BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan reformasi yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini secara umum menyangkut tuntutan diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam berbagai sendi kehidupan
berbangsa
dan
bernegara,
termasuk
didalamnya
tuntutan
pembaharuan dalam bidang pendidikan. Pembaharuan dalam bidang pendidikan merupakn langkah strategis untuk mengobati krisis multi dimensi yang kini tengah melanda perkehidupan bangsa, sebab pendidikan diyakini merupakan wahana ampuh dan obat yang mujarab untuk membawa bangsa dan negara Indonesia terlepas dar krisis muti dimensi yang berkepanjangan dan menjadi negara maju dan terpandang dalam pergaulan bangsa-bangsa dan dunia internasional. Keyakinan tersebut senada dengan apa yang disampaikan Malik Fajar dalam tulisannya yang dimuat dalam Mimbar Pendidikan yang menyatakan: “keyakinan bahwa pendidikan merupakan wahana ampuh untuk membawa bangsa dan negara menjadi maju dan terpandang dalam pergaulan bangsabangsa dan dunia Internasional, boleh dikatakan tidak ada keraguan lagi”, sampai-sampai John Nasbit dan Particia Aburdence, mengatakan : Tepi “Asia Pasifik” telah memperlihatkan, negara miskin pun bangkit, tanpa sumber daya alam melimpah asalkan negara melakukan investasinya yang cukup dalam hal sumber daya manusia. Oleh karena itu, katanya lebih lanjut “Terobosan yang paling menggairahkan dari abad ke-21 bukan karena teknologi, melainkan karena konsep yang luas tentang apa artinya manusia itu”. Maka mendiskusikan “pendidikan sebagai praksis pembangunan bangsa”, meskipun terasa “klise” namun tetap menarik dan penuh makna. Lebih-lebih ditengahtengah suasana krisis multi dimensi yang berkepanjangan melanda bangsa dan negara, dimana peran pendidikan ikut dipertanyakan, bahkan “digugat”.1 1
Malik Fajar, Pendidikan Sebagai Praksis Pembangunan Bangsa. Mimbar Pendidikan, I (xx)., h. 4144
1
2
Bagaimanapun, krisis multi dimensi yang tengah melanda bangsa Indonesia ini telah membawa hikmah, yaitu kita belajar dari kekeliruankekeliruan masa lalu. Salah satu hikmah yang kita peroleh dari masa krisis adalah munculnya kesadaran tentang betapa pentingnya arti pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa. Selanjutnya di dalam masa krisis dewasa ini ada dua hal yang menonjol berkaitan dengan pendidikan, yaitu: pertama bahwa pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan hidup manusia di dalam segala aspeknya yaitu politik, ekonomi, hukum, dan kebudayaan; dan kedua bahwa krisis yang dialami oleh bangsa Indonesia dewasa ini merupakan pula refleksi dari krisis pendidikan nasional.2 Salah satu faktor yang dianggap oleh sebagian pihak sebagai penyebab keterpurukan bangsa ini adalah karena krisis mental, moralitas, dan etikan yang melanda bangsa ini. Dan etikan kita berbicara tentang mental, moralitas, dan etika, maka kita tidak bisa melepaskan diri dari pendidikan, sebab pendidikan sebagai salah satu elemen pembangunan mental, moralitas dan etika. Menurut Quraish Shihab yang disampaikan dalam salah satu tulisannya yang dimuat Mimbar Pendidikan betajuk “Pendidikan Agama, Etika dan Moral”, bahwasannya hasil pendidikan mencerminkan keadaan pribadi dan masyarakat. Jika kini kita mengeluh tentang kualitas dan perilaku peserta didik atau masyarakat kita, maka tentulah ada yang salah dalam pendidikan kita, baik kesalahan tersebut kita lemparkan pada kecanggihan iptek atau revolusi informasi dan semacamnya, maupun karena kegagalan kita dalam mendidik atau bahkan memahami apa yang kita maksud dengan pendidikan. Munculnya kesadaran tentang arti pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemingkinan yang lebih baik di masa yang akan datang telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan
2
Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 1-5
3
masyarakat bagi terciptanya perbaikan, perkembangan, dan kemajuan dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.3 Pendidikan merupakan
usaha sadar
untuk membentuk anak yang
mulia, berbudi pekerti luhur. bertanggung jawab serta usaha pendewasaan diri. Hal ini sesuai dengan UU RI Nomor 20 tahun 2003 sebagai berikut : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
mengembangkan
pembelajaran
potensi
dirinya
agar untuk
peserta memiliki
didik
secara
kekuatan
aktif
spiritual
Keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.4 Kegiatan manajemen menitikberatkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar mengajar disebuah lembaga. Yang mengacu pada kurikulum yang dibuat oleh masing-masing lembaga yang mengacu pada standar pendidikan pemerintah. Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sebuah lembaga kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan di dalam maupun di luar sebuah lembaga pendidikan. Pengalaman anak didik dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan antara lain: mengikuti pelajaran di kelas, praktik keterampilan, latihan-latihan olahraga dan kesenian, dan kegiatan karya-wisata atau praktik dalam laboratorium disebuah lembaga pendidikan. Selain mengajar, tugas guru yang berhubungan dengan manajemen kurikulum adalah bertanggung jawab dan membina kegiatan ekstrakurikuler kepada peserta didik. Yang mana mampu membentuk manusia seutuhnya supaya peserta didik mendapatkan pengalaman yang tidak di dapat di dalam pembelajaran kelas.
3
Quraish Shihab, Pendidikan Agama, Mimbar Pendidikan. I (xx), 2001, h. 19-23 Tim Rredaksi Fokus Media, Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Bandung: Fokus Media, 2005, h. 94-96 4
4
Dalam UU no.20 Tahun 2003, juga disebutkan tentang pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat di laksanakan secara terstruktur dan berjenjang.5 PKBM Luthfillah adalah sebuah lembaga yang berkecimpung di dunia pendidikan nonformal. Yang mengarahkan peserta didik kepada dunia pekerjaan. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
kesetaraan,
serta
pendidikan
mengembangkan kemampuan peserta didik.
lain
yang
ditujukan
untuk
6
B. Rumusan Masalah 1. Bagaiman manajemen ekstrakurikuler di lembaga non-formal? 2. Bagaimana kegiatan manajemen ekstrakurikuler yang berbasis wirausaha berupa kerajinan handycraft?
5
Tim Rredaksi Fokus Media, Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Bandung: Fokus Media, 2005, h. 94-96 6 Anggota IKADI No. 081/DKI 96, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47848 Tentang Wajib Belajar & Pendanaan Pendidikan, Jakarta: CV. Norindo Pustaka Mandiri, 2008, h. 85
5
C. Tujuan Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Agar dapat mengetahui manajemen ekstrakulikuler di lembaga non-formal. 2. Agar dapat mengetahui kegiatan manajemen ekstrakulikuler yang berbasis
wirausaha berupa kerajinan handycraft. D. Lokasi Penelitian Adalah PKBM Luthfillah yang terletak di jalan Rindang Banua Gg. Manggis no. 26-33 Pelabuhan Rambang Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik observasi Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencacatan.7 2. Teknik wawancara Wawancara adalah percakapan maksud tertentu, percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu mewawancarai yang mengajukan pertanyaan dan diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.8 3. Dokumentasi Adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.9
7
Joko Subagio, Metode Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h. 178 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 135 9 Usman Husaini dan Pornomo Sutiadi Akbar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, h.73 8
6
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Makna Manajemen Seperti yang diungkapkan oleh Ivancevich mengenai pengertian manajemen yang dikutip oleh Bambang Abdul Jabar dalam bukunya “Manajemen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan” bahwa “Manajemen adalah proses yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mengkoordinasikan kegiatan orang lain demi mencapai hasil yang tidak mungkin dapat dicapai oleh hanya seorang”. Stoner yang diterjemahkan oleh Sudjana dalam buku “Manajemen Program Pendidikan” juga mengemukakan mengenai pengertian manajemen sebagai berikut: “Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya organisasi dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan”. B. Fungsi-Fungsi Manajemen 1. Perencanaan (planning) Perencanaan merupakan fungsi awal manajemen. Perencanaan adalah suatu proses yang sistematis tentang penentuan dan rencana mengenai apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu kegiatan akan berjalan dengan baik dan lancar serta terencana apabila ada perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 2. Pengorganisasian (organizing) Setelah perencanaan dilakukan, fungsi manajemen yang berikutnya adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah suatu gerak langkah menuju kearah pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya. Pengorganisasian tidak akan terlepas dari hubungan antara manusia dan kegiatan serta sumber-sumber manusia dan non-manusia yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber-sumber itu meliputi tenaga manusia, fasilitas, alat-alat, dan biaya.
7
Siagian P yang dikutip oleh B. Suryosubroto dalam buku “Manajemen
Pendidikan
di
Sekolah”
mengemukakan
prinsip
pengorganisasian antara lain: a) Organisasi mempunyai tujuan yang jelas b) Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap anggota organisasi c) Tujuan oraganisasi harus dapat diterima oleh setiap dalam organisasi d) Adanya kesatuan arah dari berbagai bagian organisasi e) Adanya kesatuan perintah f) Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugasnya g) Adanya pembagian tugas yang tugas h) Struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin i) Pola dasar organisasi harus relatif permanen j) Adanya jaminan terhadap jabatan-jabatan dalam organisasi itu k) Adanya balas jasa yang setimpal yang diberikan kepada setiap anggota organisasi l) Penempatan orang yang bekerja dalam organisasi hendaknya sesuai dengan kemampuannya 3. Penggerakan (motivating) Setelah perencanaan dan pengorganisasian dilakukan, penggerakan atau motivating mulai dilakukan. Penggerakan memiliki peranan yang sangat penting dalam fungsi manajemen sepert pembinaan, penilaian, dan pengembangan.
Penggerakan
dapat
dilakukan
melalui
upaya
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan, semangat, percaya diri, partisipasi, atau menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Pendekatan yang sering dilakukan untuk memberikan motivasi kepada orang lain adalah dengan cara komunikasi, kepemimpinan, dan berusaha menciptakan suasana yang kondusif terhadap para penyelenggara dan pelaksana kegiatan pendidikan.
8
4. Pembinaan (conforming) Pembinaan sangat penting dilakukan dalam suatu kegiatan. Tujuannya adalah agar kegiatan atau program yang sering dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Pembinaan merupakan suatu upaya memelihara atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya terlaksana. 5. Penilaian (evaluating) Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada umunya, sebuah lembaga pendidikan harus melakukan penilaian tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai serta mengetahui kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan. Penilaian sangat berkaitan erat dengan fungsi manajemen lainnya dalam manajemen
pendidikan
seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan, pembinaan, dan penilaian. Menurut B. Suryosubroto menjelaskan bahwa maksud dan tujusn dilakukan penialaian adalah sebagai berikut: a) Memperoleh dasar bagi pertimbagan apakah pada akhir suatu periode kerja pekerjaan tersebut berhasil b) Untung mendukung da menjamin cara bekerja yang efektif dan efesien c) Memperoleh fakta-fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk menghindarkan situasi yang dapat merusak d) Memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan oraganisasi sebuah lembaga pendidikan
C. Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga
9
kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sebuah lembaga pendidikan. 2. Visi dan misi kegiatan ekstrakurikuler a. Visi Berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. b. Misi Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengekspresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok. 3. Fungsi kegiatan ekstrakurikuler a. Pengembangan, yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. c. Rekreatif,
yaitu
untuk
mengembangkan
suasana
rileks,
menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. d. Persiapan
karir,
yaitu
fungsi
kegiatan
ekstrakurikuler
untuk
mengembangkan persiapan karir peserta didik. 4. Prinsip kegiatan ekstrakurikuler a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat, minat peserta didik masing-masing. b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik. c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
10
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai da menggembirakan peserta didik. e. Etos kerja, yaiu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil. f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat. 5. Format kegiatan ekstrakurikuler a. Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik secara perorangan. b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik. c. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik dalam satu kelas. d. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik antar kelas atau antar lembaga pendidikan. e. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan.
D. Pentingnya Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler itu penting dapat diartikulasikan kedalam 3 lingkup pendidikan nilai menurut Taylor, yaitu: 1. Pendidikan nilai adalah cara terencana yang melibatkan sejumlah pertimbangan nilai-nilai edukatif, baik yang tercakup dalam manajemen pendidikan maupun dalam kurikulum pendidikan. Dari hal yang paling luas sampai yang paling sempit. Cara dapat diwakili oleh pencapaianvisi dan misi untuk pengembangan nilai, moral, etika, dan estetika sebagai keseluruhan dimensi pendidikan sampai pada tindakan pendidik dalam melakukan penyadaran nilai-nilai pada peserta didik. 2. Pendidikan nilai adalah situasi yang berpengaruh terhadap perkembangan pengalaman dan kesadaran nilai pada peserta didik. Situasi dapat berupa
11
suasana yang nyaman, harmonis, teratur, akrab, dan tenang. Sebaliknya, situasi dapat berubah sussana yang kurang mendukung bagi perkembangan peserta didik, misalnya suasana bermusuhan, acuh tak acuh, dsb. Semua situasi
pendidikan
tersebut
berpengaruh
terhadap
pengembangan
kesadaran moral peserta didik, karena hal itu melibatkan pertimbanganpertimbangan psikologis seperti persepsi, sikap, kesadaran dan keyakinan mereka. 3. Pendidikan nilai adalah peristiwa seketika yang dialami peserta didik. Artinya pendidikan nilai berlangsung melalui sejumlah kejadian yang tidak terduga, seketika, sukarela, dan spontanitas. Semua tidak direncanakan sebelumnya, tidak dikondisikan secara sengaja dan dapat terjadi kapan saja. Penggalan-penggalan peristiwa seperti itu merupakan hidden curriculum yang dalam kasus pengalaman tertentu dapat berupa suatu kejadian kritis (critical incident) yang mampu mengubah tatanan nilai dan perilaku seseorang (peserta didik).
Tiga lingkup pendidikan nilai yang diuraikan di atas memberikan gambaran bahwa proses belajar nilai pada peserta didik melibatkan semua cara, kondisi, dan peristiwa pendidikan. Karena itu, peserta didik membutuhkan keterlibatan langsung di luar jam tatap muka di kelas atau sering disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler.
