdal
(1957) dan Hirschman (1958) mempunyai pendapat yang
sama
tentang pentingnya campur tangan pemerintah dalam pembangunan ekonomi, khususnya pembangunan daerah.
KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Menurut
Myrdal, apabila pembangunan daerah berlang-
tanpa adanya campur tangan pemerintah, maka
sung
pembangunan yang berbeda di antara berbagai
tingkat
daerah akan
menimbulkan kesenjangan antar daerah yang makin
lebar.
Penyebab utama adalah adanya kendala pembangunan di daerah tertinggal
(backwash effects) yang lebih besar dari
tor-faktor pendorongnya
(spread
Hirschman
effects).
(1958)
menyebutnya masing-masing dengan
effects
dan
fak-
polarization
Faktor penghambat
trickling down efqects.
pembangunan tersebut antara lain (1) adanya migrasi pendutinggi
duk yang mempunyai ketrampilan dan pendidikan yang
dari daerah tertinggal ke daerah maju; dan (2) terjadinya pengaliran modal dari daerah tertinggal ke daerah maju. Di Indonesia migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan menunjukkan peningkatan.
Peluang yang besar
untuk
mendapatkan pekerjaan, upah yang cukup tinggi, dan prasasosial yang lebih baik merupakan
rana
daya
tarik yang
besar
bagi imigran. Dalam pada itu penduduk yang bermi-
grasi
adalah penduduk dengan kualitas yang tinggi, yaitu
mempunyai ketrampilan dan pendidikan yang tinggi.
Pendu-
duk yang tinggal di daerah tertinggal adalah penduduk yang mempunyai kualitas yang lebih rendah.
.
Kemampuan menabung dari masyarakat di daerah tertinggal
terbatas
dan
akan membatasi
Sebaliknya peningkatan
pengembangan
pendapatan di
usaha.
daerah maju
akan
mendorong peningkatan permintaan barang-barang yang
diha-
silkan dari daerah tertinggal, antara lain produk
hasil-
hasil pertanian.
KBRANGKA PBMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Pada umumnya dari
spread effects tersebut
lebih kecil
backwash effects. Karena keuntungan dari berbagai
usaha di daerah maju akan tetap
diinvestasikan kembali di
daerah maju, jika kesempatan berusaha di daerah tertinggal belum meningkat.
Sumberdaya alam, sumberdaya manusia
dan
modal yang diserap dari daerah tertinggal oleh daerah maju sangat besar.
Oleh karena itu peranan pemerintah menjadi
penting dalam mengatasi masalah tersebut.
Peranan pemer-
intah yang diperlukan untuk mengdtasi ha1 tersebut di atas adalah:
(1) memperbaiki dan mengembangkan
prasarana ekonomi di daerah tertinggal untuk
sarana dan meningkatkan
efisiensi, sehingga nilai tukar barang-barang dan jasa yang
diproduksi meningkat;
meningkatkan
kualitas
sumberdaya manusia dengan menyediakan sarana dan
parasana
(2)
pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja; (3) meningkatkan penyediaan dana
investasi
bagi penduduk miskin; (4) mengadakan perbaikan kelembagaan ekonomi, keuangan dan administrasi pemerintahan, meningkatkan
sehingga
kemampuan aksesibilitas terhadap
sumber
permodalan dan informasi; dan (5) meningkatkan penerimaan asli daerah (PAD), sehingga meningkatkan kemampuan daerah untuk memenuhi kebutuhannya.
.
2. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Selama proses
pertumbuhan ekonomi pada
kurun waktu
1969-1987, pertumbuhan daerah (propinsi) di KT1
rela-
KBRANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTBSIS
tif
lamban
pertumbuhan daerah.
dibandingkan dengan di tersebut menyebabkan
KBI.
Perbedaan
kesenjangan antar
Diduga rendahnya pertumbuhan ekonomi di
KT1
disebabkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya manusianya . 2.
Keterkaitan pertanian dari
antar
sektor, terutama
antara
sektor
dengan sektor industri relatif kecil, baik
segi produksi maupun dqri segi ketenagakerjaan.
Relatif
kecilnya keterkaitan antar sektor ini diduga
akan mempengaruhi proses transformasi produksi, tenaga kerja dan distribusi pendapatan. 3.
Penerimaan Asli terhadap dengan
Daerah,
transformasi
diduga
akan
struktural.
Inpres Dati I dan
berpengaruh
Demikian
Inpres Lainnya
juga
(Bantuan
Pembangunan Desa, Bantuan Pembangunan Dati 11, Program Penunjangan Reboisasi, Bantuan
Jalan Kabupaten, Program Penghijauan dan Program Bantuan Sarana Kesehatan,
Sarana Pasar dan Program Bantuan
Sekolah Dasar)
diduga berpengaruh dalam
Program
Pembangunan transfonnasi
struktural selama kurun waktu 1969-1987. 4.
Kesenjangan pendapatan cenderung meningkat pada selama kurun waktu 1969-1987.
Diduga penyebabnya adalah oleh
ketimpangan antar sektor, perbedaan tingkat pendapatan antar wilayah desa-kota, dan antar propinsi.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS