Suparyati, M. Kes (NIDN 0617107601) “UJI EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium Sativum) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti & Culexsp DI KECAMATAN PEKALONGAN UTARA”.
ABSTRAK Bawang putih merupakan tanaman umbi yang bisa digunakan sebagai salah satu bahan rempah utama dalam berbagai masakan. Bawang putih atau yang dikenal dengan nama latin ( Allium sativum ) termasuk dalam family liliaceace. mengandung minyak atsiri,dialildisulfida,Alin,enzim aliinase,vitamin A, B dan C. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui uji daya efektivitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp.Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.Hasil dari penelitian sebanyak 100 ekor larva nyamuk Aedes aegypti dan 100 ekor larva culex sp,setelah dilakukan pemeriksaan dari 200 sampel tersebut bahwa hasil pemeriksaan ekstrak bawang putih terbukti dapat membunuh larva/jentik nyamuk, hal ini disebabkan karena adanya kandungan senyawa-senyawa kimia alami yang bersifat racun bagi serangga atau larva, senyawa tersebut adalah Allisin. Senyawa Allisin tersebut terbukti bisa bersifat pestisida/larvasida alami yang terdapat dalamBawang putih ( Allium Sativum), yang mempunyai daya mortilitas atau daya bunuh terhadap jentik/larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp. Kesimpulan dari hasil penelitian, bahwa Ekstrak bawang putih (Allium sativum) yang maksimal dapat membunuh 100% ekor larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp yaitu pada konsentrasi 50% sampai konsentrasi 100%, pada 15 menit pengamatan. Saran dari penelitian ini adalah Penelitian selanjutnya diharapkan untuk lebih mengembangkan lagi, agar nantinya bisa didapatkan suatu produk larvasida terhadap nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp yang bisa digunakan oleh masyarakat.
Kata kunci : Bawang Putih, Aedes aegypti, Culex sp.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Nyamuk sering dikaitkan dengan masalah kesehatan karena gigitan nyamuk tidak hanya menimbulkan gatal saja tetapi beberapa spesies nyamuk juga dapat mentransfer berbagai jenis parasit yang berbahaya bagi kesehatan manusia.Nyamuk yang memiliki kemampuan menyalurkan penyakit ini disebut dengan nyamuk vektor.Nyamuk vektor di Indonesia telah menjadi permasalahan bagi penduduknya, khususnya nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama penyakit demam berdarah dengue (DBD). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti. Gejala awal penyakit DBD biasanya ditandai dengan demam mendadak yang terjadi kurang lebih satu minggu setelah digigit nyamuk yang mengandung virus dengue . Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya dengan kasus 58 orang penderita, 24 diantaranya meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 41,3%. Sejak saat itu kasus DBD di Kota Surabaya semakin bertambah dan meluas. Pada kasus DBD, hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di beberapa daerah dan umumnya terjadi di musim hujan. Menurut data Puskesmas Kecamatan Sawahan Kota Surabaya , di Kecamatan Sawahan, khususnya Kelurahan Petemon memiliki riwayat kasus DBD yang
selalu meningkat dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Di kelurahan ini tercatat 24 kasus DBD terjadi di tahun 2008 dan meningkat di tahun berikutnya, yaitu 38 kasus. Pada tahun 2010, jumlah penderita DBD di daerah ini meningkat menjadi 44 kasus.(1) Tingginya angka kesakitan DBD disebabkan karena adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang cukup potensial. Selain itu juga didukung dengan tidak maksimalnya kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di masyarakat sehingga menimbulkan Kejadian LuarBiasa (KLB) penyakit DBD di beberapa kabupaten/kota.(2) Nyamuk
merupakan
vaktor
dari
berbagai
penyakit
menular
didunia.Ada beribu-ribu jenis spesies nyamuk yang tersebar diseluruh dunia, family culicidae sendiri memiliki 3,531spesies dengan dua subfamily dan 113 genera. Tiga genus nyamuk yang menular penyakit ke manusia di indonesia dengan prevalensi yang tinggi adalah genus Anopheles sp, Aedes aegypti, Culex sp.(3) Di lingkungan pemukiman nyamuk Culex sp mempunyai aktivitas pada malam hari, yaitu pada permulaan malam, sesudah matahari terbenam sampai dengan matahari terbit. Tempat perindukan nyamuk Culex sp di sembarang tempat misalnya di air bersih, air kotor yaitu genangan air, got terbuka. Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah pada kelambu, tali jemuran atau kain/benda tergantung yang berada di tempat lembab dan kurang cahaya, pada ketinggian 0 - > 225 cm di atas permukaan tanah.(4)
Jumlah kasus Filariasis di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin bertambah. Secara kumulatif, jumlah kasus Filariasis pada tahun 2011 sebanyak 537 penderita. Tahun 2011 ada 141 kasus baru yang ditemukan di 9 kabupaten/kota yaitu paling banyak di Kota Pekalongan (125 kasus).(2) Pemberantasan / pengendalian larva nyamuk dilakukan dengan beberapa cara, baik secara kimiawi maupun biologi. Secara kimiawi dengan cara menambahkan bubuk abete,granules,dan lain-lain. Secara biologi dengan cara ekstrak bawang putih dan memelihara hewan predator pemangsa larva. Contohnya, ikan air tawar yang di pelihara di kolam. Bawang putih yang dikenal nama ilmiah (Allium sativum) merupakan tanaman umbi yang bisa digunakan sebagai salah satu bahan rempah utama dalam berbagai masakan. Bawang puting termasuk dalam family liliaceace. Mengandung minyak atsiri,dialildisulfida,Alin,enzim aliinase,vitamin A,B dan C Bawang putih ngandung salah satu zat yang dapat digunaka sebagai larvasida yaituAllisin.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana uji daya efektivitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp’’
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui uji daya efektivitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kematian larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp dengan berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum) b. Untuk mengetahui besaran konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum) yang maksimal dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp
D. Manfaat penelitian 1. Bagi Penulis Menambah wawasan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengambilan sampel, pemeriksaan sampel, dan identifikasi sampel Aedes aegypti dan Culex sp. 2. Bagi Masyarakat Memahami dan mengerti tentang manfaat lain dari bawang putih (Allium Sativum), sehingga nantinya masyarakat dapat memanfaatkan bawang putih sebagai alternatif lain untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti memilih perkembangbiakan pada tandon (tempat penampungan) air bersih, yang tidak
bersentuhan dengan
tanah.Namun demikian, beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda dengan teori tersebut.Polson (2002) membuktikan bahwa nyamuk Aedes aegypti mau bertelur pada perangkap telur (ovitrap) yang diisi air rendaman jerami.Thavara (2004) membuktikan bahwa nyamuk Aedes aegypti juga mau bertelur pada ovitrap yang berisi air rendaman udang windu dan kerang karpet.(5) 1. Toksonomi Filum
: Arthropoda
Sub filum
: Mandibulata
Kelas
: Insekta
Sub Klas
: Pterygota
Ordo
: Diptera
Sub Ordo
: Nematocera
Famili
: Culicidae
Sub Famili
: Culicinae
Genus
: Aedes
Spesies
: Aedes aegypti Line
2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti a.
Telur Nyamuk Telur Aedes aegypti berukuran kurang lebih 50 mikron, berwarna hitam dan bentuknya bulat panjang atau berbentuk jorong (oval) menyerupai torpedo, mempunyai tekstur dinding yang menyerupai sarang lebah. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 milimeter perbutir. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam atau lebih tergantung pada keadaan air di tempat perindukan. (7)
Gambar 2.1. Telur Aedes aegypti (13) b.
Larva Nyamuk Larva nyamuk Aedes aegypti berbentuk seperti cacing, aktif bergerak dengan gerakan naik ke permukaan dan turun ke dasar secara berulang-ulang. Larva ini memakan mikroba, oleh karena itu larva Aedes aegypti disebut sebagai pemakan di dasar (ground feeder). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara (istirahat),
posisi tubuh tampak menggantung pada permukaan air.Stadium larva umumnya berlangsung 4-9 hari untuk kemudian menjadi pupa.(8)
Gambar 2.2. Larva Aedes aegypti (13) Ciri-ciri dari larva nyamuk Aedes aegyptiadalah : 1) Ukuran 0,5-1 cm. 2) Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya. 3) Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. 4) Mengalami empat masa pertumbuhan (instar), yaitu : a) Larva instar I : kurang lebih 1 hari, berukuran 1-2 mm, duriduri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas. b) Larva instar II : kurang lebih 1-2 hari, berukuran 2,5-3,5 mm, duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
c) Larva instar III : kurang lebih 2 hari, berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman. d) Larva instar IV : kurang lebih 2-3 hari, berukuran 5-6 mm dengan warna kepala gelap. 5) Tiap pergantian instar disertai dengan pergantian kulit. 6) Ada corong udara pada segmen terakhir. 7) Pada segmen abdomen tidak dijumpai rambut berbentuk kipas. 8) Pada corong udara (siphon) terdapat pecten. 9) Sepasang rambut atau tidak dijumpai pada corong udara. 10) Pada abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1-3. 11) Bentuk individu dari comb scale seperti duri. 12) Pada sisi toraks terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut dikepala. c.
Pupa Nyamuk Ciri morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan yang berbentuk segitiga.Setelah berumur 1-2 hari, pupa menjadi nyamuk dewasa (jantan atau betina). Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak diantara bakal sayap nyamuk dewasa dan terpasang sayap pengayuh yang saling menutupi sehingga
memungkinkan pupa
untuk menyelam
cepat
dan
mengadakan
serangkaian
jungkiran
sebagai
reaksi
terhadap
rangsangan.(7)
Gambar 2.4. Pupa Aedes aegypti (13)
d.
Nyamuk Dewasa Aedes dibandingkan
aegypti dengan
dewasa ukuran
berukuran nyamuk
lebih
kecil
rumah
jika
(Culex
quinquefasciatus), mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian-bagian badannya terutama pada kakinya.Morfologinya yang khas adalah gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum). Telur Aedes aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral.(9)
Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti dewasa adalah : 1) Tubuh dapat dibedakan secara jelas menjadi tiga bagian yaitu kepala, toraks, dan abdomen yang beruas- ruas. 2) Kaki terdiri dari 3 pasang. 3) Sistem peredaran darah terbuka. 4) Nyamuk berukuran lebih kecil daripada nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), ujung abdomennya lancip. 5) Berwarna dasar hitam dengan belang-belang putih pada bagianbagian badannya termasuk kaki-kakinya. 6) Pada bagian dorsal toraks (mesonotum) terdapat bulu-bulu halus berwarna putih yang membentuk lire (lire-shaped ornament). Nyamuk dewasa Aedes aegypti sepintas mirip dengan nyamuk dewasa Aedes albopictus, yaitu sama-sama mempunyai warna dasar hitam dengan belang-belang putih pada bagian-bagian badannya termasuk kaki, tetapi sebenarnya terdapat perbedaan yang khas jika nyamuk dilihat dengan kaca pembesar atau diperiksa di bawah mikroskop. Aedes albopictus memiliki mesonotum yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus berwarna putih yang membentuk gambaran menyerupai garis tebal putih yang memanjang.Nyamuk jantanAedes aegypti mempunyai antena yang memiliki banyak bulu, sehingga disebut antena plumose, sedangkan pada nyamuk betina antena hanya memiliki sedikit bulu yang disebut antena pilose.
Sebagai anggota ordo Diptera, Aedes aegypti mempunyai tanda-tanda : adanya sepasang sayap serta mengalami metamorfosa sempurna. Gambaran umum dari Aedes aegypti merupakan nyamuk kecil berwarna gelap yang pada dorsal toraksnya (bagian punggung) terdapat garis putih keperakan yang tajam dengan bentuk lire. Selain itu pada tarsus terdapat
gelang putih. Pada saat hinggap, tubuh
Aedes aegypti sejajar dengan permukaan benda yang dihinggapinya. Sama dengan sikap hinggap nyamuk Culex dan Mansonia.(7)
Gambar 2.4.Nyamuk Aedes aegypti (13) e.
Perilaku Nyamuk Dewasa Nyamuk betina meletakkan telur diatas permukaan air, menempel pada dinding tempat-tempat perindukan, setelah nyamuk menetas biasanya singgah di semak, tanaman hias di halaman, tanaman pekarangan, tanaman kebun, yang berdekatan dengan pemukiman manusia (maksimal berjarak 500 meter), juga singgah di pakaian kotor yang tergantung (baju, celana, topi, kerudung).(10)
Nyamuk Aedes aegypti jantan hanya manghisap cairan tumbuh-tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan yang betina menghisap darah.Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia daripada darah binatang.Darah diperlukan untuk pemasakan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, telur yang dihasilkan dapat menetas. Setelah berkopulasi, nyamuk betina menghisap darah dan tiga hari kemudian akan bertelur sebanyak kurang lebih 100 butir. Nyamuk akan menghisap darah setelah 24 jam kemudian dan siap bertelur lagi. Setelah menghisap darah, nyamuk ini beristirahat di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda tergantung seperti kelambu, pakaian, tumbuh-tumbuhan, di tempat ini nyamuk menunggu proses pemasakan telur.(7) Nyamuk dewasa betina menghisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun di luar rumah.Penghisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan 2 puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00).Tempat istirahat Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di kebun/pekarangan rumah.Juga berupa benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah, dan sebagainya. Umur nyamuk dewasa betina di
alam bebas kira-kira 10 hari, sedangkan di laboratorium mencapai 2 bulan.(9) Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah dengan tujuan
mematangkan
telur
dalam
tubuhnya.
Nyamuk Aedes
aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat (multiple bites) disebabkan sifat sensitif yang dimilikinya, dimana keadaan ini sangat membantu dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus. (7) 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Larva Nyamuk Ada banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberadan larva nyamuk Aedes aegypti, baik yang secara fisik, kimia, bologi, sampai kondisi sosial masyarakat. a.
Lingkungan Fisik 1) Jenis Kontainer Yang dimaksud dengan kontainer adalah segala sesuatu benda ataupun tempat yang bisa untuk menampung air, baik yang yang keberadaanya memang disengaja ataupun tidak. Untuk yang di luar rumah kontainernya seperti drum, tangki penampungan air, kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah, ban bekas, potongan bambu, tempurung kelapa, yang pada musim hujan berisi air. Sedangkan untuk yang di dalam rumah seperti bak mandi tempayan, dan tempat penampungan air lainnya, atau juga bisa seperti vas bunga tempat minum burung, dan lain
sebainya. Namun jenis kontainer yang sangat disukai sebagai tempat perindukan adalah kontainer yang berwarna gelap seperti kontainer dari ban bekas. 2) Ketinggian Tempat Setiap naik 100 meter maka selisih suhu udara dengan tempat semula adalah ½ derajat Celcius. Bila perbedaan cukup tinggi maka perbedaan suhu udara juga akan cukup banyak dan akan mempengaruhi penyebaran nyamuk. Di negara-negara Asia Tenggara ketinggian 1000-1500 meter di atas permukaan air laut tampaknya merupakan batas bagi penyebaran Aedes aegypti. 3) Arus Air Nyamuk Aedes aegypti cenderung menyukai air yang tenang, seperti genangan-genangan air pada botol bekas atau ember bekas, ataupun yang lainnya. Jika kondisi air deras, maka larva akan hanyut dan kemudian mati. 4) Iklim a) Curah Hujan Hujan dapat mempengaruhi kehidupan nyamuk dengan 2 cara, yaitu menyebabkan naiknya kelembaban udara dan menambah tempat dan perindukan. Setiap 1 mm curah hujan menambah kepadatan nyamuk 1 ekor akan
tetapi apabila curah hujan dalam seminggu sebesar 140 mm, maka larva akan hanyut dan mati. b) Suhu Udara Kondisi lingkungan yang diperlukan oleh larva Aedes aegypti untuk dapat hidup dan berkembang dengan baik adalah dengan temperatur atau suhu ruang berkisar antara 32–34ºC dan temperatur air berkisar antara 25–30ºC. c) Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam (%). Sedangkan kelembaban udara optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan larva yaitu 80-90%. b.
Lingkungan Kimia Pengaruh lingkungan kimia adalah kadar garam dan juga pH atau tinggat ke asaman dari tempat perindukan larva. Larva Aedes aegypti dapat hidup di air dengan pH 5,8-8,8 dan tahan terhadap air dengan kadar garam 10-59,5 mg/l.
c.
Lingkungan Biologi Adanya
parasit
dalam
air
pada
kontainer
dapat
mempengaruhi pertumbuhan larva. Adanya infeksi parasit pada larva dapat mengurangi jumlah larva yang hidup untuk menjadi nyamuk dewasa. Dan juga dengan adanya predator larva seperti ikan ataupun serangga lain.
d.
Lingkungan Sosial Masyarakat Faktor-faktor lingkungan sosial masyarakat meliputi tingkat pengetahuan atau pendidikan, kebiasaan, sikap, adat-istiadat, atau kegiatan masyarakat tertentu.Salah satu yang termasuk dalam faktor ini adalah Pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD.Pemberantasan sarang nyamuk(PSN) DBD adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat perkembangbiakannya. Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara : 1) Fisik : cara ini dikenal dengan kegiatan 3M yaitu menguras dan menyikat bak mandi, bak wc, dan lain-lain. Menutup tempat penampungan air rumah tangga
(tempayan, drum, dan lain-
lain). Mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barangbarang bekas (seperti kaleng, ban, dan lain-lain). 2) Kimia : cara memberantas
jentik
Aedes
aegypti
dengan
menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah granules (sand granules), maupun dengan insektisida bubuk abate. Bisa juga dengan larvasida yang bersifat alami, seperti dengan tanaman lavender, sereh, ataupun bawang putih.
3) Biologi : cara ini dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang dan lain-lain).(7)
B. Nyamuk culex sp 1. Toksonomi Kingdom : Animalia Phylum : Arthopoda Class
: Insekta
Ordo
: Diptera
Family
: Tribusculicini
Genus
: Culex
Spesies
: Culex sp
2. Morfologi Nyamuk culex sp a.
Telur Telur Culex sp berbentuk seperti peluru, bergerombol. Nyamuk culex meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombol dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung(11)
Gambar 2.5. Telur culex sp (14)
b. Larva Nyamuk Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3hari. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperature,
tempat
perindukan
dan
ada
tidaknya
hewan
predator.Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai dewasa kurang lebih 5 hari
Gambar 2.6. Larva culex sp (14)
Larva Culex sp. mempunya ciri-ciri sebagai berikut: 1) Adanya corong udara pada segmen yang terakhir. 2) Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs). 3) Pada corong udara terdapat pectin. 4) Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon). 5) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai 3. 6) Bentuk individu dari comb scale seperti duri.
7) Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala. Ada 4 tingkat perkembangan
( instar ) larva sesuai dengan
pertumbuhan larva yaitu : 1) Larva instar I; berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas. 2) Larva instar II; berukuran 2,5–3,5 mm, duri–duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam 3) Larva instar III; berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman. 4)
Larva instar IV; berukuran 5-6 mm dengan warna kepala gelap.
c.
Pupa Nyamuk Pupa
merupakan stadium terakhir dari
nyamuk yang
berada di dalam air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air.
Gambar 2.7. Pupa Culex sp (14)
d. Nyamuk Dewasa Nyamuk Culex sp. berukuran lebih kecil dibandingkan dengan spesies nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar hitam dengan bintik - bintik putih. Jenis kelamin nyamuk Culex sp. dibedakan dengan memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk betina mempunyai proboscis tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda
Gambar 2.8. Nyamuk culex sp (14)
e.
Daur Hidup Nyamuk culex sp Nyamuk Culex sp. betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir setiap datang waktu bertelur.Telur-telur tersebut diletakkan di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding vertikal bagian dalam tempat-tempat penampungan air. Nyamuk Culex sp. betina lebih menyukai tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan telurnya dibandingkan dengan tempat penampungan air yang terbuka, karena tempat penampungan air yang tertutup longgar
tutupnya
jarang
dipasang
dengan
baik
sehingga
mengakibatkan ruang di dalamnya lebih gelap.Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 °C, sementara pada suhu 16 °C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan lama tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu -2 °C sampai 42 °C.Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari.Stadium larva terbagi menjadi empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur menetas. Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas.Stadium pupa berlangsung selama 2-3 hari. Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang dengan menurunkan suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang sangat rendah
dibawah 10 °C pupa tidak mengalami perkembangan. Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas. Meskipun umur nyamuk Culex sp. betina di alam pendek yaitu kira-kira 2 minggu, tetapi waktu tersebut cukup bagi nyamuk Culex sp. betina untuk menyebarkan virus filariasis dari
manusia
terinfeksi
yang
ke manusia
yang lain.(12)
Gambar 2.9.Siklus Hidup Nyamuk culex sp (14)
3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan nyamuk Culex sp a. Suhu Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp yang tinggi akan meningkatkan aktivitasnya perkembangannya
bisa
menjadi lebih cepat tetapi apabila35 0C akan membatasi populasi
nyamuk. Suhu pertumbuhan nyamuk berkisar antara 200C – 300C. mempengaruhi perkembangan virus dalam tubuh nyamuk. b. Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap air yang besar makadaya penguapannya juga besar. Sistem pernafasan nyamuk menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah
menyebabkan
penguapan
air
dalam
tubuh
sehingga
menyebabkan keringnya cairan tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain c. Pencahayaan Pencahayaan ialah jumlah permukaan
per
unit
luas.
intensitas cahaya menuju ke
Merupakan
pengukuran
keamatan
cahayatujun yang diserap. Begitu juga dengan kepancaran berkilau yaitu intensitas cahaya per unit
luas yang dipancarkan dari pada
suatu permukaan. Dalam unit terbitan SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan unit lux (lx) atau lumen per meter persegi. Bila dikaitkan antara intensitas cahaya terhadap suhudan kelembaban, hal ini sangat berpengaruh. Semakin tinggi atau besar intensitas cahaya
yang dipancarkan ke permukaan maka keadaan suhu lingkungan juga akan semakin tinggi. Begitu juga dengan kelembaban, semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke suatu permukaan maka kelembaban di suatu lingkungan tersebut akan menjadi lebih rendah.(12)
C. BAWANG PUTIH (Allium Sativum) 1. Toksonomi Kingdom : Plantae Division
: Magnoliophyta
Class
: Liliopsida
Ordo
: Asparagales
Family
: Alliaceae
Subfamili : Allioideae Genus
: Allium
Spesies
: A.sativum
2. Sejarah Bawang Putih Bawang putih yang dikenal nama ilmiah (Allium sativum) juga dikenal dengan nama lokal bawang layun (Aceh), bawang dasun (Minangkabau), bawang lasuna
(Batak), bawang bacok landak
(Lampung), bawang bodas (Sunda), bawang pote (Madura), bawangbaw kasihong (Dayak), bawang lasuna kebo (Makassar), bawang lasuna pote (Bugis), bawang pia moputi (Gorontalo), bawang Incuna (Nusa
Tenggara) yang merupakan tanaman umbi yang bisa digunakan sebagai salah satu bahan rempah utama dalam berbagai masakan.Akan tetapi bawang putih tidak hanya dikenal sebagi tanaman rempah bumbu masak, bawang putih juga mampunyai khasiat luar biasa untuk dijadikan obat herbal. Bawang putih termasuk dalam family Liliaceace yang murupakan tumbuhan yang sulit ditemukan darimana asal mula tamanan ini berasal. Menurut Mrs. M.Grieven dalam karya bukunya yang berjudul ’’A modern herbal’’ mengatakan bahwah bawang putih di peroleh dari belahan dunia bagaian utara dan selatan siberia dan kemudian berkembang sampai ke selatan Eropa, tumbuh secara liar di siciy. Mrs. M. Grieve menambahkan bawang putih kini tumbuh meluas di negaranegara seluruh penjuru negara dunia. Bawang putih telah masuk dalam
buku-buku sejarah china
terdahulu sekitar tahun 2000 SM. Selain itu ia juga disebut dalam kebanayakan karya-karya sastra seperti Shakespeare, Chancer dan Danten. Bawang putih pada zaman dahulu dikaitkan menjadi sebuah benda mistis pada sebuah kepercayan agama tertentu, namun hal itu sirna seiring berkembangnya zaman. Kini Bawang putih dipercaya sebagai obat penawar berbagai jenis penyakit yang kronik, seperti penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis.(6) 3. Morfologi
Bawang putih (Allium sativum) termasuk genus afflum atau di Indonesia lazim disebut bawang putih. Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Tanaman bawang putih dibudidayakan dengan cara vegetatif yaitu menggunakan benih berupa umbi. Tanaman bawang putih dapat tumbuh di dataran menengah hingga dataran tinggi.Tanaman tersebut menghindari tempat yang terbuka, serta cukup hara. Budi daya bawang putih dipersyaratkan intensif dengan bibit yang baik, pengolahan tanah, jarak tanam sekitar 15 cm, pemupukan, perawatan dan pengendalian hama penyakit, terlebih lagi jika bertanam dimusim penghujan, agar tidak gagal.Umbi dapat dipanen pada umur sekitar 90 hari. Setelah dilakukan pascapanen dan menjadi kering, kemudian siap di pasarkan untuk di manfaatkan, atau disimpan untuk keperluan membuat benih bawang putih.(15) Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30 -75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun.Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang.Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang bejumlah banyak.Dan setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih. Bawang putih yang semula merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi, sekarang di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran
rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 meter di atas permukaan laut.(7)
4. Kandungan bawang putih Bawang putih mengandung minyak atsiri, dialildisulfida, alin. Alin,enzim aliinase ,vitamin A, B, dan C. Bagaian tanaman bawang putih yang di pergunakan sebagi bahan bumbu adalah umbinya. Bentuk bahan bumbu berupa bawang basah setelah perlakuan pascapanen, atau bawang yang telah diolah menjadi kering bawang goreng.Sebagian besar masakan menggunakan bumbu berupa bawang putih di samping bawang merah, namun ada juga masakan menggunakan bawang putih tanpa bawang merah. Beberapa masakan sederhana
yang menggunakan
bawang putih yaitu bakwan, orakarik, dan kimlo. Tambahan bumbu utama yang bersal dari tanaman bumbu utama yang berasal dari tanaman yaitu berupa lada Umbi bawang putih per 100 g mengandung 95 kalori, 4,5 g protein¸ 0,2 g lemak , 23,1 g hidratarang , 42 mg kalsium , 134 mg fosfor, 1,0 mg besi , 0,22 mg vit B1. 15 mg vit C, dan 71,0 gram air. Umbi berkhasiat sebagai obat pereda, peluruh air seni, peluruh dahak, obat dahak, obat batuk, peluruh kentut, pembersih darah, pembunuh serangga, penawar racun, dan penurun darah tinggi.(15) 5. Kandungan kimia bawang putih
Allisin adalah sebuah senyawa organosulfa yang khas pada bawang putih yang merupakan tioestar alliltiosulfinat. (dipotong),
Ketika
enzim
bawang
alliinase
putih
dari asam sulfanik atau mengalami
mengubah
aliin
kerusakan menjadi
sel
allisin
(dialliltiosulfinat). Zat inilah yang menyebabkan bau khas bawang putih.Allisin
bersifat
chiral,
tetapi
bentuk
alaminya
adalah
racemate.Bentuk ini juga bisa dapat dari oksidasi diallil disulfida.
6. Manfaat Allisin bagi manusia Selain sebagi zat yang menimbulkan rasa yang diinginkan dari bawang putih dalam berbagai masakan, allisin juga berfungsi sebagai: a.
Antibiotik dan antifungi Allisin dapat berfungsi sebagai antibiotik terhadap berbagai bakteri, yang sudah resisten terhadap pengobatan konvensional.allisin dapat berfungsi sebagai antifungi untuk Candida dan Aspergillus sp.
b.
Antioksidan. Allisin bekerja dengan cara menangkap radikal bebas. Yang menangkap radikal bebas tersebut adalah asam 2-propenesulfenat yang dihasilkan dari dekomposisi allisin. Hasil penelitian Siti maesaroh (2005) Menyatakan bahwa ektrak
bawang putih dapat dipakai sebagai larvasida seprti yang telah dikatakan diatas, allisin akan terbentuk ketika allisin kontak dengan allisinase. Allisin meupakan senyawa organosulfur, sehingga mudah menembus
membran sel serangga, baik larva maupun dewasa, dan menghancurkan gugus –SH yang dimilikinya sehingga mengganggu proses sintesa membran sel serta protein. Sedangkan turunanya(ajeoene dan DADS) mengganggu proses forforilasi oksidatif mitokondria hapar serangga. Hal-hal inilah yang menyebabkan kematian larva nyamuk dan serangga dewasanya.(16)
D. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi perkembangbiakan larva Aedes aegypti 1. 2. 3. 4.
Lingkungan Fisik Lingkungan Kimia Lingkungan Biologi Lingkungan Sosial masyarakat
Larva Aedes aegypti Kandungan kimia bawang putih (alliium Sativum)
Larva Culex sp
Allisin Faktor yang mempengaruhi perkembangbiakan larva Culex sp 1. Suhu 2. Kelembapan udara 3. Pencahayan
Daya bunuh larva nyamuk
Gambar 2.10. Skema Kerangka Teori Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Larva Nyamuk
E. Kerangka Konsep Larvasida Alami Ekstrak Bawang Putih
( Allium Sativum)
Larva Aedes aegypti dan Culex sp
Gambar 2.11. Skema Kerangka Konsep Penelitian Uji Daya Bunuh Ekstrat Bawang Putih ( Allium Sativum) Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2013. 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di laboratorium Parasitologi Akademi Analis Kesehatan Pekalongan.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi larva nyamuk Aedes aegypti & Culex sp yang terdapat pada lingkungan sekitar rumah di Desa Krapyak, Kecamatan Pekalongan utara, Kota Pekalongan 2. Sampel Sampal larva nyamuk Aedes aegypti diperoleh dari tempat penampungan air bersih dan bak mandi, sedangkan larva Culex sp di peroleh dari selokan di sekitar rumah warga Desa . Jumlah total larva yang akan diujikan pada penelitian ini adalah berjumlah 110 ekor larva
nyamuk Aedes aegypti dan 110 ekor larva culex sp, yang masing-masing 10 ekor larva akan diujikan dalam 10 tingkat konsentrasi yang berbeda dan digunakan kontrol.
D. Alat dan Bahan 1.
Alat a. Beaker glass b. Gelas Ukur c. Pipet Volum d. Toples e. Blender f. Kain Kassa g. Karet h. Batang Pengaduk i. Obyek dan Deck glass j. Mikroskop k. Kaca pembesar l. Saringan ikan
2.
Bahan a. Larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex sp b. Bawang putih c. Aquadest
E. Prosedur dan Cara Kerja
1. Pengambilan Sampel Sampel diambil menggunakan saringan ikan, dengan menggunakan kaca pembesar lalu amati dan sortir, mana yang termasuk larva Aedes aegypti dan culex sp dengan ciri-ciri yang ada, kemudian dimasukan ke dalam toples (wadah sampel) yang sudah berisi air. Toples yang sudah berisi sampel ditutup dan diberi lubang udara. 2. Cara Membuat Larutan Bawang Putih a.
Siapkan bawang putih sebanyak 100 gram, kemudian cuci dengan air bersih, tunggu hingga kering (bebas dari air bekas cucian).
b.
Ditambahkan 100 ml aquadest kemudian diblender hingga halus, saring dengan kain bersih dan ambil sarinya untuk mendapatkan larutan bawang putih dengan konsentrasi 100%.
c.
Masukkan dalam beaker glass.
d.
Tutup dengan plastik.
e.
Larutan bawang putih dengan konsentrasi 100%
tersebut dibuat
berbagai tingkatan konsentrasi mulai dari 10%-90%, dengan cara diencerkan dengan aquadest. 3. Prosedur Pengenceran : a.
Pengenceran 10% 1) Ambil 2 ml larutan bawang putih 100%, masukkan dalam beaker glass. 2) Tambahkan aquadest sebanyak 18 ml.
b.
Pengenceran 20% 1) Ambil 4 ml larutan bawang putih 100%, masukkan dalam beaker glass. 2) Tambahkan aquadest sebanyak 16 ml.
c.
Pengenceran 30% 1) Ambil 6 ml bawang pitih 100%, masukkan dalam beaker glass. 2) Tambahkan aquadest sebanyak 14 ml.
d.
Pengenceran 40% 1) Ambil 8 ml larutan bawang putih 100%, masukkan dalam beaker glass. 2) Tambahkan aquadest sebanyak 12 ml.
e.
Pengenceran 50% 1) Ambil 10 ml larutan bawang putih 100%, masukkan dalam beaker glass. 2) Tambahkan aquadest sebanyak 10 ml.
f.
Pengenceran 60% 1) Ambil 12 ml larutan bawang putih 100%, masukkan dalam beaker glass. 2) Tambahkan aquadest sebanyak 8 ml.
g.
Pengenceran 70% 1) Ambil 14 ml larutan bawang putih 100%, masukkan dalam beaker glass.
2) Tambahkan aquadest sebanyak 6 ml. h.