12
BAB III HASIL PENELITIAN A. Profil PKBM LUTHFILLAH Nama PKBM
: LUTHFILLAH
Nilem
: 62.2.14.0001.4.2.0001
Alamt
: Jl. Rindang Banua Gg. Manggis no. 26-33
No, Telepon/fax
: (0536) 3239894
E-mail
:
[email protected]
Weblog
: www.luthfillahpkbm.wordpress.com
Pendiri PKBM
: KHAIRIA ULFAH, S.Pd
Tanggal Berdiri
: 27 Juli 2004
Pelindung
: Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya
Pembimbing
: Penilik PNFI Kec.Pahandut
Tempat
: Bangunan PKBM Luthfillah
Status Bangunan
: Milik Pengelola
Luas Lahan
: 500m2
Luas Bangunan
: 500m2
Pengelola
: KHAIRIA ULFAH, S.Pd
Akta Notaris
: Nomor 19 Tanggal 09 Desember 2006
B. Moto PKBM Luthfillah Membangun wirausaha, meningkatkan ekonomi warga belajar di PKBM Luthfillah. C. Visi dan Misi PKBM Luthfillah 1. Visi Menciptakan warga belajar yang berilmu, terampil, dan pantang menyerah dalam berusaha 2. Misi a) PKBM Luthfillah membelajarkan pendidikan akademik bagi warga belajar
13
b) PKBM Luthfillah memberikan pelatihan soft skill dan hard skill c) PKBM Luthfillah menjadi inkubator bisnis dalam mengembangkan ekonomi kreatif warga belajar D. Jumlah Guru/Tutor yang Mengajar Jumlah guru/tutor yang mengajar diPKBM Luthfillah berjumlah 9 orang yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. E. Jumlah Siswa/Warga Belajar Jumlah siswa/warga belajar di PKBM Luthfillah berjumlah 66 orang yang terdiri dari 6 orang siswa/warga belajar paket A, 12 orang siswa/warga belajar paket B, dan 48 orang siswa/warga belajar paket C. F. Fasilitas yang dimiliki PKBM Luthfillah 1. Gedung PKBM 2. Ruang Belajar 3. Ruang Praktek Keterampilan G. Jadwal Pelajaran 1. Minggu: 2. Senin: 3. Selasa: 4. Rabu: H. Kegiatan Ekstrakurikuler yang Berbasis Wirausaha, Berupa Kerajinan Handycraft dalam Pemanfaatan Limbah dan Flanel Warga belajar diajarkan untuk menimba ilmu dan memberikan motivasi untuk mereka agar mampu memahami bagaimana pentingnya arti dari sebuah pendidikan. Yang kemudian diajarkan nilai-nilai karakter, rasa tanggung jawab untuk mengisi kehidupan dan membangun rasa percaya terhadap dirinya sendiri menjadi lebih baik, yang nantinya menggiring mereka untuk memperbaiki moral dan budaya intelektual yang berkualitas. Kegiatan PKBM Luthfillah itu juga selain dalam bidang pengetahuan yang diberikan di dalam kelas, diringi juga dengan kegiatan ekstrakurikuler berupak kegiatan kewirausahaan yang menuntut warga belajar memiliki ekonomi sendiri. Ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada di PKBM
14
Luthfillah yang diberikan kepada warga belajar seperti drumband, menari, wirausaha, dll. Program ekstrakurikuler yang dilaksanakan PKBM Luthfillah sebagai upaya untuk memberikan kegiatan yang menyenangkan dan memupuk percaya diri bagi peserta didik. Wirausaha yang diajarkan kepada warga belajar berupa kerajinan Handycraft dalam pemanfaatan limbah dan flanel, yang tujuannya agar dapat merubah gaya hidup di daerah tersebut bahwasannya betapa pentingnya sebuah dunia pendidikan yang bisa memberikan mereka kearah yang lebih positif, dan untuk menumbuhkan bakat wirausaha yang mandiri bagi peserta didik agar tidak hanya tergantung untuk bekerja pada orang lain. Pemanfaatan limbah yang sudah warga belajar dapatkan atau yang mereka kerjakan dari limbah botol yang diolah menjadi hiasan-hiasan lampu ataupun hiasan lainnya. Kertas yang sudah tidak terpakai lagi pun bisa mereka sulap menjadi berbagai macam yang bisa dimanfaatkan warga belajar ataupun masyarakat setempat. Kewirausahaan yang laen berupa hasil kerajinan tangan warga belajar yang mengolah dalam berbagai bentuk dari yang mudah sampai yang rumit dapat mereka selesaikan dengan baik dan waktu yang telah ditentukan. Dengan kedua kegiatan diatas dapat membuka wawasan mereka bahwasannya di dalam kehidupan harus digunakan dengan sebaik-baiknya, dan mereka membuktikan dengan kerja keras warga belajar mampu menghasilkan pundi-pundi yang bisa langsung mereka rasakan.