KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN MOBILISASI AKIBAT STROKE DIDESA TRIYAGAN 02/06 MOJOLABAN SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Oleh : RIMA NOVYATRI 2011.1374
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAHSURAKARTA 2014
1
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Kajian Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny.S dengan Mobilisasi Akibat StrokeDi Triyagan 02/06 Mojolaban Sukoharjo telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis IImiah Program DIII Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh: RIMA NOVYATRI NIM.2011.1374
Pada :
Hari
: Sabtu
Tanggal
: 05 Juni 2014
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Anis Prabowo,S.KM
M.Hafiduddin, S.Kep
NIDN.0616087605
NIDN.0614056302
3
LEMBAR PENGESAHAN
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.S DENGAN MOBILISASI AKIBAT STROKE DI TRIYAGAN 02/06 MOJOLABAN SUKOHARJO
Disusun oleh RIMA NOVYATRI NIM. 2011.1374
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Sugihartiningsih, A., M.Kes Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep Anis Prabowo,SKM
NIDN. 0601027102
NIDN. 0623087703
Mengetahui, Ketua STIKES
Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes NIDN. 0618047704
NIDN. 0616087605
4
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul : KAJIAN ASHUAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.S DENGAN GANGGUAN MOBILISASI AKIBAT STROKEDI DESA TRIYAGAN RT : 02 RW : 06 MOJOLANBAN SUKOHARJO
dibuat untuk melengkapi Tugas Akhir Diploma Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Tugas Akhir ini merupakan Karya Tulis Ilmiah saya sendiri (ASLI), dan dalam tugas akhir tidak terdapat karya yang pernah di ajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dipublikasikan atau ditulis dan diterbitkan oleh orang lain maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Surakarta,
Juni 2014
RIMA NOVYATI 2011.1374
5
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, hidayahNya. Dialah yang sesungguhnya Maha Pemberi Petunjuk yang memberikan kekuatan, ketabahan, dan kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dengan lancar. Penyusun Karya Tulis Ilmiah ini mengambil judul “ Kajian Asuhan Keperawatan Keluarga padaNy. S Dengan Gangguan Mobilisasi Di Desa Triyagan 02/06 Triyagan Mojolaban Sukoharjo” Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mengalami banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam kerendahan hati, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Weni Hastusi, S.Kep.,M.Kes, selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan Kajian Asuhan Keperawatan. 2. Anis Prabowo, S.KM., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6
3. M.Hafiddudin,S.Kep., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Sugihartiningsih, A., M.Kes. Sebagai Dosen Penguji I 5. Cemy Nur Fitria, S.Kep., Ns., M.Kes. Sebagai Dosen Penguji II 6. Ayah, Ibu, dan Kakak yang baik serta teman-teman seperjuangan, terima kasih telah memberikan doa dan dukungan selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Keluarga Ny.S yang telah memberkan izin untuk melakukan Kajian Asuhan Keperawatan dan bersedia menjadi responden dalam Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan umumnya dan semua perawat khususnya.
Surakarta, Juli 2014 Penulis
7
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur dan penuh cinta atas kehadirat Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW, penulis sembahkan karya ini pada: 1. Ibu Warini wanita terhebat dalam hidupku, Sarwanto kakak palin super dalam kehidupanku, dan Fine adik yang mampu menghilangkan rasa lelahku terimakasih untu semua yang telah diberikan kepadaku Kalian segalanya bagiku. 2. Sahabatku tercinta Syndicate-X, Arum, Lita, Novia, Dani, Vita, Wuri, Dian yang selalu berjalan bersamaku, saling memberi dukungan yang tanpa lelah. Aku sayang kalian saudaraku, peluk cium. 3. Sekali lagi untuk mas dani terimakasih telah menjadi partner yang paling kooperatif dalam perjuanganku sampai saat ini 4. Ibu Yuni yang selalu mendoakanku mejadi orang yang bejo, sukses, sehat dan bahagia di masa depanku. 5. Bapak Anis dan Bapak Hafid selaku dosen pembimbingku, yang dengan sangat sabar dan sukarela membimbingku sampai studi ini selesai. 6. Seluruh dosen dan staff STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA terimakasih untuk semuanya. 7. Teruntuk teman-teman angkatan 2011 terimakasih telah berjuang
8
bersamaku selama tiga tahun ini. Kalian semua keren. 8. Si Merah, Si Asus Si Pixma terimakasih telah menemaniku menyelesaikan tugas akhir ini
9
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Kriteria Kemandirian Keluarga ........................................................ 17 Tabel 1.2 Hubungan Stroke Dan Jenis Kelamin ............................................. 24 Tabel 1.3 Hubungan Kasus Stroke Dan Usia ................................................... 24 Tabel 1.4 Tingkat Mobilitas Dan Kategori ...................................................... 41 Tabel 1.5 Skala Dan Karakteristik .................................................................. 42
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Pathway ........................................................................................... 40 Gambar 2.2 Genogram ........................................................................................ 43
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Lembar Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 4. Format Pengkajian Lampiran 5. SAP stroke Lampiran 6. Surat Balasan Penelitian Lampiran 7. Tabulasi Data Penelitian Lampiran 8. Leaflet Stroke Lampiran 9. Lembar Konsultasi
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASIAN ......................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Tujuan ........................................................................................
3
C. Manfaat ......................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Konsep Keluarga .............................................
5
B. Tinjauan Teori Diagnosa Medis ................................................
20
C. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar .............................................
32
D. Pathway ....................................................................................
44
BAB III METODE STUDI KASUS A. Desain Penelitian Studi Kasus ...................................................
45
B. Tempat dan Waktu.....................................................................
45
C. Subyek Studi Kasus ..................................................................
45
D. Instrumen ..................................................................................
46
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
46
BAB IV RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN A. Resume Kasus ...........................................................................
44
B. Pembahasan ..............................................................................
52
13
BAB V PENUTUP A. Simpulan ....................................................................................
73
B. Saan ...........................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Stroke telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke terjadi di Negara – Negara yang sedang berkembang. Menurut WHO setiap tahun, diperkirakan 15 juta orang tersebar diseluruh dunia menderita stroke, dimana kurang lebih 5 juta orang mengalami cacat (Suryani, 2008). Menurut riset kesehatan daerah Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2011, dalam laporanya mendapatkan bahwa di Indonesia, setiap 100 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke. Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan proporsi 15,4%. Setiap 7 orang meninggal di Indonesia 1 diantaranya meninggal karena stroke (Depkes RI, 2011). Menurut data dari Pukesmas Mojolaban terdapat 258 kesus penderta stroke di kecamatan Mojolaban (Pukesmas Mojolaban, 2014). Banyak dari penderita stroke dapat mengalami gangguan pada ekstremitasnya karena masalah kekakuan pada otot, keseimbangan dan koordinasi gerak, sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari – hari. Latihan dapat mempercepat penyembuhan pasien stroke, karena akan mempengaruhi sensasi gerak diotak (Indrawati, 2008).
15
Pasien stroke yang mengalami gangguan mobilisasi tidak dilakukan penatalaksanaan dengan tepat dapat menyebabkan komplikasi pada anggota tubuh yang lain atau kelumpuhan permanen. Dan disini peran keluarga sangat dibutuhkan dalam keberhasilan penatalaksanaan stroke. Terutama dalam menangani gangguan mobilisasi. Keluarga memiliki lima tugas kesehatan yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anggota keluarga tersebut. Dari hasil pengamatan dimasyarakat masih banyak dijumpai keluarga dengan gangguan mobilisasi akibat stroke yang belum menjalankan tugas kesehatannya. Banyak diantaranya belum bisa mengenali masalah pentingnya mobilisasi dan belum mampu merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Dari sisi tenaga kesehatan khususnya perawat, pendekatan yang dilakukan untuk tindakan perawatan pasien stroke lebih sering mengutamakan pendekatan kepada pasien yang sakit, dan belum mengarah pada keterlibatan keluarga. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut tentang asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan mobilisasi akibat stroke.
16
B. Tujuan 1.
Tujuan Umum Melakukan kajian asuhan keperawatan keluarga pada Ny. S dengan gangguan mobilisai akibat stroke
2.
Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan hasil pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan mobilisasi akibat stroke. b. Mendiskripsikan diagnose keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan mobilisasi akibat stroke. c. Mendiskripsikan intervensi secara menyeluruh pada asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan mobilisasi akibat stroke. d. Mediskripsikan
implementasi
keperawatan
pada
asuhan
keperawatan keluarga dengan gangguan mobilisasi akibat stroke. e. Mendiskripsikan evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan mobilisasi akibat stroke. f. Menganalisa asuhan keperawatan yang sudah dilakukan dan ditinjau dari teori yang ada.
17
C. Manfaat 1. Bagi Penulis . Mendapatkan
pengalaman
keperawatan
untuk
pemecahan
masalah
serta
menerapkan
mengembangkan khususnya
praktik
dalam
strandart
asuhan
keperawatan
bidang
atau
dan
profesi
keperawatan.
2. Bagi InsitusiPendidikan Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dan sebagai bacaan di perpustakaan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Prodi DIII Keperawatan.. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Menambah pengalaman tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan terutama peyakit stroke 4. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan tentang pola hidup pasien dengan gangguan mobilisasi akibat stroke.
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Dibawah ini ada beberapa pendapat tentang pengertian keluarga menurut Padila (2010) : a. Pendapat yang menganut teori interaksional, memandang keluarga sebagai suatu arena berlangsungsnya interaksi kepribadian. Sedangkan mereka berorientasi pada perspektif system social memandang keluarga sebagai social terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan system-sistem lain.(Padila,2012) b. Spradley dan Allender, mengemukakan satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam ikatan social, peran dan tugas c. UU No. 10 tahun, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak atau suami istri, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. d. Depkes RI, mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
19
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan e. Friedman, mendefinisikan keluarga sebagai suatu system social. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung diorganisasi dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu. 2. Struktur Keluarga Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga menurut Padila (2012) a. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah. b. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarh dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu. c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu. d. Patrilokal
20
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah. e. Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. 3. Ciri – Ciri Keluarga Keluarga Indonesian memiliki beberapa ciri-ciri menurut Padila (2012): a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara. c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen clatur) termasuk perhitungan garis keturunan. d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga. 4. Tipe Keluarga Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber, dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non
21
tradisional seperti menurut Maclin dalam Padila (2012), pembagian tipe keluarga : a. Keluarga tradisional 1)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama
2)
Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau ditinggalkan.
3)
Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4)
Bujang dewasa yang tinggal sendirian
5)
Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja
6)
Jaringan keluarga besar : terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga Non Tradisional 1)
Keluarga dengan orangtua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan anak
2)
Pasangan kumpul kebo, pasangan yang tinggal bersama tapi tidak menikah
22
3)
Keluarga gay / lesbian ,orang orang dengan jenis kelamin yang sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
4)
Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sama.
5. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Achjar (2012) yaitu : a. Fungsi afektif Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang. b. Fungsi sosialisasi Fungsi
sosialisasi
tercermin
dalam
melakukan
pembinaan
sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. c. Fungsi perawatan kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan
23
fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga. d. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. e. Fungsi biologis Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya. f. Fungsi psikologis Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. g. Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
ketrampilan,
membentuk
perilaku
anak,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya. 6. Tahap Keluarga
24
Berikut diuraikan kedelapan tahap siklus kehidupan keluarga berikut tugas perkembangannya menurut Friedman dalam Padila (2012) : a. Tahap keluarga pemula (beginning family) Keluarga baru/ pasangan yang belum memiliki anak.Tugas perkembangan keluarga : 1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan 2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis 3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua) 4) Menetapkan tujuan bersama 5) Persiapan menjadi orang tua 6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua) b. Tahap keluarga sedang mengasuh anak (Child bearing) Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan.Studi klasik le master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17% tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal : 1) Suami merasa diabaikan 2) Peningkatan perselisihan dan argument 3) Interupsi dalam jadwal kontinu 4) Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah :
25
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (integrasi bayi dalam keluarga) 2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga 3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan 4) Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah peran orang tua, kakek dan nenek 5) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak 6) Konseling KB post partum 6 minggu 7) Menata ruang untuk anak 8) Menyiapkan biaya Child bearing 9) Memfasilitasi role learning anggota keluarga 10) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin c. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan – 6 tahun.Tugas perkembangan keluarga : 1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, perivasi dan keamanan 2) Mensosialisasikan anak 3) Mengintergrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan anak yang lain
26
4) Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan dan hubungan orangtua-anak) serta hubungan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas) 5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak 6) Pembagian tanggung jawab 7) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah Keluarga dengan anak pertama berusia 6-13 tahun.Tugas perkembangan keluarga : 1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat 2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan 3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga 4) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual 5) Menyediakan aktivitas untuk anak e. Tahap keluarga dengan anak remaja Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun.Tugas perkembangan keluarga :
27
1) Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri 2) Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan 3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak 4) Mempersiapkan
perubahan
untuk
memenuhi
kebutuhan
tumbuh dan kembang anggota keluarga f. Tahap keluarga dengan anak dewasa Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah.Tugas perkembangan keluarga : 1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya 2) Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan 3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri 4) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat 5) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya 6) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya g. Tahap keluarga usia pertengahan (middle age family) Tugas perkembangan keluarga : 1) Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
28
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua (lansia) dan anak-anak 3) Memperkokoh hubungan perkawinan 4) Persiapan masa tua/pensiun h. Tahap keluarga lanjut usia Tugas perkembangan keluarga : 1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup 2) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan 3) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun 4) Mempertahankan hubungan perkawinan 5) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan 6) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi 7) Melakukan life review masa lalu 7. Tingkat Kemandirian Keluarga Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yaitu dilakukan perawat keluarga, dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Achjar (2012) sebagai berikut : a. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I/ KM-I) 1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat
29
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan b. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/ KM-II) 1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat 2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan 3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar 4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif c. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/ KM-III) 1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat 2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan 3) Tahu dan dapat mengungkapkan maslaah kesehatan secara benar 4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif 6) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran d. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/KM-IV) 1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat
30
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan 3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar 4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif 6) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran 7) Melakukan tindakan promotif secara aktif
Kriteria tingkat kemandirian keluarga, seperti table 1.1 Tabel 1.1
kriteria tingkat kemandirian keluarga
No
Kriteria
1
Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran Melakukan tindakan promotif secara aktif
2
3 4 5 6 7
8. Level Pencegahan Perawatan Keluarga
Tingkat kemandirian keluarga I II III IV V V V V V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V V
31
Pelayanan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi menurut Achjar (2012) yaitu: a. Pencegahan primer (primary prevention), merupakan tahap pencegahan yang dilakukan sebelum masalah timbul, kegiatannya berupa pencegahan spesifik (specific protection) dan promosi kesehatan (health promotion) seperti pemberian pendidikan kesehatan, kebersihan diri, penggunaan lunitasi lingkungan yang bersih, olah raga, imunisasi, pembahan gaya hidup, Perawat keluarga harus membantu keluarga untuk memikul tanggungjawab kesehatan mereka sendiri, keluarga tetap mempunyai
peran
penting dalam mrmbantu anggota keluarga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. b. Pencegahan
sekunder
(secondary
prevention),
yaitu
tahap
pencegahan kedua yang dilakukan pada awal masalah timbul maupun saat masalah berlangsung, dengan melakukan deteksi dini (early diagnosis) dan melakukan tindakan penyembuhan (promp treatment) seperti screening kesehatan deteksi dini adanya gangguan kesehatan. c. Pencegahan tersier (tertiary prevention), merupakan pencegahan yang dilakukan pada saat masalah kesehatan telah selesai, selain mencegah komplikasi juga meminimalkan keterbatasan (disability limitation) dan memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation) seperti melakukan rujukan kesehatan, melakukan
32
konseling
kesehatan
bagi
yang
bermasalah,
memfasilitasi
ketidakmampuan dan mencegah kematian. Rehabilitasi meliputi upaya pemulihan terhadap penyakit atau luka hingga pada tingkat fungsi yang optimal secara fisik, mental, sosial dan emosional. 9. Tugas Keluarga Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi / penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data maladaptif pada keluarga. Lima tugas keluarga menurut Achjar (2012): a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga. b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan. c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
33
B. Tinjauan Teori Diagnosa Medis 1. Pengertian Stroke Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovascular accident) (Auryn, 2007). Stroke adalah sebagai gejala klinis yang muncul akibat pembuluh darah jantung (kardiovaskular) yang bermasalah, penyakit jantung, atau keduanya, secara bersamaan (Wardhana, 2011). Stroke merupakan menifestasi gangguan saraf umum, yang timbul secara mendadak dalam waktu yang singkat, yang diakibatkan gangguan aliran darah ke otak akibat penyumbatan (ischemic stoke) atau perdarahan (hemoragic stroke) (Auryn, 2007). Bila hal ini terjadi, maka fungsi kontrol ke bagian tubuh tertentu akan terganggu atau rusak, maka kelumpuhan pada bagian tubuh tertentuakan timbul. Tingkat keparahan serangan stroke untuk tiap individu tidaklah sama, tergantung pada bagian otak yang rusak. Apabila gangguan aliran darah ke otak terjadi pada luasan yang kecil, maka dampak stroke yang terjadi ringan dan kemungkinan fungsi kontrol otak dapat segera pulih. Namun apabila gangguan aliran darah ke otak meliputi daerah yang luas, maka dampak stroke bias berakibat
34
fatal, cacat menetap dan sulit untuk pulih kembali, bahkan tidak tertutup kemungkinan dapat menyebankan kematian. 2. Klasifikasi Stroke Terjadinya serangan stroke secara garis besar stroke akan dibahas menjadi 2 sub menurut Wardhana (2011) yang terdiri atas : a. Stroke iskemik Serangan stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. Penyumbatnya adalah "plak" atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), pada pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil. Kalau penyumbatan terjadi pada pembuluh darah kecil, dampak stroke yang ditumbulkan tidaklah parah. Sedangkan penyumbatan yang terjadi pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah sedang, dampak stroke bisa fatal tergantung pada bagian otak yang rusak. Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah jadi makin lambat dan lamalama menjadi sumbatan pembuluh darah, Akibatnya, otak
35
mengalami kekurangan pasokan darah yang membawa nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh darah, dan ini berarti serangan stroke. Apabila kekurangan pasokan darah berlangsung lama, otak tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen, maka sel-sel jaringan otak akan rusak dan mati. b. Stroke Hemoragik Serangan stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang menggenangi dan menutupi jaringan sel otak, akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan ini menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk ke dalam ruang sekitar otak (subarachnoid hemorage). Apabila terjadi genangan darah secara subarachnoid hemorage, dampak stroke sangat luas dan fatal bahkan sampai kepada kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada orang lanjut usia, karena penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisme). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, akan mudah menggelembung dan pecah atau bocor. Kerapuhan pembuluh darah ini disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik).
36
Walaupun demikian, keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertim-bun plak atau arteriosklerosis. Arteriosklerosis akan lebih parah liigi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi dan hiktorfaktor penyebab hipertensi Stroke iskemik dan stroke hemoragik akibat yang ditimbulkan sama, yaitu hilangnya fungsi kontrol otak yang berakibat pada kelumpuhan bagian tubuh tertentu. Kalau terjadinya serangan stroke bisa segera diketahui dan pertolongan pertama pada stroke juga bisa segera diberikan, maka kemungkinan terjadinya
kelumpuhan
bisa
dikurangi
dan
bahkan
bisa
disembuhkan.Pertolongan pertama pada stroke tidak boleh melewati "waktu emas" atau "golden time" yaitu sekitar 60 menit setelah serangan stroke terjadi. Bila waktu emas terlewati, kerusakan otak akan semakin parah dan penyembuhan dampak stroke menjadi semakin sulit, kelumpuhan menetap bagian tubuh tertentu akan terjadi. Kejadian inilah yang sering menyebabkan serangan stroke menjadi lebih parah. 3. Penyebab Stroke Serangan stroke yang datangnya secara tiba-tiba dan dapat menyerang siapa saja, dimana saja dan kapan saja, tentu ada penyebabnya.Dengan mengetahui penyebab serangan stroke, maka usaha untuk menghindari penyebab serangan stroke bisa dilakukan
37
lebih dini. Penyebab serangan stroke secara umum dapat dibagi menjadi 2 bagian menurut Wardhana (2011) : a. Penyebab internal yang irreversibel atau faktor tak terkendali. Factor risiko yang tidak bisa dihindari atau factor tak terkendali, adalah : 1) Faktor jenis kelamin Menurut data statistic yang diperoleh dari hasil Riset Kesehatan Indonesia, kaum pria berisiko terkena stroke kurang lebih 1,05 kali lebih banyak dari pada kaum wanita. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. : Table 1.2: Hubungan Stroke dan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Terkena Stroke (%)
1
Pria
6,10
2
Wanita
5,80
Sumber :Data Riset Kesehatan Indonesia th. 2007 / Ida 2) Faktor Usia Berdasarkan hasil Data Hasil Kesehatan Indonesia, diperoleh data kaitan antara serangan stroke dan usia, seperti yang ditampilkan pada di bawah ini. Tabel 1.3 : Hubungan Kasus Stroke dan Usia No 1 2 3 4 5
Usia (tahun) 18 – 24 25 – 34 35 – 44 45 – 54 55 – 64
Terkena Stroke (%) 1,100 1,60 2,90 8,10 15,50
38
6
65 – 74
25,00
7
>75
29,70
Sumber :Data Riset Kesehatan Indonesia th. 2007 / Ida
3) Faktor Keturunan Riwayat Stroke Faktor keturunan yang dimaksudkan di sini bukannya factor terkena serangan strok sebagai factor genetika, akan tetapi factor pencetus atau factor risiko terkena serangan stroke yang dapat menurun, misalnya factor yang berupa penyakit atau cacat : a)
Sakit jantung
b)
Sakit gula atau diabetes
c)
Sakit tekanan darah tinggi
d)
Cacat bawaan pembuluh darah Disamping hal tersebut di atas, pola hidup atau gaya hidup
dan pola makan seringkali juga berpengaruh pada factor keturunan yang dapat menimbulkan serangan stroke. 4) Faktor keturunan Ras/Etnik b. Faktor Eksternal yang Reversible atau factor terkendali Dikatakan bisa dikendalikan atau dihindari, karena factor pencetusnya dari luar (eksternal) yang bisa dikendalikan atau dihindari dengan memakai obat tertentu dibantu pola hidup dan pola makan yang baik.
39
1) Kadar kolesterol darah Penebalan dinding dalam pembuluh darah dapat menyebabkan terjadinya sumbatan aliran darah ke otak akan terjadi serangan stroke. 2) Kadar gula darah Penderita
diabetes
mellitus
yang
disingkat
:
“DM”
kemungkinan akan mendapat serangan stroke 1,5 – 3 kali dibandingkan dengna
orang yang tidak kena DM. Seorang
penderita diabetes pada usia 50 – 60 tahun, kemungkinan akan mendapat serangan stroke 3 kali lipat dari biasanya. 3) Kebiasaan merokok Rokok dapat memicu peningkatan produksi fibrinogen, yaitu faktor penggumpalan darah yang merangsang stroke karena merokok. 4) Kebiasaan minum alcohol 5) Kebiasaan memakai obat-obatan terlarang 6) Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) 7) Penyakit jantung 8) Infeksi 9) Cidera kepala dan leher 4. Tanda-tanda Serangan Stroke a.
Berikut ini tanda-tanda serangan stroke awal yang perlu diketahui sebagai berikut:
40
1) Sering merasa kesemutan, atau geringgingan (bahasa jawa) 2) Merasa sulit berbicara, karena lidah terasa kaku, 3) Penglihatan tiba-tiba jadi kabur, atau bisa juga butasesaat. 4) Bila menulis, tulisan tidak teratur rapi (tidak karuan),bila melakukan tandatangan, bentuk tandatangannyaberubah-ubah. 5) Kalau memegang benda, benda yang dipegang terlepastanpa disadari. 6) Sulit memasukkan benang ke lobang jarum, dan jugakadangkadang sulit memasukkan kancing baju kelubangnya. 7) Kalau
memakai
sandal,
seringkali
sandal
terlepas
tanpadisadari. 8) Sulit melepaskan sandal dengan mengibaskannya, tapiharus dilepas dengan bantuan tangan. 9) Tiba-tiba lupa sesaat, misalnya lupa nama isteri/suami,atau lupa nama anak, atau iupa nama teman. 10) Kadang-kadang tekanan darah jadi tinggi. 11) Rasa nyeri di betis pada waktu berjalan. 12) Rasa pusing di kepala sesaat kemudian hilang dengan sendirinya. 13) Sakit kepala pada waktu dini hari pada saat terbangun. 14) Sakit kepala berat yang hilang bila diobati. 15) Gangguan penglihatan pada saat merrmtar leher. 16) Rasa mual, pusing dan pingsan tanpa sebab yang jelas.
41
17) Merasa bingung sejenak, kemudian hilang dengan cepat. 18) Terasa
ada
suara
mendengung
atau
mendesing
di
dalamtelinga. b.
Tanda-tanda serangan stroke susulan tersebut dapat bersifat : 1) Sesaat, artinya tanda-tanda serangan stroke susulan hanya berlangsung sebentar, hanya beberapa menit sampai dengan beberapa jam saja setelah itu tanda-tanda serangan stroke menghilang tanpa harus diobati. Bila hal ini terfadi, maka serangan stroke tersebut dinamakan serangan otak selintas atau "Transient Ischemic Attact" (TIA) dan peristiwa ini harus diwaspadai, karena serangan stroke yang sama akan terjadi lagi dalam waktu tidak terlalu lama, bisa terjadi dalam hitungan jam, hari, minggu atau beberapa bulan kemudian dan dampaknya akan lebih berat. Berhati-hatilah bila ada tanda-tanda terserang TIA. 2) Sementara, artinya tanda-tanda serangan stroke susulan berlangsung agak lama bisa lebih dari 24 jam. Tandatandanya sudah tampak jelas, sehingga dokter dengan mudah mengatakan "anda terkena stroke" dansegera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut 3) Serius, artinya tanda-tanda serangan stroke makin lama makin berat dan ini disebabkan karena adanya penyum-batan pada pembuluh darah yang menuju ke otak. Dampak yang
42
ditimbulkan kerap kali sudah menetap atau menimbulkan cacat permanen. Seperti sudah dijelaskan di muka, tandatanda serangan stroke tidak harus terjadi semua secara bersamaan, bisa hanya muncul salah satu tanda, dapat juga timbul dua atau lebih tanda-tanda serangan stroke. c.
Tanda Pasti Serangan Stroke Dan sekian banyak tanda-tanda serangan stroke baik serangan stroke awal maupun serangan stroke lanjutan, ada tanda pasti serangan stroke yang perlu diingat yaitu: TSB. Apa itu TSB? TSB adalah singkatan dari tanda-tanda pasti bahwa telah terjadi serangan stroke, yaitu : T = tangan, apabila kedua lengan tangan tidak bisa diangkat sejajar dengan bahu - tanda pasti terkena serangan stroke! S = senyum, apabila diminta tersenyum, senyum nampak miring atau muka tampak perot atau mencong - tanda pasti terkena serangan stroke! B = bicara, apabila diminta mengucapkan kalimat atau kata-kata berikut: "kering-kerontang, kurus-kering, kerupuk-keripik, kirakira, kerut-kerut....,." tidak bisa diucapkan sempurna, lidah jadi cedal atau pelo - tanda pasti terkena serangan stroke.
5. Pemeriksaan Penunjang Menurut pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan masalah stroke menurut Batticaca (2008) meliputi sebagai berikut :
43
a.
Angiografi Serebral Membantu menentukan penyebab daristroke secara specific seperti perdarahan artriovena atau rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
b.
Lumbal Pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukan adanya hemoragi pada subarachnoid atau perdarahan pada intra cranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi. Hasil likour merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecilwarna likour masih normal (xantrkrom) sewaktu hari-hari pertama.
c.
CT Scan Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan orak yang infark atau iskemia, dan posisi secara pasti. Hasil pemeriksaannya biasanya di dapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat diventrikel, atau menyebar dipermukaan otak.
d.
MRI MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi, besar dan luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya di dapatkan di daerah yang mengalami lesi dan infark akibat hemoragik.
44
e.
USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
f.
EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
g.
Pemeriksaan laboratorium 1)
Pemeriksaan darah rutin
2)
Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemi dan kemudian berangsur menurun
3)
Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelaina pada daerah itu sendiri
6. Komplikasi Penyakit Stroke Komplikasi pada penderita stroke menurut Nanda (2013): a. Dini (0-48jam) Edema serebri, defisit neurologi cenderung memberat, dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intra kranial, hibernasi dan akhirnya menimbulkan kematian b. Jangka pendek (1-14hari) 1) Pneumonia akibat immobilisasi lama 2) Infark miokard
45
3) Emboli paru, cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali terjadi pada saat penderita mulai melakukan mobilisasi. c. Jangka panjang (>14hari) 1) Stroke rekuren 2) Infark miokard C. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar 1. Pengertian mobilisasi Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehat.Setiap
orang
butuh
untuk
bergerak.Kehilangan
kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini memburuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi diperlikan untuk meningkatkan
kemandirian
diri,
meningkatkan
kesehatan,
memperlambat proses penyakit-khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Mubarok, 2007). Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas mudah dan teratur dengan tujuan memenuhi keutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006) 2. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi Mobilisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Mubarok (2007) sebagai berikut :
46
a. Gaya hidup Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilainilai yang dianut, serta lingkungan tempat tinggal ia tinggal (masyarakat, contoh sederhananya adalah wanita Jawa. Di masyarakat tempat mereka tinggal, wanita Jawa dituntut untuk berpenampilan lemah dan lembut.Selain itu, tabu bagi mereka untuk melakukan aktivitas berat). b. Ketidakmampuan Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan
aktivitas
hidup
sehari-hari.
Secara
umum,
ketidakmampuan ada dua macam, yakni ketidakmampuan primer dan sekunder. Ketidakmampuan primer disabkan oleh penyakit atau trauma (misal, paralisis akibat cangguan atau cedera pada medula spinalis). Sedangkan ketidakmampuan sekunder terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer (misal, kelemahan otot dan nitrah narung). c. Tingkat energi Energi
dibutuhkan
untuk
banyak
hal,
salah
satunya
mobilisasi.Dalam hal ini, cadangan energi yang dimiliki masingmasing individu bervariasi. Di samping itu ada kecenderungan seseorang untuk menghindari stresor guna mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.
47
d. Usia Usia
berpengaruh
terhadap
kemampuan
seseorang
dalam
melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan. 3.
Pengertian Imobilitas Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif, maksudnya, individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Ada beberapa alasan dilakukan imobilisasi menurut Mubarok (2007) antara lain : a. Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan atau terapi. Misalnya pada klien yang menjalani pembedahan atau yang mengalami cedera pada tungkai dan lengan. b. Keharusan (tidak terelakan) ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan primer, seperti penderita paralisis. c. Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup.
4.
Jenis imobilitas Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas menurut Mubarok (2007) antara lain : a. Imobilitas fisik. Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
48
b. Imobilitas intelektual. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak c. Imobilitas emosional. Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai d. Imobilitas sosial. Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit. 5.
Dampak Fisik dan Psikologis Imimobilitas Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis.Secara psikologis, imobilitas dapat menyababkan penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan konsep diri.Selain itu, kondisi juga disertai dengan ketidaksesuaian antara emosi dan situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai berikut: a. Sistem musculoskeletal Pada sistem ini, imobilitas dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti osteoporosis, arofi otot, kontraktur, dan kekakuan serta nyeri pada sendi. 1) Osteoporosis. Tanpa adanya aktivitas yang memberi beban pada
tulang,
tulang
akan
mengalami
demineralisasi
(osteoporosis. Proses ini akan menyebabkan tulang kehilangan
49
kekuatan dan kepadatannya sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah. 2) Atrofi otot. Otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya. 3) Kontraktur. Pada kondisi
imobilisasi, serabut otot tidak
mampu memendek atau memanjang. Lama-kelamaan, kondisi ini
akan
menyebabkan
kontraktur
(pemendekan
otot
permanen). Proses ini sering mengenai sendi, tendon, dan ligamen. 4) Kekakuan dan nyeri sendi. Pada kondisi imobilisasi, jaringan kolagen pada sendi dapat mengalami ankilosa. Selain itu, tulang juga akan mengalami demineralisasi yang akan menyebabkan akumulasi kalsium pada sendi yang dapat mengakibatkan kekakuan dan nyeri pada sendi. b. Eliminasi urine Masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan akibat imobilisasi antara lain: 1) Statis urine. Pada individu yang mobil, gravitasi memainkan peran yang penting dalam proses pengosongan ginjal dan kandung kemih. Sebaliknya, saat individu berada dalam posisiberbaring untuk waktu lama, gravitasi justru akan menghambat proses tersebut. Akibatnya, pengosongan urine
50
menjadi terhambat, dan terjadilah statis urine (terhentinya atau terhambatnya aliran urine). 2) Batu
ginjal.
Pada
kondisi
imobilisasi,
terjadi
ketidakseimbangan antara kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium. Akibatnya, urine menjadi lebih basa dan garam kalsium mempresentasi terbentuknya batu ginjal. Pada posisi horisontal akibat imobilisasi, ginjal yang terisi urine basa menjadi tempat yang ideal untuk pembentukan batu ginjal. 3) Retensi urine. Kondisi imobilisasi menyulitkan upaya seseorang untuk melemaskan otot perineum pada saat berkemih. Selain itu penurunan tonus otot kandung kemih juga menghambat kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara tuntas. 4) Infeksi perkemihan. Urine yang statis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Selain itu, sifat urine yang basa akibat hiperkalsiuria juga mendukung proses tersebut. Organisme yang umumnya menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli. c. Gastrointestinal Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga fungsi sistem pencernaan, yaitu fungsi ingesti, digesti, eleminasi.Dalam hal ini, masalah yang umum ditemui salah satunya adalah konstipasi.Konstipasi
51
terjadi akibat penurunan peristalsis dan motilitas usus. Jika konstipasi terus berlanjut, feses akan menjadi sangat keras dan diperlukan upaya yang kuat untuk mengeluarkan. d. Respirasi 1) Penurunan gerak pernafasan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot, atau karena jarangnya otot-otot tersebut digunakan; obat-obat tertentu (misal., sedatif dan analgesik) dapat pula menyebabkan kondisi ini. 2) Penumpukan
sekret.
Normalnya
sekret
pada
saluran
pernafasan dikeluarkan dengan perubahan posisi atau postur tubuh, srta dengan batuk. Pada kondisi imobolisasi, sekret terkumpul pada jalan napas akibat gravitasi sehingga mengganggu proses difusi oksigen dan karbon dioksida di alveoli. Selain itu, upaya batuk untuk mengeluarkan sekret juga
terhambat
karena
melemahnya
tonus
otot-otot
pernapasan. 3) Xtelektasis. Pada kondisi tirh baring (imobilisasi), perubahan aliran darah regional dapat menurunkan produksi surfaktan. Kondisi ini, ditambah dengan sumbatan sekret pada jalan napas, dapat mengakibatkan atelektasis.
52
e. Sistem kardiovaskular 1) Hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik terjadi karena sistem saraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh sewaktu individu bangun dari posisi berbaring dalam waktu yang lama. 2) Pembentukan trobus. Trombus atau massa padat darah yang terbentuk di jantung atau pembuluh darah biasanya disebabkan oleh tiga faktor, yakni gangguan aliran balik vena menuju kantung, hiperkoagulabilitas darah. Jika trombus lepas dari dinding pembuluh darah dan masuk ke sirkulasi disebut sebagai embolus. 3) Edema dependen. Edema dependen biasa terjadi di area-area yang menggantung seperti kaki dan tungkai bawah pada individu yang sering duduk berjuntai di kursi. f. Metabolisme dan nutrisi 1) Penurunan laju metabolisme. Pada kondisi imobilisasi, laju metabolisme basal, motilitas usus, serta sekresi kelenjar digestif menurun seiring dengan penurunan kebutuhan energi tubuh. 2) Balans nitrogen negatif. Pada kondisi imobilisasi, terdapat ketidakseimbangan antara proses anabolisme dan katabolisme protein.
Dalam
anabolisme.
hal
ini,
proses
katabolisme
melibihi
53
3) Anoreksia. Penurunan nafsu makan (anoreksia) biasanya terjadi akibat penurunan laju metabolisme dan peningkatan katabolisme yang kerap menyertai kondisi imobilisasi. g. Sistem integumen 1) Turgor kulit menurun. Kulit dapat mengalami atropi akibat imobilitas yang lama. Pada akhirnya kondisi ini akan menyebabkan penurunan elastisitas kulit. 2) Kerusakan kulit. Kondisi imobilitas mengganggu sirkulasi dan suplai nutrien menuju area tertentu. Ini mengakibatkan iskemia dan nekrotis jaringan superfisial
yang dapat
menimbulkan ulkus dekubitus. h. Sistem neurosensorik Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input sensorik, menimbulkan perasaan lelah, tritabel, persepsi tidak realistis, dan mudah bingung.
6.
Tingkat Immobilitas Tingkatan imobilitas bervariasi, diantaranya adalah: a. Imobilitas komplet. Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan tindakan kesadaraan. b. Imobilitas parsial. Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur, misalnya fraktur ekstremitas bawah (kaki).
54
c. Imobilitas karena alasan pengobatan. Imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan pernapasan dan jantung. Pada kondisi tirah baring (bedrest) urat, klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi. Akan tetapi, pada tirah baring bukan total, klien masih diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi. Keuntungan dari tirah baring antara lain mengurangi kebutuhan oksigen sel-sel tubuh, menyalurkan sumber energi untuk proses penyembuhan dan dapat mengurangi respons nyeri.
55
D. Pathway
56
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain Penulisan Karya studi kasus ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan mengggunaka model family centre nursing freidman yaitu dengan pengkajian, interpretasi data, menetapkan diagnosa, tindakan segera untuk diagnosa potensial, rencana asuhan keperawatan, implementasi asuhan keperawatan dan evaluasi yang efektif untuk asuhan keperawatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan selama …x 24 jam antara bulan Maret sampai dengan Mei 2014 di desa triyagan kecamatan mojolaban
C. Subjek Studi Kasus Subjek studi kasus ini adalah keluarga dan pasien stroke dengan gangguan mobilisasi
D. Instrumen Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data berupa format pengkajian keluarga yang menggunakan teory model family centre nursing fredman. Penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan teoritis, teori dan konsep diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan-tahapan yang
57
meliputi pengkajian, diagnosa keperawata, perencanaan, implesentasi dan evaluasi keperawatan.
E. Teknik pengumpulan Data Pengumpulan data didapatkan, guna pembahasan lebih lanjut dalam hal ini penulis menggunakan beberapa metode, antara lain : 1. Observasi Partisivasi Penulis mengadakan pengamatan secara langsung pada keluarga dengan menggunakan panca indera. Teknik pengumpulan data secara observasi partisipasi digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan anggota keluarga, pola kebiasaan keluarga, keadaan lingkungan dan sebagainya. 2. Wawancara Penulis melakukan tanya jawab kepada anggota keluarganya serta pasien yang bersangkutan. 3. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan catatan keperawatan pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. 4. Metode Pemecahan Masalah Pemecahaan masalah yang digunakan penulis menggunakan proses asuhan keperawatan keluarga yang meliputi pengkajian,penegakkan
58
diagnosa keperawatan, perencanan tindakan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
59
BAB IV RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Pengkajian (Assessment) Tangal pengkajian : 08 Juni 2014 Jam pengkajian 1.
: 15.20 WIB
Data Umum a.
Identitas kepala keluarga 1) Nama kepala keluarga (KK)
: Ny.S
2) Umur
: 56 Tahun
3) Pekerjaan kepala keluarga
: Ibu Rumah Tangga
4) Pendidikan kepala keluarga
: SLTA
5) Alamat dan nomor telepon
: Triyagan 02 / 06 Mojolaban Sukoharjo
b.
Komposisi anggota keluarga Nama
Umur
Sex
Ny.S
56th
P
Hub dengan Pendidikan KK Kepala SLTA Keluarga
Pekerjaan IRT
60
c.
Genogram
Laki-laki
:
Perempuan
:
Meninggal dunia
:
Tinggal serumah
:
Pasien yang diidentifikasi
:
Kawin
:
d.
Tipe keluarga : Single Parent
e.
Suku bangsa
...............
Keluarga Ny.S merupakan keluarga yang bersuku jawa, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa f.
Agama Keluarga Ny.S beragama Islam dan seluruh anggota keluarganya menjalankan sholat lima waktu.
61
g.
Status sosial ekonomi keluarga Penghasilan keluarga Ny.S diperoleh dari anak dan gaji pensiun suaminya. Penghasilan rata-rata sebulan Rp. 900.000,- Barang yang dimiliki keluarga dirumah seperti motor, kulkas, televisi, kipas angin, dan perabotan dapur lainnya.
h.
Aktivitas rekreasi keluarga Keluarga jarang melakukan rekreasi bersama dengan keluarga . kebiasaan kumpul bersama biasanya keluarga lakukan pada malam hari dengan menonton TV atau hanya sekedar ngobrol.
2.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a.
Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga Ny.S saat ini termasuk tahap VIII, keluarga dalam masa lansia
b.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tidak ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c.
Riwayat keluarga inti Ny. S dan Tn.K Menikah sudah 30 tahun, Tn.K sudah meninggal kurang lebih 6 tahun yang lalu karena kecelakaan dan sekarang Ny.S berstatus sebagai janda. Tidak ada penyakit keturunan yang dibawa oleh orangtua dari Ny.S maupun dari Tn.K. Saat ini Ny.S sedang menderita stroke dan mengalami hambatan mobilitas fisik.
62
d.
Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri) Orangtua Tn.K dan Ny.S tidak ada yang penyakit menular. Ny.S masih memiliki ibu yang sekarang sudah lansia sedangkan orangtua Tn.K sudah meninggal.
3.
Lingkungan a.
Karakteristik rumah. Rumah yang dihuni Ny.S merupakan rumah milik pribadi, berukuran 1585 m2 dengan bangunan permanen yang terdiri dari ruang tamu, 3 tempat tidur, ruang keluarga bila ada saudara yang datang dan menjadi tempat berkumpul setiap harinya, warung, dapur, kamar mandi dan WC. Jarak septic tank ke sumber air lebih dari 10 meter, kondisi WC bersih dengan model WC duduk, lantai terbuat dari keramik, bangunan rumah permanen, sirkulasi udara didapatkan dari pintu dan jendela. Keluarga memiliki halaman yang cukup luas, sampah rumah tangga dan sampah daun biasanya dikumpulkan dibelakangrumah dan dibakar, kebersihan rumah cukup, sumber air diperoleh dari sumur gali, airnya bersih bening dan tidak berbau. Kondisi selokan bersih, tidak ada genangan dan tidak berbau.
b.
Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal. Keluarga Ny.S tinggal di daerah pedesaan yang mayoritas bersuku jawa. Lingkungan tetangga cukup akrab dan saling tolong menolong bila ada kesusahan.
63
c.
Mobilitas geografis keluarga. Keluarga Ny.S mengatakan tidak pernah pindah tempat tinggal sejak menikah.
d.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Keluarga Ny.S cukup aktif dalam mengikuti perkumpulan, dua kali seminggu Ny.S mengikuti pengajian dimasjid, arisan 1 minggu sekali dan 1 bulan sekali juga di ikuti oleh Ny.S.
e.
Sistem pendukung keluarga. Keluarga Ny.S bila ada masalah biasanya dibantu keluarga yang lain, orangtua atau tetangga yang dekat dengan meminjam uang untuk kepeluan berobat.
4.
Struktur Keluarga a.
Pola komunikasi keluarga Interaksi dengan keluarga yang tinggal serumah hampir setiap hari , namun untuk berinterksi dengan anak yang sudah rumah sendiri biasanya hanya via telepon saja.
b.
Struktur kekuatan keluarga Keluarga Ny.S saling memberi dukungan bila ada masalah selalu mencari jalan keluar secara bersama sama. Ny.S memiliki ASKES yang digunakan untuk berobat.
64
c.
Struktur peran Ny.S sebagai kepala keluarga karena Tn.K sudah meninggal, dan anak anaknya sudah menjadi kepala keluarga di keluarganya masing masing.
d.
Nilai dan norma keluarga Keluarga Ny.S selalu menerapkan nilia-nilai agama kepada setiap anggota keluarganya seperti ngaji sholat zakat dan puasa saat bulan Ramadhan. Bila pergi harus memberitahu atau meninggalkan pesan dan meninggalkan kunci ditempat yang sudah biasanya diletakan.
5.
Fungsi Keluarga a.
Fungsi afektif. Anggota keluarga Ny.S saling menyayangi satu sama lain, saling menghargai satu sama lain, Keluarga Ny.S ikut bersedih bila ada anggota kelurga yang kesulitan atau meninggal.
b.
Fungsi sosialisasi. Ny.S sudah terbiasa untuk bersosialisasi dan mengikuti perkumpulan yang ada di desa
c.
Fungsi perawatan kesehatan. 1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Dari pengkajian keluarga Ny.S mengetahui bahwa Ny.S sakit stroke dan mengalami hambatan mobilitas pada kaki kirinya. Saat ditanyakan keluarga tidak mengerti definisi penyebab dan dampak dari hambatan mobilitas fisik. Anak Ny.S mengataka saat ini tidak
65
megetahui makanan apa saja yang menjadi pantangan pada penderita stroke. 2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan Keluarga Ny.S mampu mengambil keputusan untuk membelikan alat bantu (walker) untuk Ny.S karena kaki kirinya masih belum bisa untuk berjalan secara normal. 3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Ny.S mengatakan kakinya kirinya terasa kaku dan berat untuk digerakan. Anak Ny.S mengatakan tidak mengerti cara melakukan latihan fisik kepada ibunya agar ibunya cepat berjalan normal. Anak Ny.S juga mengatakan memberikan makanan kepada ibunya tidak ada pantangan apapun. Anak Ny.S tidak mengontrolkan tekanan darah Ny.S secara rutin. 4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkunan Anak Ny.S mengatakan lingkungan rumah yang luas dan jarak kamar Ny.S kekamar mandi lumayan jauh dengan lantai yang licin
beresiko
cedera
pada
Ny.S
yang
masih
berjalan
menggunakan walker. Penerangan rumah cukup da ventilasinya bagus. 5) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan Ny.S mengatakan jarang mengkontrolkan tekanan darahnya kepelayanan kesehatan terdekat. Saat ini Ny.S hanya kontrol tiap sebulan sekali ke dokter praktek yang agak jauh dari rumah.
66
d.
Fungsi ekonomi Penghasilan Ny.S didapatkan dari pensiunan suaminya yang digunakan untuk membeli kebutuhan makan sehari hari, memberi uang jajan cucu, membayar arisan dan membayar dana sosial ketika ada yang sakit punya hajat atau orang meninggal. Keluarga tidak memiliki tabungan khusus kesehatan. Ny.S tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga dirumah.
e.
Fungsi biologi Keluarga memiliki kebiasaan mandi 2 kali gosok gigi 2 kali dan keramas 3 hari sekali. Menurut Ny.S di keluarganya biasa makan 3 kali sehai dengan nasi sayur dan lauk seadanya. Ny.S mengatakan tidak pernah tidutr siang, tidur malam jam 8 namun sering terbangun dimalam hari dan tidak bias tidur lagi.
f.
Fungsi psikologis Ny.S menegatakn dalam keluarganya jarang ada keributan yang berarti dan bila ada masalah selalu di bicarakan bersama.
6.
Stress dan Koping Keluarga a.
Streessor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga. Stresor jangka pendek Keluarga Ny.S saat ini adalah masalah Ny.S yang belum bisa berjalan dan masalah keuangan untuk berobat. Sedangkan stresor jangka panjang yang dialami ibu S yang takut
67
kalau tidak sampai umur bertemu dengan anaknya yang sedang berada diluar jawa b.
Respon keluarga terhadap stress. Upaya Ny.S biasanya dengan cara mendengarkan siaran pengajian di radio, sholat berdoa dan pasrah sama Allah. Hasil yang diperoleh Ny.S merasa lebih lega setelah sholat dan berdoa.
c.
Strategi koping yang dugunakan. Kalau tidak menemukan jalan keluar Ny.S biasanya cerita dengan anaknya untuk mengurangi beban. Biasanya lebih nyaman setelah berkomunikasi dengan anak anaknya
7.
Pemeriksaan Fisik Aspek Tensi(mmHg) TB & BB
Ny.S 170/100 155cm, 58 kg o Suhu ( C) 36.5 Nadi (x/menit) 80 Rambut / Kepala Normal, bersih, rambut ikal beruban Mata, hidung, mulut, Membaca dengan alat bantu kacamata, mata tenggorokan, telinga simetris, tidak ditemui gangguan pada telinga,mulut, dan gigi ada yang berlubang pada geraham, tenggorokan normal Leher Kalau lagi pusing banget leher terasa cengeng, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Dada Jantung : Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak Perkusi :Tidak ada pelebaran batas jantung Palpasi : Ictus Cordis teraba pada intercosta ke 4 Auskultasi : Bunyi jantung I, II murni Paru Inspeksi : Tidak ada retraksi tulang iga, pengembangan dada kanan=kiri Perkusi : sonor dilapang paru Palpasi : Fremitus raba normal
68
Abdomen
Ekstremitas
Auskultasi : Suara nafas vesikuler Inspeksi : Tidak ada lesi, perut sedikit membuncit. Auskultasi : Bising usus 10x/ menit Perkusi : tympani Palpasi : Tidak ada pembengkakan hepar tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan Pada ekstremitas atas tidak ada gangguan pergerakan, kekuatan otot 5 dan bisa digunakan untuk beraktivitas Pada ekstremitas bawah pada kaki kanan pergerakan normal pada kaki kiri terjadi gangguan pergerakan,kaku dan tidak bisa untuk jalan, kekuatan otot 2 gerakan otot penuh digerakan dengan batuan topangan, ROM aktif pasif 5 5 5
Genetalia
2
Tidak ada gangguan pada genetalia
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik , dapat disimpulkan adanya hambatan mobilitas fisik pada ekstremitas bawah kiri pada Ny.S dengan skala kekuatan otot 2 dan ROM aktif pasif 8.
Keluhan Saat Ini Ny.S mengatakan kaki kirinya yang masih terasa kaku belum bisa digunakan untuk berjalan normal seperti sebelumnya. Ny.S ingin segera sembuh dan bias beraktivitas mandiri dan tidak merepotkan orang lain. Saat ini Ny.S masih menggunakan walker untuk berjalan.
9.
Harapan Keluarga Keluarga berharap petugas dapat membantu mengurangi masalah kesehatan yang terjadi pada Ny.S dan berharap Ny.S segera sembuh dan dapat berjalan normal seperti sebelumnya.
69
B. Analisa Data No Data 1a
DS : Anak Ny.S mengatakan ibunya mengalami hambatan mobilitas fisik karena stroke yang diderita dan belum mengetahui definisi, penyebab dan dampak dari hambatan mobilitas fisik Ny.S mengatakan kaki kirinya terasa kaku dan berat jika digerakan Ny.S mengatakan aktivitasnya dibantu anaknya DO : keluarga Ny.S tampak bingung waktu ditanya tentang pengertian dampak penyebab hambatan mobilitas fisik pada Ny.S
Etiologi
Problem
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Hambatan mobilitas fisik
70
kekuatan otot pada kaki kiri 2 5 5 5 2 tampak Ny.S masih dalam posisi berbaring DS : Ny. S mengatakan kakinya yang masih terasa kaku belum bisa digunakan untuk berjalan Anak Ny .S mengatakan tidak mengerti cara melakukan latihan fisik dirumah dan hanya memberikan obat kemudian menyuruh ibunya istirahat. Ny.S mengatakan saat ini menggunakan alat bantu walker untuk membantu jalan Anak Ny.S mengatakan tidak mengetahui makanan yang menjadi
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
71
pantangan untuk Ny.S DO : Anak Ny.S tidak mampu memperagakan cara melatih gerak fisik pada kaki ibunya Ny.S tampak dibantu anaknya untuk berjalan ke kamar mandi
72
C. Penrencanaan Diagnosa Keperawatan Gangguan mobilisasi pada keluarga Ny.S khususnya Ny.S berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Tujuan
Kriteria Evaluai
Standar Evaluasi
Rencana Tindakan
Tujuan Umum : Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 4 minggu tidak terjadi gangguan mobilisasi pada Ny.S
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 45 menit, keluarga mampu : 1. Mengenal masalah a. Menjelaskan tentang pegertian stroke
Respon verbal
Stroke adalah kerusakan
jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba
Lakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga Ny.S tentang definisi stoke dan hambatan mobilitas fsik
73
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah
b. Menjelaskan kembali pengertian hambatan mobilitas fisik
c. Menjelaskan kembali penyebab dari hambatan mobilitas fisik
Penyebab hambatan mobilitas fisik adalah gaya hidup, ketidakmampuan, usia, dan tingkat energy, gangguan meuromuskuler.
d. Menjelaskan dampak dari hambatan mobilitas fisik
Dampak dari hambatan mobilitas fisik : osteoporosis, atrofi otot, kontraktur otot (pemendekan otot), kekekuan , nyeri sendi bahkan kelumpuhan total
2. Merawat Ny.S yang mengalami hambatan mobilitas fisik
Respon verbal Psikootor Afektif
Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali definisi stroke dan dampak dari hambatan mobilitas fisik Berikan reinforcement positif bila keluarga sudah mengerti Lakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya
Keluarga dapat merawat Ny.S Gali pengetahuan keluarga yang mengalami hambatan dalam mengatasi hambatan mobilitas fisik dengan mobilitas fisik pada Ny.S melatih gerak secara rutin Diskusikan tentang perawatan yang sudah dilakukan Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali cara melatih gerak yang Ajarkan keluarga tentang cara sudah diajarkan dengan benar melakukan latihan gerak fisik
74
yang bisa dilakukan dirumah dengan benar Beri kesempatan keluarga mendemonstrasikan ulang beberapa tahap yang sudah diajarkan Beri reinforcement positif atas demonstrasi yang sudah dilakukan Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum dimengerti
75
D. Implementasi Tanggal
Dx
Selasa, 1a 10 Juni 2014 15.30
Implementasi
Respon
Melakukan pengukuran tekanan darah
Tekanan darah 170/100mmHg
Melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga Ny.S tentang pengertian stroke dan definisi penyebab, dampak dari hambatan mobilitas fisik Menanyakan kepada keluarga mengenai hal-hal yang belum dimengerti
Keluarga tampak antusias dalam mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan
Memotivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali definisi dari hambatan mobilitas fisik
Paraf
Rd
Keluarga menanyakan ulang tentang dampak dari hambatan mobilitas fisik Keluarga mampu mengungkapkan kembali definisi mobilitas fisik dengan kata-katanya sendiri
Memberikan reinforcement positif bila keluarga sudah mengerti Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya Kamis 1b 12 juni 2014 18.30
Melakukan pengukuran tekanan darah Mendiskusikan tentang perawatan yang sudah dilakukan
Menganjurkan keluarga memberikan makanan dengan rendah garam, mengurangu yang berlemak dan terlalu manis Memberikan reinforcement positif atas tindakan yang sudah dilakukan Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya
Tekanan darah 160/90 Keluarga mengatakan perawatan pada Ny.S adalah dengan membantu dalam pemenuhan kebutuhan Ny.S dan memberikan obat sesuai dosis Keluarga mengerti dan akan melakukan apa yang sudah dianjurkan
Rd
76
Sabtu 1b 14 juni 2014
E. Evaluasi Tanggal 15 juni 2014
Mengingatkan tentang kontrak yang sudah dilakukan sebelumnya Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan Mengajarkan keluarga cara melatih gerak fisik pada Ny.S
Keluarga mengerti dan menyetujui Keluarga antusias dan memperhatikan setiap tahap yang diajarkan
Memberikan kesempatan keluarga mempraktekan cara yang sudah diajarkan
Keluarga mempu mempraktekan cara latihan gerak fisik dengan bantuan
Memberikan pujian positif karena keluarga sudah mampu mempraktekan cara latihan gerak fisik
Respon keluarga baik
Dx 1a
Evaluasi S : Keluarga Ny.S mengatakan sudah mengerti tentang pengertia stoke dan definisi penyebab dampak dari hambatan mobilitas fisik O : Keluarga mampu menjawab saat ditanyakan kembali tentang definisi penyebab dan dampak dari hambatan mobilitas fisik A : keluarga mampu mengenal masalah kesehatan P : intervensi dihentikan
1b
S : keluarga mengatakan sekarang sudah mulai melatih Ny.S gerak fisik dirumah, keluarga mengatakan sudah mengurangi makanan yang berlemak, manis dan memperbanyak sayur serta buah-buahan O : keluarga mampu melatih gerak fisik pada Ny.S tampak sedikit gerakan jari-jari kaki Ny.S A : keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit P : Menganjurka keluarga untuk tetap melakukan latihan gerak fisik secara rutin Menganjurkan keluarga untuk memantau tekanan darah Ny.S
Rd
77
F. Pembahasan Pada bab ini, akan dibahas tentang pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Ny.S dengan gangguan mobilisasi akibat stroke di Triyagan Mojolaban Sukoharjo 1.
Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan tahap pengumpulan data yang sistematia. (Widuri 2010) Dalam proses pengkajian pada keluarga Ny.S didapatkan data dengan teknik wawancara dan observasi langsung dengan keluarga Ny.S. teknik tersebut sesuai seperti yang diungkapkan dalam Padila (2012) Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil data secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan metode wawancara, observasi terhadap seluruh anggota keluarga. Dari proses pengkajian pada keluarga Ny.S didapatkan data yaitu Ny.S menderita stroke sejak 1 bulan yang lalu. Saat ini pasien mengalami kelumpuhan pada kaki kirinya yang terjadi akibat stroke yang diderita oleh Ny.S dimana menurut Lingga (2013) kelumpuhan adalah cacat paling umum yang dialami oleh penderita stroke dan kelumpuhan dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, mulai dari wajah, tangan, kaki, ladah dan tenggorokan. Hilangnya fungsi otak pada lobus frontalis berupa homunculus motorik, dari hemsfer sampai lateral, kemudian jaras turun melalui subkortek ke kapsula interna untuk wilayah kaki dan tangan dan kalau daerah arteri lenticulo striata cabana arteri serebri media maka geala
78
yang didapatka adalah kelumpuhan pada kaki dan tangan. (Rasyid 2007). Saat keluarga ditanya tentang pengertian hambatan mobilitas fisik yang dialami Ny.S, keluarga tampak bingung dan mengatakan tidak mengetahui pengertiannya. Keluarga hanya mengetahui bahwa penyebab stroke adalah tekanan darah yang tinggi. Tekanan darah yang Ny.S pada saat dikaji adalah 170/100 mmHg. Sekitar 40-90 % stroke dialami oleh penderita hipertensi adalah kondisi yang rawan terhadap stroke. (Lingga, 2013) Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu periode denan tekanan darah melebihi 140/90 mmHg (Udjianti, 2010). Dan penderita hipertensi memiliki resiko 4 sampai 6 kali lebih tinggi terkena stroke dibandingkan yang bukan penderita stroke (Lingga, 2013) selain itu juga ada faktor pencetus lain seperti faktor usia lanjut, stress, dan kelelahan. Ny.S berjenis kelamin perempuan berusia 56 tahun, dimana menurut Auryn (2007) usia diatas 45 tahun, stroke paling banyak terjadi karena terdapat aterosklerosis atau mengerasnya pembuluh darah pada otak. Pada saat dilakukan pengkajian tentang perawatan yang sudah diberikan keluarga mengatakan tidak ada perawatan khusus yang dilakukan. Keluarga Ny.S mengatakan setiap harinya membantu Ny.S dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti makan mandi dan buang air. Keluarga Ny.S mengatakan tidak pernah melakukan latihan gerak fisik karena tidak mengerti cara melakukan latihan fisik pada Ny.S. latihan gerak fisik adalah latihan gerakan pada anggota tubuh yang lumpuh untuk
79
membantu proses penyembuhan, tentunya tindakan ini hars dilakukan sesering mungkin agar tidak terjadi komplikasi. Menurut Wardhana (2011) kelumpuhan ringan saat anggota tubuh tidak bisa digerakan dan terasa berat disebut hemiparesis yang bias dilatih berfungsi kembali dengan latihan gerak fisik secara rutin 2.
Diagnosa Keperawatan Setelah dilakukan pengkajian selanjutnya dianalisis untuk dapat dilakukan perumusan diagnosa keperawatan. Menurut Achyar, (2012) diagnose keperawatan disusun berdasarkan jenis diagnosis seperti diagnosis sehat (wellnes), diagnosis ancaman (risiko), atau diagnosis actual (gangguan). Menurut Padila (2012) Diagnosa keperawatan keluarga disusun berdasarkan masalah keperawatan yang didapat dari data – data pada pengkajian yang berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data – data pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi, dan simptom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan lima tugas keluarga. Dalam kasus Ny.S problem yang dialami adalah hambatan mobilitas fisik dimana defnisi dari hambatan mobilitas fisik dalam klasifikasi NANDA 2012-2014 adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah dengan batasan karakteristik perubahan cara berjalan, keterbatasan
kemampuan
melakukan
ketrampilan
motorik
kasar,
penurunan kekuatan otot, pergerakan lambat (Herdman 2013). Batasan
80
karaterstik tersebut sesuai dengan yang dialami oleh Ny.S didukung dengan data subyektif keluarga mengatakan Ny.S mengalami hambatan mobilitas fisik dan mengatakan kakinya terasa kaku dan berat untuk digerakan, juga terdapat penurunan kekuatan otot 2 pada kaki kirinya. Saat ini Ny.S masih menggunakan walker untuk berjalan dalam jarak dekat. Maka diagnose yang diambil sudah sesuai dengan teori yang terdapat dalam klasifikasi NANDA 2012-2014. Berdasarkan pengkajian didapatkan dua etiologi. Etiologi yang ditemukan
penulis
ketidakmampuan
menemukan
keluarga
dua
mengenal
etiologi. masalah
Etiologi
pertama
kesehatan
penulis
mengambil etiologi tersebut karena dalam pengkajian data subyektif keluarga tidak mengetahui definisi, penyebab dan dampak dari hambatan mobilitas fisik. Keluarga dikatakan mengenal masalah kesehatan apabila keluarga mampu mengetahui presepsi keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab serta persepsi keluarga terhadap masalah (Achyar 2012). Sedangkan etiologi yang kedua ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Etiologi tersebut karena dalam pengkajian data subyektif keluarga mengatakan kurang tahu perawatan yang dibutuhkan oleh klien. Keluarga dikatakan mampu merawat anggota keluarga yang sakit jika keluarga mampu memenuhi perawata yang dibutuhkan, mampu mengetahi keadaan sakit. Penggunaan diagnosa sesuai dengan teori diatas.
81
3.
Perencanaan Menurut Padila (2012) perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur measurable, dapat dicapai achievable, rasional dan menunjukkan waktu (SMART). Tujuan umum merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya dimana masalah (problem) digunakan utuk merumuskan tujuan akhir (Gusti, 2013). Tujuan umum dtetapkan waktu kunjungan selama 4 minggu diharapkan masalah hambatan mobilisasi dapat teratasi. Tujuan khusus merupakan pernyataan yang lebih spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan dimana penyebab atau etiologi digunakan untuk merumuskan (Gusti, 2013). Tujuan khusus yang pertama adalah keluarga mampu mengenal masalah kesehatan terutama hambatan mobilitas fisik yang dialami Ny.S. Mampu menyebutkan definisi, dampak dan penyebab dari hambatan mobilitas fisik. Kemudian ditetapkan kriteria respon verbal berupa pernyataan yang spesifik tentang hasil yang diharapkan. Menurut Gusti (2013) kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan, penulis menggunakan kriteria respon verbal ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi dan saran kepada keluarga. Standar menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk membandingkan bahwa prilaku yang menjadi tujuan tindakan
82
keperawatan telah tercapai. Dalam kasus ini standar yang akan digunaka yaitu pengertian, penyebab dan dampak dari hamnatan mobilitas fisik. Hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah yang dikutip oleh Herdman (2013) dalam klasifikasi NANDA 2012-2014, Penyebab hambatan mobilitas fisik : gaya hidup, ketidakmampuan, usia, dan tingkat energi sedangkan dampak apabila kondisi hambatan mobilitas tidak ditangani dengan benar : osteoporosis, atrofi otot, kontraktur otot (pemendekan otot), kekekuan , nyeri sendi bahkan kelumpuhan total (Lingga 2013). Rencana keperawatan TUK I melakukan pendidikan kesehatan mengenai hambatan mobilitas fisik dengan media laptop leaflet dan gambar untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang hambatan mobilitas fisik. Menurut Setiawati (2010) pendidikan kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran, memberikan dan meningkatkan pengetahuan tentang
pemeliharaan
kesehatan,
peningkatan
kesehatan
individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Kemudian memberikan kesempatan keluarga untuk mengutarakan kembali apa yang sudah dilakukan sebagai evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan. Yang terakhir berikan pujian yang rasional kepada keluarga bila mampu menjawab dengan benar Tujuan khusus yang kedua yaitu mampu merawat anggota keluarga yang sakit dan disini adalah Ny.S yang menderita hambatan mobilitas fisik akibat stroke dimana dari data subyektif keluarga tidak mengetahui
83
bagaimana cara melakukan latihan gerak fisik. Dimana rehabilitasi pada pasien pasca stroke bisa dilakukan dengan cara latihan gerak fisik baik secara aktif maupun pasif. Hal ini sangat penting untuk mencegah atropi otot pada anggota geraknya, mencegah kekakuan dan mempercepat proses penyembuhan (Lingga, 2013). Maka rencana keperawatan TUK II diskusikan dengan keluarga cara yang pernah dilakukan keluarga untuk menangani masalah kesehatan, ajarkan keluarga cara melakukan latihan gerak pada Ny.S, beri kesempatan kepada keluarga untuk mengulang lagi cara yang sudah diajarkan sebagai evaluasi bahwa keluarga sudah mampu melakukannya. Yang terakhir berikan reinforcement positif apabila keluarga mampu mendemostrasikan ulang cara yang sudah diajarkan. Rencana keperawatan digunakan sesuai teori diatas tetapi penulis menambah 1 kolom untuk etiologi yang berbeda tetapi masih dalam satu masalah yang sama. 4.
Implementasi Implementasi merupakan langkah yang selanjutnya dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah pada keluarga dan memandirikan keluarga Achyar (2012). Implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya Padila (2012). Implementasi TUK I, implementasi mulai dilakukan pada hari selasa tanggal 10 juni 2014 jam 15.30 WIB. Implementasi yang dilakukan pendidikan kesehatan tentang definisi, faktor penyebab dan dampak dari
84
hambatan
mobilitas
fisik.
Pendidikan
kesehatan
dilakukan
guna
meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai gangguan mobilisasi yang diderita Ny.S seperti menurut Setiawati (2010) pendidikan kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran, memberikan dan meningkatkan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Menurut Setiawati (2010) ceramah adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, dan informasi baru terhadap sasaran yang diinginkan. Dengan menggunakan media laptop leaflet dan gambar. Setiawati (2010) menjelaskan bahwa media adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi dari suatu informasi yang diajarkan. Dengan evaluasi verbal keluarga mengatakan mengerti tentang definisi hambatan mobilitas fisik. Meminta keluarga menyebutkan kembali definisi dari hambatan mobilitas fisik. Anak Ny.S mengatakan hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan gerak pada alat gerak Memberikan pujian atas jawaban yang benar dan yang terakhir malakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya. Implementasi TUK II dilakukan pada tanggal 12 dan 14 juni 2014. Implementasi yang dilakukan adalah diskusi tentang perawatan yang sudah diberikan untuk mengetahui tindakan yang sudah keluarga lakukan untuk mengatasi hambatan mobilitas pada Ny.S, dalam Setiowati (2010) diskusi adalah salah satu metode dengan menekankan proses pengajaran dua arah yang ditujukan untuk memecahkan masalah dalam bentuk
85
pernyataan maupun pertanyaan. Menberikan reinforcement positif karena tindakan membantu pemenuhan kebutuhan Ny.S dan memberikan obat sesuai dosis dalah tindakan yang benar. Kemudian menjelaskan tentang cara melakukan latihan gerak untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik pada Ny.S. Rehabilitasi pada pasien pasca stroke bisa dilakukan dengan cara latihan fisik baik secara aktif maupun pasif. Hal ini sangat penting untuk mencegah atropi otot pada anggota geraknya, mencegah kekakuan dan mempercepat proses penyembuhan (Lingga, 2013). Mengajarkan keluarga cara melakukan latihan gerak fisik pada Ny.S. Memberikan kesempatan keluarga untuk mempraktekan kembali cara yang sudah diajarkan sebagai evaluasi atas tindakan yang sudah diberikan.memberikan pujian positif karena keluarga mampu mempraktekan ulang cara latihan gerak fisik dengan bantuan. 5.
Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawata yang terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatakan informasi tentang efektivitas pengambilan keputusan. Pengukran efektivitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga, didokumentasikan dalam SOAP (Subyektif Obyektif Analysis Planning) Achyar (2012)
86
Dalam kasus ini digunakan proses evaluasi formatif karena evaluasi dilakukan 1 kali kunjungan dan akan dilakukan evaluasi untuk mengetahui perubahan kognitif dan psikomotor dari keluarga Ny.S Evaluasi dari hasil pelaksanaan implementasi TUK I pada keluarga Ny.S dilakukan pada tanggal tanggal 15 juni 2014 jam 16.00 WIB Keluarga Ny.S mengatakan sudah mengerti tentang definisi penyebab dan dampak dari gangguan mobilisasi. Respon keluarga bagus keluarga tampak antusias mengikuti peyuluhan dan
Keluarga Ny. S mampu
menjawab tentang pengertian penyebab dan dampak dari hambatan mobilitas fisik. Respon tersebut sesuai dengan tujuan khusus 1 pada perencanaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa intervensi yang dilakukan pada keluarga Ny.S berhasil Evaluasi dari hasil implementasi TUK II pada keluarga Ny.S dilakukan tanggal 15 juni 2014. Keluarga mengatakan akan melakukan cara yang sudah diajarkan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan. Rencana tindak lanjut untuk melaksanakan asuhan keperawatan supaya jelas perlu dilakukan kunjungan ulang untuk : a.
Keluarga Ny.S mampu melakukan latihan gerak secara mandiri kepada Ny.S agar Ny.S dapat berjalan kembali.
b.
Mampu merawat dengan benar anggota keluarga yang sakit.
87
c.
Keluarga Ny.S mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk memantau kondisi Ny.S
88
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan studi kasus keperawatan pada keluarga Ny.S dengan gangguan kebutuhan mobilisasi akibat stroke , maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengkajian Hasil pengkajian didapatkan data yaitu Ny.S menderita Stroke sejak 1 bulan yang lalu. Saat ini pasien mengalami kelumpuhan pada kaki kirinya yang terjadi akibat stroke yang diderita oleh Ny.S. Saat keluarga dikaji tentang pengertian hambatan mobilitas fisik yang dialami Ny.S, keluarga
tampak
bingung
dan
mengatakan
tidak
mengetahui
pengertiannya. Keluarga hanya mengetahui bahwa penyebab stroke adalah tekanan darah yang tinggi. Tekanan darah yang Ny.S pada saat dikaji adalah 170/100 mmHg merupakan data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan. Pada saat dilakukan pengkajian tentang perawatan yang sudah diberikan keluarga mengatakan tidak ada perawatan khusus yang dilakukan. Keluarga Ny.S mengatakan setiap harinya membantu Ny.S dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti makan mandi dan buang air. Keluarga Ny.S mengatakan tidak pernah melakukan latihan gerak fisik karena tidak mengerti cara melakukan latihan fisik pada Ny.S.
89
2. Diagnosa keperawatan Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian adalah hambatan mobilitas fisik 3. Rencana keperawatan Intervensi yang dapat dilakukan pada keluarga Ny.S dengan tujuan hambatan mobilitas fisik pada Ny.S dapat teratasi. Dengan lakukan pendidikan kesehatan mengenai definisi stroke, definisi hambatan mobilitas fisik serta penyebab dan dampak dari hambatan mobilitas fisik. Agar keluarga Ny.S mampu mengenal masalah kesehatan terutama hambatan mobilitas fisik dan ajarkan keluarga tentang cara melakukan latihan gerak fisik untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan Ny.S agar keluarga Ny.S mampu merawat anggota keluarga yang sakit 4. Implementasi Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Implementasi pada keluarga Ny.S dilakukan selama 4 hari dalam 1 minggu. Melakukan pendidikan kesehatan tentang definisi, penyebab dan dampak dari hambatan mobilitas fisik dengan respon keluarga mampu menjawab definisi dari hambatan mobilitas fisik dengan kata-kata sendiri. Melakukan diskusi tentang tidakan yang sudah dilakukan pada Ny.S dengan hambatan mobilitas fisik dengan respon keluarga mampu mengungkapkan tindakan apa saja yang sudah dilakukan . Mengajarkan tentang cara melakukan latihan gerak fisik
90
secara mandiri dirumah serta mendemostrasikannya bersama keluarga. Mengevaluasi pengetahuan klien tentang hambatan mobilitas fisik dan cara yang sudah diajarkan serta mengajurkan Ny.S memantau kondisinya secara teratur. 5. Evaluasi Evaluasi tindakan yang telah dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Ny.S mengatakan sudah mengerti tentang definisi penyebab dan dampak dari hambatan mobilitas fisik. Keluarga Ny. S mampu menjawab pertanyaan dari perawat. Selain itu keluarga Ny.S mampu merawat anggota keluarga yang sakit dengan mengatakan akan melakukan latihan gerak secara mandiri dirumah agar Ny.S dapat berjalan normal kembali. 6. Hambatan yang ditemukan dalam proses keperawatan mulai adalah Saat dilakukan pendidikan kesehatan keluarga sedikit kurang fokus karena selain merawat Ny.S anak Ny.S juga mempunyai anak yang masih kecil.Saat mengajarkan tentang latihan gerak fisik harus diulangi beberapa kali baru keluarga mampu mengingatnya. Kendala yang lain karena tidak ada proyektor dan hanya ada laptop maka keluarga agak kesulitan mengikuti cara-cara yang ditayangkan
91
B. Saran Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran bagi: 1. Puskesmas Dapat membantu keluarga dalam perawatannya dan diharapkan dapat menerapkan atau memprogramkan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan teori dan ketentuan yang ada. 2. Institusi Pendidikan Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya melalui praktik klinik dan pembuatan laporanyang sesuai. 3. Penulis Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu yang efektif, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Ny.S dengan gangguan mobilisasi pada Ny.S akibat stroke data tercapai secara optimal.
92
DAFTAR PUSTAKA
Achyar, 2012, Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta, Sagung Seto. Aryani , dkk , 2009 , Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia , Jakarta , Cv. Trans Info Media Auryn V., 2011, Mengenal & Memahami Stroke, Yogyakarta : Kata Hati. Ayu 2012 , Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga , Jakarta , CV Sagung Seto Depkes RI, (2011) http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/17038-dari 1000-orang- di-indonesia- terkenastroke.html di akses tanggal 13 januari 2014 jam 05.20 WIB. Gleadle , 2007 , At A Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik , Jakarta , Erlangga Hidayat, A.A., 2006, Pengantar Kebutuhan dasar Manusia , Jakarta : Salemba Medika. Irdawati, 2008, http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmi/article/view/diakses tanggal 15 februari Leny dan Jhonson, 2009, Keperawatan Keluarga, Jakarta : Nuha Medika Lingga , 2013 All About Stroke Hidup Sebelum Dan Pasca Stroke , Jakarta , PT Elex Media Komputindo Mawarti dan Farid, 2013, http://www.journal. unipdu.ac.id/index.php/ eduhealth/ article/ di akses 09 februari 2014 jam 00.40 WIB. Mubarak dan Chayatin, 2008, Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik, Jakarta : EGC
93
Noviyanti , 2013, Jurnal Kesehatan Profesi, Volume 10 / September 2013 – Februari 2014, Surakarta : Redaksi Jurnal Profesi Nurhidayat , 2009 , Buku Ajar Keperawatan Cidera Kepala dan Stroke , Yogyakarta , Ardana Media Padila , 2012 , Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Yogyakarta : Nuha Medica Rasyid , 2007 , Unit Stroke (Manajenen Stroke Secara Komprehensif) , Jakarta , Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Setiowati , 2008 , Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan , Jakarta. CV
Trans Info Media
Sudoyo Aru dkk , 2006,. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta . Pusat Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Suryani , 2008, Gejala Stroke tidak hanya lumpuh, http://m.suaramerdeka.com.di akses tanggal 20 januari 2014 jam10.30 WIB. Wardhana, A.W, 2007, Strategi Mengatasi & Bangkit Dari Stroke, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Widuri , 2010 ,
Kebutuhan Dasar Manusia (Aspek Mobilotas dan Istirahat
Tidur), Yoyakarta , Gosyen Publishing
94
LAMPIRAN
95
LAMPIRAN I FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. PENGKAJIAN I. Data Umum 1. Kepala Keluarga (KK)
:
2. Alamat dan telepon
:
3. Pekerjaan KK
:
4. Pendidikan KK
:
5. Komposisi keluarga No.
Nama
:
Jenis Kelamin
Hub. Dengan Keluarga
TTL umur
Genogram : 6. Tipe keluarga
:
7. Suku bangsa
:
8. Agama
:
9. Status sosial ekonomi keluarga 10. Aktivitas rekreasi keluarga II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 11. Tahap perkembangan keluarga saat ini 12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi 13. Riwayat kesehatan kel;uarga inti 14. Riwayat kesehatran keluar ga sebelumnya III. Data lingkungan 15. Karakter rumah 16. Karakter tetangga dan komunitasnya
Pekerjaan
Pendidikan
96
17. Mobilitas geografis keluarga 18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat 19. Sistem pendukung keluarga IV. Struktur keluarga 20. Struktur peran 21. Nilai atau norma keluarga 22. Pola komunikasi keluarga 23. Struktur kekuatan keluarga V. Fungsi keluarga 24. Fungsi ekonomi 25. Fungsi mendapatkan status sosial 26. Fungsi pendidikan 27. Fungsi sosialisasi 28. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan a. Mengenal masalah kesehatan b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan 29. Fungsi religius 30. Fungsi rekreasi 31. Fungsi reproduksi 32. Fungsi afektif VI. Stress dan koping keluarga 33. Stresor jangka pendek dan panjang 34. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor 35. Strategi koping yang digunakan 36. Strategi adaptasi disfungsional VII. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga VIII. Harapan keluarga
97
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA I. Analisis dan sintesis data No. 1.
Data
Masalah
Penyebab
Subjektif : Objektif :
II. Perumusan diagnosis keperawatan No. 1.
Diagnosis Keperawatan (PES)
III. Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan No. Diag.
Kriteria
Skor
Kep. 1.
a. Sifat masalah : b. Kemungkinan masalah dapat diubah : c. Potensial masalah untuk dicegah : d. Menonjolkan masalah : Total skor
IV. Prioritas diagnosis keperawatan Prioritas 1.
Diagnosis Keperawatan
2.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Skor
Pembenaran
98
Diag. Keperawatan : Tujuan Kriteria
Hasil/standar
Intervensi
D. IMPLEMENTASI No. Tanggal & waktu
Diag. Kep.
Implementasi
1. 2. E. EVALUASI Tanggal & waktu
No. Diag. Kep. 1.
2.
Evaluasi S: O: A: P: S: O: P: A: P:
99
RT 02 RW 06 Alamat : Dusun Triyagan 02/06 Kelurahan Triyagan Kec. Mojolaban Kab. Sukoharjo
SURAT REKOMENDASI Nomor : 14/ 001/ VI/ 2014 Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Seger Riyadi
Jabatan
: Ketua RT 02
Menerangkan dengan Sesungguhnya bahwa : Nama
: Rima Novyatri
NIM
: 2011.1374
Jurusan Kami
: Prodi D3 Keperawatan ijinkan
melaksanakan
Tri
Dharma
Perguruan
Tinggi,
untuk
melaksanakan penelitian di Dusun Triyagan 02/06 Kelurahan Triyagan Kec. Mojolaban Kab. Sukoharjo yang kami pimpin, mulai tanggal 08 Juni 2014 s/d selesai. Dengan Judul Penelitian : “Kajian Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. S Dengan Gangguan Mobilisasi Akibat Stroke Di Desa Triyagan 02/06 Mojolaban Sukoharjo.” Demikian Surat Rekomendasi ini kami buat, selanjutnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sukoharjo, 08 Juni 2014 Ketua Rt 4
Supadman
100
RT 02 RW 06 Alamat : Triyagan 02/06 Kelurahan Triyagan Kec. Mojolaban Kab. Sukoharjo
Hal : Surat Penyelesaian Penelitian Kepada Yth : Bapak/ Ibu Dosen STIKES PKU MUH SURAKARTA Di Surakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb. Ba’da salam dan sejahtera, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmad dan Hidayahnya pada kita semuanya, Amin. Bersama ini, saya selaku Ketua RT Dusun Triyagan 02/06 Kelurahan Triyagan Kec. Mojolaban Kab. Sukoharjo, memberitahukan bahwa mahasiswa STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Nama : Rima Novyatri NIM
: 2011.1374
Telah menyelesaikan penelitian di Dusun Dusun Triyagan 02/06 Kelurahan Triyagan Kec. Mojolaban Kab. Sukoharjo dengan judul : KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.S DENGAN GANGGUAN MOBILISASI AKIBAT STROKE DI DESA TRIYAGAN RT:02 RW:06 MOJOLABAN SUKOHARJO Demikian surat penyelesaian penelitian ini diberikan, semoga surat ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Sukoharjo, 22 Mei 2014 Mengetahui, Ketua RT
Seger Riyadi
101
102
103
104
105