Pengenceran 80% 1) Ambil 16 ml larutan bawang putih 100%, masukkan dalam beaker glass. 2) Tambahkan aquadest sebanyak 4 ml.
i.
Pengenceran 90% 1) Ambil 18 ml larutan bawang putih 100%, masukkan dalam beaker glass. 2) Tambahkan aquadest sebanyak 2 ml.
j.
Pengenceran 100% Ambil 20 ml larutan bawang putih 100%, masukkan dalam beaker glass.
4. Prosedur Kerja : a.
Larva yang sudah didapat, kemudian dimasukkan dalam beaker glass yang sudah berisi ekstrak bawang putih dengan berbagai konsentrasi (10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100%).
b.
Masing-masing beaker glass diisi dengan 10 ekor larva nyamuk.
c.
Beaker yang sudah berisi larva tersebut kemudian ditutup dengan kain kassa.
d.
Biarkan selama beberapa jam, sampai seluruh larva sampel mati pada seluruh konsentrasi yang diujikan. Amati jumlah larva yang sudah mati pada tiap 15 menit pengamatan.
e.
Setelah seluruh larva nyamuk mati, lalu amati pada konsentrasi berapakah larva nyamuk sudah banyak yang mati dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membunuh semua larva nyamuk.
F. Analisa Data Data-data yang diperoleh disusun dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis pada konsentrasi berapakah larutan ekstrak bawang putih dapat membunuh seluruh larva nyamuk Aedes aegypti,culex sp dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membunuh seluruh larva nyamuk tersebut.
G. Definisi Operasional 1.
Bawang putih merupakan salah tamanam umbi yang mengandung berbagai senyawa antaralain minyak atsiri, dialildisulfida, Allisin. Alin,enzim aliinase ,vitamin A, B, dan C. sedangkan senyawa yang khas yang terkandung adalah senyawa golongan terpenoid yaitu senyawa Allisin. Senyawa ini yang berfungsi sebagai larvasida, yaitu senyawa yang mampu membunuh larva nyamuk.
2.
Larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri-ciri antara lain : mempunyai ukuran 0,5-1 cm, gerakannya berulang-ulang dari bawah ke permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya, Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air, mengalami empat masa pertumbuhan (instar), ada corong udara (siphon) pada segmen terakhir, siphon terdapat pecten.
3.
Larva nyamuk Culex sp mempunyai ciri-ciri antara lain : Adanya corong udara pada segmen yang terakhir, pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs), pada corong udara terdapat pectin, sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon), pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai, bentuk individu dari comb scale seperti duri, pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala.
4.
Daya bunuh adalah kemampuan suatu zat atau larutan untuk membunuh suatu makhluk hidup ataupun mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://biologi.fst.unair.ac.id/wp-content/uploads/2012/04/JURNALKEPADATAN-POPULASI-LARVA-Aedes-aegypti-PADA-MUSIMHUJAN-DI-KELURAHAN-PETEMON-SURABAYA.pdf. Diakses tanggal 8 Maret 2013 2. http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profil2011/BAB%20IVI%202011.pdf. Diakses tanggal 20 januari 2013 3. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sutyoagusw-57092-babisk-i.pdf . Diakses tanggal 11 maret 2013 4. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sutyoagusw-57092-babisk-i.pdf . Diakses tanggal 26 Januari 2013 5. http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=51010.Diakses tanggal 23 maret 2013 6. http://www.bawangputih.org/bawang-putih-allium-sativum. Diakses tanggal 15 februari 2013 7. http://kireyellow.blogspot.com/2010/04/aedes-aegypti.html%20.Diakses tanggal 10 maret 2013 8. http:/3/zaifbio.wordpress.com/ pemanfaatan –daun –jeruk -nipis- citrusaurantifolia –sebagai –larvasida –untuk –pemberantasan –nyamuk –aedes aegepty/. Diakses tanggal 10 Maret 2013 9. Gandahusada S, Ilahude D H, Pribadi W. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi III Cetakan VI. Jakarta : FKUI. Diakses tanggal 11 maret 2013 10. http://ritacuitcuit.blogspot.com/2011/05/perkembangan-lanjut-embrionyamuk-culex.html. Diakses tanggal 15 Maret 2013 11. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-rozanaadew-69323-babii.pdf . Diakses tanggal 16 Maret 2013 12. http://ritacuitcuit.blogspot.com/2011/05/perkembangan-lanjut-embrionyamuk-culex.html. Diakses tanggal 15 Maret 2013 13. https://www.google.com/search?q=telur+aedes&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozi lla:id:official&client=firefox-a&channe. Diakses tanggal 18 Maret 2013
14. https://www.google.com/search?q=telur+culex. Diakses tanggal 20 mei 2013 15. Setijo pitojo dan Drazumiati.Bumbu dan Pewarna Nabati. Aneka Ilmu. Kota Demak. Diakses tanggal 10 maret 2013 16. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311007/BAB%20II.pdf . Diakses tanggal 27 april 2013